• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHUMASAN INDONESIA KODE ETIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEHUMASAN INDONESIA KODE ETIK"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

KODE ETIK

KEHUMASAN INDONESIA

Diiiwai

oleh

Pancasila rnaupun Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan tata kehidupan nasional;

diilhami oleh

Piagam Perserikatan

Bangsa-Bangsa sebagai landasan tara kehidupan intemasional; dilandasi Deklarasi ASEAN (8 Agustus 1967) sebagai pemersatu bangsa-bangsa Asia Tenggara; dan dipedomani oleh cita-cita, keinginan, dan tekad untuk

mengamalkan sikap dan perilaku kehumasan secara ptofesional; kami para

anggota Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas)

sepakat

untuk

mematuhi Kode

Etik

Kehumasan Indonesia,

dan

bila terdapat bukti-bukti bahwa

di

anrara kami dalam menjalankan profesi

kehumasan temyata ada yang melanggarnya, maka hal

itu

sudah tenru

mengakibatkan diberlaluJ<annya tirtdak organisasi terhadap pelantgarnya.

PASAL

I

Komkibqdi

Anggota Perhumas harus

".

l4gmiliki,len kin dalam menjalankan profesi kehumasan.menerapkan staldar moral sena reputasi setinggi

mung-b.

Berperan secara nyata dan sunggu-h-sunggul dalam upaya

merrasya-rakatkan kepentingan Indonesia.

c.

Menumbu-h}an dan mengembangkan hubungan antarwarga negara

Indonesia yang serasi dan selaras demi terwuiuilnya persatuan dan

(4)

234 Media Relation

-

Konsep, Strategi, dan Aplikasi

PASALU

Perilaku terhadap trOien atau Atasan Anggota Perhumas harus

a.

Berlaku jujur dalam berhubungan dengan klien atau atasan.

b.

Tidak mewakili dua atau beberapa kepentingan yang berbeda atau

yang bersaingan tanpa persetuiuan semua pihak yang terkait.

c.

Menjamin rahasia serta kepercayaan yang diberikan oleh klien atau atasan maupun yang pernah diberikan oleh mantan klien atau mantan

atasan.

d.

Tidak melakukan tindak atau mengeluarkan ucapan yang cenderung merendahkan martabat, klien atau atasan, mauPun mantan klien atau

mantan atasan.

e.

Dalam memberi jasa-jasa kepada klien atau atasan, tidak akan

mene-rima pembayaran, komisi, atau imbalan dan pihak mana pun selain dari klien atau atasannya yang telah memperoleh penjelasan lengkap.

f.

Tidak akan menyarankan kepada calon klien atau calon atasan bahwa

pembayaran atau imbalan jasa-jasanya harus didasarkan kepada hasil-hasil tertentu, atau tidak akan menyeiliui penjanjian apa Pun yang mengarah kepada hal yang serupa.

PASALIII

Perilaku terhadap MaErardkat dan Media lvlassa Alggota Perhumas harus

a.

Menjalankan kegiatan profesi kehumasan dengan memperhatikan ke-pentingan masyarakat serta harga diri anggota masyarakat.

b.

Tidak melibatkan

diri

dalam tindak

untuk

memanipulasi integritas

sarana maupun jalur komunikasi massa.

c.

Tidak menyebarluaskan informasi yang tidak benar atau yang

menye-satkan sehingga dapat menodai profesi kehumasan.

d.

Senantiasa membantu penyebarluasan informasi maupun

(5)

Lampiran

-

Kode Etik Kehumasan lndonesia 235

PASAT TV

Perilalu terhadap Sejawat

Praktisi kehumasan Indonesia harus

a.

Tidak dengan sengaja merusak dan mencemarkan reputasi atau tindak profesional sejawatnya. Namun bila ada sejawat yang bersalah karena

melakukan tindak yang tidak etis, yang melanggar hukum, atau yang

tidak

jujur,

termasuk melanggar Kode

Etik

Kehumasan Indonesia, maka bukti-bukti wajib disampaikan kepada Dewan Kehormatan

Per-humas.

b.

Tidak menawarkan diri arau melrdesak klien atau atasan untuk

meng-gantikan kedudukan sejawatnya.

c.

Membantu dan bekerja sama dengan para sejawat di seluruh Indonesia

untuk

menjujung

tinggi dan

mematuhi

Kode

Etik

Kehumasan

Indonesia ini.18

t8 Diacu dari tulisan Wisaksono Noeradi dari e-mail yang dikirimkan dengan nama file

(6)
(7)

O

E

TIKP

O

S

ASOSIAS

E

US

A

LCR

LATO

S

N

S

PASAL 1

Norma-noma perilaktr profesional

sionalnya, seorang anggota wajib menjaga harga

diri

setiap anggota

pribadinya unruk bersikap adil dan

jujur

terhadap

klien,

baik yang

m,ntan

maupun yang sekarang, dan

terhadap sesama anggota asosiasi, anggota media komunikasi, serta ma-syarakat luas.

P.&SAL 2

Penyebarluasan Informasi

seorang anggota tidak akan menyebarluaskan, secara sengaja dan tidak

bertanggung jawab, informasi yang palsu atau yang menyesatkan, dan se-baliknya justru akan berusaha sekeras mungkin untuk mencegah terjadi-nya hal tersebut. Ia berkewajiban untuk menjaga integritas dan ketepatan

informasi.

PASAI3 Media Komunikasi

seorang anggota tidak akan melaksanakan kegiatan yang dapat merugikan integritas media komunikasi.

PASAI4

Kepentingan yang Tersembunyi

Seorang anggota tidak akan melibatkan dirinya dalam kegiatan apa pun

(8)

238 Media Relation

-

Konsep, Strategi, dan Aplikasi

cara seolah-o1ah

ingin

memajukan suatu kePentingan tertentu padahal sebaliknya justru ingin memaiukan kepentingan lain yang tersembunyi'

Seorang anggota berkewaiiban

untuk

menjaga agar kepentingan sejati organisasi yang meniadi

mitra

kerjanya benar-benar terlaksana secara

baik.

PASAL 5

Informasi Rahasia

seorang anggota (kecuali apabila diperintahkan oleh aParat hukum yang

berwenang)

tidak

akan menyampaikan atau memanfaatkan informasi yang diberikan kepadanya, atau yang diperolehnya, secara pribadi dan atas dasar kepercayaan, atau yang bersifat rahasia, dari kliennya, baik di

masa lalu,

kini

atau di masa depan, demi untuk memperoleh keuntungan pribadi atau unruk keuntungan

lain

tanpa persetujuan jelas dari yang bersangkutan.

PASAI 6

Pertentangan Kepentingan

Seorang anggora

tidak

akan mewakili kepentingan-kepentingan yang

saling bertentangan atau yang saling bersaing, tanpa Persetuiuan jelas dari

pihak-pihak yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu mengemukakan fakta-fakta yang terkait.

PASAI 7

Sumber-zumber PembaYaran

Dalam memberikan jasa pelayanan kepada kliennya, seorang anggota tidak akan menerima pembayaran, baik tunai atauPun dalam bentuk lain, yang diberikan sehubungan dengan jasa-jasa tersebut, dari sumber mana pun, tanpa persetuiuan jelas dari kliennya.

PASAI 8

Memberitahukan Kepentingan Keuangan

Seorang anggota,

ya

keuangan dalam suatu

or-ganisasi, tidak

akan

ajikannya untuk memakai

(9)

tanpa memberitahukan terlebih dahulu kepentingan keuangan pribadinya yang terdapat dalam organisasi tersebut.

Lampiran

-

Kode Etik Profesi Asosiasi Pe.usahaan public Relaton lndonesia 239

PASAI9

Pembayaran Berdererkaa l{aeil Kerja

Seorang anggota tidak akan nrengadakan negosiasi atau menyetuiui

per-syaratan dengan ca.lon majikan atau c:alon klien, berdasarkan pembayaran yang tergantung pada hasil pekerjaan PR tertentu di masa depaa.

PASAL

II

Imbalan kepaila Karyauan Kantor-taator Umum

S€orang anggota tidak akan menauankan atau memberikan imbalan apa

pun, dengan tujuan untuk memajukan kepentingan pribadinya (atau ke-pentingan klien), kepada orang yang menduduki suatu jabatan umum,

apabila hal tersebut tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat luas.

P.ISAL 12

ilfengtarfkan

Arytore parlemea

Seorang anggota yang rnempekeriakan seonng anggota parlemen, baik

sebagai konsultan araupun pelalsana, akan memberitahukan kepada

Ketua Asosiasi tentang hal tersebur: maupun tentang jenis pekerjaan yang

bersangkutan. Ketua Asosiasi

alan

mencatat

hal

tersebut dalam zuatu

buku

catatan yang khusus dibuat

untuk

keperluan tersebut. Seorang

anggour Asosiasi yang kebetulan juga menjadi anggota parlemen, wajib PASAI. 10

Menumpang-tindih Petcrjaan A.nggota

Iair

Seorang anggota yang mencari pekejaan atau kegiatan baru dengan cara

mendekati langsung atau secara pribadi, calon majikan aau calon

lang-ganan yang potensial, akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan

unn:k

mengetahui apakah pekerja:ur atau kegiatan tersebut sudah di-Ialcsanakan oleh anggota lain. Apabila demikian, maka menjadi kewa-jibannya untuk mernberitahukan anggota tersebut mengenai usaha dan

(10)

240 Media Relation

-

Konsep, Strategi, dan Aplikasi

memberitahukan atau memberi peluang agar terungkap, kepada Ketua,

semua keterangan apa Pun mengenai dirinya. PASAL 13

Mencemarkan Anggoa-anggota T ri n

Seorang anggota tidak akan dengan itikad buruk mencemarkan nama baik atau praktek profesional anSSota lain.

PASAI 14

IustnrksilPerhtah Pihak-pihak

Iain

Seorang anggota yang secara sadar mengakibatkan atau memperbolehkan orang atau organisasi

lain untuk

bertindak sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan kode etik

ini,

atau turut secara pribadi ambil bagian dalam kegiatan semacam itu, akan dianggap telah melanggar Kode ini.

PASAI 15

Nama Baik Profesi

seorang anggota tidak akan berperilaku sedemikian rupa sehingga me-rugikan nama baik Asosiasi, atau profesi Public Relations.

P.&SAL 16

Menjuniung Tingg Kode Etik

seorang anggora wajib menjunjung tinggi Kode Etik ini, dan wajib bekerja

sama dengan anggota lain dalam menjunjung tinggi Kode Etik, serta

da-Iam melaksanakan keputusan-keputusan tentang hal apa Pun yang timbul sebagai akibat dari diterapkannya keputusan tersebut. Apabila seorang

anggota mempunyai alasan untuk berprasangka bahwa seorang anggota

lain terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dapat merusak Kode Etik

ini'

maka ia berkewajiban untuk memberitahukan hal tersebut kepada

Aso-siasi. semua anggora wajib mendukung Asosiasi dalam menerapkan dan melaksanakan Kode Etik ini, dan Asosiasi waiib mendukung setiaP anggo-ta yang menerapkan dan melaksakan Kode Etik ini.

(11)

Lampiran

-

Kode Etik Profesi Asosiasi Pertsahaan public Relaton lndonesia 241

PASAI 17

Profesi

lain

Dalam bertindak untuk seorang klien atau majikan yang tergabung dalam

suatu profesi, smrang anggota al<aa n:enghargai Kode

Etik

dari profesi

tersebut dan secara sadar tidak akan

turut

dalam kegiatan apa pun yang

dapat rnencemarkan Kode Etik tersebur.le

le Diacu dari tulisa! Rhenald Kasali yang berjrdul Manajemen public

Relations, 1g4.,

(12)
(13)

CO

OF

CON

UCT

P

rntemational Public Relations Association code

of

conduct (adopted

in

Venice - May, 1961)

1.

Personal and Professional

IntegitT

It

is undentood that by personal integrity is meant the maintenance of both high moral standards and a sound reputation. By professional

integity

is

meant

observance

of

the

Constirudon

rules

and,

partiatlarly the Code as adopted by IPRA.

2.

Conduct towards Cliena and Employers

a.

A member has a general duty of fair dealing towards his

clien* or

employers, past and present.

b.

A

member shall safeguard the confrdences

of

both present and former clients or employers.

c.

A member shall not employ methods tending to be derogatory

of

another member's client

or

d.

In performing seruices for a client or employer a member shall not

accepB fees, conmission or any other ualuable consideration

in

connection with those seruices from anyone other than his client

or

employers

without

the

express consent

of

his client

or employer given after a full dtsclosure of the facg.

e.

A

member shall not propose to a prospective client or employer

that

his

fee

or

other

conpensation

be

contingent

on

the achievement

of

certain resuks;

nor

shall he enter

into

any fee agreement to the same effect.

(14)

244 Media Relation

-

Konsep, Strategi, dan Aplikasi

3.

Conduct towards the Public and the Media

a.

A member shall conduct his professional actiuities with respect to the public interest and for the dignity of the indiuidual.

b.

A member shall not engage in practice which tends to corntPt the integrity of channels of public communication.2o

*

Code of conduct IPRA merupakan kode etik yang juga sering digunakan dan menjadi dasar kode etik PR. Code of Conduct IPRA adalah kode etik

untuk

PR yang dikeluarkan oleh IPRA (International Public Relations Association), sebuah asosiasi yang dibentuk oleh beberapa ahli dari negeri Belanda (|o. Bongers dan Hans Hermans) dan beberapa ahli dari Inggris

pada akhir 1940.

Asosiasi ini memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1.

Saling bernrkar

pikiran,

ide,

Sagasan,

dan

pengalaman untuk

mengembangkan profesi PR yang mencakup wilayah internasional

2.

Merupakan publikasi dari studi bersama

3.

Menyelenggarakan kongres, pertemuan internasional dengan nrjuan Iebih banyak mengetahui PR dalam taraf internasional, serta untuk meningkatkan kualitas fungsi PR dengan taraf internasional

4.

Mengembangkan dan menentukan standar fungsi PR dalam praktik

5.

Mengadakan kegiatan atau aktivitas

PR

untuk

kepentingan para

angora IPPrqzt

*

20 lbid.,p.305

(15)

O

E

TKJ

LS

0

11999,

5

OICh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:40 TAHLIN 1999

(nl1999)

Tanggal: 23 SEPTEMBER 1999 flAIA\RTA)

Tentang: PERS DENGAN RAHMAT.TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

a.

bahwa kemerdekaan pers menlpakan salah satu wujud kedaulatan

rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting

untuk

menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbaurgsa dan bernegara yar;'g demokratis, sehingga kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat

sebagai-mana tercantum dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 harus

dijamin;

b.

bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

yang demokratis, kemerdekaan menyatakan

pikiran

dan pendapat

sesuai dengan hati nurani dan hak memperoleh informasi, merupakan

hak asasi manusia yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk

mene-gakkan keadilan dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum,

dan mencerdaskan kehidupan bangsa;

c.

bahwa pers nasional sebagai wahana komunikasi massa, penyebar in-formasi, dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi,

hak, kewajiban, dan peranannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan kemerdekaan pers yang profesional, sehingga harus mendapat jaminan

dan perlindungan hukum, serta bebas dari campur tangan dan paksaan

(16)

246 Media Relation

-

Konsep, Strategi, dan Aplikasi

d.

bahwa pers nasional berperan

ikut

menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial;

e.

bahwa Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor

4

Tahun 1967 dan diubah dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982 sudah tidak sesuai dengan tuntutan

perkem-bangan zaman;

f.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, d, dan e, perlu dibentuk Undang-undang tentang Pers;

Mengingat:

1.

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 28

Undang-Undang Dasar 1945;

2.

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Nomor XVIVMPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia;

Dengan persetuiuan

:

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK

INDONESIA MEMUTUSI(AN:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PERS

BAB

I

KE]SNTUAN TJMT'M

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini, yang dimalsud dengan:

1.

Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang me-laksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,

memi-liki,

menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam

bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak,

media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

2.

Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang

(17)

Lampiran

-

Kode Etik Jurnalistik 247

dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, arau menyalurkan informasi.

3.

Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani media cetak,

media elektronik, atau media lainnya serta masyarakat umum dalam memperoleh informasi.

4.

Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan

jurnalistik.

5.

Organisasi pers adalah organisasi'waftewan dan organisasi perusahaan

Pers.

6.

Pers nasional adalah pers yang drselenggarakan oleh perusahaan pers

Indonesia.

7.

Pers asing adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan pers asing.

8.

Penyensoran adalah penghapusau secara paksa sebagian atau seluruh materi informasi yang akan diter,bitkan atau disiarkan, atau tindakan teguran atau peringatan yang bersifat mengancam dari pihak mana

pun, dan atau kewajiban melapor, serta memperoleh izin dari pihak berwajib, dalam pelalsanaan kegiatan jurnalistik.

9.

Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah penghentian

penerbit-an dpenerbit-an peredaran atau penyiarar secara paksa atau melawan hukum.

10. Hak Tolak adalah hak wartawan karena profesinya, untuk menolak

mengungkapkan nama dan atau identitas lainnya dari sumber berita

yang harus dirahasiakannya.

11. Hak fawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk mem-berikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

12. Hak Koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau mem-betulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik

(18)

248 Media Relation

-

Konsep, Strategi, dan Aplikasi

13. Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat

terhadap suatu informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang tidak

benar yang telah diberitakan oleh pers yang bersangkutan.

14. Kode Etik furnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan. BAB

II

ASAS, FUNGSI, HAK,

Kffi/AIIBAI'I

DAI'I PERANAI'I PERS Pasal 2

Kemerdekaan pers adalah salah satu

wujud

kedaulatan rakyat yang

berasaskan prinsip-prinsip. demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. Pasal 3

1.

Pers

nasional mempunyai

fungsi

sebagai

media

informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.

2.

Di

samping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat

berfungsi sebagai lembaga ekonomi.

Pasal 4

1.

Kemerdekaan pers dijarnin sebagai hak asasi warga negara.

2.

Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran,

pembredel-an atau pelarangan penyiaran.

3.

Untuk

menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai

hak

mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan

informasi.

4.

Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan

di

depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak.

Pasal 5

1.

Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati nonna-nonna agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta :uias praduga tak bersalah.

2.

Pers wajib melayani Hak |awab.

3.

Pers wajib melayani Hak Koreksi.

(19)

Lampiran

-

Kode EtikJurnalistik 249

Pasal 6

Pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut:

a.

memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui;

b.

menegaklan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormati

kebhinekaan;

c.

mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar;

d.

melakukan pengawasan,

kritik,

koreksi, dan saran terhadap

hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum;

e.

memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

B./i3III

WAR'IAWAN Pasel T

1.

W-artawan bebas memilih organisasi wartawan.

2.

Wartawan memiliki dan mr:naati Kode Etik ]urnalistik.

Pasal 8

Dalam

melaksanakan profesinya

wartawan

mendapat perlindungan hukum.

BAB TV

PERUSAHAAN PERS Pasal 9

1. Setiap warga negara Ind,rnesia dan negara berhak mendirikan

perusahaan pers.

Setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum Indonesia.

(20)

250 Media Relation

-

Konsep, Strategi, dan Aplikasi

Pasal

l0

Perusahaan pers memberikan kesejahteraan kepada wartawan dan karya-wan perc dalam bentuk kepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta bentuk kesejahteraan lainnya.

Pasal 11

Penambahan modal asing pada perusahaan pers dilakukan melalui pasar

modal.

Pasat 12

Perusahaan pers

wajib

mengumumkan nama, alamat dan penanggung

jawab secara terbuka melalui media yang bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers ditambah nama dan alamat percetakan.

Pasal 13

Perusahaan pers dilarang memuat iklan:

a,

yang berakibat merendahkan martabat suatu agama

dan

atau

mengganggu kerukunan hidup antarumat beragama, serta

berten-tangan dengan rasa kesusilaan masyarakat;

b.

minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

c.

peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.

Pasel 14

Untuk mengembangkan pemberitaan ke dalam dan ke luar negeri, setiap

warga negara Indonesia dan negara dapat mendirikan kantor berita. BAB

V

DEWAT.I PERS

Pasal 15

1.

Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen.

(21)

I

Lampiran

-

Kode Etik Jurnalistik 25r

2.

Dewan Pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut:

a.

melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain;

b.

melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan Pers;

c.

menetapkan dan mengawasi pelalsanaan Kode Etik Iurnalistik;

d.

memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian

pe-ngaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers;

e.

mengembangkan komunikasi antara Pers, masyarakat, dan

Peme-rintah;

f.

memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyuiun

Peratur-an-peraturan

di

bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan;

g.

mendata perusahaan pers.

3.

Anggota Dewan Pers terdiri dari:

a.

wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan;

b.

pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan

Pers;

c.

tokoh masyarakat, ahli

di

bidang pers dan atau komunikasi, dan

bidang lainnya yang

dipilih

oleh

organisasi wartawan dan

organisasi perusahaan pers.

4.

Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pers dipilih dari dan oleh anggota.

5.

Keanggotaan Dewan Pers sebagaimana dimaksud datam ayat (3) Pasal

ini ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

6.

Keanggotaan Dewan Pers berlaku untuk masa tiga tahun dan sesudah

itu hanya dapat dipilih kembali untuk satu periode berikutnya.

7.

Sumber pembiayaan Dewan Pers berasal dari:

a.

organisasi pers;

b.

perusahaan pers;

(22)

2s2 Media Relation

-

Konsep, Strategi, dan Aplikasi

BA3

VI

PERSASING

Pasal 16

Peredaran pers asing dan pendirian perwakilan perusahaan pers asing di Indonesia disesuaikan dengan ketentuan peraturan peruldang-undangan

yang berlaku.

BAB

VII

PERAN SERTA I{ASYARAKAT

Pasal 17

1.

Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan kemer-dekaan pers dan menjamin hak memperoleh informasi yang diper-lukan.

2.

Kegiatan sebagaimana dimakzud dalam ayat (1) dapat berupa:

a.

memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hu-kum, etika, dan kekeliruan teknis pemberitaan yang dilakukan

oleh pers;

b.

menyampaikan usu-Ian dan saran kepada Dewan Pers de'lam rang-ka menjaga dan meningkatkan kualitas pers nasional.

BAB VIU KETENTUAI{ PIDAI{A

Pasal 18

l.

Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja

melaku-kan

tindakan yang berakibat menghambar arau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal

4

ayat

(2)

dan ayat

(3)

dipidana

dengan pidana penjara paling lama

2

(dua) tahun atau denda

paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2.

Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan

ayat (2), serta Pasal 13 dipidana dengan pidana denda paling

(23)

Lampiran

-

Kode Etik Jurnalistik 2s3

3.

Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayar (2) dan

Pasal

12

dipidana dengaa

pidana denda paling

banyak Rp100.000.000,00 (seratus

jutr

rupiah).

BABD(

KETENTUAN PERAIJIIAN

Pasal

f9

1.

Dengan berlakunya undang-undang

ini

segala peraturan per-undang-undangan

di

bidang pers yang berlaku sefta badan atau Iembaga yang ada tetap berlaku atau tetap menjalankan fungsinya

sepanjang

tidak

bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan undang-undang ini.

2.

Perusahaan

pers

yang

sudah

ada

sebelum diundangkannya

undang-undang

ini,

wajib

menyesuaikan

diri

dengan ketentuan undang-undang

ini

dalam

waktu

selambat-lambatnya

I

(satu)

tahun sejak diundangkannya undang-undang ini. BASX

KETENTUAI.I PENUT[TP

Pasal 20

Pada saat undang-undang ini mulaiberlaku:

1.

Undang-undang

Nomor

1l

Tahun

1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers (Lembaran Negara Tahun 1966 Nomor 4O,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 2815

)

yang telah diubah terakhir dengan Undang-rrndang Nomor 21 Tahun 1982 tentang

Perubahan atas Undang-trndang Nomor 11 Tahun 1966 tentang

Ketentuan-ketentuan

Pokok

Pers

sebagaimana

telah

diubah dengan Undang-undang l.lomor 4 Tahun 1967 (Lembaran Negara

Tahun

1982 Nomor

52,

Tambahan Lembaran Negara Nomor

3235);

2.

Undang-undang Nomor 4 PNPS Tahun 1963 tentang Pengamanan

Terhadap Barang-barang Cetakan yang Isinya Dapat Mengganggu

Ketertiban Umum (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2533), Pasal

2

ayat

(3)

(24)

254 Media Relation

-

Konsep, Strategi, dan Aplikasi

sepanjang menyangkut ketentuan mengenai buletin-buletin, surat-surat

kabar

harian,

majalah-majalah,

dan

penerbitan-penerbitan berkala; dinyatakan tidak berlaku.

Pasal2l

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar

setiap

orang

mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Undang-undang

ini

dengan PenemPatannya dalam Lembaran Negara

Republik Indonesia.

Disahkan

di

fakarta

pada tanggal

23

September 1999 PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Diundangkan

di

|akarta pada tanggal

23

September 1999 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

(25)

Lampiran

-

Kode EtikJurnalistik 257

cetak dan media elektronik Siaran yang bukan merupakan bagian

dari

pelaksanaan kegiatan

jurnalistik

diatur

dalam ketentuan undang-undang yang berlaku.

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat

(4)

Tujuan utama Hak To1ak adalah agar wartawan dapat melindungi sumber informasi, dengan cara menolak menyebutkan identitas sumber informasi. Hak tersebut dapat digunakan jika wartawan

dimintai

keterangan

oleh

pefabat

penyidik dan

atau diminta menjadi saksi

di

pengadilan. Hak Tolak dapat dibatalkan demi kepentingan dan keselamatan negara atau ketertiban umum yang

dinyatakan oleh pengadilan. Pasal5

Ayat (1) Pers nasional dalam menyiarkan informasi, tidak

meng-hakimi atau membuat kesimpulan kesalahan seseorang, terlebih lagi untuk kasus-kasus yang masih dalam proses peradilan, serta

dapat mengakomodasikan kepentingan semua pihak yang terkait

dalam pemberitaan tersebut Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup

jelas.

Pasal 6

Pers nasional mempunyai peranan penting dalam memenuhi hak masyarakat

untuk

mengetahui

dan

mengembangkan pendapat

umum, dengan menyampaikan informasi yang tepat, akurat, dan benar. Hal ini akan mendorc,ng ditegakkannya keadilan dan kebe-naran, serta diwujudkannya zupremasi hukum unruk menuju

ma-syarakat yang tertib. Pasal 7

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (11) Yang dimaksud dengan "Kode Etik |urnalistik" adalah kode etik yang disepakati organisasi wartawan

dan ditetapkan oleh Dewan I)ers.

Pasal S

Yang dimaksud dengan "perlindungan hukum" adalah jaminan perlindungan Pemerintah dan atau masyarakat kepada wartawan dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban, dan Peranannya

se-suai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(26)

258 Media Relation

-

Konsep, Strategi, dan Aplikasi

Pasal9

Ayat (1) Setiap warga negara Indonesia berhak atas kesempatan

yang sama untuk bekerja sesuai dengan Hak Asasi Manusia,

ter-masuk mendirikan perusahaan pers sesuai dengan ketentuan per-aturan perundang-undangan yang berlaku. Pers nasional mempu-nyai fungsi dan peranan yang penting dan strategis dalam

kehi-dupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, negara dapat mendirikan perusahaan pers dengan membentuk

lembaga atau badan usaha untuk menyelenggarakan usaha pers.

Ayat (2) Cukup jelas Pasal

l0

Yang dimaksud dengan "bentuk kesejahteraan lainnya" adalah

pe-ningkatan gaji, bonus, pemberian asuransi, dan lain-lain.

Pemberi-an kesejahteraan tersebut dilaksanakan berdasarkan kesepakatan

antara manajemen perusahaan dengan wartawan dan karyawan Pers.

Pasal 11

Penambahan modal asing pada perusahaan pers dibatasi agar tidak

mencapai saham mayoritas dan dilaksanakan sesuai dengan

keten-tuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 12

Pengumuman secara terbuka dilakukan dengan cara:

a.

media

cetak memuat

kolom

nama, alamat,

dan

penanggung jawab

penerbitan serta nama dan alamat percetakan; b. media elektronik menyiarkan nama, alamat, dan penanggungjawabnya pada awal

atau akhir setiap siaran karya jurnalistik; c. media lainnya

me-nyesuaikan dengan bentuk, sifat, dan karakter media yang ber-sangkutan. Pengumuman tersebut dimal<sudkan sebagai wujud

pertanggungjawaban atas karya jurnalistik yang diterbitkan atau

disiarkan. Yang dimaksud dengan "peuanggung jawab" adalah

penanggung jawab perusahaan pers yang meliputi bidang usaha

dan bidang redaksi. Sepanjang menyangkut pertanggungjawaban pidana menganut ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 13

(27)

Lampiran

-

Kode EtikJurnalistik 259

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Ayat (1) Tujuan dibentuknya Dewan Pers adalah untuk

mengem-bangkan kemerdekaan pers

dan

meningkatkan kualitas serta

kuantitas pers nasional.

Avat

(2) Pertimbangan atas pengaduan

dari masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (2)

huruf

d

adalah

yang berkaitan dengan Hak fawab,

Hak

Koreksi, dan dugaan

pelanggaran terhadap Kode Etik furnalistik. Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas

Ayat(7) Cukup jelas Pasal 16

Cukup jelas

Pasal 17

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Untuk melaksanakan peran serta

masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat

ini

dapat dibentuk

lembaga atau organisasi pemantau media (media watch). Pasa] 18

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Dalam hal pelanggaran pidana yang

dilakukan oleh perusahaan pers, maka perusahaan tersebut

diwa-kili

oleh penanggungjawab sebagaimana dimaksud dalam

penjelas-an Pasal 12. Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal2l Cukup jelas

TAMBAHAN

LEMBARAN NEGARA

REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3887

(28)
(29)

Referensi

Dokumen terkait

Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima sanksi dari

(3) Pelanggaran kode etik psikologi adalah segala tindakan Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang menyimpang dari ketentuan yang telah dirumuskan dalam Kode Etik

(3) Pelanggaran kode etik psikologi adalah segala tindakan Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang menyimpang dari ketentuan yang telah dirumuskan dalam Kode Etik Psikologi

Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tidak sengaja melanggar atau tidak mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka Apoteker tersebut wajib mengakui dan menerima sanksi

Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima sanksi dari

Terwujudnya kode etik merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan hati dari setiap bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan sebagai anggota tim kesehatan

Kode Etik adalah pedoman tertulis yang berisi norma-norma etik yang dijadikan sebagai pedoman berpikir, bersikap, dan bertindak bagi dosen AA YKPN dalam melakukan

dengan prinsip serupa kode etik yang ditetapkan oleh APA, prinsip kode etik psikologi Indonesia bersifat mengikat mahasiswa, ilmuwan psikologi, atau psikolog yang menjadi hak anggota