• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGATURAN MENU MAKAN DAN PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH PADA IBU NIFAS DI PMB KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGATURAN MENU MAKAN DAN PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH PADA IBU NIFAS DI PMB KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2019"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

56 Prodi IKM FKIK Universitas Jambi

PENGATURAN MENU MAKAN DAN PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH PADA IBU NIFAS DI PMB KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2019

Sukaisi1, Zuraidah2, Lenny Nainggolan3 1,2,3

Poltekkes Kemenkes Medan Prodi Kebidanan Pematangsiantar Email: Sukaisi.kes@gmail.com

Abstrak

Anemia pada periode postpartum mungkin berhubungan dengan peningkatan prevalensi sesak napas, kelelahan, palpitasi dan infeksi maternal, terutama pada saluran kemih. Pengaruh anemia pada masa nifas adalah terjadinya subvolusi uteri yang dapat menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang dan mudah terjadi infeksi mamae. Pengukuran kadar hemoglobin, pengukuran pengetahuan, pemberian materi, pelatihan pengaturan menu makan, monitoring dan evaluasi. Khalayak dalam pengabdian masyarakat ini adalah Ibu nifas dengan postpartum > 1 minggu dari PMB R. Harianja, T. Hutapea, Hendrayatni, dan Ika Juliana di Wilayah Kabupaten Simalungun dan sekitarnya, yang mengalami anemia dan bersedia dilatih mengenai pengaturan menu makanan berjumlah sekitar 40 orang. Dari 52 ibu nifas yang diukur kadar hemoglobinnya, 40 ibu mengalami anemia dan mengikuti kegiatan pelatihan pengaturan menu makan dan pemberian tablet tambah darah. Ibu nifas yang mengikuti kegiatan pengabdian terdiri dari primipara 14 orang, dan multipara 26 orang. Pengukuran kadar Hb diperoleh hasil pengukuran awal 9,2 gr% – 10,8 gr%, dengan kategori anemia ringan. Wawancara pada beberapa responden ibu nifas, ada yang rutin minum teh 1-2/ hari.

Kesimpulan: Perlu informasi yang tepat tentang cara konsumsi ferrum, berkaitan dengan budaya minum teh dan diharapkan ibu nifas yang telah mengikuti pelatihan menjadi agent bagi ibu nifas lainnya

Kata kunci: Ibu Nifas, Anemia, Menu Makan

Abstract

Anemia in the postpartum period may be associated with an increased prevalence of shortness of breath, fatigue, palpitations and maternal infections, especially of the urinary tract. The effect of anemia during the puerperium is the occurrence of uterine subvolution which can cause post-partum hemorrhage, eases puerperal infection, decreases breastfeeding and it is easy to develop maternal infection. Measurement of hemoglobin levels, knowledge, provision of materials, training in eating menu settings, monitoring and evaluation. The audience in this devotion are postpartum mothers with postpartum >1 week from PMB R. Harianja, T. Hutapea, Hendrayatni, and Ika Juliana in the Simalungun Regency and surrounding areas, who are anemic and willing to be trained on food menu management totaling around 40 people. Out of 52 postpartum mothers whose hemoglobin levels were measured, 40 experienced anemia and attended training activities on dietary management and blood supplementation. Postpartum mothers who participated in the service activities consisted of 14 primiparous people, and 26 multiparous people. Measurement of Hb levels obtained initial measurement results of 9.2 gr% - 10.8 g%, with the category of mild anemia. Interviews with several postpartum mothers, some routinely drank tea 1-2 / day. The information is needed about how to consume ferrum, related to the culture of drinking tea and it is hoped that postpartum mothers who have attended training become agents for other postpartum mothers.

(2)

57 Prodi IKM FKIK Universitas Jambi

PENDAHULUAN

Anemia sering dikaitkan dengan penanda lain pada tes darah dari simpanan zat besi yang rendah dalam tubuh. Pada perempuan yang kehamilan, kebanyakan menunjukkan penurunan konsentrasi hemoglobin sebagai bagian dari respon normal selama kehamilan, di mana ada peningkatan plasma dan volume darah yang beredar, yang melindungi wanita dari kehilangan darah yang berhubungan dengan kelahiran. Nilai batas yang berlaku umum untuk anemia pada perempuan tidak hamil adalah konsentrasi hemoglobin kurang dari 12 g/dL (WHO 2001).

Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah dalam darah. (WHO,2015). National Institute of Health (NIH) Amerika 2011 menyatakan bahwa anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah yang cukup (Fikawati, Syafiq & Veretamala, 2017). Anemia pada ibu postpartum didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl, hal ini merupakan masalah yang umum dalam bidang obstetrik. Meskipun wanita hamil dengan kadar besi yang terjamin, konsentrasi hemoglobin biasanya berkisar 11-12 g/dl sebelum melahirkan. Hal ini diperburuk dengan kehilangan darah saat melahirkan dan pada saat masa nifas. Penelitian Bread, et al, 2005, mendapatkan ada hubungan yang kuat antara status besi, tingkat depresi, dan pengetahuan ibu post partum.

Anemia pada wanita masa nifas (pasca persalinan) juga umum terjadi,

sekitar 10% dan 22% terjadi pada wanita post partum dari keluarga miskin (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008). Pengaruh anemia pada masa nifas adalah terjadinya subvolusi uteri yang dapat menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang dan mudah terjadi infeksi mamae (Prawirohardjo, 2005).

Situasi di negara berkembang, meskipun pemberian suplemen besi juga mengandung asam folat namun defisiensi vitamin seperti vitamin A, riboflavin, asam folat dan vitamin B 12 dapat menyebabkan anemia (Ramakrishnan, 2001). Asam folat dan vitamin B12 diperlukan dalam pembentukan sel darah merah. Asam folat dan vitamin B12 penting dalam pematangan akhir sel darah merah. Keduanya penting untuk sintesis DNA (Deoksiribo Nukleat Acid) karena masing-masing vitamin dengan cara yang berbeda dibutuhkan untuk pembentukan timidin trifosfat, yaitu salah satu zat pembangun esensial DNA kekurangan vitamin B12 atau asam folat dapat menyebabkan abnormalitas dan pengurangan DNA dan akibatnya adalah kegagalan pematangan inti dan pembelahan sel (Guyton, dan Hall, 2008).

Kondisi anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu pada saat melahirkan, melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, janin dan ibu mudah terkena infeksi, keguguran, dan meningkatkan risiko bayi lahir prematur (Kemenkes, 2015). Di Afrika dan Asia, anemia diperkirakan berkontribusi lebih dari 115 000 kematian ibu dan 591.000 kematian perinatal

(3)

58 Prodi IKM FKIK Universitas Jambi

secara global per tahun (Ezzati, 2004). Konsekuensi morbiditas terkait dengan anemia kronis memperpanjang hilangnya produktivitas dari kapasitas gangguan kerja, gangguan kognitif, dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi, yang juga memberikan beban ekonomi (Horton, 2003).

Anemia juga sampai saat ini masih merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi tingginya angka kematian ibu di Indonesia, maka upaya pencegahannya adalah mengetahui sejak dini apakah seseorang menderita anemia atau tidak dan segera mengupayakan langkah - langkah penanggulangan anemia. Penelitian Zuraidah (2016) diperoleh umumnya ibu pospartum di Kota Pematangsiantar mengalami anemi dan kurang mengetahui mengenai mengatasi anemi. Pada penelitian ini diperoleh data, setelah melahirkan ibu nifas diberikan tablet tambah darah. Namun saat kunjungan di rumah dan dilakukan pemeriksaan diperoleh kadar Hb dibawah normal (< 12 mg’dL).

TUJUAN

Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah peningkatan pengetahuan ibu nifas tentang gizi dan menu makan dievaluasi dengan pre dan post test, ibu dapat mengatur menu makan, ibu bersedia mengkonsumsi tablet tambah darah dan mengurangi angka kejadian anemia pada ibu nifas.

METODE

Pengabdian yang dilaksanakan antara lain: wawancara, demonstrasi, diskusi dan ceramah. Pengabdian masyarakat ini

dilaksanakan dengan tahap pertama: pre tes kuesiner, pemberian tablet tambah darah, pemberian materi. Tahap kedua sampai ke empat pemberian tablet tambah darah, pelatihan pengaturan menu makan dan pertemuan ke lima adalah redemonstrasi, post test, pengukuran nilai Hb.

HASIL

Pelaksanaan kegiatan Pelatihan Pengaturan Menu Makan dan Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Nifas di wilayah Praktek Mandiri Bidan (PMB) Kabupaten Simalungun telah dilaksanakan bulan Juli – Agustus 2019. Ibu –ibu nifas yang menjadi responden kegiatan pengabdian masyarakat “Pelatihan pengaturan menu makan dan pemberian tablet tambah darah“ sebelumnya belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan menu makan. Dari 52 ibu nifas yang diukur kadar hemoglobinnya, 40 ibu mengalami anemia dan diminta kesediaannya mengikuti kegiatan pelatihan pengaturan menu makan dan pemberian tablet tambah darah. Ibu nifas yang mengikuti kegiatan pengabdian terdiri dari primipara 14 orang, dan multipara 26 orang. Pengukuran kadar Hb menggunakan Hemometer digital dan diperoleh hasil pengukuran awal 9,2–10,8 gr%, dengan kategori anemia ringan. Wawancara pada beberapa responden ibu nifas, ada yang rutin minum teh 1-2/ hari. Telah diberikan tablet tambah darah dan pelatihan pengaturan menu makan pada ibu nifas dengan anemia.

Hasil pengukuran pengetahuan ibu nifas tentang gizi dan menu makan pada pre

(4)

59 Prodi IKM FKIK Universitas Jambi

test mayoritas dengan kategori cukup dan masih ada yang berpengetahuan kurang (30%). Setelah diberikan intervensi diperoleh hasil pengetahuan dengan kategori baik (77,5%) dan tidak ada lagi yang berpengetahuan kurang.

Kadar Hb pre test seluruhnya dengan anemia ringan (kadar Hb 9-10 gr%). Setelah dilakukan pemebrian tablet Fe diperoleh hasil seluruh ibu nifas dengan kadar Hb dengan tidak anemia (>11 gr%).

PEMBAHASAN

Masa post partum atau masa nifas merupakan masa pemulihan bagi banyak ibu yang baru melahirkan. Masa pemulihan ibu post partum dimulai dari proses setelah kelahiran bayi sampai pengembalian alat reproduksi seperti sedia kala. Ibu dengan masa nifas membutuhkan perawatan dan pengobatan, mulai dari perawatan diri sendiri maupun perawatan yang membutuhkan peran tenaga kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan bagi ibu yang baru melahirkan dibutuhkan agar kualitas kesehatan ibu dan keluarga memadai. Perawatan bagi ibu nifas, antara lain: pendidikan tentang kesehatan, perawatan kesehatan dan pengobatan yang adekuat (Kemenkes, 2013).

Kegiatan pengabdian masyarakat dengan judul “Pelatihan pengaturan menu makan dan pemberian tablet tambah darah pada ibu nifas di wilayah PMB Kabupaten Simalungun” telah selesai dilaksanakan. Responden pada kegaitan ini merupakan ibu nifas yang mengalami anemia. Anemia post partum didefinisikan sebagai kadar hemoglobin

kurang dari 11 g/dl, hal ini merupakan masalah yang umum dalam bidang obstetric. Meskipun wanita hamil dengan kadar besi yang terjamin, konsentrasi hemoglobin biasanya berkisar 11-12 g/dl sebelum melahirkan. Hal ini di perburuk kehilangan darah saat melahirkan dan pada masa nifas (Breymann, 2011).

Kegiatan pengabdian masyarakat ini berupa pengukuran pengetahuan tentang gizi dan menu makan, pemberian tablet ferrum, pelatihan pengaturan menu makan. Diantara ibu nifas ada yang memiliki kebiasaan minum teh. Minum teh merupakan hal biasa dalam budaya di Indonesia. The adalah jenis minuman yang paling bnayak dikonsumsi manusia dewasa setelah air dan diperkirakan manusia mengkonsumsi teh lebih dari 120 ml setiap hari (Damayanthi, 2008). Teh memiliki potensi sebagai penyebab anemia karena disinyalir mampu mengabsorpsi mineral sebagai bentuk zat besi. Hal ini dikaitkan dengan peranan taninyang terdapat dalam kandungan teh. Mineral makanan sebagai salah satu pembentuk zat besi bila beraksi dengan tanin akan membentuk ikatan komplek yang tidak larut dalam sistem pencernaan, sehingga mineral tidak berfungsi lagi dan dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk feses (Bungsu, 2012).

Anemia pada masa nifas dapat mengakibatkan yaitu terjadinya subinvolusio uteri yang merupakan salah satu penyebab timbulnya perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang (Prawirohardjo, 2014). Penanganan anemia adalah dengan pemberian tablet ferrum. Pada kegiatan

(5)

60 Prodi IKM FKIK Universitas Jambi

pengabdian masyarakat ini telah diberikan tablet tambah darah pada ibu nifas yang mengalami anemia dan pelatihan pengaturan menu makan. Ada kenaikkan kadar hemoglobin pada ibu nifas setelah diberikan tablet tambah darah (ferrum).

DAFTAR PUSTAKA

Breymann C, Bian XM, Capito LRB, Chong C, Mahmud G,Rehman R, Expertrecommendation for iron deficiency anemia during pregnancy and the post partum period in the Asia Pacific region , 2011, Universitas of Zurich

Bungsu Putri, Pengaruh kadar Tanin pada teh celup terhadap anemia gizi besi (AGB) pada inu hmail di UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor, 2012, Jakarta: UI.

Dodd J, Dare MR, Middleton P, Treatment for women with postpartum iron deficiency Anaemia, The Cochrane Library, 2007, Issue 4.

Gilbert L, Porter W, Brown VA. Postpartum haemorrhage - a continuing problem. British Journal of Obstetrics and Gynaecology 1987; 94:67–71. Gibbs R. Clinical risk factors for

puerperal infection. Obstetrics &Gynecology 1980;55(5 Suppl):178S–84S.

Huch A, Eichhorn K-H, Danko J, Lauener P-A, Huch R. Recombinant Human Erythropoietin in The Treatment

of Postpartum Anemia. Obstetrics & Gynecologic. 1992;80:127-31. Prairoharjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan.

Jakarta: Yayasan Bina Sarwono. Prawirohardjo

Vora M Gruslin A. Erythropoietin in obstetrics. Obstetrical and Gynecological Survey 1998; Vol. 53, issue 8:500–8.

World Health Organization (WHO) Reduction of maternal mortality. A joint WHO/UNFPA/UNICEF/ World Bank statement. Geneva: WHO,1999.

WHO, United Nations Children’s Fund, United Nations University. Iron deficiency anaemia; Assessment, Preventionand Control; A guide for programmemanagers. Geneva: World Health Organization, 2001. .Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014.

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2015.

Ezzati M, Lopez AD, Rodgers AA, Murray CJL. Comparative quantifi cation of health risks: global and regional burden of disease attributable to selected major risk factors. Geneva, Switzerland: World Health Organization, 2004.

Horton S, Ross J. The economics of iron deficiency. Food Policy, 2003; 28: 51–75

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan strategi guru dalam mengajarkan amar ma‟ruf nahi munkar pada mata pelajaran akidah akhlak di MTs Hasyim Asy‟ari Kota Batu yaitu guru membuat RPP yang dapat membantu

Abstrak: Untuk menjadi pendidik yang berkualitas dan profesional, guru di sekolah menengah atas diharuskan memiliki berbagai keterampilan untuk menunjang kegiatan

Melalui penerapan model pembelajarancooperative learning,dapat membantu guru sebagai fasilitator dalam menyampaikan materi pelajaran yang harus dipahami siswa, sehingga

Hal ini menunjukkan bahwa dosen menggunakan anggaran pendapatan karena dosen tidak tau pasti atas besarnya pendapatan yang akan diterima, namun dosen tidak

15.20.4 Pelajar TIDAK dibenarkan naik ke mana-mana kawasan bumbung kamsis/asrama atau masuk ke dalam mana-mana bilik pengagihan elektrik atau mana-mana bilik di

Rahap awal yaitu kita mengindentifikasi plat nomor kendaraan, setelah itu kamera akan terhubung dengan Raspberry pi yang telah terdeteksi dan akan masuk ke database

Setelah dilakukan uji coba, baik dalam kelas uji coba terbatas maupun kelas besar ditemukan bahwa kemampuan atau kompetensi siswa dalam mengapresiasi

Disetiap lembaga pendidikan, seorang guru sangatlah penting karena tugas guru salah satunya adalah menjalankan proses belajar mengajar. Setiap hari guru dan siswa