• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PRAKTEK ORIENTASI

PERAWAT TERHADAP PASIEN BARU DI RUANG RAWAT INAP

RS. BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG

Manuscript

Disusun oleh :

NAWAWI

G2A209024

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG

(2)

Nawawi Ns. M.Fatkhul Mubin, S.Kep, M.Kep, Sp.Jiwa Riwayati, S.Kp Abstrak

Terdapat beberapa perawat yang belum memahami pentingnya praktik orientasi sebagai salah satu sarana untuk menjalin hubungan yang baik antara perawat dengan pasien. Perawat belum mengetahui dan menyadari bahwa praktik orientasi yang berupa pengenalan diri dan membacakan hak-hak pasien merupakan suatu hak yang harus disampaikan oleh perawat. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan praktek orientasi perawat terhadap pasien baru di Ruang Rawat Inap RS. Bhakti Wira Tamtama Semarang. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang berjumlah 71 perawat. Teknik sampling

yang digunakan adalah sampel jenuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan perawat sebagian besar adalah baik (80,3%), praktik orientasi perawat terhadap pasien baru sebagian besar adalah juga baik (67,6%). Berdasarkan korelasi Rank Spearman didapatkan nilai r = 0,682 dan nilai p = 0,000 sehingga dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan praktik orientasi perawat terhadap pasien baru. Berdasarkan hal tersebut maka diharapkan kepada setiap perawat saat menerima pasien baru hendaknya dapat melaksanakan praktik orientasi dengan baik terhadap pasien maupun keluarganya

(3)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PRAKTEK ORIENTASI PERAWAT TERHADAP PASIEN BARU DI RUANG RAWAT INAP RS. BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG

Abstract

There were many nurses has not understood yet about the importance of orientation practice as one thing to establish a good relationship between nurse and patient. Nurses has not known and realized yet that the orientation practice such as introduction and read the patient's rights was a right that must be delivered by nurses. The purpose of the study was to determine the correlations of knowledge with orientation practical of nurses to new patients in Inpatient Room Bhakti Wira Tamtama Semarang Hospital. This study design was descriptive correlational with cross sectional approach. The population was all the nurses in Bhakti Wira Tamtama Semarang Hospital with total 71 nurses. The sampling technique used was saturated samples. The results showed that knowledge of nurses majority was good (80.3%), orientation practice of nurse to new patients majority was also good (67.6%). Based on the Rank Spearman correlation obtained r = 0.682 and p = 0.000, so it stated there was a significant correlation between knowledge and practical orientation of nurses to new patients. On this matter, it was hope to every nurse when receiving new patients should be able to perform well on the practice orientation of patients and their families

(4)

PENDAHULUAN

Pelayanan keperawatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Upaya untuk memberikan keperawatan bermutu ini dapat dimulai perawat dari adanya rasa tanggung jawab perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Asuhan keperawatan ini dimulai dari tahap pra interaksi, orientasi sampai tahap evaluasi. Hal ini dimaksudkan bahwa dengan bentuk keperawatan yang komprehensip maka dapat melihat manusia sebagai makhluk holistik yang utuh dan unik. Berkaitan dengan hal tersebut, maka kewajiban perawat adalah menghormati hak pasien diantaranya adalah memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit, memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi.

Hak-hak pasien yang harus dihormati oleh para perawat telah diatur dalam Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan UU No.8 tahun 1999

tentang perlindungan konsumen. Pasien sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari kemungkinan upaya pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung jawab seperti penelantaran, pasien juga berhak atas keselamatan, keamanan dan kenyamanan terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya, dengan hak tersebut di atas maka konsumen akan terlindungi dari praktik profesi yang mengancam keselamatan dan kesehatannya.

Hak-hak pasien ini dapat dilakukan oleh perawat melalui orientasi yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien baru. Orientasi pasien baru merupakan kontrak antara perawat dan pasien/keluarga dimana terdapat kesepakatan antara perawat dengan pasien/keluarganya dalam memberikan Asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan pasien/ keluarga dapat terbina (Nining, 2008).

(5)

Praktik orientasi dilakukan saat pertama kali pasien datang (24 jam pertama) dan kondisi pasien sudah tenang. Orientasi diberikan pada pasien dan didampingi anggota keluarga yang dilakukan di kamar pasien dengan menggunakan format orientasi. Selanjutnya pasien diinformasikan untuk membaca lebih lengkap format orientasi yang ditempelkan di kamar pasien. Namun demikian, praktik orientasi ini banyak yang tidak dilakukan oleh perawat. Secara umum perawat menerima pasien rawat inap dari instalasi gawat darurat, melakukan anamnesa atas pasien kemudian melakukan beberapa tindakan seperti menyiapkan kamar dan sebagainya, sementara memperkenalkan diri, membacakan hak-hak pasien dan sebagainya tidak dilakukan. Banyak hal yang mempengaruhi tidak dilakukannya praktik orientasi ini seperti adanya keengganan dari perawat, rasa malas, merasa menambah beban, ketidaktahuan dan sebagainya.

Banyak perawat yang tidak mengetahui pentingnya praktik orientasi sebagai salah satu sarana untuk menjalin hubungan yang baik antara perawat dengan pasien. Perawat tidak mengetahui dan menyadari bahwa praktik orientasi yang berupa pengenalan diri dan membacakan hak-hak pasien merupakan suatu hak yang harus disampaikan oleh perawat. Hal ini akan membuat pasien dan keluarga dapat mengetahui dan memahami secara benar baik berkaitan dengan hak dan kewajiban pasien selama dirawat di rumah sakit. Pengetahuan sendiri merupakan hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003). Hal ini terjadi setelah perawat belajar baik dari dunia pendidikan formal maupun pengalaman selama bekerja di rumah sakit.

Kurangnya pengetahuan perawat tentang praktik orientasi ini dapat disebabkan juga oleh faktor pendidikan misalnya masih banyaknya perawat pelaksana yang hanya berpendidikan SPK yaitu sebanyak 9 orang, dan D3 sebanyak 65 orang sedangkan yang berpendidikan S1 sebanyak 2 orang, sementara itu perkembagan dunia medis membutuhkan seorang perawat dengan pengetahuan yang tinggi yang ditunjang dengan pendidikan yang baik. Faktor pengalaman bekerja juga penting

(6)

dimana semakin lama pengalaman bekerjanya maka perawat akan lebih mengetahui dan memahami standar operasional perawatan yang harus dijalankan kepada setiap pasien. Sebagaimana dijelaskan oleh (Notoatmodjo, 2003) bahwa tindakan seserang akan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan sementara pengetahuan itu sendiri dipengaruhi beberapa hal seperti pendidikan dan pengalaman.

Praktik orientasi terhadap pasien baru ini sangat penting karena dapat memberikan informasi kepada pasien ataupun keluarganya tentang berbagai hal yang berkaitan

dengan proses keperawatan. Berdasarkan fenomena yang peneliti dapati di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang terhadap salah seorang anggota keluarga pasien yang kebingungan untuk menyelesaikan administrasi rumah sakit. Anggota keluarga pasien ini tidak mendapat informasi yang jelas dari perawat bagaimana prosedur dan juga ruangan administrasinya. Kejadian ini menunjukkan bahwa orientasi terhadap pasien baru dan keluarga sangat diperlukan dan harus dipraktikkan oleh perawat.

Penelitian yang dilakukan oleh Tri Susilowati (2008) yang meneliti tentang hubungan pengetahuan perawat tentang standar pelayanan keperawatan dengan pelaksanaan standar operasional prosedur pasien baru di ruang rawat inap Rumah Sakit Dr. OEN Surakarta mendapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang standar pelayanan keperawatan dengan pelaksanaan SOP pasien baru, dalam penelitian ini juga diketahui bahwa pengetahuan perawat tentang pelaksanaan SOP yang rendah cukup besar yaitu sebanyak 38,1%. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan perawat tentang pelaksanaan SOP mempengaruhi tindakan perawat tersebut untuk melakukan SOP terhadap pasien baru. Penelitian Susilowati ini meneliti seluruh standar operasional perawat terhadap pasien baru, namun dalam penelitian hanya akan meneliti tentang praktik orientasi perawat terhadap pasien baru.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang dengan melakukan wawancara terhadap 6 orang perawat diketahui

(7)

bahwa 4 diantaranya tidak melakukan orientasi terhadap pasien yang baru masuk. Hal ini berdasarkan pengakuan 2 di antara perawat bersangkutan karena ketidaktahuannya sementara 2 lainnya karena adanya keengganan untuk melakukan orientasi karena dianggap membutuhkan waktu yang lama. Para perawat ini beranggapan bahwa yang terpenting mereka telah melakukan tindakan keperawatan secara benar dan memberikan pelayanan yang baik kepada pasien maka hal itu dianggap sudah cukup dan tidak perlu lagi melakukan orientasi kepada pasien baru dengan memperkenalkan diri, membacakan tata tertib rumah sakit apalagi sampai membacakan hak-hak pasien. Hasil wawancara dengan 5 orang pasien yang dirawat di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang semuanya menyatakan bahwa saat pertama kali masuk tidak didahuli oleh perawat yang memperkenalkan diri atau memperkenalkan lingkungan rumah sakit. Perawat-perawat tersebut hanya melakukan tindakan medis yang diperlukan saja. Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian terhadap masalah praktik orientasi perawat terhadap pasien baru yang dikaitkan dengan pengetahuan mereka. Untuk itu peneliti mengambil judul “Hubungan pengetahuan dengan praktik orientasi perawat terhadap pasien baru di ruang rawat inap RS. Bhakti Wira Tamtama Semarang”.

METODOLOGI PENELITIAN

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan variabel lain. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu melalui pengukuran data variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada penentuan waktu secara bersama (Notoatmodjo, 2002). Populasi dalam penelitian ini seluruh perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang berjumlah 76 perawat. Teknik sampling yang digunakan adalah sampel jenuh dengan jumlah 71 orang

(8)

HASIL PENELITIAN

Penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan praktik orientasi terhadpa pasien baru dilaksanakan di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarangl. Responden penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap meliputi Flamboyan, Anggrek, Melati, Dahlia, Bougenvile, Nusa Indah, ICU.

Umur responden rata-rata adalah usia 27,97 tahun dengan standar deviasinya berada pada angka 3,94. Usia termuda yang menjadi responden adalah 21 tahun dan usia tertua adalah 45 tahun dengan nilai median 28 tahun

Tabel 4.1

Distribusi responden Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang, n=71

Umur Mean Median Min Max SD

Umur 27,97 28 21 45 3,94

Pendidikan responden sebagian besar adalah D3 yaitu sebanyak 60 orang (84,5%). Responden yang berpendidikan SPK sebanyak 9 orang (12,7%) dan responden yang berpendidikan S1 sebanyak 2 orang (2,8%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang

Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SPK D3 S1 9 60 2 12,7 84,5 2,8 Jumlah 71 100

Rata-rata responden telah bekerja di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang ini adalah 5,225 tahun. Nilai median adalah 4,0 dengan lama kerja tersingkat 1 tahun dan masa kerja terlama adalah 15 tahun. Gambaran tentang lama kerja responden selengkapnya dapat dilihat pada tablel 4.3.

(9)

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang, n=71

Masa kerja Mean Median Min Max SD Masa kerja 5,225 4,0 1 15 3,53

Jenis kelamin responden sebagian besar perempuan yaitu sebanyak 60 orang (84,5%) dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11 orang (15,5%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang

Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki Perempuan 11 60 15,5 84,5 Jumlah 71 100

Tingkat pengetahuan responden tentang praktik orientasi terhadap pasien baru bahwa sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 57 orang (80,3%), dan yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 14 orang (19,7%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5

Tingkat Pengetahuan Responden di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Kurang Cukup Baik 0 14 57 0,0 19,7 80,3 Jumlah 71 100

Praktik orientasi perawat terhadap pasien baru dalam penelitian sebagian besar adalah dalam kategori baik yaitu sebanyak 48 orang (67,6%) dan yang

(10)

praktik orientasi perawatnya dalam kategori sedang sebanyak 23 orang (32,4%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6

Praktik Orientasi Perawat terhadap pasien baru di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang

Praktik orientasi Frekuensi Persentase (%) Kurang Sedang Baik 0 23 48 0,0 32,4 67,6 Jumlah 71 100

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan korelasi Rank Spearman

didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,682 dengan nilai p sebesar 0,000 (P< 0,05), sehingga dapat dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan praktik orientasi terhadap pasien baru di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang. Berdasarkan pendapat Hasan (2004) rentang korelasi antara 0,6-0,799 adalah dalam kategori hubungan yang kuat. Hasil penelitian ini mendapatkan nilai korelasi sebesar 0,682, hal tersebut menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara pengetahuan dengan praktik orientasi perawat terhadpa pasien baru.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar pengetahuan perawat tentang praktik orientasi terhadap pasien baru adalah baik yaitu sebanyak 80,3%. Hal ini menunjukkan bahwa para perawat yang bekerja di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang mengetahui arti pentingnya dilakukan orientasi oleh perawat terhadap pasien baru. Hasil penelitian ini tidak ditemukan pengetahuan perawat yang dalam kategori kurang, namun masih ditemukan pengetahuan yang dalam kategori sedang. Hal ini dapat terjadi karena masih ada 12,7% yang berpendidikan SPK sehingga dimungkinkan kurang memahami tentang arti penting pelaksanaan orientasi terhadap pasien baru.

(11)

Hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan perawat mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan perawat dalam memberikan orientasi terhadap pasien baru. Sebagaimana disebutkan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa tingkat pendidikan seseorang ikut menentukan pengetahuan yang didapat dari adanya stimulus dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.

Demikian halnya dengan perawat dengan latar belakang pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang pelaksanaan asuhan keperawatan khususnya terkait dengan pelaksanaan orientasi terhadap pasien baru. Sistem pendidikan lama kurang mengupas tentang pelaksanaan orientasi terhadap pasien baru dan hanya berfokus pada penanganan perawatan saja. Pelaksanaan orientasi pasien baru ini diharapkan bahwa pasien dapat memahami hak-hak yang bisa didapatkan serta perawat dapat memberikan asuhan keperawatan lebih professional.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar perawat telah melakukan orientasi terhadap pasien baru dengan baik yaitu sebanyak 67,6%. Hal ini menunjukkan bahwa perawat yang bekerja di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang telah melaksanakan orientasi terhadap pasien baru. Namun demikian masih ditemukan sebesar 32,4% yang praktik orientasinya dalam kategori sedang. Hal ini terjadi karena tidak semua prosedur praktik orientasi dilaksanakan dengan baik oleh perawat. Beberapa poin yang belum terlaksana dengan baik seperti menempelkan tata tertib di dinding kamar atau memberi salam penutup ketika selesai melakukan orientasi.

Perawat yang belum melaksanakan orientasi terhadap pasien baru dengan baik ini memiliki anggapan bahwa hal terpenting yang dilakukan oleh perawat adalah kemampuan untuk memberikan asuhan keperawatan saja. Perawat yang

(12)

mempunyai anggapan semacam ini kurang menyadari betapa pentingnya orientasi kepada pasien dan keluarga terutama jika mengalami suatu kesulitan berkaitan dengan proses keperawatannya selama di rumah sakit.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman

didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,682 dengan nilai p sebesar 0,000. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan praktik orientasi terhadap pasien baru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apabila pengetahuan perawat baik maka ada kecenderungan bahwa praktik orientasi yang dilakukan oleh perawat juga cenderung baik.

Angka koefisien korelasi sebesar 0,682 menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara pengetahuan dengan praktik orientasi perawat terhadap pasien baru. Berdasarkan nilai hubungannya yang tidak 100% menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi praktik orientasi perawat seperti sikap perawat, kompensasi perawat, kedisiplinan perawat dan sebagainya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri Susilowati (2008) yang meneliti tentang hubungan pengetahuan perawat tentang standar pelayanan keperawatan dengan pelaksanaan standar operasional prosedur pasien baru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Dr. OEN Surakarta. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang standar pelayanan keperawatan dengan pelaksanaan SOP pasien baru, dalam penelitian ini juga diketahui bahwa pengetahuan perawat tentang pelaksanaan SOP yang rendah cukup besar yaitu sebanyak 38,1%. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan perawat tentang standar pelayanan keperawatan mempengaruhi pelaksanaan SOP pasien baru. Penelitian Susilowati ini meneliti seluruh standar operasional perawat terhadap pasien baru, namun dalam penelitian ini hanya meneliti tentang praktik orientasi perawat terhadap pasien baru. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pengetahuan perawat dalam kategori baik (80,3%) dan diikuti praktik orientasi sebagian besar juga dalam kategori baik (67,6%).

(13)

Praktik orientasi terhadap pasien baru sangat diperlukan karena orientasi terhadap pasien baru merupakan pemberian informasi kepada pasien baru berkaitan dengan proses keperawatan yang akan dilakukan oleh rumah sakit. Orientasi terhadap pasien baru merupakan usaha memberikan informasi atau sosialisasi kepada pasien dan keluarga tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan selama di rumah sakit (Bowhuizen, 1986).

Hal tersebut menunjukkan bahwa praktik orientasi terhadap pasien baru juga tergantung dari pengetahuan perawat. Pengetahuan merupakan hasil dari ”tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya. Berdasarkan pengalaman bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa praktik orientasi terhadap pasien baru dapat terlaksana dengan baik apabila perawat memiliki pengetahuan yang baik tentang praktik orientasi. Pengetahuan ini bisa menyangkut masalah arti penting orientasi, juga bisa menyangkut masalah teknik pelaksanaan orientasi sendiri.

Keterbatasan penelitian ini adalah penentuan tentang praktik orientasi terhadap pasien baru hanya didasarkan pada tingkat pengetahuan perawat sehingga tidak dapat mengetahui sejauhmana faktor lain ikut mempengaruhi praktik orientasi tersebut. Faktor lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap praktik orientasi adalah sikap perawat, kedisiplinan perawat dan faktor-faktor lainnya yang

(14)

berkaitan dengan faktor eksternal seperti kompensasi, insentif, kepemimpinan, budaya kerja dan sebagainya.

PENUTUP

Beradasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa pengetahuan perawat tentang praktik orientasi sebagian besar adalah dalam kategori baik yaitu sebanyak 80,3%, dan yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 19,7%. Sebagian besar praktik orientasi perawat dalam kategori baik yaitu sebanyak 67,6%, sementara yang kategorinya sedang sebanyak 32,4%. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan praktik orientasi terhadap pasien baru dengan nilai korelasi sebesar 0,682 dan nilai p sebesar 0,000 (<0,05.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi perawat tentang arti penting orientasi terhadap pasien baru, sehingga setiap perawat menerima pasien baru hendaknya dapat melaksanakan praktik orientasi dengan baik terhadap pasien maupun keluarganya. Perawat hendaknya selalu melaksanakan praktik orientasi terhadap pasien baru dengan mengacu pada SOP yang diterapkan oleh rumah sakit.

Instansi rumah sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang hendaknya dapat menerapkan pengawasan yang ketat terhadap para perawatnya untuk melakukan standar operasional perawatan dengan baik khususnya pelaksanaan orientasi terhadap pasien baru. Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pendampingan oleh tiap kepala ruangan serta membuat lembar angket yang diisi oleh pasien yang salah satunya berkaitan dengan praktik orientasi perawat terhadap pasien baru. Jika ada perawat yang tidak melakukan orientasi dengan baik, pihak rumah sakit dapat memberikan sanksi kepada perawat yang bersangkutan. Pihak rumah sakit juga hendaknya memberikan pelatihan-pelatihan kepada perawatnya tentang tata cara pelaksanaan praktik orientasi terhadap pasien baru. Selain itu pihak rumah sakit seharusnya selalu melakukan

(15)

pengkajian-pengkajian tentang SOP sehingga dapat menerapkan SOP di rumah sakit tersebut sesuai dengan standar yang berlaku.

1

Nawawi : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang

2.

Ns. M.Fatkhul Mubin, S.Kep, M.Kep, Sp.Jiwa: Dosen Kelompok Keilmuan

Keperawatan Jiwa Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

3. Riwayati, S.Kp: Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Maternitas Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

(16)

KEPUSTAKAAN

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian : Suatu pendekatan praktik. Jakarta : Asdi Mahasatya.

Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bouwhuizen, (1986). Ilmu keperawatan (Verpleegkunde ZV) Bagian 1, Alih bahasa Moelia-Radja Siregar. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Budayasa, I.K. (1998). Teori belajar perilaku. Surabaya : IKIP Surabaya.

Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa keperawatan : Aplikasi pada praktik klinis.

Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ghozali, I. (2005). Aplikasi analisis multivariat dengan program SPSS. Semarang : Badan Penerbit universitas Diponegoro.

Nining, (2008). Sistematika model praktek keperawatan profesional (MPKP).

http://puskesmassidamulih.blogspot.com/2010/09/mpkp.html. Diunduh

pada tanggal 23 Januari 2011

Hasan, I. (2004). Analisis data penelitian dengan statistik. Jakarta : Bumi Aksara. Notoatmodjo, S. ( 2002 ). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

____________(2003). Ilmu kesehatan masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar.

Cetakan ke-2. Jakarta. Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktek keperawatan profesional. Jakarta : Salemba Medika.

Ragusti. (2008). Orientasi pasien baru : pemberi informasi.

http://www.scribd.com/Standar-2/d/9884307. Diunduh pada tanggal 23

Januari 2011.

Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama (2009) Profil Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama tahun 2009.

Purwadarminta, (1999). Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka. Sitorus, R. (2006). Model praktek keperawatan professional di rumah sakit.

Jakarta : EGC.

(17)

Susilowati, T. (2008). Hubungan pengetahuan perawat tentang standar pelayanan keperawatan dengan pelaksanaan standar operasional prosedur pasien baru di ruang rawat inap Rumah Sakit Dr. OEN Surakarta. Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro.

Swamnsburg, R. (2000). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan . Jakarta : EGC.

Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Sumber LN 1992 / 100 ; TLN No. 3495

Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang : Perlindungan Konsumen. Http://prokum.esdm.co.id/uu/1999/uu-8-1999.

(18)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PRAKTEK ORIENTASI PERAWAT TERHADAP PASIEN BARU DI RUANG RAWAT INAP RS.

BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan

Semarang, Mei 2011

Pembimbing I

Ns. M.Fatkhul Mubin, S.Kep, M.Kep, Sp.Jiwa

Pembimbing II

Referensi

Dokumen terkait

Hasil daripada analisis data bagi persoalan kajian 3 penyelidik mendapati kesemua pelajar yang terlibat sebagai responden bersetuju bahawa MPK 1: Pengenalan Kepada Binaan Asas

berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu mengatur tentang Kriteria Pemberian Tambahan Penghasilan Bagi Pegawai Negeri Sipil di

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui Pendekatan STM (Sains Teknologi Masyarakat)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bentuk-bentuk kenakalan remaja (siswa), tentang faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja (siswa), dan mengetahui upaya

Nama Ruang /Fasilitas Sifat Ruang Outdoor/ Indoor Kamar Tidur Bayi usia 0-10bulan Privat Indoor Kamar Tidur Bayi usia 11-2tahun Privat Indoor Area Bermain Todler

Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada

5 Muhammad Alyas.. 7 dan taraf hidup petani ikan, menghasilkan protein hewani dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, meningkatkan ekspor, penyediaan bahan

Berdasarkan hasil olahan data di atas dapat dijelaskan bahwa variabel pengeluaran pemerintah, lag investasi, suku bunga, inflasi dan pertumbuhan ekonomi secara