• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menuju puncak optimasi potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. menuju puncak optimasi potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal, bertujuan untuk mengoptimalisasi kemampuan-kemampuan individu.

Menurut Sudarwan Danim pendidikan adalah proses pemartabatan manusia menuju puncak optimasi potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimilikinya. Pendidikan adalah proses membimbing, melatih, dan memandu manusia terhindar atau keluar dari kebodohan dan pembodohan. Pendidikan adalah metamorfosis perilaku menuju kedewasaan sejati.1

Di era perkembangan zaman yang semakin maju dan pesat seperti sekarang ini tentunya pendidikan menjadi hal yang pokok dan wajib bagi seseorang agar mampu bersaing dan mempertahankan diri dari kerasnya kehidupan dunia dari berbagai tantangan yang mau tidak mau harus dihadapi. Salah satu cara untuk memperoleh pendidikan yang memadai yaitu mengenyam bangku sekolah. Melalui pendidikan disekolah seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan baik melalui pendidikan formal maupun nonformal.2

Di Desa Kwayangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan terdapat para remaja putus sekolah (hanya sampai SMP/MTS) yang menempuh pendidikan kesetaraan Paket C. Desa Kwayangan Kecamatan Kedungwuni

1 Sudarwin Danim, Pengantar Pendidikan (Bandung:Alfabeta,2010), hlm.2-3.

2 Ari H Gunawan, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 54.

(2)

Kabupaten Pekalongan memiliki penduduk sebanyak 3.394 jiwa, yang terdiri dari 1.671 perempuan dan 1.723 laki-laki, serta terdiri dari 807 kepala keluarga.

Pendidikan yang telah ditempuh masyarakat Desa Kwayangan sangat beragam dari yang tidak tamat sekolah dasar atau SD sampai ada pula yang lulusan dari perguruan tinggi. Sebagian besar masyarakat Desa Kwayangan hanya lulusan sekolah menengah pertama atau SMP. Kurang lebih dua atau tiga tahun kebelakang ini ada bebarapa remaja yang hanya lulusan SMP di Desa Kwayangan ada yang melanjutkan sekolah melalui pendidikan kesetaraan paket C yang ada di wilayah Kecamatan Kedungwuni.

Pendidikan kesetaraan merupakan pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal itu sendiri adalah pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang ketat.3 Pendidikan

kesetaraan menjadi alternatif bagi masyarakat yang memiliki permasalah sosial dan ekonomi untuk belajar sebagaimana mestinya di sekolah-sekolah umum. Pendidikan kesetaraan adalah progam pendidikan non formal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA/SMK yang mencakup paket A, paket B, paket C. Progam kesetaraan adalah progam pilihan yang ditujukan bagi warga masyarakat yang terkendala, baik ekonomi, sosial, waktu, kesempatan, geografis, usia, maupun budaya untuk tetap memperoleh hak sebagai warga Negara.4 Pendidikan kesetaraan yang diikuti oleh

3 Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, cet IV (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), hlm79.

4 Wahyudi Ruwiyanto, Peranan Pendidikan dalam Pengentasan Masyarakat Miskin (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hlm. 1.

(3)

beberapa remaja di Desa Kwayangan adalah kesetaraan paket C setara SMA/MA/SMK. Hal demikian dilakukan karena munculnya dorongan atau motivasi tertentu yang dialami oleh para remaja tersebut.

Ketika seseorang telah memiliki minat dan keinginan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi tentunya dilatarbelakangi oleh sesuatu yang ada dalam dirinya maupun dari luar individu tersebut yaitu motivasi. Setiap aktivitas yang dilakukan manusia selalu dilatar belakangi oleh motivasi. Motivasi inilah yang mendorong mereka melakukan suatu kegiatan atau perbuatan.

Menurut Sardiman A.M, motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat mendorong seseorang melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.5 Abdul Rahman Shaleh mengutip dari M. Ustman Najati,

mengatakan bahwa motivasi adalah kekuatan-kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu. Motivasi memiliki tiga komponen pokok, yaitu:

1. Menggerakan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.

2. Mengarahkan. Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku terhadap sesuatu.

5 A.M. Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1986), hlm.73.

(4)

3. Menopang. Artinya, motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.6

Kemudian menurut Abu Ahmadi, salah satu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya dalam belajar adalah motivasi. Selanjutnya dia menyebutkan bahwa motivasi merupakan hal yang penting dalam perbuatan manusia. Dengan motivasi anak akan berusaha untuk menghadapi tugas yang telah ditentukan.7

Motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.8

Berdasarkan uraian tentang pentingnya pendidikan dan motivasi sesorang yang tersebut diatas maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang “MOTIVASI REMAJA PUTUS SEKOLAH DALAM MENEMPUH PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C DI DESA KWAYANGAN KEDUNGWUNI PEKALONGAN “.

Dengan berbagai alasan sebagai berikut :

6 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi; Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, cet IV, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hlm.183-184.

7 Abu Ahamdi, Bimbingan dan Penyuluhan (Semarang: CV. Toha Putra, 1975), hlm. 134.

8 M Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hlm. 98.

(5)

1. Karena terdapat remaja putus sekolah di Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan yang termotivasi untuk melanjutkan pendidikanya dengan menempuh pendidikan kesetaraan paket C.

2. Karena pendidikan kesetaraan paket C cukup banyak diminati oleh para remaja putus sekolah di Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan.

3. Karena Pendidikan kesetaraan paket C merupakan alternatif pendidikan bagi mereka yang terkendala atau tidak bisa melanjutkan ke sekolah SMA/MA formal, hal ini menarik untuk dijadikan bahan penelitian.

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini terfokus pada permasalahan, maka peneliti merumuskan pokok permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana motivasi remaja putus sekolah dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C di Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan.?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi remaja putus dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C di Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan.?

3. Bagaimana bentuk dan pelaksanaan pendidikan kesetaran paket C yang ditempuh remaja putus sekolah di Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan.?

Jadi dengan demikian maksud dari judul “Motivasi Remaja Putus dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C di Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan”, yaitu untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana motivasi

(6)

remaja putus sekolah dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi remaja putus sekolah dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C serta bagaimana bentuk dan pelaksanaan pendidikan kesetaraan paket C yang ditempuh remaja putus di Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan.

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendiskripsikan motivasi remaja putus sekolah dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C di Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan. 2. Untuk mendiskripsikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi remaja putus sekolah dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C di Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan.

3. Untuk mendeskripsikan bentuk dan pelaksanaan pendidikan kesetaraan paket C yang ditempuh remaja putus sekolah di Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan.

D.Kegunaan Penelitian

Sebuah penelitian harus mempunyai kegunaan, yakni kegunaan teoretis dan praktis. Di bawah ini akan dipaparkan kegunaan tersebut.

1. Kegunaan Teoretis, antara lain:

a. penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sumber pemikiran terkait dengan motivasi seseorang atau remaja putus sekolah dalam melanjutkan pendidikannya kembali.

(7)

b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang.

2. Kegunaan Praktis, diantaranya:

a. penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi bagi remaja putus sekolah lainnya untuk dapat melanjutkan pendidikannya kembali.

b. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa di Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan terdapat para remaja putus sekolah yang menempuh pendidikan kesetaraan paket C.

E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoretis

Dalam mempersiapkan penelitian ini terlebih dahulu penulis mempelajari beberapa buku yang terkait dengan penelitian ini diantaranya:

Menurut Hamzah b. Uno, bahwa setiap individu memilki kondisi internal, dimana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah motivasi. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.9

9 Hamzah , b Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya : Analisis di Bidang Pendidian (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 1.

(8)

Kemudian Esa Nur Wahyuni, mengatakan bahwa motivasi didefinisikan sebagai kondisi internal yang memunculkan, mengarahkan, dan menjaga sebuah perilaku. Dalam definisi demikian, maka pada dasarnya motivasi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang mengarahkan aktivitas individu mencapai tujuan yang perlu didorong dan dijaga.10

Fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik meliputi sebagai beriku:

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

b. Motivasi berfungsi sebagai arah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau labatnya suatu pekerjaan.11

Selanjutnya Abdul Rahman Shaleh, mengatakan motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan. Pada titik ini, motivasi menjadi daya penggerrak perilaku (the energizer) sekaligus menjadi penentu (determinan) perilaku. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai suatu konstruksi

10 Esa Nur Wahyuni, Motivasi Dalam Pembelajaran (Malang: UIN-Malang Press, 2010), hlm.12-13.

11 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Bumi Akasara, 2001), hlm 161.

(9)

teoretis mengenai terjadinya perilaku meliputi pengaturan (regulasi), pengarahan (directive), dan tujuan (insentif global) dari perilaku.12

2. Penelitian yang Relevan

Selain dari buku-buku yang dijadikan sebagai sumber penulisan skripsi ini, penulis menelaah beberapa skripsi yang berkaitan dengan judul skripsi, antara lain sebagai berikut.

Skripsi Nur Laila Rahmawati yang berjudul, “Motivasi Siswa dalam Memilih Sekolah Menengah Umum (Studi Kelas X di SMK 1 Kedungwuni)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi siswa dalam memilih Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Kelas X di SMK 1 Kedungwuni) antara lain dipengaruhi 2 faktor yaitu Motivasi intrinsik yang meliputi Minat akan ilmu ketrampilan dan keahlian, cita-cita siswa dan keinginan mendapatkan pekerjaan. Sedangkan motivasi ekstrinsik meliputi adanya dorongan dari keluarga, adanya informasi sekolah, pendidikan lingkungan masyarakat yang sama dan pengaruh kelompok sebaya. Faktor-faktor yang mendukung motivasi siswa dalam memilih Sekolah Menengah Kejuruan, antara lain : lapangan pekerjaan yang tersedia, Prestasi.13

Skripsi Eka Nursiyamsih yang berjudul, “Korelasi Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Bahasa Arab (Studi Kasus Siswa Kelas XI MAN 3 Pekalongan)”,

12 Abdul Rahman Shaleh, op. cit., hlm. 182-183.

13 Nur Laila Rahmawati, “Motivasi Siswa dalam Memilih Sekolah Menengah Umum (Studi Kelas X di SMK 1 Kedungwuni)”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan : Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2014), hlm. Vii.

(10)

mengatakan bahwa ada korelasi yang sangat positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar.14

Selanjutnya skripsi karya Ika Istiarini yang berjudul, “Analisis Motivasi Belajar Siswa SMP Terbuka Kedungwuni”. Mengatakan bahwa belajar merupakan suatu tugas dan kewajiban seorang siswa untuk mendapatkan ilmu. Belajar dapat memberikan perubahan bagi siswa dari segi pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap. Perubahan-perubahan tersebut diperoleh siswa dengan adanya motivasi yang mendorong siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Motivasi merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh para siswa dalam belajar. Motivasi belajar adalah kekuatan pendorong dan pengarah perbuatan.15

Dari berbagai uraian teori di atas maka penelitian ini akan berfokus pada motivasi remaja putus sekolah di Desa Kwayangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C. Hasil analisis merupakan jawaban dari rumusan masalah yang disajikan.

3. Kerangka Berpikir

Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan

14 Eka Nursiyamsih, “Korelasi Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Bahasa Arab (Studi Kasus Siswa Kelas XI MAN 3 Pekalongan)”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan,

2010),hlm..vii.

15 Ika Istiarini, “Analisis Motivasi Belajar Siswa SMP Terbuka

Kedungwuni”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2007), hlm..vii.

(11)

kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

Motivasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi tiap individu, tanpa motivasi maka seseorang tidak memiliki hasrat atau keinginan yang kuat didalam dirinya untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan tanpa motivasi seseorang tidak akan maksimal dalam melakukan kegiatan

Motivasi merupakan bagian dari aspek psikologi dalam diri individu yang membangkitkan, memunculkan, mengarahkan, dan menjaga suatu perilaku. Begitu pula dalam menentukan suatu keputusan yang akan mempengaruhi arah masa depan seseorang. Seseorang akan melanjutkan pendidikan atau tidak, memilih pendidikan yang diinginkan semua dilatar belakangi oleh motivasi baik motivasi dari dalam (intrinsik) maupun motivasi dari luar (ekstrinsik).

Seperti halnya dalam penelitian ini yang meneliti bagaimana motivasi remaja putus sekolah dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C dan bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi remaja putus sekolah dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C serta bagaimana bentuk dan pelaksanaan pendidikan kesetaraan paket C yang ditempuh remaja putus sekolah di Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan.

F. Metod

e Penelitian 1. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, yang terdiri atas.

(12)

a. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan metode kualitatif. Pendekatan metode kualitatif adalah untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.16

b. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), karena merupakan penyelidikan mendalam mengenai unit sosial sedemikian rupa, yang mana penelitian ini dilakukan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya, sehingga menghasilkan gambaran yang terorganinisasi dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut17.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan terdiri dari dua (2) yaitu:

a. Sumber Data Primer, sumber data primer merupkan sumber data utama yang langsung berhubungan langsung dengan pembahasan judul skripsi. Yaitu, remaja putus sekolah yang menempuh pendidikan kesetaraan paket C di Desa Kwayangan.

b. Sumber Data Sekunder, adalah sumber data yang diperoleh lewat pihak lain, artinya data diperoleh tidak langsung diperoleh subyek utama dalam penelitian. Sumber data sekunder biasanya berwujud dokumentasi atau data laporan, buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.

16 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cet. IX (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm.1.

17 Saifudin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1998), hlm.8.

(13)

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Observasi

Secara bahasa observasi berarti memperhatikan dengan penuh perhatian seseorang atau sesuatu, memperhatikan dengan penuh perhatian berarti mengamati tentang apa yang terjadi.18 Metode observasi merupakan suatu metode

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.19

Metode ini digunakan untuk mengamati motivasi, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi serta bentuk dan pelaksanaan remaja putus sekolah di Desa Kwayangan yang menempuh pendidikan kesetaraan paket C. Metode ini juga dilakuakan untuk memperolah data tentang keadaan Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan.

b. Wawancara

Metode pengumpulan data melalui wawancara dalam penelitian kualitatif umumnya dimaksudkan untuk mendalami dan lebih mendalami suatu kejadian 18 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian, Kuantitatif, Kualitatif, dan

Tindakan (Bandung: Refika Aditama, 2012), hlm. 209.

19 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta:Bumi Aksara, 2005),hlm.70.

(14)

atau kegiatan subjek penelitian.20Metode wawancara adalah proses tanya jawab

dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.21

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara bebas terpimpin, sehingga tidak mengikat jalannya wawancara tersebut. Dengan demikian, pertanyaan-pertanyaan dapat ditambah dan dikurangi, tanpa mengganggu jalannya wawancara dan akan membawa hasil yang akurat.

Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan motivasi remaja putus sekolah dalam menenempuh pendidikan kesetaraan paket C dan bagaimana pendidikan kesetaraan paket C yang ditempuh remaja putus sekolah serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi remaja putus sekolah dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C di Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang yang tertulis.22 Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang tertulis baik dari

telaah pustaka, buku-buku, majalah, dokumen maupun catatan, transkip dan lain sebagainya yang masih berhubungan dengan penelitian ini.

20 Uhar Suharsaputra, op. cit., hlm. 213.

21 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, op. cit., hlm. 83.

22 Amrul Hadi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 114.

(15)

4. Teknik Analis Data

Analisis data menurut Suprayoga yang dikutip oleh Amirul Hadi adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah.23

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah :

a. Analisis data deskriptif, digunakan untuk menjelaskan suatu data, fakta dan atau pemikiran yang ada baik mengenai kondisi dan hubungan yang ada, atau kecenderungan yang sedang berlangsung.24 Teknik ini digunakan untuk

mendeskripsikan motivasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi remaja putus sekolah dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C. serta bentuk pelaksanaan pendidikan kesetaraan paket C yang di tempuh remaja putus sekolah di Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan.

b. Analisis data induktif, menurut Nasution dan Moleong yang dikutip oleh Uhar Suharsaputra analisis data induktif adalah data yang telah terkumpul dianalisis secara induktif dan berlangsung selama pengumpulan data di lapangan yang dilakukan. Analisis data yang dilakukan meliputi mereduksi data, menyajikan data, display data, menarik kesimpulan dan melaksanakan verifikasi.25 Metode berpikir induktif adalah suatu cara berfikir yang

23 Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 95-96.

24 Sanapiah, Metode Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1997), hlm. 119.

(16)

berangkat dari fakta-fakta yang khusus dan peristiwa-peristiwa yang konkrit kemudian dari peristiwa-peristiwa tersebut ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum.26

Teknik ini digunakan dengan cara berpikir dari fakta-fakta yang ada mengenai motivasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi remaja putus sekolah dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C, serta bentuk pendidikan kesetaraan paket C yang di tempuh remaja putus sekolah di Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan, kemudian ditarik menjadi kesimpulan tentang fakta-fakta diatas.

G.Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini agar sitematis dengan pembahasannya, maka penulis membaginya menjadi lima bab, dengan rincian sebagai berikut:

Bab I : Berisi pendahuluan meliputi, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjaun pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II : Motivasi remaja dan pendidikan kesetaraan paket C, bagian pertama tentang motivasi remaja, meliputi pengertian motivasi remaja, macam-macam motivasi, fungsi dan tujuan motivasi, teori-teori motivasi dan pengertian remaja. Bagian kedua tentang pendidikan kesetaraan paket C, meliputi : pengertian pendidikan kesetaraan paket C, tujuan pendidikan kesetaraan pakaet C, fungsi

26 Sutrisno Hadi, Metode Research II (Yogyakarta: UGM Press, 1999), hlm. 200.

(17)

pendidikan kesetaraan paket C, pelaksanaan pendidikan kesetaraan paket C, kelebihan dan kekurangan pendidikan kesetaraan paket C.

Bab III : Motivasi remaja putus sekolah dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C di Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan. Pertama meliputi: gambaran umum Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan, meliputi: letak geografis, struktur organisasi, keadaan warga, sarana prasarana, data remaja putus sekolah yang menempuh pendidikan kesetaraan paket C . Kedua : motivasi remaja putus sekolah dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C. Ketiga : faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi remaja putus sekolah dalam menempuh pendidikan paket C. Keempat : bagaimana bentuk dan pelaksanaan pendidikan kesetaraan paket C yang ditempuh remaja putus sekolah.

Bab IV : Analisis tentang motivasi remaja putus sekolah dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C di Desa Kwayangan Kedungwuni Pekalongan. Pertama meliputi: analisis motivasi remaja putus sekolah dalam dalam menempuh pendidikan kesetaraan. Kedua : analisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi remaja putus sekolah dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C. Ketiga : analisis bentuk dan pelaksanaan pendidikan kesetaraan paket C yang ditempuh remaja putus sekolah dalam menempuh pendidikan kesetaraan paket C Bab V : Meliputi Kesimpulan dan Saran.

Referensi

Dokumen terkait

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf

Teknologi yang digunakan pada Koperasi Swadharma sudah mulai mendukung bisnis yang berjalan, hanya saja dalam menentukan teknologi yang digunakan tersebut belum ada

Berbeda dengan iklan-iklan rokok lainnya yang menggunakan kegiatan-kegiatan seperti petualangan ataupun olahraga ekstrem seperti iklan Gudang Garam ,QWHUQDVLRQDO

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

Penegakan s Penegakan sanksi anksi pidana pidana pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun