• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENTERINEGARA PEMBANGUNANDAERAHTERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA KEYNOTE SPEECH: "PENGEMBANGAN PULAU-PULAU TERDEPAN SEBAGAI BAGIAN DARI KEDAULA TAN NKRI"

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENTERINEGARA PEMBANGUNANDAERAHTERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA KEYNOTE SPEECH: "PENGEMBANGAN PULAU-PULAU TERDEPAN SEBAGAI BAGIAN DARI KEDAULA TAN NKRI""

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

MENTERINEGARA

PEMBANGUNANDAERAHTERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA

KEYNOTE SPEECH:

"PENGEMBANGAN PULAU-PULAU TERDEPAN SEBAGAI BAG IAN DARI KEDAULA TAN NKRI"

Oleh:

Ir. H. A HELMY FAISHAL ZAINI

Dibawakan pada acara :

Seminar Nasional Pulau-Pulau Terdepan Sebagai Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia

(2)

MENTERI NEGARA

PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA

Yth. Sdr. Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

Yth. Sdr. Rektor Universitas Gadjah Mada; Yth. Sdr. Dekan Fakultas Geografi

Universitas Gadjah Mada;

Yth. Para Undangan Instansi/Lembaga Pemerintah PusatlDaerah;

Yth. Himpunan Mahasiswa Jurusan SIG PW Fak. Geografi UGM;

Yth. Para civitas akademika Universitas Gadjah Mada;

Yth. Para hadirin peserta Seminar Nasional yang kami muliakan.

(3)

Assalaamu

'Alaikum

Warahmatullahi

Wabarakatuh,

Selamat pagi,

Salam Sejahtera untuk kita semua,

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwata'ala Tuhan Yang Maha Kuasa, atas izinNya pada hari ini kita dapat berkumpul

bersama-sama dalam Seminar Nasional

Pulau-Pulau Terdepan Sebagai Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pengembangan Pulau-Pulau Terdepan Sebagai Bagian Dari Kedaulatan NKRI. Suatu

kebahagiaan bagi saya untuk dapat hadir dan bergabung di acara yang kali ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan SIG PW Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Saya merasa gembira dapat hadir di tengah seluruh civitas akademika UGM, khususnya seluruh mahasiswa Fakultas Geografi

(4)

melalui Himpunan Mahasis\.~/a Jurusan SIG PW yang membidani terselenggaranya acara ini.

Sebelum saya masuk ke dalam inti seminar nasional ini, dapat saya deskripsikan bahwa Daerah Tertinggal adalah Daerah Kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Faldor penyebab ketertinggalan suatu daerah dapat disebabkan, antara lain, oleh: Geografis, letak daerah yang bersangkutan relatif sulit dijangkau;

Sumber Daya Manusia,

tingkat pengangguran yang tinggi, tingkat

kesehatan dan pendidikan dan keterampilan yang relatif rendah serta kelembagaan adat yang

belum berkembang; Sumber Daya A/am,

terbatasnya potensi sumber daya alam, sebagian besar merupakan kawasan lindung, dan pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan; Sarana dan Prasarana, ketersediaan sarana dan prasarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan dan pendidikan relatif terbatas;

(5)

alam; gempa, tanah longsor, kawasan lindung, daerah konflik dan sebagainya;

Kebijakan

pembangunan, kebijakan yang kurang tepat kepada daerah, kesalahan pendekatan dan prioritas pembangunan, serta tidak dilibatkannya kelembagaan masyarakat dalam pembangunan.

Penetapan daerah tertinggal sebagaimana dimaksud di atas, menggunakan pendekatan berdasarkan pada perhitungan 6 (enam) kriteria dasar, yaitu:

perekonomian masyarakat,

sumberdaya manusia, infrastruktur, kemampuan

keuangan lokal, aksesibilitas dan karakteristik daerah, serta berdasarkan kabupaten yang berada di daerah perbatasan antar negara dan

gugusan

pulau-pulau

terpencil

dan terluar/terdepan, daerah rawan bencana, dan daerah rawan konflik. Ke-6 kriteria ini diolah

dengan menggunakan data

Podes,

Susenas

dan data

keuangan

kabupaten. Berdasarkan pendekatan tersebut, maka ditetapkan 183 kabupaten yang dikategorikan sebagai kabupaten tertinggal, termasuk didalamnya 34 daerah

(6)

otonom baru yang merupakan hasil pemekaran dari kabupaten tertinggal periode 2005

-

2009,

dengan sebaran 70 0,10berada di kawasan timur

Indonesiadan 30 % di kawasanbarat Indonesia. Jika dibagi lagi secara stJesifik terdapat 15 kabupaten wilayah perbatasan (dari 27 kabupaten) dengan 53 pulau terluar/terdepan dan 7 kabupaten wilayah non perbatasan (dari 156

kabupaten) dengan 13 pulau terluar/terdepan.

Untuk mengurangi laju kesenjangan antar daerah, berdasarkan prioritas nasional RPJM Nasional 2010

-

2014 terdapat 11 prioritas nasional, di mana prioritas kesepuluh adalah untuk penanganan daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca konflik, memperbaiki iklim usaha dan iklim investasi, serta mengembangkan kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi, maka KPDT menyusun strategi dan kebijakan membangun daerah tertinggal terutama di daerah pulau-pulau terpencil dan terluar/terdepan, daerah perbatasan, dan wilayah strategis yang dilaksanakan melalui empat acuan strategi yaitu:

(7)

1. Peningkatan kapasitas kegiatan ekonomi melalui peningkatan arus investasi, ketersediaan infrastruktur, ketersediaan 8DM yang kompeten dan peningkatan birokrasi yang efisien

(pro growth);

2. Peningkatan kapasitas produksi melalui pengembangan komoditas primer, peciptaan nilai tambah, infrastruktur desa, 'dan ketersediaan 8DM yang kompeten (pro

job);

3. Peningkatan pemberdayaan masyarakat, perbaikan kesejahteraan tenaga kerja, dan mendorong ketersediaan infrastruktur pelayanan dasar

(pro poor);

4. Memperhatikan masalah lingkungan hidup yang berkelanjutan melalui strategi pro-environment.

Berdasarkan misi ketiga RPJM Nasional 2010

-

2014, adalah memperkuat dimensi keadilan di semua bidang, dengan mengembangkan wilayah tertinggal dalam satu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang

(8)

sinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrasi, tetapi lebih pada keterkaitan mata rantai proses industri dan distribusi, serta melaksanakan afirmasi pada wilayah tertinggal, perbatasan, dan pulau-pulau terluar/terdepan.

Adapun sasaran pembangunan daerah tertinggal kurun waktu 2010 - 2014, adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal sebesar 6,5% pada tahun 2010 menjadi 7,10/0 pada tahun 2014, mengurangi penduduk miskin di daerah tertinggal dari 18,8% tahun 2010 menjadi 14,2°,10 pada tahun 2014, dan meningkatnya IPM dari 67,7 pada tahun 2010 menjadi 72,2 pada tahun 2014, serta berkurangnya pengangguran di daerah tertinggal sebesar 2,20/0per tahun.

Para undangan yang terhormat,

Sebagaimana diketahui, di dalam amandemen UUD 1945 pasal 25A mengisyaratkan bahwa Negara Kesatuan

(9)

Republik Indonesia adalah sebagai suatu Archipelagic State. Suatu wilayah dengan luas laut mencapai 5,8 juta km2 atau % dari total wilayah Indonesia dengan ditaburi 17.508 buah pulau dan panjang garis pantai 95.200 km, Indonesia di anugerahi segudang kekayaan sumberdaya alam khususnya sumberdaya kelautan dan perikanan yang luar biasa potensinya. Sebagai ilustrasi, semua orang mengenal lagu berikut ini yang mencerminkan jiwa kebaharian dan kedinamisan yang tiada henti yang terpatri erat di setiap dada pemuda Indonesia.

Nenek moyangku orang pe/aut

Gemar mengarung luas samudra

Menetjang ombak tiada takut

Menempuh badai sudah biasa Angin bertiup layar terkembang

Ombak berdebur di tepi pantai Pemuda b'rani bangkit sekarang Ke laut kita berame-.i-ramai

(10)

Oari sumberdaya kelautan tersebut, setidaknya terdapat 10 kegiatan sektor ekonomi kelautan dan perikanan, diantaranya: (1) perikanan tangkap, (2) perikanan budidaya, (3) industri pengolah hasil perikanan, (4) industri bioteknologi kelautan, (5) pertambangan dan energi, (6) pariwisata bahari, (7) tranportasi dan

komunikasi laut, (8) pembangunan'pulau-pulau

kecil, terpencil dan terluar/terdepan, (9) industri dan jasa maritim, dan (10) pendayagunaan sumberdaya non-konversional.

Namun demikian, hingga kini, Indonesia masih tergolong ke dalam negara berkembang dengan GNP US$3.000 per kapita (Malaysia US$12.000 dan Thailand US$5.000), angka pengangguran dan kemiskinan tinggi, utang negara besar, dominasi asing dalam ekonomi nasional, daya saing ekonomi rendah, IPM rendah, dan lingkungan yang semakin rusak. Sebuah irani, dengan SOA yang berlimpah, penduduk terbesar keempat di dunia, posisi geo-politik dan geo-ekonomi yang strategis,

(11)

setidaknya Indonesia Singapura, Malaysia, economies lainnya.

harus sejajar dengan China dan emerging

Limpahan anugerah tersebut, Indonesia memiliki keunggulan mega-biodiversity di dunia. Keunggulan komparatif tersebut, sejatinya mampu menjadi keunggulan kompetitif, menjadi Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur sesuai UUD 1945 pasal 33 ayat 3.

Pada konteks lain, hakikat Archipelagic State adalah kenusantaraan, yaitu suatu kesatuan wilayah pulau-pulau dan laut sebagai ruang hidup dan pusat aktivitas manusia, baik dari sisi pembangunan ekonomi, sosial, budaya,

politik, hukum dan keamanan.

Sebagai perwujudan dari hasil dua peristiwa besar bersejarah, yakni Deklarasi Djoeanda 1957 serta UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) 1982, yang secara prinsipiil butir-butir keputusan yang

(12)

tertuang dalam dua peristiwa besar tersebut mewajibkan negara-negara yang memiliki ciri khas kepulauan, salah satunya Indonesia, dalam melaksanakan pembangunan pendekatan yang dilakukan adalah berbasis kepulauan (archipelagic), baik dari sisi daratan maupun lautan (landward and seaward oriented development) secara simultan dan proporsional.

Terdapat dua mainstreaming yang perlu dilakukan oleh bangsa ini untuk membangun Indonesia seutuhnya sebagaimana disebutkan di atas, karena pada hakekatnya pembangunan adalah suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (development is not a static concept. but it is continuoslv chanaina). Pembangunan mengusung aspek koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan yang komprehensif, terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah, yang diartikan bahwa

(13)

pembangunan hendaknya berorientasi pada keberagaman dalam seluruh aspek kehidupan dalam mencapai pemenuhan aSDirasiyang paling manusiawi, yang berarti pembangunan harus berorientasi kepada solusi pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral serta etika.

Untuk itu KPDT melakukan berbagai langkah dan upaya melalui fungsi koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi antar Kementerian/Lembaga dan stakeholders terkait dalam penanganan, pengelolaan, dan pembangunan pulau-pulau kecil, terpencil, terluar/terdepan secara terpadu dan komprehensif. Hal ini sejalan dengan spirit yang tertuang di dalam Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil TerluarlTerdepan yang jumlahnya 92 pulau dan tersebar di 20 provinsi di 41 kabupaten yang menjadi titik batas dengan negara-negara Malaysia, Papua Nuigini, Timor Leste, India, Thailand, Vietnam, Singapura, Filipina, Palau, dan Australia atau dengan perairan internasional.

(14)

Untuk menyatakan keberadaan pulau-pulau terluar/terdepan tersebut, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono

menegaskan bahwa

setiap

pulau

pada

hakekatnya merupakan sebuah tonggak yang menyambungkan tonggak-tonggak lainnya menjadi IIpagar keliling rumah" kita. Pulau-pulau ini adalah Ilpagar terdepan" sekaligus

I'beranda depan" wilayah kehidupan bangsa dan negara Indonesia.

\

Sebagai contoh, Provinsi Sulawesi Utara mempunyai pulau terluar/terdepan, yang tersebar di tiga (3) kabupaten, yaitu : Pulau Bangkit, Manterawu, Makalehi, Kawalusu, Kawio, Marore, Batubawaikang, Miangas, Marampit, Intata, dan Pulau Kakarutan. Sebagai catatan Pulau Miangas yang masuk kedalam wilayah administrasi kabupaten Talaud, adalah pulau terluar/terdepan yang secara de jure masuk kedalam wilayah Indonesia. Namun demikian, jarak yang sangat dekat dengan negara Filipina menyebabkan pemenuhan kebutuhan pokok

(15)

sehari-hari lebih didominasi oleh produk-produk negeri jiran tersebut, yang

pada

akhirnya dikhawatirkan dapat menyebabkan degradasi ideologi masyarakat setempat lebih berpihak kepada negara tetangga tersebut. Hal tersebut seharusnya menjadi pokok perhatian yang serius agar peristiwa Sipadan dan Ligitan, maupun Ambalat serta persoalan batas laut antara Indonesia dan Malaysia yang baru-baru ini terjadi di wilayah Kepulauan Riau tidak terulang kembali.

Saudara-saudara

peserta

seminar

yang

berbahagia,

Seminar Nasional yang diselenggarakan saat ini merupakan momentum penting karena sejalan dengan komitmen kita bersama, bahwa dalam proses .perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dibutuhkan adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan konsolidasi antar sektor dan daerah secara berkelanjutan dan komprehensif.

(16)

Kita menyadari penanganan kesenjangan wilayah membutuhkan komitmen yang kuat dan kerja keras yang berkesinambungan, mengingat agenda penyelesaian kesenjangan tidak dapat diselesaikan dalam tempo yang relatif singkat. Dalam hal ini dibutuhkan kebijakan, strategi dan program/kegiatan yang bersifat jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek.

Seperti diketahui bahwa dalam kebijakan pengembangan wilayah yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, telah ditetapkan Fokus Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal adalah :

1. Pengembangan daerah tertinggal dapat dilakukan dengan strategi pokok sebagai berikut:

Setiap daerah harus menentukan sektor unggulan;

a. Pembangunan sumberdaya manusia disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam lokal dan sesuai dengan standar industri;

\

(17)

b. Pengembangan komoditas unggulan secara terfokus dan berkelanjutan;

c. Pemberian insentif fisik dan nonfisik bagi pengembangan sektor/komoditas unggulan, diantaranya berupa keringanan pajak dan retribusi, pembangunan prasarana dan sarana, kemudahan perijinan, dan kepastian hukum;

d. Meningkatkan produktivitas untuk menciptakan daya saing daerah;

e. Membangun alur pasar yang jelas, terutama UMKM, melalui perantara perusahaan besar.

2. Fungsi Pemerintah adalah melakukan pemihakan kepada yang lemah, sehingga pembangunan tidak sekedar bersifat market-driven, untuk itu diperlukan instrumen untuk mengkoordinasikan program dan anggaran dalam pengembangan daerah tertinggal, yang diantaranya dapat melalui peningkatan kerjasama antardaerah, sesuai PP Nomor 50 Tahun 2007, yang diperlukan untuk

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi adanya senyawa flavonoid secara KLT pada ekstrak metanol rimpang lempuyang gajah dilakukan dengan fase diam selulosa" fase gerak asam aseiat: air (30:70)

Dari pandangan Winarno di atas tentang pengaruh implementasiatau penerapan kebijakan SOP dalam organisasi ini, diketahui bahwa implementasikebijakan SOP dalam organisasi

Hak atas kekayaan intelektual mencakup dua konsep besarm yaitu Hak Cipta ( copyright ) dan hak paten yang diatur secara terpisah. Istilah intelektual dalam HAKI

Pada penelitian kali ini, dapat dilihat bahwa, sikap seorang user dalam menggunakan suatu aplikasi pada pekerjaannya hanya dipengaruhi oleh dari manfaat aplikasi (PU) tersebut

melakukan penelitian dengan judul Pengintegrasian Multimedia untuk Meningkatkan Kualitas Perkuliahan Riset Operasi di Jurusan Matematika2. Kami menyambut gembira usaha yang

Dari gambar 3 terlihat bahwa tebal lapis ulang dengan menggunakan Bina Marga Metoda Lendutan Pd.T-05-2005-B memiliki nilai yang cenderung lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan

Salisilamid tidak disuntikkan karena sudah dapat diprediksi akan memberikan puncak dengan t R yang lebih jauh dari kofein karena kepo- larannya yang ada di bawah kofein,

amabilis yang ditetesi kolkisin 5000 mg L -1 nyata lebih tinggi dibandingkan panjang dan lebar stomata pada perlakuan lainnya¸ sebaliknya kerapatan stomata bibit