• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muhammad Richsan Yamin Jurusan BiologiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Muhammad Richsan Yamin Jurusan BiologiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

365

Prosiding Seminar Nasioal Biologi VI

Muhammad Richsan Yamin*Penerapan Model Pembelajaran Guided Inquiry …. hal. 365-369

Penerapan Model Pembelajaran

Guided Inquiry

untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Struktur dan Fungsi Jaringan

Tumbuhan Kelas XI di SMAN 1 Model Pinrang

Application of Guided Inquiry Learning Model to improve student

learning outcomes in the material structure and function of plant

tissue class XI at SMAN 1 Model Pinrang

Muhammad Richsan Yamin

Jurusan BiologiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar

email: richsanyamin@gmail.com

Abstract: This researched was classroom action research which aim to improved learning activities and learning outcomes of learner through applied model learning of inquiry in structure and function of animal tissue. The subject of this researched was learners of XI IPA 3 SMAN 1 Pinrang which total 48 learners of school year 2017/2018. Qualitative data which investigated was learning activities observed by observer since learning process, while the quantitative data obtained from the essay test and learning evaluation test. For at all indicators which observed. The outcomes of learner’s data obtained in the 1st cycle with total the learners not complete was 15 people with percentage 31%, while the outcomes of learners complete was 33 people with percentage 68%. While the outcomes of learners in the 2nd cycle increased with the learners not complete was 8 people with 16%, while the outcomes of learners complete was 40 people with percentage 83%.

Keyword: Classroom action research, learning activities, learning outcomes, quid inquiry.

1. Pendahuluan

Pencapaian target pembelajaran adalah sebuah tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Peningkatan kualitas pembelajaran juga dilihat dari sisi pencapain nilai dari peserta didik, sehingga dengan peningkatan nilai peserta didik yang tercapai adalah salah satu bentuk keberhasilan pendidik dalam menjaga kualitas pembelajaran

Pada proses pembelajaran tentunya diperlukan banyak kegiatan yang mampu mendukung proses pembelajaran tersebut berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran. Tercapainya rencana dalam pembelajaran bergantung dari variasi dan manajemen kelas yang dilakukan oleh guru, oleh karena itu sangat penting untuk mengkolaborasikan proses pembelajaran dengan model pembelajaran yang dianggap mammpu meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

Salah satu model yang dianjurkan dalam implementasi kurikulum 2013 adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry). Siswa melalui bimbingan guru akan mendapatkan pengalaman penemuan konsep dengan model inkuiri terbimbing. Adanya keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar dapat membantu mengembangkan konsep sains yang telah mereka kuasai dengan memecahkan permasalahan yang memerlukan cara untuk berpikir ilmiah dan kerja ilmiah (Villagonzalo, 2014).

Model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif membantu guru dalam memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan yang merupakan bagian penting dari pembelajaran berbasis penyelidikan. Selain itu, dengan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa (Banerjee, 2010).

(2)

Prosiding Seminar Nasional Biologi VI

Harmonisasi Pembelajaran Biologi pada Era Revolusi 4.0

Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung kepada siswa tetapi proses belajar mengajar tetap dibawah pengawasan dan bimbingan/petunjuk dari guru. Guru sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa dalam melangsungkan proses pembelajaran dan diharapkan siswa dapat memahami konsep materi yang telah diajarkan sehingga menimbulkan rasa senang terhadap pembelajaran (Chairinda, 2017).

Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang memiliki sejumlah langkah, untuk menyelesaikan masalah, membuat rencana eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan (Ningsih, 2017). Model inquiry inquiry adalah model pembelajaran yang didasarkan pada konstruktivisme. Konstruktivisme adalah sudut pandang dalam pembelajaran yang menganggap siswa harus aktif membangun pengetahuannya sendiri untuk memahami teori dan mendapatkan pengetahuan. Guru tidak mengambil peran sebagai orang yang mentransfer informasi tetapi fasilitasi dalam pembelajaran yang membantu siswa membangun pengetahuan mereka sendiri (Nisa, 2018).

Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran dimana siswa diarahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian aktivitas yang dilakukan sehingga siswa seolah-olah menemukan sendiri pengetahuan tersebut (Zulliadi, 2014).

Data Pada proses pembelajaran yang berlangsung di SMAN Model 1 Pinrang Kabupaten Pinrang dan berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap peserta didik dan guru bahwa proses pembelajaran tidak terlalu melibatkan model apapun dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik tidak mendapatkan kualitas pembelajaran yang biasa saja, sehingga nila yang diperoleh oleh peserta didik kebanyakan sama dan tidak ada proses peningkatan dalam hal nilai dan kualitas pembelajaran, sehingga dengan melihat masalah ini, perlu dilakukan variasi dalam proses pembelajaran dengan mengadopsi model pembelajaran

guided inquiry sebagai pemacu dalam mengatasi masalah tersebut.

2. Metode Penelitian

Latar Belakang Umum Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam siklus berulang, pada setiap siklus terdiri atas rangkaian empat kegiatan yaitu, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi (evaluasi) dan refleksi.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas XI IPA 3 SMAN Model 1 Pinrang, Kab. Pinrang.

Instrumen dan Prosedur

Instrumen dalam penelitian tindakan kelas ini lembar tes evaluasi peserta didik yang merupakan data kuantitatif. Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara bersiklus. Pada masing-masing siklus dilaksanakan selama 4 kali pertemuan (8 jam pelajaran) dan setiap akhir siklus diberikan tes evaluasi. Kegiatan-kegiatan pada siklus selanjutnya merupakan perbaikan dari siklus sebelumnya jika belum mencapai aktivtas dan hasil belajar yang diharapkan, maka dilanjutkan ke siklus berikutnya (bersiklus) dengan meliputi kegiatan yakni perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi (evaluasi) dan refleksi.

Analisis data

Teknik yang digunakan dalam menganalisis data untuk menentukan ketuntasan hasil belajar peserta didik dengan KKM yang berlaku di SMAN Model 1 Pinrang yakni peserta didik dengan skor ≥ 76 dinyatakan tuntas, sedangkan peserta didik dengan skor ≤76

(3)

Prosiding Seminar Nasional Biologi VI

Harmonisasi Pembelajaran Biologi pada Era Revolusi 4.0

Skor yang diperoleh

Nilai =

x 100

Skor maksimal

Gambar 2. Rumusan pengskoran hasil belajar peserta didik.

Teknik analisis data yang digunakan mengetahui ketuntasan hasil belajar secara klasikal dihitung dengan menggunakan persamaan (Sugiyono, 2010):

3. Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai kognitif peserta didik diambil dari data berupa evaluasi tertulis dengan soal essay dan juga evaluasi tertulis dengan soal pilihan ganda. Peneltian tindakan kelas ini akan dikatakan berhasil jika mencampai minimun persetanse sebaganyak 80% siswa yang masuk dalam kategori tuntas dala hasil belajarnya

Tabel 1. Kategori ketuntasan hasil belajar kognitif pada siklus I.

Pada kategori ketuntasan hasil belajar peserta didik pada siklus I yang dikatergorikan tuntas apabila nilai yang didapatkan peserta didik ≥ 76 sedangkan kategori tidak tuntas apabila

nilai yang didapatkan peserta didik ≤ 76. Sesuai dengan tabel 2 dapat diketahui bahwa ketuntasan klasikal hasil belajar peserta didik pada siklus I sebanyak 33 peserta didik (68%) masuk dalam ketegori tuntas, dan 15 peserta didik (31%) masuk dalam kategori tidak tuntas.

Tabel 2. Kategori ketuntasan hasil belajar kognitif pada siklus II. Kategori Nilai Nilai Siklus 2

Jumlah Peserta

Didik Persentase

Tuntas ≥76 40 83

Tidak Tuntas <76 8 16

Pada tabel 3 yang menunjukkan data kalsikal peserta didik yang mendapatkan nilai ≥76

dan berada pada ketagori tuntas sebanyak 40 peserta didik dengan pesertase yakni 83%, peserta didik dengan nilai ≤76 dan berada pada kategori tidak tuntas yakni sebanyak 8 peserta didik dengan jumlah persentase yakni sebanyak 16%.

4. Pembahasan

Hasil Belajar

Data Hasil belajar peserta didik pada siklus I dilihat pada tabel 1 yang menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada siklus I yang mendapatkan nilai ≥76 sebanyak 68%,

Kategori Nilai Nilai Jumlah Peserta Siklus I

Didik Persentase

Tuntas ≥76 33 68

Tidak Tuntas <76 15 31

Ketuntasan klasikal =

x 100 %

(4)

Prosiding Seminar Nasional Biologi VI

Harmonisasi Pembelajaran Biologi pada Era Revolusi 4.0

sedangkan peserta didik yang mendapatkan nilai < 76 sebanyak 31 %. Hasil belajar yang didapatkan peserta didik pada siklus I belum mencapai ketuntasan secara klasikal. Hal ini dapat terjadi karena pada proses penerapan model pembelajaran guided inquiry, peserta didik masih dalam proses penyesuaian untuk memahami kegiatan yang terdapat pada model pembelajaran guided inquiry, dan juga hal lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik pada siklus I karena selama proses pembelajaran yang dialami oleh peserta didik masih bersifat konvesional atau proses pembelajaran yang hanya berpusat pada guru, menjadikan guru sebagai pusat dalam kegiatan pembelajaran namun tidak ada variasi aktivitas yang bertujuan untuk mengaktifkan kegiatan peserta didik dalam proses belajar mandiri dalam pembelajaran, sehingga peserta didik pun harus mulai membiasakan diri dalam penerapan model pembelajaran guided inquiry.

Keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari lima bagian yaitu pendahuluan (kegiatan awal), kegiatan inti, penutup (kegiatan akhir), pengelolaan waktu dan pengamatan suasana kelas. Dimana secara keseluruhan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus 1 dan 2.

Hasil belajar peserta didik pada siklus II menunjukkan peningkatan yang lebih baik dan meningkat dibandingkan dengan hasil belajar yang didapatkan pada siklus I, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya persentase jumlah peserta didik pada siklus II yang

memenuhi kriteria tuntas ≥76 sebanyak 40 peserta didik dengan persentase ketuntasan sebesar 83%. Berdasarkan hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dan melihat peningkatan yang terjadi maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik telah mencapai ketuntasan belajar sesuai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yakni sebayak 80% dari jumlah peserta didik yang mendapatkan nilai tuntas ≥76 pembelajaran.

Berdasarkan data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa peningkatan yang terjadi pada hasil belajar peserta didik sangat signifikan dari siklus I ke siklus II. Beberapa faktor yang mempengaruhi dan mendukung hal tesebut terjadi yaitu model pembelajaran

guided inquiry. Pada model pembelajaran guided inquiry yang digunakan pada proses pembelajaran bertujuan untuk mengaktifkan kegiatan belajar peserta didik di dalam kelas dengan serangkaian proses kegiatan dalam proses mencari jawaban terhadap pertanyaan dan masalah yang dihadirkan dalam pembelajaran. Model pembelajaran guided inquiry

merupakan model dalam pembelajaran yang mengarahkan peserta didik dalam proses belajar mandiri yang memungkinkan aktif nya aktvitas peserta didik dalam belajar sesuai dengan rangkaian model inkuiri yang diterapkan.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri sedangkan guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran guna mengembangkan konsep yang telah dimiliki sebelumnya sehingga diperoleh pembelajaran yang bermakna. Selain itu, siswa dituntut untuk menemukan konsep sendiri dengan bimbingan guru sehingga siswa akan lebih paham terhadap konsep materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik selain dari aktif nya kegiatan peserta didik di dalam kelas juga didukung oleh pengetahuan awal peserta didik dalam mehami konsep. Pada model pembelajaran guided inquiry mengarahkan peserta didik untuk mengelompokkan konsep dalam pembelajaran yang dituangkan dalam konsep map. Faktor membaca dan menulis adalah dua faktor yang saling berhubungan dengan kemampuan kognitif peserta didik dalam memahami konsep materi pembelajaran. Proses membaca yang dilakukan oleh peserta didik adalah kegiatan yang mengaktifkan kegiatan kognitif peserta didik yakni aktivitas otak dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, analisis, dan penerapan, sehingga dengan memulai membaca yang kemudian diterapkan dalam konsep guided membuktikan bahwa kemampuan daya ingat peserta didik dalam mengingat konsep yang telah dibuat terbukti mempengaruhi proses pemahaman peserta didik terhadap materi yang akan dipelajari.

(5)

Prosiding Seminar Nasional Biologi VI

Harmonisasi Pembelajaran Biologi pada Era Revolusi 4.0

Pada penelitian ini berakhir pada siklus II karena telah mencapai indikator keberhasilan pada siklus II telah mencapai ketuntasan klasikal sebayak 80% peserta didik mendapatkan nilai tuntas ≥76 pada materi struktur dan fungsi jaringan pada hewan. Berdasarkan data dan uraian pembahasan diatas dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran guided inquiry dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas XI IPA 3 SMAN Model 1 Pinrang.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yakni peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik melalui penerapan model pembelajaran guided inquiry dapat disimpulan sebagai berikut. Berdasarkan hasil penelitian untuk hasil belajar kognitif peserta didik di kelas XI IPA 3 SMAN Model 1 Pinrang pada siklus I, jumlah peserta didik pada kategori tidak tuntas adalah 15 peserta didik dengan persetase 31%, dan jumlah peserta didik yang tuntas adalah 33 peserta didik dengan persentase 68%. Hasil belajar kognitif peserta didik pada siklus II yaitu jumlah peserta didik yang tidak tuntas adalah 8 peserta didik dengan persentase 16% dan peserta didik yang termasuk dalam kategori tuntas adalah 40 peserta didik dengan persentase 83%.

Referensi

Banerjee, A. (2010). Teaching Science Using Guided Inquiry as the Central Theme: A Professional Development Model for High School Science Teachers. FALL Science Educator, 19 (2), 1-9.

Chairinda, C, I. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI MIA 1 pada Materi Getaran Harmonis Di SMAN 12 Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika, 2 (1), 70-76.

Nisa, E.K. (2017). Effectiveness of guided inquiry learning model to improve students' critical thinking skills at senior high school. Seminar Nasional Fisika (SNF) 2017. Conf. Series 99. Ningsih, P. (2017). Application of Guided Inquiry Learning Model with Mind Map toward

Students’ Learning Outcomes in Chemistry Material: Reaction Rate. First Indonesian Communication Forum of Teacher Training and Education Faculty Leaders International Conference on Education 2017. 174.

Villagonzalo, E.C. (2014). Process Oriented Guided Inquiry Learning: An Effective Approach in

Enhancing Students’ Academic Performance. Presented at the DLSU Research Congress 2014. Philippines. De La Salle University, Manila

Zulliadi, R. (2014). Penerapan Model Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 121 Ulu Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Universitas Bengkulu. Bengkulu Selatan.

Gambar

Tabel 2. Kategori ketuntasan hasil belajar kognitif pada siklus II.

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran problem based learning memiliki kontribusi lebih dibandingkan dengan lecturing terhadap hasil belajar kognitif asuhan pelayanan keluarga berencana

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui k ekuatan bending dan impact yang optimal dari k omposit berpenguat sek am padi bermatrik urea formaldehyde pada frak si

Kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan di sekolah Daarul Istiqomah oleh Heri Satria Setiawan dan Agus Pamuji ditunjang dengan materi, bahan atau bahan pustaka yang

Di samping itu, pengguna harus juga dikelompokkan dalam segmentasi yang lebih rinci, seperti siapa yang menggunakan jalan tol sebagai bagian utama dan bagian

[r]

Sedangkan, sistem demineralisasi AP 1000 terdiri dari tiga tahap proses yaitu pengolahan awal, demineralisasi primer yang terdiri dari dua unit RO dan

Dari grafik kuat medan listrik di bawah saluran transmisi untuk ketinggian titik uji yang bervariasi seperti yang digambarkan pada Lampiran C, dapat diperoleh data seperti pada