KAWASAN GUNUNG MEKONGGA DESA TINUKARI
KECAMATAN WAWO KABUPATEN KOLAKA UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
(Diversity Of Cerambycidae Beetle (Coleoptera) In Mekongga Mount Area, In Tinukari Village Wawo Sub District North Kolaka Regency In South East
Sulawesi Province)
Amirullah1, Citra Ariani2, dan Suriana1 1
Jurusan Biologi, Fakultas MlPA Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi Tenggara
2
Laboratorium Biologi, Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara e-mail : Amir_entkes@yahoo.com
Jurusan Biologi, Fakultas MlPA Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi Tenggara 93232.
ABSTRACT
The aim of this research is to determine the distribution, diversity, evenness and similarity of Cerambycidae bettle based on the total of species and individual at different altitude in mount of Mekongga area in Tinukari village Wawo sub district, north Kolaka regency in South East Sulawesi province. This research was used a survey method, catching Cerambycidae bettle by using sweep net, light trap, malaise trap, artocarpus trap and yellow pan trap by TCBG-LIPI mekongga team. Mounting and identification in laboratory entomology, sector zoology, biology research center Tndonesian of science, Cibinong Bogor, west java. The result show that there are 3 subfamilies of Cerambycidae bettle; Laminae (54 species), Cerambycidae (21 species) and Prioninae (1 species). The highest diversity index, was found at 0-500 asl (H'=3,389) and the evennes high category was found at 1000-1500 asl (H'=1). The highest similarity index of species was found at 0-500 and 500-1000 asl (47,225%).
19
Amirullah, et. al., Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 16—24, April, 2014
Mekongga Desa Tinukari Kecamatan Wawo Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara
PENDAHULUAN
Serangga merupakan kelompok hewan dengan keragaman terbesar bila dibandingkan dengan golongan hewan lain yaitu hampir 75% dari total hewan yang hidup di dunia (Listiani, 2008). Serangga berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi, kemampuan memakan jenis makanan yang berbeda dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya. Serangga juga memegang peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem yakni sebagai herbivora, predator, parasit, dekomposer maupun sebagai penyerbuk dalam pembungaan dan pembuahan (Latumahina dan Anggraeni, 2010).
Kumbang (Coleoptera) merupakan kelompok terbesar, sekitar 40% dari seluruh jenis serangga. Anggotanya diperkirakan lebih dari 350.000 jenis yang sudah diketahui namanya, 30.000 jenis ada di Amerika Serikat dan Kanada (Borror et al., 1996), di Australia 30.000 jenis (Lawrence and Britton, 1994), dan diperkirakan sekitar 10% dari jumlah jenis kumbang dunia yang terdapat di Indonesia. Khusus di Sulawesi,
diperkirakan terdapat 6000 jenis kumbang setelah Hammond berhasil mengoleksi 4500 jenis kumbang dari hutan dataran rendah di Sulawesi Utara (Shahabuddin dkk, 2005).
Kumbang sungut panjang (Coleoptera, Cerambycidae) merupakan kelompok serangga perombak kayu yang mempunyai keanekaragaman yang tinggi. Di Asia telah teridentifikasi sekitar 35.000 spesies dan sekitar 10% diduga terdapat di Tndonesia. Koleksi kumbang sungut panjang yang tersimpan di Laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LTPT, diperkirakan sekitar 1.200 spesies yang telah teridentifikasi (Noerdjito dkk, 2011).
Kumbang Cerambycid memainkan peran penting dalam ekologi hutan karena membantu dalam penguraian pohon yang mati. Kumbang sungut panjang (Cerambycidae) diketahui berperan sebagai perombak bahan organik, terutama larvanya hidup di dalam kayu yang sedang melapuk. Susunan komunitas kumbang sungut panjang yang ada di suatu kawasan akan mencerminkan kondisinya (Noerdjito et al., 2005).
Pegunungan Mekongga adalah suatu pegunungan yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara tepatnya di Kabupaten Kolaka Utara yang memiliki hutan dengan ciri khas tersendiri. Dari sisi biologis, hutan tersebut mempunyai fungsi pokok untuk mendukung kelangsungan berbagai keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya (Budiman, 2008). Hutan Mekongga telah diusulkan menjadi kawasan hutan lindung sejak tahun 2008, sehingga untuk pengelolaannya diperlukan data pendukung tentang berbagai aspek ekologi, termasuk status flora dan fauna yang ada di dalamnya. Data dasar mengenai aspek biologi, keanekaragaman dan komposisi jenis biota terutama untuk jenis-jenis endemik, rawan punah dan
mempunyai nilai ekonomi di kawasan hutan tersebut sangat diperlukan.
Sejauh ini di pegunungan Mekongga telah ditemukan adanya variasi morfometri dan corak warna tubuh beberapa spesies tawon (Suriana dkk., 2011), sementara itu Wirawan (2012) menemukan 22 spesies capung pada ketinggian 1000-2000 m dari permukaan laut (dpl) yang terdiri atas 6 famili dari tiga subordo Anisoptera dan tiga dari subordo Zygoptera. Tnformasi jenis kumbang Cerambycidae di setiap ketinggian pada kawasan Gunung Mekongga belum dilakukan, oleh karena itu, dilakukan penelitian tentang Keanekaragaman Kumbang Cerambycidae (Coleoptera) di Kawasan Gunung Mekongga Desa Tinukari Kecamatan Wawo Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara.
METODE PENELITIAN
Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2009, Juli sampai Desember 2010 dan Juli 2011 oleh tim TCBG-LTPT. Bertempat di Gunung Mekongga di ketinggian 0-1500 mdpl di kawasan Desa Tinukari Kecamatan Wawo Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Identifikasi dilaksanakan selama tiga bulan yaitu 26
Maret sampai dengan 28 Juni 2013 bertempat di Laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong Bogor, Jawa Barat. Alat dan bahan yang digunakan Mikroskop Binokuler, Loup, Jangka sorong, Kamera Sony 16.2 MP, Killing bottle, Sweap net, Malaise trap, Kertas label, Pinning block, Pins insect, Plastozot, Oven, Kotak penyimpanan,
21
Amirullah, et. al., Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 16—24, April, 2014
Mekongga Desa Tinukari Kecamatan Wawo Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara J u m lah s p es ie s
Botol koleksi, Lem serangga, Kain putih 2x3, Lampu mercury 150 watt, Generator 1000 watt, Drower, Jarum
trap. Prosedur penelitian terdiri dari 4
tahap yaitu pengambilan spesimen, pengawetan spesimen, identifikasi pentul, Pinset runcing,
Mangkok kuning, (Coleoptera), Buku
Desikator, Serangga identifikasi,
kumbang dan analisis data. Pengawetan spesimen menggunakan alkohol. Identifikasi dilakukan dengan melihat Alkohol 70%, Air panas, Kamper/ ciri-ciri morfologi pada kepala/caput, kapur barus, Silica gel, Ethyl Acetat, dada/thorax dan perut/abdomen. Data Daun nangka, Garam, Sabun cair. disajikan dalam bentuk gambar, Pelaksanaan penelitian ini
menggunakan metode survei dengan penangkapan kumbang Cerambycidae
diagram dan tabel jumlah spesies kemudian dianalisis dengan menggunakan aplikasi Primer 5 yaitu menggunakan jaring penangkap, dengan menghitung indeks perangkap lampu, malaise trap,
perangkap daun nangka dan yellow pan
keanekaragaman, kesamaan.
kemerataan dan
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Spesies dan Jumlah Individu
Kumbang Cerambycidae dan
Hasil penelitian terhadap populasi kumbang Cerambycidae ditiga ketinggian lokasi penelitian, di kawasan Distribusinya pada Berbagai Gunung Mekongga, Kabupaten Kolaka Ketinggian di Kawasan Gunung
Mekongga Utara, Sulawesi Tenggara dapat
disajikan pada Histogram 1 dan 2.
50 42 40 30 30 20 14 8 10 1 0 0 3 4 0 0-500 500-1000 1000-1500 Ketinggian (mdpl)
Lamiinae Cerambycinae Prioninae
Gambar 1. Histogram Jumlah Spesies Kumbang Cerambycidae yang ditemukan di kawasan Gunung Mekongga.
Ketinggian (mdpl) (H') Kategori 0 - 500 3,389 Tinggi 500 - 1000 3,296 Tinggi Ju m lah i nd iv idu 250 200 150 100 50 220 36 2 72 10 0 3 4 0 0-500 500-1000 1000-1500 Ketinggian (mdpl)
subfamili Lamiinae subfamili Cerambycinae subfamili Prioninae
Histogram 1 dan 2 menunjukkan jumlah spesies kumbang Cerambycid yang ditemukan di Gunung Mekongga beragam dengan jumlah jenis yang bervariasi pada setiap ketinggian. Pada hutan gunung Mekongga ditemukan 347 individu dengan 76 spesies kumbang Cerambycid.
Kumbang Cerambycidae di area hutan Gunung Mekongga pada ketinggian yang berbeda memiliki jumlah individu dan spesies yang berbeda. Pada ketinggian 0-500 mdpl ditemukan 57 spesies dengan total individu 258, yang mendominasi adalah
Pterolophia sp.1 sebanyak 31
individu. Ketinggian 500-1000 mdpl ditemukan 38 spesies dengan 82 individu, yang didominasi oleh Gnoma sp.2 dengan 10 individu, dan ketinggian 1000-1500 mdpl
merupakan habitat yang memiliki jumlah spesies dan jumlah individu yang paling rendah, disini ditemukan 7 spesies dengan 7 individu, tidak ditemukan jenis yang mendominasi. Dengan demikian dari ketiga habitat tersebut, jumlah spesies dan jumlah individu paling banyak ditemukan pada ketinggian 0-500 mdpl.
B. Indeks Keanekaragaman
Kumbang Cerambycidae
(Coleoptera) yang ditemukan pada Berbagai Ketinggian di Kawasan Gunung Mekongga Nilai keanekaragaman spesies menggunakan indeks keanekaragaman Shannon dan Wiener (H') (Lien and Yuan, 2003) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Indeks keanekaragaman
spesies kumbang Cerambycidae yang ditemukan pada berbagai ketinggian di kawasan Gunung Mekongga
Gambar 2. Distribusi jumlah individu kumbang Cerambycidae yang ditemukan di kawasan Gunung Mekongga
23
Amirullah, et. al., Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 16—24, April, 2014
Mekongga Desa Tinukari Kecamatan Wawo Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara
Hasil perhitungan indeks keanekaragaman pada Tabel 1 menunjukkan ketinggian 0-500 mdpl dan 500-1000 mdpl tergolong kategori tinggi bila dibandingkan dengan ketinggian 1000-1500 mdpl menunjukkan kategori rendah. Menurut Deshmukh (1992) dalam La Hendri (2011), faktor yang menunjang tinggi rendahnya indeks keanekaragaman adalah kerapatan jenis dalam komunitas, sehingga dengan kondisi yang berubah pada suatu komunitas akan mempengaruhi jumlah jenis maupun jumlah individu jenis tertentu.
Tingginya tingkat keanekaragaman pada ketinggian 0-500 mdpl dan 500-1000 mdpl disebabkan karena pada habitat tersebut terdapat berbagai jenis sumber daya untuk dimanfaatkan dengan kondisi lingkungan yang dapat ditoleransi oleh berbagai jenis kumbang Cerambycidae. Tingginya keanekaragaman jenis ini ditunjukkan dengan ditemukannya 347 individu dari 76 spesies. Ketinggian 0- 500 mdpl sebanyak 258 individu, ketinggian 500-1000 mdpl sebanyak 82 individu dan ketinggian 1000-1500 mdpl mempunyai keanekaragaman yang sedang dengan jumlah 7 individu. Menurut Odum (1996) dalam La Hendri (2011), semakin banyak jumlah
spesies maka semakin tinggi keanekaragamannya. Sebaliknya, bila nilainya kecil maka komunitas tersebut didominasi oleh satu atau sedikit jenis. C. Indeks Kemerataan Kumbang
Cerambycidae (Coleoptera) yang ditemukan pada Berbagai Ketinggian di Kawasan Gunung Mekongga
Indeks kemerataan spesies memakai indeks kemerataan Shannon (Mangguran, 2004). Berikut Tabel 2 yang menunjukkan indeks kemerataan spesies kumbang Cerambycidae. Tabel 2. Indeks kemerataan spesies kumbang Cerambycidae yang ditemukan pada berbagai ketinggian di kawasan Gunung Mekongga
Ketinggian (mdpl) (E) Kategori 0 - 500 0,8382 Tinggi 500 - 1000 0,9062 Tinggi 1000 - 1500 1 Tinggi
Hasil perhitungan indeks kemerataan jenis pada kawasan Gunung Mekongga menunjukkan bahwa kumbang Cerambycidae pada masing-masing habitat cukup merata. Ketinggian 0-500 mdpl menunjukkan nilai kemerataan 0,8382, ketinggian 500-1000 mdpl dengan nilai kemerataan 0,9062 dan lokasi penelitian dengan ketinggian 1000- 1500 mdpl dengan nilai kemerataan 1, hal ini dikarenakan jenis vegetasi yang terdapat di lokasi penelitian tersebar
Ketinggian (mdpl) 0- 500 500 - t000 t000 - t500 0 - 500 500 - 1000 47,2%
merata di seluruh kawasan. Menurut Dendang (2009) bahwa ukuran keseimbangan antara satu komunitas dengan komunitas lainnya sangat ditentukan oleh nilai Tndeks kemerataan dan nilai ini dipengaruhi oleh jumlah jenis yang terdapat dalam satu komunitas. Perbedaan ketinggian akan menyebabkan perbedaan iklim (seperti suhu, kelembaban dan curah hujan), pola penyebaran vegetasi dan mempengaruhi kemerataan spesies kumbang Cerambycidae.
D. Indeks Kesamaan Kumbang Cerambycidae (Coleoptera) yang ditemukan pada Berbagai Ketinggian di Kawasan Gunung Mekongga
Kesamaan spesies kumbang Cerambycidae antar ketinggian tempat menggunakan indeks kesamaan Bray- Curtis. Data yang digunakan adalah data spesies dan kelimpahan spesies masing-masing ketinggian tempat (Cheng, 2004). Indeks Kesamaan Bray-Curtis dihitung menggunakan program Primer (Plymouth Routines Tn Multivariate Ecological Research). Tabel 3. Indeks kesamaan spesies
kumbang Cerambycidae yang ditemukan pada berbagai ketinggian di kawasan Gunung Mekongga
Tingkat kesamaan jenis diukur dengan menggunakan perhitungan indeks kesamaan jenis (Tndeks Similaritas). Berdasarkan hasil perhitungan indeks similaritas pada Tabel 3 menunjukkan kumbang Cerambycidae pada tiga lokasi kategori, memiliki nilai indeks tertinggi yaitu pada ketinggian 0-500 mdpl dan 500- 1000 mdpl yaitu sebesar 47,2%. Hal tersebut menunjukkan adanya kemiripan komunitas dalam hal jumlah spesies pada kumbang Cerambycidae antara ketinggian 0-500 mdpl dengan 500-1000 mdpl. Hal ini disebabkan karena pada kedua ketinggian tersebut terdapat kesamaan jenis habitat yang berupa hutan alami yang didominasi oleh pepohonan besar dan tanaman perdu.
Nilai indeks kesamaan yang lebih rendah terdapat pada ketinggian 500-1000 mdpl dengan 1000-1500 mdpl dengan nilai 6,4%. Ketinggian tersebut memiliki kondisi lingkungan yang cukup berbeda. Kondisi lingkungan pada ketinggian 1000-1500 mdpl cukup ekstrim, karena kurangnya vegetasi dan sumber makanan sehingga kumbang Cerambycidae hanya sebagian kecil yang mampu bertahan.
25
Amirullah, et. al., Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 16—24, April, 2014
Mekongga Desa Tinukari Kecamatan Wawo Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara
A.Simpulan
PENUTUP B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penulis menyarankan : Berdasarkan hasil penelitian dan
identifikasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Jumlah spesies dan individu kumbang Cerambycidae (Coleoptera) yang di temukan pada ketinggian 0-500 mdpl di Kawasan Gunung Mekongga lebih banyak dibandingkan pada ketinggian 500- 1000 dan 1000-1500 mdpl.
2. Indeks keanekaragaman jenis kumbang Cerambycidae kategori tinggi di kawasan Gunung Mekongga terdapat pada ketinggian 0-500 mdpl, sedangkan kategori rendah terdapat pada ketinggian 1000-1500 mdpl.
3. Indeks kemerataan spesies kumbang Cerambycidae pada kawasan Gunung Mekongga dari tiga ketinggian cukup merata. 4. Indeks kesamaan spesies kumbang
Cerambycidae yang terdapat di kawasan Gunung Mekongga memiliki nilai kesamaan spesies yang tinggi terdapat pada ketinggian 0-500 mdpl dengan 500- 1000 mdpl dan terendah pada ketinggian 500-1000 mdpl dengan 1000-1500 mdpl.
5. Perlu adanya kajian diversitas secara mendalam tentang hubungan ketinggian dan faktor lingkungannya terhadap spesies kumbang Cerambycidae di kawasan Gunung Mekongga. 6. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang hubungan vegetasi terhadap perkembangan populasi kumbang Cerambycidae di kawasan Gunung Mekongga.
DAFTAR PUSTAKA
Borror, D.J., Triplehorn C.A., and Johnson. N.F., 1996, Pengenalan
Pelajaran Serangga Edisi Keenam,
Penerjemah: Partosoedjono, S. dan Brotowidjoyo, M,D., Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Budiman, U., 2008, Gambaran Umum
Pengetahuan Tentang
llegalogging Kayu Serta Dampak
Pada Pemanasan Global di
Pegunungan Mekongga,
Cakrabuana, Makassar.
Cheng, C., 2004, Statistical approaches
on discriminating spatial
variation of species diversity,
Bot. Bull Acad Sin, 45, 339- 346.
Dendang, B. 2009. Keragaman Kupu- Kupu Di Resort Selabintana Taman
Nasional Gunung Gede
Pangrango, Jawa Barat. Penelitian
Hutan dan Konservasi Alam, 6. 25- 36.
Komposisi Jenis Semut di
Gunung Mekongga Desa
Tinukari Kecamatan Wolo
Kabupaten Kolaka Utara
Provinsi Sulawesi Tenggara,
Skripsi, Universitas Haluoleo, Kendari.
Latumahina, F,S., dan Anggraeni, T., 2010, Diversitas Coleoptera Dalam Kawasan Hutan Lindung Sirimau
Kota Ambon, Seminar,
Yogyakarta, 24-25 Septembar 2010.
Lawrence, J.F., and Britton, E.B., 1994,
Australian Beetles, Melbourne
University Press.
Lien, V,V., and Yuan, D., 2003. The
differences of butterfly
(Lepidoptera, Papilionoidea)
communities in habitats with various degrees of disturbance
and altitudes in tropical.
Biodiversity and Conservation, 12, 1099-1111.
Listiani, L., 2008, Pengaruh Pola
Perkawinan Poliandri
Kumbang Ulat Tepung
(Tenebrio molitor L.) Terhadap
Jumlah Larva Dan Jumlah
Kumbang Anaknya, Skripsi,
Tnstitut Pertanian Bogor, Bogor.
Mangguran, A. E., 2004. Measuring
biological diversity. Malden:
Blackwell Publishing.
Noerdjito, W.A., H. Makihara & K Matsumoto. 2005. Longicorn
beetle fauna (Coleoptera,
Cerambycidae) collected from Friendship Forest at Sekaroh,
Lombok. Proc. Tnt. Workshop
on the Landscape Level Rehabilitation of degraded
23 February, 2005., FFPRT, Tsukuba, Japan, pp. 55-64.
Noerdjito, W.A., 2011, Evaluasi
Kondisi Hutan Berdasarkan
Keragaman Kumbang Sungut
Panjang (Coleoptera :
Cerambycidae) di Kawasan
Gunung Slamet. Berita Biologi
(dalam proses penerbitan).
Noerdjito, W.A., Aswari, P., Peggie, D., 2011, Fauna Serangga
Gunung Ciremai, Lipi Press,
Bogor
Odum, E.P., 1993, Dasar-Dasar
Ekologi, Penerjemah:
Sarningan, T., dan Srigandono, B., Gadjahmada University Press, Yogyakarta.
Shahabuddin, Hidayat, P., Noerdjito, W. A., Manuwoto, S., 2005,
Penelitian Biodiversitas
Serangga di lndonesia:
Kumbang Tinja (Coleoptera:
Scarabaeidae) dan Peran
Ekosistemnya, Biodiversitas,
Vol. 6, No. 2, Hal. 141-146.
Suriana, M., Nurhayani., Ambardini, S., Adi, D.A., 2011, Morfometri
dan Corak Warna Tubuh
Beberapa Spesies Tawon di
Kawasan Gunung Mekongga,
BLV, Universitas Haluoleo, Kendari.
Wirawan, G.S., 2012, Jenis-jenis Capung di Kawasan Gunung
Mekongga Pada Ketinggian
1000-2000 m dpl Desa Tinukari Kecamatan Wawo Kabupaten
Kolaka Utara Sulawesi
Tenggara, Skripsi, Universitas