• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN ANGGARAN DAN PERENCANAAN KEUANGAN PADA KELUARGA DOSEN TETAP UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMAHAMAN ANGGARAN DAN PERENCANAAN KEUANGAN PADA KELUARGA DOSEN TETAP UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

323 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

PEMAHAMAN ANGGARAN DAN PERENCANAAN KEUANGAN PADA

KELUARGA DOSEN TETAP UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)

Qurrotul Aini¹, Ach. Baihaki², Evi Malia³

Âąaynieonan@gmail.com

²ach.baihaki.se.m.sc@gmail.com Fakultas Ekonomi Universitas Islam Madura

ABSTRACT

This research aims to know the understanding of budgeting and financial planning of family of lecturer in University of Islam Madura. Research method applied in the present research is qualitative method with interpretive approach. The result of this study point out that lecturer who has good understanding of budgeting and financial planning of family is a person who has educational background in finances and has experience in financial management, at lease as treasurer. Meanwhile, lecturer who doesn’t have good understanding is a person who doesn’t be a head of family, so they don’t make a good and detail calculation in their budgeting and financial planning. In the other hand, there is religious lecturer who has opinion that a calculation can relieve the blessing of the thing.

Key words: understanding of budgeting, financial planning of family, lecturer ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman anggaran dan perencanaan keuangan keluarga dosen tetap UIM. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan interpretif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosen yang memiliki pemahaman anggaran dan perencanaan keuangan keluarga yang baik adalah dosen yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang keuangan dan memiliki pengalaman di bidang tata kelola keuangan minimal terlibat sebagai bendahara. Sedangkan dosen yang tidak memiliki pemahaman anggaran yang baik adalah dosen yang belum menjadi tulang punggung keluarga sehingga tidak melakukan perhitungan dengan detail atau dosen yang memiliki sikap religiusitas yang beranggapan bahwa kalau menghitung-hitung akan menguraingi nilai keberkahan.

Kata kunci: Pemahaman Anggaran, perencanaan keuangan keluarga, dosen.

PENDAHULUAN

Anggaran adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif dan diukur dalam satuan moneter standar dan satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun (Mulyadi, 2001). Satuan kuantitatif diperlukan untuk memudahkan pihak-pihak yang terlibat dalam suatu pelaksanaan program kegiatan untuk mengukur tingkat keberhasilan rencana yang telah dibuat. Satuan mata uang diperlukan untuk memudahkan pengukuran tingkat efektifitas.

Anggaran biasanya dibuat oleh beberapa pihak, baik itu yang mengusulkan atau mengesahkan. Anggaran dilakukan untuk menunjang efektifitas program perencanaan keuangan di masa yang akan datang atau digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Penyusunan anggaran sangat penting dilakukan oleh menajemen suatu perusahaan atau di dalam keluarga sekalipun. Di dalam suatu perusahaan, penyusunan anggaran menentukan keberlangsungan usaha-usaha yang harus dicapai. Sedangkan di dalam keluarga, penyusunan anggaran

(2)

324 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

diperlukan untuk mengatur keuangan mulai dari pemasukan dan pengeluaran kas agar lebih terarah dan teratur.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemahaman anggaran, diantaranya pendidikan dan pendapatan. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pemahaman anggaran, apalagi pengetahuan tentang keuangan. Karena tingkat pendidikan yang sama, namun latar belakang pendidikannya tidak sama, akan memunculkan pemahaman anggaran yang tidak sama. Tingkat pendapatan seseorang juga akan mempengaruhi pemahaman anggaran. Karena anggapan kebanyakan orang, semakin tinggi pendapatan maka akan semakin tinggi tingkat kesadaran seseorang dalam penyusunan anggaran.

Penyusunan anggaran, justru digunakan sebagai alat untuk dapat mengendalikan pos-pos pengeluaran yang banyak. Dalam hal pengetahuan dan pemahaman instrumen keuangan, tidak disyaratkan seseorang mempunyai pendidikan yang tinggi. Karena instrumen keuangan akan dapat mudah untuk dipahami dan diketahui apabila masyarakat sering menggunakan produk dan berhubungan dengan lembaga keuangan, juga sering mendengar produk layanan lembaga keuangan baik dari media maupun dari mulut ke mulut. Pengetahuan dan pemahaman perencanaan keuangan masyarakat Cempaka Putih Ciputat adalah tinggi. Karena pada saat ini banyak pembahasan mengenai perencanaan keuangan pada media, dan masyarakat cenderung tidak lepas dari media, baik media cetak maupun elektronik.

Perencanaan keuangan menurut Financial Planning Standart Board (FPSB) adalah suatu proses untuk mencapai tujuan hidup melalui manajemen keuangan secara terencana. Sebagaimana Wijasmara (2014) menyatakan bahwa langkah awal untuk

mencapai tujuan hidup dengan mengetahui jumlah pendapatan dan pengeluaran terlebih dahulu. Jika jumlah pengeluaran lebih besar dari pendapatan, maka perlu ditentukan skala prioritas pengeluaran, dikurangi atau ditunda, atau bahkan dibatalkan. Untuk mencapai hal trsebut, maka diperlukan klasifikasi pengeluaran berdasarkan kebutuhan dan keinginan.

Universitas Islam Madura (UIM) sebagai salah satu perguruan tinggi swasta di Pamekasan yang memiliki 7 (Tujuh) Fakultas dengan 2 (Dua) Program Studi Diploma dan 14 (Empat Belas) Program Studi Strata 1, adalah perguruan tinggi yang sumber pendapatan utamanya berasal dari biaya pendidikan yang dibayar oleh mahasiswa. Sehingga dalam hal ini perguruan tinggi harus mengalokasikan sebagian pendapatannya untuk membayar biaya operasional dalam bentuk gaji karyawan (tenaga pendidik dan tenaga kependidikan). Oleh sebab itu, jumlah pembayaran yang didapatkan oleh dosen itu tidak akan sama dengan jumlah pembayaran dosen dengan kategori Dosen ASN/ PNS, sementara biaya hidup antara kedua jenis dosen tersebut relatif sama, maka diperlukan sebuah kreatifitas untuk melakukan penyusunan anggaran atas pendapatan dan biaya hidup agar kebutuhan hidup masing-masing dosen dapat terpenuhi dengan baik.

Universitas Islam Madura memiliki dua jenis dosen, yaitu dosen tetap yayasan dan dosen tidak tetap yayasan. Dosen tetap merupakan dosen yang bekerja penuh waktu, dan tidak memiliki kewajiban mengajar di lembaga pendidikan lain serta mendapatkan pengakuan dari DIKTI dengan diberikan Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN). Dalam hal ini yang menjadi acuan adalah dosen tetap, karena dosen sudah memiliki pendidikan yang baik dengan kualifikasi minimal Strata 2. Akan

(3)

325 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

tetapi, tidak semua dosen memiliki latar belakang pendidikan atau pengetahuan keuangan yang sama. Mengingat pentingnya pemahaman anggaran dalam perencanaan keuangan untuk peningkatan kualitas hidup yang lebih baik, perlu dilakukan penelitian tentang pemahaman dosen akan anggaran dan perencanaan keuangan yang akan dilakukan untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana pemahaman anggaran dan perencanaan keuangan keluarga dosen tetap UIM?”

TINJAUAN TEORITIS

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rizki, dan Chartady (2009) Hasil perhitungan menggunakan analisis varians yaitu terjadi selisih tidak menguntungkan (unfavourable) pada biaya operasional di tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, Hal ini menunjukkan belum efektifnya anggaran yang dibuat perusahaan. Hasil perhitungan untuk perencanaan laba menunjukkan bahwa margin kontribusi tahun 2011-2013 sebesar 8%, 7% dan 8% hal ini menunjukkan adanya peningkatan dan penurunan laba perusahaan. Dengan demikian menujukkan PT. Tanjung Untung Tanjung pinang tidak memiliki kinerja yang baik, yang mana seluruh bagian yang ada dalam perusahaan tidak dilibatkan dalam penyusunan anggaran. Pratiwi (2010) melakukan penelitian tentanf tingkat kesadaran masyarakat dalam perencanaan keuangan keluarga perspektif ekonomi islam (studi pada masyarakat kelurahan cempaka putih ciputat dengan menggunakan metode frequincies dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Berdasarkan hasil analisis, Pemahaman dan Pengetahuan Perencanaan Keuangan diketahui bahwa 72,0 % paham akan perencanaan keuangan. Selebihnya, pengetahuan dan pemahaman perencanaan keuangan masyarakat

Kelurahan Cempaka Putih Ciputat 16 % berada pada tingkat sangat paham, 8,8 % cukup paham, 2,6 % tidak paham dan 0,5 % masyarakat yang sangat tidak paham.

Wijayanti, Muluk, Nurpratiwi (2012) menunjukkan bahwa usulan program dan kegiatan melalui proses musrenbang berpotensi menciptakan rencana program dan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, usulan program dan kegiatan pembangunan dari masyarakat tidak bisa terakomodir semuanya dikarenakan masyarakat kurang mendapatkan informasi program pembangunan yang menjadi prioritas pemerintah daerah tahun bersangkutan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah, penelitian Rizky dan Chartady, dan wijayanti dkk, menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, sedangkan penelitian pratiwi menggunakan metode frequincies dengan analisis statistik deskriptif, pada penelitian ini akan menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretif. Pada penelitian sebelumnya juga menggunakan perusahaan dan pemerintahan sebagai objek penelitian, sedangkan pada penelitian ini, akan menggunakan masyarakat (dosen) sebagai subjek penelitian yang bertugas di Universitas Islam Madura. Hal ini sama dengan penelitian pratiwi, tetapi kelompok masyarakatnya yang secara khusus berbeda, yaitu dosen.

Anggaran

Supriyono (2000) menyampaikan bahwa anggaran adalah suatu rencana terinci yang disusun secara sistematis dan dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang, untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber-sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Supriyono (2000)

(4)

326 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

juga menyebutkan karakteristik anggaran adalah sebagai berikut :

1. Anggaran mengestimasi potensi laba unit bisnis.

2. Anggaran dinyatakan dalam ukuran moneter dan didukung oleh ukuran-ukuran non moneter.

3. Anggaran biasanya mencakup periode satu tahun.

4. Anggaran merupakan komitmen manajemen untuk menerima tanggung jawab mencapai tujuan yang dianggarkan.

5. Usulan anggaran dikaji ulang dan disahkan oleh manajer dengan wewenang yang lebih tinggi dari pengusul anggaran.

Berdasarkan karakteristik anggaran, maka anggaran mempunyai fungsi perencanaan, fungsi koordinasi, fungsi komunikasi, fungsi motivasi, fungsi pengendalian dan evaluasi, dan fungsi pendidikan. Dalam fungsi perencanaan, anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan jangka pendek dan merupakan kesanggupan manajer pusat pertanggungjawaban untuk melaksanakan program atau bagian dari program dalam jangka pendek, umumnya satu tahun. Dalam penyusunan anggaran, manajer pusat pertanggungjawaban harus mempertimbangkan pengaruh lingkungan luar dan kondisi-kondisi perusahaan.

Menurut Supriyono (2000) anggaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Berdasarkan jenisnya, anggaran terdiri dari :

a. Anggaran Operasi.

b. Anggaran pengeluaran modal. c. Anggaran kas.

d. Anggaran neraca.

2. Berdasarkan elemen-elemen anggaran operasi, anggaran terdiri dari :

a. Anggaran program.

b. Anggaran pertanggungjawaban.

3. Berdasarkan jenis-jenis pusat pertanggungjawaban, anggaran terdiri dari :

a. Anggaran biaya. b. Anggaran pendapatan. c. Anggaran laba.

Penyusunan anggaran dalam suatu organisasi biasanya di koordinasi oleh komite anggaran dan departemen anggaran. Komite anggaran adalah komite dibentuk oleh manajemen untuk mengkoordinasi proses manajemen dalam penyusunan anggaran adapun tugas komite anggaran mencakup :

1. Mengusulkan kepada manajemen puncak mengenai pedoman penyusunan anggaran.

2. Menyebarkan pedoman tersebut setelah disetujui manajemen puncak.

3. Mengkoordinasi berbagai macam usulan anggaran yang disusun secara terpisah oleh berbagai unit organisasi.

4. Menyelesaikan perbedaan yang timbul di antara usulan anggaran. 5. Menyerahkan anggaran final pada

manajemen puncak dan dewan komisaris untuk disahkan.

6. Mendistribusikan anggaran yang telah disahkan kepada berbagai unit organisasi.

Perencanaan Keuangan

Husnan (1994) menjelaskan bahwa sumber dana jangka pendek diklasifikasikan sebagai sumber pembelanjaan yang spontan dan yang tidak. Sumber pembelanjaan yang spontan dikelompokkan menjadi dua yaitu hutang dagang dan rekening-rekening, karena jumlahnya merupakan fungsi dari tingkat operasi perusahaan. Sedangkan Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) dalam website

www.sikapiuangmu.ojk.co.id

menyatakan bahwa Perencanaan Keuangan merupakan seni pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh individu atau keluarga mencapai tujuan yang

(5)

327 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

efektif, efisien, dan bermanfaat, sehingga keluarga tersebut menjadi keluarga yang sejahtera. Sedangkan definisi perencanaan keuangan menurut Financial Planning Standart Board (FPSB) adalah suatu proses untuk mencapai tujuan hidup melalui manajemen keuangan secara terencana. Terdapat beberapa prioritas dalam perencanaan keuangan yang terdiri atas:

1. Prioritas pertama dalam perencanaan keuangan adalah memenuhi kebutuhan jangka pendek, dalam hal ini adalah mengelola arus kas (cash flow), dana darurat dan utang.

2. Prioritas kedua adalah manajemen risiko individu (Personal risk management).

3. Prioritas ketiga adalah tujuan-tujuan keuangan jangka menengah. Prioritas yang ada bisa saja berbeda, misal ada yang prioritasnya biaya pendidikan anak, biaya untuk perjalanan ibadah, atau biaya untuk membeli rumah dan lain sebagainya.

4. Prioritas keempat adalah tujuan keuangan jangka panjang seperti dana hari tua (Dana pensiun). 5. Prioritas terakhir adalah waris atau

distribusi keuangan.

Fungsi perencanaan keuangan pribadi atau keluarga adalah mengelola keuangan untuk masa depan sedini mungkin dalam mencapai tujuan keuangan, dilakukan secara terencana, teratur, dan bijaksana. Direncanakan, yang berarti kita dapat mengantisipasi yang akan terjadi di masa yang akan datang. Teratur, yang berarti bahwa kita memiliki cara atau strategi keuangan dengan mempertimbangkan yang prioritas ataukah yang kurang prioritas lebih jelas. Bijaksana, dapat berarti secara masuk akal atau sesuai nalar, tidak emosional.

Rumah Tangga Konsumen

Berdasarkan corak kegiatan ekonomi subsisten dalam suatu perekonomian yang terdiri dari dua sektor dimana penerima-penerima pendapatan tidak menabung dan para pengusaha tidak menanam modal. Untuk menghasilkan barang dan jasa sektor perusahaan harus menggunakan faktor-faktor produksi yang berasal dari sektor rumah tangga. Oleh sebab itu keseluruhan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yaitu gaji dan upah yang diterima tenaga kerja, bunga ke atas modal yang di pinjamkan, sewa yang diperoleh dari tanah dan harta, dan keuntungan pengusaha. Disamping sebagai penyedia faktor-faktor produksi, sektor rumah tangga merupakan pula konsumen dari barang dan jasa yang di produksikan oleh sektor perusahaan. Maka sektor rumah tangga akan melakukan pembelian atas barang dan jasa yang di produksi oleh sektor perusahaan.

Hak Dan Kewajiban Dosen

Dosen sebagai tenaga profesional yang bekerja berdasarkan UU No. 14 Tentang Guru dan Dosen tahun 2005 memiliki hak dan kewajiban yang telah diatur dengan seksama. Pada pasal 1 ayat 15 dikatakan bahwa gaji adalah hak yang diterima oleh guru atau dosen atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Gaji yang diterima oleh dosen dinyatakan dalam satuan mata uang secara berkala, biasanya setiap bulan.

Hak lain yang bisa diterima sebagaimana pasal 1 ayat 16 yang menyatakan bahwa penghasilan adalah hak yang diterima oleh guru atau dosen dalam bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesionalan yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru atau dosen

(6)

328 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

sebagai pendidik profesional. Dalam hal ini salah satu bentuknya adalah Sertifikat Pendidik Dosen (SerDos) sebagaimana pasal 47 ayat 1, penghasilan tambahan, insentif penelitian, insentif pengabdian, hononarium mengajar, hononarium mengawasi ujian.

Kewajiban dosen dinyatakan secara khusus pada pasal 45 yaitu dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program pasca sarjana yaitu minimal magister sebagaimana pasal 46 ayat 1, sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat keterangan dari dokter, kualifikasi lain yang di persyaratkan berupa sertifikat private, sertifikasi profesi misalnya SAS (Sertifikasi Akuntan Syariah), lulus tes tofel. Sehingga, atas kualifikasi-kuaifikasi inilah maka kemudian ada potensi pendapatan yang akan diperoleh oleh dosen.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan interpretif. Yusuf (2014:329) menjelaskan penelitian kualitatif merupakan suatu strategi inquiry yang menekankan pencarian makna, pengertian, serta deskripsi tentang suatu fenomena yang bersifat alami serta disajikan secara naratif.

Penelitian ini terkategori kualitatif interpretif karena untuk menguraikan fenomena dari penerapan kerangka konseptual anggaran dan perencanaan keuangan dikelompok masyarakat, hasil datanya akan berupa kajian yang akan diuraikan secara mendalam situasi

berdasarkan informasi langsung diperbandingkan dengan kerangka konseptual anggaran dan perencanaan keuangan.

Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Madura dengan informan adalah dosen tetap yang merupakan dosen yang bekerja penuh waktu artinya tidak memiliki kewajiban mengajar di lembaga pendidikan lain serta mendapatkan pengakuan dari Kementerian Riset dan Tekhnologi serta Pendidikan Tinggi (KEMRISTEK DIKTI) dengan diberikan Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN). Informan yang akan terlibat dalam penelitian ini di kelompokkan berdasarkan kriteria: (a) Dosen yang memiliki sertifikat pendidik; (b) Keterwakilan gender informan; dan (c) Keterwakilan informan atas status pernikahan. Data yang digunakan adalah data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kepada narasumber yang berkaitan dengan pemahaman anggaran dan perencanaan keuangan pada keluarga dosen tetap Universitas Islam Madura (UIM).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan UU No. 14 Tentang Guru dan Dosen Tahun 2005 dikatakan bahwa gaji adalah hak yang diterima oleh guru atau dosen atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai peraturan perundang–undangan (Pasal 1 ayat 15). Bahwa hak dosen yang berupa gaji sudah diberikan, namun dalam mengakui satuan gaji yang didapat, ada yang mengakui sudah sampai upah minimum kabupaten ada yang mengakui belum mencapai upah minimum kabupaten. Hal ini disebabkan oleh perbedaan persepsi atas pendapatan yang didapat dari pekerjaannya itu tidak sama.

Seharusnya sumber pendapatan yang didapatkan bisa memenuhi kebutuhan

(7)

329 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

hidupnya sebagaimana pasal 51 ayat 1 bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, dosen berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum. Akan tetapi, ada yang sadar akan haknya sebagai seorang pendidik, dan sebagai yang lain juga ada yang kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya ada yang tidak suka ribet artinya tidak menghitung apa yang didapat, ada yang perhitungannya detail, ada yang apatis terhadap pendapatannya tersebut. Oleh karena itu, sumber pendapatan yang didapatkan dosen akan mencapai kebutuhan hidup dengan adanya tambahan dari tunjangan, hononarium, memiliki pekerjaan sampingan, serta mengajar di lembaga lain. Tambahan penghasilan tersebut berupa hononarium mengajar, hononarium penguji proposal, hononarium penguji skripsi, hononarium pembimbing proposal, hononarium pembimbing skripsi, hononarium panitia kegiatan, serta SPPD (Surat Perintah Perjalanan Dinas).

Dosen sebagai tenaga pendidik tentunya paham akan kewajibannya dalam melaksanakan kegiatan tri dharma. Namun, masih ada dosen yang belum mampu melaksanakan kegiatan tri dharma tersebut. Disebabkan dosen yang dimaksud masih dalam tahap melanjutkan studinya melalui jalur beasiswa, dan belum melakukan pengabdian dengan dukungan dari luar institusi.

Dosen bisa emanfaatkan fasilitas yang di sediakan institusi yang berupa dana hibah. Dalam melaksanakan tri dharma pendidikan, kewajiban dosen dapat terpenuhi karena mengajar merupakan kewajiban utama seorang pendidik. Dalam melaksanakan tri dharma penelitian, kewajiban dosen juga terpenuhi karena anggarannya memanfaatkan dana hibah dan ada yang dicukupi lembaga. Sedangkan, dalam

melaksanakan tri dharma pengabdian, sebagian dosen ada yang belum terpenuhi karena belum melakukan pengabdian yang didukung dari luar Institusi.

Fasilitas Dalam Pelaksanaan Tri Dharma

Dalam pelaksanaan pendidikan tinggi, penelitian, dan pengabdian terhadap masyarakat masih dijadikan sebagai pekerjaan sampingan oleh dosen selain belajar–mengajar. Proses tri dharma itu dilakukan dosen dengan memanfaatkan fasilitas yang diproyeksikan dari lembaga. Dalam melakukan penelitian, setiap dosen memiliki cara yang berbeda untuk mendapatkan fasilitas yang disediakan lembaga atau dari pemerintah yaitu hibah. Dana hibah yang diperuntukkan kepada dosen yang melakukan penelitian sebagai reward untuk menunjang karya–karya dosen berikutnya. Dalam melakukan pengajaran dan pengabdian, setiap dosen mendapatkan fasilitas dari pihak internal lembaga. Namun, dari adanya fasilitas yang ada, sebagian dosen ada yang mengakui ada yang tidak mengakui karena mendapatkan fasilitas lain yaitu beasiswa.

Persepsi Dosen Atas Kebutuhan Pokok Mengakibatkan Turunnya Tingkat Kesadaran Pengeluaran Modal

Tingkat pendapatan setiap dosen itu berbeda, pengeluaran yang dibutuhkan juga berbeda. Namun, dalam menentukan skala prioritas setiap dosen itu sama yaitu dengan memprioritaskan kebutuhan pokok. Hampir semua dosen tidak merencanakan atas pengeluaran modal karena pendapat sebagian dosen tidak ingin lebih besar pasak dari pada tiang. Jadi, dosen melakukan pengeluaran sesuai pendapatan yang didapat.

Tidak Ada Jaminan Sosial Menyebabkan Pengeluaran Tidak Tercover

(8)

330 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

Dosen sebagai tenaga pendidik dijamin haknya atas jaminan sosial sesuai dengan UU. Tentang Guru dan Dosen pasal 51 ayat 1 bahwa dosen berhak memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Setiap dosen tidak sadar atas hak nya yang disediakan lembaga, kurangnya kesadaran terhadap hak yang disediakan oleh lembaga yaitu jaminan sosial itu menyebabkan pengeluaran tidak tercover. Padahal, jika dosen memanfaatkan fasilitas jaminan sosial yang sudah menjadi hak nya akan mengurangi beban pengeluaran dosen. Karena iuran bagi peserta pekerja penerima upah yang bekerja pada lembaga pemerintahan sebesar 5% dari gaji atau upah perbulan dengan ketentuan : 3% dibayar oleh pemberi kerja dan 2% dibayar oleh peserta.

(http://bpjskesehatan.go.id/bpjs/index.ph

p/pages/detail/2014/13).

Tidak Menentunya Besarnya Pendapatan Ataupun Pengeluaran, Menimbulkan Persepsi Kurang Pentingnya Anggaran Neraca

Tingkat pendapatan setiap dosen itu berbeda, begitupun pengeluaran yang dibutuhkan juga berbeda. Namun, pendapatan dan pengeluaran setiap dosen tersebut tidak harus balance karena ada sebagian dosen yang lebih banyak pendapatannya dari pada pengeluarannya ada juga yang lebih banyak pengeluarannya dari pada pendapatannya. Dengan tidak menentunya besarnya pendapatan dan pengeluaran tersebut, dosen tidak menggunakan anggaran neraca.

Perilaku Dosen Dalam Menyeimbangkan Antara Pendapatan Yang Didapat Dengan Pengeluaran Yang Dibutuhkan

Setiap dosen dalam menyeimbangkan antara pendapatan yang didapat dengan pengeluaran yang dibutuhkan beda prinsip dan pandangan. Ada yang menyeimbangkan dengan cara

menyisihkan sebagian pendapatannya untuk kebutuhan yang telah diprioritaskan, ada yang menyeimbangkan dengan prinsip tidak ingin banyak keinginan, dan ada yang memang tidak pernah menghitung sesuatu yang didapat.

Pertanggungjawaban Dosen Atas Pendapatannya

Dosen sebagai tenaga pendidik memiliki hak untuk mendapatkan pendapatan sesuai dengan pekerjaannya. Selain itu, dosen juga memiliki kewajiban yang harus di pertanggungjawabkan dengan apa yang telah didapat. Dosen mempertanggungjawabkan

pendapatannya dengan membuat pencatatan atas pengeluaran yang dibutuhkan, namun hampir semua dosen tidak melakukan pencatatan.

Lain halnya dalam suatu keluarga, pendapatan yang didapatkan oleh seorang suami peran istri sangat penting dalam status kepemilikan atas pendapatan tersebut. Pendapatan yang diperoleh seorang kepala rumah tangga merupakan hak seorang istri. Namun, pendapatan yang didapat sendiri oleh seorang istri, merupakan hak penuh seorang istri dan bukan hak suami. Meskipun begitu, seorang istri tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan

pencatatan dalam

mempertanggungjawabkan atas pendapatan yang ada karena itu sudah menjadi hak seorang istri. Seorang suami juga tidak perlu menuntut hal itu karena sudah menjadi kewajibannya. Sederhananya adalah pendapatan suami merupakan milik seorang istri namun pendapatan seorang istri adalah milik istri / bukan milik suami.

Proses Penyeimbangan Antara Pendapatan Dengan Biaya Pengeluaran Yang Di Dapatkan

Hampir semua dosen dalam proses menyeimbangkan antara pendapatan yang didapat dengan pengeluaran yang dibutuhkan itu sama, yaitu melakukan

(9)

331 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

pengeluaran sesuai dengan uang yang ada artinya tidak memaksakan untuk membeli kebutuhan yang memang bukan prioritas.

Persepsi Dosen Atas Anggaran Pendapatan Mempengaruhi Kesadaran Dosen Terhadap Tingkat Pendapatan

Tingkat pemahaman setiap dosen akan berbeda atas anggaran pendapatan yang mempengaruhi tingkat pendapatan setiap dosen tertentu, perbedaan tersebut dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman, pola perhitungan, dan sikap religiusitas. Bagi dosen yang memiliki latar belakang pendidikan yang menunjang untuk bisa memahami terhadap anggaran pendapatan akan berbeda tingkat kesadaran yang ditunjukkan oleh dosen yang tidak memiliki latar belakang pendidikan tentang keuangan.

Berbeda dengan dosen yang memahami anggaran pendapatan berdasarkan pengalaman. Dalam memahami anggaran pendapatan tidak bisa hanya sebatas berdasarkan pengalaman, jika mengacu pada anggaran pendapatan tahun lalu tidak akan sama dengan tahun sekarang. Tingkat kesadaran terhadap anggaran pendapatan itu juga berbeda persepsi tergantung pola perhitungan setiap dosen. Karena ada dosen yang melakukan perhitungan dengan detail ada yang tidak detail. Berbeda halnya dengan dosen yang memahami pemahaman anggaran pendapatan dengan sikap religius. Dosen tersebut akan menganggap bahwa keberkahan itu ada. Jadi, dalam memahami anggaran pendapatan dengan sikap religius tidak mempunyai kesadaran atas anggaran pendapatan. Namun, kesadaran yang mereka miliki sebatas percaya bahwa keberkahan itu ada.

Persepsi Dosen Dalam Menganggarkan Pendapatan Untuk Memperoleh Laba Yang Diharapkan

Untuk memperoleh laba yang diharapkan, hampir semua dosen menambah pendapatannya dengan mengajar di lembaga lain. Namun, tidak harus ada nilai lebih dari pendapatan yang didapat dengan pengeluaran yang dikorbankan. Hal tersebut, membuktikan bahwa hampir semua dosen tidak pernah menggunakan anggaran laba.

Managemen Anggaran Untuk Mengatur Tercapainya Skala Yang Telah Di Prioritaskan

Hampir semua dosen dalam menentukan skala prioritas itu sama yaitu memilih skala prioritas pertama artinya kebutuhan pokok yang dijadikan prioritas. Dosen dalam menganggarkan dengan tidak memenuhi keinginan dalam artian dosen melakukan pengeluaran yang sudah menjadi prioritas selebihnya dari pengeluaran tersebut dosen melakukan pengeluaran yang menjadi keinginannya.

KESIMPULAN

a. Sebenarnya dosen uim faham dalam melaksanakan kegiatan tri dharmanya, dengan menggunakan anggaran operasi untuk mencapai tujuan kegiatannya, menggunakan anggaran program untuk mengestimasi rencana pendapatan yang didapat dengan biaya yang akan dikeluarkan, dan menggunakan anggaran pertanggungjawaban dengan mempertanggungjawabkan aktivitas–aktivitas yang akan dilaksanakan.

b. Terdapat beberapa pengeluaran yang tidak bisa diatur seperti biaya kesehatan, biaya modal tidak bisa dianggarkan dengan baik, karena jumlah pendapatan yang diterima. Hal ini membuktikan bahwa dosen tidak menggunakan anggaran kas karena hampir semua dosen memiliki kartu ATM, sehingga dosen tidak menyisihkan kas secara khusus untuk dipegang ditangan. Dosen juga tidak

(10)

332 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

menggunakan anggaran pengeluaran modal karena hampir semua dosen melakukan anggaran berdasarkan kebiasaan dengan mengutamakan kebutuhan pokok.

c. Persepsi dosen atas pendapatan dipengaruhi oleh persepsi atas jumlah pendapatan yang diberikan oleh pemberi kerja, kecuali oleh dosen– dosen yang memiliki latar belakang pendidikan dibidang keuangan atau pernah memiliki pengalaman ditata kelola keuangan minimal terlibat sebagai bendahara. Hal ini menunjukkan bahwa dosen menggunakan anggaran pendapatan karena dosen tidak tau pasti atas besarnya pendapatan yang akan diterima, namun dosen tidak menggunakan anggaran neraca karena dari apa yang didapat dengan apa yang dikeluarkan tidak harus sama (balance). Sehingga, dosen tidak menganggap atas anggaran laba karena tidak harus ada nilai lebih dari apa yang didapat.

d. Tidak ada pola khusus dalam proses penganggarannya karena hampir semua dosen uim tidak pernah mencatat pola anggaran yang harus dikeluarkan hanya berdasarkan kebiasaan dan mengutamakan kebutuhan pokok. Hal ini menunjukkan bahwa dosen menggunakan skala prioritas dengan memilih prioritas pertama yaitu mengutamakan kebutuhan pokok, dan menggunakan anggaran biaya dengan merencanakan biaya yang akan dikeluarkan agar tidak lebih besar pasak dari pada tiang.

DAFTAR PUSTAKA https://id.wikipedia.org/wiki/Perencana_ keuangan. https://sikapiuangmu.ojk.go.id/25_Buku _Perencanaan_Keuangan.pdf. http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/ pages/detail/2014/13.

Husnan, Suad. (1994). Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek). Yogyakarta: BPFE

Mulyadi. (2001). Sistem Akuntansi Edisi Tiga. Jakarta: Salemba Empat. Mustari, Mohamad, dan Rahman,

Taufiq. (2012). Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: LaksBang Pressindo.

Pratiwi. (2010). Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Perencanaan Keuangan. Keluarga Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Masyarakat Kelurahan Cempaka Putih Ciputat). Jurnal. Fakulats Syariah dan Hukum Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Riski, Muhammad., dan Rachmad Chartady. (2018). Analisis Anggaran Biaya Operasional Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Tanjung Untung Tanjung Pinang. Jurnal. Economic, Accounting Scientific. Vol. 1, No. 1, 2018: 13-17.

Samryn. (2013). Akuntansi Manajemen

Informasi Biaya untuk

Mengendalikan Aktifitas

Operasional & Investasi. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Suparmoko. (2003). Keuangan Negara Dalam Teori Praktek Edisi Kelima. Yogyakarta: BPFE. Supriyono. (2000). Sistem Pengendalian

Manajemen Edisi Pertama.

Yogyakarta: BPFE.

UU Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

(11)

333 | Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi (SINEMA)

ISSN : 2656-2952

www.sumberdaya.ristekdikti.go. id.2016/02.

Wijayanti, Muluk, dan Nurpratiwi. (2012). Perencanaan Anggaran Berbasis Kinerja di Kabupaten Pasuruan. Jurnal. Fakultas Ilmu Administrasi Program Magister Ilmu Adminidtrasi universitas Brawijaya Malang. Vol. 15, No. 3.

Wijasmara, Firman. (2014). Buku Pintar

Mengelola keuangan dan

Merencanakan Usaha. Jakarta: PREM dan FPD.

Yusuf, Muri. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

Penelitian Gabungan Edisi

Pertama. Jakarta: Prenadamedia Group.

Referensi

Dokumen terkait

Materialized view log ini akan mencatat segala perubahan yang terjadi pada record di tabel dasar dari materialized view dengan cara menyimpan primary key serta atribut lain

Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa (Studi Eksperimen pada SMU “X” Di Bandung). Tesis UPI Jurusan

Pada Program Studi D3 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya..

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah distribusi return di JII normal atau tidak, mengetahui tingkat volatilitas di JII, dan mengetahui karakteristik return

persentasi rata-rata kesalahan hasil estimasi waktu potong pengembangan model matematis terhadap waktu aktual pemesinan yang dilakukan sebesar 2,14 %. Setelah dilakukan penelitian

(3) Persyaratan untuk mendapatkan izin usaha Perusahaan Penilai Kerugian, Perusahaan Konsultan Aktuaria, dan Agen Asuransi yang berbentuk badan hukum, sebagaimana

bahwa konseling kelompok pendekatan Adlerian dapat digunakan untuk menurunkan perilaku menarik diri siswa kelas VII-C MTs Raden Paku Wringinanom. Hal ini menunjukkan

141 Wawancara dengan bapak Ali Mujahidin kepala madrasah MIN Kepatihan Bojonegoro pada Selasa 13 Februari 2018.. Pembiasaan dan keteladanan merupakn kunci utama