• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMELIHARAN KONDISI RUANG NASKAH KUNO DAN PEMELIHARAAN KONDISI NASKAH KUNO DI PERPUSTAKAAN SASANA PUSTAKA, SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMELIHARAN KONDISI RUANG NASKAH KUNO DAN PEMELIHARAAN KONDISI NASKAH KUNO DI PERPUSTAKAAN SASANA PUSTAKA, SURAKARTA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PEMELIHARAN KONDISI RUANG NASKAH KUNO DAN

PEMELIHARAAN KONDISI NASKAH KUNO DI PERPUSTAKAAN

SASANA PUSTAKA, SURAKARTA

Annisa Permata Sari Kusuma Dewi Wulandari, S. Hum Dosen pembimbing: Dr. Tamara Adriani Susetyo-Salim, M.A

Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424. Email: annisapermata.skdw@gmail.com

Email dosen pembimbing: tamara.susetyo@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang pemeliharaan kondisi ruang naskah kuno dan kondisi naskah kuno dengan menggunakan metode studi kasus di Perpustakaan Sasana Pustaka, Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai pemeliharaan naskah kuno dan peran pengelola dalam pelestarian naskah kuno di Perpustakaan Sasana Pustaka. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukan pemeliharaan naskah kuno melakukan aktifitas kebersihan pada ruang koleksi naskah kuno dua hari satu kali, dan pengelola menggunakan alat sederhana seperti sapu lidi, pembersih serangga dan kapur barus untuk memelihara ruang koleksi naskah kuno.

Kata Kunci : Pemeliharaan naskah, pelestarian naskah, ruang naskah kuno, naskah kuno

Abstract

This study discusses the maintenance condition and the condition of the room codex manuscript using the case study method in Sasana Library Library, Surakarta. The purpose of this study was to gain insight about ancient manuscripts maintenance and management role in the preservation of ancient manuscripts in the Library Library Sasana. The approach used in this study is a qualitative approach to the case study method. Method data collection with in-depth interviews and observation. The results showed codex perform maintenance activities on the cleanliness of the manuscript collection chamber two days one time, and managers using a simple tool such as a broom stick, insect cleaner and mothballs to maintain a collection of ancient manuscripts.

(2)

Pendahuluan

Naskah adalah produk peninggalan masyarakat dahulu berupa bahan-bahan tulisan yang di dalamnya mengandung hal-hal mengenai sejarah, bahasa, sastra, dan falsafah milik bangsa yang melahirkannya (Tradisi Tulis Nusantara, 1997: p. 143). Naskah kunoadalah semua dokumen tertulis yang tidak dicetak atau tidak diperbanyak dengan cara lain, baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri yang berumur sekurang-kurang nya 50 (lima puluh) tahun, dan yang mempunyai nilai penting bagi kebudayaan nasional, sejarah, dan ilmu pengetahuan (Pasal

1 Angka 4 UU Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan).

Perpustakaan Sasana Pustaka yang terletak di Karaton Kasunanan Hadiningrat, kota Surakarta ini memiliki kurang lebih 700 koleksi naskah kuno. Manuskrip atau naskah kuno merupakan dokumen dari berbagai jenis yang ditulis dengan tangan tetapi lebih mengkhususkan kepada bentuk yang asli sebelum dicetak (Purnomo, 2010: p. 1).Koleksi naskah tertua pada perpustakaan ini berasal dari abad 18 awal dan koleksi lainnya abad 19 hingga 20. Naskah di perpustakaan ini dibagi menjadi dua bagian yaitu naskah carik dan naskah cetak. Naskah carik merupakan naskah yang ditulis dengan tangan dan tidak diperbanyak, sedangkan naskah cetak adalah naskah yang di cetak dan naskah tersebut dicetak dalam jumlah banyak (di luar perpustakaan ini terdapat eksemplarnya).

Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan pada hari sabtu, 23 Februari 2013 pukul 10.00 WIB, dan didampingi oleh Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Puger (Kepala Perpustakaan Sasana Pustaka). Kondisi naskah dan ruang naskah pada Perpustakaan Sasana Pustaka ini cukup memprihatinkan, karena tidak sesuai dengan teori dari Prinsip IFLA (International Federation of Library Associations and Institutions) tentang Pemeliharaan dan Konservasi Material Perpustakaan, Suatu kondisi penyimpanan yang baik berkisar antara temperatur 16˚C sampai 21˚C.Kondisi ruangan naskah di Perpustakaan Sasana Pustaka, Air Conditionernya (AC) telah lama rusak, jadi ruangan ini mendapatkan angin melalui jendela yang setiap pagi terbuka hingga perpustakaan tutup. Beberapa kondisi naskah pada perpustakaan ini mengalami kerusakan pada sampul, kertas, dan jilidannya.Sedangkan keberadaan naskah pada Perpustakaan Sasana Pustaka ini sangat penting kegunaannya bagi para peneliti.

Agar informasi yang terdapat pada naskah-naskah kuno tersebut dapat terus diabadikan untuk waktu yang lebih lama lagi, maka perlu diadakan pelestarian terhadap naskah-naskah kuno tersebut. Pelestarian sering disebut sebagai istilah preservasi. Pelestarian menurut International Federation of Library Association (IFLA) mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka, keuangan, ketenagaan, metode, teknik, serta penyimpanannya (Martoatmodjo, 1997: p. 1). Menurut Ross Harvey (1993: p. 6), kegiatan pelestarian mencakup semua fungsi manajerial dan finansial termasuk di dalamnya tata cara penyimpanan dan akomodasi, sumber daya manusia, kebijakan, teknik dan metode yang diikutsertakan untuk melestarikan materi arsip dan informasi yang terkandung di dalamnya. Dari dua pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelestarian merupakan suatu kegiatan yang berguna untuk memperpanjang usia koleksi naskah-naskah.

Pelestarian naskah tidak terlepas dari kondisi fisik lingkungan tempat penyimpanan naskah-naskah merupakan faktor penunjang pelestarian naskah, maka perlu dilakukan pemerikasaan rutin. Untuk itu koleksi naskah-naskah memerlukan tempat penyimpanan yang baik dan benar agar terhindar dari kerusakan yang diakibatkan dari faktor internal maupun faktor eksternal. (Razak, 1989) Temperatur yang tinggi, kelembabapan yang terlalu rendah atau

(3)

kelembabapan yang terlalu tinggi, debu, dan gas-gas yang bersifat asam dari udara dan sinar matahari langsung mempunyai efek yang berbahaya bagi semua komponen yang terdapat pada kertas.

Naskah merupakan salah satu jenis koleksi perpustakaan Sasana Pustaka, kota Surakarta yang bersifat langka dan tak terbarukan. Serta keunikan yang terdapat pada Perpustakaan Sasana Pustaka ini yaitu keterlibatannya keluarga keraton untuk terjun langsung dalam mengelola perpustakaan ini. Pada penelitian ini, difokuskan pada pemeliharaan kondisi ruang naskah kuno dan pemeliharaan kondisi naskah kuno di Perpustakaan Sasana Pustaka. Koleksi naskah pada perpustakaan Sasana Pustaka berupa buku yang berisikan sejarah-sejarah Jawa, kebudayaan masyarakat Jawa, ramalan Jawa dan lain-lain. Untuk itu karena naskah adalah sebuah warisan budaya bangsa, sebagai penerus bangsa perlu menjaga dan melestarikannya. Agar naskah tidak mudah hancur atau pun mengalami kerusakan perlu memperhatikan kebersihan dan keadaan lingkungan tempat penyimpanan naskah-naskah tersebut.

Bertolak dari penjelasan di atas, asumsinya masalah kerusakan koleksi berkaitan erat dengan kondisi ruang naskah di perpustakaan Sasana Pustaka. Oleh karena itu pertanyaan penelitian adalah; Pertama, bagaimana pemeliharaan naskah kuno di Perpustakaan Sasana Pustaka? Kedua, bagaimana peran pengelola dalam pelestarian naskah kuno di Sasana Pustaka? Dan tujuan pada penelitian ini yaitu; Mengidentifikasi dalam pemeliharaan naskah kuno di Perpustakaan Sasana Pustaka dan Menganalisis peran pengelola dalam pelestarian naskah kuno di Perpustakaan Sasana Pustaka

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus. Menurut Stake, 1995 dalam Creswell (2003) studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu.

Kasus-kasus disini dilihat dari segi tempat penyimpanan naskah perpustakaan Sasana Pustaka yang mengakibatkan hancurnya koleksi naskah secara bertahap. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, peneliti berusaha menggali informasi dari Informan.

Dalam setiap kegiatan penelitian selalu meliputi teknik penelitian, peneliti mengumpulkan data penelitian dengan cara sebagai berikut :

a. Observasi (pengamatan) lapangan

Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data.Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari lapangan. Dalam tradisi kualitatif, data tidak akan diperoleh belakang meja, tetapi harus terjun ke lapangan, ke tetangga, ke organisasi, ke komunitas. Data yang diobservasi dapat berupa gambaran sikap, kelakuan, perilaku, tindakan, keseluruhan interaksi antar manusia.Data observasi dapat berupa interaksi dalam suatu organisasi atau pengalaman para anggota dalam berorganisasi. Proses observasi dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang hendak di teliti. Setelah tempat penelitian diidentifikasi, dilanjutkan dengan membuat pemetaan, sehingga diperoleh gambaran umum tentang sasaran penelitian.Lantas peneliti menetapkan dan mendesign cara merekam wawancara

(4)

tersebut (Raco, 2004: p. 112).Dan menurut (Pendit, 2009: p. 72) observasi atau pengamatan adalah metode yang paling utama dan selalu menjadi bagian yang tak terhindarkan dalam penelitian kualitatif maupun kuantitatif.Dalam hal ini peneliti berusaha untuk mengenal kondisi ruangan tempat penyimpanan naskah kuno, dan kondisi fisik naskah. Dan untuk melihat apakah ada faktor manusia yang menjadi salah satu alasan naskah juga menjadi memprihatinkan kondisinya.

b. Wawancara mendalam (in-depth interviewing)

Untuk memperoleh data yang lebih akurat maka dalam penelitian kualitatif perlu dilakukan wawancara secara mendalam terhadap informan. Wawancara adalah percakapan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara mendalam memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (open-ended) yang dirancang untuk memunculkan opini dari para informan (Creswell, 2003).Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur (Arikunto, 2002: p. 202).Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak merefleksikan teori, ide atau dilakukan tanpa ada pengorganisasian.Berdasarkan Jurnal Gill. P yang berjudul (methods of data collection in

qualitative research: interviews and focus groups), (2008) Wawancara tidak terstruktur

biasanya menghabiskan sangat banyak waktu dan sulit untuk mengatur karena pembicaraannya kurang terarah.Hanya ada sedikit arahan yang digunakan sebagai antisipasi.Peneliti melakukan wawancara dengan mengekplor kreatifitas sendiri.

Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan Gusti Puger selaku Kepala Perpustakaan Sasana Pustaka, Suryo selaku asisten dan pengelola Perpustakaan Sasana Pustaka, Rio selakupengelola Perpustakaan Sasana Pustaka, Rita selaku asisten Gusti Puger yang menjabat sebagai Kepala Perpustakaan dan dua orang abdi dalem yaitu Gin dan Eny. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang akurat dari informan-informan.Dan dalam hal ini peneliti berusaha agar kepala dan pengelola perpustakaan dapat memahami benar dasar-dasar tempat penyimpanan dan tata ruang naskah kuno yang benar.Wawancara dilakukan di dalam perpustakaan Sasana Pustaka, Surakarta.

Dalam penelitian kualitatif, informan adalah sumber penting untuk melengkapi data penelitian. Pemilihan informan berdasarkan sumber dari kepala perpustakaan (Gusti Puger).

Tabel 3.1 Informan

No. Informan Pendidikan Usia Pekerjaan Status

1

KGPH.Puger (Gusti Puger)

Sarjana Muda Sastra Daerah

(Filologi) 57th Kepala Perpustakaan Tetap 2

BRM.Suryoasmo (Suryo)

Sarjana Ekonomi

(Manajemen) 30th

Asisten dan Pengelola

Kepala Perpustakaan Tetap

3 Rita

Sarjana Seni

(Karawitan) 25th Asisten Kepala Perpustakaan

Tidak Tetap 4 BRM.Suryo Triono (Rio) Pascasarjana

(5)

5 Gin SMK 53th Abdi Dalem Tetap

6 Eny

Diploma II

(Keguruan) 43th Abdi Dalem Tetap

Analisis dan Interpretasi Data

Pemeliharaan yang dilakukan di Perpustakaan Sasana Pustaka guna untuk melestarikan naskah-naskah kuno, yaitu meliputi pembersihan naskah kuno, pemeliharaan lingkungan dan alih media

a. Pembersihan naskah kuno

Pada Perpustakaan Sasana Pustaka terdapat beberapa macam kuas sebagai alat pembersih naskah kuno. Kegiatan pembersihan naskah dilakukan setiap seminggu sekali untuk beberapa naskah. Biasanya dilakukan pada hari Jum’at, karena pada hari tersebut perpustakaan sepi pengunjung.Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh Gusti Puger dan anak-anak dari Gusti Puger.

Koleksi naskah kuno yang telah dipinjam oleh pengguna biasanya tidak langsung diletakkan pada raknya. Namun diletakan di atas meja, yang kemudian pada hari Jum’at dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan kuas, kemudian naskah-naskah tersebut dikembalikan pada rak sesuai nomor panggilnya.

b. Pemeliharaan lingkungan

Perpustakaan Sasana Pustaka setiap pagi pada lantai satu, yaitu tempat ruang baca. Selalu dibersihkan oleh kedua abdi dalem Gusti Puger yang bernama Eny dan Gin. Sedangkan untuk kebersihan ruangan pada lantai dua, yaitu ruangan naskah dibersihkan dua hari sekali. Eny dan Gin membersihkan ruangan dengan menggunakan kemoceng untuk membersihkan debu-debu yang menempel pada lemari, sapu lidi untuk membersihkan karpet, dan lap untuk mengelap kaca pada lemari tempat penyimpanan naskah.(Ross Harvey, 1993: p. 33), Mary Lynn Ritzenthaler mengemukakan Lingkungan fisik yang ideal untuk materi arsip meliputi kelembaban relatif dan temperatur yang terkontrol, udara bersih dengan sirkulasi yang baik, sumber penerangan yang terkontrol, dan bebas dari jamur, serangga, serta gangguan binatang pengerat.

c. Alih media

Menurut Muhammadin Razak dalam artikelnya yang berjudul Peran Perpustakaan Nasional RI dalam perkembangan Naskah Digital di Indonesia, Transformation adalah alih media digital dan alih media dari bahan konvensional ke dalam bentuk mikro (mikrofis dan microfilm), sehingga menghasilkan media baru dalam bentuk CD dan pita magnetik. Perpustakaan ini telah melakukan pelestarian.Upaya alih media merupakan salah satu pemeliharaan naskah agar terhindar dari kerusakan yang diakibatkan oleh pengguna perpustakaan.

(6)

Dari penjelasan ketiga upaya pemeliharaan naskah kuno di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan tersebut merupakan langkah-langkah untuk memelihara koleksi naskah yang terdapat pada ruang naskah kuno di Perpustakaan Sasana Pustaka, serta memelihara kondisi ruang koleksi naskah kuno agar tetap terjaga kebersihannya.

Peran pengelola dalam pelestarian naskah kuno di Perpustakaan Sasana Pustaka meliputi enam informan, tiap informan mempunyai tugas yang berbeda-beda, berikut penjelasannya:

a. Kepala Perpustakaan

Gusti Puger selaku Kepala Perpustakaan dalam melakukan pelestarian naskah kuno di Perpustakaan Sasana Pustaka terkadang mengawasi para pengunjung yang meminjam naskah, agar para pengunjung tidak mencoret atau merobek naskah.

Bilamana naskah yang dicari pengguna perpustakaan tidak ada yang berbentuk digital, Gusti Puger menurunkan naskah aslinya dan dengan memberikan alas yaitu berupa bantal berwarna biru. Dan setelah dipinjam oleh pengunjung biasannya naskah-naskah tersebut di bawa ke lantai dua (ruang naskah kuno), yang kemudian pada hari Jum’at dibersihkan oleh Gusti Puger dengan menggunakan kuas pembersih naskah secara searah. Kemudian naskah tersebut dikembalikan ke raknya sesuai nomor panggilnya.

Berkaitan dengan pemeliharaan kondisi naskah, kepala perpustakaan disini terlihat kepeduliannya dalam merawat koleksi naskah kuno tersebut. Dengan cara mencarikan naskah digitalnya terlebih dahulu, bilamana koleksi digital tidak ada maka diurunkan naskah aslinya dengan menggunakan bantalan agar naskah diberi alas pelindung.

b. Pengelola Rita

Sebagai asisten dari Gusti puger, Rita berperan menjaga pengguna yang meminjam naskah agar tidak terjadi coret menyoret pada koleksi naskah kuno koleksi Perpustakaan Sasana Pustaka.

Berkaitan dengan pemeliharaan kondisi naskah, Rita sebagai salah satu pengelola perpustakaan sudah ikut berperan memelihara kondisi fisik naskah kuno di Perpustakaan Sasana Pustaka.

c. Pengelola Suryo

Sebagai pengelola Perpustakaan Sasana Pustaka terlihat minat dan antusias Suryo untuk mengelola, menjaga dan melestarikan naskah-naskah disini agar tetap dapat digunakan untuk generasi berikutnya.Hal ini terlihat pada perilaku pengelola yang menghubungi service AC pada ruang naskah untuk perbaikan. Berikut kutipannya:

“Sejak saya mengelola perpustakaan ini sekitar awal 2012an, susunan perpustakaan disini sangat crowded tata letaknya. Kemudian dengan ijin Gusti saya meminta bantuan pada para abdi dalem untuk membantu saya dalam menata perpustakaan ini.Dan kalo masalah melestarikan naskah-naskah disini saya tahu bahwa naskah itu perlu ruangan yang dingin.Tapi sejak saya masuk menjadi

(7)

pengelola sini, AC pada ruangan naskah memang sudah rusak. Saya sudah coba panggilkan service AC tapi katanya ini mesti beli yang baru.(Suryo, 6 Maret 2013)”

Pada kutipan di atas, terlihat antusias pengelola yang ingin memperbaiki struktur tempat perpustakaan agar perpustakaan menjadi rapih, dan kegunaan naskah di perpustakaan ini dapat digunakan kembali bagi para pengunjung yang ingin meminjam naskah di Perpustakaan Sasana Pustaka.Menurut Ross Harvey,(1993: p. 42) tempat penyimpanan naskah yang baik, perlu diperhatikan, ruang harus mudah untuk dijaga kebersihannya dan diperiksa secara menyeluruh.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa, Suryo selaku pengelola perpustakaan telah melakukan upaya untuk pemeliharaan ruangan naskah yang baik, rapih dan bersih seuai hal yang telah dikemukkan oleh (Ross Harvey, 1993: p.42).

d. Pengelola Rio

Sebagai salah satu pengelola perpustakaan, Rio berperan mengawasi pengguna perpustakaan agar terhindar dari coretan-coretan yang dilakukan pengguna. Dan dalam pemeliharaan ruang naskah biasanya menyalakan kipas angin pada ruang Perpustakaan Sasana Pustaka, sebagai pengganti AC.

Hal ini dilakukan untuk melestarikan koleksi naskah pada ruang Perpustakaan Sasana Pustaka agar tetap ada udara yang masuk pada ruang naskah. Karena ruang naskah pada perpustakaan ini di atas 21˚C. Sedangkan menurut Prinsip IFLA(International Federation of Library Associations and Institutions) tentang Pemeliharaan dan Konservasi Material Perpustakaan, Suatu kondisi penyimpanan yang baik berkisar antara temperatur 16˚C sampai 21˚C.

Penjelasan di atas Rio selaku pengelola perpustakaan dalam pemeliharaan ruang naskah di Perpustakaan Sasana Pustaka, telah melakukan tugasnya untuk melestarikan naskah kuno pada perpustakaan ini, perlu adanya kontrol udara dan suhu pada ruang naskah kuno di Perpustakaan Sasana Pustaka.

e. Pengelola Gin dan Eny

Sebagai pengelola Perpustakaan Sasana Pustaka Gin dan Eny bertugas bersih-bersih ruangan setiap hari pada lantai satu dengan menggunakan kemonceng dan sapu lidi.Dua hari satu kali pada lantai dua dengan menggunakan lap, cairan pembersih, sapu lidi dan kemonceng.

Dari penjelasan di atas Gin dan Eny selaku pengelola Perpustakaan Sasana Pustaka dalam pemeliharaan ruang naskah telah melakukan tugasnya dengan baik.Hal ini dilakukan untuk tetap terjaga kebersihan naskahnya dari debu-debu yang menempel pada ruang naskah.

(8)

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan Sasana Pustaka dalam melakukan pemeliharaan naskah kuno melakukan aktifitas kebersihan pada ruangan naskahnya yang berada di lantai 2 (dua), dua hari satu kali dengan mengguanakan sapu lidi. Untuk memelihara ruangan koleksi naskah, pengelola menggunakan pembersih serangga dan kapur barus untuk mengantisipasi bilamana terdapat serangga berupa kecoa ataupun serangga yang lainnya.Namun peneliti masih merasa gatal pada karpet yang terdapat di lantai 2 (dua) perpustakaan, mungkin pada karpet terdapat serangga-serangga yang juga dapat merusak koleksi naskah kuno di Perpustakaan Sasana Pustaka. AC pada ruangan naskah kuno di Perpustakaan Sasana Pustaka telah lama mengalami kerusakan, sehingga menyebabkan suhu pada ruang naskah di atas standar tempat penyimpanan koleksi naskah dan ini dapat menyebabkan kerusakan pada koleksi naskah-naskah kuno di Perpustakaan Sasana Pustaka.

Pembersihan koleksi naskah biasanya dilakukan seminggu satu kali.Namun dalam melakukan aktifitas ini biasanya dapat berhenti pula jika ada pengunjung yang datang. Hal ini berkaitan dengan aturan jam buka perpustakaan yang belum tertulis.

Kepala Perpustakaan sangat memegang andil penuh di Perpustakaan Sasana Pustaka, dan sebagai acuan bagi pengelolanya.Hal ini disebabkan oleh ilmu pengetahuan yang dimiliki Kepala Perpustakaan Sasana Pustaka (Gusti Puger) tidak hanya dalam pengetahuan umum namun beliau juga mengerti preservasi dan konservasi. Dalam melakukan pemeliharaan terhadap koleksi naskah pada perpustakaan ini, Kepala Perpustakaan Sasana Pustaka beserta pengelola lainselalu mengontrol pengunjung yang meminjam naskah kuno tersebut agar terhindar dari coretan atau robekan pada naskah. Namun kekurangannya, baik pengelola maupun pengunjung tidak menggunakan sarung tangan dalam menggunakan naskah kuno tersebut.Padahal salah satu pelestarian terhadap naskah itu dengan cara, menggunakan sarung tangan atau kondisi tangan dalam keadaan bersih (telah cuci tangan dengan sabun).

Daftar Acuan

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Balloffet, Nelly; Hille, Jenny. (2005). Preservation and Conservation for Libraries and Archives. Chicago: American Association. http://www.digilib.ui.edu. 14 April 2013.

Barried, Siti Baroroh. (1985). Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Penggunaan Bahasa.

Creswell, John W. (2003). Research design: qualitative, quantitative, and mixed methods

approaches, (2 ed.). London.

Fajar Sodiq. (2010). Naskah Kuno Keraton Surakarta Tidak Terawat.

http://www.vhrmedia.com/2010/detail.php?.e=606 14 April 2013.

Gill., P., & Stewart. K. (2008). Methods of data collection in qualitative research: interviews

and focus groups. British Dental Journal: Volume 204, no. 6. http://www.academia.edu/746649/Methods_of_data_collection_in_qualitative_research_i nterviews_and_focus_groups 4 Juni 2013.

Handa S. Abidin. (2012). Naskah kuno. http://penelitihukum.org/?s=naskah+kuno 14 April 2013. Harvey, Ross. (1993). Preservation in Libraries: Principles, Strategies, and Practices for

(9)

IFLA. (1998). Principles for Care and Handling of Library Material. Compiled and edited by Edqawrd P. Adcock with the assistance of Marie-Therese Varlamoff and Virginie Kremp. http://www.archive.ifla.org/VI/4/news/pchlm.pdf. 14 April 2013.

Karsono H. Saputra. Tradisi Tulis Nusantara: Kumpulan makalah Simposium Tradisi Tulis

Indonesia. Depok: MANASSA, 1997. 14 April 2013.

Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. (2010) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP). Jakarta.

http://www.budpar.go.id/userfiles/file/LAKIP%20KEMENBUDPAR%202010%20OK. pdf . 4 Juni 2013.

Laksmi., Tamara, A. S. S., Ari Imansyah., (2005). Manajemen Lembaga Informasi: teori dan

praktik. Depok.

Malik, Halim. (2011, Februari). Pengertian Data, Analisis Data dan Cara Menganalisis Data

Kualitatif. http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/11/penelitian-kualitatif-339265.html. 4 Juni 2013.

Martoatmodjo, Karmidi. (1993). Pelestarian bahan pustaka. yayasan Multi Jaya, Jakarta. Miles, B.B., dan A.M. Huberman, (1992), Analisa Data Kualitatif, Jakarta: UI Press.

Mudji Sutrisno. & Hendar Putranto. (Eds.). (2005). Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Pendit, Putu Laxman. (2009). Merajut Makna: Penelitian Kualitatif Bidang Perpustakaan dan

Informasi. Jakarta: Penerbit Cita Karyakarsa Mandiri.

Razak, Muhammadin. (1989). Konservasi koleksi perpustakaan dan arsip. Jakarta: Depdikbud RI.

Razak, Muhammadin. (2007). Konservasi dan restorasi bahan pustaka akibat banjir. Proceeding

Lokakarya Penyelamatan Koleksi Perpustakaan dan Arsip. Jakarta: PDII-LIPI.

Ritzenthaler, Mary Lynn. (1993). Preserving Archives and Manuscripts. Chicago: The Society of American Archivists.

Semiawan, R. Conny. (2004). Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan

Keunggulannya. Jakarta: PT. Grasindo

Stueart, D. Robert. (2002). Library and Information Center Management (6th ed). London : A Division of Greenwood Publishing Group, Inc.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. (2010).

http://www.konservasiborobudur.org/download/uu no.11-2010 tentang cagar

budaya.pdf. 14 April 2013.

Yona, Primadesi. (2010). Peran Masyarakat Loakal dalam Usaha Pelestarian Naskah-Naskah Kuno Paseban. Jurnal Bahasa dan Seni, 11, 120-127.

(10)

Gambar

Tabel 3.1 Informan

Referensi

Dokumen terkait

Kesadaran hukum wartawan media cetak di Kota Denpasar terhadap hukum pers dipengaruhi adanya kesadaran sendiri dari wartawan untuk mengetahui dan mempelajari etika

Saya melakukan penelitian dengan judul hubungan antara koinfeksi tuberkulosis dengan kejadian tremor pada pasien HIV/AIDS.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Metode reasuransi secara kontrak (treaty) : adalah perjanjian antara pihak penangung pertama dan para penanggung lain atau para pengnggung ulang profesional yang

Dibawah kondisi normal untuk penggunaan yang dimaksud, bahan ini diharapkan tidak berbahaya bagi

Menyadari bahwa situasi didaktis dan pedagogis yang terjadi dalam suatu pembelajaran merupakan peristiwa yang sangat kompleks, maka guru perlu mengembangkan kemampuan

Dengan mengemukakan bahwa manusia hanya sebagai debu tanah yang akan musnah kalau mati (kecuali yang menjadi SY yang akan masuk surga atau tinggal dalam langit dan bumi

Berdasarkan hasil pengujian siginifikansi di atas maka kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: “Tidak ada Hubungan peran komite sekolah dengan

Jadi harapan penulis semoga dalam pelaksanaannya yang terlibat bisnis Multi Level Marketing hendaklah bermuamalah sesuai dengan maqashid (tujuan) syariat Islam