• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DI KELAS VIISMPN SATU ATAP LIK LAYANA INDAH | Anriani | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8626 28290 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DI KELAS VIISMPN SATU ATAP LIK LAYANA INDAH | Anriani | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8626 28290 1 PB"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DI

KELAS VIISMPN SATU ATAP LIK LAYANA INDAH

Anriani

Email:anrianitalib@gmail.com

Sutji Rochaminah

Email:suci_palu@yahoo.co.id

Sudarman Bennu

Email: sudarmanbennu@untad.ac.id

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHTyang dapat meningkatkan hasilbelajarsiswa pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan di kelas VII SMPN Satu Atap LIK Layana Indah. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart, yakni perencanaa, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan di kelas VII SMPN Satu Atap LIK Layana Indah yaitu dengan mengikuti fase-fase sebagai berikut: 1) penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa, 2) penyajian informasi, 3) penomoran,4) pengajuan pertanyaan atau masalah, 5) berpikir bersama, 6) pemberian jawaban atau evaluasi, dan 7) pemberian penghargaan.

Kata Kunci: Koopertif tipe NHT, hasil belajar, penjumlahan dan pengurangan pecahan.

Abstract: This research aim to description about applying cooperative learning type NHT that can

improve student’s learning outcomes to the matter of addition and subtraction fractions in class VII SMPN Satu Atap LIK Layana Indah. This research is classroom action research which refers to Kemmis and Mc. Taggart research design that including are planning, doing, observation, and reflection. This research was conducted in two cycles. The results of the research showed that the application of cooperative learning type NHT can improve student’s learning outcomes to the matter of addition and subtraction fractions in class VII SMPN Satu Atap LIK Layana Indah. It follow the phases: 1) conveying the learning objective and motivating, 2) presenting information, 3) numbering, 4) questioning or probleming, 5) heads together, 6) answering or evaluating, and 7) giving appreciation.

Keywords: Cooperative type NHT, study results, addition and subtraction fractions

Matematika merupakan ilmu dasar yang digunakan sebagai tolak ukur untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika tidak hanya memungkinkan orang untuk berpikir logis tetapi juga memberi mereka kemampuan untuk berpikir kritis, sistematis, serta memiliki kemampuan bekerja sama sehingga tercipta kualitas sumber daya manusia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pembelajaran matematika adalah membentuk kemampuan bernalar pada diri siswa yang terlihat melalui kemampuan berpikir logis, kritis, sistematis, dan memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahn dalam bidang matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006).Oleh sebab itu, pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dimulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pada perguruan tinggi.

(2)

Terkait pendapat tersebut, peneliti menduga siswa kelas VII SMPN Satu Atap LIK Layana Indah juga mengalami kesulitan dalam materi pecahan. Oleh karena itu, peneliti melakukan dialog denganguru matematika di sekolah tersebut dengan tujuan untuk memperoleh informasi kesulitan siswa pada materi pecahan. Informasi yang diperoleh, yaitubanyak siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan. Siswa jugatidak memahami konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan, siswa langsung menjumlahkan atau mengurangkan pecahan yang berpenyebut samamaupun yang berpenyebut berbeda. Siswa kurang aktif dalam pembelajarankarena kurangnya rasa percaya diri dan memiliki rasa tanggung jawab yang rendah terhadap tugas-tugas yang diberikanoleh guru dan siswa tidak berani dalam mengungkapkan pendapatnya karena merasa takut salah, sehingga hasil belajar siswa rendah.

Menindaklanjuti hasil dialog dengan guru matematika,peneliti memberikan tes identifikasi masalah pada siswa kelas VII semester 2 yang telah mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Siswa yang mengikuti tes indentifikasi masalah sebanyak 25 orang.Soal yang diberikan terdiri atas dua nomor, yaitu:1)Tentukan hasil dari

penjumlahan pecahan berikut! (a) , (b) , (c) , (d) , (e) ,

(f) , (g) , dan (h) . 2)Tentukan hasil dari pengurangan

pecahan berikut! (a) , (b) , (c) , (d) , (e) , (f)

, (g) , dan (h) .Jawaban siswa terhadap soal tes identifikasi

masalah dikelompokkan berdasarkan kemiripan jawaban siswa. Jawaban siswa terhadap soal tes identifikasi masalah tersebut diperlihatkan pada Gambar 1, 2, 3, dan 4.

Gambar 4. Kelompok jawaban 2 soal Gambar 2. Kelompok jawaban 2 soal

Gambar 3. Kelompok jawaban 1 soal nomor 2

Gambar 1. Kelompok jawaban 1 soal nomor 1

TI K1S1

TI K1 S2

(3)

Kelompok jawaban 1 terhadap soal nomor 1 ditunjukkan sebagaimana Gambar 1.Siswamenyelesaikan soal penjumlahan pecahan dengan mengalikan pembilang dengan penyebut.Satudiatara jawaban siswa yang dituliskanyaitu , jawaban tersebut

salah.Seharusnya jawaban yang benar yaitu . Kelompok jawaban 2 terhadap soal nomor 1 ditunjukkan sebagaimana Gambar 2.Siswa menyelesaikan soal penjumlahan pecahan dengan menjumlahkan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Satu diantara jawaban siswa yang dituliskan yaitu , jawaban tersebut salah.

Seharusnya jawaban yang benar yaitu . Kelompok jawaban 1

terhadap soal nomor 2 ditunjukkan sebagaimana Gambar 3.Siswamenyelesaikan soal pengurangan pecahan dengan mengalikan pembilang dengan penyebut. Satu diatara jawaban

siswa yang dituliskanyaitu , jawaban tersebut salah. Seharusnya

jawaban yang benar yaitu = 4. Kelompok jawaban 2 terhadap

soal nomor 2 ditunjukkan sebagaimana Gambar 4.Siswa menyelesaikan soal pengurangan pecahan denganmengurangkan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut.

Satu diantara jawaban siswa yang dituliskan yaitu , jawaban tersebut salah.

Seharusnya jawaban yang benar yaitu = 4.Berdasarkan

jawaban siswa pada soal tesidentifikasi masalah disimpulkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan pecahan sehingga hasil belajar yang diperoleh rendah.

Berdasarkanhasil dialog dengan guru matematika dan hasil tes identifikasi masalah, peneliti mengasumsikan bahwasiswa kurang aktif dalam pembelajaran dan memiliki rasa tanggung jawab yang rendah terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh gurudan siswa tidak berani dalam mengungkapkan pendapatnya karena merasa takut salah, sehingga hasil belajar siswa rendah.Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Upaya yang dilakukan oleh peneliti adalah menerapakan medel pembelajaran koopertif tipe

Numbered Heads Together (NHT).

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan pembelajaran yang menekankan pada struktur khusus yaitu penomoran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik (Pradnyani, 2013).

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki kelebihan antara lain; setiap siswa menjadi siap semua, dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan juga siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai (Alie, 2013). Fase-fase pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Panjaitan (2008) yaitu: 1) penyampaian tujuan dan pemberian motivasi, 2) penyajian informasi, 3) penomoran, 4) pengajuan pertanyaan, 5) berpikir bersama, 6) pemberian jawaban, dan 7) pemberian penghargaan.

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilaksanakan Siregar (2012) yang menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipeNHT

(4)

Rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipeNHTyang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan di Kelas VII SMPN Satu Atap LIK Layana Indah?

METODEPENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitiandilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanaan tindakan setiap siklusnya mengacu pada alur desain yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013), yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMPN Satu Atap LIK Layana Indah sebanyak30 orang yang terdiri dari 15 laki-laki dan 15 perempuan. Peneliti memilih tiga siswa sebagai informan dengan inisial HR berkemampuan tinggi, siswa NJ berkemampuan sedang, dan siswa AN berkemampuan rendah. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara, dan catatan lapangan. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada model Miles dan Huberman (1992) yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian yaitu: 1) setiap aspek pada lembar observasi aktivitas guru minimal berkategori baik, 2) setiap aspek pada lembar observasi aktivitas siswa minimal berkategori baik, 3) siswa dapat menyelesaikan soal penjumlahan pecahan untuk siklus I, dan 4) siswa dapat menyelesaikan soal pengurangan pecahan untuk siklus II.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini terdiri atas dua bagian, yaitu pra tindakan dan pelaksanaan tindakan. Pra tindakan peneliti memberikan tes awal mengenai materi prasyarat yaitu operasi hitung bilangan bulat dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sertadigunakan sebagai pedoman dalam pembentukan kelompok belajar dan penentuan informan. Tes awal yang diberikan sebanyakenamnomor. Hasil tes awal menunjukkan bahwa dari 28 siswa yang mengikuti tes tersebut, hanya 14 siswa yang dapat menyelesaikan soal dengan benar.Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa mengenai materi yang diberikan masih rendah.Khususnya jika bilangan bulat positif dioperasikan dengan bilangan bulat negatif ataupun bilangan bulat negatif dioperasikan dengan bilang bulat positif dan bilangan bulat negatif dioperasi dengan bilangan bulat negatif.Oleh karena itu, peneliti bersama siswa membahas kembali soal-soal pada tes awal sebelum masuk ke tahap pelaksanaan tindakan.

Penelitian ini terdiri atas dua siklus. Setiap siklus dilaksanakandua kali pertemuan.Pada pertemuan pertamasiklus I membahastentang materi penjumlahan pecahan.Sedangkan pada siklus II membahastentang materi pengurangan pecahan.Pada pertemuan kedua siklus I dan siklus II peneliti memberikan tes akhir tindakan.Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga tahap yang memuat fase-fase model pembelajaran kooperatif tipeNHTyaitu kegiatan awal memuat fase penyampain tujuan dan pemotivasian siswa, kegiatan inti memuat fase penyajikaninformasi, fase penomoran, fase pengajukan pertanyaan atau permasalahan,fase berpikir bersama, fase pemberian jawaban atau evaluasi, danfase pemberikan penghargaan, serta kegiatan akhir.

(5)

untuk menyimpan dan menertibkan benda maupun hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu siswa dapat menyelesaikan operasi penjumlahan pecahan dan siklus II yaitu siswa dapat menyelesaikan pengurangan pecahan.Tujuan pembelajaran disampaikan kepada siswa agar siswa dapat mengetahui tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan pembelajaran.

Setelah itu, peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Satu diantara manfaatnya yaitusiswa akan mudah memahami materi selanjutnya yang berkaitan dengan materi penjumlahan dan pengurangan pecahan misalnya pecahan bentuk aljabar. Setelah pemberian motivasi siswa menjadi siap dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Kemudian peneliti memberikanapersepsi dengan tujuan mengingatkan kembali materi prasyarat siswa.Materi prasyarat pada siklus I yaitu materi operasi hitung bilangan bulat.Sedangkan materi prasyarat pada siklus IIyaitumateri penjumlahan pecahan. Apersepsi yang dilakukan membuat siswa dapat mengingat kembali materi yang dipelajari sebelumnya sehingga siswa lebih siap untuk belajar.

Kegiatan inti pembelajaran dari setiap siklus menerapkan fase penyajian informasi, fase penomoran, fase pengajuan pertanyaan atau permasalahan, fase berpikir bersama, fase pemberian jawaban atau evaluasi, dan fase pemberian penghargaan. Pada fase penyajian informasi, peneliti menjelaskan secara singkat tentang fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe NHT agar siswa lebih tertarik mengikuti pembelajaran.Kemudianpeneliti menginformasikanmateri yang akan dipelajari. Pencapaian siswa padasiklus I yaitu siswa masih kebingungan dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan model pembelajaran yang baru bagi mereka.Sedangkan pada siklus II siswa sudah memahami model pembelajaran yang diterapkan.

Pada fase penomoran,peneliti mengelompokkan siswa ke dalam 6 kelompok belajar yang heterogen dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa.Kemudian peneliti membagikan nomor kepala kepada setiap kelompok dan meminta siswa untuk memasang di kepala mereka serta memastikan setiap anggota kelompok duduk berdasarkan urutan nomor kepala.Setiap anggota kelompok mendapatkan nomor kepala yang berbeda yaitu nomor 1, 2, 3, 4, dan 5.Pencapaian siswa pada siklus I yaitumasihada siswayang tidak ingin bergabung dengan kelompoknya karena tidak ada teman yang akrab dengannya dikelompok tersebut, tetapi setiap siswa dalam kelompok sudah duduk berdasarkan urutan nomor.Sedangkan padasiklus IIseluruh siswa sudah terbiasa bergabung dalam kelompoknya sehingga anggota kelompok semakin kompak dan setiap siswa dalam kelompok duduk berdasarkan urutan nomor.

(6)

Aktivitas yang dilakukan pada faseberpikir bersamayaitu peneliti meminta siswa untuk membaca dan mendiskusikan materi pembelajaran terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal dalam LKS.Ketika siswa mengerjakan LKS,peneliti mengontrol dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan. Pada siklus I, siswa NJ dari kelompok 2, siswa AN dan WB dari kelompok 4, siswa HS dari kelompok 6 serta siswa AA dari kelompok 5 sering bertanya kepada peneliti tentang cara menyelesaikan penjumlahan pecahan yang berpenyebut berbeda. Peneliti memberi bimbingan tentang cara menyelesaikan penjumlahan pecahan kepada siswa tersebut. Sedangkan pada siklus II, siswa lebih aktif dan saling membantu untuk memahami materi maupun mengerjakan soal dalam LKS.Setelah itu,peneliti meminta kepada anggota kelompok yang sudah paham untuk mengajarkan kepada anggota kelompoknya yang lain dan berdiskusi bersama untuk memperoleh jawaban yang tepat serta memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakan dan memahami jawabannya.Pencapan siswa pada fase berpikir bersamayaitu setiap siswa bertanggungjawab mengerjakan soal dalam LKS sehingga siswa fokus memahami materi.Selain itu, interaksi siswa dengan siswa dan interaksi siswa dengan guru saat berpikir bersama menciptakan suasan belajar yang aktif.

Pada fase pemberian jawaban atau evaluasi,dimulai untuk menentukan siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Pada siklus I, siswa yang tampil mempresentasikan hasil kerja kelompoknya adalah berturut-turut WY, EF, dan SH masing-masing mewakili kelompok 5, 3, dan 1 serta mereka mempresentasikan soal bagian a,b, dan c. Sedangkan pada siklus II, siswa yang tampil mempresentasikan hasil kerja kelompoknya adalah berturut-turut EP, HS, AM, NJ, dan MN masing-masing mewakili kelompok 1, 6, 3, 2, dan 5 serta mereka mempresentasikan soal bagian a, b, c, d, dan e.Satu diantara beberapa jawaban siswa yang dituliskan di papantulis saat presentasi dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Jawaban AM dari kelompok 3 pada soal LKS siklus II

Saat presentasi AM menuliskan kembali soalnya yaitu (AMK3S201). Selanjutnya

AM menyelesaikan soal pengurangan pecahan dengan menuliskan (AMK3S202).

KemudianAM menuliskan (AMK3S203) dengan mengubah operasi pengurangan menjadi

operasi penjumlahan. Setelah itu, siswa AM menuliskan hasilnya yaitu (AMK3S204).Setelah presentasi,siswa bernomor sama dengan AM dari kelompok lain dipersilahkan menangapijawaban AM. Tanggapan yang diberikan yaitu jawaban mereka sama dengan jawaban yang dituliskan di papan tulis.Selanjutnya peneliti memberi penegasan bahwa jawabanAM sudah benar dan kemudian peneliti mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan pelajaran.Hasil kesimpulan siswa pada siklus I yaitu penjumlahan pecahan yang berpenyebut samadiselesaikan dengan menjumlahkan pembilangnya dan penyebutnya tetap. Kemudian penjumlahan pecahan yang berpenyebut berbeda diselesaikan dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu. Sedangan kesimpulan siswa pada siklus II yaitu pengurangan pecahan yang berpenyebut sama diselesaikan dengan mengurangkan pembilangnya dan penyebutnya tetap. Kemudian pengurangan pecahan yang berpenyebut berbeda diselesaikan dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu.Pencapain siswa pada fase pemberian

AMK3S204 AMK3S203 AMK3S201

(7)

jawaban atau evaluasiyaitu siswa dapat mengetahui jawaban yang benar untuksetiap soalyang termuat dalam LKS.Selain itu, siswa dapat menjelaskan jawabannya sendiri dengan keberanian dan rasa percaya diri.

Pelaksanaan pada fasepemberian penghargaan yaitupenelitimemberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai kelompok yang diperoleh. Penghargaan yang diberikan berupa pujian, motivasi, dan tepuk tangan.Pemberian penghargaan bertujuan agar siswa lebih aktif dan termotivasi untuk berlomba-lomba menjadi kelompok yang terbaik.

Kegiatan akhir pembelajaran,peneliti memberikan PRdan menyampaikan agar siswa belajar dirumah karena akan dilakukan tes pada pertemuan berikutnya. Kemudian peneliti mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapakan salam.

Pada pertemuan kedua peneliti memberikan tes akhir tindakan kepada siswa kelas VII SMPN Satu Atap LIK Layana Indah.Soal yang diberikan pada siklus I sebanyak 1 nomor soal yang terdiri atas 8 bagian.Berdasarkan tes akhir tindakan siklus I diperolehbahwa dari 26 siswa yang mengikuti tes, 16 siswa yang sudah mampu menyelesaikan penjumlahan pecahan dan 10 siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan penjumlahan pecahan. Satu diantara bagian

soal yang diberikanyaitu: tentukan hasil dari penjumlahanpecahan .Kebanyakan siswa salah dalam menjawab soal tersebut, satu diantaranya adalahsiswa NJ.Jawaban NJ pada tes akhir tindakan siklus Idapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6.Jawaban NJpada tes akhir tindakan siklus I soal bagian c

Gambar 6 menunjukkan bahwa NJ menuliskan kembali soalnya yaitu

(NJTS1C01), Selanjutnya NJ menyelesaikan penjumlahan pecahan dengan menuliskan

(NJTS1C02).kemudian NJ menuliskan (NJTS1C03), namun NJ tidak menuliskan hasil

akhir dari . Seharusnya jawaban yang benar adalah .

Setelah memeriksa hasil tes akhir tindakan, peneliti melakukan wawancara dengan NJ untuk memperoleh informasi lebih lanjut.Berikut kutipan wawancara dengan NJ pada siklus I.

NJ S1 037 S : bagian c kakak.Saya lupa tulis hasilnya, karena saya terburu-buru kakak. NJ S1 038 P : kamu lupa atau tidak tahu hasilnya?

NJ S1 039 S : saya tahukakak hasilnya? NJ S1 040 P : berapakah hasilnya ? NJ S1 041 S : hasilnya itu 0 kakak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan NJ, diperoleh informasi bahwa NJ melakukan kesalahan tersebut dikarenakan NJ terburu-burudalam mengerjakan soal (NJS1037S).

Berdasarkan tes akhir tindakan siklus II diperoleh bahwa dari 28 siswa yang mengikuti tes, 23 siswa yang sudah mampu menyelesaiakan pengurangan pecahandan 5 siswa lainnya masih kesulitan menyelesaikan pengurangan pecahan. Soal yang diberikan

NJTS1C01

(8)

sebanyak 1nomor soal yang terdiri atas 8 bagian. Satu diantara bagian soal yang

diberikanyaitu: tentukan hasil dari pengurangan pecahan . Kebanyakan siswa salah dalam menjawab soal tersebut, satu diantaranya adalah siswa NJ.Jawaban NJ pada tes akhir tindakan siklus IIdapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Jawaban NJ pada tes akhir tindakan siklus II Soal bagian g

Gambar 7 menunjukkan bahwa NJ menuliskan kembalisoalnya yaitu

(NJTS2G01).Selanjutnya NJ menyelesaikan pengurangan pecahan dengan

menuliskan (NJTS2G02).Kemudian NJ menuliskan– (NJTS2G03) dengan

mengubah operasi pengurangan menjadi operasi penjumlahan. Selanjutnya NJ menuliskan hasilnya yaitu (NJTS2G04), namunjawaban NJ salah. Seharusnya jawaban yang benar

adalah .

Setelah memeriksa hasil tes akhir tindakan, peneliti melakukan wawancara dengan NJ untuk memperoleh informasi lebih lanjut.Berikut kutipan wawancara dengan NJ pada siklus II.

NJ S2 013 P :coba kamu perhatikan nomor 1g! berapa hasil dari ?

NJ S2 014 S : kakak

NJ S2 015P : kamu tulis disni berapa? (sambil menunjuk keperkejaan NJ) NJ S2 016 S : oh iya kakak. Saya tidak teliti, jadi saya salah hitung NJ S2 017 P : NJ lain kali kamu lebih teliti lagi yah.

NJ S2 018 S : iya kakak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan NJ, diperoleh informasi bahwa NJ secara umum sudah paham dengan materi yang diajarkan.Namun NJ masih kurang teliti dalam mengerjakan soal (NJS2016S).

Aspek-aspek aktivitas guru yang diamati selama proses pembelajaran yaitu:1)guru mengucapkan salam, berdoa bersama dan mengecek kehadiran siswa, guru menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran, 2)menyampaikan tujuan pembelajaran,3)memberikan motivasi kepada siswa,4) memberikan apersepsi, 5) menyajikan materi ajar tentang operasi penjumlahan pecahan,6) membentuk kelompok dan membagikan nomor kepada kepada masing-masing anggota kelompok,7) memberikan penjelasan tentang kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran,8) mengajukan pertanyaan kepada siswa yang dituangkan dalam LKS sesuai dengan tujuan pembalajaran,9)meminta siswa mengerjakan LKS secara berkelompok, 10)memantau siswa dalamkelompok, 11)mengecek pemahaman siswa dengan mengundi nomor kelompok dan nomor kepala siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya di depan kelas, 12) memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai nilai yang diperoleh,13) mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan pelajaran hari ini dan memberi penegasan terhadap jawaban siswa,14) merefleksi pembelajaran,15) menutup pelajaran dengan berdoa, 16) penglibatan siswa dalam proses pembelajaran, dan17)performance guru dalam proses pembelajaran.

NJTS21G04 NJTS2G02

NJTS2G01

(9)

Penilaian dari setiap aspek dilakukan dengan cara memberikan skor yaitu, skor 5 berarti sangat baik, skor 4 berarti baik, skor 3berarti cukup baik, skor 2 berarti kurang baik, dan skor 1 berarti sangat kurang baik.Siklus I aspek 1, 4, 5, 6, 7, 10, 13, 15, dan 16 memperoleh skor 5, aspek2, 3, 8, 9, 11, dan 12 memperoleh skor 4, dan aspek 14 dan 17 memperoleh skor 3. Aspek yang berkategori cukup baik menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk diperbaiki agar pembelajaran menjadi lebih baik. Siklus II, aspek 1, 4, 5, 6, 7, 10, 13, 15, 16, dan 17 memperoleh skor 5, aspek 2,3, 8, 9, 11, 12,dan 14 memperoleh skor 4.Oleh karena itu, aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran pada siklus I dikategorikan baik dan pada siklus II dikategorikan sangat baik.

Aspek-aspek aktivitas siswa yang diamati selama proses pembelajaranyaitu:1) menjawab salam dan berdoa,2) memperhatikan penjelasan guru 3) menjawab pertanyaan yang diajukan guru 4) memperhatikan penyampaian guru, 5) duduk sesuai kelompoknya masing-masing,6) menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti,7) mengerjakan LKS secara kelompok,8)mempresentasikan hasil kerja kelompoknya,sesuai dengan nomor yang diundi,9) memberikan tanggapan terhadap hasil kerja kelompok lain, 10) membuat kesimpulan, 11) mencatatPR yang diberikan, 12) berdoa, 13) antusias siswa dalam proses pembelajaran, dan14) keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

Penilaian dari setiap aspek dilakukan dengan cara memberikan skor yaitu, skor 5 berarti sangat baik, skor 4 berarti baik, skor 3berarti cukup baik, skor 2 berarti kurang baik, dan skor 1 berarti sangat kurang baik.Siklus I aspek 5 memperoleh skor 5, aspek 1, 2, 3, 4, 6, 7, 11, 12, 13, dan 14 memperoleh skor 4, dan aspek8, 9, dan 10memperoleh skor 3. Aspek yang berkategori cukup baik menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk diperbaiki agar pembelajaran menjadi lebih baik. Siklus II, aspek 1,3 4, 6, 11, 12,13, dan 14 memperoleh skor 5dan aspek 2,5, 7, 8, 9, dan10 memperoleh skor 4. Oleh karena itu, aktivitas siswa dalam menerima pembelajaran pada siklus I dikategorikan baik dan pada siklus II dikategorikan sangat baik.

PEMBAHASAN

Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti memberikan tes awal kepada siswa untuk mengetahui kemampuan prasyarat siswamengenai operasi hitung bilangan bulat dan hasil tes awal digunakan sebagai pedoman dalam membentuk kelompok belajar yang heterogen dan penentuan informan dalam penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurcholis (2013) bahwa pemberian tes awal sebelum pelaksanaan tindakan bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi prasyarat dan sebagai pedoman dalam pembentukan kelompok belajar yang heterogen serta penemuan informan.

Pelaksanaan tindakan pada pembelajaran siklus I dan siklus II mengikuti fase-fase pembelajaran kooperatif tipe NHTyaitu: 1) penyampaikantujuan dan pemotivasian siswa,2) penyajian informasi, 3) penomoran,4) pengajuan pertanyaan atau permasalahan, 5)berpikir bersama, 6)pemberian jawabanatau evaluasi, dan 7) pemberian penghargaan.

Aktivitas yang dilakukan pada fase penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa yaitu peneliti mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa bersama,mengecek kehadiran siswa, dan mempersiapkan siswa untuk belajar. Selanjutnyapeneliti menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Jaeng (2007) bahwa faktor yang mendorong seseorang untuk berinteraksi dalam proses belajar yaitu ada tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar.

(10)

termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.Hal ini sesuai dengan pendapat Verawati (2015) bahwa pemberian motivasi dilakukan dengan menjelaskan manfaat mempelajari materi yang diajarkan sehingga siswa menjadi siap dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.Selanjutnya peneliti memberikanapersepsi dengan tujuan mengingatkan kembali materiprasyarat siswa.Apersepsi yang dilakukan membuat siswa dapat memahami materi prasyarat sebelum mempelajari materi selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo (1990) bahwa sebelum mempelajari konsep B, seseorang perlu memahami lebih dulu konsep A yang mendasari konsep B. Sebab tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu memahami konsep B.

Pada fasepenyajian informasi, peneliti menjelaskan secara singkat tentang fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe NHT agar siswa lebih tertarik mengikuti pembelajaran.Kemudian peneliti menginformasikan materi yang akan dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardianti (2015)bahwa pada awal penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHTsiswa sangat tertarik pada penjelasan guru tentang model pembelajaran yang akan diterapkan.

Pada fase penomoran,peneliti mengelompokkan siswa ke dalam 6 kelompok belajar yang heterogendengan masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa.Kemudian peneliti membagikan nomor kepala kepada setiap kelompok dan memastikan setiap anggota kelompok duduk berdasarkan urutan nomor kepala.Hal ini sesuai dengan pendapat Paembonan (2014) bahwa tempat duduk siswa dalam kelompok diatur sesuai urutan nomor siswa.

Aktivitas yang dilakukan pada fase pengajuan pertanyaan atau permasalahanyaitu peneliti membagikan LKS yang berisi prosedur kerja dan pertanyaan atau permasalahan kepada setiap kelompok.Kemudian peneliti menjelaskan kepada siswa bahwa setiap anggota kelompok bertanggung jawab mengerjakan soal pada LKS yang dibebankan kepadanya.Sehingga setiap anggota kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab dalam memecahkan masalah atau soal.Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiawan (2014) bahwa setiap anggota kelompok diberikan tanggung jawab untuk memecahkan masalah atau soal dalam kelompoknya.

Aktivitas yang dilakukan pada faseberpikir bersamayaitu peneliti meminta siswa untuk membaca dan mendiskusikan materi pembelajaran terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal dalam LKS.Kemudiansiswa berdiskusi dan bekerja sama dengan teman kelompoknya dalam menyatuhkan pendapat untuk menyelesaikan soal pada LKS. Sehingga setiap anggota kelompok mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.Hal ini sejalan dengan pendapat Alie (2013) bahwasetiap siswa dapat menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan menyakinkan setiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.Selanjutnyapeneliti mengontrol dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan.Hal tersebutsesuaidengan pendapatPurwatiningsih (2013), bahwa guru bertindak sebagai fasilitator, membimbing siswa yang mengalami kesulitan, dan bimbingan yang diberikan guru hanya sebagai petunjuk aga siswa bekerja lebih terarah.

(11)

Aktivitaspada fasepemberian penghargaanyaitu peneliti memberikan penghargaan kepadamasing-masing kelompok berdasarkan nilai kelompok yang diperoleh.Penghargaan yang diberikan berupa pujian, motivasi, dan tepuk tangan. Pemberian penghargaan bertujuan agar siswa lebih aktif dan termotivasi untuk berlomba-lomba menjadi kelompok yang terbaik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamzah (2009) bahwa seseorang berkemauan keras atau kuat dalam belajar karena adanya harapan penghargaan atas prestasinya.

Berdasarkan hasil tes akhir tindakan dan wawancara siklus I menunjukkan bahwa siswa telah dapat memahami materi penjumlahan pecahan. Meskipun masih terdapat siswa yang kurang teliti dalam menyelesaikan soal, tetapi secara umum siswa telah dapat menyelesaikan soal. Hal ini mengindikasikan bahwa indikator keberhasilan tindakan untuk siklus I telah mencapai kriteria keberhasilan tindakan. Siklus II diperoleh informasi bahwasiswa sudah memahami materi pengurangan pecahan. Meskipun masih terdapat siswa yang kurang teliti dalam menyelesaikan soal. Walaupun demikian, sebagian besar siswa dapat menjawab soal dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan tindakan siklus II telah tercapai.Selain itu, aktivitas guru dan siswa dari kegiatan siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Hasil observasi aktivitas guru dan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II masing-masing berkategori sangat baik.

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, diperoleh bahwa penerapan model pembelajaran kooperatiftipeNHTdapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan di kelas VII SMPN Satu Atap LIK Layana Indah yaitu mengikuti fase-fase: 1) penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa,2) penyajian informasi, 3) penomoran, 4) pengajuan pertanyaan atau permasalahan, 5)berpikir bersama, 6) pemberian jawaban atau evaluasi, dan 7) pemberian penghargaan. Hal ini didukung oleh Paembonan (2014) bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penarikan kesimpulan logika matematika di kelas X SMA GPID Palu dengan mengikuti fase-fase pembelajaran kooperatif tipeNHT. Selain itu,Winda (2012) menyatakan bahwaPenerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan di kelas VII SMPN Satu Atap LIK Layana Indah yaitu dengan mengikuti fase-fase sebagai berikut:1)penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa, 2)penyajian informasi, 3) penomoran, 4)pengajuan pertanyaan atau permasalahan,5) berpikir bersama, 6) pemberian jawaban atau evaluasi, dan 7) pemberian penghargaan.

Aktivitas yang dilakukan pada fase penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa yaituguru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Selain itu, peneliti melakukan apersepsi dengan mengingatkan kembalimateri prasyarat siswa. Pada fase penyajian informasi,penelitimendeskripsikantentang fase-fasemodel pembelajaran kooperatiftipe NHT

(12)

kepada setiap kelompok.LKS yang diberikan memuat 1 nomor soal yang terdiri atas 8 bagian yaitu a, b, c, d, e, f, g, dan h.Aktivitas yang dilakukan pada faseberpikir bersama yaitu peneliti meminta siswa untuk membaca dan mendiskusikan materi pembelajaran terlebih dahulu sebelum mengerjakan LKS.Selanjutnya siswa mengerjakan tugas mereka masing-masing dan berdiskusi bersama untuk memperoleh jawaban yang tepat serta memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakan dan memahami jawabannya.Pada fase pemberian jawaban atau evaluasi,dimulai untuk menentukan siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.Setelah presentasi, kelompok laindengan nomor yang sama diminta untuk menanggapi jawaban yang dipresentasikan oleh kelompok yang maju. Setelah berdiskusi,guru memberi penegasan terhadap jawaban siswa dan mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan pelajaran.Pada fase pemberian penghargaan, peneliti memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai kelompok yang diperoleh.Penghargaan yang diberikan berupa pujian, motivasi, dan tepuk tangan.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan, peneliti dapat memberikan saran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat menjadi bahan pertimbangan guru matematika sebagai alternatif dalam memilih model pembelajaran yang dapat menunjang dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi-materi pelajaran matematika. Bagi calon-calon peneliti yang juga ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, kiranya dapat mencoba pada materi pelajaran matematika lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alie, N. H. (2013). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X2 SMA Neg. 3 Gorontalo pada Materi Jarak pada Bangun Ruang.Jurnal Entropi 8.01 [Online], Vol.7, No.1, 10 halaman. Tersedia: http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JE/article/view/1167.pdf [15 Agustus 2015].

Depdiknas. (2003). Buku Siswa Matematika Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kelas I. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas.(2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Matapelajaran Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Hamzah, H. (2009).Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Hardianti, D. (2015). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa.Jurnal Matematika [Online]. Vol 03 (02), 8 halaman. Tersedia: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/MTK/article/ view/7969/4799. [30Juni 2015].

(13)

Hikma.(2011). Penerapan Pendekatan Konstruktivis untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV SDN 14 Palu pada Materi Penjumlahan Pecahan.Skripsi Sarjana pada FKIP Universitas Tadulako Palu: tidak diterbitkan.

Hudojo, H. (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Jaeng, M. (2007).Belajar dan Pembelajaran Matematika. Palu: Universitas Tadulako.

Kemmis, S. dan McTaggart, R. (2013).The,Action,Research,Planner:,Doing,Critical Participatory Action Research. Singapore: Springer Sience [Online]. Tersedia: https://books.google.co.id/books?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=ke mmis+and+mctaggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kemmis%20and% 20mctaggart&f=false. [23 Agustus 2015].

Miles, M. dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tantang Metode-Metode Baru. Terjemahan oleh Tjeptjep Rohendi Rohidi.Jakarta:UI Press.

Mohamad, M. T. (2013). Upaya Meningkatkan Keterampilan Menghitung Penjumlahan dan Pengurangan,Pecahan Biasa pada Siswa Kelas IV di SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo.,[Online].,Tersedia:,http://eprints.ung.ac.id/2775/1/2013-1-86206-151409 243-abstraksi28072013075423(1).pdf [23 juni 2015].

Nurcholis. (2013). Implementasi Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako [Online]. Vol 01 (01), 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/in-dex.php/JEPMT/article/view/1707/1124. [06 Oktober 2016].

Paembonan, R. D. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Penarikan Kesimpulan Logika Matematika di Kelas X SMA GPID Palu.Skripsi Tidak Diterbitkan: FKIP Untad.

Panjaitan, R. (2008). Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Heads Together) pada Pokok Bahasan Relasi Himpunan [Online], Tersedia: http:// matematikaclub.wordpress.com/ [25 Agustus 2016].

Pradnyani, R, Marhaeni, A dan Ardana, I. M. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kebiasaan Belajar di SD. Jurnal Pendidikan Dasar [Online], Vol.3, No.1. Tersedia: http://pasca.,undiksha.ac.,id/e-journal/index.php/jurnal_ pendas/article/ view/535 [09 Oktober 2016].

Purwatiningsih, S. (2014).Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Luas Permukaan dan Volume. Jurnal Elektronik Pendidikan,Matematika Tadulako. Vol.1,,No.1. [Online]. Tersedia: http://jurnal. untad.ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article/view/3097/2170. [8 Desember 2014].

(14)

Elektronik,Pendidikan,Matematika,Tadulako,[Online].,Tersedia: http:// jurnal. untad. ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article/download/3223/2278 [10 April 2015].

Siregar, D.P. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN 13 Rumbai,Pekan,Baru.,Jurnal,PGSD,Universitas,Riau., [Online]., Tersedia:,http://repositor .unri. ac.id/ xmlui/bitstream/handle/123456789/606/JURNAL% 20DODI.pdf [05 April 2015].

Sugiawan, R. (2014). Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT.Jurnal Matematika [Online]. Vol 03 (01), 12halaman.,Tersedia:,http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/MTK/article/view/4655/289 9. [30 oktober 2015].

Verawati.(2015). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pertidaksamaan

Linear Satu Variabel di Kelas VII SMP Islam Terpadu Qurrota’ayun

Tavanjuka.Skripsi Sarjana pada FKIP UNTAD. Palu: Tidak Diterbitkan.

Winda. (2012).Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil BelajarSiswa pada Sub Pokok Bahasan

Pertidaksamaan LinearSatu Variabel Kelas VII A Semester Ganjil SMP

Gambar

Gambar 4. Kelompok jawaban 2 soal
Gambar 5. Jawaban AM dari kelompok 3 pada soal LKS siklus II
Gambar 6.Jawaban NJpada tes akhir tindakan siklus I soal bagian c

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh bubuk kunyit hitam (Curcuma caesia)

Peneliti juga berterimakasih bagi dosen pembimbing dan dosen-dosen pengajar yang dari awal memberika ide dan dukungan dalam penyusunan skripsi Maskulinitas Pemimpin Perempuan

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di

Berdasarkan analisis pembahasan seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: (1) prestasi belajar

Simpulan dari pengabdian adalah tersedianya kebun contoh tanaman semi organik di lahan kering, peningkatan pengetahuan dalam budidaya tanaman hortikultura di lahan

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis variasi spasial dan temporal karakteristik dan persentase aliran dasar (PAD) SBT Bribin; (2) mengevaluasi karakter

1. The speaking ability of the second year students of MA Boarding School of DDI Mattoanging Bantaeng was still low before using the Telephone Conversation method. It