• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF CIRC BERBANTUAN

MEDIA VISUAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PADA

BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SD

GUGUS II TAMPAKSIRING

Ida Ayu Nym. Sri Santini

1

, I Kt. Adnyana Putra

2

, I Gst. A. Oka Negara

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: idaayusrisantini@yahoo.com

1

,adnyanaputra54@yahoo.com,

igustiagungokanegara@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan membaca pada bahasa Indonesia antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran CIRC berbantuan media visual dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional di kelas IV SD Gugus II Tampaksiring Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu, dengan desain

Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SD

Gugus II Tampaksiring yang berjumlah 171. Sampel dalam penelitian ini adalah SD Negeri 1 Tampaksiring dengan jumlah 37 orang siswa sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri 3 Tampaksiring dengan jumlah 30 orang siswa sebagai kelompok kontrol. Data yang dianalisis adalah keterampilan membaca siswa yang dikumpulkan melalui tes pilihan ganda yang terdiri atas 36 butir soal. Selanjutnya, data dianalisis dengan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan membaca pada bahasa Indonesia antara siswa yang mengikuti proses penerapan model pembelajaran CIRC dengan siswa yang mengikuti penerapan pembelajaran konvensional nilai thit = 3,427 dengan taraf signifikan 5% diperoleh ttabel = 2,000 karena thit

lebih besar dari ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai rata-rata keterampilan

membaca pada pembelajaran bahasa Indonesia yang dicapai oleh kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran CIRC (78,37) lebih dari nilai rata-rata keterampilan membaca pada pembelajaran bahasa Indonesia yang dicapai kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (71,19). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif CIRC berpengaruh terhadap keterampilam membaca pada bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Gugus II Tampaksiring.

Kata Kunci: CIRC, keterampilan membaca, bahasa Indonesia Abstract

This study aims to find out difference of reading skill at Indonesia language between the student who treated with teaching and learning model of CIRC helped with visual media with the student who treated with conventional at the student grade IV of SD Gugus II Tampaksiring on academic year of 2013/2014. Research type is quasy experiment research with noneqivalent control group design. Population in this study were the student grade IV of SD Gugus II of Tampaksiring by number of 171 people. Sample in this study was SD Negeri 1 Tampaksiring by number of 37 students as experiment group and SD Negeri 3 Tampaksiring by number of 30 students as control group. Data was analyzed is student reading skill that collected through test of multichoice that consist of 36 item. Then data analyzed with t-test. Result of research showed that there is significant difference of reading skill at Indonesia language between the student who was treated with teaching and learning of CIRC with the student who was treated with conventional model. tvalue = 3.427 with significant level of 5% and ttable=2.00 because tvalue

(2)

higher than ttable hence Ho rejected and Ha accepted. Mean of reading skill at Indonesia

language that achieved by the student group who was treated by teaching and learning of CIRC (78.37) higher than the mean of student’s conventional model (71.19) thus it can be concluded that cooperative teaching and learning of CIRC have effect on reading skill at the Indonesia language at the student grade IV of SD Gugus II Tampaksiring.

Keywords: CIRC, reading skill, Indonesia language

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan bertujuan untuk menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Pendidikan berperan penting untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi kemajuan perkembangan IPTEK yang semakin berkembang. Salah satu faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah model pembelajaran yang diterapkan guru kurang sesuai dengan karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara yang merupakan alat berkomunikasi berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia, Aleka, dkk (2010:16). Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar memiliki tujuan yang diharapkan siswa mampu, (a) menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk berbagai keperluan,

seperti pengembangan intelektual, sosial, (b) siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif dalam bermacam - macam tujuan, (c) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa, (d) siswa diharapkan memiliki pengetahuan yang memadai tentang kebahasaan sehingga dapat menunjang keterampilan berbahasa yang dapat diterapkan dalam berbagai keperluan dan kesempatan, (e) memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia Santosa, dkk (2008:3.7).

Pengajaran bahasa menekankan pada keterampilan berbahasa. Kegiatan belajar bahasa yang perlu dikembangkan tentunya kegiatan yang dapat mendukung berkembangan keempat keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut dalam belajar berbahasa mempunyai hubungan yang sangat erat bahkan saling ketergantungan. Mempelajari satu aspek keterampilan senantiasa terkait dengan aspek lainnya. Salah satu jenis keterampilan yang diteliti adalah pada aspek keterampilan membaca. Membaca merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dan merupakan salah satu sasaran pembelajaran berbahasa Indonesia. Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang proses pengolahan bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh suatu pemahaman yang bersifat menyeluruh mengenai bacaan tersebut. Kemampuan yang dimiliki siswa diharapkan mampu meningkatkan pemahaman bacaan yang melibatkan proses berpikir. Proses membaca dipandang sebagai usaha menyerap informasi dari bacaan ke dalam ingatan (Santosa, dkk (2008:6.3).

(3)

Proses membaca sangat kompleks dan rumit karena melibatkan beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun kegiatan mental. Proses membaca terdiri dari beberapa aspek. Aspek - aspek membaca sebagai berikut. (a) aspek

sensori, yaitu kemampuan untuk

memahami simbol - simbol tertulis, (b)

aspek perseptual, yaitu kemampuan untuk

menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol, (c) aspek skhemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada, (d) aspek berpikir, yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari, dan (e)

aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan

dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca. Interaksi antara kelima aspek tersebut secara harmonis akan menghasilkan pemahaman membaca yang baik, yakni terciptanya komunitas yang baik antara penulis dengan pembaca (Santosa, dkk , 2008:6.4).

Sebagai suatu keterampilan berbahasa, membaca merupakan suatu yang harus dipenuhi oleh semua anggota komunitas yang membuka diri dalam cakrawala pemikiran positif, referensial, berpikiran luas multidimensional, dan kearah depan demi kemajuan kualitas hidup dan kehidupan manusia. Keterampilan membaca memengaruhi kebiasaan dan budaya membaca. Orang yang mempunyai hobi membaca secara reflektif senantiasa meningkatkan kualitas membacanya (Aleka, dkk, 2010:77).

Selain memiliki aspek membaca menurut Rahim (2008: 11) membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Adapun tujuan membaca adalah sebagai berikut (a) kesenangan, (b) menyempurnakan membaca nyaring, (c) menggunakan strategi tertentu, (d) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, (e) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, (f) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (g) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, (h) menampilkan suatu

eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, (i) menjawab pertanyaan - pertanyaan yang spesifik. Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca adalah salah satu keterampilan yang diajarkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada setiap jenjang pendidikan yang ada di Indonesia. Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, siswa dikatakan terampil berbahasa jika aspek keterampilan tersebut telah dimilikinya.

Permasalahan pun muncul ketika peneliti melakukan observasi awal di SD Gugus II Tampaksiring. Pada saat mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia guru menggunakan metode ceramah yang dibantu dengan diskusi kelompok kecil yang sederhana. Pembelajaran dengan motode ceramah menonjolkan guru yang lebih aktif. Sebagian besar siswa kelihatan kurang memahami materi yang disajikan oleh guru. Metode ceramah membuat siswa cenderung pasif karena siswa hanya duduk dan menerima informasi dari guru. Hal ini tampak pada beberapa siswa yang asyik bermain dengan teman sebangkunya ketika guru menjelaskan materi pelajaran. Sikap tersebut menunjukkan kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan yang sedang disampaikan oleh guru. Proses pembelajaran yang seharusnya menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap, dilakukan guru hanya dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas individu. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas lebih didominasi oleh guru dimana siswa jarang diberikan kesempatan untuk melibatkan pengalaman belajar secara langsung di dalam proses pembelajaran. Maka dari itu diperlukan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk menumbuhkan minat belajar siswa.

Salah satu model yang dapat diterapkan oleh guru pada mata pelajaran bahasa Indonesia terhadap keterampilan membaca adalah model pembelajaran

(4)

kooperatif tipe CIRC (Cooperative

Integrated Reading and Composition)

berbantuan media visual. CIRC merupakan singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition, termasuk salah

satu model pembelajaran Cooperative

Learning yang pada mulanya merupakan

pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis. Slavin (2009:200) CIRC merupakan sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pelajaran membaca dan menulis untuk kelas - kelas tinggi sekolah dasar. Abidin (2012:92) menyatakan bahwa, model pembelajaran

CIRC bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan sekaligus membina kemampuan menulis reproduksi atas bahan bacaan yang dibacakan. Model pembelajaran CIRC dapat membantu guru memadukan kegiatan membaca dan menulis sebagai kegiatan integratif dalam pelaksanaan pembelajaran membaca.

Selain memiliki tujuan, Abidin (2012:93) mengemukan unsur-unsur utama

CIRC sebagai berikut. (a) Kelompok

pembaca, para siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok pembaca yang terdiri atas dua sampai tiga orang berdasarkan tingkat kemampuan membaca mereka yang heterogen. Proses pembentukan kelompok seharusnya ditentukan oleh guru agar kemampuan baca para siswa dalam satu kelompok benar - benar berbeda satu sama lain, (b) Kelompok membac, siswa ditempatkan berpasangan di dalam kelompok baca mereka. Selanjutnya pasangan ini dibagi ke dalam kelompok yang terdiri atas pasangan - pasangan dari dua kelompok membaca yang berbeda, misalnya suatu kelompok mungkin beranggotakan dua siswa yang memiliki kemampuan membaca tinggi dan dua orang siswa yang memiliki kemampuan membaca rendah. (c) Aktivitas menceritakan kembali. Siswa menggunakan cerpen atau novel sebagai bahan bacaan kegiatan kelompok. Cerita tersebut diperkenalkan dan didiskusikan dalam kelompok membaca melalui guru sekitar 20 menit. Pada saat kegiatan ini, guru menyusun tujuan membaca, memperkenalkan kosakata baru, meninjau ulang kosakata lama, membahas cerita

setelah siswa membacanya, dan lain sebagainya. Secara umum diskusi mengenai cerita ini harus disusun untuk menekankan kemampuan - kemampuan tertentu seperti membuat dan mendukung prediksi cerita dan memahami komponen struktur cerita misalnya masalah/konflik, alur, dan pemecahan masalah yang terkandung dalam cerita tersebut.

Kelebihan model pembelajaran

CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) menurut Suyitno (2005:6),

salah satu kelebihan dari model CIRC adalah dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menemukan kalimat utama dalam sebuah paragraf, siswa akan termotivasi pada hasil secara teliti, karena siswa bekerja dalam kelompok, membantu siswa yang memiliki kemampuan yang kurang, dan meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menemukan kalimat utama dalam suatu paragraf. Selain menggunakan model pembelajaran CIRC di dalam proses pembelajaran perlu adanya media yang dapat membantu proses pembelajaran, media yang dapat digunakan adalah media visual. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2010:3). Beberapa pendapat menurut para ahli tentang pengertian media pembelajaran sebagai berikut. Sadbudhy dan Nuryata (2010: 61) mengemukakan bahwa, media pembelajaran dapat diartikan sebagai perantara sampainya pesan belajar (message learning) dari sumber pesan (message resource) kepada penerima pesan (message receive) sehingga terjadi interaksi belajar mengajar. Sumber pesan atau disebut juga komunikator biasanya pengajar/guru, sedangkan penerima pesan atau komunikasi biasanya peserta didik. Menurut Arsyad (2010: 25) beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran didalam proses pembelajaran sebagai berikut. (a) media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, (b) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian

(5)

anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan minatnya, (c) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu, (d) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.

Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan dapat memperkuat ingatan. Visual dapat juga menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) untuk meyakinkan terjadinya proses informasi. Arsyad (2010 : 91) mengemukakan bahwa, bentuk visual bisa berupa (a) gambar representasi seperti gambar, lukisan, atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda; (b) diagram yang melukiskan hubungan - hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi materi; (c) peta yang menunjukkan hubungan - hubungan ruang antara unsur - unsur dalam isi materi; (d) grafik seperti tabel, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran/kecendrungan data atau antarhubungan seperangkat gambar atau angka - angka. Jadi dapat disimpulkan bahwa media visual merupakan media yang menampilkan gambar dan teks diam untuk menarik perhatian siswa di dalam proses pembelajaran dengan menggunakan panca indra mata.

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan membaca antara siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran CIRC berbantuan media visual dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD

Gugus II Tampaksiring Tahun Pelajaran 2013/2014.

METODE

Jenis penelitian ini merupakan

Quasi Experimental atau penelitian

eksperimen semu dan desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control

Group Design. Desain eksperimen ini dapat

dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Nonequivalent Control Group

Design

(Sugiyono, 2011:116) Keterangan :

E = kelompok eksperimen K = kelompok kontrol

O1 = pre test pada kelompok eksperimen

O2 = post test pada kelompok eksperimen

O3 = pre test pada kelompok kontrol

O4 = post test pada kelompok kontrol

X =perlakuan kepada kelompok eksperimen berupa pembelajaran CIRC

Perlakuan (Treatment) yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan atas model pembelajaran CIRC untuk kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk kelompok kontrol.

“Populasi adalah sekumpulan objek yang di jadikan sebagai bahan penelitian dengan ciri mempunyai karakteristik yang sama (Supangat, 2007:3). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus II Tampaksiring yang berjumlah 171 siswa yang dibagi menjadi tujuh SD yaitu: SD Negeri 1 Tampaksiring, SD Negeri 2 Tampaksiring, SD Negeri 3 Tampaksiring, SD Negeri 4 Tampaksiring, SD Negeri 5 Tampaksiring, SD Negeri 6 Tampaksiring, dan SD Negeri 7 Tampaksiring Kabupaten Gianyar, ketujuh SD yang termasuk ke dalam anggota Gugus II Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar memiliki kemampuan akademik yang relative sama.

Dari tujuh kelas yang telah ditentukan selanjutnya dipilih dua kelas

E : O1 x O2

(6)

sebagai sampel penelitian. Menurut Sugiyono (2012:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk menentukan sampel maka dapat dilakukan dengan menggunakan teknik sampling. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Pemilihan sampel penelitian ini tidak akan dilakukan pengacakan individu, karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam penelitian sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan perlakuan yang diberikan, maka dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk menentukan sampel adalah Random Sampling tetapi yang dirandom adalah kelas. “Teknik random

sampling secara teoritis semua anggota

mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel” (Sukardi, 2011:58). Pada penelitian ini akan diambil dua kelas dari tujuh sekolah dasar yang terdapat di gugus II Tampaksiring sebagai sampel penelitian. Penentuan sampel dilakukan melalui teknik random sampling. Random atau pengacakan yang dilakukan adalah random kelas melalui cara undian. Penentuan sampel dilakukan dengan merandom kelas IV yang ada di gugus II Tampaksiring. Setelah dirandom, siswa kelas IV SD N 1 Tampaksiring menjadi kelas eksperimen dengan jumlah 37 orang. Sementara untuk kelas kontrol adalah siswa kelas IV SD N 3 Tampaksiring dengan jumlah 30 orang.

Menurut Sugiyono (2011: 61) “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

“Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)” (Sugiyono, 2011: 61). Variabel bebas dalam penelitian

ini

variabel bebas dalam penelitian ini

adalah model pembelajaran CIRC

berbantuan media visual.

Variabel terikat merupakan “variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2011: 61). Variabel terikat yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu keterampilan membaca.

Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data tentang keterampilan membaca pada bahasa Indonesia. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Tampaksiring dan siswa kelas IV SD Negeri 3 Tampaksiring Tahun Pelajaran 2013/2014 sebagai anggota sampel. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode tes dan metode observasi. Tes yang digunakan untuk menilai keterampilan membaca dalam ranah kognitif siswa adalah tes objektif yang dikolaborasikan dengan penilaian rubrik keterampilan membaca. Untuk metode tes dalam pengumpulan datanya menggunakan tes objektif dengan pilihan ganda biasa sedangkan untuk metode observasi keterampilan membaca menggunakan penilaian rubrik dalam pengumpulan datanya.

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diinginkan. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan nilai keterampilan membaca pada bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Gugus II Tampaksiring adalah melalui tes objektif. Sudjana (2010:44) bentuk-bentuk tes objektif yaitu: (a) bentuk soal jawaban singkat; (b) bentuk soal benar-salah; (c) bentuk soal menjodohkan; (d) bentuk soal pilihan ganda. Pada penelitian ini untuk mengukur keterampilan membaca bahasa Indonesia siswa pada ranah kognitif digunakan tes pilihan ganda meliputi 4 pilihan jawaban (a, b, c atau d) yang berjumlah 50 butir soal. Setiap item jawaban yang benar akan diberi nilai atau skor 1, dan bila salah diberi skor 0. Rentangan skor tersebut adalah 0-100 skor nol (0) merupakan skor minimal ideal dan skor seratus (100) merupakan skor maksimal.

(7)

Tes objektif pilihan ganda biasa disusun berdasarkan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator dalam silabus mata pelajaran bahasa Indonesia. Tes keterampilan membaca pada pembelajaran bahasa Indonesia disusun oleh peneliti sendiri. Sebelum tes tersebut digunakan terlebih dahulu tes diuji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukarannya.

Validitas tes objektif ditentukan melalui analisis butir soal berdasarkan koefisien kolelasi point biseral ( pbi), karena

tes bersifat dikotomi. Untuk menentukan valid atau tidaknya butir soal dilakukan dengan membandingkan nilai yang diperoleh dengan nilai rtabel pada taraf

signifikansi 5%, jika rhitung > rtabel, maka butir

soal tersebut dikategorikan valid. Soal yang diujicobakan sebanyak 50 butir soal. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Microsoft Exel 2007.

Berdasarkan perhitungan dari 50 butir tes yang diuji cobakan di SD Gugus II Tampaksiring pada siswa kelas IV dengan banyak testee 60 orang siswa, terdapat 39 butir soal yang valid dan 11 butir soal tidak digunakan karena tidak valid.

“Daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2011: 211). Dari 39 butir soal yang diuji daya pembedanya, terdapat 6 butir soal dengan klasifikasi daya pembedanya baik sekali, 22 butir soal dengan klasifikasi daya pembedanya baik, 8 butir soal dengan klasifikasi daya pembedanya cukup dan 3 butir soal dengan klasifikasi daya pembedanya jelek. Untuk klasifikasi daya pembeda butir soal yang jelek tersebut akan dibuang pada uji analisis berikutnya.

Tingkat kesukaran dapat dipandang sebagai kesanggupan atau kemampuan siswa menjawab tes yang diberikan atau dapat dikatakan juga bahwa tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan proporsi peserta tes yang menjawab dengan benar butir soal yang diberikan. “Tingkat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut dengan indeks kesukaran (difficulty

index)” (Arikunto, 2011: 208). Berdasarkan

perhitungan tingkat kesukaran untuk soal

posttest didapat 3 soal mudah, 31 soal

yang sedang dan 2 soal yang sukar.

Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir soal yang valid saja. Dengan demikian uji realibilitas bisa dilakukan setelah dilakukannya uji validitas. Uji reliabilitas tes yang bersifat dikotomi dan heterogen ditentukan dengan rumus KR-20. Candiasa (2011:80) menjelaskan batasan koefisien reliabilitas atara lain (1) 0,00 < r < 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah, (2) 0,20 < r < 0,40 Derajat reliabilitas rendah, (3) 0,40 < r < 0,60 Derajat reliabilitas sedang, (4) 0,60 < r < 0,80 Derajat reliabilitas tinggi, (5) 0,80 < r < 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi.

Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrument digunakan bantuan komputer dengan mengolah data pada

Microsoft Office Exel 2007. Dari

perhitungan dengan rumus di atas harga reliabilitas tes keterampilan membaca pada bahasa Indonesia siswa adalah sebesar 0,90. Jadi tes hasil keterampilan membaca pada bahasa Indonesia yang diuji cobakan tergolong memiliki reliabilitas tinggi.

Setelah tes diuji validitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas, selanjutnya tes ini diujikan terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sehingga diperoleh data tentang keterampilan membaca dari masing-masing kelompok. Data hasil keterampilan membaca ini kemudian dianalisis dengan uji-t. Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah uji hipotesis dengan statistik parametrik bisa dilakukan atau tidak. Apabila sebaran data sudah berdistribusi normal, maka uji lanjut dengan menggunakan statistik parametrik bisa dilakukan. Sebaliknya, bila data tidak berdistribusi normal maka uji lanjut dengan menggunakan statistik non parametrik. Untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar keterampilan membaca siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis Chi Square. Kriteria pengujian

(8)

adalah jika < , maka H0

diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan taraf signifikasinya adalah 5% dan derajat kebebasannya (dk) = (k – 1).

Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas data dilakukan dengan uji F dari Havley. Kriteria pengujian homogenitas, data mempunyai varians yang homogeny bila Fhit <Ftabel = F (db pembilang-1,db penyebut-1) pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% ( = 0,05). Jika dari hasil uji normalitas dan homogenitas varians, diketahui sampel berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan analisis uji-t. Rumus uji-t yang digunakan adalah rumus polled varian. Kriteria pengujiannya adalah jika < , maka H0 diterima (gagal ditolak) dan

Ha ditolak, sebaliknya jika ≥ ,

maka H0 ditolak dan Ha diterima. Pengujian

dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan dk = n1+n2-2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang keterampilan membaca pada bahasa Indonesia siswa kelas IV. Data tersebut kemudian dianalisis, sehingga diperoleh nilai rata-rata ( varians (S2), dan standar deviasi (SD) dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Secara umum, dapat dilihat bahwa kelompok eksperimen (yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe CIRC berbantuan media visual memiliki nilai rata-rata keterampilan membaca yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol (yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional). Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas varians.

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan rumus

Chi-Square, diperoleh untuk kelompok

eksperimen sebesar 9,316 dan pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 5 (6-1), diperoleh sebesar 11,07, ini berarti < maka H0 diterima. Berarti data

keterampilan membaca bahasa Indonesia pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelompok kontrol diperoleh sebesar 2,182 dan pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 5 (6-1) diperoleh sebesar 11,07, ini berarti < maka H0 diterima. Berarti data

keterampilan membaca bahasa Indonesia pada kelompok kontrol berdistribusi normal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data keterampilan membaca siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal.

Uji homogenitas varians dilakukan dengan uji F. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas diperoleh Fhitung sebesar 1,051. Sedangkan pada taraf

signifikansi 5% dengan db (30,29) diperoleh Ftabel sebesar 1,67. Ini berarti berarti Fhitung <

Ftabel, maka H0 diterima. Berarti

keterampiolan membaca bahasa Indonesia siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen.

Dari hasil analisis uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas diperoleh data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dilanjutkan pada pengujian hipotesis penelitian. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (H0) yang

menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan membaca pada bahasa Indonesia antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC berbantuan media visual dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran Konvensional di kelas IV SD Gugus II Tampaksiring Tahun Pelajaran 2013/2014 sedangkan hipotesis alternatifnya (Ha)

adalah terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan membaca pada bahasa Indonesia antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC berbantuan media visual dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran

(9)

Konvensional di kelas IV SD Gugus II Tampaksiring Tahun Pelajaran 2013/2014.

Pengujian hipotesis tersebut melalui uji-t, dengan kriteria pengujian adalah jika thitung< ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak,

sebaliknya jika thitung ≥ ttabel, maka H0 ditolak

dan Ha diterima. Pengujian dilakukan pada

taraf signifikansi 5% dengan dk =n1+n2-2.

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 3,427 sedangkan

ttabel, dengan dk = 65 (n1+n2–2 = 37+30–2 =

65) dan taraf signifikansi 5% sebesar 2,000, ini berarti thitung lebih besar dari ttabel (3,427

> 2,000), maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan membaca pada bahasa Indonesia antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC berbantuan media visual dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran Konvensional di kelas IV SD Gugus II Tampaksiring Tahun Pelajaran 2013/2014.

Pada bagian ini dipaparkan pembahasan hasil penelitian dan pengujian hipotesis. Deskripsi umum hasil analisis pada penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan keterampilan membaca bahasa Indonesia antara siswa yang mengikuti model pembelaajran

CIRC berbantuan media visual dengan

siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus II Tampaksiring. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan membaca bahasa Indonesia siswa yang mengikuti model pembelajran

CIRC berbantuan media visual lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hal tersebut dilihat dari analisis data dan uji-t yang telah dilakukan, diketahui t hitung = 3,427 dengan db 65 (n1+n2-2) dan taraf signifikan 5% diketahui thitung lebih besar

dari ttabel, ini berarti hasil penelitian

menunjukkan. Jika dilihat skor rata-rata keterampilan membaca kelompok eksperimen memperoleh sekor rata-rata lebih tinggi dari pada skor rata-rata nilai keterampilan membaca kelompok kontrol. Skor rata-rata nilai keterampilan membaca kelompok eksperimen 78,37 sedangkan skor rata-rata nilai

keterampilan membaca kelompok kontrol 71,19 (78,37>71,19). Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran

CIRC lebih efektif dibandingkan dengan

model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa.

Hal ini terjadi karena model pembelajran CIRC terbukti lebih optimal meningkatkan hasil belajar keterampilan membaca pada pembelajaran bahasa Indonesia. Model pembelajran CIRC dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa pada mata pelajaran bahasa indonesia dan siswa akan termotivasi pada hasil secara teliti, karena siswa bekerja dalam kelompok, membantu siswa yang memiliki kemampuan yang kurang, dan meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menemukan kalimat utama dalam suatu paragraf

Dalam model pembelajran CIRC proses pembelajaran tidak berpusat pada guru melainkan pada siswa, sehingga siswa sendiri yang aktif untuk membangun pengetahuannya. Berbeda dengan pembelajaran konvensional proses pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga siswa cenderung pasif. Pembelajaran konvensional tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif mencari, menemukan sekaligus menentukan jalan keluar dari masalah yang ditemui.

Hal tersebut menyebabkan hasil belajar keterampilam membaca pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa pada kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional, lebih rendah dibandingkan dengan kelompok eksperimen yang mengikuti model pembelajran CIRC.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut. Terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang mengikuti proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran

CIRC berbantuan media visual terhadap

keterampilan membaca dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus II Tampaksiring

(10)

Tahun Pelajaran 2013/2014. (nilai thit = 3,427

dan ttabel = 2,00) jadi thit > ttabel). Nilai

rata-rata keterampilan membaca pada pembelajaran bahasa Indonesia yang dicapai oleh kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran CIRC berbantuan media visual yaitu (78,37) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata keterampilan membaca pada pembelajaran bahasa Indonesia yang dicapai kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional yaitu (71,19).

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran CIRC

berbantuan media visual berpengaruh terhadap keterampilan membaca pada siswa kelas IV SD Gugus II Tampaksiring Tahun Pelajaran 2013/2014.

Adapun saran yang dapat disampaikan (1) Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran tipe CIRC berbantuan media visual pada mata pelajaran bahasa Indonesia dikelas , karena model ini dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa, (2) Siswa hendaknya lebih aktif selama proses pembelajaran dan tidak takut untuk mengungkapkan pendapat dalam menyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran, (3) Sekolah hendaknya menyediakan fasilitas yang dapat menunjang proses pembelajaran, (4) Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada materi membaca saja, sehingga untuk mengetahui kemungkinan hasil yang berbeda pada materi lainnya, peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang sejenis pada materi yang lain.

DAFTAR RUJUKAN

Abidin Yunus, 2012. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika

Aditama

Arikunto, Suharsimi. 2011. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi 2010. Jakarta:

Rineka Cipta

Aleka dan Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia. Jakarta: Kencana

Arsyad. 2010. Media Pembelajaran.

Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Candiasa, I Made. 2011. Pengujian

Instrumen Penilaian Disertai

Aplikasi ITEMAN dan BIGSTEPS.

Singaraja : Undiksha.

Nana Sudjana. 2011. “Pengertian Defenisi

Metode Pembelajaran”. Tersedia

pada

http://Nanasudjanablogspot.com. 2011.09.Pengertian-defenisi-metode-pembelajaran.html. (diakses tanggal 5 januari 2013). Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca

di Sekolah Dasar. Padang: Bumi

Aksara

Sadbudhy Rahayu, dkk. 2010.

Pembelajaran Masa Kini. Jakarta:

Sekarmita

Santosa, Puji, dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Slavin, Robert, E. 2009. Cooperative Learning

Teori, Riset dan Praktik, Bandung: Nusa

Media

Suyitno, Amin.2005. Mengadopsi Pembelajaran CIRC Dalam Meningkatkan Keterampilan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita. Makalah disajikan dalam

Seminar Nasional. Semarang: F.MIPA,

UNNES.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Loh analisis radiografi tangan dapat digunakan untuk menentukan usia pertumbuhan skeletal pasien pada saat itu, menentukan status pertumbuhan pasien, mengetahui saat

Hal tersebut di tegaskan dari hasil wawancara dengan Afif yaitu dari berbagai media yang digunakannya dalam pembelajaran PAI, para siswa dapat mengikuti

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya dan seberapa besar hubungan antara persepsi karyawan terhadap promosi jabatan dengan motivasi berprestasi

Tujuan bimbingan karir adalah membantu siswa untuk memahami dan mengarahkan dirinya dalam proses persiapan memasuki dunia kerja atau menyiapkan diri dalam memasuki dunia pendidikan

Laporan awal CT akan dikirimkan pada anggota Tim Pelaksana EITI pada pertengahan Agustus 2017 untuk mendapatkan masukan dalam seminggu atau 2 minggu. Draft final

Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pendidikan ayah maka keterikatan remaja dengan teman sebaya juga akan semakin kecil, karena diduga semakin tinggi pendidikan ayah

ikutan mencoba praktek bertani organik, sehingga setelah mengalami penurunan hasil, mereka cenderung kembali menerapkan praktek bertani konvensional. Meskipun sikap mereka

Agama adalah benteng diri remaja dalam menghadapi dan berbagai cobaan yang datang padanya sekarang dan masa yang akan datang. Namun saat ini ketika kita melihat