• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAYA PENGASUHAN IBU, INTERAKSI SAUDARA KANDUNG, DAN KEMANDIRIAN PADA REMAJA ANAK SULUNG PEREMPUAN NUR SAKINAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAYA PENGASUHAN IBU, INTERAKSI SAUDARA KANDUNG, DAN KEMANDIRIAN PADA REMAJA ANAK SULUNG PEREMPUAN NUR SAKINAH"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

GAYA PENGASUHAN IBU, INTERAKSI SAUDARA

KANDUNG, DAN KEMANDIRIAN PADA REMAJA ANAK

SULUNG PEREMPUAN

NUR SAKINAH

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Gaya Pengasuhan Ibu, Interaksi Saudara Kandung, dan Kemandirian pada Remaja Anak Sulung Perempuan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2016

Nur Sakinah NIM I24120023

(4)
(5)

ABSTRAK

NUR SAKINAH. Gaya Pengasuhan Ibu, Interaksi Saudara Kandung, dan Kemandirian pada Remaja Anak Sulung Perempuan. Dibimbing oleh DIAH KRISNATUTI

Mencapai kemandirian merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan gaya pengasuhan ibu (Parental Acceptance-Rejection), interaksi saudara kandung dan kemandirian pada remaja anak sulung perempuan. Penarikan contoh dilakukan secara purposive pada 60 remaja perempuan yang berusia 13-16 tahun di SMPN 2 Dramaga, Bogor. Contoh dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan jenis kelamin adik yaitu remaja yang memiliki adik laki-laki sebanyak 30 orang dan adik perempuan sebanyak 30 orang. Hasil menunjukkan bahwa remaja mempersepsikan ibu melakukan pengasuhan penerimaan, interaksi kekuasaan saudara kandung memiliki indeks lebih tinggi daripada dimensi lain, dan kemandirian nilai memiliki indeks tinggi. Semakin tingginya penerimaan ibu akan meningkatkan kehangatan saudara kandung dan tingginya pengabaian ibu akan menurunkan kemandirian emosional pada remaja dengan adik perempuan. Pada remaja dengan adik laki-laki, penerimaan ibu akan meningkatkan persaingan dan interaksi kehangatan saudara kandung akan meningkatkan kemandirian emosional.

Kata kunci: anak sulung, gaya pengasuhan ibu (Parental Acceptence-Rejection), interaksi saudara kandung, kemandirian, remaja perempuan

ABSTRACT

NUR SAKINAH. Mother’s Parenting Style, Sibling Relationship, and Autonomy in Firstborn Adolescent Girls. Supervised by DIAH KRISNATUTI.

Autonomy is the one of the development task that must be done by adolescence. This study aimed to analyze the relationship between maternal parenting style (Parental Acceptance-Rejection) and sibling relationship with autonomy in firstborn adolescent girls. Purposive sampling done on 60 female adolescent as the firstborn aged 12-15 years at SMPN 2 Dramaga, Bogor. Samples in this study differentiated by sex sibling are adolescent who have younger brother were 30 person and younger sister were 30 person. Result showed that adolescent perceived mother did affection, relative power have higher score than other dimension, and value autonomy have high score. The higher affection can increased rivalry of sibling and higher warmth of sibling relationship will increased adolescent emotional autonomy in adolescent who have brother. Affection of mother’s can increased warmth of sibling, and the higher mother neglect can decreased emotional autonomy in adolescent who have sister.

Keywords: autonomy, adolescent girls, firstborn, mother’s parenting style (Parental Acceptence-Rejection), and sibling relationship

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

GAYA PENGASUHAN IBU, INTERAKSI SAUDARA

KANDUNG, DAN KEMANDIRIAN PADA REMAJA ANAK

SULUNG PEREMPUAN

NUR SAKINAH

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah Interaksi Keluarga dan Perkembangan Remaja dan memilih judul Gaya Pengasuhan Ibu, Interaksi Saudara Kandung, dan Kemandirian pada Remaja Anak Sulung Perempuan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Diah Krisnatuti, MS dan selaku pembimbing, serta Dr Ir Herien Puspitawati, M.Sc M.Sc selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberi saran dan dukungan. Kepada Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, M.Sc dan Dr Ir Herien Puspitawati, M.Sc M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan serta saran demi menyempurnakan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga, ibu dan kakak atas dukungan moril dan materil serta doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada teman seperjuangan penelitian, Willasari D, Ika Sri W, Nitya F, Hotmauli AR, Gilang R atas kebersamaan, motivasi, dukungannya, serta ucapan terimakasih diberikan kepada M. Rofi A, Anita K, Surianie, Ristia F, Lia F, Dyanza S, dan Nia K yang telah membantu selama pengumpulan data. Teruntuk sahabat tercinta Iqun NH, Anita K, Surianie, Willasari D, Nia K, dan Rina terimakasih atas dukungan, doa, serta kebersamaan selama menempuh pendidikan di Ilmu Keluarga dan Konsumen.

Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.

Bogor, Juli 2016 Nur Sakinah

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 KERANGKA PEMIKIRAN 4 METODE 6

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 6

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7

Pengolahan dan Analisis Data 8

Definisi Operasional 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Hasil 10

Karakteristik Remaja Anak Sulung Perempuan 10

Gaya Pengasuhan Ibu 11

Interaksi Saudara Kandung 13

Kemandirian Remaja 13

Hubungan Gaya Pengasuhan Ibu dengan Interaksi Saudara Kandung

berdasarkan Jenis Kelamin Saudara Kandung 15

Hubungan Gaya Pengasuhan Ibu, Interaksi Saudara Kandung, dengan

Kemandirian Remaja berdasarkan Jenis Kelamin Saudara Kandung 16

Pembahasan 17

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20

(14)

2

DAFTAR TABEL

1 Variabel, skala data, dan kategori data 7 2 Sebaran remaja berdasarkan karakteristik remaja, saudara kandung, keluarga

dan jenis kelamin saudara kandung 11

3 Nilai indeks capaian dimensi gaya pengasuhan ibu berdasarkan jenis kelamin

saudara kandung 12

4 Sebaran remaja berdasarkan gaya pengasuhan ibu dan jenis kelamin saudara

kandung 12

5 Nilai indeks capaian dimensi interaksi saudara kandung berdasarkan jenis

kelamin saudara kandung 13

6 Sebaran remaja berdasarkan interaksi dan jenis kelamin saudara kandung 13 7 Nilai indeks capaian dimensi kemandirian berdasarkan jenis kelamin saudara

kandung 14

8 Sebaran remaja berdasarkan kemandirian dan jenis kelamin saudara kandung 14 9 Sebaran jawaban pernyataan kemandirian remaja berdasarkan jenis kelamin

saudara kandung 14

10 Koefisien korelasi gaya pengasuhan ibu dan interaksi saudara kandung pada remaja perempuan dengan adik laki-laki dan perempuan 16 11 Koefisien korelasi gaya pengasuhan ibu, interaksi saudara kandung, dan

kemandirian remaja 16

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 5

2 Kerangka penarikan contoh 6

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sebaran jawaban gaya pengasuhan ibu pada remaja yang memiliki adik laki-laki dan perempuan berdasarkan dimensi 23 2 Sebaran jawaban interaksi saudara kandung pada remaja yang memiliki adik

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keluarga merupakan sebuah sistem yang memiliki struktur, fungsi, dan tugas, serta batasan, keterbukaan, dan kerahasiaan yang selalu diusahakan dalam membentuk keseimbangan (Hastuti 2015). Dalam menjalankan peran dan fungsi masing-masing anggota keluarga, orang tua khususnya seorang ibu memiliki peran dan fungsi sebagai pengasuh utama bagi anak. Setiap orang tua memiliki perbedaan dalam mengasuh anaknya sehingga dapat berkembang sesuai dengan harapan orang tua. Rohner dalam Hastuti (2015) menjelaskan bahwa anak yang diterima (acceptance) akan diberikan kasih sayang secara verbal maupun fisik, sedangkan anak yang ditolak (rejection) akan diberikan sikap agresif, diabaikan keberadaannya, atau anak merasa bahwa dirinya diabaikan.

Interaksi orang tua dan anak akan semakin komplek ketika anak menginjak usia remaja, mengingat pada usia remaja banyak terjadi perubahan. Menurut Batubara (2010) remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa dan didalamnya terjadi perubahan hormonal, fisik, psikologis, dan sosial. Remaja seharusnya mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dan orang tua dapat membantu remaja menghadapi perubahan tersebut. Remaja sebagai anak sulung akan mendapatkan curahan kasih sayang orang tua, namun demikian orang tua menerapkan disiplin yang lebih ketat pada anak sulung dan diharapkan memegang tanggung jawab tertentu serta mempunyai self-control terhadap saudara kandung yang lebih muda (Ambarini 2006). Selain itu anak sulung biasanya diberi tanggung jawab oleh orang tua untuk turut membantu mengurus adik dan dituntut memberi teladan kepada adiknya, akibatnya anak sulung cenderung lebih patuh terhadap peraturan yang ada di sekelilingnya. Dengan demikian, anak sulung dimungkinkan akan mencapai kemandirian lebih cepat daripada anak yang lain (Rini 2012).

Kehadiran adik dalam keluarga memberikan suasana baru dalam keluarga, sehingga remaja akan memiliki pengalaman baru dalam berinteraksi dengan saudara kandung. Berbeda halnya antara hubungan orang tua-anak, interaksi saudara kandung meliputi kegiatan menolong, berbagi, mengajari, berkelahi, dan bermain (Carlson 1995 dalam Santrock 2007). Interaksi antara saudara kandung akan terus membaik ketika anak percaya bahwa orang tua tidak menunjukkan sikap memihak, tetapi memberikan perlakuan yang sama antar saudara kandung (Holilah 2013). Sebaliknya jika orang tua memihak salah satu anak dapat berdampak pada konflik dan keharmonisan dengan saudara kandung (Oliva dan Arranz 2005). Jenis kelamin saudara kandung juga dapat memengaruhi kedekatan interaksi saudara kandung. Remaja perempuan akan cenderung mencurahkan emosi yang lebih besar dengan saudara perempuan, karena itu perempuan dalam membangun identitasnya akan lebih tergantung pada kualitas hubungan dengan saudara kandungnya. Namun perempuan kurang menanggapi positif tentang apa artinya memiliki saudara kandung yang berlainan jenis kelamin dengannya (Oliva dan Arranz 2005).

(16)

2

Alekseeva et al (2014) menjelaskan bahwa interaksi saudara kandung merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan perkembangan anak. Salah satu perkembangan yang harus mampu dicapai remaja yaitu kemandirian. Menurut Kurniawati (2013) pencapaian kemandirian bukan merupakan hal yang mudah bagi remaja, namun harus tetap diraih karena akan memberikan dampak yang positif bagi perkembangan selanjutnya. Perilaku kemandirian tercermin dengan tidak lagi menggantungkan diri pada orang lain, memiliki kontrol diri dan harus tetap menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua. Berlatih mandiri, seseorang membutuhkan perasaan aman, suasana penuh perlindungan, penghargaan, cukup kasih sayang dan perhatian orang tua, jauh dari perasaan cemburu, tersaingi, cemas, dan khawatir. Remaja membutuhkan dukungan orang tua, komunikasi yang baik dan terbuka, serta selalu direspon apabila dibutuhkan untuk mencapai kemandirian. Oleh karena itu, dibutuhkan keterampilan pengasuhan yang harus dimiliki seorang ibu dalam hal kehangatan, penerimaan anak sebagai individu, aktif mendengarkan, memonitor perilaku remaja, membatasi anak, dan negosiasi (Puspitawati 2013).

Karakteristik remaja yang sangat unik dengan banyaknya perubahan yang terjadi dari masa kanak-kanak menuju dewasa menunjukkan pentingnya pengasuhan orang tua dan interaksi saudara kandung. Kedua hal tersebut yang dapat mendukung terbentuknya kemandirian remaja guna menjadikan remaja sebagai manusi berguna dimasa mendatang. Oleh karena itu, sangat penting mengkaji lebih lanjut mengenai gaya pengasuhan yang diberikan ibu kepada anak khususnya remaja perempuan sebagai anak sulung serta interaksi saudara kandung dan hubungannya dengan pembentukan kemandirian.

Perumusan Masalah

Remaja lebih mandiri dibandingkan dengan masa kanak-kanak dalam berbagai aspek kehidupan. Kemandirian yang telah dimiliki akan memberikan dampak positif bagi perkembangan selanjutnya. Namun Agustiani (2002) menjelaskan bahwa remaja masih menunjukkan ketergantungan terhadap orang tua terutama dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Selain itu orang tua belum memberikan kepercayaan penuh pada anak remajanya dan masih memandang remaja belum mampu untuk bertanggung jawab pada apa yang dilakukan oleh remaja. Uraian tersebut memberikan penjelasan pentingnya orang tua melatih remaja untuk mandiri dengan menunjukkan kepercayaan dan memberi kesempatan untuk bertanggung jawab kepada remaja.

Latihan yang diberikan orang tua kepada remaja untuk mandiri harus disertai dengan pemenuhan tugas perkembangan dalam mencapai kemandirian oleh remaja itu sendiri. Remaja yang gagal menyelesaikan tugas perkembangan ini akan menjadi orang dewasa yang tidak merdeka, ia akan tergantung pada orang tua dan tidak mampu menggunakan pikirannya dalam mengambil keputusan pada masalah kehidupan (Musdalifah 2007). Hal ini terbukti dengan hasil penelitian sebelumnya yang menjelaskan bahwa kurang dari setengah siswa memilih sekolah lanjutan atas dasar pertimbangan orang tua yaitu sebesar 45.71 persen dan hanya sebagian kecil yang memilih berdasarkan cita-cita yaitu 20 persen. Penelitian lain menjelaskan bahwa sebanyak 48.8 persen remaja memiliki tingkat kemandirian sedang yang tercermin dari perilaku inisiatif, rasa percaya diri pada diri sendiri,

(17)

3

dapat mengerjakan tugas sendiri, dapat memecahkan masalah sendiri dan adanya pengendalian diri (Jahidah dan Alsa 2005).

Orang tua dan saudara kandung sebagai lingkungan primer remaja diharapkan dapat mendukung pencapaian kemandirian remaja. Dengan demikian, suasana keluarga yang harmonis kemungkinan berkaitan dengan interaksi saudara kandung yang hangat, sedangkan suasana tertekan mungkin akan memberikan efek pada interaksi saudara yang negatif (McHale, Updegraff, Tucker, & Crouter dalam Scharf et al 2005). Penjelasan tersebut menimbulkan pertanyaan yang ingin diketahui oleh peneliti terkait gaya pengasuhan, dan interaksi saudara kandung serta hubungannya dengan kemandirian remaja. Berikut beberapa rumusan masalah pada penelitian ini:

1. Bagaimana perbedaan gaya pengasuhan ibu, interaksi saudara kandung dan kemandirian remaja anak sulung perempuan berdasarkan jenis kelamin saudara kandung?

2. Bagaiamana hubungan gaya pengasuhan ibu, interaksi saudara kandung dan kemandirian pada remaja dengan adik berjenis kelamin sama dan pada remaja dengan adik berbeda jenis kelmain?

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan gaya pengasuhan ibu, interaksi saudara kandung dan kemandirian pada remaja anak sulung perempuan.

Tujuan Khusus

Tujuan dari penelitian ini secara khusus yaitu sebagai berikut:

1. Membedakan gaya pengasuhan ibu, interaksi saudara kandung dan kemandirian remaja anak sulung perempuan berdasarkan jenis kelamin saudara kandung.

2. Menganalisis hubungan gaya pengasuhan ibu, interaksi saudara kandung dan kemandirian pada remaja dengan adik berjenis kelamin sama dan pada remaja dengan adik berbeda jenis kelmain

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Bagi masyarakat khususnya orang tua diharapkan mampu mengoptimalkan pengasuhan berdasarkan gaya pengasuhan yang tepat untuk mendukung terciptanya kemandirian pada remaja yang baik dengan menyertakan saudara kandung. Bagi siswa remaja, penelitian ini diharapkan terciptanya kemandirian yang berasal dari interaksi saudara kandung yang baik dan pengasuhan dari orangtua yang tepat. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana untuk memahami fenomena di masyarakat khususnya interaksi saudara kandung dan kaitannya dengan kemandirian seorang remaja.

(18)

4

KERANGKA PEMIKIRAN

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki sistem dan struktur tertentu untuk mencapai keseimbangan. Teori struktural-fungsional telah menjelaskan bahwa keluarga memiliki struktur tertentu dalam menjalankan fungsi dan memerlukan kebutuhan dasar untuk mencapai keseimbangan. Aplikasi teori tersebut diterapkan dengan adanya pola dan peran dari setiap anggota keluarga kemudian membentuk aturan-aturan serta harapan-harapan yang menggambarkan orang harus berperilaku, sehingga terciptanya ketertiban keluarga (Puspitawati 2012). Teori struktural-fungsional dapat dijalankan dengan syarat adanya aktor atau pelaku peran, adanya tujuan yang hendak dicapai, serta terbangunnya interaksi diantara pelaku tersebut. Menurut Brody (1996) dalam Reinaldy (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi saudara kandung yaitu variabel konstelasi keluarga serta perlakuan orang tua dan anak (treatment dan pola asuh) dikaitkan dengan karakteristik individu serta dimensi dari interaksi saudara kandung (warmth, relative power, conflict, sibling rivalry). Variabel konstelasi keluarga adalah variabel yang diberikan mengikuti kelahiran seorang saudara, seperti jenis kelamin, urutan kelahiran, jarak usia antara saudara dan jumlah saudara. Variabel konstelasi keluarga akan mempengaruhi dimensi dari interaksi saudara kandung dan hubungan orang tua kepada anak. Dimensi interaksi saudara kandung dan hubungan orang tua kepada anak memiliki hubungan saling mempengaruhi. Sedangkan karakteristik individu memiliki hubungan saling mempengaruhi dengan dimensi interaksi saudara kandung dan hubungan orang tua kepada anak.

Lahirnya adik akan membuat hubungan antar saudara kandung penuh dengan pertentangan pada awal masa remaja. Orang tua menerapkan disiplin yang lebih ketat pada anak tertua, sehingga urutan kelahiran berhubungan dengan gaya pengasuhan orang tua serta interaksi dengan saudara kandung. Usia sangat berpengaruh pada interaksi saudara kandung, hal ini dijelaskan bahwa orang dewasa akan menghabiskan waktu yang lebih sedikit dengan saudara kandungnya, namun menjadi lebih dekat dalam hal emosional, dan merasa lebih hangat dengan saudara mereka. Konflik dan persaingan yang terjadi pun akan semakin berkurang (Scharf et al 2005). Oleh karena itu, jarak kelahiran antar saudara dapat memengaruhi interaksi saudara kandung.

Orang tua dapat memengaruhi hubungan interpersonal antara anak-anak secara langsung dengan memberikan saran dan intervensi dalam interaksi atau perselisihan antar saudara kandung (Furman & Giberson dalam Scharf et al 2005). Disebutkan pula bahwa orang tua memiliki keterkaitan yang tinggi dengan konflik antar saudara kandung (Scharf et al 2005). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara gaya pengasuhan dan interaksi saudara kandung. Salah satu faktor paling penting yang mempengaruhi kualitas hubungan saudara adalah hubungan antara orangtua-anak. Pola perilaku anak dihasilkan dari hubungan antara orangtua-anak yang kemudian diaplikasikan secara langsung kepada interkasi dengan saudara dan teman sebayanya (Alekseeva et al 2014).

Pengasuhan orang tua erat kaitannya dengan perkembangan anak tak terkecuali kemandirian anak. Orang tua merupakan pemegang peranan utama di sebuah keluarga dalam mengasuh dan membimbing remaja untuk meraih

(19)

5

kemandirian, keluarga yang mampu mengasuh dan membimbing remaja dengan penerimaan akan membentuk kemandirian remaja berkembang dengan baik (Kurniawati 2013). Menurut Rini (2012) kemandirian anak sulung dengan anak bungsu tentu akan berbeda yang disebabkan oleh lingkungan, orang tua, serta orang terdekatnya memberikan perlakuan yang berbeda kepada remaja tersebut. Anak sulung biasanya memiliki perasaan kurang aman dan perasaan benci akibat dari lahirnya adik yang sekarang menjadi pusat perhatian orang tua. Oleh karena itu, peran serta orang tua sangatlah penting dalam proses kemandirian seorang anak (Kurniawati 2013). Sebuah keluarga bukan hanya terdiri atas orang tua, namun juga terdapat saudara dan keluarga lain yang juga memberikan pengaruh besar pada perkembangan seorang anak.

Uraian di atas menjelaskan bahwa jarak usia antar saudara berpengaruh pada interaksi saudara kendung apakah akan membentuk kehangatan, konflik, atau persaingan. Selanjutnya, interaksi antar saudara kandung pada perkembangan menuju dewasa mulai mencapai status kemandirian yang sangat berkaitan langsung. Interaksi saudara kandung akan memberikan pengaruh kemandirian yang lebih tinggi dibandingkan hubungan dengan orang tua ketika semakin bertambahnya usia (Scharf et al 2005).

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Karakteristik Keluarga - Usia ibu - Pekerjaan ibu - Besar keluarga Karakteristik Remaja Perempuan - Usia - Urutan Kelahiran Karakteristik Saudara Kandung - Jarak Kelahiran - Jenis Kelamin - Usia

Gaya Pengasuhan Ibu

- Penerimaan - Agresivitas - Pengabaian - Penolakan Interaksi Saudara Kandung - Kehangatan - Kekuasaan - Konflik - Persaingan Kemandirian Remaja - Nilai - Emosional - Perilaku

(20)

6

METODE

Desain, Lokasi, dan waktu Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study adalah pengukuran variabel penelitian dilakukan pada kelompok individu yang berbeda dan dalam rentang waktu yang bersamaan. Penelitian dilakukan di SMPN 2 Dramaga, Kabupaten Bogor yang dipilih secara purposive dengan pertimbangan sekolah memiliki banyak siswa serta memiliki karakteristik contoh yang sesuai dengan kriteria yang diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari-Maret 2016.

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

Populasi dari penelitian ini adalah siswi SMPN 2 Dramaga, Kabupaten Bogor. Contoh pada penelitian ini adalah remaja yang berusia sekitar 12-16 tahun. Siswi yang dijadikan sebagai contoh diambil secara purposive dengan sebelumnya telah melakukan skrining pada remaja kelas VIII dan kelas IX SMPN 2 Dramaga, Kabupaten Bogor. Jumlah contoh pada penelitian ini adalah sebanyak 60 remaja dengan beberapa kriteria utama:

1. Perempuan yang berusia remaja awal (13-16) tahun yang merupakan anak sulung.

2. Memiliki saudara kandung yang tinggal bersama. 3. Tinggal serumah dengan orang tua.

4. Jarak kelahiran dengan saudara kandung tidak terlampau jauh <9 tahun.

Gambar 2 Kerangka penarikan contoh SMPN 2 Dramaga

n=82 Siswi Kelas VIII dan IX

n=60 Siswi Purposive 30 Remaja Anak Sulung Perempuan dengan Adik Perempuan Purposive 30 Remaja Anak Sulung Perempuan dengan Adik

Laki-laki

(21)

7

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer. Data sekunder berupa gambaran umum lokasi penelitiandan data diri siswa-siswi yang diperoleh dari sekolah. Data primer dikumpulkan dengan melalui teknik observasi dengan alat bantu kuesioner. Data primer meliputi karakteristik keluarga, karakteristik contoh (remaja), karakteristik saudara kandung, gaya pengasuhan ibu, interaksi saudara kandung, dan kemandirian dengan skala pengukuran dari masing-masing dimensi yang terdiri atas pernyataan terbuka dan tertutup. Jenis dan cara pengunpulan data disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Variabel, skala data, dan kategori data

Variabel Skala Data Kategori Data

Karakteristik Remaja

- Usia Rasio Tahun (Remaja Awal)

- Urutan Kelahiran Nominal Anak sulung Karakteristik saudara kandung

- Jarak kelahiran Rasio 1. <4 tahun 2. ≥4 tahun

- Jenis kelamin Nominal 1. Laki-laki 2. Perempuan

- Usia Rasio 1. Awal kanak-kanak (2-6 tahun)

2. Akhir kanak-kanak (7-10 tahun) 3. Pramasa Remaja (11-13 tahun) Karakteristik keluarga

- Usia ibu Rasio 1. Dewasa awal (18-40 tahun)

2. Dewasa madya (41-60 tahun) 3. Dewasa akhir (≥60 tahun) - Besar Keluarga Ordinal 1. Keluarga kecil (≥ 4 orang)

(BKKBN 1998) 2. Keluarga sedang (5-7 orang)

3. Keluarga besar (>7 orang) - Pekerjaan ibu Nominal 1. Tidak bekerja/IRT

2. Wiraswasta 3. PNS 4. Pegawai swasta 5. TNI 6. Buruh 7. Pegawai 8. BUMN 9. BUMD 10.PRT 11.Pengajar 12.Mahasiswa 13.Lainnya, sebutkan… Gaya Pengasuhan Ordinal 1. Rendah (<60)

2. Sedang (60-80) 3. Tinggi (>80) Interaksi Saudara Kandung Ordinal 1. Rendah (<60)

2. Sedang (60-80) 3. Tinggi (>80)

Kemandirian Ordinal 1. Rendah (<60)

2. Sedang (60-80) 3. Tinggi (>80)

(22)

8

Kuesioner gaya pengasuhan merupakan alat ukur yang disusun oleh Rohner (1986) yang telah dimodifikasi oleh Hastuti (2015). Kuesioner terdiri dari 60 pertanyaan yang terdiri dari empat kelompok butir pertanyaan yaitu affection sebanyak 20 pertanyaan, hostility 15 pertanyaan, neglect 15 pertanyaan, dan rejection 10 pertanyaan, dengan jawaban 1=tidak benar, 2=jarang benar, 3=kadang benar, 4=hampir selalu benar dengan Cronbach’s alpha sebesar 0.809. Kuesioner tersebut bernama Parental Acceptence Rejection Scale. Interaksi saudara kandung menggunakan Sibling Relationship Questionnaire (SRQ) yang dimiliki oleh Furman dan Buhrmester (1986) yang dimodifikasi oleh penulis. Butir pernyataan yang digunakan pada kuesioner ini adalah sebanyak 55 butir yang menggunakan skala likert. Jumlah pernyataan diberikan berdasarkan dimensi dari interaksi saudara kandung yaitu warmth sebanyak 25 pertanyaan, relative power sebanyak 12 pertanyaan , conflict 12 pertanyaan dan rivalry 6 pertanyaan dengan nilai Cronbach’s alpha sebesar 0.891. Kemandirian remaja diukur menggunakan Adolescent Autonomy Questionnaire (AQQ). Pengukuran kemandirian yang dituangkan dalam kuesioner menggunakan tiga dimensi kemandirian yaitu kemandirian nilai, kemandirian emosional dan kemandirian perilaku. Kuesioner ini milik Steinberg (1995) yang telah dimodifikasi oleh penulis yang terdiri atas 14 butir pernyataan. Kuesioner ini menggunakan 2 skala jawaban (1=tidak setuju dan 2=setuju) dengan nilai Cronbach’s alpha sebesar 0.706.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Pengolahan dan analisis data menggunakan Microsoft excel dan Statistica Package for Social Science SPSS for Windows. Data akan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan inferensia. Analisis data dilakukan guna memberikan makna pada hasil yang didapatkan melalui pengujian dan jenis analisis sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga (usia ibu, jenis pekerjaan ibu, dan besar keluarga), karakteristik remaja (usia), dan karakteristik saudara kandung (usia dan jarak kelahiran), gaya pengasuhan ibu, interaksi saudara kandung, dan kemandirian remaja. Pengkategorian yang digunakan untuk menjelaskan capaian contoh pada gaya pengasuhan ibu, interaksi saudara kandung, dan kemandirian remaja yaitu rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan indeks untuk skor total tiap dimensi pada ketiga variabel. Penetapan kategori tersebut didasarkan pada Bloom’s cut-off yang telah dimodifikasi oleh Ahmed (2007) yaitu sebagai berikut: rendah (<60%), sedang (60-80%), dan tinggi (>80%). Skor indeks masing-masing dimensi variabel diperoleh melalui persamaan sebagai berikut.

X - nilai minimum

Y= x 100 %

(23)

9

Keterangan:

Y= Indeks dalam persen

X= Skor total yang diperoleh contoh pada tiap dimensi variabel 2. Analisis inferensia digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel.

Uji beda digunakan untuk mengetahui perbedaan capaian pada masing-masing variabel yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin saudara kandung. Uji korelasi pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel yang berskala ordinal.

Definisi Operasional

Remaja adalah anak sulung perempuan yang berusia 13-16 tahun dan merupakan anak kandung ayah serta ibu dalam keluarga.

Saudara kandung adalah adik remaja perempuan dengan status sebagai anak kedua dalam keluarga.

Ibu adalah orang tua kandung remaja perempuan yang tinggal serumah dengan remaja yang berjenis kelamin perempuan.

Usia adalah lama hidup dalam satuan tahun yang dihitung dari tahun lahir.

Pekerjaan ibu adalah jenis pekerjaan yang ditekuni oleh ibu remaja (pekerjaan tetap).

Besar keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak.

Jarak kelahiran adalah perbedaan usia antara remaja dengan saudara kandung yang merupakan anak kedua dalam keluarga.

Jenis kelamin adalah jenis kelamin saudara kandung yang dibedakan atas laki-laki dan perempuan.

Gaya pengasuhan ibu persepsi remaja terhadap perilaku ibu baik fisik maupun verbal yang mencerminkan sikap penerimaan dan penolakan ibu. Gaya pengasuhan ibu dibagi menjadi empat yaitu pengasuhan penerimaan/affection, pengasuhan agresivitas/hostility, pengasuhan pengabaian/neglect, dan pengasuhan penolakan/rejection.

Pengasuhan penerimaan/affection adalah ibu memberikan kasih sayang baik secara fisik maupun verbal.

Pengasuhan agresivitas/hostility adalah ibu yang selalu kasar dan agresif baik secara fisik maupun verbal.

Pengasuhan pengabaian/neglected adalah ibu tidak perhatian terhadap kebutuhan psikologis anak.

Pengasuhan penolakan/rejection adalah perbuatan dan perkataan ibu yang membuat anak merasa tidak dicintai dan dihargai.

Interaksi saudara kandung adalah persepsi yang dilakukan oleh remaja anak sulung perempuan terhadap saudara kandung (adik) sebagai anak kedua yang terlibat secara emosi, sosial, psikologis, dan fisik yang dibedakan menjadi empat yaitu kehangatan/warmth, kekuasaan/relative power, konflik/conflict, dan persaingan/rivalry.

Kehangatan/Warmth adalah interaksi saudara kandung dengan karakteristik menyayangi, menghormati, menerima dan menghargai,

(24)

10

melakukan komunikasi dan kontak, merasa dekat secara emosional, serta empati dan hubungan yang juga seperti sahabat.

Kekuasaan/Relative power adalah interaksi saudara kandung dengan karakteristik anak sulung mengasumsikan bahwa dirinya lebih dominan dari saudara yang lainnya.

Konflik/Conflict adalah interaksi saudara kandung dengan karakteristik tidak adanya kehangatan, salah satu berusaha untuk mendominasi yang lainnya, melibatkan agresivitas, kekerasan, dan kontrol yang berlebihan. Persaingan/Rivalryadalah interaksi saudara kandung dengan karakteristik didalamnya terdapat unsur-unsur kompetisi, kecemburuan, kemarahan, dan kebencian.

Kemandirian adalah kemampuan remaja perempuan dalam menguasai, mengatur, atau mengelola diri sendiri dalam hal positif yang diterima oleh masyarakat dan keluarga, terbagi kedalam tiga tipe, yaitu kemandirian nilai, kemandirian emosional dan kemandirian perilaku.

Kemandirian nilai adalah kemampuan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, serta penting dan tidak penting.

Kemandirian emosional adalah perubahan keterikatan hubungan emosional remaja dengan orang lain, terutama dengan orang tua

Kemandirian perilaku adalah kemampuan remaja membuat keputusan secara bebas dan konsekuen atas keputusannya itu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakteristik Remaja, Saudara Kandung dan Keluarga

Remaja yang dijadikan contoh pada penelitian ini adalah remaja perempuan dengan status anak sulung. Tabel 2 menunjukkan bahwa remaja perempuan berada pada rentang usia 13-16 tahun dengan rata-rata 14 tahun, saudara kandung remaja (adik) berada pada kategori akhir masa kanak-kanak dengan rata-rata 9 tahun, ibu remaja berada pada usia dewasa awal (18-40 tahun) dengan rata-rata 37 tahun. Jarak kelahiran remaja dengan adik berada pada jarak lebih dari sama dengan empat tahun dengan rata-rata 5 tahun. Proporsi terbanyak ibu remaja tidak bekerja atau sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) dan proporsi terendah ibu remaja bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pembantu Rumah Tangga (PRT). Keluarga remaja berada pada kategori keluarga kecil dengan rata-rata sebanyak 4 orang.

(25)

11

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik remaja, saudara kandung, keluarga dan jenis kelamin saudara kandung

Karakteristik Adik Laki-laki Adik Perempuan

n % n % Usia Remaja 13 tahun 2 6.70 1 3.30 14 tahun 18 60.00 14 46.70 15 tahun 10 33.30 12 40.00 16 tahun 0 0.00 3 10.00 Total 30 100 30 100 Rata-rata±SD 14±0.67

Usia Saudara Kandung

Awal kanak-kanak (2-6 tahun) 0 0.00 1 3.3

Akhir kanak-kanak (7-10 tahun) 27 90.0 23 76.7

Pramasa remaja (11-13 tahun) 3 10.0 6 20.0

Total 30 100 30 100

Rata-rata±SD 9±1.45

Usia Ibu

Dewasa Awal (18-40 tahun) 26 86.70 25 83.30

Dewasa Madya (41-60 tahun) 4 13.30 5 16.70

Dewasa Akhir (≥61 tahun) 0 0.00 0 0.00

Total 30 100 30 100 Rata-rata±SD 37±3.60 Jarak Kelahiran <4 tahun 5 16.70 7 23.30 ≥4 tahun 25 83.30 23 76.70 Total 30 100 30 100 Rata-rata±SD 5±1.55

Jenis Pekerjaan Ibu

Tidak bekerja/IRT 25 83.30 24 80.00 Wiraswasta 1 3.30 1 3.30 PNS 1 3.30 0 0.00 Pegawai Swasta 1 3.30 1 3.30 Buruh 1 3.30 2 6.70 Pengajar 0 0.00 2 6.70 PRT 1 3.30 0 0.00 Total 30 100 30 100 Besar Keluarga

Keluarga kecil (1-4 orang) 13 4330 18 60.00

Keluarga sedang (5-7 orang) 17 56.70 12 40.00

Keluarga besar (>7 orang) 0 0.00 0 0.00

Total 30 100 30 100

Rata-rata±SD 4±0.72

Gaya Pengasuhan Ibu

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai indeks gaya pengasuhan ibu tertinggi pada dimensi penerimaan dengan rata-rata 73.27 pada remaja dengan adik laki-laki dan 76.60 pada remaja dengan adik perempuan. Indeks terendah berada pada dimensi pengabaian dengan rata-rata 14.58 pada remaja dengan adik laki-laki dan 16.31 pada remaja dengan adik perempuan. Tidak terdapat perbedaan pada semua

(26)

12

dimensi gaya pengasuhan ibu pada remaja dengan adik laki-laki dan remaja dengan adik perempuan. Hal ini berarti ibu memberikan pengasuhan yang sama pada remaja dengan adik laki-laki dan remaja dengan adik perempuan.

Tabel 3 Nilai indeks dimensi gaya pengasuhan ibu berdasarkan jenis kelamin saudara kandung

Dimensi Gaya Pengasuhan Ibu Adik laki-laki Adik perempuan p-value

Rata-rata±SD Rata-rata±SD

Penerimaan 73.27±16.110 76.60±15.206 0.413

Agresivitas 20.14±15.428 16.88±16.919 0.439

Pengabaian 14.58±8.989 16.31±9.524 0.468

Penolakan 23.33±12.533 21.00±12.197 0.471

Tabel 4 menggambarkan bahwa lebih dari setengah (56.70%) gaya pengasuhan penerimaan ibu pada remaja dengan adik laki-laki berada pada kategori sedang, sedangkan pada remaja dengan adik perempuan hampir setengah berada pada kategori tinggi (46.70 %). Hal ini dijelaskan pada pernyataan ibu memberitahu bahwa ia mencintai remaja kadang-kadang pada remaja dengan adik laki-laki (46.7%), sedangkan hampir selalu pada remaja dengan adik perempuan (43.3%) (Lampiran 1). Gaya pengasuhan agresivitas ibu berada pada kategori rendah sebesar 96.70 persen pada remaja dengan adik laki-laki dan 93.30 persen pada remaja dengan adik perempuan, hal ini karena ibu tidak menghukum ketika marah (86.7% dan 90.0%) dan tidak memukul ketika anak melakukan kesalahan (83.3% dan 90.0%) (Lampiran 1). Gaya pengasuhan pengabaian ibu berada pada kategori rendah, karena ibu tidak menolak kehadiran anak (100%) dan tidak berusaha menjauh dari anak (100%) (Lampiran 1). Presentase gaya pengasuhan penolakan ibu pada remaja dengan adik laki-laki dan perempuan berada pada kategori rendah dengan masing-masing presentase sebesar 100 persen dan 96.70 persen. Ibu tidak menunjukkan ketidak sukaannya kepada anak (93.3% dan 96.7%) dan ibu tidak memperlihatkan bahwa remaja tidak diinginkan (100%) (Lampiran 1).

Tabel 4 Sebaran remaja berdasarkan gaya pengasuhan ibu dan jenis kelamin saudara kandung

Kategori

Gaya Pengasuhan Ibu

Penerimaan Agresivitas Pengabaian Penolakan

N % n % n % n % Adik Laki-laki Rendah (<60) 4 13.30 29 96.70 30 100.00 30 100.00 Sedang (60-80) 17 56.70 1 3.30 0 0.00 0 0.00 Tinggi (>80) 9 30.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Total 30 100 30 100 30 100 30 100 Adik Perempuan Rendah (<60) 5 16.70 28 93.30 30 100.00 29 96.70 Sedang (60-80) 11 36.70 2 6.70 0 0.00 1 3.30 Tinggi (>80) 14 46.70 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Total 30 100 30 100 30 100 30 100

(27)

13

Interaksi Saudara Kandung

Tabel 5 menunjukkan rata-rata interaksi kekuasaan pada remaja dengan adik laki-laki dan remaja dengan adik perempuan memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan dimensi yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada keempat dimensi interaksi saudara kandung remaja dengan adik laki-laki dan remaja dengan adik perempuan. Artinya, antar saudara baik pada remaja dengan adik laki-laki maupun remaja dengan adik perempuan menjalani kehangatan, kekuasaan, konflik, dan persaingan yang sama.

Tabel 5 Nilai indeks interaksi saudara kandung berdasarkan jenis kelamin saudara kandung

Dimensi Interaksi Saudara Kandung Adik laki-laki Adik perempuan p-value Rata-rata±SD Rata-rata±SD

Kehangatan 49.91±16.317 57.06±17.714 0.109

Kekuasaan 54.72±16.685 59.35±15.431 0.269

Konflik 40.46±17.319 41.39±17.543 0.838

Persaingan 46.48±14.769 52.03±13.330 0.132

Pada semua bentuk interaksi saudara kandung, proporsi terbesar berada pada kategori rendah. Hal ini dapat terlihat dengan antar saudara kandung jarang melakukan hal bersama (76.7%) dan pergi bersama-sama (66.7%), antar saudara tidak menceritakan hal yang tidak ingin diketahui orang lain (43.3%), kakak sering meminta adik melakukan sesuatu (50.0%), antar saudara sering bertengkar (46.7%) (Lampiran 2). Tabel 6 menjelaskan lebih lanjut mengenai sebaran contoh berdasarkan interaksi saudara kandung dan jenis kelamin saudara kandung.

Tabel 6 Sebaran remaja berdasarkan interaksi dan jenis kelamin saudara kandung Kategori

Interaksi Saudara Kandung

Kehangatan Kekuatan Konflik Persaingan

n % n % n % n % Adik Laki-laki Rendah (<60) 21 70.00 20 66.70 25 83.30 26 86.70 Sedang (60-80) 7 23.30 8 26.70 4 13.30 3 10.00 Tinggi (>80) 2 6.70 2 6.70 1 3.30 1 3.30 Total 30 100 30 100 60 100 30 100 Adik Perempuan Rendah (<60) 18 60.00 19 63.30 26 86.70 21 70.00 Sedang (60-80) 7 23.30 8 26.70 1 3.30 8 26.70 Tinggi (>80) 5 16.70 3 10.00 2 1.00 1 3.30 Total 30 100 30 100 60 100 0 100 Kemandirian Remaja

Tabel 7 memperlihatkan rata-rata indeks kemandirian nilai remaja anak sulung perempuan memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan dimensi yang lain. Hasil juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kemandirian pada remaja dengan adik laki-laki dan remaja dengan adik perempuan.

(28)

14

Tabel 7 Nilai indeks dimensi kemandirian berdasarkan jenis kelamin saudara kandung

Dimensi Kemandirian Remaja Adik laki-laki Adik perempuan p-value

Rata-rata±SD Rata-rata±SD

Nilai 68.88±28.944 78.88±25.496 0.161

Emosional 64.00±23.723 60.67±21.961 0.574

Perilaku 56.11±17.223 61.67±15.256 0.191

Tabel 8 memperlihatkan bahwa hampir setengah (36.70%) kemandirian nilai berada pada kategori tinggi pada remaja dengan adik laki-laki dan setengah (50.00%) pada remaja dengan adik perempuan. Lebih dari setengah kemandirian emosional remaja berada pada kategori sedang baik pada remaja dengan adik laki-laki dan adik perempuan (66.70% dan 56.70%). Kemandirian remaja dengan adik laki-laki dan adik perempuan berada pada kategori rendah dengan presentase masing-masing yaitu 56.70 persen dan 43.30 persen.

Tabel 8 Sebaran remaja berdasarkan kemandirian dan jenis kelamin saudara kandung.

Kategori

Kemandirian

Nilai Emosional Perilaku

n % n % n % Adik Laki-laki Rendah (<60) 7 23.30 7 23.30 17 56.70 Sedang (60-80) 12 40.00 20 66.70 10 33.30 Tinggi (>80) 11 36.70 3 10.00 3 10.00 Total 30 100 30 100 30 100 Adik Perempuan Rendah (<60) 3 10.00 9 30.00 13 43.30 Sedang (60-80) 12 40.00 17 56.70 12 40.00 Tinggi (>80) 15 50.00 4 13.30 5 16.70 Total 30 100 30 100 30 100

Tabel 9 menunjukkan bahwa dimensi nilai pada kategori tinggi yang tercermin pada perilaku remaja perempuan mampu membedakan hal yang benar dan salah (93.3 % dan (96.7%). Kemandirian emosional remaja berada pada kategori sedang yang tercermin pada perilaku yang sangat sulit untuk menolak permintaan teman (60% dan 50%). Kemandirian perilaku berada pada kategori rendah yang tercermin pada remaja sering merasa ragu tentang apa yang harus dilakukan (80% dan 76.7%).

Tabel 9 Sebaran jawaban pernyataan kemandirian berdasarakan jenis kelamin saudara kandung

Pernyataan

Adik laki-laki Adik perempuan

TS S TS S

% % % %

Dimensi Nilai

Merasa sangat mudah dalam mengambil keputusan 63.3 36.7 43.3 56.7

Mengetahui kemana tujuan setelah lulus 23.3 76.7 16.7 83.3

(29)

15

Tabel 9 Sebaran jawaban pernyataan kemandirian berdasarakan jenis kelamin saudara kandung (lanjutan)

Pernyataan

Adik laki-laki Adik perempuan

TS S TS S

% % % %

Dimensi Emosional

Merasa gugup ketika terlambat pulang ke rumah 26.7 73.3 36.7 63.3

Tipe orang yang sangat sulit untuk menolak permintaan teman

40.0 60.0 50.0 50.0

Berani mengungkapkan ketidaksetujuan akan suatu hal kepada orang lain

16.7 83.3 20.0 80.0

Selalu mengikuti pendapat orang lain meskipun hal tersebut bertolak belakang dengan pendapat pribadi

56.7 43.3 73.3 26.7

Mudah berubah pikiran setelah mendengar pendapat orang lain, sehingga merubah pendapat sebelumnya

43.3 56.7 36.7 63.3

Dimensi Perilaku

Berpikir terlebih dahulu terhadap apa yang akan dikerjakan

10.0 90.0 13.3 86.7

Sering ragu tentang apa yang harus dilakukan 20.0 80.0 23.3 76.7

Suka berpetualang 46.7 53.3 40.0 60.0

Mudah memahami pelajaran baru 46.7 53.3 40.0 60.0

Merasa sulit untuk akrab dengan teman baru 70.0 30.0 70.0 30.0

Tidak merasa asing dengan lingkungan baru 50.0 50.0 30.0 70.0

Keterangan: TS=Tidak Setuju, S=Setuju

Hubungan Gaya Pengasuhan Ibu dengan Interaksi Saudara Kandung berdasarkan Jenis Kelamin Saudara Kandung

Tabel 10 menjelaskan hasil bahwa pada remaja dengan adik laki-laki terdapat hubungan negatif antara gaya pengasuhan pengabaian ibu dengan kehangatan saudara kandung. Hal ini berarti semakin tinggi pengabaian ibu akan menurunkan kehangatan saudara kandung. Terdapat hubungan positif antara gaya pengasuhan penolakan dengan kekuasaan saudara kandung, artinya semakin tinggi penolakan ibu maka akan meningkatkan interaksi kekuasaan saudara kandung. Gaya pengasuhan agresivitas dan penolakan berhubungan positif dengan konflik, artinya semakin tinggi agresivitas dan penolakn ibu mkaa akan meniingkatkan konflik antar saudara kandung. Pada interaksi persaingan, gaya pengasuhan penerimaan berhubungan positif sedangkan gaya pengasuhan pengabaian berhubungan negatif dengan persaingan. Hal ini berarti semakin meningkatnya penerimaan saudara kandung maka akan meningkatkan persaingan, namun semakin tingginya pengabaian ibu akan menurunkan persaingan saudara kandung. Pada remaja dengan adik perempuan gaya pengasuhan penerimaan berhubungan positif dengan kehangatan dan penolakan ibu berhubungan negatif dengan kehangatan saudara kandung. Hal ini berarti semakin tinggi penerimaan ibu akan meningkatkan kehangatan saudara kandung dan semakin tingginya penolakan ibu akan menurunkan kehangtan saudara kandung. Gaya pengasuhan agresivitas dan pengabaian berhubungan positif dengan konflik saudra kandung. Artinya, semakin tingginya agresivitas dan penolakan ibu, maka akan meningkatkan konflik antar saudara kandung.

(30)

16

Tabel 10 Koefisien korelasi gaya pengasuhan ibu dengan interaksi saudara kandung pada remaja perempuan dengan saudara kandung

Variabel Interaksi Saudara Kandung

Kehangatan Kekuasaan Konflik Persaingan Adik laki-laki

Gaya pengasuhan penerimaan 0.291 0.293 0.109 0.478**

Gaya pengasuhan agresivitas -0.269 0.206 0.636** 0.008 Gaya pengasuhan pengabaian -0.408* -0.245 0.127 -0.484** Gaya pengasuhan penolakan 0.040 0.377* 0.549** 0.072 Adik Perempuan

Gaya pengasuhan penerimaan 0.515** 0.218 0.029 0.043 Gaya pengasuhan agresivitas -0.199 0.141 0.618** -0.075 Gaya pengasuhan pengabaian -0.421* -0.245 0.057 -0.211 Gaya pengasuhan penolakan -0.065 0.230 0.549** -0.178 Keterangan: *=signifikan pada p<0.05, **=signifikan pada p<0.01

Hubungan Gaya Pengasuhan Ibu, Interaksi Saudara Kandung, dengan Kemandirian Remaja berdasarkan Jenis Kelamin Saudara Kandung

Tabel 11 menggambarkan bahwa gaya pengasuhan penerimaan ibu berhubungan positif dengan kemandirian emosional remaja, hal ini berarti semakin tinggi gaya pengasuhan penerimaan ibu maka akan semakin tinggi pula kemandirian emosional remaja. Gaya pengasuhan pengabaian ibu berhubungan negatif dengan kemandirian emosional remaja, hal ini berarti semakin tinggi gaya pengasuhan pengabaian ibu maka kemandirian emosional remaja akan semakin menurun. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara interaksi saudara kandung dengan kemandirian remaja pada seluruh dimensi.

Tabel 11 Koefisien korelasi antara gaya pengasuhan ibu, interaksi saudara kandung, dengan kemandirian remaja dengan saudara kandung

Variabel Kemandirian Remaja

Nilai Emosional Perilaku Adik Laki-laki

Pengasuhan penerimaan ibu -0.102 0.350 0.137

Pengasuhan agresivitas ibu -0.127 0.145 -0.018

Pengasuhan pengabaian ibu 0.083 -0.263 -0.039

Pengasuhan penolakan ibu 0.042 0.294 -0.133

Interaksi kehangatan saudara kandung 0.331 0.438* -0.324 Interaksi kekuatan saudara kandung 0.135 0.106 -0.015

Interaksi konflik saudara kandung -0.224 0.087 0.020

Interaksi persaingan saudara kandung 0.109 0.271 -0.302 Adik Perempuan

Pengasuhan penerimaan ibu 0.003 0.291 0.039

Pengasuhan agresivitas ibu 0.032 -0.035 -0.023

Pengasuhan pengabaian ibu 0.292 -0.384* 0.004

Pengasuhan penolakan ibu 0.166 0.075 0.110

Interaksi kehangatan saudara kandung -0.149 -0.054 0.154 Interaksi kekuatan saudara kandung 0.048 -0.115 0.165

Interaksi konflik saudara kandung 0.208 -0.129 0.001

Interaksi persaingan saudara kandung 0.037 -0.005 -0.011 Keterangan: *=signifikan pada p<0.05

(31)

17

Pembahasan

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa dan pada masa itu terjadi banyak perubahan baik psikologis maupun fisiologis. Remaja anak sulung akan mengalami perubahan yang ditandai dengan tiba-tiba dituntut untuk membagi kasih sayang orang tua dengan saudara kandungnya yang baru dilahirkan. Tuntutan tersebut mengakibatkan munculnya sifat-sifat kemandirian pada anak sulung karena akan menjadi panutan bagi adik-adiknya (Rahma 2011 dalam Dewi & Valentina 2013). Contoh dalam penelitian ini adalah remaja awal yang berusia 13-16 tahun, menurut Dewi & Valentina (2013) pada usia remaja awal dorongan akan kemandirian sudah mulai terbentuk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata gaya pengasuhan penerimaan ibu pada remaja perempuan memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan dimensi yang lain. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Buist et al (2001) menjelaskan bahwa ibu lebih memiliki kedekatan dengan remaja perempuan daripada laki-laki. Kedekatan yang terjalin berupa dukungan dan penerimaan serta pendampingan selama perkembangan pada remaja. Hal ini berarti remaja dalam perkembangannya memperoleh kasih sayang baik secara fisik maupun verbal yang akan menuntun mereka kearah kemandirian yang lebih baik. Hasil menjelaskan bahwa tidak adanya perbedaan pada seluruh dimensi gaya pengasuhan pada remaja dengan adik laki-laki dan remaja dengan adik perempuan.

Interaksi saudara kandung yang ditunjukkan oleh remaja dari keempat dimensi dominan berada pada kategori rendah, namun demikian jika dilihat dari rata-rata terbesar berada pada dimensi kekuasaan. Hal ini dapat terjadi karena anak tertua lebih dominan, kompeten, dan pintar mengganggu (Ambarini 2006). Diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Rini (2012) bahwa anak sulung memiliki perasaan kurang aman dan perasaan benci sebagai akibat dari lahirnya adik yang sekarang menjadi pusat perhatian orang tua. Di lihat dari rata-rata capaian berdasarkan jenis kelamin saudara kandung, remaja yang memiliki saudara kandung laki-laki memiliki nilai rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan remaja yang memiliki saudara kandung perempuan. Dijelaskan oleh Oliva & Arranz (2005) bahwa perempuan kurang menanggapi positif arti memiliki saudara kandung yang berbeda jenis kelamin dengannya. Menurut (Furman dan Buhrmester 1985) anak-anak akan merasakan kedekatan yang lebih besar pada saudara yang berjenis kelamin sama daripada yang berlainan jenis kelamin dengannya.

Rata-rata nilai indeks kemandirian nilai remaja memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan dimensi yang lain. Hal ini sejalan dengan penelitian Karabonora & Poskrebyshera (2013) yang menemukan bahwa kemandirian nilai memiliki capaian tertinggi dibandingkan dengan dimensi yang lain. Remaja tidak hanya berasumsi tentang nilai-nilai dari masyarakat, namun mengambil kesimpulan sendiri dari nilai-nilai tersebut dari keyakinan yang dimilikinya. Remaja telah mampu membedakan hal yang benar dan yang salah. Selain itu kemandirian nilai membantu remaja dalam berpikir kritis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara gaya pengasuhan penerimaan ibu dengan interaksi persaingan saudara kandung pada remaja dengan saudara berbeda jenis kelamin. Hal ini dapat terjadi karena

(32)

18

menurut Leung & Robson 1991 dalam Suryawardhani & Paramita (2015), bahwa persaingan saudara kandung merupakan kompetisi antar saudara dalam hal cinta, kasing sayang, perhatian dari salah satu atau kedua orang tua untuk mendapatkan penghargaan tertentu. Pada penelitian ini, semakin tinggi penerimaan yang diberikan orang tua kepada anak tertua maka anak yang lain akan bersaing untuk mendapatkan penerimaan dari ibu.

Gaya pengasuhan agresivitas berhubungan positif dengan interaksi konflik saudara kandung. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa konflik yang terjadi antara orang tua dan remaja akan memberikan dampak yang negatif pada interaksi saudara kandung (Reese-Weber 2000 dalam Oliva & Arranz 2005). Dampak negatif tersebut dapat berupa konflik antar saudara kandung sebagai akibat dari konflik yang terjadi antara orang tua dan anak. Penelitian Stocker (2002) juga menyebutkan bahwa agresivitas yang dimunculkan dari orang tua dan konflik antar saudara kandung akan terjadi secara bersamaan.

Gaya pengasuhan pengabaian ibu yang semakin meningkat akan menurunkan interaksi kehangatan saudara kandung. Hal ini dapat terjadi karena masih ada remaja yang merasa ibunya mengganggap bahwa anak lain selalu lebih baik darinya apa pun yang terjadi. Selain itu semakin tinggi gaya pengasuhan pengabaian ibu maka interaksi persaingan saudara kandung akan semakin rendah. Hal ini tidak sejalan dengan MacKinnon-Lewis (1997) dalam Suryawardhani & Paramita (2015) yang menjelaskan bahwa remaja dengan pola asuh pengabaian cenderung lebih sering mengalami interaksi persaingan dengan saudara kandungnya. Namun jika dilihat dari jarak kelahiran, semakin jauh jarak antar saudara kandung akan mengurangi perilaku persaingan antar keduanya (Sawicki 1997 dalam Binotiana 2008). Pada penelitian ini sebagian besar contoh memiliki jarak kelahiran yang cukup jauh yaitu lebih dari atau sama dengan empat tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi penolakan ibu maka semakin tinggi interaksi kekuasaan dan konflik saudara kandung. Hal ini sejalan dengan penelitian MacKinnon-Lewis 1997 dalam Oliva & Arranz (2005) yang menjelaskan bahwa persepsi dari gaya pengasuhan penolakan berhubungan dengan perilaku agresivitas remaja pada saudara kandung dan juga teman sebaya. Ibu yang melakukan penolakan pada remaja akan menyebabkan pertengkaran antar saudara kandung.

Hasil yang berbeda ditunjukkan pada saudara kandung berjenis kelamin sama, gaya pengasuhan penerimaan ibu akan berhubungan positif dengan interaksi kehangatan saudara kandung. Interaksi orang tua dan remaja yang harmonis akan berhubungan dengan interaksi saudara kandung yang positif (Jodi et al 1999 dalam Olivia & Arranz 2005). Penelitian Jin Yu & Gamble (2008) menyebutkan bahwa hubungan saudara yang positif antar saudara kandung secara signifikan terkait dengan gaya pengasuhan yang positif. Meningkatnya agresivitas yang diberikan oleh ibu pada remaja sulung akan meningkatkan konflik antar saudara kandung berjenis kelamin sama. Dijelaskan oleh Volling & Belsky (1992) bahwa interaksi saudara kandung yang agresif diasosiasikan dengan tingkat konflik yang terjadi antara ibu dan anak yang lebih tua. Gaya pengasuhan pengabaian ibu yang semakin meningkat akan menurunkan tingkat kehangatan antar saudara kandung. Semakin ibu memberikan penolakan kepada remaja maka akan meningkatkan konflik antar saudara kandung.

(33)

19

Pada masa remaja awal, tugas perkembangan yang dimunculkan terlebih dahulu adalah kemandirian emosional (Steinberg 2014 dalam Anwar 2015). Hasil menunjukkan bahwa semakin hangat interaksi saudara kandung maka akan meningkatkan kemandirian emosional remaja pada remaja anak sulung perempuan dengan adik laki-laki. Menurut Stoneman dan Brody dalam Rinaldhy (2008) anak yang memiliki hubungan yang dekat secara emosional dengan saudaranya (warmth) mempunyai kontrol emosi yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang mengalami konflik dalam sibling relationship. Kontrol emosi yang baik akibat adanya kedekatan dengan sibling akan membentuk remaja menjadi mandiri secara emosional. Disimpulkan bahwa interaksi saudara kandung yang semakin hangat akan meningkatkan kontrol emosi dan kemudian akan meningkatkan kemandirian emosional pada remaja.

Kemandirian emosional merupakan aspek kemandirian yang berhubungan dengan perubahan hubungan kedekatan seseorang khususnya kedekatan dengan orang tua, dengan demikian anak mengembangkan perasaan individualisasi dan berusaha melepaskan diri dari ikatan kekanak-kanakan dan ketergantungan dengan orang tua. Mandiri dalam hal ini bukan berarti tidak lagi bergantung berlebihan secara emosional dengan orang tua, namun remaja tetap memiliki kedekatan hubungan dengan orang tua (Tyas 2008). Hasil menunjukkan bahwa semakin ibu memberikan gaya pengasuhan pengabaian maka kemandirian emosional remaja akan semakin menurun pada remaja dengan adik perempuan. Pengabaian ibu ditandai dengan sikap tidak responsif kepada kebutuhan anak, tidak memberikan perhatian dan jarang terlibat dengan kegiatan anak (Rohner 1986). Dapat dikatakan jika ibu melakukan pengabaian kepada remaja maka keduanya tidak lagi memiliki kedekatan terutama kedekatan emosional, sehingga kemandirian emosional akan menurun.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah melakukan metode self-report dalam pengisian kuesioner, sehingga jawaban yang diberikan kurang menggambarkan informasi yang mendalam. Selain itu, kelemahan juga terdapat pada interaksi saudara kandung yang diteliti berdasarkan persepsi remaja dengan saudara kandung saja, sehingga tidak menggambarkan interaksi kedua belah pihak.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Rata-rata usia remaja perempuan yaitu 14 tahun. Usia saudara kandung berada pada kategori akhir masa kanak-kanak (7-10 tahun). Rata-rata jarak kelahiran remaja dengan adik adalah 5 tahun. Usia ibu remaja berada pada usia dewasa awal (18-40 tahun) dengan rata-rata 37 tahun. Sebanyak 85 % ibu bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Keluarga remaja berada pada kategori keluarga kecil dengan rata-rata 4 orang.

Remaja mempersepsikan ibu melakukan gaya pengasuhan penerimaan. Interaksi saudara kandung berada pada kategori rendah, namun interaksi kekuasaan lebih tinggi dibandingkan dengan dimensi lain. Kemandirian nilai pada remaja memiliki capaian tertinggi dibandingkan dengan kemandirian emosional

(34)

20

dan perilaku. Tidak ada perbedaan gaya pengasuhan ibu, interaksi saudara kandung, dan kemandirian pada remaja anak sulung perempuan yang memiliki adik laki-laki dan yang memiliki adik perempuan.

Pada remaja anak sulung perempuan dengan adik yang berbeda jenis kelamin, terdapat hubungan positif antara penerimaan ibu dengan interaksi persaingan saudara kandung, agresivitas ibu dengan konflik saudara kandung, penolakan ibu dengan interaksi kekuasaan dan konflik saudara kandung, dan hubungan negatif antara pengabaian ibu dengan interaksi kehangatan dan persaingan saudara kandung. Terdapat hubungan positif antara interaksi kehangatan saudara kandung dengan kemandirian emosional pada remaja.

Pada remaja anak sulung perempuan dengan adik berjenis kelamin sama, terdapat hubungan positif antara penerimaan ibu dengan kehangatan saudara kandung, agresivitas ibu dengan konflik saudara kandung, penolakan ibu dengan konflik saudara kandung, dan terdapat hubungan negatif antara pengabaian ibu dengan kehangatan saudara kandung. Terdapat hubungan negatif antara pengasuhan pengabaian ibu dengan kemandirian emosional pada remaja.

Saran

Remaja diharapkan mampu melatih diri untuk mengembangkan kemandirian terutama dalam kemandirian emosional dan kemandirian perilaku. Sebagai seorang ibu, dapat lebih meningkatkan gaya pengasuhan penerimaan pada remaja dan lebih sering untuk berdiskusi dengan remaja agar apa yang telah dilakukan ibu sama dengan persepsi remaja. Ibu juga diharapkan mampu mendorong anak untuk mandiri dengan tetap mendapatkan kedekatan emosi dan tetap menuntun anak dalam memutuskan tujuan. Remaja sebagai anak perempuan dan anak sulung diharapkan mampu meningkatkan interaksi dengan saudara kandung terutama interaksi kehangatan. Kepada sekolah diharapkan mampu membantu perkembangan remaja dengan menstimulasi kemandirian remaja dalam kegiatan ektrakulikuler dan intrakulikuler terutama dalam terbentuknya kemandirian perilaku. Lembaga keluarga dapat melaksanakan Bina Keluarga Remaja (BKR) dalam rangka memberi pendampingan pengasuhan kepada orang tua yang memiliki anak remaja dan memberi pelatihan kemandirian kepada remaja. Untuk penelitian selanjutnya dapat ditambahakan dengan melakukan observasi kepada saudara kandung dan menambahkan variabel peer group.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani H. 2002. Perkembangan remaja menurut pendekatan ekologi serta hubungannya dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja. Jurnal Psikologi. 9(1): 13-22.

Ahmed N. 2007. Knowledge, attitude, and practice on dengue fever [tesis]. Bangkok (TH): Chualalongkhorn University

Alekseeva OS, Kozlova IE, Baskaeva OV, Pyankova SD. 2014. Intelligence and sibling relationship. Procedia-Social and Behavioral Sciences 146. 187-191.

(35)

21

Ambarini TK. 2006. Saudara kandung dari anak autis dan peran mereka dalam terapi. INSAN. 8(2): 112-135.

Anwar NA. 2015. Gambaran kemandirian emosional remaja usia 12-15 tahun berdasarkan pola asuh authoritative. Jurnal Psikologi Padjadjaran. 1-9. Batubara JRL. 2010. Adolescent development (perkembangan remaja). Sari

Pediatri. 12(1):21-29.

Bionita. 2008. Gambaran sibling rivalry pada anak ADHD [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. Opini Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID): BKKBN

Budiman N. 2005. Perkembangan kemandirian pada remaja. Jurnal perkembangan anak. 1-12.

Buist KL, Dekovic M, Meeus W, van Aken MAG. 2001. Developmental patterns in adolescent attachment to mother, father, and sibling. Plenum Publishing Corporation. 167-176.

Campione-Barr N. 2005. The impact of sibling on Adolescent behavioral autonomy. Psychologycal Science. 1-18.

Dewi AAA dan Valentina TB. 2013. Hubungan kelekatan orang tua remaja dengan kemandirian pada remaja di SMKN 1 Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana. 1(1): 181-189.

Furman W dan Buhrmester D. 1985. Children’s perceptions of the qualities of sibling relationship. Society for Reaserch in Child Development. 56:448-461.

Hastuti D. 2015. Pengasuhan Anak. Bogor (ID): IPB Pr

Holilah S. 2013. Gaya pengasuhan ibu dan interaksi saudara kandung pada remaja berdasarkan status pekerjaan ibu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Jihadah U, Alsa A. 2005. Kemandirian remaja akhir ditinjau dari urutan kelahiran dan status sosial ekonomi orang tuanya. 1-17.

Jin Yu J dan gamble WC. 2008. Pathways of influence: marital relationship and their association with parenting styles and sibling relationship quality. J Child Fam Stud. 17: 757-778. Doi 10.1007/s10826-008-9188-z.

Karabanova OA dan Poskrebysheva NN. 2013. Adolescent autonomy in parant-child relations. Procedia-social and behavioral science 86. 621-628. Kurniawati J. 2013. Kemandirian anak tunggal. Psikovidya. 17(2): 76-108.

Kusumaningtyas LE. 2015. Dampak overprotektif terhadap perkembangan kemandirian anak. Widya Wacana. 10(1): 1-12.

Musdalifah. 2007. Perkembangan Sosial remaja dalam kemandirian (studi kasus hambatan psikologis depedensi terhadap orang tua). IQRA’. 4:46-56.

(36)

22

Novita D dan Budiman MH. 2015. Pengaruh pola pengasuhan orang tua dan proses pembelajaran di sekolah terhadap tingkat kreativitas anak prasekolah (4-5 tahun). Jurnal Pendidikan. 16(2): 101-109.

Oliva A, Arranz E. 2005. Sibling relationship during adolescence. European Journal of Developmental Psychology. 2(3):253-270.

Papalia ED, Olds WS. 2004. Human Development (9th ed). New York (US): Mc Graw Hill.

Puspitawati H. 2012. Gender dan Keluarga. Bogor (ID): IPB Pr. ___________. 2013. Pengantar Studi Keluarga. Bogor (ID): IPB Pr.

Rinaldhy K. 2008. Gambaran sibling pada remaja akhir yang memiliki saudara dengan tunaganda-netra [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Rini ARP. 2012. Kemandirian remaja berdasarkan urutan kelahiran. Jurnal

Pelopor Pendidikan. 3(1): 61-70.

Rohner RP. 1986. The Warmth Dimension: Foundations of Parental Acceptance-Rejection Theory. India (IN): SAGE Publications.

Santrock JW. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta (ID): Erlangga.

Scharf M, Shulman S, Avigad-Spitz L. 2005. Sibling relationship in emerging adulthood and in adolescence. Journal of Adolescent Research. 20(1): 64-90. doi: 10.1177/0743558404271

Stocker CM dan Burwell RA, Briggs ML. 2002. Journal of Family Psychology. 16(1): 50-57. Doi 10.1037//0893-3200.16.1.50.

Suryawardhani A dan Paramita PP. 2015. Hubungan antara persepsi terhadap pola asuh orang tua dengan sibling rivalry pada remaja awal. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. 4(2): 105-114.

Tyas MP. 2008. Gambaran kemandirian remaja [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

Volling BL dan Belsky J. 1992. The contribution og mother-child and father-child relationship to the quality of sibling interaction: a longitudinal study. Society for Reaserch in Child Development. 63: 1209-1222.

Wahyuningsih S. 2012. Persepsi harapan orang tua, interaksi saudara kandung dan pengaruhnya terhadap kepuasan anak dalam keluarga [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(37)

23

Lampiran 1 Sebaran jawaban gaya pengasuhan ibu pada remaja yang memiliki adik laki-laki dan perempuan berdasarkan dimensi

Keterangan: 1= Tidak benar 2= Jarang benar 3= Kadang benar 4= Hampir selalu benar

No Pernyataan

Adik laki-laki Adik perempuan

1 2 3 4 1 2 3 4

% % % % % % % %

Dimensi Penerimaan (Affection)

1 Ibu mengatakan hal yang

menyenangkan tentang saya

0.0 16.7 70.0 14.3 0.0 10.0 56.7 33.3

2 Ibu memiliki waktu untuk

berbicara dengan saya terkait rencana dimasa depan dan ibu mendengarkannya

6.7 10.0 23.3 60.0 3.3 13.3 26.7 56.7

3 Ibu menyuruh saya untuk

membawa teman ke rumah dan memberikan suasana yang menyenangkan untuk saya dan teman-teman

16.7 33.3 46.7 3.3 16.7 30.0 40.0 13.3

4 Ibu memberikan solusi saat

saya menceritakan sesuatu yang penting

3.3 20.0 33.3 43.3 3.3 16.7 26.7 53.3

5 Ketika saya melakukan hal

yang benar ibu membangga-banggakan saya

3.3 13.3 43.3 40.0 3.3 26.7 30.0 40.0

6 Ibu memuji saya di depan

orang lain

6.7 26.7 56.7 10.0 6.7 26.7 60.0 6.7

7 Ibu berbicara dengan hangat

kepada saya

3.3 20.0 43.3 33.3 6.7 16.7 40.0 36.7

8 Ibu berbicara hal yang

menyenangkan saat saya pantas menerimanya

3.3 16.7 20.0 60.0 3.3 10.0 33.3 53.3

9 Ibu sangat tertarik atas apa

yang saya lakukan

3.3 26.7 63.3 6.7 0.0 23.3 56.7 20.0

10 Ibu merasa bahwa saya

diinginkan dan dibutuhkan

3.3 16.7 40.0 40.0 0.0 13.3 30.0 56.7

11 Ibu mengatakan betapa

bangganya ia ketika saya melakukan hal baik

0.0 10.0 33.3 56.7 0.0 10.0 20.0 70.0

12 Ibu membuat saya percaya

bahwa apa yang saya lakukan adalah penting

6.7 13.3 40.0 40.0 0.0 16.7 30.0 53.3

13 Ibu berusaha menolong saya

saat saya mengalami ketakutan atau kecewa karena sesuatu

3.3 23.3 26.7 46.7 3.3 6.7 56.7 33.3

14 Ibu memerhatikan tentang

apa yang saya pikirkan dan senangi ketika berbicara dengan saya

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Karakteristik Keluarga  -  Usia ibu  -  Pekerjaan ibu -  Besar keluarga  Karakteristik  Remaja Perempuan -  Usia  -  Urutan Kelahiran     Karakteristik  Saudara Kandung   -  Jarak Kelahiran -  Jenis Kelamin -  Usia
Gambar 2  Kerangka penarikan contoh  SMPN 2 Dramaga
Tabel 1  Variabel, skala data, dan kategori data
Tabel 2  Sebaran contoh berdasarkan karakteristik remaja, saudara kandung,  keluarga dan jenis kelamin saudara kandung
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data observasi, mengacu pada ciri-ciri sikap bahasa yang diungkapkan oleh Garvin Mathiot, dapat dikatakan bahwa sikap bahasa mahasiswa

merupakan sediaan salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salap mata harus diberikan  perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan

Security Consultative Committee (SCC) tahun 2013 menghasilkan pembaharuan yang terdiri dari penegasan komitmen Amerika Serikat untuk terus memberikan bantuan kepada

Dengan demkian, dari beberapa definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa interaksi sosial ialah hubungan antara individu satu dengan individu ynag lain, yang mana

Hipotesis penelitian ini adalah: (1) terdapat perkembangan inti mikrospora yang berbeda pada berbagai ukuran bunga tanaman jeruk, (2) terdapat lama praperlakuan dingin

Penelitian Febrianty (2013) yang menyimpulkan bahwa Mayoritas penduduk Indonesia hanya mengenyam pendidikan tertinggi setingkat SD.Hal ini berkorelasi dengan kondisi ketenagakerjaan

The goal of adding semantic­level service descriptions is to enable consumers to locate services based on each service's purpose, rather than the names of the service's operations