• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus: Pemekaran Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat Kabupaten Kerinci) Oleh: Ivan Fauzani Raharja 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus: Pemekaran Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat Kabupaten Kerinci) Oleh: Ivan Fauzani Raharja 1"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus: Pemekaran Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat Kabupaten Kerinci)

Oleh:

Ivan Fauzani Raharja1

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan pemekaran calon Kecamatan Danau Kerinci Barat Kabupaten Kerinci berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini, yaitu dengan mengacu pada ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan. Metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode penelitian yuridis normatif (legal research) yang didukung penelitian empiris dimana data yang berupa kenyataan empiris dianalisis secara kualitatif dengan mendeskripsikan dan mempertimbangkan ketentuan normatif, yang berhubungan dengan upaya pemekaran kecamatan. Hasil dari kajian ini adalah calon Kecamatan Danau Kerinci Barat telah layak dan memenuhi persyaratan pembentukan kecamatan, yaitu persyaratan administratif, persyaratan fisik kewilayahan dan teknis. Untuk persyaratan teknis Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat memperoleh penilaian (skor) 391, sehingga keduanya berada pada kategori Mampu dan direkomendasikan untuk dibentuk menjadi kecamatan baru. Terkait hal tersebut, berdasarkan pertimbangan pemerintah pusat melalui Menteri Dalam Negeri, untuk sementara proses pemekaran daerah ditunda pembahasannya, karena saat ini pemerintah sedang menyelesaikan RPP (Rancangan Peraturan Pemerintah) tentang Penataan Daerah dan Desartada (Desain Besar Penataan Daerah) sebagai payung hukum dalam pembentukan dan penyesuaian daerah ke depan. Yaitu rancang bangun penataan daerah tingkat nasional yang meliputi strategi penataan daerah dan kondisi daerah otonom yang ingin diwujudkan dalam kurun waktu 2016-2025. Sehingga diharapkan melalui penataan daerah kedepan, pemekaran daerah menjadi lebih rasional, adil, dan sesuai dengan kebutuhan dengan tidak mengabaikan aspirasi lokal.

Kata Kunci: Kelayakan, Pemekaran, Administratif, Fisik Kewilayahan, dan

Teknis,

1

(2)

A. PENDAHULUAN

Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Sebagai Negara hukum, setiap penyelenggaraan urusan pemerintahan haruslah

berdasarkan pada hukum yang berlaku (wetmatigheid van bestuur).2 Dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV menyebutkan bahwa. “membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

Indonesia juga adalah negara kesatuan yang berbentuk republik, sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang dalam pelaksanaan pemerintahannya dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur undang- undang, untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Hadirnya kebijakan desentralisasi merupakan solusi yang tepat dengan keberadaan wilayah Indonesia yang begitu luas. Pembangunan di seluruh daerah akan semakin berhasil jika pembangunan wilayah dilaksanakan dengan

manajemen otonomi sebagai sistem dalam proses pembangunan nasional.3

Perwujudan otonomi pada daerah akan meningkatkan kreatifitas aparatur pemerintah daerah, terutama karena daerah memiliki kesempatan untuk secara aktif melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan seluruh kegiatan pembangunan di daerah.

Kecamatan merupakan salah satu unsur organisasi perangkat daerah yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Sebagai sebuah organisasi

2

Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2011, hal. 17.

3

Lukman Santoso Az, Hukum Pemerintahan Daerah (Mengurai Problematika

(3)

perangkat daerah, kecamatan mempunyai kedudukan yang cukup strategis dan memainkan peran fungsional dalam pelayanan dan administrasi pemerintahan, pembangunan, serta kemasyarakatan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia Organisasi Kecamatan telah mengalami beberapa kali perubahan terutama dari segi pengaturannya yang tentu saja berimbas pada kedudukan, pembentukan, penghapusan, penggabungan maupun sistem penyelenggaraan pemerintahannya.

Dalam daerah kecamatan terdapat beberapa desa yang berada dalam suatau kawasan wilayah tertentu. Sejatinya desa adalah ‘negara kecil’ atau apa yang

dimaksud Ter Haar sebagai doorps republiek,4 karena sebagai masyarakat hukum

desa memiliki semua perangkat suatu negara: teritori, warga, aturan atau hukum (rules or laws), dan pemerintahan. Wilayah kecamatan yang terlalu luas secara langsung memberikan dampak yang signifikan dalam menentukan program-program pembangunan desa. Rentang kendali pemerintahan yang terlalu jauh menjadi salah satu faktor pendorong yang melahirkan aspirasi masyarakat dalam pembentukan suatu desa. Jarak yang terlalu jauh menuju pusat pemerintahan kecamatan untuk mendapatkan jasa dan pelayanan pemerintah serta birokrasi yang terlalu panjang, dipandang sebagai suatu masalah yang menyebabkan lambannya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Solusinya adalah dengan melakukan pembentukan kecamatan baru, sehingga masyarakat sebagai pelanggan lebih dekat dengan pemberi layanan dan berharap mendapat pelayanan prima yang nantinya berdampak positif dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Faktor lainnya yang menjadi alasan pembentukan kecamatan baru adalah kesamaan sosial budaya dan adat-istiadat masyarakat setempat. Pemekaran kecamatan pada dasarnya merupakan suatu proses pembagian wilayah desa menjadi lebih dari satu wilayah, atas dasar prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul dan adat-istiadat maupun sosial budaya masyarakat

setempat, dengan tujuan meningkatkan pelayanan dan mempercepat

4

Ni’matul Huda, Hukum Pemerintahan Desa (Dalam Konstitusi Indonesia Sejak Kemerdekaan Hingga Era Reformasi), Setara Press: Malang, 2015, hal. 34.

(4)

pembangunan.

Oleh sebab itu, dipandang perlu untuk dilakukan sebuah kajian hukum dalam rangka mengetahui kelayakan pembentukan kecamatan tersebut. Kajian hukum yang dimaksud, selain berpedoman pada peraturan perundang-undangan, juga berpedoman pada konsep teoritis pemekaran wilayah. Sehingga diharapkan menjadi dasar yang kuat untuk melakukan pembentukan calon kecamatan yang baru.

Pengaturan mengenai persyaratan pemekaran daerah setelah berlakunya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya ditulis UU No. 23 Tahun 2014), menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan desentralisasi dilakukan penataan daerah. Penataan daerah sebagaimana dimaksud bertujuan untuk mewujudkan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat, mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik, meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan, meningkatkan daya saing nasional dan daya saing daerah dan memelihara keunikan adat istiadat, tradisi, dan budaya daerah.

Untuk mencapai tujuan penataan daerah tersebut, maka dilakukan pembentukan daerah dan penyesuaian daerah. Pembentukan daerah dimaksud dapat berupa pemekaran daerah dan dapat juga berupa penggabungan daerah. Menurut UU No. 23 Tahun 2014 tidak mengatur secara spesifik mengenai persyaratan pembentukan kecamatan, karena peraturan lebih lanjut dan lebih spesifik akan diatur melalui Peraturan Pemerintah (PP) terkait penataan daerah. Pada masa transisi ini, proses pengajuan pemekaran wilayah terus bergulir di daerah-daerah, salah satunya adalah pemekaran calon kecamatan Danau Kerinci Barat Kabupaten Kerinci. Berdasarkan kaidah hukum, maka penulis dalam penelitian ini mengacu pada regulasi sebelumnya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan (selanjutnya ditulis PP No. 19 Tahun 2008), untuk mengkaji kelayakan pembentukan/ pemekaran wilayah kecamatan tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membatasi rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

(5)

1. Bagaimana bentuk pengaturan persyaratan pemekaran kecamatan berdasarkan ketentuan PP No. 19 Tahun 2008?

2. Apakah pemekaran calon kecamatan Danau Kerinci Barat telah layak

memenuhi persyaratan administratif, fisik kewilayahan, dan teknis?

B. METODEPENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode penelitian yuridis normatif (legal research) yang didukung penelitian empiris. Menurut F

Sugeng Istanto,5 penelitian hukum adalah penelitian yang diterapkan atau

diberlakukan khusus pada Ilmu Hukum. Seterusnya, berdasarkan jenis, sifat dan tujuannya penelitian hukum dibedakan atas penelitian hukum normatif dan

penelitian hukum empiris.6 Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian hukum normatif. Sebab, penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti bahan data sekunder berupa bahan hukum dan bahan pustaka.

Namun demikian, data yang akan juga dijadikan acuan dalam penelitian ini merupakan data empirik yang diperoleh dari berbagai kegiatan penelitian empiris yang dilakukan terhadap kondisi permasalahan kebutuhan Kabupaten Kerinci untuk melakukan penataan kecamatan dengan membentuk Kecamatan Danau Kerinci Barat.

Analisis dilakukan secara kualitatif. Analisis kualitatif tersebut lalu diuraikan secara deskriptif dan perspektif. Analisis deskriptif dan perspektif berdasarkan analisis yuridis sistematis dan dikembangkan substansi mengenai perlunya adanya kebijakan Kabupaten Kerinci untuk melakukan pembentukan Kecamatan Danau Kerinci Barat.

5

F. Sugeng Istanto, Penelitian Hukum, CV. Ganda, Yogyakarta, 2007, hal. 29. 6

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hal. 13.

(6)

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengaturan Persyaratan Pemekaran Daerah Kecamatan Berdasarkan Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Yang Berlaku.

Merujuk pada ketentuan yang diatur dalam Pasal 3 PP No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan menyatakan bahwa “Pembentukan Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan”. Berdasarkan hal tersebut, akan dijabarkan syarat-syarat tersebut. 1.1. Persyaratan Administratif

Dalam pasal 4 PP No. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan dinyatakan secara tegas bahwa syarat administratif pembentukan kecamatan meliputi:

a) Batas usia penyelenggaraan pemerintahan minimal 5 (lima) tahun;

b) Batas usia penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan yang akan

dibentuk menjadi kecamatan minimal 5 (lima) tahun;

c) Keputusan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau nama lain untuk Desa

dan Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamata baik yang menjadi calon cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan;

d) Keputusan Kepala Desa atau nama lain untuk desa dan Keputusan Lurah atau

nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamatan baik yang akan menjadi cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan;

e) Rekomendasi Gubernur

1.2. Persyaratan Fisik Kewilayahan

Mengacu pada ketentuan Pasal 5 PP No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan, dinyatakan secara tegas bahwa syarat fisik kewilayahan terbentuknya kecamatan adalah meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan. Pasal 6 PP tersebut menegaskan bahwa:

a) Cakupan wilayah untuk daerah kabupaten paling sedikit terdiri atas 10 desa/

kelurahan dan untuk daerah kota paling sedikit terdiri atas 5 desa/kelurahan.

(7)

aksesibilitas, kondisi dan letak geografis, kependudukan, sosial ekonomi, sosial politik, dan sosial budaya.

c) Sarana dan prasarana pemerintahan meliputi bangunan dan lahan untuk

kantor camat yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

1.3. Persyaratan Teknis

Dalam Pasal 7 PP No. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan dinyatakan secara tegas bahwa persyaratan pembentukan kecamatan harus memenuhi persyaratan teknis yang meliputi:

a) Jumlah Penduduk;

b) Luas Wilayah;

c) Rentang Kendali Penyelenggaraan Pelayanan Pemerintahan;

d) Aktivitas Perekonomian;

e) Ketersediaan Sarana Dan Prasarana.

Untuk menentukan kelayakan pemekaran calon kecamatan, dilihat dari aspek persyaratan teknis tersebut, maka diperlukan kajian. Peraturan Pemerintah tersebut telah mengatur secara detail faktor, indikator, proses perhitungan kuantitatif, dan metode penilaian terhadap suatu wilayah kecamatan yang akan dimekarkan.

Tabel: Faktor Dan Indikator Pembentukan Kecamatan

FAKTOR INDIKATOR

1. Penduduk 1. Jumlah Penduduk

2. Luas Daerah 2. Luas wilayah keseluruhan

3. Luas wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan 3. Rentang Kendali 4. Rata-rata jarak desa ke pusat pemerintahan

kecamatan

5. Rata-rata waktu perjalanan ke pusat pemerintahan kecamatan

4. Aktivitas Perekonomian 6. Jumlah bank

7. Lembaga keuangan non bank 8. Kelompok pertokoan 9. Jumlah Pasar

(8)

5. Ketersediaan Sarana dan Prasarana

10. Rasio Sekolah Dasar per penduduk usia Sekolah Dasar

11. Rasio Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama per penduduk usia Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

12. Rasio Sekolah Lanjutan Tingkat Atas per penduduk usia Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 13. Rasio tenaga medis per penduduk

14. Rasio fasilitas kesehatan per pendudut 15. Persentase rumah tangga yang mempunyai

kendaraan bermotor atau perahu atau perahu motor atau kapal motor

16. Persentase pelanggan listrik terhadap jumlah rumah tangga

17. Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan bermotor

18. Rasio sarana peribadatan per penduduk 19. Rasio fasilitas lapangan olahraga per penduduk 20. Jumlah balai pertemuan

Sumber : Lampiran PP No. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan 1.4. Metode Penilaian

a) Penilaian yang digunakan adalah sistem skoring, untuk pembentukan

kecamatan baru terdiri dari dua macam metode yaitu: (1) Metode Rata-rata, dan (2) Metode Kuota.

b) Metode rata-rata adalah metode yang membandingkan besaran/nilai tiap

calon kecamatan dan kecamatan induk terhadap besaran/nilai rata-rata keseluruhan kecamatan di kabupaten/kota. Dalam hal terdapat kecamatan yang memiliki besaran/nilai indikator yang sangat berbeda (di atas 5 kali

dari besaran/nilai terendah), maka besaran/nilai tersebut tidak

diperhitungkan.

c) Metode Kuota adalah metode yang menggunakan angka tertentu sebagai

kuota penentuan skoring baik terhadap calon kecamatan maupun kecamatan induk.

d) Setiap indikator mempunyai skor dengan skala 1-5, dimana skor 5 masuk

dalam kategori sangat mampu, skor 4 kategori mampu, skor 3 kategori kurang mampu, skor 2 kategori tidak mampu dan skor 1 kategori sangat tidak mampu.

e) Pemberian skor 5 apabila besaran/nilai indikator lebih besar atau sama

(9)

indikator lebih besar atau sama dengan 60% besaran/nilai rata-rata, pemberian skor 3 apabila besaran/nilai indikator lebih besar atau sama dengan 40% besaran/nilai rata-rata, pemberian skor 2.

f) apabila besaran/nilai indikator lebih besar atau sama dengan 20%

besaran/nilai rata-rata, pemberian skor 1 apabila besaran/nilai indikator kurang dari 20% besaran/nilai rata-rata

1.5. Pembobotan

Setiap faktor dan indikator mempunyai bobot yang berbeda-beda sesuai dengan perannya dalam pembentukan kecamatan.

a). Bobot untuk masing-masing faktor dan indikator:

No. FAKTOR DAN INDIKATOR BOBOT

1. Penduduk 20

1. Jumlah pendudk 20

2. Luas daerah 10

1. Luas wilayah keseluruhan 5

2. Luas wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan 5

3. Rentang Kendali 20

1. Rata-rata jarak desa ke pusat pemerintahan kecamatan (ibukota kecamatan)

10 2. Rata-rata waktu perjalanan dari desa ke pusat

pemerintahan (ibukota kecamatan)

10

4. Aktivitas perekonomian 10

1. Jumlah bank 2

2. Jumlah lembaga keuangan bukan bank 2

3. Jumlah kelompok pertokoan 2

4. Jumlah pasar 4

5. Ketersediaan Sarana dan Prasarana 40

1. Rasio Sekolah Dasar per penduduk usia Sekolah Dasar

4 2. Rasio Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama per

penduduk usia Sekolah Lanjutan Tingkat

4 3. Rasio Sekolah Lanjutan Tingkat Atas per

penduduk usia Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

4 4. Rasio fasilitas kesehatan per penduduk 4 5. Rasio tenaga medis per penduduk 4 6. Persentase rumah tangga yang mempunyai

kendaraan bermotor atau perahu atau perahu motor atau 3 7. Persentase pelanggan listrik terhadap jumlah

rumah tangga

3 8. Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan

Bermotor

3 9. Rasio sarana peribadatan per penduduk 4 10. Rasio fasilitas lapangan olahraga per penduduk 3

11 . Jumlah balai pertemuan 4

Total 100

Sumber : Lampiran PP No. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan

(10)

indikator. Kelulusan ditentukan oleh total nilai seluruh indikator dengan kategori:

Kategori Total Nilai Seluruh Indikator Keterangan

Sangat Mampu 420 s/d 500 Rekomendasi

Mampu 340 s/d 419 Rekomendasi

Kurang Mampu 260 s/d 339 Ditolak

Tidak mampu 180 s/d 259 Ditolak

Sangat Tidak Mampu 100 s/d 179 Ditolak

Sumber : Lampiran PP No. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan

c). Suatu calon kecamatan direkomendasikan menjadi kecamatan baru apabila calon kecamatan dan kecamatan induknya (setelah pemekaran) mempunyai total nilai seluruh indikator dengan kategori sangat mampu (420-500) atau mampu (340-419).

d). Usulan pembentukan kecamatan ditolak apabila calon kecamatan atau kecamatan induknya (setelah pemekaran) mempunyai total nilai seluruh indikator dengan kategori kurang mampu (260-339), tidak mampu (180-259) dan sangat tidak mampu (100-179).

2. Kajian Hukum Persyaratan Administratif, Teknis, dan Fisik Kewilayahan Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat

Kabupaten Kerinci merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 58 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 21 Tahun 1957 tentang Pengubahan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat II Dalam Lingkungan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Tengah sebagai Undang-Undang. Dalam perkembangannya sesuai dengan potensi dan kebutuhan pembangunan daerah dalam mewujudkan tujuan pembentukan negara maka pada tahun 2008 Kabupaten Kerinci dimekarkan melalui pembentukan Kota Sungai Penuh sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh. Dengan

(11)

demikian terdapat Kabupaten Kerinci sebagai Kabupaten induk dan Kota Sungai Penuh sebagai kota pemekaran.

Saat ini Kabupaten Kerinci saat ini memiliki 16 kecamatan, dalam perkembangannya ada kebutuhan, potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam serta dengan memperhatikan harapan dan dinamika masyarakat guna koordinasi penyelenggaraan pemerintahan dan peningkatan pelayanan publik di Kabupaten Kerinci perlu dilakukan penataan berupa pemekaran kecamatan dengan memekarkan Kecamatan Keliling Danau (Kecamatan induk) dan membentuk Kecamatan Danau Kerinci Barat, mengingat dinamika masyarakat serta guna membuka ruang partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Kecamatan Keliling Danau terdiri dari 32 desa, dengan jumlah penduduk 27040 jiwa dan luas wilayah 38.626.515 Ha.

Selanjutnya, data rencana pemekaran kecamatan Keliling Danau (Kecamatan Induk pasca pemekaran), terdiri dari 18 desa dengan luas wilayah 11993 Ha, dan rentang kendali ke kecamatan induk adalah 23.158.515 Km

2.1. Kajian Persyaratan Administratif

Merujuk pada ketentuan Pasal 4 PP No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan, dengan memperhatikan ketentuan persyaratan dasar dan persyaratan administrasi dalam hubungannya dengan formulasi kebijakan pemekaran kecamatan di Kabupaten Kerinci untuk membentuk Kecamatan Danau Kerinci Barat. Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat dikatakan bahwa telah memenuhi syarat administratif untuk dimekarkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan:

a. jumlah penduduk minimal adalah 15.407. jiwa penduduk b. luas wilayah minimal adalah15.289,14 Ha/152,89 Km2

c. jumlah minimal Desa/kelurahan yang menjadi cakupan adalah 14 desa d. usia minimal Kecamatan yang dimekarkan lebih dari 30 Tahun

(12)

Tabel: Hasil Kajian Persyaratan Administratif Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat:

No Indikator

(1)

Persyaratan (2)

Kondisi Calon Kecamatan (3) Keterangan (4) 1 Batas Usia Penyelengaraan Pemerintahan Kecamatan Minimal 5 Tahun

Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat merupakan Pemekaran dari Kecamatan (Induk) Keliling

Danau yang usia

penyelenggaraan kecamatannya sudah lebih dari 5 tahun

Terpenuhi 2 Batas Usia Penyelenggaraan Pemerintahan Desa/Kelurahan Minimal 5 Tahun

Calon Kecamatan Danau Kerinci

Barat Terdiri dari 14 Desa dengan usia penyelenggaraan

pemerintahannya diatas 5 Tahun

Terpenuhi 3 Keputusan BPD dan/atau Forum Komunikasi Kelurahan (Calon Kecamatan) Adanya keputusan BPD dan/atau Forum Komunikasi Kelurahan tentang persetujuan pembentukan kecamatan

Masing-masing BPD yang desa nya tergabung ke dalam wilayah Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat telah mengeluarkan Surat Keputusan persetujuan Tentang Persetujuan Pembentukan Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat

Terpenuhi 4 Keputusan Kepala Desa dan/atau Lurah (Calon Kecamatan) Adanya Keputusan Kepala Desa dan/atau Lurah tentang pembentukan Kecamatan

Masing-masing Kepala Desa yang desa nya tergabung ke dalam wilayah Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat telah mengeluarkan Surat Keputusan Persetujuan Tentang Persetujuan Pembentukan Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat

Terpenuhi 5 Rekomendasi Gubernur Adanya rekomendasi Gubernur tentang pembentukan kecamatan

Sudah mendapat persetujuan dari Gubernur mengenai

Pembentukan Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat.

Surat Rekomendasi akan dikeluarkan setelah adanya laporan hasil kajian..

Terpenuhi

Kesimpulan: Persyaratan Administrasi, Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat. memenuhi ke 5 syarat tersebut. Dengan demikian persyaratan administratif menjadi Terpenuhi.

Sumber: Data Hasil Olahan Lapangan Tahun 2015-2016

2.2. Kajian Persyaratan Fisik Kewilayahan

Mengacu pada ketentuan Pasal 5 PP No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan dinyatakan secara tegas bahwa syarat fisik kewilayahan terbentuknya

(13)

kecamatan adalah meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan. Berikutnya pada ketentuan Pasal 6 menegaskan bahwa:

a) Cakupan wilayah untuk daerah kabupaten paling sedikit terdiri atas 10

desa/ kelurahan dan untuk daerah kota paling sedikit terdiri atas 5 desa/kelurahan.

b) Lokasi calon ibukota memperhatikan aspek tata ruang, ketersediaan

fasilitas, aksesibilitas, kondisi dan letak geografis, kependudukan, sosial ekonomi, sosial politik, dan sosial budaya.

c) Sarana dan prasarana pemerintahan meliputi bangunan dan lahan

untuk kantor camat yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Berdasarkan cakupan wilayah sesuai dengan ketentuan di atas, dapat dinyatakan bahwa data rencana pemekaran calon kecamatan Danau Kerinci Barat telah memenuhi syarat untuk dimekarkan karena jumlah desa yang ada di wilayah kecamatan Danau Kerinci Barat berjumlah 14 desa, dengan jumlah penduduk 15.407 jiwa dan luas wilayah 15,289.14 Ha.

Peta Persyaratan Fisik Kewilayahan

Keterangan: Cakupan wilayah Persiapan Pemekaran Kecamatan Danau Kerinci Barat ditandai

dalam Peta (Wilayah berwarna Merah Muda).

Batas wilayah calon Kecamatan Danau Kerinci Barat sebagai berikut:

a) sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kecamatan Sitinjau Laut dan

(14)

b) sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Muko-muko Provinsi Bengkulu;

c) sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kota Sungai Penuh; dan

d) sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Keliling Danau.

Tabel: Kajian Persyaratan Fisik Kewilayahan Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat

No Indikator Persyaratan Kondisi Calon Kecamatan Ket

1 Cakupan Wilayah Minimal 10 Desa dan/atau Kelurahan

Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat Terdiri dari 14 Desa.

Terpenuhi 2 Lokasi Calon Ibu

Kota Aspek Tata Ruang, Fasilitas, Aksesibilitas, Geograifis, Kependudukan, Sosial Ekonomi, Sosial Politik, dan Sosial Budaya

Telah tersedia lokasi calon Ibu Kota yang memenuhi aspek Aspek Tata Ruang,

Fasilitas, Aksesibilitas, Geograifis, Kependudukan, Sosial Ekonomi, Sosial Politik, dan Sosial Budaya yaitu di Desa Serumpun Pauh. Terpenuhi 3 Sarana dan Prasarana Pemerintah an Adanya bangunan dan lahan untuk kantor camat.

Telaah tersedia bangunan untuk Kantor Camat Sementara dan juga sudah tersedia lahan untuk prasana dan sarana kantor camat yaitu di Desa Serumpun Pauh.

Terpenuhi

Kesimpulan: Berdasarkan data yang terkait dengan persyaratan fisik kewilayahan, semuanya Terpenuhi.

Berdasarkan hasil penelitian dengan jajaran kecamatan Keliling Danau dan jajaran desa di seluruh desa di wilayah kecamatan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar menyatakan bahwa lokasi Ibu Kota kecamatan

yang dimekarkan (kecamatan baru) adalah di Desa Serumpun Pauh, dinilai

memiliki aksesibilitas, keterjangkauan, posisi geografis, dan infrastruktur yang relatif memadai. Berkaitan dengan sarana prasarana pemerintahan, ada komitmen yang kuat dari berbagai pihak terkait, mulai dari pemerintah kabupaten Kerinci, jajaran kecamatan Keliling Danau, dan para kepala desa untuk membangun sarana prasarana pemerintahan kecamatan yang akan dimekarkan secara gotong royong demi kepentingan masyarakat dan pelayanan masyarakat.

2.3. Kajian Persyaratan Teknis

Dalam Pasal 7 PP No. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan dinyatakan secara tegas bahwa persyaratan pembentukan kecamatan harus memenuhi

(15)

persyaratan teknis. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ketentuan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tersebut dinilai berdasarkan hasil kajian yang dilakukan pemerintah kabupaten/kota sesuai indikator yang telah ditetapkan. Berikut ini beberapa faktor dan indikator pembentukan kecamatan, yang terdiri atas faktor penduduk, faktor luas daerah, rentang kendali, aktivitas perekonomian, serta ketersediaan sarana dan prasarana.

Berdasarkan penelitian terkait persyaratan dasar dan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a) kemampuan keuangan Daerah yang cukup

b) sarana dan prasarana pemerintahan pada saat dimekarkan dalam

wilayah kecamatan Danau Kerinci Barat meliputi sarana dan prasarana jumlah SD sebanyak 11, SLTP berjumlah 3, sedangkan SLTA berjumlah 1, ibadah mesjid berjumlah 4, mushalla 23, fasilitas kesehatan 4, jumlah pertokoan 173.

Selanjutnya, untuk menentukan kelayakan penataan kecamatan di Kabupaten Kerinci dengan membentuk Kecamatan Danau Kerinci Barat dilihat dari aspek persyaratan teknis tersebut, maka diperlukan kajian sebagaimana diatur dalam PP No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan yang mengatur secara faktor, indikator, proses perhitungan kuantitatif, dan metode penilaian terhadap suatu wilayah kecamatan yang akan dibentuk/dimekarkan yang dijabarkan dalam 20 indikator/bobot penilaian. Berdasarkan proses perhitungan data kuantitatif terhadap potensi wilayah yang akan dibentuk di Kabupaten Kerinci yaitu Kecamatan Danau Kerinci Barat, dipaparkan sebagai pada tabel berikut:

Tabel: Penilaian Kecamatan Danau Kerinci Barat

No Faktor dan indikator Rasio Skor Bobot Nilai

1 Jumlah penduduk

a. total jumlah penduduk Kabupaten Kerinci= 234.882 jiwa (BPS Kerinci dalam angka 2016)

b. rata-rata kecamatan = 13049

c. jumlah penduduk Kec. Danau Kerinci Barat=

15.407.jiwa

d. rasio= jumlah penduduk Kec.Danau Kerinci Barat dibagi jumlah penduduk rata-rata yaitu=

15.407: 13049= 118%

118% 5 20 100

2. Luas daerah

(16)

a. luas wilayah Kabupaten Kerinci = 3328,14 km2 b. luas rata-rata kecamatam = 208,008 Km2

c. luas kecamatan Danau Kerinci Barat= 152,89 Km2 d. rasio = luas wilayah kecamatan Danau Kerinci Barat:

luas rata-rata kecamatan=152,89 Km2: 208,008 Km2= 73%

2. luas wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan

a. luas wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan =

3328,04 Km2

b. luas rata-rata wilayah efektif yang dapat

dimanfaatkan = 208,0025 Km2

c. luas wilayah efektif Kabupaten Kerinci secara

keseluruhan = 3328,04 Km2

d. rasio = luas wilayah efektif secara keseluruhan : luas

rata-rata wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan = luas efektif yang dapat dimanfaatkan = 3328,04 Km2 : 208,0025 Km2 = 1600%

160% 5 5 25

3. Rentang Kendali

1. Rata-rata jarak Desa ke pusat pemerintahan kecamatan (ibukota kecamatan) = 170.8: 12 Desa =14,2 Km2, (14,2:12 =1,186 Km2 )

Rasio = 14,2:1,186 =1197%

2. Rata-rata waktu perjalanan dari desa ke pusat pemerintahan (ibukota kecamatan =57,7 menit) Rasio 57,7 : 10,35 = 557% 1197% 557% 5 5 10 10 50 50 4 Aktivitas perekonomian 1. Jumlah bank =0

Rasio : 0 : 0,813 (13 bank:16 jumlah kecamatan) = 0 0% 0 2 0 2. Jumlah lembaga keuangan bukan bank = 0

Rasio: 0 : 84 (84:16= 5,25)= 0:5,25= 0

0% 0 2 0

3. Jumlah kelompok pertokoan = 703 Rasio: 703: (44676:16 =2792) = 703:2792 =25% 25% 2 2 4 4. Jumlah pasar = 3 Rasio: 3: (38:16=2,37) 3 : 2,37 =126% 126% 5 4 20

5 Ketersediaan Sarana Prasarana

1. Rasio Sekolah Dasar per Penduduk Usia Sekolah Dasar

4504:9 =1: 500,4 1384: 227: =1: 6,1 Rasio:500,4: 6,1= 82

82% 5 4 20

1. Rasio sekolah lanjutan pertama per penduduk 2295:3 = 1:765

12594:67 : 188

Rasio:765,1 : 188,3 = 406%

406% 5 4 20

2. Rasio sekolah lanjutan tingkat atas per penduduk 1260:1 = 1:1260

27871: 16: = 1 : 1741 Rasio: 1260:1741 =72%

72% 5 4 20

3. Rasio fasilitas kesehatan per penduduk 44676:4 =1: 11169

239608:71 = 1: 33749

(17)

Rasio: 11169 : 33749= 33% 4. Rasio tenaga medis per penduduk

44676:54: = 1:827 239608:912 = 1:262 Rasio: 827 : 262 =316 %

315% 5 4 20

5. persentase rumah tangga yang memiliki kendaraan bermotor

44676: 11582 = 1: 3,86 239608: 14870: = 16,11 Rasio= 3,86:16,11 = 23%

23% 2 3 6

6. Persentase pelanggan listrik terhadap jumlah rumah tangga

44676:11159: = 1: 4,004 239608:18917 = 1: 12,7 Rasio:4, 004: 12, 7 =0,03%

36% 2 3 6

7. Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan bermotor

170 : 11582= 1: 0,015 2856: 1249= 1: 2,29 Rasio: 0,015: 2,29 =0,6%

0,6% 1 3 3

8. Rasio sarana peribadatan 26 : 44676 = 1: 0,58=1,72

465: 239608= 1; 0,00194=0,00194 0,00194 : 1,72 = 11%

11% 1 4 4

9. Rasio fasilitas lapangan olah raga dan balai pertemuan per penduduk

5: 44676= 0,00082 156: 2396608= 0,000065 0,000119: 0,000065=183%

183% 5 3 15

TOTAL

Kategori mampu, total nilai 391, usulan direkomendasikan

391

Berdasarkan perhitungan sebagaimana indikator tersebut diatas

pembentukan Kecamatan Danau Kerinci Barat dapat direkomendasi karena terpenuhi dengan kategori mampu total nilai 391 kategori mampu.

D. PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, mengenai kajian pembentukan calon Kecamatan Danau Kerinci Barat yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Keliling Danau, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Pengaturan penyelenggaraan kecamatan baik dari sisi pembentukan,

kedudukan, tugas dan fungsinya diatur dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (dapat dilihat dalam ketentuan Pasal

(18)

2; Pasal 221; dan Pasal 222). Terkait pengaturan pembentukan kecamatan didalam undang-undang tersebut tidak diatur secara spesifik dan hingga saat ini Pemerintah Pusat belum mengeluarkan pedoman/ ketentuan lebih lanjut sebagai turunannya dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP). Oleh karena itu berdasarkan kaidah hukum, maka kajian hukum ini berpedoman pada peraturan perundang-undangan sebelumnya, yaitu PP No 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan. Yaitu sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 3 yang menyatakan “Pembentukan Kecamatan harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan, yaitu:

No. Persyaratan Kriteria Keterangan

1. Syarat Administratif Memenuhi / Tidak Terpenuhi Pasal 4 PP No. 19 Tahun 2008 2. Syarat Fisik Kewilayahan Memenuhi / Tidak Terpenuhi

Pasal 5 dan Pasal 6 PP No. 19 Tahun

2008

3. Syarat Teknis Memenuhi / Tidak

Terpenuhi

Pasal 7 PP No. 19 Tahun 2008

b. Berdasarkan kajian persyaratan administratif, baik ditinjau dari batas usia

penyelenggaraan pemerintahan kecamatan Keliling Danau dan

penyelengggaran desa di seluruh wilayah kecamatan Keliling Danau, yang semuanya di atas 30 tahun, maka dapat disimpulkan bahwa calon Kecamatan Danau Kerinci Barat telah memenuhi syarat administratif untuk dimekarkan. Sementara itu, berdasarkan kajian persyaratan fisik kewilayahan, yang mempersyaratkan cakupan wilayah kecamatan baru untuk daerah kabupaten paling sedikit terdiri atas 10 desa, maka dapat dikatakan bahwa calon Kecamatan Danau Kerinci Barat telah memenuhi syarat untuk dimekarkan. Alasannya, jumlah seluruh desa yang ada di wilayah Kecamatan Keliling Danau (Kecamatan induk) adalah 32 desa dan sesuai rencana pemekaran wilayah kecamatan Danau Kerinci Barat terdapat 14 desa.

(19)

adanya penghitungan data kuantitatif terhadap potensi yang ada di kecamatan Danau Kerinci Barat, maka dapat ditegaskan bahwa calon Kecamatan Danau Kerinci Barat telah memenuhi syarat untuk dimekarkan, karena total seluruh indikator yang mencapai skor 391 atau dalam kategori MAMPU. Agar lebih jelas, terperinci, dan mudah dipahami, maka berikut ini diuraikan dalam bentuk tabel tentang kelayakan pemekaran Kecamatan Danau Kerinci Barat, sebagai berikut:

2

2. Saran

a. Nilai harapan masyarakat atas pembentukan calon Kecamatan Danau Kerinci Barat yang telah terbangun saat ini harus disadari bahwasanya keiinginan tersebut bersumber dari masyarakat dilevel akar rumput (grassroot), dan tidak atas keingginan kepentingan elit politik lokal. Dengan berlakunnya Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, syarat dan mekanisme untuk pembentukan daerah otonom yang baru menjadi lebih terperinci dan lebih ketat. Mekanisme pengetatan yang dimaksud adalah dimana Daerah persiapan tersebut ditentukan dengan peraturan pemerintah, lalu daerah persiapan tersebut diberikan jangka waktu 3 (tiga) tahun untuk

No. Persyaratan Kriteria Keterangan

1. Syarat Administratif Memenuhi Pasal 4 PP No. 19 Tahun 2008 2. Syarat Fisik Kewilayahan Memenuhi

Pasal 5 dan Pasal 6 PP No. 19 Tahun

2008

3. Syarat Teknis Memenuhi Pasal 7 PP No. 19

(20)

melakukan kegiatan administrasi yang dipimpin oleh kepala daerah persiapan. Jika dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun daerah persiapan bisa memenuhi syarat, maka barulah daerah persiapan dapat ditetapkan menjadi DOB. Sedangkan apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun daerah persiapan tidak bisa memenuhi persyaratan maka daerah persiapan tersebut tidak dapat melakukan pemekaran atau tidak dapat menjadi DOB. Terkait hal tersebut, berdasarkan pertimbangan pemerintah pusat melalui Menteri Dalam Negeri, untuk sementara proses pemekaran daerah ditunda pembahasannya, karena saat ini pemerintah sedang menyelesaikan RPP (Rancangan Peraturan Pemerintah) tentang Penataan Daerah dan Desartada (Desain Besar Penataan Daerah) sebagai payung hukum dalam pembentukan dan penyesuaian daerah ke depan. Yaitu rancang bangun penataan daerah tingkat nasional yang meliputi strategi penataan daerah dan kondisi daerah otonom yang ingin diwujudkan dalam kurun waktu 2016-2025. Sehingga diharapkan melalui penataan daerah kedepan, pemekaran daerah menjadi lebih rasional, adil, dan sesuai dengan kebutuhan dengan tidak mengabaikan aspirasi lokal.

b. Penundaaan pembahasan pembentukan daerah pemekaran oleh Pemerintah, menurut penulis, sebaiknya pemerintah kabupaten Kerinci dan masyarakat menunggu ketentuan/ pedoman lebih lanjut yang akan diatur dalam bentuk regulasi Peraturan Pemerintah (PP) yang sedang dibahas saat ini, dan segera menyesuaikan kembali persyaratan pembentukan daerah kecamatan yang baru, sebagaimana diatur dalam ketentuan baru nantinya. Sehingga harapan masyarakat bisa terpenuhi.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Ridwan HR. 2011. Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), PT RajaGrafindo Persada: Jakarta.

Santoso, Lukman. 2015. Hukum Pemerintahan Daerah (Mengurai Problematika Pemekaran Daerah Pasca Reformasi Di Indonesia), Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Huda, Ni’matul. 2015. Hukum Pemerintahan Desa (Dalam Konstitusi Indonesia Sejak Kemerdekaan Hingga Era Reformasi), Setara Press: Malang.

Sugeng Istanto, F, 2007, Penelitian Hukum, CV. Ganda, Yogyakarta.

Waluyo, Bambang. 2002. Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta.

D. Juliantara, Gregorius Sahdan, Willy R. Tjandra, 2006, Desentralisasi Kerakyatan Gagasan dan Praktis, Pondok Edukasi, Panggungharjo Sewon Bantul.

Nurcholis. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Jakarta, Grasido.

Huda, Ni’matul. 2009. Hukum Pemerintahan Daerah, Nusa Media, Bandung. Huda, Ni’matul. 2009. Otonomi Daerah: Filosofi, Sejarah Perkembangan dan

Problematika, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4826.

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan pemanfaatan media online sebagai sarana pemasaran produk perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa alam memanfaatkan teknologi informasidalam

Mempertahankan karyawan pada sebuah perusahaan tidaklah mudah, ada banyak faktor yang mempengaruhi. 80) mengartikan perpindahan sebagai kemauan karyawan untuk meninggalkan

(APRIL) mulai didirikan pada tahun 1992 di Pangkalan kerinci Kabupaten Pelalawan (dahulu sebelum pemekaran adalah kabupaten Kampar), melakukan ekspansi ke wilayah

Namun, ciri khas dari ayam geprek terletak pada ayam goreng yang dibalut tepung krispi, lalu digeprek bersama sambal mentah dari campuran bawang putih, cabai rawit,

Parameter yang dipakai untuk menentukan sebuah obyek itu mempunyai ketepatan yakni obyek tersebut berada pada ranking atau urutan antara 1 sampai 3 dari citra

Dengan demikian, LP adalah sebuah metode matematis yang berkarakteristik linear untuk menemukan suatu penyelesaian optimal dengan cara memaksimumkan atau

1) Solve-Solve, digunakan untuk menampilkan hasil optimasi dari data pada papan editor dan secara lengkap. Pada tampilan hasil mencangkup nilai variabel keputusan serta

Merujuk dari pemaparan diatas, maka dapat dibuat proses pembelajaran sebagai berikut: a) Siswa memberikan masukan kepada sekolah atau guru terkait dengan mata pelajaran,