• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Perumahan Bagi Buruh Industri (Studi Kasus Kawasan Industri Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Perumahan Bagi Buruh Industri (Studi Kasus Kawasan Industri Medan)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan perkotaan sekarang ini terasa begitu cepat yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini terutama terjadi di kota-kota besar, dimana kondisi pusat kota-kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk ke daerah perbatasan kota. Begitu cepatnya pertumbuhan kota-kota pada masa industrialisasi menyebabkan penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan kota.

Salah satu sektor yang berkembang dalam pembangunan daerah, terutama pembangunan ekonomi adalah sektor industri. Pembangunan sektor industri menjadi salah satu prioritas dalam perencanaan pembangunan daerah menilik dari tiga hal, yaitu perubahan besaran industri dari unit produksi kerajinan rakyat dan industri rumah tangga menjadi unit pengolahan yang lebih besar dan modern, permintaan masyarakat akan barang-barang menjadi meningkat, serta munculnya proses industrialisasi yang berpola substitusi impor.

Industri cenderung beraglomerasi di daerah yang memiliki potensi dan kemampuan yang mendukung pemenuhan kebutuhan pelaku kegiatan industri dan dapat memberikan manfaat akibat lokasi industri yang saling berdekatan.

(2)

Kota umumnya menawarkan berbagai kelebihan dalam bentuk produktivitas dan pendapatan yang lebih tinggi serta menarik investasi baru, teknologi baru, pekerja terdidik dan terampil dalam jumlah yang lebih tinggi dibanding perdesaan.

Berbagai terobosan dilakukan pemerintah Kota Medan di sektor investasi untuk dapat menarik minat para investor dari dalam maupun luar negeri mulai dari penyempurnaan pelayanan perizinan investasi sampai kepada pemberian insentif baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung.

Keseriusan Pemko Medan dalam pengembangan kawasan industri bukanlah suatu hal yang mengherankan, jika melihat keuntungan yang dapat diperoleh dari pengembangan kawasan industri bagi perkembangan lingkungan di sekitarnya.Keuntungan pertama yang dapat diperoleh dari pengembangan kawasan industri adalah untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Hal ini dapat diperlihatkan bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi Kota Medan antara tahun 2005-2007 mencapai 7,77 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional.

(3)

Keuntungan ketiga yang dapat diperoleh dari pengembangan kawasan Industri adalah membuka lapangan pekerjaan baru. Dengan bertumbuhnya kawasan perindustrian, maka akan membuka lapangan pekerjaan baru di pabrik yang dapat menyerap ribuan buruh/tenaga kerja. Dengan tambahnya lapangan kerja tersebut, maka pendapatan masyarakat dapat menjadi meningkat yang disertai juga dengan peningkatan Sumber Daya Manusia-nya.

Penambahan lapangan pekerjaan, tidak saja hanya berasal dari kebutuhan pabrik–pabrik akan tenaga kerja, tetapi juga berasal dari pembukaan lapangan kerja baru dari sektor–sektor ekonomi informal. Misalnya semakin bertumbuhnya warung– warung makan untuk tempat makan buruh–buruh, munculnya kebutuhan akan transportasi yang menghidupkan usaha ojek, rumah kontrakan, kost–kostan, toko-toko kelontong, bengkel, jasa transportasi dan lain sebagainya. Yang merupakan sektor–sektor ekonomi informal yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan para buruh–buruh yang bekerja di Kawasan Industri tersebut. Peningkatan sektor–sektor ekonomi informal ini tentu saja akan meningkatkan penghasilan masyarakat yang tinggal di kawasan Industri tersebut.

(4)

Dari aspek kependudukan, pengembangan kawasan industri juga memiliki nilai penting. Letak kawasan industri yang biasanya berada di pinggiran kota atau terletak di luar kota dapat mengurangi arus urbanisasi. Masyarakat dari desa tidak lagi hanya menargetkan kota sebagai tempat mencari pekerjaan, tetapi cukup ke kawasan industri yang menyediakan lapangan kerja cukup banyak. Para warga kota yang bekerja di kawasan industri juga cenderung akan memilih tinggal di daerah kawasan industri apabila kawasan industri telah menyediakan fasilitas hunian yang memadai. sehingga peluang arus transmigrasi dari kota ke daerah pinggiran kota menjadi semakin besar yang tentu saja dapat mengurangi kepadatan penduduk kota sebagai nilai positifnya.

Kawasan Industri Medan (KIM) berlokasi di Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli dengan areal seluas ±525 hektar.PT.KIM resmi berdiri menjadi perseroan sejak tanggal 7 Oktober 1988.Dengan kepemilikan saham 60% Pemerintah Republik Indonesia, 30% Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan 10% Pemerintah Kota Medan.Areal kawasan industri ini dibelah oleh dua jalur tol dari Kota Medan menuju Pelabuhan Belawan. Posisinya sangat strategis dengan jarak 8 kilometer ke Pelabuhan Belawan, 15 kilometer ke Bandar Udara Polonia serta 10 kilometer ke pusat Kota Medan.

(5)

Keadaan pekerja industri di kawasan industri Medan yang sebagian besar adalah pekerja komuter saat ini terjadi karena kawasan industri di Medan pada umumnya tidak merencanakan untuk membangunan perumahan buruh dalam satu zoning terpadu dengan kegiatan industrinya, yang dalam peraturan perundangan telah ditetapkan adanya pemenuhan sarana perumahan tersebut. Hal inilah yang terjadi di Kawasan Industri Medan dimana belum ada penyediaan perumahan khusus bagi pekerjanya.

Keberadaan buruh di Kawasan Industri Medan ini yang sebagaian besar merupakan pekerja penglaju (komuter) sangat membebani prasarana kota dan transportasi kota saat jam kerja dan pulang kerja, hal ini dilihat bagaimana padatnya arus lalu lintas yang menuju lokasi industri dan bahkan menimbulkan kemacetan.

Ditinjau dari aspek ekonomi, timbulnya komuter yang terjadi di kawasan studi akan merugikan banyak pihak, baik buruh, industri sendiri maupun masyarakat pengguna jalan. Bagi buruh dan pengguna jalan, pengaruh langsungnya adalah terhadap efisiensi waktu, biaya, dan produktivitas kerja yang tentunya akan berimbas pada produktifitas industri itu sendiri.

(6)

Dengan pola tinggal yang tidak terencana (liar dan kumuh) menyebabkan penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan kota.

Akumulasi permasalahan ini dikarenakan kawasan industri ini belum memperhitungkan hal tersebut, seperti yang terjadi pada kawasan industri Medan (KIM), persoalan dasar penyediaan tempat tinggal buruh menjadi masalah yang kompleks dan cukup signifikan. Keberadaan KawasanIndustriMedan yang dirasa belum memiliki hunianyang mampu memenuhikeinginandan kebutuhandari permintaanburuhcommuter. Padakondisieksisting diKawasan IndustriMedan (KIM), hunianburuh yang ditujukan untuk commuter hanya berupa rumah–rumah penduduk sekitar yang dimanfaatkan sebagi rumah kost atau rumah sewa.

Peran pemerintah ataupun pihak swasta, baik lembaga keuangan maupun perusahaan industri untuk membantu keterbatasan yang dimiliki oleh buruh industri dalam penyediaan tempat tinggal belum ada.

Buruh industri masih menggantungkan diri pada kemampuannya sendiri sehingga bagi mereka yang utama adalah tersedianya tempat untuk berlindung, sementara aspek fisik tempat tinggal tidak menjadi prioritas bagi mereka.

(7)

Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pula permintaan kebutuhan tempat tinggal sehingga tidak menutup kemungkinan daerah permukiman disekitar kawasan industri dapat menjadi permukiman kumuh karena permukiman tumbuh secara tidak terencana dan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan.

1.2 Perumusan Masalah

Seiring dengan berjalannya waktu besarnya jumlah tenaga kerja yang terserap membawa dampak pada peningkatan kebutuhan akan rumah atau tempat tinggal. Adapun kebutuhan fasilitas perumahan bagi buruh sangat mendesak dan cukup signifikan.

Faktor-faktor yang terjadi secara dinamis itu berpengaruh terhadap kebutuhan akan perumahan. Baik secara langsung maupun tidak langsung, perubahan tersebut memberikan dorongan bagi penghuni untuk memenuhi kebutuhan perumahannya.Pertumbuhan penduduk secara alamiah menyebabkan peningkatan kebutuhan perumahan. Bertambahnya jumlah penghuni akan menambah kebutuhan ruang hunian bagi buruh industri.

Permasalahan yang ada seperti yang diuraikan pada latar belakang dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Bagaimana kebutuhan perumahan bagi para pekerja/buruh di Kawasan Industri Medan?

(8)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat kepentingan atau kebutuhan nyata perumahan buruh di sekitar kawasan industri.

2. Mengidentifikasi ketersediaan fasilitas pendukung yang sesuai dengan karaktersitik buruh seperti ketersediaan angkutan umum, kemudahan aksesibilitas (jarak tempuh), dan biaya transportasi.

1.4 Manfaat Penelitian

(9)

1.5 Kerangka Berpikir

Kerangka pemilikiran diawali dengan adanya fenomena urbanisasi sebagai akibat tingginya lapangan kerja disektor industri di Kawasan Industri Medan (KIM).Tingkat urbanisasi yang tinggi membawa dampak peningkatan kebutuhan tempat tinggal bagi buruh industri.

Seiring dengan hal tersebut, perlu adanya lokasi di perkotaan sekitar kawasan industri dan belum adanya kerjasama antar stakeholder terkait mengakibatkan tumbuhnya kamar sewa yang tidak terencana dengan kualitas fisik bangunan dan lingkungan yang rendah sehingga tampak permukiman padat penduduk atau menyebabkan bangkitan lalu lintas.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka diperlukan penyediaan tempat tinggal buruh industri.Tahap awal dari penyediaan tempat tinggal bagi buruh industri di Kawasan Industri Medan adalah melakukan identifikasi karakteristik buruh industri dan faktor pendukung mengenai penyediaan tempat tinggal (ketersediaan faslitas angkutan umum, aksesibilitas, dan biaya transportasi.Berdasarkan hasil identifikasi karaketeristik buruh industri maka dilakukan analisis karakteristik buruh industri.

(10)

Analisis Kebutuhan fasiltas Perumahan Buruh

Kawasan Industri

Kesimpulan dan Rekomendasi Analisis Deskriptif

Identifikasi Kebutuhan Perumahan Buruh Kawasan Industri

Tujuan :

1. Mengetahui tingkat kepentingan atau kebutuhan nyata perumahan buruh di sekitar kawasan industri. 2. Mengidentifikasi ketersediaan fasilitas pendukung

yang sesuai dengan karaktersitik buruh seperti ketersediaan angkutan umum, kemudahan aksesibilitas (jarak tempuh), dan biaya transportasi

1. Bagaimana kebutuhan perumahan bagi para pekerja/buruh di Kawasan Industri Medan?

2. Bagaimana kebutuhan fasilitas pendukung perumahan bagi para pekerja/buruh di Kawasan Industri Medan?

Kebutuhan fasilitas perumahan bagi buruh industri meningkat

Studi Literatur :

•Teori Industri •Teori Kawasan

Perumahan

•Teori kaitan industri dan perumahan

(11)

1.6 Struktur Penulisan Tesis

Dalam penulisan dan proses penyusunan tesis ini, disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai tinjauan teori kepustakaan dan hal-hal yang berkaitan dengan aspek kawasan industri, dan kebutuhan fasilitas perumahan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai tahap-tahap dalam pengerjaan penelitian ini yang meliputi waktu dan lokasi studi, metode-metode penelitian yang dipergunakan untuk melakukan analisis-analisis permasalahan-permasalahan yang dijumpai dalam penelitian.

BAB IV TINJAUAN KAWASAN

Bab ini membahas mengenai gambaran umum wilayah studi, yaitu meliputi aspek fisik dasar, aspek sosial kependudukan, aspek guna lahan kawasan industri, dan aspek jaringan jalan dan transportasi.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

(12)

dalam bentuk tabulasi atas semua informasi yang dikumpulkan baik di lapangan maupun studi literatur. Kemudian dilakukan pengolahan data menuju kesimpulan akhir tesis ini.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Gambar

Gambar 1.1  Kerangka pemikiran studi

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan jenis steroid anabolik oral yang sering digunakan adalah Stanozolol atau Winstrol dengan total 70% .Kemudian untuk menilai ketergantungan zat yang dialami responden,

Kondisi topografi dan geologi/geoteknik berpengaruh terhadap pemilihan letak pelimpah dan rencana jalur saluran peluncur , selanjutnya jenis material dasar sungai -

Dari nilai yang diperoleh pada jarak 0.5 cm sampai dengan 30 cm dapat dinyatakan bahwa interaksi detektor Bicron terhadap radiasi sinar gamma lebih tinggi

Ketiga Setiap dosen wajib melakukan evaluasi hasil belajar mahasiswanya dan menyerahkan hasil evaluasi tersebut berupa Daftar Nilai Akhir (DNA), serta wajib

13 Lihat: Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 2006, hlm. 14 Pasal 3 Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 5/PLPS/2006

[r]

Rangkaian alat uji kecepatan reaksi ini merupakan salah satu rangkaian permainan elektronik yang unik yang dapat kita gunakan untuk menguji kecepatan reaksi pemain dengan menekan

[r]