• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PROGRAM PROTEKSI FISIK REAKTOR DAYA EKSPERIMENTAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PROGRAM PROTEKSI FISIK REAKTOR DAYA EKSPERIMENTAL"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PROGRAM PROTEKSI FISIK REAKTOR DAYA

EKSPERIMENTAL

Mudjiono1, Erlan Dewita2, Yaziz Hasan3

1 Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir, Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710 2 Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir, Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710 3 Biro Hukum, Humas dan Kerjasama, Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710

email: mudzi@batan.go.id

ABSTRAK

RENCANA PROGRAM PROTEKSI FISIK REAKTOR DAYA EKSPERIMENTAL INDONESIA

.

Dokumen Proteksi Fisik merupakan salah satu dokumen yang diperlukan sebagai syarat perizinan konstruksi dan operasi RDE sesuai yang diamanatkan dalam Perka BAPETEN No. 1 tahun 2009 tentang ketentuan sistem proteksi fisik instalasi dan bahan nuklir serta perundangan lainnya. Tujuan kajian adalah diperoleh sistem proteksi fisik RDE untuk memperoleh gambaran lokasi yang tepat terkait penempatan dan pemilihan bahan serta peralatan untuk proteksi fisik. Sistem ini sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi dalam menangkal (deter), mendeteksi (detect), menilai (assess), menunda (delay) dan merespons (response) terhadap segala ancaman dan gangguan pada bahan dan fasilitas nuklir. Metodologi yang digunakan adalah studi pustaka, pengumpulan data sekunder dan diskusi terfokus yang menghadirkan pakar dibidangnya untuk mendapatkan bahan masukan. Diperoleh hasil kajian berupa skema pembagian area proteksi fisik didukung dengan bahan dan peralatan yang disesuaikan dengan fungsinya. Hasil kajian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi owner yang diimplementasikan untuk melindungi fasilitas RDE di Puspiptek Serpong.

Kata Kunci : sistem proteksi fisik, perizinan, reaktor daya eksperimental

ABSTRACT

THE PLAN OF PHYSICAL PROTECTION PROGRAMME OF EXPERIMENTAL POWER REACTOR. Documents physical protection is one of the documents required as a condition of licensing the construction and operation of Experimental Power Reactor (EPR) as in the BAPETEN Chairman Regulation No. 1 of 2009 about the provision of physical protection systems installation and nuclear materials as well as other legislation. Objective assessment is obtained physical protection programme for EPR to obtain a precise location related to the placement and selection of materials and equipment for physical protection. This programme is very important to optimize the function to deter, detect, assess, delay and response against all threats and disturbances in nuclear materials and nuclear facilities. The methodology used in this study through the collection and analysis of secondary data and focus group discussions that bring experts in their field to get the input materials. Obtained results of the study in the form of physical protection area sharing scheme supported by the materials and equipment adapted to its function. The study results are expected can be input for the owner to be implemented to protect EPR facilities in Puspiptek Serpong.

Key Words : Physical protection system, lisencing, experimental power reactor

PENDAHULUAN

Sebagai suatu fasilitas nuklir yang direncanakan dibangun, Reaktor Daya Eksperimental (RDE) perlu mendapatkan proteksi fisik terhadap ancaman dan gangguan baik yang datangnya dari luar maupun dari dalam, sebagaimana dipersyaratkan oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) No. 1 tahun 2009 tentang Ketentuan Sistem Proteksi Fisik Instalasi dan Bahan Nuklir[1,2]. Peraturan perundangan telah mengamanatkan perlunya pelaksanaan keamanan nuklir dan sanksi pidana terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan[3,4,5], sehingga fasilitas nuklir yang rencana dibangun yaitu Reaktor Daya Eksperimental (RDE) perlu mendapatkan proteksi fisik terhadap ancaman dan gangguan baik yang datangnya dari luar maupun dari dalam.

(2)

RDE merupakan reaktor daya eksperimental dengan tipe reaktor HTGR (High Temperature Gas Cooled Reactor) dengan bahan bakar jenis pebble dan daya 10 MWth (~ 3 MWe). Tipe reaktor tersebut adalah High Temperature Gas Cooled Reactor dimana reaktor berpendingin gas helium dan bermoderator grafit serta menggunakan teras grafit yang beroperasi dengan temperatur keluaran reaktor lebih tinggi dari pada teknologi reaktor air ringan (LWR) yaitu temperatur pendingin keluar RDE adalah 7000C[6]. Teknologi ini selain menghasilkan listrik dapat diaplikasikan untuk memasok panas proses di fasilitas industri. Efisiensi untuk pembangkit daya bersih 96,7% dengan faktor kapasitas sekitar 80%. Kogenerasi dipertimbangkan untuk masa mendatang.

Tujuan proteksi fisik adalah untuk mendeteksi dan mencegah pemindahan bahan nuklir secara tidak sah, menemukan kembali bahan nuklir yang hilang, mencegah sabotase instalasi nuklir, dan memitigasi konsekuensi yang ditimbulkan. Dasar untuk mendesain dan mengevaluasi sistem proteksi fisik adalah dokumen Ancaman Dasar Desain (ADD) yang bersifat rahasia. Untuk itu sistem proteksi fisik dirancang untuk menangkal seluruh potensi ancaman dan gangguan sebagaimana termaktub dalam dokumen ADD[1]. Pengembangan dan desain sistem proteksi fisik RDE adalah mengacu pada ketentuan-ketentuan yang ada dalam Perka BAPETEN Nomor 1 Tahun 2009 tentang Ketentuan Sistem Proteksi Fisik Instalasi dan Bahan Nuklir, dan panduan yang ada dalam Nuclear Security Series IAEA No. 13[7].

Berkaitan dengan rencana pembangunan RDE di kawasan Puspiptek Serpong maka perlu dirancang program proteksi fisik sebagaimana amanat perundangan yang berlaku. Reancana proteksi fisik tersebut memiliki fungsi utama untuk menangkal (deter), mendeteksi (detect), menilai (assess), menunda (delay) dan merespons (response) terhadap segala ancaman dan gangguan (pencurian, pemindahan tidak sah dan sabotase serta tindakan terorisme) pada bahan nuklir dan fasilitas nuklir[1].

Hasil studi diharapkan dapat menjadi bahan masukan sebagai tahap persiapan dalam mengajukan perizinan konstruksi RDE

POKOK BAHASAN

Reaktor Daya Eksperimental

Reaktor tipe HTGR merupakan reaktor yang direncanakan akan dibangun sebagai Reaktor Daya Eksperimental (RDE) pertama di Kawasan Puspiptek, Serpong. Reaktor RDE merupakan reaktor dengan suhu pendingin keluar reaktor tinggi (~ 750°C)[6]. efisiensi termal tinggi serta mempunyai sistem keselamatan pasif dan melekat. Reaktor dikarakterisasi dengan penggunaan grafit sebagai moderator dan reflektor, gas helium sebagai pendingin yang bersifat inert dan mempunyai fase tunggal, bahan bakar partikel berlapis dan teras berdensitas daya rendah. Penggunaan bahan teras yang bersifat tahan panas dikombinasi dengan pendingin helium menyebabkan suhu pendingin dapat mencapai 750°C. Suhu pendingin keluar reaktor yang tinggi menyebabkan reaktor HTGR sangat potensial untuk tujuan kogenerasi, hal ini terkait kemampuan memasok panas proses industri dalam jangkauan yang lebih luas dibanding reaktor tipe lain, seperti tipe LWR.

Pada umumnya reaktor nuklir mempunyai efisiensi termal berkisar antara 35%, sementara reaktor tipe HTGR merupakan reaktor yang mempunyai efisiensi lebih tinggi yaitu sekitar 50%[6]. Namun, besarnya efisiensi reaktor dipandang masih belum menggambarkan yang sebenarnya dimana efisiensi reaktor masih dapat ditingkatkan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi reaktor/pembangkit. Pertama, dengan cara melakukan perbaikan terhadap kerugian/ kehilangan panas yang terjadi di dalam sistem termal reaktor. Kedua, efisiensi termal pembangkit juga dapat dilakukan melalui penerapan sistem kogenerasi dimana panas reaktor setelah digunakan untuk pembangkitan listrik, panas sisanya dapat dimanfaatkan untuk panas proses industri. Pemanfaatan panas ini yang dapat meningkatkan efisiensi reaktor. Meningkatkan efisiensi termal pembangkit merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keekonomian reaktor daya nuklir (PLTN).

Dokumen Rencana Proteksi Fisik

Sistem proteksi fisik RDE harus memiliki karakteristik yang disesuaikan dengan sistem keselamatan; pertahanan berlapis proteksi fisik; memiliki konsekuensi minimum akibat kegagalan komponen; memiliki proteksi yang seimbang dan memiliki proteksi atas dasar pendekatan bertingkat[8]. Disamping itu harus mencakup hal-hal sebagai berikut:

(3)

 Informasi umum dan teknis Instalasi Nuklir RDE,

Meliputi nama instalasi, nama pemegang izin, alamat lengkap, jenis instalasi dan tujuan penggunaan, lokasi/letak geografis, ukuran dalam meter persegi, batas-batas lokasi/situasi yang mengelilingi instalasi, dan akses menuju instalasi, sumber daya manusia yang bekerja di instalasi, serta kondisi sosial ekonomi dan budaya di sekitar instalasi.

 Ancaman Dasar Desain,

Berupa hasil analisis ancaman yang memuat karakteristik ancaman dasar desain lokal yang diperoleh pemegang izin berkoordinasi dengan instansi terkait seperti kepolisian dan intelijen serta skenario ancaman berdasarkan analisa ancaman sebagaimana dimaksud.

 Organisasi dan Personil Sistem Proteksi Fisik,

Meliputi Struktur Organisasi, Personil (penjaga dan penilai), Tanggung Jawab, Wewenang dan Kualifikasi serta Program dan jenis Pelatihan Personel Proteksi Fisik.

 Identifikasi Target,

Meliputi penggolongan bahan nuklir terkait bentuk fisika dan kimia bahan nuklir (jenis dan jumlah bahan nuklir) sesuai kategori bahan nuklir yang ada sesuai Lampiran III Perka Bapeten No 1 tahun 2009, identifikasi peralatan vital instalasi yang harus dilindungi sebagaimana tercantum dalam Laporan Analisis Keselamatan (LAK), dan konsekuensi yang mungkin terjadi jika ancaman terjadi seperti lepasan radiologis dan evaluasi perhitungan konsekuensi tindak kejahatan (seperti laju dosis yang terjadi akibat sabotase terhadap teras reaktor).

 Desain dan Pembagian Daerah Proteksi,

Mencakup gambaran sistem proteksi fisik yang dirancang seperti sistem deteksi, delay dan respons, serta pembagian daerah pelaksanaan sistem proteksi fisik (daerah terbatas, terproteksi, dan vital) sesuai lay-out yang ditetapkan.

 Sistem Deteksi,

Meliputi identifikasi sistem deteksi, spesifikasi dan kondisi peralatan sistem deteksi (pasif atau aktif) serta posisi/tata letak peralatan sistem deteksi baik yang berada di luar maupun di dalam bangunan reaktor.

Sistem Delay,

Meliputi sistem penghalang fisik (jenis pagar, penjagaan), spesifikasi dan kondisi sistem penghalang (ketebalan tembok beton dan tinggi pagar serta tataletaknya) dan sistem akses yang meliputi nama dan jumlah sistem akses, spesifikasi dan kondisi sistem akses, serta posisi/tataletak sistem akses.

 Sistem Pendukung,

Meliputi sistem pencahayaan, spesifikasi, kondisi dan posisinya; nama dan jumlah catu daya; nama dan jumlah peralatan pendukung patroli; jumlah personil pendukung (contoh operator genset) dan tanggungjawabnya; serta peralatan pendukung lain.

Respons,

Meliputi nama/jenis dan jumlah sistem komunikasi, spesifikasinya, posisi/tataletak serta jalur komunikasi dan koordinasi saat tindakan respons; jumlah pos jaga dan penjaga pada setiap shift, jumlah dan rute patroli, peralatan proteksi di pos penjaga; jumlah, sepesifikasi dan kondisi (senjata api dengan peluru tabur, tongkat kejut listrik) serta tempat penyimpanan peralatasn respons; serta identifikasi, lokasi dan waktu tempuh tim perespon luar (polisi/tentara).

 Perawatan dan Uji Fungsi,

Meliputi identifikasi cara perawatan peralatan sistem proteksi fisik dan uji fungsinya serta periodenya.

 Prosedur Proteksi Fisik,

Prosedur Proteksi Fisik meliputi prosedur-prosedur yang disusun dalam rangka pelaksaan sistem proteksi fisik seperti Pedoman Program Proteksi Fisik, Rencana Proteksi Fisik, SOP Evaluasi Sistem Proteksi Fisik, SOP Pemeliharaan Peralatan Pengaman, SOP Kendali Akses, SOP Pengambilan Gambar Visual, SOP Penanggulangan Kebakaran Tingkat Fasilitas, SOP Rencana Kontijensi, SOP Pengendalian Kunci, SOP Pengawalan Dan Pengangkutan Bahan Nuklir, SOP Penerima Tamu, SOP Alat Komunikasi, SOP Menerima Ancaman Bom, SOP Operasi Access Control, SOP Pengontrolan, SOP Proteksi Fisik Penyimpanan Bahan Nuklir Di Daerah Kerja, dan SOP Perlindungan Informasi Rahasia.

(4)

 Rencana Kontinjensi,

Meliputi kriteria memulai dan mengakhiri kedaruratan proteksi fisik dan prosedur tindak lanjut serta identifikasi sumber kedaruratan.

 Budaya Keamanan,

Meliputi metode dan langkah-langkah peningkatan budaya keamanan dan rencana pelaksanaan budaya keamanan.

 Kerahasiaan Informasi,

Meliputi mekanisme perlindungan informasi rahasia (tata cara dan pengendalian pengarsipan, akses dan distribusinya) dan pemeringkatan (klasifikasi tingkat) kerahasian informasi.

METODOLOGI

Kajian program proteksi fisik untuk RDE ini dilakukan dengan melakukan focus group discussion (FGD) dengan menghadirkan pakar dibidang proteksi fisik dan dilanjutkan dengan konsinyering untuk memperdalam topik. Selain itu juga telah dilakukan studi literatur yang mendalam khususnya peraturan perundangan yang berlaku sebagai payung hukum yang jelas terhadap program RDE.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BATAN dalam mempersiapkan pembangunan RDE, telah memperoleh Conceptual Design, Front End Engineering Design (awal), Studi Kelayakan (diantaranya analisa pentingnya proyek, jadwal proyek, estimasi biaya, kelayakan tapak dan lingkungan, site development plan, plot plan, siklus bahan bakar, pengelolaan limbah, analisis risiko proyek, dan estimasi parsipasi nasional)[9]. Pada tanggal 25 Februari 2015, BAPETEN telah memberikan persetujuan kepada BATAN untuk melakukan program evaluasi tapak. Selanjutnya BATAN mengajukan izin tapak pada tanggal 27 Oktober 2015, dan dokumen dinyatakan lengkap pada tanggal 5 Nopember 2015, diharapkan izin tapak diperoleh pada pertengahan tahun 2016[10].

Gambar 1. Tata Letak RDE[9]

Bangunan reaktor (URA) dengan annex bangunan reaktor (UJH),

Bangunan tambahan reaktor (UKA), Bangunan switchgear (UBR), Bangunan turbin (UMA), Struktur pelayanan termasuk Penyimpanan bahan bakar sisa (UFC),

Bangunan Operasi (UYA), Bangunan sistem suplai gas pusat (UTG), Menara pendingin dan struktur pompa menara pendingin (URA, URB, URD, URE)

(5)

Kawasan Terproteksi Kawasan Terproteksi

TAPAK

Kawasan Dalam

Kawasan

Vital

Kawasan Terbatas

Mengingat syarat yang telah ditetapkan regulator kepada pemegang izin bahwa perlu dilakukan pendekatan bertingkat terhadap proteksi fisik direncanakan penggunaan area tertentu yang meliputi[8]:

 Kawasan terbatas (limited access area), disebut juga area ekslusif, yaitu area dimana pemegang izin memiliki kewenangan untuk menentukan semua kegiatan/aktivitas yang diperbolehkan atau tidak (area yang dikontrol). Area yang dibatasi untuk dimasuki. Area ini bisa dilalui oleh kendaraan umum dengan syarat dapat terkendali termasuk dalam keadaan darurat. Perumahan tidak diperbolehkan.  Kawasan terproteksi (protected area), yaitu daerah yang berada dalam exclusion

area yang diberi penghalang fisik (pagar) dan dikontrol di gerbang/pintu masuk serta dilengkapi dengan sistem deteksi intrusi perimeter

 Kawasan vital (vital area), yaitu daerah yang berada dalam protected area dan memiliki penghalang tambahan dan alarm untuk melindungi peralatan vital. Entri harus melalui card-reader atau penjaga pengamanan.

 Kawasan dalam (material access areas (Inner area)), yaitu daerah sama dengan vital area tapi akses kontrol dipertinggi. Sistem proteksi fisiknya sama dengan vital area namun dengan syarat tambahan: Tidak dibolehkan sendirian masuk ke area ini (two-person rule). Selain pintu dengan card-reader dan terjaga oleh penjaga, juga ditambah sistem deteksi intrusi volumetrik

Skema area proteksi fisik ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3[8]

(6)

Gambar 3. Skema pembagian area pada RDE[8]

Beberapa contoh penempatan peralatan dalam proteksi fisik dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Peralatan proteksi fisik[8]

Sistem deteksi di RDE berfungsi untuk mendeteksi lalu lintas personil, kendaraan dan material yang keluar/masuk kawasan RDE sehingga jika ada penyusup yang mencoba memasuki daerah tersebut secara ilegal dapat terdeteksi sejak dini. Untuk identifikasi digunakan sensor (yang terpasang secara internal dan eksternal), portal monitor radiasi personal dan kendaraan, serta camera assessment.

Sedang sistem Delay, diwujudkan sebagai penghalang fisik. Pada limited area dibangun pagar setinggi 3 m dengan apron, kawat harmonica diameter 3 mm dengan kerapatan 5 cm, dan juga dipasang seling baja (barbed wire) diameter 16 mm sepanjang pagar. Pada gerbang utama diusulkan terbuat dari kawat harmonika dengan rangka galvanis diameter 4 inch dan besi siku 30 mm mempunyai penggerak motor 3 phase, yang terpadu dengan barrier gate, active barrier hidrolik system ground retractable automobile Barrier, turnstiles dan zig zag concrete block. Untuk protected area, dibangun pagar ganda setinggi 3 m dengan razor wire, kawat harmonica diameter 3 mm dengan kerapatan 5 cm, dan dipasang seling baja (barbed wire) diameter 16 mm sepanjang pagar.

Protected area single fence

Access Control Point

Access Point normally close Vital Area Protected area Line Creek Sungai

Kawasan Vital Kawasan Terproteksi

Pagar Tunggal

Kawasan Terproteksi

Titik Kendali Masuk

Titik Masuk Waktu Normal Tertutup

(7)

Untuk mengoptimalkan sistem proteksi fisik diperlukan sistem pendukung yang berupa sistem pencahayaan, catu daya, peralatan pendukung patroli, personil dan peralatan lainnya. Pada sistem pencahayaan dilengkapi pencahayaan yang cukup sesuai kebutuhan, untuk membantu peralatan sistem monitoring (CCTV) untuk mendapatkan gambar yang maksimal, membantu petugas keamanan dalam mengamankan kawasan RDE pada malam hari. Untuk itu diperlukan catu daya yang stabil seperti UPS yang mampu mensuply listrik pada saat listrik padam hingga 4 jam, sehingga peralatan sistem proteksi fisik dapat beroperasi. Disisi lain, untuk memastikan keamanan sesuai harapan perlu dilakukan patroli untuk menilai kondisi di seluruh lokasi. Metode dan cara patroli dapat dilakukan dengan jalan kaki dan dengan kendaraan. Patroli ini menjadi tanggungjawab penjaga dan selama patroli harus dilengkapi dengan peralatan patroli antara lain: radio komunikasi, senjata api, borgol, pentungan, alat penerangan/senter, alat pelindung diri, alat transportasi (mobil dan motor). Selain patroli dilakukan oleh penjaga juga melibatkan peran pendukung lainnya antara lain: Operator CAS, Petugas Damkar, Pengamanan PUSPIPTEK, Operator Reaktor. Peralatan pendukung lain berupa peralatan pemadam kebakaran, peralatan Proteksi Radiasi dan Alat Pelindung Diri (APD).

KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan disimpulkan bahwa telah dihasilkan skema pembagian area proteksi fisik yang didukung dengan bahan dan peralatan yang disesuaikan dengan fungsinya. Untuk merencanakan program proteksi fisik RDE perlu ditentukan akses kepentingan yang disesuaikan dengan bentuk, sistem bahan, dan peralatan untuk perlindungan. Optimalisasi fungsi proteksi fisik akan meningkat, bila didukung dengan sistem pencahayaan yang baik, catu daya yang handal, peralatan pendukung patroli yang siap, dan personil yang terlatih. Peralatan dan material yang digunakan dalam sistem proteksi fisik selalu dikontrol secara berkala untuk menjaga sistem berjalan sesuai yang diharapkan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Ir. Sriyana, MT, Kepala Bidang Kajian Data Tapak Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir BATAN yang mendorong dan mengarahkan dalam penyusunan makalah. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Khoirul staf PPIKSN BATAN yang telah memberikan masukan terhadap bahasan topik proteksi fisik pada saat FGD.

DAFTAR PUSTAKA

1. Perka BAPETEN,”Ketentuan Sistem Proteksi Fisik Instalasi dan Bahan Nuklir”, Perka BAPATEN no. 1 Tahun 2009, BAPETEN (2009).

2. NINIEK RAMAYANI YASINTHA, dkk,”Ketentuan Sistem Proteksi Fisik Instalasi Nuklir dan Bahan Nuklir di Indonesia”, Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5-6 Agustus 2009, Hal. 1-12.

3. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran.

4. Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan dan Keamanan Instalasi Nuklir.

5. Peraturan Pemerintan (PP) Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perizinan Instalasi Nuklir dan Pemanfaatan Bahan Nuklir.

6. Tim Penyusun Spesifikasi Teknis RDE, Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Tangerang Selatan 2014, “Spesifikasi Teknis Reaktor Daya Eksperimental”, BATAN (2014).

7. Nuclear Security Series IAEA No. 13, “Nuclear Security Recommendations on Physical Protection of Nuclear Material and Nuclear Facilities (INFCIRC/225/Revision 5)”, http://www-ns.iaea.org/security/nss-publications.asp. Diakses 9 Mei 2016.

8. YAZIZ HASAN,“Sistem Proteksi Fisik Bahan Nuklir Dan Fasilitas Nuklir (RDE)”, Presentasi Focus Group Discussion Teknologi dan Keselamatan, Strategi Penyiapan Bahan Bakar, dan Pengelolaan Limbah Serta Seifgard, 28 Desember 2015, Hotel Santika, Bogor. 9. RENUKO, Final Report Executive Summary, “Preparation Of Preliminary Engineering

Design Document For Experimental Power Reactor (RDE)”, Doc. Nr. : LAPEx, Rev. Nr. : 02A, Date : 12 December 2015.

(8)

10. SRIYANA,“Status Penyiapan Pembangunan Reaktor Daya Eksperimental (RDE)”, Sosialisasi Iradiator dan Reaktor Daya Eksperimental, 31 Maret 2016, PSTA, Bandung.

Gambar

Gambar 1. Tata Letak RDE[9]
Gambar 2. Lapis-lapis area proteksi fisik[8]
Gambar 3. Skema pembagian area pada RDE[8]

Referensi

Dokumen terkait

dalam pengembangan, pelestarian dan perlindungan terhadap tanam sagu di daerah dan sesuai dengan ketentuan Lampiran I huruf I Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat

Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Analog

Untuk mengetahui kinerja perkerasan jalan beraspal lainnya yang menggunakan asbuton butir BGA dan LGA, baik kinerja perkerasan pada lokasi hasil uji coba skala lapangan yang

Peningkatan hasil belajar yang kooperatif pada siswa sangat baik, dimana diperoleh ketuntasan presentase hasil belajar siswa rata-rata 68,7% dari jumlah presentase

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan

Tentu saja masih ada suatu masalah di dalamnya, semua hadirin yang telah memperoleh Fa dan semua orang yang Xiulian di dalam Dafa tentu tahu, kalian di

Menguasai teknik komunikasi, teknik presentasi, teknik pengembangan media, pemahaman budaya lokal, prinsip-prinsip promosi kesehatan, teknik pemberdayaan masyarakat,