• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran BPJS Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran BPJS Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

A. Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebagai Amanat Pasal 28H dan 34 UUD

1945

Jaminan sosial bagi seluruh warga negara merupakan suatu tanggung

jawab pemerintah untuk menjaminnya dan menjadi hak bagi setiap warga negara

untuk mendapatkannya tanpa diskriminasi sehingga memungkinkan

pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat, seperti

yang diamanatkan dalam Pasal 28 H ayat (3) UUD 1945. Hal tersebut dapat

meningkatkan indeks pembangunan manusia Indonesia.22

Konstitusi Indonesia Pasal 34 ayat (2) memang menyebutkan kewajiban

Negarauntuk mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat Untuk itu dalam

menjalankan amanat undang-undang tersebut dan memberikan jaminan sosial

kepada setiap warga negara, maka diperlukan suatu sistem yang

mengendalikannya yang disebut sistem jaminan sosial.

Pada 19 Oktober 2004, tercetuslah suatu undang-undang yang mengatur

sistem tersebut. Pada saat UU SJSN diundangkan, dibuat suatu acara khusus yang

dihadiri oleh menteri-menteri terkait dan tim inti SJSN. Alasannya adalah belum

banyak pejabat publik yang mengetahui hal tersebut dan yang juga merupakan

penjabaran UUD 1945 Pasal 34. Meskipun UU SJSN sempat diajukan uji materi

ke MK, keputusannya adalah ke-empat BPJS sah sebagai badan penyelenggara

tingkat nasional dan UU SJSN telah memenuhi amanat UUD 1945.

22

(2)

Indonesia.Kewajiban ini yang kemudian diterjemahkan dalam UU SJSN. Sistem

jaminan sosial nasional akan dilaksanakan olehbadan yang dibentuk oleh

pemerintah BPJSdengan mengintegrasikan seluruh program jaminan sosial

nasional yang tersebar diempat lembaga penyelenggara seperti Jamsostek, Askes,

Asabri dan Taspen.

Undang-Undang SJSN yang akan melindungi seluruh rakyat Indonesia

bukan tidak mendapat tentangan, pada kenyataannya undang-undang ini sudah

dua kali digugat konstitusionalnya. Penentangan yang paling menarik adalah

ketika masyarakat yang diwakili oleh dewan kesehatan rakyat, perkumpulan

serikat rakyat miskin kota, front nasional perjuangan buruh Indonesia menggugat

keharusan pembayaran premi. Menurut para pemohon ini SJSN yang mewajibkan

pembayaran iuran bertentangan dengan UUD 1945. Menurut para penggugat,

BPJS seperti yang diamanatkan dalam UU SJSN, hanya akan mengeksploitasi

rakyat dan menguntungkan pemerintah karena semua rakyat Indonesia harus

membayar premi jaminan sosial kepada lembaga tersebut. Disamping itu,

pembayaran premi wajib bagi semua warga negara, terlepas dari status sosial

ekonomi mereka, untuk semua program jaminan sosial yang diadakan, pemerintah

telah mengaburkan antara jaminan sosial dan asuransi sosial.23

Kewajiban pemerintah memberikan layanan kesehatan dan melakukan

pengaturan untuk melindungi kesehatan rakyat sebagai wujud tugas-tugas

pemerintah dalam rangka fungsi pemerintah berasarkan pemerintah yang baik

(good governance).24

(3)

Kesadaran tentang pentingnya jaminan kesehatan perlindungan sosialterus

berkembang sesuai amanat pada Pasal 34 ayat (2) UUD1945, yaitu menyebutkan

bahwa negara mengembangkan sistem jaminansosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Masuknya sistem jaminan sosial dalamperubahan UUD 1945, dan

terbitnya UU SJSN, menjadi suatu bukti yang kuat bahwapemerintah dan

pemangku kepentingan terkait memiliki komitmen yang besaruntuk mewujudkan

kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya. Melalui SJSNsebagai salah satu

bentuk perlindungan sosial, pada hakekatnya bertujuanuntuk menjamin seluruh

rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupyang layak.

Pasal 28H UUD1945 dan Undang-Undang Nomor36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhakmendapatkan pelayanan

kesehatan. Karena itu, setiap individu, keluarga danmasyarakat berhak

memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, danNegara bertanggung jawab

mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagipenduduknya termasuk bagi

masyarakat miskin dan tidak mampu. UU SJSNmenyebutkan bahwa setiap orang

berhak atas jaminan sosial untuk dapatmemenuhi kebutuhan dasar hidup yang

layak dan meningkatkan martabatnyamenuju terwujudnya masyarakat Indonesia

yang sejahtera, adil dan makmur. Cara yang dilakukan pemerintah untuk

memenuhi hak warga negara tersebutadalah melalui penerapan SJSN yang

undang-undangnya sudah disahkan sejak tahun2004. Sedangkan Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatanmenyebutkan bahwa setiap orang

mempunyai hak yang sama dalammemperoleh akses atas sumber daya di bidang

(4)

bermutu dan terjangkaudan berhak secara mandiri dan bertanggung jawab

menentukan sendiripelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Pemerintah

Indonesiaberkewajiban memberikan jaminan untuk terpenuhinya hak hidup sehat

setiapwarga negaranya, tanggung jawab pemerintah tersebut dilakasanakan

melaluisistem jaminan sosial nasional yang salah satu bentuknya adalah

jaminankesehatan bagi seluruh warga negara.

Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial

terusberkembang sesuai amanat pada perubahan UUD1945 Pasal34 ayat (2), yaitu

menyebutkan bahwa negara mengembangkan sistemjaminan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia. Dimasukkannya sistemjaminan sosial dalam perubahan

UUD1945, terbitnya UUSJSNmenjadi suatu bukti yang kuat bahwa pemerintah

dan pemangkukepentingan terkait memiliki komitmen yang besar untuk

mewujudkankesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya. Melalui SJSN sebagai

salah satubentuk perlindungan sosial pada hakekatnya bertujuan untuk

menjaminseluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang

layak.Jamkesmas adalah bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi

masyarakatmiskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh

Pemerintah,diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan sejak tahun 2008

danmerupakan perubahan dari Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

bagiMasyarakat Miskin (JPKMM) atau lebih dikenal dengan program

Askeskinyang diselenggarakan pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007.

ProgramJamkesmas diselenggarakan untuk memberikan kemudahan dan

(5)

kesehatanyang melaksanakan program Jamkesmas, mendorong peningkatan

pelayanankesehatan yang terstandar dan terkendali mutu dan biayanya,

danterselenggaranya pengelolaan keuangan negara yang transparan

danakuntabel.25

Jaminan sosial merupakan sistem proteksi yang diberikan kepadasetiap

warga negara untuk mencegah hal-hal yang tidak dapat diprediksikan karena

adanya risiko-risiko sosial ekonomi yang dapat menimbulkan hilangnya pekerjaan

maupun mengancam kesehatan. Oleh karena itu, jaminan sosial hadir sebagai

salah satu pilar kesejahteraan yang bersifat operasional. Kesehatan merupakan hak

asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai

dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan

UUD1945. Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan

prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka

pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan

daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara

sosial dan ekonomis.26

25

Kementerian Kesehatan RI, 2013, http://www.depkes.go.id/ (diakses pada tanggal 2 Maret 2016).

26

(6)

B. Pengaturan Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2004

Sistem jaminan sosial, sebenarnya juga sudah dikenal di Indonesia,

sebagaimana telah diselenggarakan oleh PT Askes Indonesia, PT Taspen, PT

Jamsostek dan PT Asabri. Namun, baik dilihat dari jumlah kepesertaan, jenis

program maupun kualitas manfaat, serta prinsip-prinsip penyelenggaraan dan

regulasi ternyata memerlukan penyempurnaan. Peserta program jaminan sosial di

Indonesia, dibanding dengan Negara lainnya, masih terlalu sedikit . Manfaat yang

diperoleh peserta juga masih sangat terbatas. Prinsip/ sistem penyelenggaraan juga

bervariasi, sehingga menimbulkan ketidakadilan sosial. Karena itu, diperlukan

undang-undang baru yang diharapkan dapat memayungi segenap penyelenggaraan

program jaminan sosial, meningkatkan jumlah peserta, meningkatkan manfaat

serta lebih berkeadilaan, yang kemudian dikenal sebagai UU SJSN.

1. Landasan filosofis

Pemikiran mendasar yang melandasi transformasi penyelenggaraan

jaminan sosial adalah sebagai berikut:27

a. Penyelenggaraan jaminan sosial berbasis kepada hak konstitusional setiap

orang dan sebagai wujud tanggung jawab Negara sebagaimana

diamanatkan dalam

(7)

1) Pasal 28 H ayat (3) menentukan setiap orang berhak atas jaminan

sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai

manusia yang bermanfaat.

2) Pasal 34 ayat (2) menentukan Negara mengembangkan sistem jaminan

sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah

dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

b. Program jaminan sosial ditujukan untuk memungkinkan setiap orang

mampu mengembangkan dirinya secara utuh sebagai manusia yang

bermanfaat

c. Penyelenggaraan sistem jaminan sosial berdasarkan asas antara lain asas

kemanusiaan yang berkaitan dengan martabat manusia.

1)

diselenggarakan berdasarkan:

a) asas kemanusiaan;

b) asas manfaat;

c) asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2)

berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat manusia.

d. Sistem jaminan sosial nasional menggunakan pendekatan terpenuhinya

kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota

(8)

1)

bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar

hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.

2)

kebutuhan dasar hidup adalah kebutuhan esensial setiap orang agar

dapat hidup layak, demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.

2. Landasan yuridis

Landasan yuridis penyelenggaraan SJSN adalah UUD 1945 Pasal 28H

ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2). Pasal 28H ayat (3) diatur dalam Perubahan Kedua

UUD 1945 dan Pasal 34 ayat (2) diatur dalam Perubahan Keempat UUD 1945.

Amanat konstitusi tersebut kemudian dilaksanakan dengan UU SJSN. Pasca

Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara Nomor 007/PUU-III/2005,

pemerintah bersama DPR mengundangkan sebuah peraturan pelaksanaan UU

SJSN setingkat undang-undang, yaitu UU BPJS. Peraturan Pelaksanaan UU SJSN

dan UU BPJS terbentang mulai Peraturan Pemerintah hingga Peraturan Lembaga.

Penyelesaian seluruh dasar hukum bagi implementasi SJSN yang mencakup UUD

1945, UU SJSN dan peraturan pelaksanaannya membutuhkan waktu lima belas

tahun (2000 – 2014).28

a. Undang-UndangDasar 1945Perubahan Kedua (2000) dan Perubahan

Keempat (2002)

28

(9)

Pasal 28H ayat (3) menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas jaminan

sosial yangmemungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai

manusiayang bermanfaat.Pasal 28H ayat (3) meletakkan jaminan sosial

sebagaihak asasi manusia.

Selanjutnya, Pasal 34 ayat (2) menyebutkan bahwa Negara

mengembangkan sistem jaminan sosialbagi seluruh rakyat dan

memberdayakan masyarakat yang lemahdan tidak mampu sesuai dengan

martabat kemanusiaan.

Pasal 34 ayat (2) meletakkan jaminan sosial sebagai elemen

penyelenggaraanperekonomian nasional dan kesejahteraan sosial.

b. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (UU SJSN)

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

SosialNasional (UU SJSN)diundangkan pada tanggal 19 Oktober 2004,

sebagaipelaksanaan amanat konstitusi tentang hak konstitusional

setiaporang atas jaminan sosial dengan penyelenggaraan

program-programjaminan sosial yang menyeluruh bagi seluruh warga negara

Indonesia.UU SJSN adalah dasar hukum untuk menyinkronkan

penyelenggaraanberbagai bentuk jaminan sosial yang telah dilaksanakan

oleh beberapabadan penyelenggara agar dapat menjangkau kepesertaan

yang lebihluas serta memberikan manfaat yang lebih besar bagi setiap

(10)

c. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (UU BPJS)

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan

PenyelenggaraJaminan Sosial (UU BPJS) adalah dasar hukum bagi

pembentukan badan penyelenggara jaminan sosial, yaitu BPJS Kesehatan

dan BPJS Ketenagakerjaan.BPJS Kesehatan menyelenggarakan program

jaminan kesehatan bagiseluruh penduduk Indonesia. BPJS

Ketenagakerjaan menyelenggarakanprogram jaminan kecelakaan kerja,

jaminan kematian, jaminan hari tua,dan jaminan pensiun bagi seluruh

tenaga kerja di Indonesia.UU BPJS mengatur fungsi, tugas, wewenang dan

tata kelola badanpenyelenggara jaminan sosial.UU BPJS mengatur tata

cara pembubaran empat Persero penyelenggaraprogram jaminan sosial (PT

Askes, PT Jamsostek, PT Asabri, PT Taspen)berikut tata cara pengalihan

aset, liabilitas, hak, kewajiban, dan pegawaikeempat persero kepada BPJS.

3. Landasan sosiologis

Paradigma hubungan antara penyelenggara negara dengan warganya sejak

reformasi ketatanegaraan mengalami perubahan signifikan.Selama orde baru,

hubungan tersebut "state oriented" atau berorientasi kepada negara. Kemudian

sejak reformasi hubungan tersebut berubah menjadi "people oriented" atau

berorientasi kepada rakyat yang berdaulat. Rakyat tidak dipandang sebagi obyek

tetapi subyek yang diberi wewenang untuk turut menentukan kebijakan publik

(11)

penyelenggaraan segala urusan pelayanan publik, tetapi mengatur dan

mengarahkannya.

Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat tersebut direspon oleh

hukum. Pemerintah membentuk dan mengundangkan UU SJSN untuk menyikapi

dinamika masyarakat dan menangkap semangat jamannya, menyerap aspirasi, dan

cita-cita hukum masyarakat. Penyelenggaraan program jaminan sosial diubah

secara mendasar untuk memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia.

Penyelenggaraan sistem jaminan sosial (social security), sebagaimana

pertama kali dirintis oleh Otto von Bismarck (1883), sebagai upaya mewujudkan

kesejahteraan rakyat, dewasa ini telah berkembang diseluruh dunia dengan

berbagai modifikasi, sesuai dengan keadaan , kebutuhan dan bahkan sistem politik

dan ekonomi di setiap negara.

Prinsip-prinsip yang menjadi ciri program jaminan sosial yaitu:29

1. Program jaminan sosial itu tumbuh dan berkembang sejalan dengan

pertumbuhan ekonomi sebuah negara.

2. Ada peran peserta untuk ikut membiayai program jaminan sosial, melalui

mekanisme asuransi, baik sosial / komersial atau tabungan.

3. Dimulai dari kelompok formal, non-formal dan baru kelompok masyarakat

mandiri.

4. Kepesertaan yang bersifat wajib, sehingga hukum “the law of large

numbers cepat terpenuhi.

(12)

5. Peran negara yang besar

6. Bersifat “not for profit”

7. Merupakan instrumen mobilisasi dana masyarakat yang besar, sehingga

mampu membentuk tabungan nasional yang juga besar, sehingga memberi

dampak ekonomi/ pembangunan pada umumnya. Sistem jaminan sosial

merupakan “engine of development”, mesinnya pembangunan sebuah bangsa.

Prinsip-prinsip sistem jaminan sosial yang merupakan pengaturan dari UU

SJSN yaitu :30

1. Prinsip kegotong-royongan.

Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotong-royong dari peserta yang

mampu kepada peserta yang kurangmampu dalam bentuk kepesertaan wajib

bagi seluruh rakyat. Peserta yang berisiko rendah membantu yang berisiko

tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Melalui prinsip

kegotong-royongan ini jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial

bagi keseluruhan rakyat Indonesia.

2. Prinsip nirlaba.

Pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan mencari laba (nirlaba) bagi

badan penyelenggara jaminan sosial, akan tetapi tujuan utama

penyelenggaraan jaminan sosial adalah untuk memenuhi

sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana amanat, hasil pengembangannya,dan

surplus anggaran akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan

peserta.

(13)

3. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas.

Prinsip-prinsip manajemen ini diterapkan dan mendasari seluruh

kegiatanpengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil

pengembangannya.

4. Prinsip portabilitas.

Jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminanyang berkelanjutan

meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempattinggal dalam wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Prinsip kepesertaan bersifat wajib.

Kepesertaan wajib dimaksudkan agarseluruh rakyat menjadi peserta sehingga

dapat terlindungi. Meskipunkepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat,

penerapannya tetapdisesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan

pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama

dimulai daripekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal

dapatmenajdi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya sistem jaminan

sosial nasional dapat mencakup seluruh rakyat.

6. Prinsip dana amanat.

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan titipan kepada

badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknyadalam rangka

(14)

7. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial Nasional dalam

Undang-Undang ini adalah hasil berupa dividen dari pemegang saham

yangdikembalikan untuk kepentingan peserta jaminan sosial.

C. Pengelolaan Sistem Jaminan Sosial Nasional

Pengelolaan SJSN, sebagaimana tercantum dalam UU SJSN, adalah suatu

tata cara kelola penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan

penyelenggara jaminan sosial.Pengelolaan SJSN dilaksanakan oleh dua badan

hukum publik yaitu: BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS

Kesehatan adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan

program jaminan kesehatan.

BPJS Kesehatan merupakan program SJSN yang di khususkan untuk

menjalankan pengelolaan di bidang pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat

Indonesia yang menitikberatkan kepada pemerataan pelayanan kesehatan. Dalam

pengelolaan SJSN, BPJS Kesehatan dibantu oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional.

Dewan ini mempunyai tugas pokok, yaitu :31

1. Melakukan pengelolaan dan penelitian yang berkaitan dengan

penyelenggaraan jaminan sosial.

2. Mengusulkan kebijakan investasi dana jaminan sosial nasional.

3. Mengusulkan anggaran jaminan sosial bagi penerima bantuan iuran dan

tersedianya anggaran operasional kepada pemerintah.

(15)

Fungsi Dewan ini adalah merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi

penyelenggaraan SJSN terhadap dana jaminan sosial yang adaagar dipergunakan

seluruhnya untuk pengembangan programSJSN.Pengelolaan program Jaminan

Sosial, baik dalam bentuk dana operasional maupun dana investasi,

diselenggarakan dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,

kehati-hatian, keamanan dana dan hasil memadai. Pengelolaan dana dilaksanakan

melalui suatu mekanisme yang merupakan kombinasi proses dan struktur, untuk

menginformasikan, mengarahkan, dan memantau kegiatan organisasi dalam

rangka mencapai tata kelola organisasi yang baik, yang mana hasil pengelolaan

dana tersebut dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan

sebesar-besarnya kepentingan peserta.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tata kelola organisasi yang

baik, adalah menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan secara tepat dalam

suatu kerangka kesepahaman untuk menerapkan prinsip-prinsip tata kelola

organisasi yang baik secara menyeluruh dan konsisten dalam setiap kegiatan

keuangan dan investasi BPJS Kesehatan.32

1. Pembayaran iuran oleh pemberi kerja, pegawai, dan pekerja mandiri akan

meningkatkan kesadaran adanya hubungan antara pemberian manfaat dan

iuran yang dibayarkan, dan bila terjadi kenaikan manfaat berakibat kenaikan

iuran.

Pengelolaan Sistem Jaminan Sosial Nasional, antara lain :

(16)

2. Prinsip iuran melalui perpajakan akan mendorong masyarakat untuk bersikap

lebih bertanggung jawab terhadap kewajiban memenuhi pembayaran pajak.

3. Integrasi iuran dalam sistem perpajakan akan meningkatkan penerimaan

negara dari perpajakan yang akan mendorong perekonomian nasional.33

Pengelolaan Jaminan Sosial Kesehatan disusun sesuai dengan tahapan

yang ditetapkan dalam standar perencanaan yang berlaku secara nasional yang

mencakup: inventarisasi data dan informasi aset Jaminan Sosial Kesehatan dan

penyusunan rancangan serta penetapan rencana pengelolaan aset Jaminan Sosial

Kesehatan.34

Dana operasional yang dapat diambil dari dana jaminan sosial kesehatan

oleh BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5) paling

tinggi 10% (sepuluh persen) dari total iuran yang telah diterima oleh BPJS

Kesehatan. Besaran persentase dana operasional sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditetapkan setiap tahun oleh menteri setelah berkoordinasi dengan menteri

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan dan SJSN.35

Pengelolaan dana jaminan sosial oleh BPJS mencakup sumber aset,

liabilitas, penggunaan, pengembangan, kesehatan keuangan, dan

pertanggungjawaban. Dana BPJS bersumber dari: modal awal dari pemerintah,

yang merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham;

hasil pengalihan dana BUMN yang menyelenggarakan program jaminan sosial;

hasil pengembangan dana BPJS. Modal awal dari pemerintah untuk BPJS

Kesehatan ditetapkan paling banyak Rp2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah)

(17)

yang bersumber dari APBN. Pemerintah merealisasikan ketentuan ini sebesar

25% pada tahun 2014. Menteri Keuangan mengalokasikan modal awal kepada

masing-masing BPJS sejumlah Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang

bersumber dari APBN tahun 2013. Dana BPJS dapat digunakan untuk:biaya

operasional penyelenggaraan program jaminan sosial, biaya pengadaan barang

dan jasa yang digunakan untuk mendukung operasional penyelenggaraan jaminan

social, biaya untuk peningkatan kapasitas pelayanan; investasi dalam instrumen

investasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dana Jaminan Sosial (DJS) merupakan dana amanat milik peserta jaminan

sosial yang terdiri dari himpunan iuran jaminan sosial dan hasil

pengembangannya. DJS dikelola oleh BPJS untuk pembayaran manfaat kepada

peserta dan pembiayaan operasional penyelenggaraan program jaminan sosial.

BPJS tidak menyubsidi silang antarprogram dengan membayarkan manfaat suatu

program dari dana program lain. Aset Dana Jaminan Sosial (DJS) bersumber dari:

iuran jaminan sosial, termasuk bantuan iuran; hasil pengembangan Dana Jaminan

Sosial, hasil pengalihan aset program jaminan sosial yang menjadi hak peserta

dari BUMN yang menyelenggarakan program jaminan sosial, sumber lain yang

sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Aset Dana Jaminan Sosial

digunakan untuk pembayaran manfaat atau pembiayaan layanan jaminan sosial,

biaya operasional penyelenggaraan program jaminan social, investasi dalam

instrumen investasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.36

36

(18)

Liabilitas Dana Jaminan Sosial Kesehatan merupakan seluruh kewajiban

pembayaran manfaat kepada peserta jaminan kesehatan. BPJS Kesehatan

mengelola liabilitas dana jaminan sosial kesehatan. Liabilitas Dana Jaminan

Sosial Kesehatan terdiri atas: utang klaim; akumulasi iuran yang belum dapat

diidentifikasi pesertanya; cadangan teknis; dan liabilitas lainnya sesuai dengan

standar akuntansi keuangan yang berlaku dan terkait dengan aktivitas program

Jaminan Kesehatan. Cadangan teknis terdiri atas: cadangan atas iuran yang belum

merupakan pendapatan; cadangan klaim dalam proses penyelesaian; dan cadangan

klaim yang sudah terjadi namun belum dilaporkan.

Penggunaan danaBPJS Kesehatan dapat dilakukan untuk biaya operasional

penyelenggaraan program jaminan kesehatan, biaya pengadaan barang dan jasa

yang digunakan untuk mendukung operasional penyelenggaraan jaminan

kesehatan, biaya untuk meningkatkan kapasitas pelayanan dan investasi dalam

instrumen investasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

DanaBPJS Kesehatan yang digunakan untuk biaya pengadaan barang dan jasa

yang digunakan untuk mendukung operasional penyelenggaraan Jaminan

Kesehatan ditetapkan oleh direksi BPJS Kesehatan sesuai standar akuntansi

keuangan yang berlaku. DanaBPJS Kesehatan yang digunakan untuk investasi

dalam instrumen investasi dilakukan melalui investasi pada instrumen investasi

pasar uang, pasar modal, dan investasi langsung.37

Sistem jaminan sosial nasional yang dituangkan dalam UU SJSN

bertujuan untuk melaksanakan amanat Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2)

37

(19)

UUD 1945. SJSN, sebagaimana ditetapkan dalam penjelasan UU SJSN, adalah

program Negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan

kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap

penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila

terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan

karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki

usia lanjut atau pensiun. Ketentuan ini mengubah secara fundamental

penyelenggaraan program jaminan sosial Indonesia, yaitu :

1. Dari upaya merespon masalah dan kebutuhan pemberi kerja terhadap tenaga

kerja murah, berdisiplin dan berproduktifitas tinggi ke pemenuhan hak

konstitusional warga negara;

2. Dari pengaturan oleh berbagai peraturan perundangan untuk tiap-tiap

kelompok masyarakat ke pengaturan oleh satu hukum jaminan sosial yang

menjamin kesamaan hak dan kewajiban bagi seluruh Warga Negara Indonesia;

3. Dari penyelenggaraan oleh badan usaha pro laba ke penyelenggaraan badan

publik nirlaba. UUSJSN dibentuk untuk menyinkronisasikan penyelenggaraan

program-program jaminan sosial yang diselenggarakan oleh beberapa badan

penyelenggara agar mampu memberikan manfaat yang lebih baik kepada

seluruh peserta. Substansi UUSJSN mengatur kepesertaan, besaran iuran dan

manfaat, mekanisme penyelenggaraan dan kelembagaan jaminan sosial yang

berlaku sama di seluruh wilayah Indonesia. Undang-undang SJSN

menetapkan bahwa penyelenggaraan program jaminan sosial dengan

(20)

sosial, sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1 angka (3) UU SJSN, adalah

suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari

iuran guna memberikanperlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa

peserta dan/atau anggota keluarganya.

Selanjutnya, penjelasan Pasal 19 ayat (1) UU SJSN menetapkan bahwa

prinsip asuransi sosial mencakup kegotong-royongan antara yang kaya dan

miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan muda, dan yang berisiko tinggi dan

rendah, kepesertaan bersifat wajib dan tidak selektif, iuran berdasarkan presentase

upah/penghasilan dan bersifat nirlaba. Prinsip asuransi sosial diberlakukan untuk

program jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan

pensiun dan jaminan kematian.

Bantuan sosial, sebagaimana diatur dalam Pasal 14 UU SJSN dilaksanakan

dengan mewajibkan pemerintah untuk membayar iuran jaminan sosial bagi

penduduk fakir miskin dan tidak mampu, yang selanjutnya disebut sebagai

penerima bantuan iuran. UU SJSN Pasal 17 ayat (1) mengatur bahwa pada tahap

pertama, pemerintah berkewajiban membayar iuran jaminan kesehatan bagi

penerima bantuan iuran jaminan sosial. Tabungan wajib, dilaksanakan untuk

penyelenggaraan program jaminan hari tua dan jaminan pensiun.

Bagi program jaminan hari tua dan jaminan pensiun, Pasal 35 ayat (1)

dan Pasal 39 ayat (2) UU SJSN mengatur bahwa prinsip tabungan wajib adalah

pilihan di samping prinsip asuransi sosial. Pada penjelasan Pasal 35 ayat (1) UU

(21)

pada pertimbangan bahwa manfaat jaminan hari tua berasal dari akumulasi iuran

dan hasil pengembangannya.

Prinsip tabungan wajib pada program jaminan pensiun, penjelasan Pasal

39 ayat (1) UU SJSN menjelaskan bahwa tabungan wajib diberlakukan untuk

memberi kesempatan kepada pekerja yang memasuki usia pensiun sebelum masa

iuran jaminan pensiun terpenuhi untuk memperoleh manfaat jaminan pensiun

Referensi

Dokumen terkait

Efek berkelanjutan (multilier effect) dari pembentukan karakter positif anak akan dapat terlihat, seperti yang digambarkan oleh Jan Wallander, “Kemampuan sosial dan emosi pada

(1) how lexical density progresses among and within the selected English textbooks, (2) how lexical variation progresses among and within the selected English

Penulis mengenalkan sebuah sistem pengajaran berbasis komputer yaitu perangkat ajar yang ditujukan membantu para pengguna untuk lebih mudah memahami suatu materi pembelajaran.

Sehubungan dengan telah ditetapkannya Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (SP-DIPA) Petikan Unit Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Badan

Teknik pencarian yang digunakan adalah teknik PARSING, yaitu memanfaatkan source code dari situs yang digunakan sebagai sumber dan memilah-milah hasil yang didapat untuk

Sehubungan dengan telah ditetapkannya Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (SP-DIPA) Petikan Unit Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Badan

3 kunci ini menuntut penerapan teknologi yang canggih dan tepat yang tentunya akan berimplikasi pada penggunaan akuntansi manajemen dan akuntansi biaya yang

Peluang emprik merupakan rasio dari hasil yang dimaksud dengan semua hasil yang mungkin pada suatu eksprimen lebih dari satu.Dalam suatu percobaan dimana setiap hasil memunyai