• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengan Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengan Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Karies Gigi

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

jaringan, dimulai dari permukaan gigi (ceruk, fisura, dan daerah interproksimal)

meluas ke arah pulpa.2 Proses karies gigi akan berlanjut, berhenti, atau kembali

seperti semula tergantung pada keseimbangan antara demineralisasi dan

remineralisasi

.

13 Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada

satu permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari

gigi, misalnya dari enamel ke dentin maupun ke pulpa.2

Banyak teori tentang proses terjadinya karies, salah satunya adalah teori

Acidogenic Chemisi Parasitic dari Miller. Miller pada tahun 1889 mengatakan bahwa

sisa-sisa makanan yang mengandung karbohidrat di dalam mulut akan mengalami

fermentasi oleh kuman flora normal rongga mulut, memproduksi asam-asam organik,

termasuk asam laktik, asam formik, asam asetik dan asam propionik melalui proses

glikolisis.13,14 Mikroorganisme yang berperan dalam proses glikolisis adalah

Lactobacillus acidophilus dan Streptoccocus mutans. Asam yang dibentuk dari hasil

glikolisis akan berdifusi ke dalam enamel, dentin atau sementum, yang secara parsial

menghancurkan kristal mineral atau carbonated hydroxyapatite mengakibatkan

larutnya enamel gigi, sehingga terjadi proses dekalsifikasi enamel atau karies gigi.13,14

Etiologi Karies

Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan, karies dinyatakan sebagai

penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab

terbentuknya karies.3 Perkembangan karies gigi tergantung pada hubungan yang kritis

antara permukaan gigi sebagai tuan rumah (host), diet karbohidrat, mikroorganisme

(2)

Faktor Host (permukaan gigi)

Beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai host terhadap karies

yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia

dan kristalografis.3 Karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme,

merupakan penyebab karies gigi, sementara penyebab karies gigi yang tidak langsung

adalah permukaan dan bentuk gigi tersebut.2 Proses pembusukan dimulai dengan

demineralisasi permukaan luar gigi karena pembentukan asam organik selama

fermentasi bakteri diet karbohidrat.16

Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa

makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam.3

Gigi dengan fisur yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan

bertahan, sehingga produksi asam oleh bakteri akan berlangsung cepat dan

menimbulkan karies gigi.2 Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak

mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.3 Kepadatan kristal enamel

sangat menentukan kelarutan enamel, semakin banyak enamel mengandung mineral

maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten.3

Faktor Substrat atau Diet

Frekuensi pemasukan karbohidrat merupakan penentu yang lebih penting

pada perkembangan karies gigi daripada jumlah karbohidrat yang dikonsumsi.16

Potensi kariogenik penggunaan botol jus apel sepanjang malam atau pada saat tidur

siang atau keduanya, sangat berbeda dengan pemakaian jus apel dengan jumlah yang

sama tetapi dikonsumsi pada satu saat saja.16

Konsumsi sukrosa dalam jumlah besar dapat menurunkan kapasitas buffer

saliva sehingga mampu meningkatkan insiden terjadinya karies.17 Bakteri plak akan

memfermentasikan karbohidrat (misalnya sukrosa) dan menghasilkan asam, dan jika

penurunan pH plak ini terjadi secara terus menerus maka akan menyebabkan

demineralisasi pada permukaan gigi.17

Karbohidrat yang terkandung pada produk-produk makanan yang tertahan

(3)

yang tertahan dalam waktu singkat (misalnya, sukrosa pada permen karet lebih

kariogenik daripada sukrosa pada minuman cola yang diminum secara biasa).16

Aktivitas bakteri dapat menyebabkan pH mulut turun menjadi dibawah 5,5 selama 20

- 30 menit dan dalam waktu 1 - 2 jam sesudah gula dimakan, pembentukan asam akan

berhenti dan pH mulut kembali seperti biasa.18 Snack yang dikonsumsi dalam jumlah

sedikit tapi frekuensi sering berpotensi tinggi untuk menyebabkan karies

dibandingkan dengan makan tiga kali dan sedikit snack.18 Mengonsumsi makanan

selingan yang mengandung karbohidrat berpeluang menyebabkan bakteri

berkembang biak dan memproduksi asam dalam rongga mulut.19

Faktor Agen atau Mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan-peranan penting dalam menyebabkan terjadinya

karies.3 Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme

yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada

permukaan gigi yang tidak dibersihkan.3 Hasil penelitian menunjukkan komposisi

mikroorganisme dalam plak berbeda-beda.3

Satu pernyataan penting dari suatu pengamatan eksperimental adalah, bahwa

karies gigi mempunyai spesifitas pada bakteri; dimana potensi kariogenik terdapat

pada golongan streptokokus mulut yang secara kolektif disebut Streptococcus

mutans.16 Data ilmiah mutakhir menunjukkan bahwa organisme ini memulai sebagian

besar kasus karies gigi pada permukaan enamel, jika permukaan enamel berlubang,

bakteri mulut lainnya terutama laktobasilus menerobos dentin dan menyebabkan

penghancuran struktur gigi yang lebih lanjut.16

Faktor Waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang

berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang

dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,

(4)

Gigi molar pertama permanen lebih rentan terhadap karies karena gigi ini

adalah gigi permanen yang pertama erupsi dalam rongga mulut serta bentuk anatomis

dari ini memiliki pit dan fisur yang menjadi tempat singgah sisa makanan.5,20 Gigi

molar ini erupsi pada usia 6 tahun sehingga banyak orangtua berpendapat gigi ini

masih bisa mengalami pergantian gigi, sehingga tidak begitu memperhatikannya.5

Faktor Risiko

Usia

Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies

sejalan dengan bertambahnya usia. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan

terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang

sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan

gigi antagonisnya. 3

Kelompok anak usia 15 tahun menunjukkan peringkat kesehatan gigi dan

umum secara signifikan lebih baik daripada 12 tahun.21 Alasan yang memungkinkan

sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa usia ini mencerminkan tahap

perkembangan yang berbeda dalam kehidupan anak-anak, sementara pengalaman

perawatan gigi mungkin juga memberikan kontribusi terhadap perbedaan lebih

substansial terhadap skor untuk kesehatan gigi.21

Jenis Kelamin

Selama masa kanak-kanak dan remaja, perempuan menunjukkan nilai DMF

yang lebih tinggi daripada laki-laki.3 Umumnya oral higiene perempuan lebih baik

sehingga komponen gigi yang hilang M (missing) yang lebih sedikit daripada laki-

laki.3 Dalam penelitian Shaffer et al, secara signifikan perempuan mempunyai lebih

banyak gigi yang direstorasi, sedangkan laki-laki mempunyai lebih banyak gigi karies

yang tidak dirawat.22

Dalam penelitian Mangkey et al, disebutkan bahwa usia 12 tahun merupakan

masa peralihan dari anak-anak menjadi remaja yang mengakibatkan peningkatan

(5)

perubahan hormonal.23 Menurut penelitian Kaur et al (2010), erupsi gigi permanen

terjadi lebih cepat pada anak perempuan dibandingkan laki-laki.24 Waktu erupsi gigi

anak perempuan lebih cepat satu sampai enam bulan dibandingkan dengan anak laki-

laki yang disebabkan oleh faktor hormonal berupa hormon esterogen.23

Hormon esterogen berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada saat

anak perempuan mencapai pubertas. Komposisi saliva pada masa pubertas dan

menstruasi juga dapat mengalami perubahan.23 Analisis secara umum menunjukkan

laju alir saliva dan komposisi yang lebih tidak protektif pada perempuan

dibandingkan laki-laki sehingga perempuan memiliki risiko yang lebih tinggi

terhadap karies.25 Kebiasaan anak perempuan yang lebih cenderung menyukai

makanan manis dibandingkan dengan anak laki-laki juga merupakan salah satu faktor

peningkatan karies yang lebih tinggi pada anak perempuan.23

PUFA

Karies Tidak Terawat / Karies dengan Infeksi Odontogenik / Karies

Karies gigi, apabila hanya mengenai enamel saja, tidak menimbulkan rasa

sakit, jika karies sudah mencapai dentin, gigi mulai terasa ngilu saat terkena rangsang

panas, dingin, asam, dan manis. Proses karies yang tidak berhenti, akibat lebih

lanjutnya adalah karies mencapai pulpa yang berisi pembuluh darah dan pembuluh

saraf, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan

periapeks dan jaringan pulpanya mengalami peradangan (pulpitis).3,26

Karies yang telah mencapai pulpa maka dapat terjadi rasa sakit dan tidak

nyaman yang bisa berakibat pada pengurangan asupan makanan, penurunan kualitas

hidup yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dari aktivitas

yang menjadi terbatas, pengurangan waktu tidur, dan penurunan konsentrasi. Infeksi

odontogenik dapat berakibat pada pelepasan sitokin sehingga dapat mempengaruhi

pertumbuhan.27 Kebanyakan dari karies tidak terawat ini dapat membawa dampak

yang signifikan terhadap kesehatan umum, kualitas hidup, produktivitas,

(6)

Indeks DMFT

Indeks DMFT digunakan dan diterima sebagai alat ukur yang baik untuk

menilai pengalaman karies dalam epidemiologi dental. Indeks ini memberikan

informasi tentang karies, restorasi dan tindakan bedah, namun tidak menyediakan

informasi atas konsekuensi klinis yang terjadi akibat karies gigi yang tidak terawat.9

Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada tahun

1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Indeks ini

dibedakan atas indeks DMFT (Decayed Missing Filled Teeth) yang digunakan untuk

gigi permanen pada orang dewasa dan deft (decayed extracted filled tooth) untuk gigi

desidui pada anak-anak.3

Pemeriksaan harus dilakukan dengan menggunakan kaca mulut. Indeks ini

menggunakan kolom, tidak menggunakan skor; pada kolom yang tersedia langsung

diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi yang hilang) dan F (gigi yang ditumpat) dan

kemudian dijumlahkan sesuai kode. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF

dibagi atas jumlah orang yang diperiksa.3

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:3,29

1.Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D.

2.Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan

dalam kategori D.

3.Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D.

4.Semua gigi yang telah hilang atau harus dicabut karena karies dimasukkan dalam

kategori M.

5.Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan

ortodonti tidak dimasukkan dalam kategori M.

6.Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F.

7.Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi tidak dimasukkan dalam

(7)

Indeks PUFA

Selama 70 tahun terakhir, data tentang karies yang dikumpulkan

menggunakan indeks DMFT. Indeks ini memberikan informasi tentang karies,

penambalan dan pencabutan tetapi tidak menilai akibat klinis dari karies gigi yang

tidak dirawat. Karies dalam yang sudah mengenai pulpa tetap dimasukkan ke dalam

kategori karies dentin dan kelainan pulpanya tidak dinilai sama sekali.1,30

Pada tahun 2007, WHO World Health Assembly (WHA) mengakui adanya

beban yang sangat besar di seluruh dunia akibat penyakit gigi dan mulut serta

menekankan pentingnya meningkatkan upaya berdasarkan pengumpulan data yang

komprehensif (evidence based), oleh karena itu diperlukan sistem penilaian baru yang

dapat menilai tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut, sebuah alat ukur yang dapat

mengevaluasi tahap lanjut dari karies dimana pulpa terekspos atau bakteri dan toksin

dari gigi secara tak terduga muncul.1,30,31

Indeks PUFA adalah indeks yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi

rongga mulut yang merupakan akibat dari karies yang tidak terawat.1 Indeks PUFA

dapat menilai tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut akibat karies yang tidak

ditangani dengan baik berdasarkan keterlibatan Pulpa (P), adanya Ulserasi (U) karena

sisa akar, adanya Fistel (F) dan apakah sudah ada Abses (A).28,30

Penilaian tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut dengan indeks PUFA

dengan cara visual. Skor PUFA dijumlahkan sesuai dengan kriteria diagnostik PUFA

yang ditemukan. Tiap gigi diberi satu skor, P atau U atau F atau A.30 Pada seorang

individu, skor pufa dapat berkisar 0-20 untuk gigi desidui dan skor PUFA 0-32 untuk

(8)

Gambar 1. Contoh lembar pengisian indeks PUFA30

Kode dan kriteria untuk indeks PUFA adalah sebagai berikut :30

• Keterlibatan Pulpa (P)

Kamar pulpa yang terbuka terlihat atau ketika struktur mahkota gigi telah

dihancurkan oleh proses karies dan hanya fragmen gigi atau akar yang tersisa

(Gambar 2).

Gambar 2. Keterlibatan pulpa gigi 84,85,36 dan 371,30

• Ulserasi (U)

Ulserasi terjadi apabila terdapat tepi tajam gigi yang dislokasi atau terdapat

fragmen akar yang telah menyebabkan ulserasi traumatis dari jaringan lunak

(9)

Gambar 3. Ulserasi pada jaringan lunak

karena sisa akar gigi 751,30

• Fistula (F)

Terdapat saluran tempat keluar pus / nanah dan berhubungan pada gigi dengan

pulpa terbuka (Gambar 4).

Gambar 4. Fistula di sisa akar gigi 85 dan pada gigi 261,30

• Abses (A)

Terdapat pembengkakan yang mengandung pus / nanah pada gigi dengan

(10)

Gambar 5. Abses pada gigi 84, 54, dan 161,30

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah pengukuran berat badan yang

disesuaikan dengan tinggi badan. Pengukuran ini merupakan pengukuran sederhana

yang dapat dilakukan untuk mengamati proses pertumbuhan dan perkembangan.32

IMT telah direkomendasikan untuk mengevaluasi berat badan yang disesuaikan

dengan tinggi badan pada anak-anak, dewasa muda, dan orang dewasa.32

Rumus yang digunakan dalam menghitung Indeks Massa Tubuh:15

IMT =

Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (m)x Tinggi Badan (m)

Interpretasi IMT dibuat berdasarkan usia dan jenis kelamin. Kategori status

berat badan dapat dilihat pada tabel 1 setelah disesuaikan dengan standar IMT

menurut usia dari KEMENKES pada lampiran 2 untuk menentukan hasil z-score.33,34

Tabel 1. Kategori status berat badan menurut KEMENKES RI34

Z-Score Status Berat Badan

<-3 SD Sangat kurus

-3 SD sampai dengan <-2 SD Kurus

-2 SD sampai dengan 1 SD Normal

>1 SD sampai dengan 2 SD Gemuk

(11)

Hubungan Karies dengan IMT

Beberapa laporan menyatakan bahwa kerusakan gigi yang parah bisa menjadi

faktor untuk pertumbuhan yang buruk pada anak-anak (Miller et al, 1982; Acs, 1992;

Ayhan et al, 1996; Malek Mohammadi et al, 2009).35 Menurut penelitan Monse et al

pada tahun 2009 pada kelompok anak usia 12 tahun didapatkan prevalensi karies

sebesar 82% dan prevalensi PUFA/pufa sebesar 56% dimana rerata PUFA adalah 1.1

Penelitian Jain et al pada tahun 2014 pada kelompok anak usia 13-16 tahun

didapatkan rerata PUFA 0,3.8 Pada penelitian yang dilakukan oleh Rohini et al pada

tahun 2014 pada kelompok anak yang berusia 4-14 tahun di India, terdapat hubungan

antara karies gigi yang tidak terawat (PUFA) dengan IMT rendah.38

Sebuah penelitian dilakukan oleh Benzian et al pada tahun 2011 dengan total

sampel 1951 orang anak yang berusia rata-rata 11,8 tahun di Filipina. Berdasarkan

penelitian tersebut, didapatkan hasil ada hubungan yang signifikan antara karies dan

IMT, terutama antara infeksi odontogenik dan IMT dibawah normal, dimana

prevalensi IMT dibawah normal secara signifikan lebih tinggi pada anak dengan

infeksi odontogenik (PUFA) dibandingkan anak tanpa infeksi odontogenik.36

Menurut penelitian yang dilakukan Chatterjee et al pada tahun 2012 pada 544

anak perempuan usia 6-19 tahun di India dilihat dari adanya karies yang diukur

dengan indeks DMFT, maka ditemukan sebanyak 41,83% dengan berat badan

kurang; 41,18% dengan berat badan normal dan 17% dengan berat badan berlebih.

Ditinjau dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara karies gigi (DMFT) dan anak dengan berat badan rendah dibandingkan dengan

anak dengan berat badan normal dan berlebih.7

Tramini et al pada tahun 2009 menemukan bahwa tidak ada hubungan

signifikan antara DMFT dan IMT. Penemuan ini seiring dengan hasil studi yang

dikemukakan oleh Pinto et al pada tahun 2007 dimana tidak ada korelasi antara karies

gigi dan IMT dalam analisis regresi multipel.15 Mostafa Sadeghi et al pada tahun

2007 di Isfahan menyimpulkan tidak ada hubungan antara IMT dengan skor

(12)

signifikan antara obesitas/berat badan berlebih dan pengalaman karies.27

Studi yang dilakukan Alkarimi et al pada tahun 2013 tentang tinggi dan berat

badan pada anak di Saudi yang berusia 6-8 tahun menunjukkan bahwa masing-

masing anak yang mempunyai level karies tinggi mempunyai tinggi dan berat badan

lebih rendah dibandingkan dengan yang level kariesnya lebih rendah.39 Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Sharma & Hedge pada tahun 2009 di India pada 500

anak berusia 8-12 tahun, ditemukan bahwa anak dengan berat badan kurang memiliki

nilai DMFS yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan anak dengan berat

badan normal dan diatas normal.40 Cameron et al pada tahun 2006 menemukan hasil

yang sama pada penelitian yang ia lakukan terhadap 165 anak berusia 3-11 tahun di

Scotland.40

Ngoenwiwatkul & Leela-Adisorn pada tahun 2009 di Thailand melakukan

penelitian pada anak berusia 6-7 tahun dengan indeks dmfs dan mendapatkan hasil

anak dengan nilai indeks yang tinggi memiliki berat badan yang lebih rendah.40 Hasil

ini berbanding terbalik dengan penelitian Cereceda et al pada tahun 2010 pada anak

berusia 5-15 tahun di Chili menemukan tidak ada hubungan antara karies dan IMT.40

Penelitian de Carvalho Sales-Peres et al pada tahun 2010 pada anak berusia 12 tahun

(13)

Kerangka Teori

Etiologi : Faktor Risiko:

-

- - -

Agen /

Mikroorganisme Substrat / Diet Host

Waktu

- Usia

- Jenis Kelamin

Karies

Dirawat Tidak terawat

Indeks DMFT Klein Indeks PUFA

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Sangat

(14)

Kerangka Konsep

DMFT ≤ 2 tanpa PUFA

1.Jenis Kelamin :

a. Laki-Laki

b. Perempuan

2.Usia :

a.12 tahun

b.13 tahun

c.14 tahun

Indeks Massa Tubuh

(IMT) : DMFT > 2 tanpa PUFA

a.

b.

c.

Dibawah normal

Normal

Diatas normal

Gambar

Gambar 1. Contoh lembar pengisian indeks PUFA30
Gambar 4. Fistula di sisa akar gigi 85 dan pada gigi 261,30
Gambar 5. Abses pada gigi 84, 54, dan 161,30

Referensi

Dokumen terkait

Demikian Pengumuman Hasil Prakualifikasi ini disampaikan, kepada peserta seleksi yang tidak masuk dalam short list atas partisipasinya dalam seleksi ini disampaikan terima

Saudara untuk melakukan Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya Pekerjaan Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah Jurusan Pendidikan MIPA IAIN Palangka Raya Tahun

[r]

Perusahaan yang tidak hadir pada acara Pembuktian Kualifikasi sebanyak 4 (empat) perusahaan,yaitu: 1.CV.Artha Asri Arsitek.. Peserta yang lulus kualifikasi pada

[r]

Saudara untuk melakukan Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya Pekerjaan Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah Program Magister IAIN Palangka Raya Tahun Anggaran 2017

[r]

Pihak lain yang bukan Direktur Utama/ Pimpinan Perusahaan/ Pengurus Koperasi yang namanya tidak tercantum dalam Akta Pendirian/ Anggaran Dasar, sepanjang pihak lain tersebut