• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL KAJIAN SEMENTARA PERAN PEMERINTAH LOKAL DALAM PENINGKATAN KAPASITAS YANG DIPERLUKAN DALAM PNPM-P2KP DI KOTA PASURUAN Pasuruan, 29 Juli 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL KAJIAN SEMENTARA PERAN PEMERINTAH LOKAL DALAM PENINGKATAN KAPASITAS YANG DIPERLUKAN DALAM PNPM-P2KP DI KOTA PASURUAN Pasuruan, 29 Juli 2009"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

hal-1 HASIL KAJIAN SEMENTARA

PERAN PEMERINTAH LOKAL DALAM PENINGKATAN KAPASITAS YANG DIPERLUKAN DALAM PNPM-P2KP DI KOTA PASURUAN

Pasuruan, 29 Juli 2009 LATAR BELAKANG

Struktur dukungan pemerintah untuk pelaksanaan PNPM perkotaan yang terlibat lebih kompleks dari tingkat kabupaten ke nasional. Di tingkat nasional, anggota tim pengawasan antar pemerintah, lebih dari 20 kementrian yang berbeda, di tingkat propinsi dan kabupaten tim pengawasan terdiri dari perwakilan regional kementrian dan ditunjuk sebagai TKPK-D. Kelompok antar badan ini didapati tidak memiliki rencana kerja yang jelas, kegiatan-kegiatan dan tanpa pemahaman tentang bagaimana mendukung proses perencanaan yang didorong oleh masyarakat.

Penanggulangan kemiskinan di perkotaan hanya akan efektif bila dilakukan oleh masyarakat serta Pemerintah Daerah dan didukung Kelompok Peduli setempat, secara mandiri dan berkelanjutan. Hal ini berarti masyarakat dan pemerintah daerah setempat telah mampu mentransformasi P2KP dari "Skema Proyek" menjadi "Skema Program".

Kemandirian dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), dapat terwujud dalam tatanan kesetaraan dan kemitraan antar pelaku pembangunan lokal, yang bertumpu pada 3 (tiga) pondasi, yakni: Nilai-nilai luhur Kemanusiaan (Moral), Prinsip-prinsip Kemasyarakatan (Good Governance) & Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan (Aspek TriDaya).

Pemerintah lokal, bertindak melalui Bappeda, tampak kurang memiliki sistem manajemen informasi yang ditujukan untuk mengontrol pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan setempat. Hal ini memerlukan kerjasama antara manajemen proyek (PPK dan Korkot, SNVT PBL Propinsi) dan pelaksana-pelaksana lain dari program penanggulangan kemiskinan di tingkat kabupaten, propinsi dan nasional. Dampak lainnya adalah kurangnya fasilitas Komite Belajar Perkotaan (KBP) di tingkat kota.

Di tingkat lokal, Lurah dan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan Proyek P2KP (PJOK) di kantor Kecamatan merupakan pelaku utama dari sisi pemerintah yang secara langsung terlibat dalam pelaksanaan P2KP.

(2)

hal-2 HASIL KAJIAN PERAN PEMERINTAH LOKAL DALAM PENINGKATAN

KAPASITAS YANG DIPERLUKAN DALAM PNPM-P2KP DI KOTA PASURUAN

PP1: Bagaimana koordinasi antara berbagai badan pemerintah, Komite Belajar Perkotaan (KBP) dapat diperkuat dan diselaraskan di tingkat lokal dan kota? Mekanisme apa yang dapat menjadi lebih efektif untuk pengkoordinasian dan pengkomunikasian di antara berbagai pihak yang terlibat di berbagai tingkatan.

Kelurahan Kepel: • BKM/Relawan:

- Lurah mendukung dalam pelaksanaan kegiatan BKM, sejak sosialisasi, proses pembentukan BKM, dan kegiatan-kegiatan BKM lainnya di tingkat kelurahan. Sedangkan kegiatan di tingkat RT/RW ditanggung oleh RT/RW masing-masing.

- Koordinasi BKM dengan Lurah terutama untuk koordinasi usulan-usulan kegiatan untuk posyandu, PKK, RTLH, dsb. Koordinasi dengan seksi pembangunan desa untuk mencocokkan lokasi usulan musrenbang.

- Dalam proses penyusunan PJM-Pronangkis, BKM koordinasi dengan Lurah untuk menghindari tumpang tindih program dengan musrenbang. Setelah PJM tersusun, pada tahun berikutnya BKM dilibatkan dalam musrenbang kelurahan.

- Koordinasi di tingkat kecamatan dilakukan oleh Camat melalui undangan minum kopi membahas BKM yang dilakukan 3 bulan sekali.

- Selain koordinasi dengan Camat, juga dilakukan koordinasi dengan Forum BKM Kecamatan Bugul Kidul (koordinator: Pak Hari) untuk membahas kendala-kendala, keterlambatan pencairan BLM, dsb. - Untuk koordinasi pelaksanaan PNPM di tingkat kota Pasuruan

diadakan pertemuan di Bapemas 2 bulan sekali, atau sesuai kebutuhan. BKM selalu diikutkan dalam program-program pemerintah kota (program bakti gotong royong, dsb) dengan tujuan mensosialisasikan BKM dan menyatukan antar koordinator BKM.

(3)

hal-3

• Lurah/aparat:

- Kegiatan koordinasi dengan aparat lainnya tidak secara rutin dilaksanakan, kalaupun ada pertemuan dilaksanakan secara insindental, koordinasi dilakukan dengan Bapemas ataupun PJOK yang diundang lurah dan koordinator BKM, yang membahas tentang kelangsungan atau progress PNPM. Sedangkan pertemuan yang pernah dilakukan koorkot/faskel dilaksanakan di Hotel Nasional.

- Pendekatan ke masyarakat dilakukan dengan cara koordinasi dan komunikasi dengan masyarakat khususnya dengan BKM. Saat ini koordinator BKM adalah seorang polisi, anggota lainnya guru, karyawan swasta. Saat ini anggota BKM yang masih aktif sebanyak 9 orang dari 13 anggota.

Kelurahan Panggungrejo: • BKM/Relawan:

1. Koordinasi dengan lurah berjalan lancar, selama kegiatan PNPM berjalan lurah selalu memberikan masukan dan memberikan arahan kepada BKM untuk setiap permasalah yang ada.

2. Kelurahan juga memberikan fasilitas untuk mempermudah BKM dalam melaksanakan kegiatannya. Fasilitas tersebut antara lain berupa ruang sekretariat, membantu pembayaran listrik sekretariat dan ruang rapat dapat dipergunakan untuk pertemuan-pertemuan yang diadakan BKM.

3. Lurah pernah mengumpulkan warga untuk mengkoordinasikan beberapa kegiatan seperti Block Grant, PNPM Perkotaan, Paket dan lain sebagainya untuk melakukan pengarahan agar kegiatan yang dilaksanakan tidak saling tumpang tindih.

4. Koordinasi intern BKM selalu dilakukan setiap minggu sekali (malam rabu), hal yang dibahas adalah permasalahan atau isu-isu yang berkembang serta kegiatan yang akan direncanakan pada bulan berikutnya.

5. Kurangnya koordinasi dan komunikasi dengan pihak lain misalnya Dinas PU, terkadang usulan yang diusulkan tumpang tindih dengan pihak lain, sehingga BKM mengalihkan program tersebut tetapi disertai dengan Berita Acara.

6. Komunikasi dengan PJOK bisa dikatakan tidak pernah dilakukan BKM karena selama yang selalu berurusan dengan PJOK adalah faskel, “malas mau kesana jadi nyuruh ke faskel saja”.

(4)

hal-4

• Lurah/aparat:

- Pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan pelaksanaan PNPM tidak secara rutin dilaksanakan dengan stake holder kota. Pertemuan khusus pernah dilakukan di tingkat kota yang melaksanakan adalah Bapemas ataupun tergantung leading sectornya. Lebih banyak bersifat kegiatan sosialisasi PNPM.

Kecamatan Bugul Kidul: • PJOK:

- Waktu pelaksanaan P2KP (menjadi PJOK sejak 2004) selalu dilakukan pertemuan rutin bulanan antar PJOK dengan Ka Bid EkoSosBud Bappeda kota Pasuruan, untuk membahas review program, pemecahan masalah lapangan, penyampaian informasi terbaru. Namun sejak PNPM belum pernah dilakukan pertemuan. - PNPM pernah sosialisasi, namun yang diundang pak Camat. PJOK

hanya pernah diundang sekali dalam acara evaluasi BPKP. Tidak pernah koordinasi baik dengan Bapemas maupun dengan BKM. - Tidak pernah memonitor BKM, sehingga tidak mengetahui posisi

RR, hanya mengetahui dari laporan faskel kalau masyarakat pesisir ’susah’ memenuhi kewajiban bayar hutang. ’PBB yang wajib saja susah, apa lagi dana bergulir’.

- PJM BKM dikoordinasikan dengan musrenbang kelurahan, namun PJOK tidak dilibatkan dalam penyusunan PJM Pronangkis kecamatan. Hasil musrenbang kecamatan langsung dibawa ke kota, mungkin ada yang dicoret tidak tahu.

- Tim konsultan tidak pernah koordinasi dengan PJOK, datang hanya minta tanda tangan pencairan dana, dengan waktu mendadak dan mendesak. Prinsip, tanda tangan dulu baca belakangan, akibatnya tidak tahu berapa jumlah BLM dan untuk apa saja? Setelah akhirnya membaca dirasakan kegiatan yang diusulkan dengan BLM bukan merupakan prioritas dalam musrenbang sebelumnya. Tidak dapat memeriksa kebenaran RAB karena bukan bidangnya (sarjana ekonomi).

Kota Pasuruan: • Bapemas:

- Kepala Badan baru menjadi penanggungjawab pelaksanaan PNPM pada tahun 2009, setelah dialihkan dari Bapeda. Dalam proses memahami PNPM dengan mempelajari dokumen dan menimba pengalaman melalui koordinasi dengan Bapeda, serta koordinasi dengan korkot. Untuk melakukan koordinasi dengan Bapeda

(5)

hal-5

dialami kesulitan karena staf di Bapeda banyak yang berganti posisi (setelah menyesuaikan dengan PP41). Ketika pindah posisi, meja serta komputer (termasuk data yang ada dalamnya) juga berpindah tempat sehingga agak terbengkalai. Sedangkan untuk koordinasi dengan Korkot pada awalnya juga dialami kesulitan karena juga baru berganti dari korkot lama, namun saat ini koordinasi sudah lancar.

- Merasa senang jika ada kegiatan kunjungan ke masyarakat, karena membantu pemerintah kota untuk meyakinkan bahwa program ini masih dipantau sehingga masyarakat menjalankan dengan lebih baik. Akibat pengertian hibah, tingkat pengembalian pinjaman bergulir sangat rendah. Upaya yang dilakukan untuk menyadarkan masyarakat melalui pendekatan keagamaan.

- Koordinasi dengan PJOK belum pernah dilakukan, karena untuk menjalankan PP41 banyak aparat yang dipindah, termasuk PJOK sekarang sedang tahap proses SK Walikota untuk pengangkatan PJOK baru .

- SKPD yang terkait PNPM dalam koordinasi Bapemas meliputi: PU, Bapeda, Keuangan, Kesehatan, Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Hukum, Pemberdayaan Perempuan & KB.

- Sedangkan Bapemas sebagai Sekretaris TKPKD melakukan koordinasi dengan:

 Semua SKPD  Perguruan Tinggi

 Bank Jatim, BPR Pemerintah Kota Pasuruan  LSM

 Lembaga profesi: Kadin, dsb.

- KBP sudah terbentuk, saat ini sedang menunggu disyahkan dengan SK Walikota. Jika telah disyahkan akan segera bekerja untuk menyusun rencana dan membuat rambu-rambu. Anggota KBP lama ada yang ‘punya kepentingan terselubung dalam kegiatan KBP’, berdasarkan laporan masyarakat ‘dia’ mempunyai perusahaan (CV) dan berusaha menguasai kegiatan-kegiatan masyarakat.

- Koordinasi LPM & BKM baru dilakukan 2 kali dalam 1 tahun, dirasakan masih kurang karena dana yang tersedia terbatas, ‘Saben obah duit’.

- Koordinasi dengan SKPD terkait masih minim, belum dilakukan secara formal, baru melalui telepon dan diskusi informal sesuai kebutuhan.

(6)

hal-6

• Bapeda:

- Bapeda tidak mengalami hambatan dalam melakukan koordinasi dengan Dinas-dinas. Selain koordinasi secara formal, juga dilakukan koordinasi secara informal, melalui kunjungan-kunjungan ke Dinas-dinas, atau sebaliknya Dinas yang berkunjung ke Bapeda.

- Koordinasi Walikota dengan kepala dinas dilakukan setiap Jum’at dalam acara ’coffee morning’.

- Dalam pelaksanaan PNPM, koordinasi dengan PJOK dilakukan 2 bulanan, bertujuan untuk membahas hasil pelaksanaan di lapangan.

- Fungsi Bapeda melakukan koordinasi terkait dalam penyusunan APBD agar tidak terjadi tumpang tindih program antar SKPD. • Dinas Pendidikan:

- Dalam melaksanakan tugas Dinas Pendidikan, melakukan koordinasi dengan dinas-dinas/lembaga terkait:

 Koordinasi dengan Dinas Sosial dan GN-OTA sekolah untuk pemberian bea siswa (untuk kepentingan pribadi siswa)

 Bekerja sama dalam pelatihan-pelatihan di Bapemas (kesetaraan gender, perlindungan anak, KDRT, dsb)

 Kerja sama dengan Dinas PU untuk pelaksanaan pembangunan dan perbaikan prasarana sekolah, serta pendidikan wawasan wiyata mandala sebagai program sekolah terkait dengan penghijauan dan kebersihan lingkungan

 Pelaksanaan UKS dengan Dinas Kesehatan

 Kerja sama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan untuk pendidikan luar sekolah.

- Koordinator rutin dalam rangka penanggulangan kemiskinan adalah Bapermas.

- Koordinasi rutin antar dinas dilakukan setiap jum’at pagi, semua dinas bersama walikota.

- Data penduduk miskin di kota Pasuruan menggunakan data BPS tahun 2005, yang dimutakhirkan setiap tahun oleh kelurahan (bekerjasam dengan BKM).

- Walaupun pelaksana PNPM telah dialihkan ke Bapemas mulai tahun 2009, data pelaksanaan PNPM sebelumnya masih disimpan di Bapeda, karena jika sewaktu-waktu ada pemeriksaan

(7)

hal-7

atau pertanyaan-pertanyaan dikhawatirkan Bapemas tidak dapat menjawab. Namun koordinasi dengan Bapemas berjalan baik, sewaktu-waktu jika memerlukan informasi dapat memanfaatkan data yang masih tersimpan di Bapeda.

• Dinas PU: Dalam pelaksanaan PAKET-P2KP

- Dalam pelaksanaan PAKET P2KP Tahap I koordinasi belum berjalan seperti yang diharapkan, hanya terjadi antara Bapeda, PU CK, dan Korkot). Dinas PU hanya dipanggil ke Bapeda, diberi tahu bahwa PAKET sudah mulai, ini … ini ….. Tanpa koordinasi awal bagaimana hingga PAKET dapat dilaksanakan.

- Pada pelaksanaan Tahap II lebih parah, karena tidak pernah dilakukan koordinasi dengan PU CK. Sehingga tidak tahu menahu bagaimana proses penyusunan proposal Pakem, penetapan prioritas proposal penerima dana/pelaksana dana PAKET.

- Semua hanya dilakukan oleh Bapeda, sehingga Dinas PU mempertanyakan tugas Dinas PU apa? Kok malah faskel yang menguasai semua pelaksanaan PAKET. Kalau memang tidak ada fungsinya, mengapa dilibatkan? Karena kecewa pelaksanaan PAKET yang tidak terkendali dengan baik, pernah terfikirkan lebih baik tidak dilaksanakan PAKET Tahap III, karena kasihan BKM, dan pelaksana di Dinas PU merasakan beban moral karena tidak dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan.

- Untuk pelaksanaan PAKET Tahap III, Dinas PU sebagai ketua Pokja PAKET (Pak Mulyadi, Kabid Tata Ruang) telah menyiapkan rencana kerja berdasarkan masukan dari pelaksana PAKET P2KP sebelumnya.

• Dinas Kesehatan:

- Saat ini koordinasi untuk kegiatan PNPM jarang dilakukan, koordinasi lebih berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan bagi warga miskin bagi yang didanai oleh APBN maupun APBD.

- Koordinasi pernah dilaksanakan sewaktu ada P2KP mandiri dimana usulan-usulan masyarakat dalam musrembang diakomodir oleh dinas kesehatan walaupun tidak semua usulan disetujui.

- Koordinasi rutin antar dinas dilakukan setiap jum’at pagi, semua dinas bersama walikota.

- Dalam melaksanakan tugas Dinas Kesehatan, melakukan koordinasi dengan dinas-dinas/lembaga terkait:

• Koordinasi dengan Dinas Sosial untuk pelayanan kesehatan dasar bagi lansia.

(8)

hal-8

• Bekerja sama dengan BKMM (Badan Kesehatan Mata Masyarakat) milik propinsi dalam melakukan operasi katarak dan fteregium.

• Pelaksanaan UKS dan pemberian makanan tambahan bagi siswa yang kurang gizi selama 100 hari dimulai dari tahun ajaran baru hingga tahun ajaran berakhir.

• Pelayanan kesehatan dasar bagi petugas kebersihan ”pasukan kuning” dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

• Pemberian Makanan Tambahan bagi balita bekerjasama dengan puskesmas dan pos yandu sebagai pelaksana kegiatan.

• Kegiatan lainnya yang bersifat pelayanan kesehatan masyarakat ”bakti sosial” bekerjasama dengan Perguruan Tinggi dan Yayasan.

• Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga berencana

- Sebagai badan dengan tupoksi pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana, menggunakan tenaga PLKB sebagai

gugus terdepan dalam membina masyarakat untuk

meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan memotivasi sebagai peserta KB mantap dan membina keluarga kurang sejahtera dengan memberi ketrampilan untuk meningkatkan ekonomi keluarga

- Kepala PPKB selalu hadir dalam setiap forum koordinasi yang dipimpin oleh walikota baik secara resmi maupun secara tidak resmi dalam pertemuan seluruh dinas-instansi.

• Dinas Sosial, Tenaga Kerja & Transmigrasi:

o Koordinasi dilakukan dengan dinas terkait lain sehubungan dengan kegiatan razia anak jalanan dan gepeng. Adapun koordinasi dilakukan dengan satpol PP, Polisi, kodim.

o Sedangkan koordinasi untuk program PNPM untuk SKPD tingkat Kota Pasuruan belum pernah dilaksanakan.

o Koordinasi lainnya yang dilakukan adalah langsung dengan kelurahan terkait dengan pelaksanaan program-program gakin yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja.

• KBP/Forum BKM:

- Koordinasi dalam penyusunan PJM Pronangkis Kota dilakukan di tingkat kecamatan untuk menselaraskan PJM Kelurahan dengan

(9)

hal-9

program-program dinas agar tidak terjadi tumpang tindih. Hasil dari koordinasi di tingkat kecamatan menjadi bahan untuk penyusunan PJM Pronangkis kota Pasuruan.

- Koordinasi dan komunikasi masih kurang, sehingga ketika terjadi permasalahan tidak diselesaikan di tingkat kota, namun masuk ke WEB site P2KP, sehingga menyebar, padahal sebenarnya merupakan kesalahan (ketik angka dalam RAB) yang tidak disengaja, dan mudah/telah diklarifikasi.

Konsultan:

• Tim faskel:

- koordinasi yang paling sering berjalan adalah dengan korkot dan lurah.

- Permasalahan selalu disampaikan kepada korkot untuk dapat membantu memecahkan masalah di lapangan.

• Tim Korkot Pasuruan:

- Pemilihan Pengurus BKM di Panggungrejo pernah ditentang LPM. Ketika diminta untuk mengusulkan 5 calon ’Dari dulu di Panggungrejo kalau milih ya 1 orang, bukan 5 orang. Lurah mendukung proses kegiatan BKM, ketika usulan 5 calon yang akan dipilih di tingkat RT anggota BKM lama tidak diusulkan kembali, dengan menjalankan tertib administrasi Lurah membuat surat kepada anggota BKM lama agar ’legowo’ jika tidak terpilih lagi.

- Camat memperhatikan kegiatan PNPM dan mau koordinasi dengan Lurah.

- TKPKD 2009 dan KBP sudah terbentuk, surat keputusan penetapan sedang proses untuk ditandatangani oleh Walikota . - Forum BKM ada di tingkat kecamatan dan kota.

- Di kota Pasuruan pada tahun 2006 & 2007 di 9 kelurahan dilaksanakan program Gerdu Taskin dengan dana berasal dari Pemerintah (Bapermas) Provinsi Jawa Timur. Penentuan lokasi berdasarkan data PKIB (by name by address) BPS Provinsi Jatim. Pendamping program dibekali data tersebut, dan melakukan verifikasi di lapangan (jika ada yang pindah, meninggal, dsb). Dalam pelaksanaan Gerdu Taskin, Bapemas kota Pasuruan hanya sebagai sekretariat tetap yang bertugas untuk sosialisasi,

(10)

hal-10

fasilitasi, verifikasi kegiatan usulan masyarakat untuk dikaitkan dengan SKPD terkait dan melaksanakan monitoring. Koordinasi dengan SKPD dan Camat untuk menghidari tumpang tindih program. Gerdu Taskin karena dimonitor oleh Bapemas, jadi ada data kemajuan dan hasilnya. Untuk kegiatan simpan pinjam yang menunjukkan perkembangan bagus dapat mengakses Bank Jatim jika ada rekomendasi dari Walikota.

- Dalam pelaksanaan PNPM, Bapemas belum mengetahui apakah sebelum dilaksanakan, dilakukan verifikasi terlebih dahulu oleh Bappeda (sebelum dipindah ke Bapemas).

• KMW Jawa Timur:

- Koordinasi dengan Satker Propinsi dalam rangka evaluasi 3 bulanan kinerja faskel dan korkot

- Mengadakan pertemuan dengan Korkot untuk membahas permasalahan-permasalah di lapangan yang memerlukan fasilitasi KMW

- KMW 6 baru memulai tugas setelah mobilisasi pada 15 April 2009. Rentang kendali KMW 6 cukup luas mencakup 4 propinsi, 52 kabupaten/kota dan 2343 kelurahan.

- Dalam Management KMW 6, Team Leader dibantu oleh 3 satpro, Tenaga/TA Capacity Building dan Sosialisasi, TA Kebijakan Publik, TA Infra dan TA Management keuangan

PP2: Sejauh mana pemahaman kebijakan pro-miskin dan perencanaan pemberdayaan antara pengelola manajemen program dan pemerintah tingkat kota di satu sisi dan diantara tingkat kota dan tingkat pusat di sisi lainnya.

Kelurahan Kepel: • BKM/Relawan:

- Banyak kegiatan terkait dengan bantuan untuk masyarakat miskin, antara lain:

 Pelayanan kesehatan posyandu Balita dan Lansia, pemberian makanan tambahan

 Keluarga siaga, bertujuan agar masyarakat dapat menjaga kesehatan sendiri, terdiri atas 4 kelompok kerja: 1)

(11)

hal-11

Pengamatan penyakit berbasis masyarakat; 2) Kesehatan Lingkungan; 3) Siaga kesehatan ibu dan anak; 4) Sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat. Kader di kelurahan didampingi oleh pembimbing dari Dinas Kesehatan. Jika terjadi keadaan darurat pokja/kader melaporkan kepada pendamping untuk mencari jalan keluar dan tindak lanjut. Dana berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

 PKK

 Keluarga Berencana, dengan menempatkan seorang PPKBK (Petugas Penyuluh KB Kelurahan) dibantu sub PPKBK di tiap RW. Pelayanan KB, terutama KB permanen dilakukan dalam safari KB pemerintah kota yang dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan ulang tahun organisasi, hari jadi kota Pasuruan, HUT RI, dsb. Rata-rata sekali atau dua bulan sekali, ada kegiatan yang dibantu oleh KB Provinsi (mobil operasi keliling) untuk Metoda Kontrasepsi Pria (MOP). Setiap 2 bulan sekali dilakukan pertemuan kader di kantor Badan pemberdayaan Perempuan dan KB.

 Untuk merangsang para pria agar mau melakukan KB lestari, dibentuk Paguyuban ‘Gustomi’, sebagai kelompok pria yang telah melakukan vasektomi, diberikan modal dan fasilitasi untuk mengembangkan usaha.

• Lurah/aparat:

- Saat ini kebijakan Pemko sudah pro-poor, sangat mendukung pada kegiatan pengentasan kemiskinan, yaitu adanya kegiatan dana pendamping bagi setiap kelurahan sebesar 50 juta, namun tahun 2009 dana tersebut berhenti dan dialihkan ke PNPM. Dana pendamping, BKM yang mengelola. Saat ini BKM nya bagus sudah bisa beli komputer.

Kelurahan Panggungrejo: • BKM/relawan:

- Pemerintah sudah memberikan perhatian ke masyarakat dengan adanya beberapa proyek yang dimasukkan ke kelurahan ini antara lain kegiatan Block-Grant, SANIMAS, P2KP, dan PNPM.

(12)

hal-12

- Hambatan yang mengganjal tim UPK pada saat masyarakat mengikuti tokoh yang masyarakat yang mengatakan dana yang dipinjam tidak perlu dibayar “tidak dibayar juga tidak apa-apa” hal ini yang membuat UPK harus memberikan pemahaman yang benar kepada peminjam yang “ngeyel” dan harus menjemput bola kepada penunggak. Saat ini telah ada 20 orang menunggu antrian untuk meminjam dana bergulir. Istilah tanggung renteng tetap dipakai, hanya tanggung jawab tetap ada dimasing-masing peminjam, hal ini dikarenakan pengalaman yang sebelumnya, dimana dana yang disetorkan ke ketua KSM tidak dilaporkan ke BKM. Saat ini ada kantor sekretariat untuk UPK tiap hari dibuka jam 9 – 12 kecuali hari minggu. 1 KSM sebanyak 5 orang dengan pinjaman dana 2,5 juta. Perputaran uang saat ini 5 juta, bunga 1,5% digunakan untuk honor UPK dan biaya operasional.

• Lurah/aparat:

- Pemerintah kota sudah mulai peduli dengan program pengentasan kemiskinan. Kegiatan-kegiatan pengentasan kemiskinan yang berasal dari dinas-dinas tertentu biasanya langsung ke kelurahan, pihak kelurahan hanya memfasilitasi sasaran warga miskinnya. Adapun kegiatan-kegiatan untuk mengentaskan kemiskinan antara lain : renovasi rumah tidak layak huni, dengan jatah 4 rumah pertahun dengan dan biaya renovasi Rp 4 juta per rumah dari 40 rumah yang diusulkan. Yang menjadi kendala ada masalah komponen lainnya yaitu upah tenaga, transport alat/material ke dalam rumah.

Kota Pasuruan: • Bapermas:

- Pemerintah kota Pasuruan ingin meningkatkan akses ke wilayah utara yang miskin, namun ketika dihitung anggaran terlalu besar, sehingga belum dapat dilaksanakan.

- Untuk memenuhi kekurangan anggaran pendamping PAKET P2KP Tahap III senilai Rp. 2,5 milyar (semula dianggarkan Rp. 1

(13)

hal-13

milyar) sedang diusulkan melalui perubahan anggaran, namun belum diketahui hasilnya.

- Untuk penampingan PNPM telah dianggarkan Rp. 1,- milyar, lebih dari kebutuhan. Namun berdasarkan informasi dari Korkot/KMW ada kemungkinan perubahan anggaran APBN yang lebih besar, sehingga akan memerlukan dana pendamping yang lebih besar juga.

- Ketika Bapemas melaksanakan koordinasi dalam rangka PNPM dengan Lurah, hampir semua Lurah menyatakan ’tidak tahu’. Untuk meningkatkan peran Lurah Bapemas mengusulkan BOP Lurah dan Camat dalam PAK. Bagi lokasi PNPM/P2KP lama Rp. 1 juta/kelurahan/tahun, untuk lokasi baru Rp. 2 juta/kelurahan/ tahun. Sedangkan untuk kecamatan, per kelurahan lama Rp. 250.000/tahun dan per kelurahan baru Rp. 500.000/tahun.

- Walikota sudah ’peduli’, menyampaikan kepada Bapemas: ’Ojo ngomong ae padukan Lurah, LPM, dan BKM’.

- Ada beberapa pronangkis yang dilaksanakan di kota Pasuruan:  Gerdu Taskin dari pemerintah Provinsi Jawa Timur, dalam

bentuk bantuan hibah kepada masyarakat kelurahan dan bantuan bagi masyarakat kelurahan yang punya ’produksi unggulan untuk dikembangkan. Untuk melaksanakan kegiatan ini pemerintah kota Pasuruan harus menyediakan dana pendamping minimal 45%.

 P3EL (Pemberdayaan Perempuan Pengembangan Ekonomi Lokal) dari Pemerintah Provinsi Jatim di lokasi P2WKSS.

 Block grant bagi seluruh (34) kelurahan di kota Pasuruan dengan dana dari APBD pada tahun 2007 – 2008, dilaksanakan dengan pola P2KP dan membentuk LUPKP (Lembaga Unit Pengelola Keuangan dan Program). Namun karena pada tahun 2009 pemerintah kota harus menyediakan dana pendamping BLM PNPM maka kegiatan tersebut dihentikan.

• Bapeda Kota Pasuruan

- Kota Pasuruan baru bangkit mulai tahun 2001, setelah ada DAK. Ekonomi sektor riil (industri logam dan meubel) menjadi andalan kota Pasuruan.

- Sebagai upaya peningkatan industri pemerintah kota sudah cukup melakukan pembinaan serta mengupayakan bantuan modal usaha (dari BUMN dengan bunga rendah). Yang masih dirasakan

(14)

hal-14

sangat kurang adalah dalam hal pemasaran. Diharapkan peran pemasaran dapat dilakukan Kadin yang dapat membantu pencarian bahan baku yang baik, kualitas hasil produksi, serta mencarikan pasar. Namun hingga saat ini Kadin Kota Pasuruan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan pemerintah kota Pasuruan.

- Program pemerintah Kota Pasuruan yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan:  Koperasi kelurahan untuk modal awal usaha (ditangani Dinas

Industri, Perdagangan dan Koperasi).

 Penertiban PKL dengan menyediakan kios-kios sewa untuk menjalankan usaha.

 Kredit Program penguatan modal melalui BPR Kota Pasuruan.  Kredit perumahan dari Kantor Menpera senilai Rp. 250 juta

dilakukan langsung bekerja sama dengan BKM Pojentrek, pemerintah kota menyediakan BOP dan berfungsi sebagai Pokja.

- Pemerintah Kota Pasuruan sedang ’mencari program yang menggigit’, yang bukan konsumtif, seperti:

 Kredit untuk ’peracangan’

 Bantuan/kemitraan pupuk dan benih bagi pertanian.

- 5% APBD dialokasikan untuk kegiatan yang ’langsung’ diberikan kepada masyarakat miskin, namun banyak kegiatan-kegiatan lain yang secara tidak langsung untuk kesejahteraan orang miskin, yang dilaksanakan pada dinas-dinas Sosnakertrans, Koperindag, PP-KB, Pendidikan, Kesehatan dan Rumah Sakit.

- Sedang berupaya menggubah pola penganggaran dalam APBD agar memperbanyak ’block grant’ bagi masyarakat agar dapat merencanakan kegiatan mereka sendiri sesuai kebutuhan, karena terbukti kegiatan yang dilaksanakan secara swadaya berdasarkan kebutuhan masyarakat ’lebih murah’ dan hasilnya lebih baik. - Disnakertrans melaksanakan pelatihan-pelatihan dan memberikan

bantuan modal untuk masyarakat miskin. Namun belum tercipta kemitraan yang baik untuk masalah pemasaraan hasil produksi. Pemasaran masih dijalankan sendiri-sendiri, sehingga belum efektif.

- Pemberdayaan Masyarakat ’belum berhasil’ di kota Pasuruan:  Kalau diberi kredit selalu beranggapan ’bantuan’, sehingga jika

dalam memberi tidak dilakukan pemilihan dengan benar akan ’merepotkan’.

(15)

hal-15

 Konsumtif, dana bergulir tidak dimanfaatkan untuk usaha, bantuan alat yang diberikan untuk menjalankan usaha ’dijual’.

• Dinas Indagkop (Bidang Koperasi dan UMKM):

- Kasi Koperasi ditunjuk sebagai staf Indagkop yang menangani PNPM (namun tidak dapat ditemui, karena ada rapat anggota Koperasi)

- Tugas Indagkop (seksi UMKM) untuk membangkitkan/ menumbuhkan pengusaha mikro melalui pembinaan dan pelatihan ’Menjadi pengusaha yang berhasil’. Jika telah tumbuh akan dialihkan ke Bidang Perdagangan untuk membantu pemasaran

- Dalam melaksanakan pelatihan bekerja sama dengan nara sumber dan pelatih dari Unibraw dan Univ. Widya Gama dari Malang. Materi pelatihan meliputi: kualitas produksi, manajemen usaha, pengemasan produk, dsb.

- Untuk melakukan pendampingan dilakukan kerja sama dengan LSM BDS (Business Development Services). LSM BDS pada tahun 2005 dikirim (oleh walikota Pasuruan) ke Cina untuk mempelajari bagaimana UKM dapat berkembang pesat di sana, tidak memiliki bahan baku namun dapat menghasilkan produksi dengan harga murah. Hasil yang diperoleh, untuk mengembangkan UKM peran pemerintah hanya untuk ’mengatur’ untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan menyediakan modal, dan melindungi pengrajin dari ’pungutan macam-macam’.

• Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi:

Kegiatan yang dilakukan dalam pengentasan kemiskinan antara lain Pelatihan tenaga kerja berupa :

1. pelatihan wiraswasta

2. pelatihan kepada yang belum bekerja 3. pelatihan kepada yang tidak bekerja Untuk kegiatan sosial antara lain :

o bantuan kepada lansia terlantar sebanyak 125 orang sebesar Rp. 100.000 per orang per bulan dengan kegiatan selama 12 bulan dan diberikan per 2 bulan.

o Diberikan juga alat-alat untuk membuat kue yang disampaikan per kelompok, satu kelompok 5 orang. Dalam satu tahun diberikan kepada 4 kelompok (per kelurahan satu kelompok) sebesar Rp. 1 juta.

(16)

hal-16

setiap tahunnya diberikan untuk 100 rumah. Data berasal dari kelurahan,Tahun 2008 telah diberikan untuk 100 rumah o Tahun 2009 diberikan juga untuk 100 rumah, belum

terlaksana dan baru pada tahap verifikasi; dilaksanakan setelah lebaran.

o Tahun 2010 jumlah KK yang akan menerima bantuan menurun, tetapi nilai nya diperbesar menjadi Rp. 7,5 juta per rumah.

• Dinas Pendidikan:

- Program Dinas Pendidikan yang terkait untuk masyarakat miskin dan kesetaraan gender adalah:

 PAUD: BOP untuk guru, bina forum PAUD, lomba-lomba untuk merangsang peningkatan kualitas.

 Mendanai guru TK yang belum diangkat menjadi PNS, pembinaan guru, peningkatan mutu, lomba-lomba.

 Dalam penerimaan siswa baru (PSB) jika terjadi nilai sama, akan diutamakan calon siswa perempuan terlebih dahulu  Dalam kurikulum sekolah menghapus hal-hal yang

menyebabkan bias gender, seperti: Bapak bekerja mencari nafkah dan ibu masak di dapur, dsb.

 Menyediakan dana pendamping untuk BOS (dari pusat 40%, provinsi Jatim 30% dan kota Pasuruan 30%) yang diperuntukkan bagi seluruh siswa SD s/d SMP. 30% siswa miskin mendapatkan @ Rp. 65.000/anak/tahun, dan 70% siswa lainnya mendapatkan @ Rp. 20.000/anak/tahun.

 GNOT diberikan kepada siswa untuk memenuhi keperluan pribadi (alat sekolah, seragam, sepatu, tas sekolah), lebih diutamakan untuk siswa perempuan.

 Kejar PAKET ’A’ dan ’B’ bagi masyarakat yang berusia di atas usia sekolah

 Pembangunan dan perbaikan prasarana sekolah, untuk memenuhi 8 standar sekolah.

 Sertifikasi Guru.

 Penunjang non teknis, meliputi: pelatihan guru, peningkatan mutu guru dengan memberikan tunjangan tambahan, lomba-lomba untuk merangsang peningkatan prestasi, dsb.

 Pendidikan luar sekolah: Diknas mengajarkan baca tulis, bekerjasama dengan dinas Pertanian & Peternakan untuk ketrampilan, menunjang sosialisasi ’gerakan makan ikan laut’.

(17)

hal-17

 Memasukkan pendidikan wawasan wiyata mandala (tentang Penghijauan dan Kebersihan Lingkungan).

- Anggaran untuk pendidikan dalam APBD kota Pasuruan > 20%.

• Dinas Kesehatan:

Melaksanakan program kesehatan untuk masyarakat miskin dengan: • Dengan Dinas Sosial untuk pelayanan kesehatan dasar bagi

lansia.

• Bekerja sama dengan BKMM (Badan Kesehatan Mata Masyarakat) milik propinsi dalam melakukan operasi katarak dan fteregium.

• Pelaksanaan UKS dan pemberian makanan tambahan bagi siswa yang kurang gizi selama 100 hari dimulai dari tahun ajaran baru hingga tahun ajaran berakhir.

• Pelayanan kesehatan dasar bagi petugas kebersihan ”pasukan kuning” dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

• Pemberian Makanan Tambahan bagi balita bekerjasama dengan puskesmas dan pos yandu sebagai pelaksana kegiatan.

• Kegiatan lainnya yang bersifat pelayanan kesehatan masyarakat ”bakti sosial” bekerjasama dengan Perguruan Tinggi dan Yayasan.

• KBP/Forum BKM Kota Pasuruan:

- Walikota telah memfasilitasi anggota KBP melakukan studi banding belajar tentang konsep ’Madani’ di kota Kendari.

- Untuk memenuhi kebutuhan tenaga trampil di kota Pasuruan di bidang pekerjaan sipil, pemerintah kota mengirimkan ’tukang’ untuk kursus pendalaman untuk memperoleh ’sertifikat’ sebagai mandor.

- Konsep ”pemberdayaan masyarakat” belum sepenuhnya diterima dan dimengerti oleh Pengurus BKM. Banyak merasa keberatan untuk meminta ”swadaya masyarakat”. Kasihan sudah mereka ’miskin” masih harus diminta swadaya.

- Belum pernah mendampingi masyarakat sasaran PNPM dalam upaya pendekatan menumbuhkan semangat untuk keluar dari lingkaran kemiskinannya. Karena selama ini ada pendapat

(18)

hal-18

terutama masyarakat di daerah utara kalau orang tuanya buruh nelayan ya anaknya nasibnya tidak akan jauh dari orang tuanya. Konsultan:

• Tim Faskel:

- Perhatian pemerintah daerah terhadap pro-miskin adalah dengan menyisihkan APBD untuk program P2KP gakin.

• Tim Korkot:

- Pemerintah peduli kegiatan pronangkis, terbukti mau menambahkan anggaran untuk pendamping PAKET P2KP Tahap III Rp. 2,5 milyar (semula hanya dianggarkan Rp. 1 milyar).

- Lokasi Kel kepel dan Panggung Rejo angka KK miskin tinggi, karena itu diberi dana dari APBN. BLM Kel Kepel dan Panggung Rejo tahap 1 cair pada bulan Desember 2007, tahap 2 dan 3 cair pada bulan November dan Desember 2008. Selain itu Kepel dan Panggung Rejo mendapat tambahan dana dari APBD masing-masing Rp 50 Juta.

Yang menjadi masalah, Usulan Kepel dan Panggung Rejo berbasis BLM, sehingga harus diajukan ”usulan dadakan”. Faskel meminta RT dan RW yang sudah memiliki usulan masyarakat, namun tidak diakomodir dalam PJM pronangkis, untuk diusulkan didanai dana 50 Juta. Namun usulan yang diambil adalah untuk kegiatan sosial saja. Syarat yang ditentukan Pemda adalah cukup dibuat rekap usulan dana untuk APBD dan pemberkasan dokumen saja.

- Untuk Kepel dan Panggung Rejo telah dimasukkan dalam usulan anggaran TA 2009. perincian sebagai berikut:

 BLM TA 2007 untuk TA 2008 Kepel 300 juta Panggung Rejo 200 juta

 Untuk TA 2009 Kepel 200 juta

Panggung Rejo 150 Juta

Panggung Rejo paling banyak menerima program baik dari propinsi maupun Pemkot Pasuruan

PP3: Apakah kebutuhan peningkatan kapasitas dari aparat pemerintah di kelurahan dan badan-badan penting pemerintah maupun manajemen program di level kota atau kabupaten.

Kelurahan Kepel: • BKM/Relawan:

(19)

hal-19

- Diperlukan pelatihan untuk pemantapan peran dan fungsi BKM. - Monitoring dari pemerintah kota Pasuruan.

• Lurah/aparat:

- Pelatihan PNPM dilaksanakan berkaitan dengan pelatihan aparat .Pernah dilakukan yaitu pada tahun 2008 yang dilaksanakan di Batu Malang dengan penyelenggara dari KMW dan korkot. Yang diundang saat itu adalah lurah dan koordinator BKM.

Kelurahan Panggungrejo: • BKM:

• Format yang susah pada saat pembuatan proposal maupun pelaporan, mohon disederhanakan.

• Dana BOP ditingkatkan, masalah uang transport, pemeliharaan kantor sekretariat (listrik).

• Jumlah modal ditambah.

• Pelatihan perlu ditingkatkan khususnya teknis penulisan proposal dan pembukuan/administrasi BKM.

Kecamatan Bugul Kidul:

• PJOK: Kebutuhan untuk pengembangan kapasitas

- Bekal pengetahuan umum tentang PNPM, hingga saat ini belum tahu beda P2KP dengan PNPM. Ketika pernah menanyakan ke Bapeda, juga tidak dapat menjawab.

- Diadakan koordinasi minimal 1 kali sebulan. - Monitoring dan evaluasi oleh pemerintah kota.

(20)

hal-20 Kota Pasuruan:

• Dinas PU: Dalam Pelaksanaan PAKET P2KP

- Diperlukan ketegasan tugas Dinas PU, karena selama ini hanya sebagai formalitas untuk memenuhi persyaratan

- Sistem pelaporan kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat seharusnya yang mudah dibuat dan dimengerti oleh masyarakat awam, agar jika ada pemeriksaan dapat memberikan jawaban. • KBP/Forum BKM Kota Pasuruan:

- Pembekalan bagi anggota BKM yang baru terpilih (setelah review kelembagaan)

- Perbaikan media pelatihan dan sosialisasi yang lebih menarik, misalkan ditambah dengan gambar (komik) yang lebih komunikatif, sehingga tidak membosankan dan mudah ditangkap maksudnya. - Pembekalan bagi peserta KBP yang baru untuk ’menyamakan

pemahaman’ tentang fungsi dan peran KBP.

Konsultan: • Tim Faskel:

- Diperlukan pelatihan untuk materi muatan lokal seperti Kebijakan pemerintah daerah, Aturan-aturan/ Perda, kebijakan pajak dll - Untuk menunjang tugas memerlukan pelatihan kajian gender,

komunikasi massa, menejemen konflik

PP4: Sejauh mana hambatan struktural, lembaga dan kebijakan mempengaruhi mobilisasi dan kontinuitas dukungan pemerintah pada pemberdayaan masyarakat.

Kelurahan Kepel: • BKM/Relawan:

- Relawan kadang-kadang tidak ikut acara pertemuan/diskusi/ pelatihan karena tidak mendapatkan pengganti transport, ’moro-moro ga ono sangune’.

- Tim Faskel dalam membimbing masyarakat sering menggunakan bahasa-bahas tinggi, sehingga masyarakat sulit memahami, walaupun akhirnya dapat juga mengerti secara pelan-pelan.

(21)

hal-21

- Masyarakat sudah selesai menyusun proposal, namun uang tidak turun-turun.

Kelurahan Panggungrejo: • BKM/Relawan :

- karakteristik masyarakat di Kelurahan Panggung Rejo “manut” kepada orang yang ditokohkan artinya siapa yang memimpin dan mereka anggap percaya, mereka akan menuruti apa yang dikatakan oleh orang ditokohkan tersebut. Hal ini yang menjadi salah satu penghambat pada saat pelaksanaan dana bergulir waktu lalu, dimana menurut salah seorang tokoh mengatakan bahwa dana yang dipinjam tidak perlu dikembalikan sehingga perputaran dana menjadi macet. Hal lain yang menyebabkan kemacetan yaitu dana yang dikumpulkan oleh Ketua KSM dari anggota KSM diserahkan kepada BKM.

- Usulan-usulan masyarakat ditampung oleh BKM kemudian dibuat skala prioritas dan harus ada pemeratan agar tidak terjadi kecemburuan sosial artinya yang lebih mendesak dan sangat dibutuhkan dilakukan terlebih dahulu dan tersebar di beberapa lokasi. Kemudian dilakukan Pemetaan Swadaya, usulan-usulan tersebut digabung kemudian dirangking kembali. Kecamatan Bugul Kidul:

• PJOK:

- Dalam acara-acara menyangkut PNPM, Camat yang selalu menghadiri, namun tidak pernah menerima alih pengetahunan atau pengarahan dari Camat, sehingga untuk menjalankan fungsi PJOK dirasakan tidak dapat maksimal.

Kota Pasuruan: • Bapemas:

- Masyarakat di Pasuruan disebelah utara yang kebanyakan pendatang ’pendalungan’, campuran antara budaya Jawa, Madura,

Bugis, sulit dibina sehingga keberhasilan lamban. Cenderung hanya 1 orang yang aktif ’one man show’ dan berjalan sesuai

kemauan sendiri. Berbeda dengan masyarakat Jawa yang berada di wilayah selatan.

- Kehadiran BKM pernah menjadi masalah dengan LPM, ’LPM dibentuk oleh pemerintah (Bapemas) kok sekarang kegiatan malah diberikan kepada BKM. Karena PNPM berada dibawah Bapeda yang tidak tahu sejarah, mengakibatkan LPM merasa

(22)

hal-22

ditinggalkan. Untuk mengatasi hal ini Bapemas telah melakukan upaya sebagai berikut:

o Dengan surat Sekda ditetapkan bahwa di tingkat kelurahan harus memadukan PJM BKM masuk ke dalam musrenbang kelurahan

o Memberdayakan LPM dengan anggaran APBD dalam bentuk dana pembangunan kelurahan Rp. 1,25 juta per tahun, sehingga dapat melakukan kegiatan. Anggaran untuk LPM tidak ditambah, karena tidak dapat memberikan laporan dari pelaksanaan sebelumnya.

- Program nasional yang tiba-tiba datang ’nyelonong’ membuat kacau di lapangan. Seperti program ’Jasmas’ dari DPRD Jatim senilai Rp. 3 milyar untuk kota Pasuruan, memberikan dana

kepada masyarakat berdasarkan usulan setelah

mendapatkan ’rekomendasi’ dari DPRD Jawa Timur.

Rekomendasi dapat turun melalui ’komitmen’ antara calon

penerima dan pemberi dana (dapat 50:50, bahkan 10:90). Akibat kondisi tersebut, tidak dapat membuat laporan, ada yang dipanggil ke ’Jl. Sudirman untuk sekolah S2’.

- Setiap menghadiri acara, relawan selalu menyampaikan ’Kami ini bukan malaikat’. Hanya guru yang tidak mengeluhkan hal

yang sama, karena melalui kegiatan BKM dapat

menambah ’cum’ untuk kenaikan golongan sebagai PNS. • Bapeda:

- Untuk menjaga agar kegiatan BKM dapat berlanjut, pada saat alih kelola PNPM dari Bapeda ke Bapemas, kepala Bapeda menyampaikan kepada ke Bapemas: Ada kekeliruan dalam pembentukan BKM (yang biasanya hanya berdasarkan ketokohan di masyarakat), sehingga harus merubah BKM yang lebih baik, mengutamakan cari anggota BKM yang ’kober’.

- Pimpinan BKM sebaiknya masyarakat yang ’mapan’ dan mampu menjalankan fungsinya (berani menegur dan menagih jika ada masyarakat yang tidak mengembalikan pinjaman bergulir)

- Lurah yang dulu tidak terlibat harus terlibat, karena kalau tidak terlibat tidak dapat mengontrol kegiatan masyarakat.

- Kepedulian pimpinan daerah (walikota) untuk memperkuat peran Lurah (Lurah akan mempertaruhkan jabatannya jika tidak memenuhi kebijakan walikota).

(23)

hal-23

- Pemanfaatan BLM PNPM diatur dengan proporsi terbesar untuk kegiatan prasarana, sedangkan yang dibutuhkan bagi masyarakat kota Pasuruan lebih untuk peningkatan pendapatan keluarga miksin.

- Bapeda telah melaksanakan sosialisasi dan pembekalan pelaksanaan PNPM kepada kecamatan dan kelurahan, namun masih ada aparat yang mengikuti sosialisasi dan pembekalan tidak memberikan ’pengetahuannya’ kepada staf yang ditugaskan dalam pelaksanaan PNPM, sehingga jika staf kurang/tidak aktif tidak memahami PNPM.

- Meningkatkan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program. • Dinas PU: Dalam pelaksanaan PAKET P2KP

- Pemerintah kota Pasuruan sudah memfasilitasi pencetakan pedoman ringkas (booklet) pelaksanaan PAKET P2KP, namun pemahaman para pelaku masih kurang. Pokja PAKET setelah mendapatkan bekal, tidak melanjutkan/mengalihkan pengetahu-annya kepada Pakem.

- Dalam menetapkan prioritas kegiatan penerima PAKET tidak dilakukan secara ’transparan’, bahkan ada anggota Pokja PAKET yang tidak tahu-menahu bagaimana proses pemilihan/penetapan-nya. PU membuat daftar sendiri kegiatan-kegiatan Pakem hanya berdasarkan proposal yang diterima, Bapeda tidak memberikan daftar kegiatan PAKEM (PAKET Tahap II).

- Fasilitator pendamping tidak melakukan bimbingan dalam analisis harga dan penyusunan laporan kegiatan Pakem (BKM).

- Tidak jelas pembagian tugas sesuai tupoksi dinas, seperti bapemas menangani masalah-masalah teknis.

- Ditemukan dalam pelaksanaan monitoring pelaksanaan PAKET Tahap II beberapa hal sebagai berikut:

 Hampir semua BKM mengeluh. Dalam penyusunan proposal yang seharusnya oleh Pakem sebagai pembelajaran bersama antara BKM dan Dinas terkait, ’dilakukan oleh pihak ke III’ dengan meminta imbalan. Penyusunan laporan Pakem sangat sulit, harus dilakukan perbaikan berulang-ulang, akibatnya anggota Pakem yang kemampuan serta ketersediaan waktunya kurang, menyerah. Akhirnya laporan ’dibantu’ oleh faskel pendamping, dan akhirnya ’minta imbalan’.

(24)

hal-24

 Terdapat 1 kegiatan pembangunan gedung layanan terpadu tidak dilaksanakan oleh Pakem, namun dilakukan oleh ’pemborong’.

• Dinas Indagkop:

- Pemerintah kota belum memberdayakan koperasi yang telah ada di tingkat kota. Seperti untuk pengadaan kebutuhan BUMD (misalnya kebutuhan tong sampah) seharusnya dapat bekerja sama dengan para pengrajin, namun malah cenderung mengutamakan CV ’tembean’ (yang dibuat mendadak hanya untuk mendapatkan proyek oleh pihak-pihak tertentu). Koperasi tidak diikutsertakan dalam pelelangan pengadaan dinas-dinas, dan lebih kental untuk kepentingan rekonsiliasi politik.

- Sistem yang terjadi bak ’lingkaran setan’, tercipta moral yang buruk baik pengrajin maupun perantara.

- Kadin belum menjadi mitra pemerintah yang baik untuk membantu pemasaran produksi pengrajin kota Pasuruan.

- Kebijakan pemerintah pusat tentang koperasi sering tidak konsisten dilaksanakan di tingkat kota. Akibatnya masyarakat kembali ke Bank ’Titil’.

- Pendampingan dalam PNPM disamaratakan untuk semua wilayah, padahal belum tentu cocok. Untuk wilayah miskin seperti pantai utara Pasuruan (Ngemplak), seharusnya pendampingan diutamakan untuk membina istri-istri nelayan agar dapat

Pada awal ada perjanjian antara pengrajin dan pembeli perantara (brooker): 1. Mutu produksi pengrajin harus bagus

2. Pengrajin menyerahkan barang, dan pembeli akan membayar tunai.

Namun pada kenyataan, pembeli tidak membayar tunai, memakai check yang kadang-kadang kosong. Karena tidak dibayar tunai, pengrajin kekurangan modal, sehingga tidak dapat menghasilkan mutu yang baik. Pembeli ‘mengeluh’ mutu barang tidak baik, dst ….. dst ……. Pengrajin berontak ………

Kebijakan KUR (memberikan pinjaman Rp. 5 juta tanpa jaminan) dijalankan secara simbolis ketika ada kunjungan Presiden untuk beberapa pengrajin. Setelah acara ceremonial selesai, diterapkan pinjaman dengan jaminan, dengan persyaratan seperti mau memperoleh pinjaman 1 milyar.

(25)

hal-25

meningkatkan pendapatan keluarga, dan bukan untuk membangun jalan.

- Konsep relawan dalam PNPM tidak cocok diterapkan dalam anggota BKM harus melibatkan orang miskin. Akibatnya, karena mereka sibuk bekerja, tidak dapat meluangkan waktu untuk memikirkan BKM, termasuk karena SDM yang rendah.

• Dinas Kesehatan

- Tidak ada kendala struktural dengan pelaksanaan program-program pengentasan kemiskinan, karena sudah sesuai dengan tupoksi yang, hanya bagaimana pelaksanaan kegiataan dapat tepat sasaran kepada masyarakat miskin yang benar-benar membutuhkan pelayanan kesehatan.

• Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

- Tidak ada hambatan struktural dalam koordinasi pelaksanaan kegiatan gakin, pada awal mula kegiatan (kepala dinas baru) sistem birokrasi yang mengharuskan adanya surat koordinasi untuk razia harus diterapkan, tetapi karena proses yang panjang menyebabkan kegiatan razia sudah bocor terlebih dahulu ke gepeng. Akhirnya koordinasi dalam melakukan razia dilakukan melalui telpon.

• KBP/Forum BKM Kota Pasuruan:

- Kepemimpinan BKM lama masih ada yang dipengaruhi ketokohan, otoriter. Sudah 80% BKM melakukan reformasi keanggotaan BKM. Namun ’borok’ yang ditinggalkan ’pengurus’ lama sulit disembuhkan, terutama dalam pengembalian pinjaman bergulir (kurang dari 80%) sehingga banyak BKM yang tidak dapat melaksanakan PAKET P2KP. Pada pelaksanaan PAKET Tahap II (tahun 2008) hanya 6 (dari 22) BKM yang dapat memenuhi persyaratan (termasuk RR> 80%). Dikhawatirkan untuk tahap III akan lebih sedikit, karena tidak dapat memenuhi persyaratan RR> 80%.

- BKM P2KP 1-1 ’salah asuhan’, dlam AD ART memperoleh gaji, sehingga ketika ’jasa’ dari dana berguli tidak cukup untuk membayar gaji, menggambil dari uang modal.

(26)

hal-26

- Keterlibatan Lurah sangat mempengaruhi keberhasilan BKM, namun masih banyak yang salah pemahaman tentang ’tidak intervensi’:

 Ada lurah yang mengartikan dengan ’TIDAK PEDULI’

 Ada BKM yang sama sekali tidak memberitahu Lurah tentang kegiatan BKM.

- Ada Lurah (Blandongan) yang mendominasi BKM.

- Block grant untuk kelurahan yang mengadopsi konsep P2KP yang dilaksanakan oleh Bapeda Kota Pasuruan, secara konsep bagus, namun dalam pelaksanaan terlalu cepat, sehingga hasilnya tidak seperti yang diharapkan.

- Dalam penugasan faskel, ada yang latar belakang pendidikannya kurang ’nyambung’ dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam PNPM, misalnya sarjana kimia. Ada yang tidak menguasai tugas-tugasnya, sehingga ketika ditanya tentang format-format tidak dapat menjawab, harus konsultasi dengan korkot terlebih dahulu.

- BOP KBP sering terlambat turun. Dana yang seharusnya dapat dimanfaatkan unuk kegiatan dalam setahun, karena baru turun pada bulan Oktober, sehingga hanya dapat dimanfaatkan dalam 3 bulan. Yang akan datang diharapkan tidak terlambat, sehingga dapat dimanfaatkan untuk peluang yang lebih banyak membahas kegiatan-kegiatan nangkis.

- Dalam rangka pelaksanaan PAKET P2KP pernah mendapatkan pelatihan teknik selama 2 hari (namun di sisi lain pengetahuan tidak dilanjutkan kepada Pakem/BKM, sehingga belum mampu menyusun proposal dan laporan kegiatan prasarana)

- Pemahaman tentang swadaya ’belum utuh’ baik di tingkat KBP/Forum maupun di tingkat masyarakat:

 Swadaya difahami harus disediakan oleh penerima manfaat (warga miskin)

 Masyarakat ada yang memberikan sumbangan dalam pelaksanaan kegiatan (untuk melengkapi hasil yang nanggung), tapi akhirnya meminta pembayaran.

- Kesulitan menyesuaikan waktu untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan PAKET P2KP (monitoring, dsb) dengan jadwal masyarakat, sehingga harus sering mengorbankan waktu bersama keluarga (malam hari, hari libur).

- Pelaksanaan PAKET Tahap II (tahun 2008) kurang baik dibandingkan pada tahun 2007. Dilakukan secara mendadak,

(27)

hal-27

tumpang tindih waktu pelaksanaan BLM PNPM dan PAKET, jumlah tenaga di BKM terbatas, sehingga kekurangan tenaga pelaksana.

- Cenderung ingin mengabaikan ’kesadaran masyarakat’ untuk mengembalikan pinjaman bergulir, sehingga meminta RR tidak dijadikan kriteria untuk memperoleh PAKET.

Konsultan: • Tim Korkot:

- Kesalahan penganggaran BLM baik dari APBN dan APBD yang hanya 50% dari seharusnya menyebabkan pelaksanaan di lapangan tersendat. Karena dana BLM yang tersedia hanya 50%, kegiatan berganti dengan kegiatan lain yang nilainya sesuai dengan anggaran yang ada (mengganti prioritas kegiatan). Saat ini lokasi PNPM sedang menyelesaikan kegiatan dengan dana BLM 2008. - Lurah dan Camat belum mendapatkan penguatan secara khusus,

sehingga jika diundang oleh SF untuk acara-acara siklus PNPM hadir namun belum mendalami.

- PJM BKM belum dapat menjadi bagian musrenbang, karena masih ada ego Lurah dan BKM.

- SDM di Panggungrejo pada umumnya rendah, tidak mau membahas persoalan yang terjadi bersama Lurah, namun karena ’kenal’ persoalan langsung disampaikan ke Walikota/DPRD, sehingga Lurah harus hati-hati menghadapi masyarakat yang keras, senang ribut dan demo. Karena SDM terbatas, hanya 1 orang yang aktif terlibat dalam berbagai kegiatan, sehingga ketika yang bersangkutan harus pindah (karena menikah), tidak ada yang siap menggantikan, sehingga berbagai program tersendat.

- Kesulitan lain yang dihadapi karena SDM rendah (7 dari 9 RT di Panggungrejo masih harus mengikuti kejar paket A), sehingga untuk menyusun PJM hanya ’nrimo’ dan tergantung dari RT.

- Berbagai program yang diberikan kepada masyarakat dari berbagai sumber instansi pemerintah (terutama dari pusat) dengan aturan yang berbeda-beda mengakibatkan pelaksanaan PNPM alot, karena dibandingkan dengan program lain yang tidak melalui proses berbelit-belit. Semula dikira uang diserahkan kepada masyarakat dan terserah penggunaannya.

(28)

hal-28 PP5: Bagaimana dukungan pemerintah di tingkat kota bagi proses

pemberdayaan masyarakat dapat diarus-utamakan agar menjadi lebih berkesinambungan.

Kelurahan Kepel: • BKM/Relawan:

Mengharapkan ada ’incentive’ bagi anggota BKM, tidak tega ’disuruh-suruh tapi ga ada uang saku’

Kota Pasuruan: • Bapermas:

- Pemerintah kota Pasuruan telah melakukan program ‘block grant’ bagi 34 kelurahan di seluruh kota dengan anggaran untuk pemberdayaan dan BOP senilai Rp. 4 milyar dan dana untuk menugaskan 10 tenaga pendamping yang dikontrak selama 7 bulan dalam setiap tahun anggaran. Namun saat ini dihentikan, karena dana digunakan untuk pendamping PNPM, padahal ada 10 kelurahan yang tidak mendapatkan PNPM sehingga tidak ada pendampingan. Pemerintah hanya dapat ‘wanti-wanti’ agar meskipun tidak mendapatkan pendampingan harus tetap berjalan. - Sampai saat ini pemerintah kota belum memikirkan untuk

menyediakan pendamping khusus untuk keberlanjutan BKM karena PNPM akan dilaksanakan sampai dengan tahun 2015. Setelah 2015 akan diupayakan pendamping local agar dana yang telah beredar di masyarakat tidak hilang.

• Bapeda:

- Untuk menjaga agar kegiatan BKM dapat berlanjut, harus merubah BKM yang lebih baik, mengutamakan cari anggota BKM yang ’kober’. Lurah yang dulu tidak terlibat harus terlibat, karena kalau tidak terlibat tidak dapat mengontrol kegiatan masyarakat. - Karena sharing pemerintah kota cukup besar dalam

program-program pemerintah pusat (PNPM, PPIP), untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan PNPM, akan dilakukan verifikasi usulan BKM (oleh Bapeda, Bapermas, PU), dengan tujuan: Masyarakat dapat membuat rencana dengan benar, tidak menggembungkan anggaran.

- Mengarahkan semua program-program (baik dari pusat, provinsi) yang disalurkan ke masyarakat harus meng’cover’ musrenbang. Saat ini masih ada program-program yang tidak pernah dibahas terlebih dahulu, tiba-tiba dilaksanakan, sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memenuhi kebutuhan utama.

(29)

hal-29

• Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

Belum terlihat jelas program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah kota Pasuruan

• Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

- Keterlibatan dinas instansi terkait program penanggulangan kemiskinan dalam memberikan referensi masalah-masalah yang ada di masyarakat akan membantu proses perencanaan usulan masyarakat untuk diajukan dalam pjm pronangkis maupun musrenbangkel lebih bervariasi dan sekaligus pemecahan masalah sosial ekonomi di kelurahan. Sebagai contoh penanganan masalah KB untuk masuk dalam usulan kegiatan sosial.

• Dinas Kesehatan

Saat ini dukungan pemerintah kota terhadap program-program pengentasan kemiskinan sudah sangat jelas, tidak hanya program dari Pusat tetapi justru yang didanai oleh APBD. Selain itu, Dinas Kesehatan tidak hanya melayani masyarakat miskin tetapi juga bagi masyarakat pada umumnya. Artinya diluar non kuota yang ada juga dilayani untuk mendapatkan fasilitas kesehatan dasar.

Referensi

Dokumen terkait

Umumnya model regresi linier berganda diselesaikan dengan metode kuadrat terkecil, namun belakangan ini telah ditemukan suatu metode alternatif yang relatif baru dalam

Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan laba, pertumbuhan pendapatan, debt to asset ratio, debt to equity ratio berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan LQ45 yang

(1) Pegawai Negeri Sipil yang pada saat ditetapkan Peraturan Menteri ini yang memiliki pengalaman dan menjalankan tugas di bidang analisis keuangan pusat dan daerah

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah Penelitian ini menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap prestasi akademik mahasiswa Program

Penelitian yang berjudul pengaruh konsentrasi natrium metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) dan suhu pengeringan terhadap karakteristik tepung ampas tahu ini akan dilakukan

Nilai koefisien determinasi atau R 2 adalah 87,40 %, yang artinya 87,40 persen variasi yang terjadi pada jumlah sapi yang dipotong Provinsi Sumatera Selatan dapat

رابتخلاا ةقيرط t ( Uji t ) تامولعلدا ك قئاقلحا لينل ةقيرطلا هذى ثحابلا ـدختسي نع ةيلاعف قيبطت ـادختساب ةيبرعلا ةغللا ميلعت لئاسك lectora

bahwa untuk melaksanakan Pasal 45 ayat (2) Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, yang memerintahkan pembentukan