• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

III METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Magang

Magang ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak pada Kecamatan Citeureup dan Kecamatan Kedung Halang meliputi, Desa Babakan Madang, Sumurbatu, Bojongkoneng, Cijayanti, Cipambuan, Citaringgul, Cadasngampar, dan Kadumangu (Gambar 2).

No Scale No Scale

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

Sumber : Masterplan Sentul City 2008 Area Magang

(2)

Sebelah utara kawasan ini berbatasan dengan Desa Cipambuan dan Desa Kadumangu, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijayanti, Desa Cikeas, dan Desa Cadasngampar. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Hambalang dan Desa Karang Tengah, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ngarak. Kawasan Sentul sendiri dilintasi oleh dua sungai, yaitu Sungai Cikeas dan Sungai Citeureup.

Waktu pelaksanaan magang adalah dalam kurun waktu 3 bulan, dari bulan Februari 2012 hingga Mei 2012.

3.2 Metode Magang

Metode yang dilakukan dalam magang ini adalah partisipasi aktif di lapang dengan mengikuti berbagai kegiatan pemeliharaan lanskap. Kegiatan pemeliharaan tersebut sebagai berikut.

a. berperan aktif dan mengamati dalam pelaksanaan pemeliharaan lanskap di setiap cluster yang menyangkut koordinasi tenaga kerja, waktu, peralatan, dan bahan.

b. wawancara dengan berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan pemeliharaan lanskap. Data yang diperoleh dari wawancara tersebut mencakup data tentang kondisi umum di lapang, sistem pembagian kerja, teknik pemeliharaan, bahan, dan alat yang digunakan, jadwal pemeliharaan, serta anggaran biaya.

c. mempelajari permasalahan yang ada pada kasus lanskap khususnya dalam kegiatan pengelolaan lanskap pemukiman.

d. melakukan pengamatan aspek ekologis, sosial, dan pengelolaan serta mengevaluasi pelaksanaan pemeliharaan lanskap pemukiman tersebut.

e. menganalisis permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan perngelolaan untuk memperoleh solusi.

3.3 Tahapan Magang

Pelaksanaan magang terdiri dari beberapa tahapan proses magang, yaitu dimulai dengan mengumpulkan berbagai data yang dibutuhkan. Pada tahapan ini dilakukan persiapan berupa persiapan data dasar (kondisi umum lokasi magang)

(3)

dan data penunjang (peta cluster yang akan diamati) untuk membantu ketika proses magang dilakukan, terutama saat turun lapang. Setelah itu dilanjutkan dengan pengambilan data, data yang dikumpulkan meliputi data aspek ekologis, aspek sosial, dan aspek pengelolaan.

Cara pengumpulan data meliputi observasi lapang, wawancara dengan penghuni maupun pengelola tapak, serta studi pustaka. Khusus untuk metode penggunaan kuisioner sebelumnya dilakukan perhitungan terlebih dahulu untuk jumlah sample yang akan digunakan (Lampiran 1). Ukuran sample yang akan diwawancarai sebanyak 30 responden dan diterapkan dengan cara purposive.

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah, pengolahan tersebut dimaksudkan untuk mengevaluasi aspek-aspek yang dibutuhkan disesuaikan dengan tujuan magang. Hasil dari ketiga evaluasi tersebut menjadi salah satu pertimbangan dalam penentuan potensi dan kendala yang ada di dalam pengelolaan lanskap kawasan permukiman tersebut. Evaluasi beberapa aspek dan analisis yang digunakan ialah sebagai berikut.

1. Evaluasi aspek ekologis

Evaluasi dilakukan dengan menganalisis kondisi fisik dan biofisik pada kawasan permukiman meliputi topografi, tanah, iklim, hidrologi, vegetasi, satwa, dan sirkulasi (Tabel 1). Evaluasi ini menjadi tolak ukur dalam melihat kesesuaian bentuk dan ukuran cluster yang ada dengan keadaan kondisi lingkungan sekitar.

Tabel 1. Indikator Evaluasi Aspek Ekologis

No Aspek Indikator

1 Topografi Perlakuan cut and fill

2 Tanah Jenis tanah dan status kesuburan tanah

3 Iklim Pengaruh pada pertumbuhan tanaman dan

kenyamanan kawasan

4 Vegetasi Keberadaan vegetasi lokal

5 Satwa Keberadaan habitat satwa

6 Hidrologi Keberadaan sumber daya air

7 Sirkulasi Kemudahan akses

Pengukuran tingkat kenyamanan diperoleh dengan rumus: THI = 0,8T + (RH x T)/ 500

THI = Temperature Humidity Index 500 = Nilai konstanta T = Suhu rata-rata RH = Kelembaban rata-rata

(4)

Keterangan:

21≤THI≤28 = nyaman THI < 21 atau THI > 28 = tidak nyaman Hasil dari pengukuran THI tersebut menunjukkan tingkat kenyamanan kawasan tersebut.

2. Evaluasi aspek sosial

Evaluasi ini dilakukan meliputi analisis kualitatif mengenai keadaan demografi kawasan dan karakter penghuni dilihat dari usia, jenis kelamin, asal daerah, dan fasilitas (Tabel 2). Melalui analisis kuantitatif pada aspek sosial akan diketahui karakteristik dan persepsi dari penghuni kawasan permukiman. Hasil evaluasi ini khususnya dapat menunjukkan proporsi tingkat penilaian penghuni terhadap pengelolaan yang telah berlangsung. Selain itu, melakukan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat sekitar wilayah Sentul City.

Tabel 2. Indikator Evaluasi Aspek Sosial

No Aspek Indikator

1 Demografi kawasan Penyebaran penghuni

2 Karakteristik penghuni Status ekonomi dan status sosial

3 Persepsi terhadap pengelolaan lanskap permukiman

Tingkat penilaian terhadap pengelolaan kebersihan, pemeliharaan lanskap, fasilitas, keamanan, dan aksesibilitas

4 Kondisi sosial masyarakat sekitar Konflik sosial dan solusi yang telah ditempuh

3. Evaluasi aspek pengelolaan

Evaluasi dilakukan dengan menganalisis hal-hal yang mendukung keberlangsungan aspek pengelolaan meliputi struktur organisasi, metode kerja yang digunakan, jumlah tenaga kerja, spesifikasi bahan dan alat yang digunakan, skedul pengelolaan, dan anggaran biaya yang dikeluarkan (Tabel 3). Analisis kuantitatif digunakan dalam aspek pengelolaan untuk memperoleh data mengenai kapasitas kerja, kebutuhan pekerja dari perhitungan HOK, dan kuisioner. Hasil evaluasi tersebut dapat menunjukkan keefektifan dan keefisienan pengelolaan yang telah berlangsung dengan membandingkannya berdasarkan standar yang ada.

(5)

Tabel 3. Indikator Evaluasi Aspek Pengelolaan

No Aspek Indikator

1 Struktur Organisasi Mekanisme kerja dan koordinasi pekerjaan

2 Metode kerja Efektivitas dan efisiensi yang dihasilkan

3 Jumlah tenaga kerja Efektivitas, kebutuhan pekerja, kapasitas kerja, dan kedisiplinan kerja

4 Spesifikasi alat dan bahan Ketersediaan dan jenis alat dan bahan yang digunakan 5 Skedul pengelolaan Kesesuaian pelaksanaan di lapang

6 Anggaran biaya Kelancaran dan kemudahan pelaksanaan pengelolaan

4. Analisis SWOT

Analisis SWOT ini digunakan untuk merumuskan strategi manajemen lanskap pemukiman di Sentul City. Analisis SWOT mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi manajemen program. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat). Analisis SWOT menganalisis kekuatan dan kelemahan dari faktor internal dan menganalisis peluang dan ancaman dari faktor eksternal. Metode analisis yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis SWOT secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berguna untuk menjawab perumusan permasalahan mengenai hal yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada dan hal yang menjadi peluang serta ancaman dari luar yang harus dihadapi. Analisis secara kuantitatif dalam SWOT adalah dengan melakukan pemberian bobot dan rating sehingga menghasilkan matriks SWOT (David, 2009). Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT adalah sebagai berikut.

a. Analisis Penilaian Faktor Internal dan Eksternal

Penilaian faktor internal (IFE) digunakan untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan. Sedangkan penilaian faktor eksternal (EFE) untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki dengan cara mendaftarkan ancaman dan peluang tersebut (David, 2009).

(6)

b. Penentuan Bobot Setiap Variabel

Sebelum melakukan pembobotan faktor internal dan eksternal, terlebih dahulu ditentukan tingkat kepentingannya. Setiap faktor internal dan eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 4 dan Tabel 5).

Tabel 4. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal

Simbol Faktor-Faktor Internal 1 2 3 4

Kekuatan (Strength) S1 S2 S3 Sn Kelemahan (Weaknesses) W1 W2 W3 Wn Sumber: (Rosa, 2003)

Tabel 5. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal

Simbol Faktor-Faktor Internal 1 2 3 4

Peluang (Opportunities) S1 S2 S3 Sn Ancaman (Threats) W1 W2 W3 Wn Sumber: (Rosa, 2003)

Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategi internal dan eksternal kepada pihak pengelola (Lampiran 2). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal (Tabel6).

Pemberian bobot menggunakan teknik delphi untuk mendapatkan penilaian para responden mengenai faktor-faktor strategis internal maupun eksternal

(7)

perusahaan. Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4. Pemberian Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang tersedia ini adalah :

1 : tidak penting 2 : kurang penting 3 : penting

4: sangat penting

Tabel 6. Pembobotan Faktor Internal

Simbol Faktor Tingkat Kepentingan Jumlah Responden Rata-Rata Bobot 1 2 3 4 Kekuatan (Strength) S1 S2 S3 Sn Kelemahan (Weaknesses) W1 W2 W3 Wn Total Sumber: (Rosa, 2003)

Tabel 7. Pembobotan Faktor Eksternal

Simbol Faktor Tingkat Kepentingan Jumlah Responden Rata-Rata Bobot 1 2 3 4 Peluang (Opportunities) O1 O2 O3 On Ancaman (Threats) T1 T2 T3 Tn Total Sumber: (Rosa, 2003)

(8)

c. Penentuan Peringkat (Rating)

Penentuan tiap variabel terhadap kondisi objek diukur dengan menggunakan nilai peringkat berskala 1-4 terhadap masing-masing faktor strategis (Tabel 8). Matriks Faktor-Faktor Internal (IFE) pemberian peringkat 1 menunjukkan faktor sangat lemah, peringkat 2 menunjukkan faktor lemah, peringkat 3 menunjukkan faktor kuat, dan peringkat 4 menunjukkan faktor sangat kuat. Matriks Faktor-Faktor Eksternal (EFE) pemberian peringkat mengindikasikan seberapa efektif startegi pengelola dalam merespons faktor eksternal, dimana 4 = respon pengelola sangat baik, 3 = respon pengelola baik, 2 = respon pengelola cukup baik, 1 = respon pengelola kurang baik. Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh skor pembobotan (Tabel 9 dan Tabel 10 ).

Tabel 8. Skala Penilaian Peringkat untuk Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE)

Nilai peringkat

Matriks IFE Matriks EFE

Strengths (S) Weakness (W) Opportunities (O) Threats (T)

1 Kekuatan yang

sangat kecil

Kelemahan yang tidak berarti

Peluang rendah, respon kurang baik

Ancaman sedikit

2 Kekuatan sedang Kelemahan yang

kurang berarti

Peluang sedang, respon cukup baik Ancaman sedang 3 Kekuatan yang besar Kelemahan yang berarti

Peluang tinggi, respon di baik Ancaman besar 4 Kekuatan yang sangat besar Kelemahan yang sangat berarti

Peluang sangat tinggi, respon sangat baik

Ancaman sangat besar Sumber: (David, 2009)

Total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2,5 maka dapat dinyatakan bahwa kondisi internal lemah, sedangkan jika berada di atas 2,5 maka dinyatakan kondisi internal kuat. Demikian juga total pembobotan EFE, jika di bawah 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal lemah dan jika diatas 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal kuat (David,2009).

(9)

d. Penentuan Alternatif Strategi

Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT (Tabel 11). Hubungan antara kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman digambarkan dalam matriks tersebut. Matriks ini menghasilkan beberapa alternatif strategi sehingga kekuatan dan peluang dapat ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diatasi.

Tabel 9. Formulir Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Faktor strategis internal Bobot Rating Skor

Bobot x Rating Kekuatan 1 2 Kelemahan 1 2 Total Sumber: (David, 2009)

Tabel 9. Formulir Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)

Faktor strategis

internal Bobot Rating

Skor Bobot x Rating Peluang 1 2 Ancaman 1 2 Total Sumber: (David, 2009)

(10)

Tabel11. Matriks SWOT

Sumber: (David, 2009)

e. Pembuatan Tabel Rangking Analisis Strategi

Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan akan menentukan rangking prioritas strategi (Tabel 12). Jumlah skor ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi yang ada.

Tabel 12. Formulir Perangkingan Alternatif Strategi dari Matriks SWOT Alternatif

strategi Keterkaitan dengan unsur SWOT Nilai Rangking SO1 SO2 SO3 Son WO1 WO2 WO3 WOn ST1 ST2 ST3 STn WT1 WT2 WT3 WTn Eksternal Internal Opportunities Threats Strenghts Menggunakan kekuatan yang

dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada

Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi

Weaknesses Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan

Meminimumkan kelemahan dan menghundari ancaman yang ada

Gambar

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan  Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)
Tabel 4. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal
Tabel 6. Pembobotan Faktor Internal
Tabel 11. Matriks SWOT

Referensi

Dokumen terkait