• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIDANG ARSIP DAN MUSEUM"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

R I S A L A H RAPAT KERJA

PANSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PENYELENGGARAAN PEMILU

Tahun Sidang : 2016-2017 Masa Persidangan : III

Jenis Rapat : Rapat Kerja ke-6 Sifat Rapat : Tertutup

Hari, tanggal : Jumat, 17 Februari 2017

Waktu : Pukul 15.00 WIB s.d. 22.30 WIB T e m p a t : Hotel Intercontinental Jakarta

Acara : Membahas Isue-isue Penting/Krusial terkait RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu (Lanjutan tanggal 16 Februari 2017)

Ketua Rapat : Ir. H.M. Lukman Edy, M.Si. (Ketua/F-PKB) Didampingi oleh Pimpinan :

1. Ir. H. Ahmad Riza Patria, MBA (Wakil Ketua/ F-Gerindra)

2. DR. Benny K. Harman (Wakil Ketua/F-PD) 3. H.Yandri Susanto.S.PT (Wakil Ketua/F-PAN) Sekretaris Rapat : Drs. Uli Sintong Siahaan, M.Si.

(Kepala Bagian Sekretariat Pansus) Anggota Hadir : 22 Anggota dari 30 Anggota Pansus

1. Fraksi PDI Perjuangan − Arif Wibowo

− Erwin Moeslimin Singajuru − Sirmadji

2. Fraksi Golkar

− Rambe Kamaraul Zaman − Agung Widiyantoro,SH.,M.Si − DR. Ir.Hetifah,MPP

− Drs. Agun Gunandjar Sudarsa,BC.,Ip,M.Si 3. Fraksi Gerindra

− H. Bambang Riyanto, SH.,MH.,M.Si − Supratman Andi Agtas, SH.,MH 4. Fraksi Demokrat

− Didik Mukrianto,SH.,MH.

(2)

− Ir. Fandi Utomo

5. Fraksi Partai Amanat Nasional − Viva Yoga Mauladi,M.Si 6. Fraksi Kebangkitan Bangsa

− Dra.Hj. Siti Masrifah 7. Fraksi Keadilan Sejahtera

− Sutriyono,S.Pd.,M.Si

− Drs.H.Almuzzammil Yusuf,M.Si 8. Fraksi Partai Persatuan Pembangunan

9. Fraksi Nasdem

− Drs. Taufiqul Hadi,M.Si − Johny G Plate

10. Fraksi Hanura

− Rufinus Hotmaulana Hutauruk,SH.,MM,MH Anggota Izin : 1. Ahmad Zacky Siradj/F-PG

Undangan Hadir : 1. Menteri Dalam Negeri RI (Tjahjo Kumolo) beserta jajarannya.

2. Menteri Hukum dan HAM RI (Yasonna H. Laoly) beserta jajarannya.

3. Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan RI (Askolani) beserta jajarannya.

RAPAT DIBUKA PUKUL 15.00 WIB.

KETUA RAPAT/F-PKB (Ir. H.M. LUKMAN EDY, M.Si.): Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat siang salam sejahtera bagi kita semua. Shaloom.

Yang terhormat Pimpinan dan Anggota Pansus RUUU tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum.

Yang terhormat Menteri Dalam Negeri RI beserta seluruh jajaran, Menteri Hukum dan HAM atau yang mewakili beserta seluruh jajaran, Menteri Keuangan atau yang mewakili beserta seluruh jajaran.

Dari Anggota Pansus dari PDI Perjuangan sudah hadir, dari Golkar sudah hadir, dari Gerindra belum hadir, oh ada. Dari Gerindra sudah hadir, dari Demokrat sudah hadir, dari PANN sudah hadir, dari PKB sudah hadir, dari PPP sudah hadir, dari PKS sudah hadir, dari Hanura belum hadir. Tinggal satu fraksi yang belum hadir, oleh sebab itu ini bisa kita katakan sudah memenuhi kuorum fraksi dan rapat ini bisa kita buka. Atas seizin Bapak dan Ibu sekalian rapat kami buka dan dinyatakan tertutup untuk umum.

(KETOK PALU 1 KALI)

Posisi terakhir kita jam dua belas malam tadi ya itu, posisi terakhir kita tadi malam pertama tentang sistem Pemilu Anggota DPR dan DPRD disepakati untuk dibahas lebih lanjut dalam Panja dengan opsi-opsi ada tiga opsi terbuka, tertutup

(3)

atau terbuka terbatas. Kemudian yang kedua tentang alokasi kursi Anggota DPR dan DPRD disepakati menambah jumlah Anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten kota. Penataan ulang Dapil berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah. Pansus menyerahkan kepada pemerintah untuk melakukan simulasi yang akan dibahas di Panja. Dan penataan Dapil ini ada di lampiran undang-undang. Itu yang kita hasilkan tadi malam. Untuk hari ini mudah-mudahan kita bisa membahas tiga isu lainnya, yaitu soal ambang batas parlemen, metode konversi suara ke kursi, kemudian pemilihan Presiden Wakil Presiden terkait pengusulan pasangan calon atau presidensial threshold. Jadi parlementary threshold, Presidensial threshold dan konversi suara ke kursi. Kita buka dulu parlementary threshold ya di halaman sepuluh ya, halaman sepuluh. Dari PDI Perjuangan, dari Fraksi Partai Golkar, Gerindra hampir semua fraksi ini yang mengajukan perubahan ya. Kami persilahkan terlebih dahulu yang mengusulkan perubahan, dari PDI Perjuangan.

F-PDIP (Drs. SIRMADJI, M.Pd.):

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bapak ketua, teman-teman Anggota Pansus, Pak Menteri dan seluruh jajaran baik dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan maupun Menkumham. PDI Perjuangan sebagaimana telah kami laporkan secara tertulis bahwa terhadap parlementary threshold itu mengusulkan agar ditingkatkan dari 3,5 persen jadi agak beda dengan draft didalam RUU yang tetap 3,5 persen PDI Perjuangan mengusulkan saatnya dinaikan menjadi 5 persen. Rasionalnya adalah bahwa penetapan atau pematokan parlementary threshold sebagaimana telah dilakukan pada waktu yang lalu adalah dikandung maksud dikandungniatan agar kita bisa melalui proses Pemilihan Umum itu step by step semakin memperkuat konsolidasi demokrasi kita terutama dalam konteks pilar kepartaian. Jadi kita ingin agar kedepan itu partai-partai semakin apa itu semakin kuat nah semakin kuat dalam arti kata sebenarnya dan kalau partai-partai terlalu banyak itu multi partai is oke tetapi tidak perlu tidak harus sedemikian banyak. Nah tetapi proses ke arah penyederhanaan partai itu tidak perlu dipaksakan oleh kehendak para elitir tapi biarlah dikoreksi melalui proses demokratis yang dilakukan oleh rakyat. Kepada rakyat juga ditunjukan bila partai tertentu tidak mencapai parlementary threshold kemarin 3,5 sekarang misalkan 5 persen maka Insya Allah kedepan partai kita itu idealnya akan bisa semakin bisa dicapai. Jadi kira-kira itu. Artinya kemarin ya tahun Pemilu ini kita tingkatkan lagilah Insya Allah dengan 5 persen itu sudah mencapai ideallah dari apa itu varian partai-partai kita kedepan. Itulah pertimbangan pokok dari usulan PDI Perjuangan.

Terima kasih, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

PDI Perjuangan minta dinaikan 5 persen yah. Partai Golkar silahkan. F-PG (Dr.Ir. HETIFAH SJAIFUDIAN, M.P.P.):

Terima kasih, seperti sudah mungkin diketahui dan dibahas juga ini berkali-kali usul dari Partai Golkar mungkin memang dianggap agak ekstrim karena kita mengusulkan sepuluh persen parlementary threshold dari suara sah secara nasional

(4)

agar suatu partai politik bisa diikutkan dalam penentuan kursi di parlemen. Dan ini juga berlaku untuk DPRD ya jadi baik nasional maupun jadi ayat dua bahwa kalau disini kan pemerintah mengusulkan untuk DPRD provinsi dan kabupaten kota itu semua partai otomatis jadi tidak threshold tapi kami mengusulkan ini berlaku juga di daerah, gitu. Nah kalau soal alasannya saya kira mungkin kalau Kang Agun ingin menambahkan ya tetapi kita tahu bahwa niat dari adanya Pemilu serentak Presiden maupun Pemilu legislatif ini gitu ya salah satunya dari pertimbangan MK yang kami cermati adalah untuk menyederhanakan sistem multi partai dan mengefektifkan sistem presidensial. Jadi mungkin kita arahnya seperti itu.

KETUA RAPAT:

Berlaku nasional gitu ya, berlaku nasional atau partainya nasional. F-PG (Dr.Ir. HETIFAH SJAIFUDIAN, M.P.P.):

Thresholdnya, threshold itu berlaku juga untuk DPRD. KETUA RAPAT:

Jadi bukan threshold yang lulus nasional otomatis lolos didaerah. F-PG (DRS. AGUN GUNANJAR SUDARSA, Bc.IP, M.Si):

Jadi saya tambahkan lagi, jadi pemberlakuan ambang batas parlemen itu berlaku untuk pusat, provinsi dan kabupaten. Supaya ada hubungan konsolidasi demokrasi antara pusat sampai ke daerah itu dalam satu garis hirarki partai yang sama pak. Jadi jangan sampai diatas itu nda punya apa-apa gitu, dan dibahwa ada itu kan jadi problem dibawah dalam konteks pengusungan Pilkada itu jadi problem. KETUA RAPAT:

Ini untuk memperdalam pak, Pak Agun. Berlaku untuk pusat, provinsi dan kabupaten kota itu kan belum tentu partai yang sama daerah sama pusat. Karena dapat lima persen atau sepuluh persen, pusat dia ngga dapat gitu.

F-PG (DRS. AGUN GUNANJAR SUDARSA, Bc.IP, M.Si):

Jadi suara hasil Pemilu secara kolektif keseluruhan secara nasional, jadi hasil Pemilu nasional itu pak itu yang mencapai angka sepuluh persen maka dia lolos ke parlemen, itupun otomatis berlaku secara nasional. Jadi kalau partai itu lolos maka yang dibawahnyapun, kalau dia tidak lolos ya kebawahnyapun tidak lolos.

KETUA RAPAT:

Berlaku nasional?

F-PG (DRS. AGUN GUNANJAR SUDARSA, Bc.IP, M.Si): Ya berlaku nasional.

(5)

KETUA RAPAT:

Bukan berlaku untuk pusat, provinsi dan kabupaten kota. F-PG (DRS. AGUN GUNANJAR SUDARSA, Bc.IP, M.Si):

Tidak. Satu pak, jadi clear ya. Yang kedua, memang mungkin agak mengagetkan usulan Golkar sepuluh persen ini. Tapi ingin kami mengajak kita semua dan juga pemerintah bahwa Pemilu yang diselenggarakan pasca reformasi ini bukan Pemilu yang pertama. Ada Pemilu dari 1999, 2004, 2009masuk 2014. Tapi faktanya sistem pemerintahan presidensil kita itu masih belum juga efektif, utamanya karena keberadaan parlemennya. Salah satu proses pengambilan keputusan yang menjadi indikator untuk sistem pemerintahan presidensil yang efektif itu adalah dia responnya itu cepat, cepat jadi karena dia dipilih langsung presiden itu rakyat itu nuntutnya harus hari ini, tapi dia tidak bisa berbuat banyak karena banyak juga hal yang harus ada provel persetujuan dan sebgainya dengan dewan. Apalagi di Undang-Undang Dasar kita Undang-Undang saja nda harus mendapatkan kesepakatan bersama, dia tidak punya filter. Jadi lebih pada penguatan parlemen agar proses pengambilan keputusannya itu bisa cepat. Nah kita bisa bayangkan pengertian sepuluh persen ini sebetulnya lebih ditujukan kepada pembentukan fraksi juga yang kami kaitkan. Karena kalau tiga setengah persen bisa bikin fraksi, kan selama ini ukurannya begitu pak. Praktis dalam menjalankan tugas fungsional kedewanannya itu ya keteteranlah jujur sajalah kita harus realistis lah gitu, keteteran pak rapatnya keteteran ininya keteteran semuanya serba keteteran. Jadi kalau alat kelengkapannya begitu banyak, kewenangannya begitu besar, legislatif, anggaran, pengawasan, mitra kerjanya begitu banyak. Ada 34 kementerian, belum lagi lembaga pemerintah non kementerian, banyak sekali. Jadi belum lagi berbagai pihak. Nah sehingga mohon dipahami gitu ya dimengerti bahwa pengertian sepuluh persen ini kami juga tidak lalu menjadikan sesuatu yang mutlak adanya. Kami siap melakukan negosiasi untuk turun katakanlah gitu tapi prinsip penguatan parlemen itu harus terwujud. Apakah nanti kita bicarakan keterkaitan dengan fraksi dan sebagainya karena proses pengambilan keputusan itu relatif ya sekarang sudah banyak dagelan pak di parlemen itu. Itu paling naif menurut saya. Yang namanya parle itu ya bicara, masa pendapat fraksi orangnya hanya kedepan, serahkan gitu loh. Itu hanya di Indonesia pak, di dunia itu yang terjadi, nda ada pak semua speak bicara, serahkan. Ini ngga ngomong ngga apa datang kedepan nyerahkan, hanya karena pertimbangan waktu. Ini harus menjadi perhatian kita bersama. Ini sebagai pengantar saja pak supaya kita memasukinya bisa lebih saling memahami. Tapi Golkar pada prinsipnya siap kompromi dalam rangka ini.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Baik. Jadi sepuluh persen tapi kompromistis ya. Pak Sirmadji lima persen tadi pusat apa

(6)

F-PDIP (Drs. SIRMADJI, M.Pd.):

Untuk kaitannya Ayat (1). Jadi Ayat (2) okelah. Jadi disitu Ayat (1) itu untuk DPR RI. Sedangkan untuk Ayat (2) itu kan semua diikutkan saja kan sebagaimana adanya untuk mengakomodir kearifan lokal itu biarlah lokalitas itu tetap terjaga.

Siap, terima kasih. KETUA RAPAT:

Baik, berikutnya Gerindra.

F-GERINDRA (H.BAMBANG RIYANTO, SH., MH., M.Si.): Terima kasih pimpinan.

Pak Menteri beserta jajarannya yang saya hormati. Pimpinan beserta Anggota Pansus yang saya hormati.

Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan ini tidak menghebohkan seperti tadi malam. Makanya saya agak jinak hari ini. Saya menjadi terheran-heran, padahal kami di posisi partai oposisi, tetapi khusus untuk pasal ini saya sepakat dengan yang pemerintah usulkan. Ya seharusnya partai oposisi saja sama dengan pemerintahan yang lain kalau itu kita ikuti mungkin lebih cepat pimpinan.

KETUA RAPAT:

Gerindra tetap ya tidak ada perubahan. Demokrat silahkan. F-PD (Ir. FANDI UTOMO):

Terima kasih pimpinan. Fakta tiga setengah persen yang kita ikuti sekarang dan ini diusulkan kembali oleh pemerintah untuk kita pakai sebagai parlementary threshold tidak menunjukan terjadinya penyederhanaan parlemen. Karena itu parlementary threshold seharusnya tidak bisa berdiri sendiri. Parlementary threshold ini dalam pandangan kami Fraksi Demokrat mau dipasang di nol boleh mau dipasang di angka diatas tiga setengah itu boleh karena itu nanti yang diharapkan penyederhanaan parlemen. Saya kira keprihatinan Pak Agun bahkan ada satu fraksi misalnya yang anggotanya tidak cukup untuk ditempatkan di alat kelengkapan DPR ini. Karena itu Fraksi Partai Demokrat mengembalikan kepada pemerintah supaya ada penjelasan yang lebih baik yang membuat kita lebih bisa memahami apakah tiga setengah persen itu nanti akan dikerangkakan misalnya dengan yang kemarin kami sampaikan berkaitan dengan penataan chek and balances di parlemen dan penataan fraksi di parlemen. Jadi Fraksi Partai Demokrat kalau misalnya ini diatur dalam satu skema yang komperhensip begitu yang lengkap mulai dari persoalan penataan kecukupan tiap anggota didalam satu fraksi berkaitan dengan kebutuhan alat kelengkapan dewan. Yang kedua berkaitan dengan chek and balances, dan yang ketiga tentu penguatan posisi pemerintah yang presidensil itu di parlemen. Lah didalam prespektif seperti itulah Frakis Demokrat ingin ini dikerangkakan secara lengkap tidak berdiri sendiri misalnya tiga setengah persen atau berapa gitu, karena

(7)

toh dengan tiga setengah persen itu malah terjadi suara yang hilang sebetulnya tapi penyederhanaan parlemennya tidak terjadi. Sudah terlanjur ada kursi yang dihilangkan tetapi itu artinya representasi suara rakyat tidak sampai di parlemen tetapi penyederhanaan parlemennya tidak terjadi. Lah saya kira prinsip ini yang kami ingin kembalikan dulu kepada pemerintah barangkali kita bisa memikirkan jalan keluar bersama-sama supaya ini dikerangkakan dalam satu kerangka yang lebih komperhensip untuk melakukan penyederhanaan parlemen. Kemudian secara rasional melakukan perhitungan terhadap kecukupan anggota parlemen didalam alat kelengkapan, anggota fraksi dalam alat kelengkapan sekaligus memperkuat chek and balances dalam sistem presidensil kita.

Saya kira catatan Fraksi Partai Demokrat begitu, sehingga kalau diangkakan, kalau diangkakan ini maka sebetulnya tergantung dari skema apa yang mau kita ambil gitu. Kalau kita ambil posisi nol tetapi kemudian dilakukan pengaturan melalui mekanisme Pilpres dan sekaligus penataan fraksi di parlemen kita bisa menerima itu. Jadi ya kira-kira gambarannya begitu.

Terima kasih Pak Ketua. KETUA RAPAT:

Kalau pusat nasional ada pendapat. F-PD (Ir. FANDI UTOMO):

Saya kira problematika ini kita anu dulu kita KETUA RAPAT:

Belum ada pendapat Fraksi Demokrat ya minta penjelasan. PAN silahkan. WAKIL KETUA/F-PAN (H. YANDRI SUSANTO, S.Pt):

Ya izin ketua, terima kasih.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pak Menteri beserta jajaran dan rekan-rekan Anggota Pansus.

Terhadap ambang batas parlemen Fraksi PAN sebenarnya dasar pemikiran begini Pak Menteri. Kalau ada calon legislatif yang sudah dipilih oleh rakyat sejatinya memang dia harus dilantik, tidak boleh seperti misalkan dulu pernah PBB punya sepuluh kursi dihilangkan. Itu dasar pemikiran kita karena rakyat sudah memberikan mandat sebenarnya. Nah oleh karena itu PAN berharap ada semacam pembatasan jumlah fraksi untuk menyederhanakan dalam pengambilan keputusan. Misalkan kalau sekarang ada sepuluh fraksi, memang kalau dikasih semua panggung atau berbicara lama itu, minimal empat jam tiga jam belum selesai karena semua fraksi harus berbicara. Maka kami pemikiran kami bagaimana kalau ada fraksi threshold misalkan minimal bisa membentuk fraksi itu misalnya sepuluh persen, ya yang dibawah sepuluh persen ya gabung, membentuk satu fraksi. Nah itu dasar pemikiran kami, artinya tidak ada suara rakyat yang sudah memberikan mandat apalagi bangsa ini kan beragam, ada yang memang jumlahnya kecil, ada

(8)

yang besar, ada yang menengah, sukunya, agamanya dan lain sebagainya yaitu tercermin dalam keterwakilan sebenarnya. Nah tetapi karena dia dibatasi oleh angka tertentu maka terkadang Anggota DPR yang sudah bersusah payah atau calon Anggota DPR susah payah untuk mencari suara ke rakyat dia tidak dilantik dan itu banyak kejadian kemarin beberapa partai. Sebenarnya bukan salah individu Caleg itu tapi karena dia ikut apa namanya ikut menanggung beban karena partainya tidak lolos karena ada angka tertentu. Tapi itu pemikiran kami kalau diterima ya syukur kalau ngga pun ngga apa-apa. Kalaupun nanti misalkan mau ada angka yang diusulkan oleh pemerintah menurut kami sangat relevan, ya sangat relevan toh memang betul kalaupun ada angka tidak ada terjadi penyederhanaan partai. Kalau mau penyederhanaan partai tentu jumlahnya ditingkatkan gitu Pak Fandi, Pak Agun ya. Sepuluh memang banyak yang tereliminir itu Pak Menteri, apalagi dua puluh mungkin ngga ada yang lolos mungkin kecuali PDIP mungkin ya, sangat sederhana. Nah tapi apa makna itu dibalik itu semua kita, kita ingin bersama-sama atau memang ada niat untuk misalkan mengelimir kelompok tertentu atau partai tertentu ini dulu ya kan. Apakah kita memang harus saling meninggalkan satu sama lain dengan angka-angka itu apa dulu maksud kita dalam hati kita masing-masing. Kalau PAN jujur sebenarnya tidak ingin ada Anggota DPR sudah terpilih dia urung atau batal dilantik gara-gara angka tertentu. Tapi kalaupun misalkan ada angka harus ada angka ya tiga setengah persen itu sudah masuk akal. Kalaupun mau dinaikan itu maksimal di angka lima Pak Menteri, di angka lima maksimal kalau mau dinaikan, tapi kami lebih condong kepada nol dan kami usulkan fraksi threshold, terserah mau tujuh persen sepuluh persen. Kalau sepuluh persen mungkin sekitar tiga fraksi Pak Agun disana, jadi kalau rapat paripurna kita ngga pegal nunggunya Pak Menteri. Sepuluh fraksi naik semua ke podium itu bisa dua jam, ya yang dibicarakan sama yang terhormat, syukur Alkhamdulillah gitu gitu semua kan. Nah tapi kalau ada tiga fraksi ya tiga termasuk di komisi, di alat kelengkapan dewan yang lain. Nah kalau itu yang kita lakukan saya kira penyederhanaan atau Pak Fandi tadi mau pengelompokan mana partai pemerintah mana partai oposisi itu juga akan kelihatan nanti. Nah ini pemikiran dari Fraksi PAN, tapi terserah kalau mau diikuti syukur kalau ngga ya kami juga akan manut nanti kita patuh di angka berapa, tapi janganlah niat kita mematok angka tertentu itu untuk mengeliminir teman-teman yang memang mau berpartisipasi dalam kehidupan berdemokrasi, mau menyumbangkan tenaga dan fikirannya untuk ikut rembug dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, itu dulu niat kita. Kalau niat kita misalkan ingin mengelimir teman-teman ya saya kira kita sudah salah niat kita berbangsa dan bernegara. Nah kalau PAN lebih jujur lebih setuju ya sudahlah yang sudah lolos menjadi Anggota DPR yang sudah baik pada masyarakat dan lain sebgainya dilantik saja. Tapi dia untuk membentuk sebuah fraksi mengatasnamakan sebuah kelompok di parlemen itu ada syaratnya, ada syaratnya. Kalau batas sepuluh persen saya kira ya maksimal tiga lah fraksi ada di DPR itu. Ya lima bagaimana menghitungnya kan seratus persen Pak Fandi, kalau lima belas kali berapa, kan seratus persen suara. Ya ngga mungkin lah kalau lima belas ngga mungkin lima, ya kan lima kali lima sudah berapa itu, sudah hampir delapan puluh, ya tujuh puluh lima ngga mungkin rata kan. Tadi kan diatas sepuluh persen yang bisa membentuk fraksi yang bawah gabung. Nah itu menurut saya tiga atau empat maksimal, lah itu sudah menyederhanakan ngga akan riuh, ngga akan semuanya berkomentar atas nama fraksi, ngga kebanyakan manufer Pak Menteri. Nah ini pemikiran Fraksi PAN tapi ini apa DIM kami ini fleksibel kalaupun sekali lagi kalau mau ada angka ya tiga setengah persen itu kami merespon dengan baik usul

(9)

pemerintah karena sesungguhnya angka itu cukup elegan cukup apa namanya moderat untuk kita ya dalam rangka tidak saling meninggalkan satu sama lain.

Saya kira itu bapak menteri dan rekan-rekan sekalian, terima kasih Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Wa'alaikumsalam. Untuk nasional daerah.

WAKIL KETUA/F-PAN (H. YANDRI SUSANTO, S.Pt):

Nasional. Karena ada, kalau daerah kan ada partai lokal nanti kita atur lagi nanti PT partai lokal kalau berlaku secara ini, kan ada Aceh ya.

KETUA RAPAT:

Baik, PAN nol persen setuju, tiga setengah persen setuju, lima persen setuju. Sepuluh persen kalau fraksi. Fraksi bisa kita titip di undang-undang ini ngga ya, ngga bisa itu ya, di MD3 ya. Berlaku di pusat saja, ya. Baik berikutnya PKB.

F-PKB (Dra. Hj. SITI MASRIFAH, MA): Bismillahirrohmanirrohim.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pimpinan dan seluruh Anggota Pansus yang saya hormati dan banggakan. Bapak Menteri dan seluruh jajaran yang hadir di forum ini yang saya hormati dan banggakan.

Dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa menanggapi Pasal 388 ini di Ayat (1) kami menganggap bahwa ambang batas perolehan suara kami menaikan dari tiga setengah menjadi lima persen dari jumlah suara sah secara nasional. Jadi ini untuk penentuan kursi nasional atau DPR RI. Kemudian kami menganggap kenapa masih diperlukan ambang batas ini, yang pertama seperti yang sudah disampaikan oleh teman-teman terdahulu bahwa untuk memperkuat konsolidasi demokrasi partai yang kedua parlemen atau ambang batas ini menjadi penyaring masuknya partai ke parlemen. Kami tahu bahwa ini sesungguhnya nanti akan ada sebagian kalangan yang menilai bahwa akan ada suara yang akan terbuang dengan adanya parlementary threshold ini. Saya kira itu, terima kasih mungkin ada tambahan dari Pak Ketua.

Terima kasih, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Kalau saya patuh saja sama keputusan partai Bu. PKB lima persen ya. Selanjutnya PKS.

F-PKS (DRS. H. AL MUZAMMIL YUSUF, M.Si):

(10)

Baik, terima kasih pimpinan. Saya kira di DIM PKS dalam posisi tetap sesuai dengan parlementary threshold yang lalu yang diusulkan pemerintah, kalaupun ada peningkatan PKS menerima dalam bentuk peningkatan gradual, dan pemberlakuannya memang tetap hanya di pusat. Karena seingat kami pada pembahasan RUU Pemilu yang lalu mempertimbangkan adanya partai lokal dan partai di pusat. Kalau kita terapkan parlementary threshold untuk daerah dikhawatirkan hilangnya partai nasional di daerah, dan yang ada hanya partai lokal itu sangat membahayakan disintegrasi. Bisa dikuasai semua oleh partai lokal partai nasional semua nol karena diterapkan parlementary threshold yang menghilangkan posisi mereka. Oleh karena itu PKS tetap berpegang pemberlakuan hanya PT di pusat saja. Adapun di kabupaten kota dan provinsi tidak diberlakukan parlementary threshold. Peningkatan PT gradual pada angka tiga setengah sampai lima persen masih telorebel bagi PKS.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Wah ini masuk kayaknya ini sudah ini. Bisa diketok kayaknya ini. Baik berlaku pusat tiga setengah tetap atau naik sampai lima tidak masalah. PKB berlaku pusat juga, nol ya. Baik berikutnya PPP.

F-PPP (DR. H. Mz. AMIRUL TAMIM, M.Si.): Terima kasih pimpinan.

Pak Menteri, Ketua dan teman-teman Pansus yang sama saya hormati. PPP prinsipnya tetap seperti usula pemerintah tiga setengah dan berlaku nasional, ya tentu alasannya apa yang disampaikan tadi dari PKS saya kira itu yang harus kita waspadai jangan sampai ada wacana untuk membuat juga PT di tingkat daerah. Saya kira tiga setengah ini ideal untuk bisa mencerminkan keragaman kebhinekaan kita kemudian juga ini juga terkait dengan konstitusi kita kan kebebasan untuk berserikat apa biarlah nanti rakyat yang lakukan verifikasi, dalam tiga setengah saya kira sudah itu ideal.

Saya kira demikian pimpinan, terima kasih. Pusat. KETUA RAPAT:

Kemudian Nasdem silahkan.

F-NASDEM (Drs. T. TAUFIQULHADI, M.Si.):

Baik, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Pimpinan yang saya hormati.

Jadi masalah threshold ini harus kita pikirkan dengan seksama. Dia tidak selalu berbanding lurus dengan argumentasi anggapan bahwasannya ini adalah masalah azas representasi, tidak seperti itu. Tetapi kita harus lihat bahwa tentang memberlakukan ini terkait dengan persoalan juga adalah kestabilan pemerintah. Ada

(11)

negara yang dulu dua persen, dua setengah persen dan partainya kemudian di parlemen banyak sekali, terjadi dagang Sapi dan negara itu tidak pernah beranjak sehingga membuat marah rakyat negara tersebut dan meminta agar diberlakukan sepuluh persen. Dan Turki, karena itu Turki sekarang adalah sepuluh persen, dulu dagang Sapi terus karena itu dia tidak beranjak pemerintahannya. Jadi kalau kita berfikir itu adalah kita harus bukan hanya persoalan azas representasi, itu ada di tempat lain. Karena itu ketika kami memikirkan hal ini adalah didalam konteks pemerintahan yang akan datang. Pemerintahan sekarang kebetulan adalah pemerintahan yang kami dukung, tapi yang akan datang kan tidak selalu yang kami dukung, tetapi kami selalu berharap pemerintahan itu adalah stabil. Itu sebenarnya seperti itu. Jadi karena itu kami kalau menetapkan jumlah tersebut bukan didalam rangka ya tidak memikirkan sesuatu yang lain, ya pasti apa lagi kami memikirkang juga partai-partai yang lain, partai lain pokoknya semuanya aman kami tidak aman tidak ada masalah. Begitu, masalah angkanya memang ada di kantong kakak Jhonny Plate.

F-NASDEM (JOHNNY G. PLATE, SE.):

Nambah sedikit Pak Ketua. Terkait dengan parlementary threshold ini ambang batas ini kita sebetulnya ingin tanya sama pemerintah dulu, pemerintah ini dengan posisi tiga setengah persen yang berlaku saat ini dan menghasilkan komposisi fraksi dan parlemen seperti ini nyaman apa tidak, efektif tidak didalam pengambilan keputusan dalam kerjasama antar lembaga kepresidenan dan DPR. Itu yang perlu kita evaluasi yang pertama. Evaluasi yang kedua kita ingin lihat juga threshold yang kami usulkan ini tidak saja berlaku untuk DPR RI tapi secara struktural dia berlaku untuk provinsi dan kabupaten kota juga. Besarannya bisa kita bicarakan. Karena dari pengalaman juga ya di Undang-Undang Pilkada, DPR di pusat dan daerah ini khususnya daerah menjadi acuan rekruitmen pemimpin eksekutif daerah. Apabila hanya satu kursinya dua kursinya lalu menjadi bahan dagang Sapi saja di daerah. Nah ini menjadi persoalan juga itu, jadi persoalan yang harus kita lihat dalam rangka rekruitmen pemimpin di tingkat daerah. Nah dengan dasar-dasar pikiran begitu ya kita tentu mengusulkan dan kami yakin dan Nasdem ini baru di DPR RI, ya kami ingin mengambil bagian dalam rangka penyermpurnaan kehidupan ketatanegaraan. Evaluasi kami didalam dua setengah tahun ini jumlah fraksi yang terlalu besar mengakibatkan tidak efektifnya proses pengambilan keputusan di parlemen. Lebih banyak keputusan di parlemen akhirnya harus diselesaikan di luar ruang rapat melalui loby-loby politik. Nah lalu peran DPR dan politisi di DPR RI sendiri diredusir secara otomatis, gitu. Padahal tujuannya tentu tidak begitu. Nah dengan dasar demikian dalam rangka restrukturisasi parlemen dan dalam rangka efektifnya kerjasama antar lembaga ya kami dengan dua setengah tahun pengalaman ini merasa perlu untuk meningkatkan threshold itu digandakan dari tiga setengah persen menjadi tujuh persen. Apalagi setelah kami mengecek ya bahwa hampir semua sembilan setidaknya, sembilan dari sepuluh persen hampir tujuh persen di hasil Pemilu 2014. Dengan komposisi kepemimpinan baru di Hanura kita yakin juga mampu meningkatkan kursinya untuk mencapai tujuh persen, walaupun itu zero somekey, ya mungkin yang sembilan belas yang dua puluh berkurang setengah, yang lain berkurang setengah, akhirnya mengisi lalu jumlah itu ada tetapi kalau memang ya dari hasil keputusan rakyat nanti restrukturisasi menghasilkan lebih sedikit jumlah fraksi di DPR RI, ya maka konsekwensinya tentu ada suara-suara yang tidak terkonversi menjadi kursi atau suara rakyat yang

(12)

terbuang percuma, itu betul. Tetapi kita tidak berfikir Pemilu undang-undang ini hanya berlaku untuk 2019 saja. Dan undang-undang ini harus berlaku jangka panjang untuk beberapa kali Pemilihan Umum sehingga restrukturisasi itu berjalan secara alamiah melalui hak kedaulatan rakyat. Itu yang kami lihat tidak ada maksud sama sekali untuk mengurangi ini kontestasi politik tapi dari perhitungan kami kalaupun tujuh dalam posisi yang save untuk fraksi-fraksi yang ada saat ini, kecuali ada hal-hal yang di luar dugaan. Dengan dasar begitu maka pemberlakuan yang saat ini di tingkat nasional saja tidak membantu perbaikan penyelenggara negara di daerah. Tidak membantu untuk mendapatkan kader-kader pimpinan daerah yang memadai, karena satu kursi dua kursi akhirnya menjadi harga mahal dalam rangka high cost politik untuk rekruitmen di Pilkada. Nah kami mengusulkan untuk memperlakukan jumlahnya barangkali setengah dari threshold nasional.

Terima kasih pimpinan. KETUA RAPAT:

…kalau tujuh.

F-NASDEM (JOHNNY G. PLATE, SE.):

Kalau tujuh ya di daerah tiga setengah tambah sedikit lagi ya. Tadi disinggung bahwa ada bahaya, tadi PKS itu mengangkat memang betul ya ada bahaya kalau misalnya terkait dengan Aceh saja, ada konsekwensi dimana partai lokal berkuasa yang bisa merebut seluruhnya. Ya secara teoritis dan hipotesis bisa terjadi tetapi fakta empirisnya tidak begitu. Fakta empiris justru negatif kalau hanya ada satu atau dua kursi saja di kabupaten kota di seluruh belahan Indonesia yang lain yang mengakibatkan dampak buruk terhadap proses Pilkada dan rekruitmen pemimpin daerah di wilayah yang lain.

Terima kasih pimpinan. KETUA RAPAT:

Baiak, Nasdem untuk pusat tujuh persen, untuk daerah setengah dari pusat, ya setengah dari pusat. Nah artinya pusat ini juga fleksibel kan bisa tidak tujuh kan. F-NASDEM (JOHNNY G. PLATE, SE.):

Oh sangat fleksibel tergantung krusial point yang lainPak Ketua. KETUA RAPAT:

Turun lah ya. Hanura tidak hadir ya, mungkin tahu dia kita mau membahas parlementary threshold ya, oh DIM-nya ya ada DIM-nya. Kosong DIM-nya. Hanura tetap berarti tetap sesuai pemerintah ya. Alternatif lain nol, oh jadi Hanura itu nol sampai tiga setengah. Baik saya kira varian-variannya ini banyak memang tapi kalau melihat fleksibilitas dari masing-masing fraksi ini bisa mengerucut ini ya bisa mengerucut. Kalau menurut saya ya bisa tiga setengah ya kemudian lima atau tujuh. Nol ngga ada yang mengusulkan nol, oh Hanura nol ya, oh ya.

(13)

F-NASDEM (JOHNNY G. PLATE, SE.):

Kalau Nasdem tujuh fleksibel, tapi fleksibelnya di paripurna Pak Ketua, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Saya berusaha untuk mencari jalan tengah dulu di forum ini, ya kalau misalnya kita bisa sepakat jalan tengahnya ringan bagi kita. Tidak terlalu banyak memberikan opsi kepada paripurna, ya. Apalagi misalnya Fraksi Partai Golkar mengatakan memang kalau tinggi sepuluh persen tapi kita fleksibel. Nah itu kan berarti mendorong kita untuk bisa mencari jalan tengah ini. Betul Pak Agun ya. Nah kemudian yang berbeda lagi adalah Nasdem, setuju kalau tinggi tujuh persen diatas tujuh persen ngga berani pak ya.

F-NASDEM (JOHNNY G. PLATE, SE.): Itu tadi Pak Ketua, itu fleksibel tapi dia KETUA RAPAT:

Lah iya ini fleksibelnya ke atas apa ke bawah. Bisa ke fleksibel ke sepuluh. F-NASDEM (JOHNNY G. PLATE, SE.):

Bisa. KETUA RAPAT:

Oh ya. Nah artinya Nasdem fleksibel. F-PG (AGUNG WIDYANTORO, SH.,M.Si.):

Ketua, interupsi ketua. KETUA RAPAT:

Ya.

F-PG (AGUNG WIDYANTORO, SH.,M.Si.):

Masih menyampaikan DIM-nya, sebelum dirumuskan atau disimpulkan di angka berapa kita sepakat alangkah bijaknya kita serahkan dulu kepada pemerintah. KETUA RAPAT:

Oh ya itu pasti ke pemerintah.

(14)

F-PG (AGUNG WIDYANTORO, SH.,M.Si.): Jadi jangan diambil kesimpulan dulu. KETUA RAPAT:

Belum mengambil kesimpulan pak tenang saja, pasti ke pemerintah dulu. F-PD (Ir. FANDI UTOMO):

Interupsi Ketua. KETUA RAPAT:

Silahkan.

F-PD (Ir. FANDI UTOMO):

Saya harapkan tidak terjadi simplifikasi terhadap persoalan parlementary threshold ini. Maksud saya parlementary threshold itu tidak bisa berdiri sendiri karena faktanya dipasang tiga setengah jumlah fraksinya malah nambahdibandingkan yang sebelumnya. Jadi padahal kita sudah mengambil resiko ada kursi yang kita hilangkan. Saya kira ini kan perlu kita pikirkan secara menyeluruh tidak sebatas kita melakukan simplifikasi terhadap angka-angka parlementary threshold gitu.

Terima kasih Ketua. KETUA RAPAT:

Ini dalam rangka kita berfikir komperhensiplah ini ya, ya kan. Ya jadi dari Pak Fandi itu kita fikirkan ini komperhensip ini. Dalam rangka komperhensiplah ini ya. Nah Nasdem fleksibel, kalau PPP minta tiga setengah, fiks ya.

F-NASDEM (Drs. T. TAUFIQULHADI, M.Si.):

Begini sebentar, kalau kami menyatakan bahwa tujuh persen, dan kami tidak pernah didalam situasi sekarang saat ini kami belum pernah mengatakan masalah fleksibilitas.

KETUA RAPAT:

Ya sudah ngga apa-apa dikoreksi. Saya kan menangkap yang Pak Jhonny Plate bilang tadi saya tangkap gitu ya. Artinya banyak varian ini Pak Menteri, banyak varian saya dorong untuk fleksibel tadi ya masih belum berani fleksibel ya nda apa-apa. Oleh sebab itu tadi semua sudah kita catat ya sudah kita catat selanjutnya kita minta penjelasanlah dari Pak Menteri, menjelaskan terlebih dahulu soal tiga setengah persen yang tetap tidak mengalami perubahan. Kemudian mungkin ada apa namanya usulan-usulan atau tawaran-tawaran jalan tengah terhadap berbagai

(15)

varian ini. Ya mungkin kalau ada tawaran jalan tengah dan itu bisa diterima oleh Pansus ya bisa kita jadikan keputusan gitu.

Silahkan Pak Menteri.

PEMERINTAH/MENDAGRI (TJAHJO KUMOLO):

Terima kasih Saudara Ketua, para Wakil Ketua Bapak Ibu sekalian yang saya hormati. Saya kira saya tidak banyak panjang lebar mengomentari ini tapi pada prinsipnya pemerintah menerima semua dari masukan berbagai argumentasi. Lebih khusus lagi tadi Pak Wakil Ketua yang dari PAN, kita tidak ingin mematikan, intinya disitulah. Tetapi yang ditawarkan oleh pemerintah ini kan harga dasar, tiga setengah. Yang saya sampaikan adalah fleksibel pada intinya. Kalau kita tetap berpegang pada harga dasar kan juga ngga baik kok ngga ada peningkatan, peningkatan kualitas. Usul pemerintah simpel kok, singkat saja di DIM tiga setengah, usul konkretnya empat sampai lima, terserah.

Terima kasih, itu saja. KETUA RAPAT:

Bukan, empat atau lima. Ya empat atau lima, kita yang konkret sajalah pak ya, biar cepat ini … angkanya jelas kok, ya kita bukan ini bukan berupaya untuk, ya antara empat sampai lima, bagaimana? Diputar sekali lagi, tawaran pemerintah empat lima sebagai jalan tengah, empat atau lima, eh empat sampai lima ya, bisa empat setengah ya. Tiga opsi tawaran pemerintah, empat, empat setengah atau lima. Kita putar lagi sekali ya, jadi konkret-konkret saja.

Silahkan kita mulai dari bawah dululah, dari Nasdem. F-NASDEM (JOHNNY G. PLATE, SE.):

Terima kasih, Nasdem tetap mengusulkan tujuh persen karena argumentasi yang menghalalkan tiga setengah, empat, lima belum kami well confish belum itu ya. Dan kami tetap masih melihat tujuh persen dan fleksibilitas tentu ada tetapi hanya akan terjadi di rapat paripurna, tidak didalam diskusi saat ini di tingkat Panja maupun Pansus. Itu make it clear.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Jhonny Plate. PPP silahkan. F-PPP (DR. H. Mz. AMIRUL TAMIM, M.Si.):

Kalau PPP masih sesuai dengan harga dasar saja dulu. KETUA RAPAT:

Tiga setengah ya, ya PKS.

(16)

F-PKS (DRS. H. AL MUZAMMIL YUSUF, M.Si):

Kalau kita ikuti reformasi itu Cuma dari dua setengah ya gradualnya. Kami juga menerima peningkatan gradual. Oleh karena itu kalau pemerintah menawarkan empat sampai lima rumus matematik saja, empat tambah lima bagi dua, empat setengah ya.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Pertamatanggapi opsi pemerintah, walaupun bukan pro pemerintah tapi langsung setuju dengan pemerintah. PKS langsung nanggapi apa opsi jalan tengah pemerintah empat setengah.

Berikutnya PKB.

F-PKB (Dra. Hj. SITI MASRIFAH, MA):

Aduh saya bingung ini kalau ditodong sama Pak Ketua, harusnya Pak Ketua sendiri yang ngambil kesimpulan. Tapi saya kira angka lima yang ditawarkan oleh PKB itu sudah yang ditawarkan oleh pemerintah, empat sampai lima. Nah saya kira mungkin masih bisa menjadi fleksibel nantinya.

Saya kira itu terima kasih. KETUA RAPAT:

Jadi tetap ya. Lima tapi kalau empat atau empat setengah PKB setuju, begitu Bu ya. PAN silahkan PAN.

WAKIL KETUA/F-PAN (H. YANDRI SUSANTO, S.Pt):

Ya tadi PAN mengusulkan memang ada fraksi threshold ya jadi ngga ada parlementary threshold sebenarnya. Tapi kalau tadi saya bilang kalau mau angka kita oke di tiga setengah atau sampai lima. Jadi kita karena dari nol terlalu jauh kalau sampai lima, jadi kita ke tiga setengah persen dulu ketua.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Nah tiga setengah PAN. Kemudian Gerindra.

F-GERINDRA (H.BAMBANG RIYANTO, SH., MH., M.Si.):

Saya jadi susah ini Pak. Harga dasar pemerintah sudah saya ikuti padahal saya partai oposisi tapi tidak asal beda saja. Untuk menentukan saya serahkan kepada pimpinan sebagai wakil ketua kami.

(17)

Terima kasih pimpinan.

F-GERINDRA/WK. KETUA (IR. H. AHMAD RIZA PATRIA, MBA):

Ya terima kasih pimpinan, Pak Menteri, yang lainnya. Gerindra karena berbeda pada sistem Pemilu jadi di PT kita ikut pemerintah Pak Menteri ini, tiga setengah begitu. Jadi ngga mau terlalu banyaklah beda dengan pemerintah gitu. Begitu jadi Gerindra sepakat tiga setengah persen, padahal hasil Pilpres kita sudah ranking tiga, bahkan mohon maaf di survey 2015 Poltraking Gerindra sudah ring dua Pak Menteri. Memang belum bisa ngalahkan partai Pak Menteri, tapi ikut dekat Pak Menteri sudah boleh gitu Pak Menteri. Jadi Gerindra namun demikian perintah Pak Prabowo adalah ya jangan meninggalkan partai-partai yang lainlah, semua kan berawal dari kecil sekalipun Gerindra sudah besar kita mengakomodir partai lainnya. Jadi Gerindra tiga setengah ikut pemerintah.

Sementara begitu pimpinan. Pemerintah tiga setengah bisa naik lima ya Pak Menteri ya.

KETUA RAPAT:

Pemerintah sudah merubah ininya merubah sikapnya empat sampai lima. F-GERINDRA/WK. KETUA (IR. H. AHMAD RIZA PATRIA, MBA):

Ya kita tiga setengah dulu. KETUA RAPAT:

Tiga setengah dulu ya. Demokrat. F-PD (Ir. FANDI UTOMO):

Demokrat tetap pada pendirian semula bahwa persoalan parlementary threshold ini jangan dibiarkan berdiri sendiri. Kita ini sudah membuangi kursi, tapi penyederhanaan partai tidak terjadi, penyederhanaan parlemen tidak terjadi. Maka ini mesti dikonstruksikan secara lengkap gitu supaya penyederhanaan parlemen itu sungguh-sungguh terjadi. Kalau sudah pasang tiga setengah hasilnya tetap nanti malah jadi dua belas fraksi, sebelas fraksi ya sama saja kita jadi problem di jadi punya problem di parlemen, pemerintah juga punya problem berhadapan dengan parlemen. Nah kalau itu yang kita mau cari solusinya tetapi kita tidak memberikan solusi ini mau tiga setengah persen, empat persen itu angka yang mirip saja. Jadi harapan kami ini, ini bisa kita konstruksikan secara menyeluruh begitu tidak berdiri sendiri pak penjelasan tentang ini. Kecuali kalau memang ada keberanian seperti Golkar untuk di posisi sepuluh, jadi mbuang itu nda rugi sudah langsung nyata anunya apa, nyata apa namanya penyederhanaan parlemennya nyata. Ya saya kira usul konkretnya ini kita diskusikan gitu, kita diskusikan supaya kita punya penjelasan yang cukup didalam mengkontruksikan ini secara keseluruhan, gitu kalau pemikiran kami begitu. Bahwa kalau misalnya kita dipaksa voting tiga setengah atau lima ya kan jangan kesitu dulu maksud saya jangan kesitu dulu. Ini mari kita apa kesempatan yang baik untuk apa menata parlemen kita menata hubungan

(18)

pemerintah dan parlemen ini kita konstruksikan secara baik gitu ketua, usul Demokrat begitu.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Ya.

F-GERINDRA/WK. KETUA (IR. H. AHMAD RIZA PATRIA, MBA):

Mungkin ini pimpinan, sekalian saja kalau memang ada usul fraksi threshold disampaikan saja di sesi ini. Kan ini terkait Pak Menteri, ya PAN setuju katanya ada fraksi threshold ya kan, Demokrat setuju, Gerindra tidak keberatan kalau memang ada.

KETUA RAPAT:

Tadi sudah ditanya ketua. Fraksi threshold nanti di MD3. F-GERINDRA/WK. KETUA (IR. H. AHMAD RIZA PATRIA, MBA):

Di MD3, oh oke baik baik. KETUA RAPAT:

Ya jadi kalau menurut Pak Riza konkret itu ada angkanya, kalau menurut Pak Fandi diskusi juga bagian dari konkret gitu ya ya. Baik, Golkar.

F-PG (DRS. AGUN GUNANJAR SUDARSA, Bc.IP, M.Si):

Jadi yang disampaikan Pak Ketua terakhir persoalan fraksi itu kan tidak disini katanya, jadi di MD3. Ya kami bagaimana mau merubah posisi Pak, karena angka sepuluh persen ini kami lebih pada pilihan bagaimana parlemen ini efektif. Jadi 56 anggota itu cukup mengisi seluruh alat kelengkapan dewan. Dia akan mampu menjalankan fungsi-fungsi parlemennya secara maksimal, dan relatif juga mungkin tidak akan jadi sepuluh pak dengan rangka sepuluh persen itu, pasti ada yang mau tidak mau kan yang dibawahnya katakanlah gitu. Kalau menggunakan angka ini kan susah pak, tapi kalau dengan angka sepuluh persen otomaticly out comenya akan ada jaminan bahwa penguatan presidensil penguatan parlemen itu bisa terwujud. Oleh karena itu menurut hemat kami ini bagian yang juga harus kita bicarakan dan kalau perlu mengikat bagaimana caranya menurut saya ya harus ada komitmen kita bersama seperti harus mengatakan Golkar siap-siap saja turun dari sepuluh persen tapi ada garansi jaminan pembentukan fraksi itu tidak seperti angka yang ada di undang-undang ini. Misalkan kami siap turun, tapi kalau tidak mungkin nol persen pak, ini bukan persoalan representatif bukan, ini persoalan sistem. Kalau nol persen itu akan dengan serta merta orang gampang bikin partai ikut Pemilu duduk kursinya satu dua ganggu-ganggu gitu. Bisa Pak, kaya Pemilu yang sembilan puluh sembilan yang lalu itu pernah ada yang apa fraksinya satu orang, non fraksi namanya fraksi non fraksi, dia tidak gabung kemana-mana, pernah terjadi pak, dan mengganggu

(19)

sekali. Artinya tidak mungkin nol, nah kita sudah ada angka tiga setengah. Tidak mungkin bertahan disitu, kamipun siap naik. Tapi tidak otomatis kenaikan itu pada angka yang diutarakan itu terkait dengan membentuk fraksi. Bagaimana ngaturnya ya, ya kita harus punya komitmen mengatur disini seperti ya kalau perlu ada yang ngundang lah apa mulut saya bisa, bisa diketentuan lain-lain bisa kita buat undang-undang karena penting gitu. Jadi atas sepuluh persen tetap kami pada posisi dengan catatan seperti itu pak.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Masih sepuluh persen Golkar belum menanggapi usulan jalan tengah dari pemerintah. Berikutnya.

F-PG (Dr.Ir. HETIFAH SJAIFUDIAN, M.P.P.):

Begini pimpinan, saya kira tadi sudah jelas justru sudah menanggapi pemerintah itu dalam pengertian sebenarnya kita ini mungkin termasuk yang paling terbuka untuk mendiskusikan ini. Dan juga tadi menanggapi Pak Fandi gitu ya niat kita itu pak gitu. Jadi kalau kita kemudian dipreser dengan pertanyaan jadi niatnya ini apa mau mengeliminir teman-teman memang jadi susah pak ya maksudnya kita bukan pasti tadi Pak Menteripun mengatakan gitu. Jadi saya pikir didalam konteks ini gitu jadi cara kita mendiskusikan seperti yang tadi teman-teman sampaikan gitu ya tujuan kita ini apa mungkin harus lebih clear lagi. Sama sekali jauhlah dari niat seperti itu, itu perlu digarisbawahi kembali. Kita siap pak, maksudnya siap justru untuk apa namanya fleksibelah gitu didalam konteks ini.

KETUA RAPAT:

Tadi belum fleksibelnya ke lima fleksibelnya ke empat belum, belum menentukan.

F-PG (Dr.Ir. HETIFAH SJAIFUDIAN, M.P.P.): Angka. Ya fleksibel untuk ngomong.

F-PG (DRS. AGUN GUNANJAR SUDARSA, Bc.IP, M.Si):

Pak Ketua, angka itu menjadi sangat relatif bagi kami, dan sangat fleksibel angka kami itu sebetulnya. Yang pasti tidak akan mungkin turun dari tiga setengah, itu satu pak. Angkanya berapa kami tidak akan utarakan dulu. Tapi prinsip sepuluh persen kami ingin menegaskan bukan semata-mata untuk mengeliminir. Kalau bicara mengeliminir oke, tidak boleh turun dari tiga setengah, artinya nda ada niat mengeliminir. Tapi bagaimana ada garansi jaminan parlemen yang efektif. Yang efektif itu indikatornya adalah jumlah fraksi yang semakin mengecil. Gitu saja catatannya pak. Nah kalau memang semua sudah bisa pada koridor pemahaman seperti itu, seperti Pak Yandi Susanto kita sudah cocok ini, cocok. Siapa tahu nanti Ibu cocok yang lain cocok, pemerintah cocok ya kita buat di ketentuan lain-lain. Parlementary threshold sekian, tapi ini tidak menjadi sebuah ketentuan fungsi

(20)

representatif fraksi di parlemen, bisa dibikin begitu. Untuk itu harus ada angka sekian, kan bisa gitu pak. Ini ini sajalah nda terlalu jauh lah mungkin. Bagaimana pemerintah.

F-PG (Dr.Ir. HETIFAH SJAIFUDIAN, M.P.P.):

Maaf pimpinan. Jadi …satu pengaturan gitu kita tidak paksakan untuk memutuskan angka didalam ronde ini, karena bisa jadi memang terkait antara satu dengan lain gitu. Kalau tujuannya itu tadi efektif oke ini bisa saja turun dengan catatan ini tetap atau ini menjadi seperti ini. Jadi tidak satu per satu diputuskannya. KETUA RAPAT:

Nah ini soal waktu saja ini ya. Mas Didik mau ngomong silahkan. F-PD (DIDIK MUKRIANTO, SH.,MH.):

Terima kasih ketua. Menarik ini perdebatannya walaupun belum substantif ya, tapi kami memang menentukan angka ini tentunya tujuannya jelas bahwa penyederhanaan partai kemudian memperkuat sistem ketatanegaraan kita ini menjadi tujuan kita bersama. Namun yang tentu kita harus cari titik temunya, rasionalitasnya adalah basis argumentasi yang tentunya ini juga kita bisa pertanggungjawabkan kepada partai kita masing-masing khususnya. Nah tadi menarik didalam perdebatan ada bicara mengenai masalah penyederhanaan partai melalui mekanisme parlementary threshold sama dihubungkan dengan parlemen threshold. Ada persoalan mendasar yang tentu juga menjadi bagian kita semuanya untuk kita perdalam adalah terkait dengan penyederhanaan dalam konteks threshold fraksi. Memang antara penyederhanaan partai sama penyederhanaan fraksi ini harus menjadi tarikan satu garis lurus, tidak bisa dipermudah kemudian threshold parlemennya sederhana kemudian fraksinya di sederhanakan dengan bergabung. Karena penggabungan fraksi dari berbagai elemen partai politik ini sesungguhnya bukan juga menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah. Justru saya melihat ini hanya melokalisir masalah yang belum tentu ketika beberapa partai bergabung didalam satu fraksi kemudian isunya secara nasional akan inline hingga akhir masa jabatan. Kadang-kadang politik sangat dinamis, setiap saat berubah kepentingannya juga berubah bahkan ada kepentingan-kepentingan yang sifatnya sangat segmented terhadap partai-partai, sehingga pengambilan di keputusan di fraksi ini juga sangat-sangat sulit buat kita, sehingga yang kita harapkan terjadi penyederhanaan atau solusi itu hanya sekedar melokalisir problem itu kepada problem fraksi. Memang saya setuju bahwa semangat untuk penyederhanaan partai ini harus inline dengan satu garis atau tarikan nafas dengan penyederhanaan di fraksi. Tapi bahwa terkait dengan angka saya masih belum menemukan rasionalisasi bahwa apa yang mendasari sebuah angka naik turun. Misalkan dari pemerintah menyampaikan naik empat naik lima, dasarnya apa. Tolong diberikan pemahaman kepada kami atau kami yang tidak mengerti atau mungkin kawan-kawan yang sudah paham tolong kami Fraksi Demokrat diberikan rasionalitas dasar pemikiran dari munculnya angka-angka itu sehingga argumentasi kita ini bukan hanya sekedar rumusan sebuah angka tapi utuh dengan rumusan sistem yang akan kita bangun kedepan, begitu pimpinan. Dan tentu kami juga tidak ingin mengambil keputusan Fraksi Demokrat dalam forum ini sebelum kami meyakini

(21)

betul alasan dan dasar pengambilan keputusan dengan basis keputusan di angka ini.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Baik, PDI Perjuangan. F-PDIP (Drs. SIRMADJI, M.Pd.):

Point kita Pak Ketua, jadi seperti tadi kami sampaikan bahwa itu kita adalah kita bersama-sama membangun mengkonsolidir demokrasi kita kedepan wabil khusus dalam konteks ini adalah bagaimana supaya partai itu sebagai instrumen perjuangan rakyat itu tidak diumbar begitu saja. Jadi ya ada proses untuk terus menerus memantapkan dirinya dan itu dikondisioning oleh suara rakyat. Maka PDI Perjuangan sudah bersyukur sekali kalau hari ini sudah ada peningkatan dari istilahnya pemerintah tadi harga dasar tiga lima sudah meningkat secara gradual, dan seingat saya perwacana diskursus argumen yang berkembang sejak munculnya gagasan dan norma parlementary threshold itu nawaitunya dinaikan secara gradual sesuai dengan pertimbangan perkembangan kemajuan demokrasi. Nanti kedepan tentu nda akan banyak lagi orang mendirikan partai-partai baru itu. Bahwa mungkin akan mendirikan lagi itu ada itu oke monggo silahkan karena itu merupakan hak yang dijamin oleh konstitusi. Tetapi orang tidak serta merta berani artinya memposisikan ini partai lalu ini iku Pemilu dan sebagainya karena ada pertimbangan kemungkinan untuk bisa mencapai parlementary threshold itu. Sebagaimana kita lihat ada partai-partai tetapi memang tidak ikut Pemilu tapi dia mengorganais perjuangan melalui di luar kancah Pemilu, biarkan nda apa-apa yang itu. Nah yang penting begitu ikut Pemilu itu ada rambu-rambunya dan alkhamdulillah sudah mengalami peningkatan. Jadi saya prinsipnya usulan kita lima tadi umpama nanti kita sepakat empat setengah seperti disampaikan PKS tadi atau empat, tapi kalau bisa misalkan empat setengah sampai lima itu nda apa-apa yang penting ada peningkatan. Jangan sampai kita ini tidak, ya usul kita lima tetapi andaikan yang penting peningkatan. Nah harapan kita lima, karena kalau lima ini dengan hitungan yang sudah sedemikian rupa tidak terlalu memberatkan tetapi seiring dengan kemajuan demokrasi yang telah tercapai sekarang ini.

Saya kira itu, terima kasih ketua. F-PD (DIDIK MUKRIANTO, SH.,MH.):

Izin Pak Ketua. KETUA RAPAT:

Pak Didik mau menambahkan lagi?

(22)

F-PD (DIDIK MUKRIANTO, SH.,MH.):

Nggih, sedikit Ketua saya lupa tadi menyampaikan. Bahwa memang penyederhanaan partai ini satu-satunya tidak hanya melalui parlementary threshold. Di satu sisi kita berbicara berdiskusi mengenai besaran parlementary threshold hanya dengan tujuan kita untuk menyederhanakan partai. Tapi kita lupa, bahwa bagaimana kemudian arus keinginan publik untuk membangun partai itu juga didasarkan kepada mekanisme pembentukan partai politik yang sedemikian mudah. Dan tentunya pendirian partai demikian mudah ini juga tidak terlepas dari konstitusi kita dan Putusan MK. Nah untuk itu tentu bahwa parlementary threshold ini kalau kita kemudian hanya berbicara mengenai penyederhanaan partai tentu ini butuh kajian lagi berdasarkan kajian historis kepemiluan kita. Kemudian didalam aplikasi lapangannya, karena percuma kita bicara parlementary threshold di satu sisi kemudian pembentukan partai politik ini juga semakin dipermudah maka ini akan berimplikasi panjang terkait dengan sistem ketatanegaraan kita. Kenapa saya sampaikan, kalau kita bicara di Undang-Undang Pemilu ini kemudian ada partai politik yang akan difasilitasi dengan APBN, begitu muncul berbagai banyak partai politik berapa APBN-nya akan digunakan untuk pengelolaan partai yang sudah lolos verifikasi atau sudah berbadan hukum, satu. Kedua, ketika ada partai baru kemudian bermunculan kemudian ikut kompetisi Pemilu sementara mereka juga mendapatkan suara yang nyata-nyata diamanahkan oleh rakyat meskipun jumlahnya juga tidak lolos threshold misalnya tiga setengah atau empat setengah. Kalau partai ini sedemikian banyaknya maka ini juga berimplikasi kepada legitimasi hasil Pemilu itu terkait dengan suara-suara yang diberikan rakyat kepada partai-partai yang lain. Nah tentu ini saya kembali ingin menegaskan bahwa ayo kita kaji lebih mendalam lagi bagaimana kemudian konteks penyederhanaan partai dalam mekanisme threshold itu betul-betul mentos seluruh level kepentingan-kepentingan politik itu.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Baik, masih ada Pak Viva silahkan. F-PAN (VIVA YOGA MAULADI, M.Si.):

Terima kasih Pak Ketua. Kalau parlementary threshold dari teorinya kan sebagai alat untuk menyederhanakan jumlah partai politik, tetapi di Pemilu 2014 tidak efektif karena dengan kenaikan PT dari dua setengah persen ke tiga setengah persen menambah jumlah satu partai politik, ya kan. Nah yang kedua, parlementary threshold tidak ada hubungannya dengan stabilitas politik pemerintahan karena stabilitas politik itu bukan ditentukan oleh jumlah partai politik tetapi karena adanya perbedaan idiologi dan koalisi yang ada di parlemen. Jadi parlementary threshold itu kalau menurut kami Pak Ketua itu dihubungkan dengan derajat keterwakilan. Semakin tinggi parlementary threshold maka akan menyebabkan jumlah suara sah tidak bisa dikonversi menjadi kursi. Jumlah suara sah tidak bisa dikonversi menjadi kursi. Itu akan menurunkan derajat keterwakilan, itu yang pertama. Tidak ada ukuran di takesbook berapa ideal prosentase masing-masing negara soal parlementary threshold karena itu adalah merupakan keputusan politik. Yang penting adalah bahwa bagaimana DPR itu bisa bekerja dengan baik. Kalau DPR bisa bekerja dengan baik dan efektif tentunya ada penambahan batas minimal

(23)

jumlah Anggota DPR di tiap-tiap partai. Kalau ada jumlah minimal batas minimal Anggota DPR di tiap-tiap partai maka konsekwensi logisnya parlementary threshold harus dinaikan, parlementary threshold harus dinaikan. Tetapi di satu sisi dengan kenaikan parlementary threshold itu menyebabkan tingkat derajat keterwakilan akan semakin menurun. Nah itu problemnya disitu, problemnya ya kan. Nah oleh karena itu mungkin ini perlu dikaji lebih mendalam lagi karena jangan sampai juga partai-partai politik yang telah mendapatkan kursi di DPR RI tetapi tidak memenuhi jumlah prosentase parlementary threshold kursinya hilang kemudian diperebutkan oleh partai-partai politik lain, dimana para pemilihnya tidak memilih partai itu, tetapi kursinya diperebutkan oleh partai politik lain. Ini salah satu persoalan yang mendasar menurut saya yang perlu di urai agar didalam menentukan batas prosentase parlementary threshold itu tidak menurunkan derajat keterwakilan tetapi kinerja para Anggota DPR di masing-masing fraksi itu bisa efektif dengan adanya penambahan jumlah anggota dalam batas minimal.

Kira-kira begitu Pak Ketua, terima kasih. KETUA RAPAT:

Pak, begini saya mencoba merekap saja dulu ya, merekap dulu yang tiga setengah itu PAN, Gerindra, PPP, dan mungkin Hanura karena Hanura kan nol sampai tiga setengah, ya Hanura. Yang nol kita buang dulu dari opsi ya, setuju? Setuju ya nol kita buang dari opsi.

F-PG (AGUNG WIDYANTORO, SH.,M.Si.): Jangandibuat tapi tidak menjadi pilihan. KETUA RAPAT:

Ya sama saja pak.

F-PG (AGUNG WIDYANTORO, SH.,M.Si.):

Jadi bukan kami membela Fraksi Hanura, kesannya beda kalau dibuang itu sekecil apapun itu pendapat.

KETUA RAPAT:

Ya oke, tidak menjadi pilihan nol ya. Jadi nol tidak menjadi varian, oke setuju? F-PD (DIDIK MUKRIANTO, SH.,MH.):

Ini ini untuk diketok berapa ketua, kita ngga ikut. KETUA RAPAT:

Ini begini Pak Didik, maksud saya kita ingin menyederhanakan dulu variannya supaya kita mudah nanti di

(24)

F-PG (AGUNG WIDYANTORO, SH.,M.Si.):

Ketua, ketua, ketua izinmenyela. Yang dimaksud tadi di ini meminta resening yang lebih dari pemerintah.

KETUA RAPAT:

Coba ini kita kembalikan kepada pemerintah. F-PG (AGUNG WIDYANTORO, SH.,M.Si.):

Bukan sebelum diambil itu pemerintah memberikan resening dulu, karena dirasa masih kurang, begitu loh. Kamipun juga tadi mendengarkan kalau selama ini tiga setengah untuk peningkatan ya kita tiga setengah sampai lima. Lah ini rubahnya angka-angka ini ada penjelasan yang kira-kira bisa diterima oleh kita gitu.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Pokoknya setelah ini janji saya ini akan kita kasih pemerintah untuk menjelaskan.

F-PD (DIDIK MUKRIANTO, SH.,MH.):

Pak Ketua mohon izin, ini sikap Demokrat. Kalau memang ini diputuskan didalam sebuah keputusan ini kita tidak ingin ikut didalam keputusan ini tapi kita pasti endingnya bahwa keputusan akan dibahas di Panja dan keputusan yang lain, tapi tidak untuk diputuskan dalam forum hari ini, itu sikap kami.

KETUA RAPAT:

Iya memang ini tidak mengambil keputusan pak, ini kita merekap ini, kita merekap memetakan tiga setengah itu PAN, Gerindra, PPP, karena Hanura ngga hadir tapi dalam usulannya itu tiga setengah dia oke, ya. Nah kemudian nol tidak ada yang mengusulkan gitu selain Hanura, ya tidak ada yang mengusulkan. Kemudian empat, empat itu tidak ada yang mengusulkan ini, kita buang saja yang opsi empat itu tidak ada yang mengusulkan, begitu. Nah empat setengah PKS tadi. F-PKS (DRS. H. AL MUZAMMIL YUSUF, M.Si):

Tiga setengah PKS. KETUA RAPAT:

Tiga setengah.

(25)

F-PKS (DRS. H. AL MUZAMMIL YUSUF, M.Si):

Sebentar pimpinan. Ya kami dalam ranges DIM kami tiga setengah, pemerintah menawarkan empat sampai lima maka tadi kami katakan tiga setengah sampai lima oke. Pemerintah menyampaikan empat sampai lima. Oleh karena itu ranges kami tiga setengah sampai empat setengah, ranges kami, itu ranges.

KETUA RAPAT:

PKS di tiga setengah.Ya berarti dikit juga PKS, di empat setengah dibikin juga PKS. Nah kemudian di lima PDIP konfirm di lima bisa turun ngga, tawar turun. Atau di empat setengah mau disebutkan juga PDIP oke. Oh begitu saja, oke. Kemudain Nasdem, oh PKB, PKB masuk lima, boleh masuk empat setengahlah juga PKB. Jadi ini pilihannya boleh dua pak, boleh satu boleh dua pilihannya. Tiga setengah mau ngga PKB, nah tiga setengah muncul juga PKB. Nah biar kita variannya itu sederhana jadi enak nanti.

F-NASDEM (JOHNNY G. PLATE, SE.):

Kalau PKB tiga setengah sampai lima, Nasdem juga mau ngusung, tujuh sampai sepuluh.

KETUA RAPAT:

Di sepuluh, di sepuluh munculkan Nasdem. Bang Johnn, itu serius ngga usulannya. Golkar, Golkar, Golkar bagaimana Golkar. Tujuh masuk juga, wah ini memang sudah koordinasi, koordinasi dengan SP sudah lumayan ini sepertinya. Ini pak ya variannya lima ya, setuju pak?. Oke silahkan pemerintah untuk memberikan pertimbangan.

PEMERINTAH/MENDAGRI:

Ketua, Wakil Ketua dan Bapak Ibu sekalian yang saya hormati mewakili para fraksi. Secara prinsip saya kira kita semua sepakat untuk memperkuat sebuah sistem. Saya ambil pointnya saja, kalau menguraikan kebanyakan intinya sama tadi saya rangkum, satu. Tetapi juga dalam proses pengambilan kebijakan politik pembangunan di DPR ini juga harus konsisten. Pengertian konsisten itu juga bermacam-macam, mulai fraksi yang sudah disepakati tadi mau di MD3. Saya pernah jadi ketua fraksi mohon maaf ada satu anggota fraksi kami dari PPP, ya sah bergabung, tapi repot karena fraksi itu kan perpanjangan tangan partai. Ini anggotanya ada partai lain, yaitu dulu putranya Pak Jon Naro, si siapa namanya siapa J Naro ya itu dulu pernah dia anggota fraksi saya tapi repot. Memperkuat sistem presidensil tadi maksudnya belum saya nunggu rekap supaya kebijakan politik pemerintah pusat itu jelaslah dalam konteks dengan kemitraan dengan DPR disini. Toh apapun yang berkaitan dengan kebijakan politik anggaran, kebijakan politik legislasi ya dengan DPR, disamping fungsi pengawasan DPR itu harus menjadi kata kunci disini, itu clear. Nah yang ketiga untuk semua ini tadi Pak Yandri sudah menguraikan panjang, pemerintah kalau mau enaknya pemerintah ya, ya maunya bisa ikut Nasdem atau ikut Golkar selesai, itu kasarnya. Tapi kan apakah ini kan, ini kan proses, kita baru 71 tahun, Amerika sudah berapa ratus tahun merdeka,

(26)

kan juga menunjukan ke proses, satu. Yang menentukan itu bukan kita-kita ini bukan partai politik, rakyat pemilih. Dia mau dapat berapa persenpun itu yang menentukan rakyat, ini demokrasi kita. Nah dalam konteks ini peningkatan kualitas ini penting tapi nasional ya. Kalau daerah tidak tadi kalau berbagai macam. Soal fraksinya diatur bergabung silahkan bergabung untuk lebih efektifnya jalannya pemerintahan. Kalau tidak fraksi terbesar dengan satu fraksi yang anggotanya hanya dua mohon maaf itu haknya sama, panggungnya sama. Kalau ke luar negeri ya sama semua. Bayangkan yang fraksi besar khususnya Golkar, PDI atau yang lain ngantri untuk bisa ikut setahun sekali tapi yang kecil itu bisa setiap … gitu loh. Ini kan apakah ini adil ya saya kira yang mengatur ya yang terhormat Bapak-Bapak Ibu Anggota DPR sendiri dalam kontesi MD3-nya itu. Jadi ini jadi soal fraksi kami sependapat tapi ini sistemnya nasional, jadi saya mengutip Pak Sirmadji kearifan lokal dan sebagainya ini supaya bisa lebih terangkat, tapi juga kekhawatiran partai lokal juga saya kira akan tidak yang tadi dari PKS. Jadi kami mengambil jalan tengah, harga dasar kan tiga setengah masa kita maru terus-terusan harga dasar ini kan, yang ini kita lima tahun loh lima tahun jumlah penduduk hendaknya lima tahun mungkin kurs rupiah juga harus tinggi dan sebagainya dan sebgainya ya inflasi tantangan masyarakat dan sebagainya ini kan ya idealnya naiklah gitu saja. Nah makanya pemerintah fleksibel di empat sampai lima, ya monggo terserah.

F-NASDEM (JOHNNY G. PLATE, SE.):

Bukan saja relatif rendah luar biasa inflasinya. PEMERINTAH/MENDAGRI:

Saya kira demikian Pak Ketua jadi ini kalau pendapat semua yang terhormat dari masing-masing fraksi kalau dirangkum intinya sama. Di kata kuncinya Pak Yandri itu kan kita ngga ingin mematikan. Yang sepuluhpun juga tidak ingin mematikan kan masih fleksibel kok, gitu loh Nasdem juga sama, hasil survey juga sama, tadi yang disampaikan Gerindra juga oh naik terus. Kalau mau nego kan sudah ikut-ikut kan ngga juga, begitu. Jadi ini pak.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Menteri. Ini kita kembali untuk menyederhanakan varian ya. Ini kan yang Golkar sama Nasdem ini sama ini, ya sama di tujuh sama bisa dirunding ngga berdua ini pilih yang mana gitu. Itu dulu, kan ngga mungkin kita bikin PT-nya itu dalam undang-undang tujuh sampai sepuluh, kan ngga mungkin. Pasti memilih tujuh atau sepuluh, gitu. Bisa ngga berunding ini dua ini, ya Golkar sama Nasdem mumpung sama loh ini ya, jadi opsi kita tinggal empat, mudah kita paripurna opsi tinggal empat.

F-NASDEM (JOHNNY G. PLATE, SE.):

Betul Pak Ketua justru yang berunding itu yang tersisanya, mau ngga naik ke atas. Yang lima empat, nda kalau

(27)

KETUA RAPAT:

Kalau yang tiga setengah, empat setengah, lima ini kan variannya terlalu banyak ini partai-partai pendukungnya ini ya. Jadi susah kita menyatukan.

F-NASDEM (JOHNNY G. PLATE, SE.): Justru kami bertanya pada PDI. KETUA RAPAT:

Demokrat masuk kemana?Nah Demokrat masukan tiga setengah. F-NASDEM (JOHNNY G. PLATE, SE.):

PDIP sama PKB bergabung ke tujuh ngga, itu juga perlu ditanya. PDIP dan PKB bergabung ke tujuh ngga, itu pertanyaannya juga Pak Ketua. Untuk lebih menyederhanakan supaya jangan terlalu

KETUA RAPAT:

Sekarang pertanyaannya PDIP dulu ya, mau ngga bergabung di tujuh. F-PDIP (Drs. SIRMADJI, M.Pd.):

Jadi ini bukan soal mau bergabung, tetapi kalau berdasarkan evaluasi PDI Perjuangan, ini kebetulan PDI Perjuangan alkhamdulillah punya wakil semua daerah sehingga kita bisa melihat Insya Allah kalau lima naik menjadi lima itu partai-partai itu memang ada partai yang harus jungkir balik itu iya tetapi masih dalam daya jangkau. Artinya kalau beliau kerja keras itu Insya Allah akan leeding dengan lima itu. Kira-kira begitulah.

KETUA RAPAT:

Jadi ngga mungkin Pak Johnny. PDIP ngga mungkin naik tujuh. PKB ngga ada opsi tujuh pak.

F-NASDEM (JOHNNY G. PLATE, SE.): Ditawar untuk ke tujuh dari lima, jangan KETUA RAPAT:

Bu bu bagaimana Ibu Siti Masrifah, mau naik tujuh ngga. F-PKB (Dra. Hj. SITI MASRIFAH, MA):

Saya …tadi tiga itu. Tiga setengah, empat setengah atau lima. Kalau ditanya di awal kan kita sudah diposisi lima itu, tapi karena tadi pemerintah mengusulkan boleh ransnya sampai empat sampai ke lima maka kita masih bisa turun di empat

(28)

setengah begitu. Tapi Pak Ketua memberikan informasi katanya kalau sampai tiga setengah masih bisa, oke saya ngikut saja sama Bapak.

KETUA RAPAT:

Oh begitu, tinggal pertanyaan Pak Johnny. F-NASDEM (JOHNNY G. PLATE, SE.):

Mengapa saya bertanya, saya tidak hanya sekedar bertanya kepada PKB, karena ada kabar burungnya, ada kabar burungnya. Nah saya minta konfirmasi kabar burungnya itu, itu maksudnya pertanyaannya.

KETUA RAPAT:

Jangan lempar-lempar. Nah sekarang apa ini dulu, supaya, tapi ngga apa-apa kalau mau lima opsi ini kita majukan lima opsi, tapi kan yang tujuh dan sepuluh ini layak ini untuk disatukan ini, ya layak untuk disatukan ini.

F-PG (Dr.Ir. HETIFAH SJAIFUDIAN, M.P.P.):

Saya mau menyatukan jika kita bertiga dengan Nasdem dan PKB. Apalagi kalau ada PDI.

KETUA RAPAT:

Tapi masuk di tujuh juga ngga apa-apa, jadi sepuluh kita hilangkan ya. PKB masuk di tujuh, ya PKB masuk tujuh, sepuluh kita hilangkan, setuju?

F-NASDEM (JOHNNY G. PLATE, SE.):

Nasdem tinggal minta Golkar untuk konfirmasi ke Slipi saja sudahlah kita sama-sama senasib sama Golkar, sama Nasdem, PKB, PDIP itu tujuh juga.

F-PG (Dr.Ir. HETIFAH SJAIFUDIAN, M.P.P.):

Begini pak, mungkin ngga harus diputuskannya sekarang pak, tapi Insya Allah.

KETUA RAPAT:

Ini memang tidak kita putuskan sekarang, Cuma kita menyederhanakan opsi supaya kita lapornya juga mudah gitu. Lapor ke atas kita mudah pak, ini tinggal empat ini, aku pilih yang mana gitu. Tadi Bu Hetifah menawarkan PKB, kalau PKB mau nggabung tujuh, sepuluh ngga apa-apalah kita mundur di tujuh Golkar gitu. Inflasi rendah ini. Jadi opsi yang sepuluh persen kita ini kita delete gitu.

F-NASDEM (JOHNNY G. PLATE, SE.): Kayaknya PDIP juga tujuh itu ya.

(29)

KETUA RAPAT:

Bagaimana Pak Agun. Ini tawarannya Ibu Hetifah tadi, Bu Hetifah menawarkan oke Golkar bisa turun tujuh asal PKB ikut di tujuh katanya, ngga apa-apa kita oke. Pak Agun silahkan.

F-PG (DRS. AGUN GUNANJAR SUDARSA, Bc.IP, M.Si):

Ya, jadi kami di Golkar ini solid sekali pak kompak. Untuk menurunkan sepuluh persen ini memang konsisten dengan pembahasan dalam perdebatan ini. Jadi kalau mau ada penyederhanaan lebih konkret itu lebih mendekatilah. Jadi kami oke tujuh persen tapi sedapat mungkin yang angka lima persennya PDI dan PKB itu gabung dengan kami pak gitu. Jadi biar jadi naik ke tujuh semua, nah sehingga pilihannya itu menjadi semakin mendekatilah. Karena sesungguhnya buat kami itu tetap penguatan parlemen itu sesuatu yang sangat signifikan sepuluh persen itu pak, tapi kan tidak mungkin kami juga tidak kompromi maka kami mengatakan kami siap kompromilah. Nah kami berharap oke tujuh persen kalau misalkan PDIP pun dengan PKB yang minta lima itu bisa naiklah bersama dengan kami.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Ini menarik ini rundingannya ini. Iya ini harus apa dibawah tingkat wali menterjemahkan semuanya ini.

F-PD (Ir. FANDI UTOMO):

Tapi diantara semua pilihan itu ketua yang paling ngga jelas PKB itu. Tiga setengah iya, empat setengah iya, ikut Pak Tjahjo iya, ikut pak anu iya.

F-GERINDRA (SUPRATMAN ANDI AGTAS, SH.,MH.):

Tapi benar yang dibilang Pak Johnny tadi, ini yang harus dijawab oleh Pak Ketua. Kalau kabar-kabar tadi, nah ini menandakan memang ada kabar sesuatu ini yang PKB ini harus dijawab sama Pak Ketua.

KETUA RAPAT:

Ini sudah terilis ini. Nah inilah rilisnya ini. Dari pilihan kita tinggal tiga setengah, empat setengah, lima dan tujuh ya, setuju?

(RAPAT : SETUJU) Oke setuju.

Sudah ini kita endapkan, kita endapkan kita serahkan ini ke Panja setuju? (RAPAT : SETUJU)

(30)

Nah sudah pak. Itu yang nol persen jangan diketik lagi, langsung saja opsinya A, B, C dan D. Kemudian Pansus mendelegasikan kepada Panja untuk mengambil keputusan. Iya kan gitu kan, ya oke.

Kita lanjutkan ya satu lagi ya. Ini mudah-mudahan sebelum Maghrib sudah selesai semua ini kita Pansus ini.

Berikutnya metode konversi suara ke kursi. Tenang saja Pak Rambe pokoknya aspirasi Pak Rambe sudah kita penuhilah ini. Metode konversi suara ke kursi, Pasal 394 dan Pasal 399. Hampir semua kecuali PDI Perjuangan ya kecuali PDI Perjuangan sesuai konsep pemerintah sementara yang lain mengusulkan perubahan-perubahan. Silahkan kita mulai dari atas lagi, oh tadi dari atas ya sekarang dari bawah ya, dari bawah. PPP silahkan PPP. Silahkan Pak Amirul, halaman 16.

F-PPP (DR. H. Mz. AMIRUL TAMIM, M.Si.):

Kalau PPP saya kira dengan menggunakan bilangan pembagi pemilih, membagi jumlah suara sah Parpol dengan jumlah kursi di Dapil seperti Pasal 399. Setelah ditetapkan angka BPP itu ditetapkan perolehan kursi dengan ketentuan apabila sama atau lebih besar dari BPP maka dalam penghitungan tahap pertama diperoleh jumlah sejumlah kursi dengan kemungkinan ada sisa suara untuk dihitung tahap kedua. Apabila jumlah suara lebih kecil dari BPP maka tahap pertama tidak memperoleh kursi. Jumlah suara dikategorikan sebagai sisa suara yang akan dihitung pada tahap kedua apabila masih terdapat sisa kursi. Kemudian penghitungan tahap kedua dengan cara membagikan sisa kursi yang belum terbagi kepada satu demi satu berturut-turut hingga habis dimulai dari Parpol yang mempunyai sisa suara terbanyak. Dalam hal sisa suara jumlahnya sama kursi diberikan kepada Parpol yang persebarannya lebih banyak. Kemudian kalau calon terpilih … berdasarkan suara memperoleh suara terbanyak dalam hal terdapat atau dua atau lebih calon dengan perolehan suara yang sama. Penentuan berdasarkan persebaran perolehan suara pada Dapil dengan mempertimbangkan keterwakilan perempuan. Dalam hal calon yang memenuhi ketentuan berupa jumlah kursi dari jumlah kursi yang diperoleh Parpol kursi yang belum terbagi diberikan kepada calon berdasarkan perolehan suara terbanyak. Artinya PPP memilih tetap perhitungan yang seperti kemarin, yang tiga tahap itu.

Saya kira demikian pimpinan. KETUA RAPAT:

Seperti Pemilu 2014 ya, tidak ada perubahan. Baik kemudian atas paling atas PDI Perjuangan.

F-PDIP (Drs. SIRMADJI, M.Pd.):

PDI Perjuangan mendukung usulan pemerintah, karena menurut pandangan PDI Perjuangan itu sudah cukup bagus mengambil pelajaran dari berbagai hal yang terjadi di masa yang lalu. Saya kira itu. Sebenarnya kita punya pandangan waktu proses menentukan sikap ini diskusi panjang lebar ada alternatif-alternatif yang

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRACT : Information technology has become a staple in everyday life, hence the good media informatics is needed to help smooth in getting the information. The

Menimbang bahwa berdasarkan fakta yang terungkap dalam Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan para Terlapor telah bersepakat untuk menaikan tarif bus kota Patas AC dari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, apakah buah mangrove dari jenis Bruquiera gymnorrhiza bisa di manfaatkan menjadi salah satu bahan dalam pembuatan pakan ikan, dan

[r]

Bersama ini dib€ritahukan bahwa berdasarkan Penetapan Hasil Negosiasi Teknis dan Harga No.11.15fIAp- NEGO/PJJP/PU/2015, tanggal 30 Juni 2015 untuk pekerjaan tersebut

Dari data yang ditunjukkan di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan bernyanyidapat meningkatkan kemampuan anak dalam penguasaan kosa kata bahasaInggris jika kegiatan bernyanyi

Namun subkultur dari eksplan yang berasal dari media yang mengandung TDZ 3,0 mg/1 ke media yang mengandung konsentrasi TDZ yang sama menunjukkan jumlah tunas yang

Profil petani responden yang akan diuraikan adalah: (1) Struktur umur petani responden, (2) Tingkat pendidikan petani responden (3) Pengalaman usahatani petani