• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Epidemiologi Penyakit Antraks Agen Penyakit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Epidemiologi Penyakit Antraks Agen Penyakit"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Epidemiologi Penyakit Antraks

Pengetahuan epidemiologi selain dipergunakan untuk mencari penyebab suatu penyakit, menemukan cara-cara untuk pengendalian yang berkembang menjadi suatu alat yang dipergunakan untuk meramalkan terjadinya suatu penyakit dan untuk menghitung biaya manfaat akibat suatu penyakit (Sudardjat 2004).

Agen Penyakit

Bakteri Bacillus anthracis berbentuk batang, lurus dengan kedua ujungnya siku-siku. Dalam biakan membentuk rantai panjang. Dalam jaringan tubuh tidak pernah terlihat rantai panjang, biasanya tersusun secara tunggal atau dalam rantai pendek dari 2-6 organisme. Dalam jaringan tubuh selalu berselubung [berkapsul], kadang-kadang satu selubung melingkupi beberapa organisme. Selubung tersebut tampak jelas batas – batasnya dan dengan pewarnaan biasa tidak berwarna atau berwarna lebih pucat dari tubuhnya. Bakteri antraks bersifat aerob, membentuk spora yang letaknya sentral bila cukup oksigen. Oleh karena tidak cukup terdapat oksigen, spora tidak pernah dijumpai dalam tubuh penderita atau di dalam bangkai yang tidak dibuka [diseksi], baik dalam darah maupun dalam jeroan (Blaha 1989). Kuman dapat diwarnai dengan pewarnaan gram, pewarnaan Modified Ziehl-Neelsen untuk spora, pewarnaan Malachite green untuk spora, Polychrome methylene blue stain untuk kapsul, India ink method untuk visualisasi kapsul (Turnbull et al. 1998).

Pada media agar, kuman antraks membentuk koloni yang suram, tepinya tidak teratur, yang pada pembesaran lemah menyerupai jalinan rambut bergelombang, yang seringkali disebut caput medusae. Pada media cair mula-mula terjadi pertumbuhan di permukaan, yang kemudian turun ke dasar tabung sebagai jonjot kapas, cairannya tetap jernih. Spora tahan terhadap kekeringan untuk jangka waktu yang lama, bahkan dalam tanah dengan kondisi tertentu dapat tahan sampai berpuluh-puluh tahun. Bentuk vegetatif B. anthracis memiliki

(2)

ketahanan yang tidak seberapa atau mudah terbunuh oleh suhu pasteurisasi, oleh macam-macam desinfektan atau oleh proses pembusukan, lain halnya dengan sporanya. Pemusnahan spora B. anthracis dapat dicapai antara lain dengan uap basah bersuhu 90ºC selama 45 menit, air mendidih atau uap basah bersuhu 100ºC selama 10 menit, dan panas kering pada suhu 120ºC selama satu jam (Ditjennak 2001).

Kondisi yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bentuk vegetatif antraks akan membentuk spora. Sporulasi memerlukan adanya oksigen bebas, dengan demikian bentuk vegetatif ada pada tubuh induk semang sedangkan bentuk spora ada di lingkungan (Turnbull 2008).

Hewan Rentan

Antraks dapat menginfeksi semua hewan berdarah panas, termasuk manusia. Ruminansia khususnya sapi, kerbau dan domba adalah sangat rentan. Kuda, babi, rusa, dan manusia kurang rentan dibandingkan dengan sapi atau domba. Ruminansia yang hidup secara liar seperti rusa, anjing, dan kucing juga dapat terinfeksi. Burung hanya terinfeksi secara eksperimental dan burung karnivora dapat menularkan spora dalam feses (Suverly et al. 2001).

Pulau Sumbawa

Letak geografisnya adalah antara 116o 42’-119o 05’ Bujur Timur dan

8o 10’- 9o 05’ Lintang Selatan, dibatasi di sebelah Utara oleh Laut Flores, di

sebelah Selatan Samudra Hindia / Indonesia, disebelah Barat oleh Selat Alas dan sebelah timur oleh Selat Sape.

Warna merah adalah lokasi antraks

Gambar 1 Peta lokasi kasus antraks di Provinsi NTB

P. Lombok Kasus terakhir 1987

(3)

Daerah yang pernah terjadi kasus antraks di P. Sumbawa tersebar di semua Kabupaten dan Kota (Gambar 1). Secara administrasi P. Sumbawa dibagi menjadi lima daerah otonomi yaitu : empat kabupaten dan satu kota (Tabel 1).

Tabel 1 Banyaknya Kecamatan dan Desa/Kelurahan menurut Kabupaten/Kota di P. Sumbawa

Kabupaten / Kota Kecamatan Desa/Kelurahan Luas Wilayah (Ha)

Sumbawa 24 164 6.643,98 Dompu 8 63 2.324,60 Bima 18 168 4.389,40 Sumbawa Barat 8 48 1.849,02 Kota Bima 5 38 207,50 Jumlah 63 481 15.414,5

Sumber : Bappeda Prov. NTB 2010

Kondisi topografi wilayah P. Sumbawa mulai dari 0 m s.d 2.755 m dpl. Berdasarkan ketinggian wilayah tersebut, fisiografi P. Sumbawa dapat diklasifikasikan datar, landai, bergelombang dan bergunung-gunung. Pulau Sumbawa mempunyai iklim kering, fluktuasi musim kemarau dan penghujan sangat tajam. Rendahnya curah hujan di P. Sumbawa menyebabkan sebagian besar kondisi sungai kering di musim kemarau dan hanya berair di musim penghujan (Bappeda Prov. NTB 2010).

Cara Penularan

Spora yang keluar dari hewan yang mati akibat antraks umumnya sebagai penyebab terjadinya kasus antraks (Turnbull 2008). Wabah terjadi di daerah dimana sebelumnya hewan mati karena antraks, spora yang lebih dari 35 tahun tetap mampu menyebabkan penyakit (Kirk dan Hamlen 2000). Penyakit antraks sangat jarang ditularkan secara kontak langsung antara hewan penderita dan hewan lainnya yang masih sehat. Penularan melalui pernafasan biasanya pada pekerja di industri woll. Penularan melalui kulit terjadi pada orang yang berhubungan erat dengan hewan. Penularan penyakit yang lazim adalah melalui saluran pencernaan, dimana hewan tertular antraks karena menelan spora antraks

(4)

atau memakan dan minum bahan makanan yang mengandung atau tercemar kuman antraks (Ditjennak 2001).

Pengendalian Antraks

Ukuran pengendalian adalah memutus rantai infeksi yaitu : memutus sumber infeksi, pemusnahan karkas yang terinfeksi antraks secara benar, desinfektan yang tepat, dekontaminasi dan pemusnahan bahan-bahan tercemar serta vaksinasi pada hewan peka. Pengendalian yang utama pada daerah endemis antraks adalah dengan vaksinasi (Turnbull 2008). Vaksin tidak hanya melindungi ternak yang divaksin, tetapi juga dapat mengurangi penyakit antara individu-individu yang tidak divaksin dalam kelompok melalui "efek tidak langsung" atau "perlindungan kelompok (Andre et al. 2007).

Vaksinasi tunggal biasanya efektif untuk 6-12 bulan, setiap dosis vaksin mengandung tidak kurang dari 10 juta spora kuman Bacillus anthracis strain 34 F2 Weybridge yang avirulen dan tidak berkapsul di dalam campuran garam faali dengan gliserin sama banyak serta mengandung tidak lebih dari 0,05% Saponin (Pusvetma 2007), vaksin yang digunakan di P. Sumbawa adalah Anthravet (Gambar 2). Pada daerah endemis pengendalian antraks juga dilakukan penyuluhan, pengawasan lalulintas ternak (Disnak Prov. NTB 2003).

(5)

Kerugian Akibat Antraks

Antraks dapat meningkatkan kematian ternak, penurunan produktivitas ternak (tenaga kerja, daging, susu), penurunan reproduksi ternak, kerugian lainnya berupa tindakan penutupan daerah, penurunan produksi padi dan konsumsi protein hewani (Sudardjat 2004). sedangkan menurut Leksmono dan Holden (1994) penyakit menurunkan pendapatan yang berupa penjualan ternak, produksi susu, pupuk kandang, tenaga kerja ternak dan harga ternak.

Kerugian ekonomi akibat penyakit diperoleh dari hasil perhitungan dampak fisik kematian ternak dan kerugian fisik akibat menurunnya produktivitas dan reproduktivitas menurut spesies hewan, umur, jenis kelamin, ras tertentu, dalam waktu dan daerah tertentu, apabila tidak dilakukan tindakan pengendalian (Sudardjat 2004).

Kriteria Kelayakan pengendalian penyakit

Untuk mengestimasi kerugian ekonomi dari suatu penyakit ternak dapat dilakukan dengan cara mengukur akibat langsung dari penyakit menggunakan Anggaran Usahatani (Leksmono dan Holden 1994), anggaran usahatani dapat melihat bagaimana sumberdaya dialokasikan secara efisien atau untuk mendapatkan keluaran (output) yang melebihi masukan (Input), (Soekartawi, 2006).

Tiga kriteria penting efisiensi ekonomi yang digunakan untuk memilih tindakan pengendalian adalah : Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). (Put et al. 1988; Dijkhuizen dan Morris. 1997; dan Soekartawi 2006).

Rumusan ketiga kriteria analisis biaya manfaat menurut Put et al. (1988) sebagai berikut :

1. NPV adalah selisih antara nilai bersih manfaat sekarang dengan nilai bersih biaya sekarang yang dirumuskan dalam

n

NPV = ∑ ( Bt– Ct)/( 1 +i )t t=1

(6)

dimana :

t = Tahun

n = jumlah tahun berlangsungnya program B = jumlah keuntungan pada tahun tertentu C = jumlah biaya pada tahun tertentu i = tingkat bunga yang berlaku

Suatu proyek dapat diterima apabila net present value benefit > net present value cost atau NPV harus positif.

2. Benefit Cost Ratio (B/C)

Benefit cost ratio (B/C) adalah besarnya manfaat, dengan rumus :

n n

B/C = { ∑ Bt/ (1 + i)t} / {∑ Ct/ (1 + i)t} t=1 t=1

Program dianggap dapat jalan jika rasio lebih besar dari atau sama dengan 1.

3. Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) atau tingkat pengembalian internal adalah tingkat diskonto yang menyamakan nilai yang diperoleh dari biaya dengan nilai dari keuntungan, dengan rumus :

n

IRR = ∑ Bt- Ct/ (1 + i)t= 0 t=1

jika IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku, maka program secara ekonomis dapat dikerjakan.

Gambar

Gambar  1 Peta lokasi kasus antraks di  Provinsi NTB
Tabel  1 Banyaknya Kecamatan dan Desa/Kelurahan menurut Kabupaten/Kota di P. Sumbawa
Gambar 2  Vaksin antraks yang digunakan di P. Sumbawa

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu penerapan tema Healing Garden dengan mempertimbangkan aspek sirkulasi dan suasana ruang yang baik dengan menerapkan elemen alam pada interior

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas jasa internet

Hasil penelitian menunjukkan untuk faktor Perilaku Masyarakat yang dominan berhubungan dengan kejadian DBD adalah variabel Kebiasaan menggantung pakaian, OR= 6,29 (95% CI:

Partikel ni memiliki fungsi yang sama dengan partikel kara yang dapat di pakai untuk menyatakan pelaku atau dari suatu hal dari mana di dapat.. ( Saya telah mendapat oleh-oleh

Praktikan menekuni mata pelajaran IPA SMP, pada mata pelajaran ini sangat berkaitan erat dengan lingkungan dan alam di sekitar kita, sehingga dalam membelajarkannya

Sistem untuk peminjaman dan pengolahan data buku belum memanfaatkan teknologi komputerisasi dalam arti masih konvensional menggunakan media buku sehingga sering terjadi

Tanda +ang ,aling sering ,ada ,er6orasi kornea adalah datar atau dangkaln+a anterior chamber 2 tes Seidel ,ositi62 dan ,rola,se u8ea. Untuk tes Seidel2 digunakan

Penulisan hukum ini memaparkan bentuk pertanggungjawaban Uni Eropa untuk memulihkan kondisi krisis ekonomi negara anggota sesuai dengan ketentuan dalam Maastricht