• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS HANDTAPPING TERHADAP KECEMASAN PRIMIGRAVIDA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIFITAS HANDTAPPING TERHADAP KECEMASAN PRIMIGRAVIDA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman | 83 EFEKTIFITAS HANDTAPPING TERHADAP KECEMASAN PRIMIGRAVIDA

DALAM MENGHADAPI PERSALINAN Dian Fitra Arismawati1), Bety Mayasari2)

Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada Mojokerto Email : deeandf@gmail.com

ABSTRAK

Primigravida yang merupakan ibu yang hamil pertama kali cenderung mengalami kecemasan saat persalinan. Kecemasan yang dialami merupakan hal yang wajar karena persalinan merupakan hal yang baru bagi seorang primigravida. Kecemasan ini terjadi akibat adanya nyeri persalinan yang hebat. Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan pada kala I fase aktif sangat penting karena hal ini sebagai penentu apakah ibu dapat menjalani persalinan normal atau diakhiri dengan suatu tindakan karena penyulit yang diakibatkan nyeri yang sangat hebat. Seiring dengan kemajuan ilmu kebidanan dan teknologi, dewasa ini sudah dikembangkan terapi farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri persalinan yang terjadi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan nyeri selama persalinan adalah dengan memberikan terapi Handtapping pada ibu bersalin.

Rancangan penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan pendekatan pre test – post test kontrol group design. Pengukuran dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Tahap pengolahan data penelitian meliputi tahap editing, coding, scoring dan tabulating. Analisis univariate digunakan untuk menganalisis variabel karakteristik responden dan untuk mendeskripsikan intensitas nyeri yang dialami masing-masing kelompok. Analisis bivariate digunakan untuk melihat pengaruh dari variable menggunakan uji statistik uji beda

Berdasarkan analisis bivariate menggunakan uji statistic uji beda pada kelompok kontrol (pretest – postest) didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,020. Sedangkan pada kelompok eksperimen (pretest – posttest) didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,003. Dari hal ini nampak bahwa terapi handtapping efektif untuk digunakan dalam mengatasi kecemasan persalinan

Kecemasan yang terjadi pada saat persalinan secara tidak langsung akan mengakibatkan munculnya resiko persalinan seperti persalinan lama dan pada akhirnya memicu terjadinya perdarahan dan hal negatif lainnya. Diperlukan pemahaman oleh tenaga kesehatan terutama bidan untuk mulai belajar terapi nonfarmakologis sebagai pendamping terapi farmakologis. Bidan sebagai penolong persalinan dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Penggunaan metode handtapping dalam proses persalinan dapat mulai untuk dikembangkan sebagai metode nonfarmakologis pada saat membantu ibu dalam persalinan terutama untuk menurunkan kecemasan yang dialami ibu pada saat persalinan

(2)

Halaman | 84 PENDAHULUAN

Kehamilan pertama bagi seorang ibu (primigravida) merupakan salah satu periode krisis dalam kehidupannya. Krisis adalah ketidakseimbangan psikologis, saat terjadinya gangguan, serta adanya perubahan identitas dan peran yang dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa panjang saat menanti kelahiran, dan bayangan tentang hal-hal yang menakutkan saat proses persalinan walaupun belum tentu terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis (Sulistyorini, 2007). Primigravida yang merupakan ibu yang hamil pertama kali cenderung mengalami kecemasan saat persalinan. Kecemasan yang dialami merupakan hal yang wajar karena persalinan merupakan hal yang baru bagi seorang primigravida. Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2007). Setiap persalinan yang terjadi beresiko mengalami komplikasi persalinan yang berdampak pada terjadinya kematian ibu. Pada kala II persalinan merupakan proses pengeluaran janin dan ibu akan mengalami kontraksi yang sangat kuat. Kontraksi yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Nyeri biasanya menimbulkan ketakutan dan kecemasan yang dapat meningkatkan kerja saraf simpatis yang mana hal tersebut merangsang reseptor α dan β. Rangsangan tersebut akan mengakibatkan oksigenasi janin berkurang dan penurunan oksigenasi dapat memperlambat proses persalinan. Proses persalinan yang lama akan berakibat kepada ibu dan janin yang dikandung.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Upaya strategis yang dilakukan dalam upaya menekan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah dengan pendekatan safe motherhood, dengan menganggap bahwa setiap kehamilan mengandung risiko, walaupun kondisi kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan dalam keadaan baik. Peningkatan pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif adalah upaya yang dilakukan

untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (Kemenkes, 2014).

Persalinan normal merupakan suatu peristiwa yang menegangkan bagi kebanyakan wanita. Seorang ibu yang menghadapi persalinan cenderung merasa takut terutama pada primigravida. Ketika ketakutan itu dialami maka secara otomatis otak mengatur dan mempersiapkan tubuh untuk merasa sakit sehingga sakit saat persalinan akan lebih terasa. Wall dan Malzack meyakini bahwa nyeri harus diringankan dengan efektif karena bila nyeri disertai reaksi stress memliki efek berbahaya bagi ibu dan janin (dikutip dalam Wahyuningsih, 2014). Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Nyeri persalinan merupakan perasaan tidak menyenangkan yang terjadi selama proses persalinan. Secara fisiologi nyeri persalinan mulai timbul pada persalinan kala I fase laten dan fase aktif. Pada fase aktif terjadi pembukaan mulai 3-10 cm. Nyeri disebabkan karena kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Makin lama nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat. Puncak nyeri terjadi pada fase aktif dimana pembukaan lengkap sampai 10 cm. Intensitas nyeri selama persalinan mempengaruhi kondisi psikologis ibu, proses persalinan dan janin (Potter dan Perry, 2005). Nyeri yang tidak teratasi dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi karena nyeri menyebabkan pernafasan dan denyut jantung ibu akan meningkat yang menyebabkan aliran darah dan oksigen ke plasenta terganggu. Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan pada kala I fase aktif sangat penting karena hal ini sebagai penentu apakah ibu dapat menjalani persalinan normal atau diakhiri dengan suatu tindakan karena penyulit yang diakibatkan nyeri yang sangat hebat.

Seiring dengan kemajuan ilmu kebidanan dan teknologi, dewasa ini sudah dikembangkan terapi farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri persalinan yang terjadi. Beberapa bentuk konkrit yang sudah dikembangkan adalah persalinan dengan cara cesarea dan waterbirth. Kedua jenis persalinan tersebut menjadi ibu bersalin cenderung tidak mengalami nyeri yang hebat dalam persalinan yang terjadi. Namun dampak perkembangan tersebut terjadinya lonjakan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan persalinan. Pendekatan nonfarmakologis merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada

(3)

Halaman | 85 setiap terapi farmakologis. Termasuk ke

dalam penanganan nonfarmakologis adalah dengan memberikan terapi komplementer pada pasien (Smeltzer, 2001). Terapi komplementer adalah terapi pengobatan tradisional yang telah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi konvensional atau terapi medis. Pelaksanaannya dapat dilakukan bersamaan dengan terapi medis (Moyad & Hawk, 2009). Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan nyeri selama persalinan adalah dengan memberikan terapi Hand Tapping pada ibu bersalin. Hand Tapping merupakan bagian dari terapi nonfarmakologis SEFT (Spiritual Emotion Freedom Technique). Terapi SEFT dapat digunakan sebagai salah satu tehnik terapi untuk mengatasi masalah emosional dan fisik yaitu dengan melakukan totok ringan (tapping) pada titik syaraf (meridian tubuh) (Zainuddin, 2009)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pemberian terapi handtapping terhadap kecemasan primigravida dalam menghadapi persalinan TINJAUAN TEORI

1. Definisi

Handtapping merupakan bagian dari proses tindakan yang digunakan dalam terapi nonfarmakologis Spiritual Emotion Freedom Technique. Metode SEFT merupakan hasil pengembangan dan penyempurnaan dari beberapa metode terapi sebelumnya. Tekhnik ini berdasarkan prinsip-prinsip yang sama dengan akupunktur, akupresur, applied kinesiology, Tought Fields Therapy (TFT) dan Emotional Freedom Technique (EFT). SEFT merupakan teknik penggabungan dari sistem energi tubuh (energy medicine) dan terapi spiritual dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh. SEFT bekerja dengan prinsip yang kurang lebih sama dengan akupunktur dan akupresur. Ketiganya berusaha merangsang titik-titik kunci pada sepanjang 12 jalur energi (energy meridian) tubuh. Bedanya dibandingkan metode akupunktur dan akupresur adalah teknik SEFT menggunakan unsur spiritual, cara yang digunakan lebih aman, lebih mudah, lebih cepat dan lebih sederhana, karena SEFT hanya menggunakan ketukan ringan (tapping) (Zainuddin, 2009).

2. Perkembangan Handtapping

Di Indonesia, Ahmad Faiz Zainuddin mengembangkan apa yang dinamainya dengan Spiritual–EFT (selanjutnya disebut SEFT) sejak tanggal 17 Desember 2005. Ia belajar langsung EFT dari Steve Wells dan Gary Craig. SEFT merupakan pengembangan dari EFT, yang menggabungkan antara spiritualitas (melalui doa, keikhlasan dan kepasrahan) dan energy psychology untuk mengatasi berbagai macam masalah fisik, emosi serta untuk meningkatkan performa kerja. Latar belakang masyarakat Indonesia yang agamis, sudah menjadi sesuatu yang “taken for granted” bahwa doa sangat penting untuk penyembuhan, bahkan untuk pemecahan segala masalah hidup. Hal ini didukung oleh penelitian Larry Dossey, MD, seorang dokter ahli penyakit dalam yang melakukan penelitian ekstensif tentang efek do’a terhadap kesembuhan pasien. Hasil penelitiannya menunjukkan doa dan spiritualitas memiliki kekuatan yang sama besar dengan pengobatan dan pembedahan (Zainuddin, 2009).

3. Pelaksanaan Handtapping

SEFT memandang jika aliran energi tubuh terganggu karena dipicu kenangan masa lalu atau trauma yang tersimpan dalam alam bawah sadar, maka emosi seseorang akan menjadi kacau. Mulai dari yang ringan, seperti bad mood, malas, tidak termotivasi melakukan sesuatu, hingga yang berat, seperti PSTD, depresi, phobia, kecemasan berlebihan dan stres emosional berkepanjangan. Sebenarnya semua ini penyebabnya sederhana, yakni terganggunya system energi tubuh. Karena itu solusinya juga sederhana, menetralisir kembali gangguan energi itu dengan SEFT. Aliran energi yang tersumbat di beberapa titik kunci tubuh harus dibebaskan, hingga mengalir lagi dengan lancar. Cara membebaskannya adalah dengan mengetuk ringan menggunakan dua ujung jari (tapping) di bagian tubuh tertentu. Berikut ini adalah uraian tentang bagaimana melakukan SEFT untuk membebaskan aliaran energi di tubuh, yang dengannya akan membebaskan emosi dari berbagai kondisi negatif (Zainuddin, 2009).

Handtapping dalam pelaksanaanya tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan SEFT. Hal ini dikarenakan handtapping merupakan bagian dari terapi SEFT. Untuk

(4)

Halaman | 86 melakukan handtapping, terapis hanya

perlu untuk melakukan ketukan pada bagian tangan ibu bersalin. Pada bagian tangan ada 9 titik tapping yang terdiri dari titik IH (Inside of Hand) yaitu titik yang letaknya di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan; titik OH (Outside of Hand) yaitu titik yang letaknya di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan; titik Th (Thumb) yaitu titik yang letaknya pada ibu jari di samping luar bagian bawah kuku; titikIF (Indeks Finger) yaitu titik yang letaknya pada jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari); titik MF (Middle Finger) yaitu titik yang letaknya pada jari tengah di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari); titik RF (Ring Finger) yaitu titik yang letaknya pada jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari); titik BF (Baby

Finger) yaitu titik yang letaknya pada jari

kelingking di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari); titik KC (Karate Chop) yaitu titik yang letaknya di samping telapak tangan, bagian yang digunakan untuk mematahkan balok pada olahraga karate dan titik GS (Gamut

Spot) yaitu titik yang letaknya di bagian

antara perpanjangan tulang jari manis dan tulang jari kelingking (Zainuddin, 2009).

Khusus untuk Gamut Spot, sambil men-tapping titik tersebut, kita melakukan The 9 Gamut Procedure. Ini adalah 9 gerakan untuk merangsang otak. Tiap gerakan dimaksudkan untuk merangsang bagian otak tertentu. Sembilan gerakan itu dilakukan sambil tapping pada salah satu titik energi tubuh yang dinamakan “Gamut Spot”. Sembilan gerakan itu adalah menutup mata, membuka mata, mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah, mata digerakkan dengan kuat ke kiri bawah, memutar bola mata searah jarum jam, memutar bola mata berlawanan arah jarum jam, bergumam dengan berirama selama 3 detik, menghitung 1, 2, 3, 4, 5 kemudian diakhiri dengan bergumam lagi selama 3 detik. The 9 Gamut Procedure ini dalam teknik psikoterapi kontemporer disebut dengan teknik EMDR (Eye

Movement Desensitization Repatterning).

Setelah menyelesaikan The 9 Gamut Procedure, langkah terakhir adalah mengulang lagi tapping dari titik pertama hingga ke-17 (berakhir di karate chop).

Dan diakhiri dengan mengambil napas panjang dan menghembuskannya, sambil mengucap rasa syukur (Zainuddin, 2009). METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan pendekatan pre test – post test kontrol group design. Pengukuran dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Lokasi penelitian ini akan dilakukan di 3 BPM yang ada di wilayah Desa Talunblandong Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang memenuhi kriteria penelitian yaitu :

1. Primigravida yang menjalani proses persalinan di 3 BPM yang ada di wilayah Desa Talunblandong Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto 2. Primigravida yang tidak mengalami

komplikasi persalinan sehingga harus dilakukan rujukan

3. Primigravida yang dpat berkomunikasi dengan baik dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah Pemberian terapi nonfarmakologis handtapping pada saat persalinan terjadi dan Kecemasan yang dialami primigravida saat persalinan terjadi. Sampel data diambil dari 2 kelompok responden yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Tingkat kecemasan yang dialami primigravida diukur menggunakan Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikutip Nursalam (2003). Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) ini terdiri dari 14 kelompok gejala, masing-masing kelompok diberi bobot skor 0-4 yang artinya : dengan Nilai 0 = (tidak ada gejala sama sekali); Nilai 1 = Gejala Ringan (memiliki satu dari gejala yang ada); Nilai 2 = Gejala Sedang (memiliki ½ dari gejala yang ada); Nilai 3 = Gejala Berat (memiliki lebih dari ½ gejala yang ada) dan Nilai 4 = Gejala Berat Sekali (semua gejala ada). Masing-masing nilai (score) dari 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu : dengan perincian bila nilai < 14 berarti Tidak ada kecemasan; nilai 14-20 berarti Kecemasan Ringan; nilai 21-27 berarti Kecemasan Sedang; 28-41 berarti

(5)

Halaman | 87 Kecemasan Berat dan nilai 42-56 berarti

Kecemasan Berat Sekali.

Tahap pengolahan data penelitian meliputi tahap editing, coding, scoring dan

tabulating. Analisis univariate digunakan untuk

menganalisis variabel karakteristik responden dan untuk mendeskripsikan intensitas nyeri

yang dialami masing-masing kelompok. Data dianalisis untuk mengetahui skor maksimal, skor minimal, rata-rata dan standar deviasi. Analisis bivariate diguanakan untuk melihat pengaruh dari variable menggunakan uji statistik uji beda

HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik responden penelitian Karakteristik Kelompok Kontrol N % Karakteristik Kelompok Eksperimen n % Usia : < 20 tahun 20-25 tahun 26-30 tahun 3 5 1 33,3 55,6 11,1 Usia : < 20 tahun 20-25 tahun 26-30 tahun 3 6 0 33,3 66,7 0,0 Pekerjaan : Bekerja Tidak bekerja 3 6 33,3 66,7 Pekerjaan : Bekerja Tidak bekerja 4 5 44,4 55,6 Pendidikan : SD / sederajat SMP / sederajat SMA / sederajat Diploma / PT 0 2 7 0 0,0 22,2 77,8 0,0 Pendidikan : SD / sederajat SMP / sederajat SMA / sederajat Diploma / PT 0 1 7 1 0,0 11,1 77,8 11,1 Pendamping persalinan Suami Ibu Saudara perempuan tidak ada pendamping

5 2 2 0 55,6 22,2 22,2 0,0 Pendamping persalinan Suami Ibu Saudara perempuan tidak ada pendamping

6 3 0 0 66,7 33,3 0,0 0,0 Sumber : Data Primer, 2016

Dari karakteristik reponden pada kelompok kontrol, sebagian besar responden berusia 20-25 tahun yaitu sebanyak 5 responden (55,6%), sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 6 responden (66,7%), sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan SMA / sederajat yaitu sebanyak 7 responden (77,8%) dan untuk pendamping persalinan pada kelompok kontrol sebagian besar didampingi suami saat persalinan yaitu sebanyak 5 responden (55,6%). Pada kelompok eksperimen, sebagian besar responden berusia 20-25 tahun yaitu sebanyak 6 responden (66,7%), sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 5 responden (55,6%), sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan SMA / sederajat yaitu sebanyak 7 responden (77,8%) dan untuk pendamping persalinan pada kelompok eksperimen sebagian besar didampingi suami saat persalinan yaitu sebanyak 6 responden (66,7%).

2. Kecemasan primigravida dalam menghadapi persalinan

Tabel 2. Kecemasan responden dalam menghadapi persalinan Karakteristik Kelompok Kontrol N % Karakteristik Kelompok Eksperimen n % Kecemasan (pretest) : Tidak ada kecemasan Kecemasan ringan Kecemasan sedang Kecemasan berat Kecemasan berat sekali

0 0 0 6 3 0,0 0,0 0,0 66,7 33,3 Kecemasan (pretest) : Tidak ada kecemasan Kecemasan ringan Kecemasan sedang Kecemasan berat Kecemasan berat sekali

0 0 0 6 3 0,0 0,0 0,0 66,7 33,3 Kecemasan (postest) :

Tidak ada kecemasan Kecemasan ringan Kecemasan sedang 0 0 0 0,0 0,0 0,0 Kecemasan (postest) : Tidak ada kecemasan Kecemasan ringan Kecemasan sedang 0 0 3 0,0 0,0 33,3

(6)

Halaman | 88 Kecemasan berat

Kecemasan berat sekali

9 0

100 0,0

Kecemasan berat Kecemasan berat sekali

6 0

66,7 0,0 Sumber : Data Primer, 2016

Dari hasil penelitian yang dilakukan, untuk kelompok kontrol dari hasil pretest sebagian besar mengalami kecemasan berat yaitu sebanyak 6 responden (66,7%). Kemudian setelah persalinan masuk kala 1 fase aktif dilakukan pengukuran kembali dan didapatkan seluruh responden mengalami kecemasan berat yaitu sebanyak 9 responden (100%). Dari data tersebut nampak adanya perubahan sebanyak 3 responden (33,3%) yang semula mengalami kecemasan berat sekali turun menjadi kecemasan berat. Pada kelompok eksperimen dari hasil pretest sebagian besar mengalami kecemasan berat yaitu sebanyak 6 responden (66,7%). Setelah persalinan yang dialami masuk kedalam kala 1 fase aktif, responden diberikan terapi handtapping secara menyeluruh dan terakhir berfokus pada area tangan. Kemudian setelah diberikan terapi handtapping kecemasan responden diukur kembali. Dari hasil postest sebagian besar mengalami kecemasan berat yaitu sebanyak 6 responden (66,7%), dan sebagian kecil responden mengalami sedang yaitu sebanyak 3 responden (33,3%).

3. Efektifitas pemberian terapi handtapping terhadap kecemasan primigravida dalam menghadapi persalinan

Tabel 3. Analisis data penelitian

Kelompok Kontrol (pretest - postest) Kelompok Eksperimen (pretest - postest) Mean Std Deviation Std Error Mean Min Max t df Sig (2 tailed) 3,000 3,122 1,040 0,599 5,400 2,882 8 0,020 7,888 5,754 1,918 3,465 12,311 4,113 8 0,003

Berdasarkan analisis bivariate menggunakan uji statistic uji beda pada kelompok kontrol (pretest – postest) didapatkan score maximal 5,400, score minimal 0,599, mean 3,000, standart deviasi 3,122 dengan nilai signifikansi 0,020. Sedangkan pada kelompok eksperimen (pretest – posttest) didapatkan score maksimal 12,311 score minimal 3,465 mean 7,888 standart deviasi 5,754 dengan nilai signifikansi 0,003. Dari hal ini nampak bahwa terapi handtapping efektif untuk digunakan dalam mengatasi kecemasan persalinan. PEMBAHASAN

1. Kecemasan primigravida dalam menghadapi persalinan

Dari hasil pretest yang dilakukan, untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen didapatkan data yang sama, sebanyak 6 responden (66,7%) mengalami kecemasan berat dan sebanyak 3 responden (33,3%) mengalami kecemasan berat sekali.

Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis (Tomb, 2000). Stuart (2001) mengatakan kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif. Cemas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian

intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Cemas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Menurut Wignyosoebroto, 1981 dikutip oleh Purba, dkk. (2009), takut mempunyai sumber penyebab yang spesifik atau objektif yang dapat diidentifikasi secara nyata, sedangkan cemas sumber penyebabnya tidak dapat ditunjuk secara nyata dan jelas.

Cemas merupakan suatu keadaan yang wajar, karena seseorang pasti menginginkan segala sesuatu dalam kehidupannya dapat berjalan dengan lancar dan terhindar dari segala marabahaya atau kegagalan serta sesuai dengan harapannya. Banyak hal yang harus dicemaskan, salah satunya adalah kesehatan, yaitu pada menghadapi

(7)

Halaman | 89 persalinan. Ibu hamil yang akan menjalani

persalinan pertama kali (primigravida) cenderung mengalami kecemasan. Kecemasan yang dialami seorang primigravida adalah suatu hal yang normal untuk dapat terjadi, bahkan adaptif untuk sedikit cemas mengenai aspek-aspek persalinan tersebut. Kecemasan merupakan suatu respons yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan dapat menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman. Primigravida yang mengalami cemas berlebihan secara tidak langsung akan berpengaruh kepada kondisi fisik dan psikologis yang dimiliki. Persalinan itu sendiri terbagi menjadi 4 kala. Kala satu persalinan merupakan kondisi dimana seorang ibu bersalin dapat mengalami kecemasan yang berlebihan. Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada primipara kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam (Varney, 2007). Terdapat 2 fase pada kala satu, yaitu : 1) Fase laten yang merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ketitik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan tiga sampai empat sentimeter atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali. 2) Fase aktif yang merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya dimulai dari 3-4 cm hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala dua persalinan. Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain : Fase akselerasi (yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm), Fase dilatasi (dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm), dan Fase deselerasi (pembukaan menjadi lamban kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap) (Prawirohardjo, 2005).

Seorang ibu yang menghadapi persalinan pertama kali akan mengalami kecemasan. Tingkat kecemasan

masing-masing primigravida dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, dukungan suami dan faktor-faktor lain yang menjadi pemicu untuk terjadinya kecemasan Wanita hamil yang siap secara fisik dan mental akan menjalani proses kehamilan hingga proses persalinan dengan lancar. Permasalahannya tidak semua wanita siap secara fisik dan mental. Menjelang persalinan, banyak hal mengkhawatirkan muncul dalam pikiran ibu. Takut bayi cacat, takut harus operasi, takut persalinannya lama, dan sebagainya. Terlebih bila sebelumnya ada teman atau kerabat yang menceritakan pengalaman bersalin mereka, lengkap dengan komentar yang menyeramkan. Puncak kekhawatiran muncul bersamaan dengan dimulainya tanda-tanda akan melahirkan. Kontraksi yang lama-kelamaan meningkat menambah beban ibu, sehingga kekhawatiran pun bertambah. Pada kondisi inilah perasaan khawatir, bila tidak ditangani dengan baik, bisa merusak konsentrasi ibu sehingga persalinan yang diperkirakan lancar, berantakan akibat ibu panik. Kecemasan yang terjadi yang tidak bisa dikendalikan dan tidak segera ditindak lanjuti akan berdampak pada proses persalinan tersebut.

2. Efektifitas pemberian terapi handtapping terhadap kecemasan primigravida dalam menghadapi persalinan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, untuk kelompok kontrol dari hasil pretest sebagian besar mengalami kecemasan berat yaitu sebanyak 6 responden (66,7%). Kemudian setelah persalinan masuk kala 1 fase aktif dilakukan pengukuran kembali dan didapatkan seluruh responden mengalami kecemasan berat yaitu sebanyak 9 responden (100%). Dari data tersebut nampak adanya perubahan sebanyak 3 responden (33,3%) yang semula mengalami kecemasan berat sekali turun menjadi kecemasan berat. Pada kelompok eksperimen dari hasil pretest sebagian besar mengalami kecemasan berat yaitu sebanyak 6 responden (66,7%). Setelah persalinan yang dialami masuk kedalam kala 1 fase aktif, responden diberikan terapi handtapping secara menyeluruh dan terakhir berfokus pada area tangan. Kemudian setelah diberikan terapi handtapping kecemasan responden diukur kembali. Dari hasil postest sebagian

(8)

Halaman | 90 besar mengalami kecemasan berat yaitu

sebanyak 6 responden (66,7%), dan sebagian kecil responden mengalami sedang yaitu sebanyak 3 responden (33,3%). Dari hal ini nampak bahwa terapi handtapping efektif untuk digunakan dalam mengatasi kecemasan persalinan. Berdasarkan analisis bivariate menggunakan uji statistic uji beda pada kelompok kontrol (pretest – postest) didapatkan score maximal 5,400, score minimal 0,599, mean 3,000, standart deviasi 3,122 dengan nilai signifikansi 0,020. Sedangkan pada kelompok eksperimen (pretest – posttest) didapatkan score maksimal 12,311 score minimal 3,465 mean 7,888 standart deviasi 5,754 dengan nilai signifikansi 0,003.

Handtapping merupakan bagian dari proses tindakan yang digunakan dalam terapi nonfarmakologis Spiritual Emotion Freedom Technique. Metode SEFT merupakan hasil pengembangan dan penyempurnaan dari beberapa metode terapi sebelumnya. Tekhnik ini berdasarkan prinsip-prinsip yang sama dengan akupunktur, akupresur, applied kinesiology, Tought Fields Therapy (TFT) dan Emotional Freedom Technique (EFT). SEFT merupakan teknik penggabungan dari sistem energi tubuh (energy medicine) dan terapi spiritual dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh. SEFT bekerja dengan prinsip yang kurang lebih sama dengan akupunktur dan akupresur. Ketiganya berusaha merangsang titik-titik kunci pada sepanjang 12 jalur energi (energy meridian) tubuh. Bedanya dibandingkan metode akupunktur dan akupresur adalah teknik SEFT menggunakan unsur spiritual, cara yang digunakan lebih aman, lebih mudah, lebih cepat dan lebih sederhana, karena SEFT hanya menggunakan ketukan ringan (tapping) (Zainuddin, 2009).

SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) merupakan pengembangan dari metode EFT (Emotional Freedom Technique). Prinsip sederhana yang digunakan dalam metode SEFT adalah penggabungan antara terapi fisik dan terapi psikologis. Gejala kecemasan yang timbul akibat persalinan merupakan manifestasi tubuh akibat munculnya rasa nyeri akibat konstraksi yang terjadi selama persalinan. Perasaan nyeri tersebut tidak dapat dihilangkan sepenuhnya karena rasa nyeri

tersebut disebabkan oleh proses dilatasi dan pembukaan sekvik untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Selain itu kekhawatiran yang muncul saat persalinan seperti takut jika anak yang dilahirkan meninggal atau cacat, takut jika setelah persalinan ibu akan mengalami perdarahan dan akhirnya meninggal dunia, takut jika biaya persalinan yang harus dibayarkan kepada penolong persalinan dan berbagai hal lainnya juga memiliki dampak terjadinya kecemasan pada setiap persalinan. SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) yang diberikan kepada ibu bersalin terbukti efektif untuk menurunkan kecemasan yang dialami.

Kinerja SEFT terbagi menjadi 3 yaitu the set-up, the tune-in dan the tapping. Pada tahap the set-up, dilakukan untuk memastikan aliran energi pada ibu bersalin terarah dengan tepat. Hal ini bertujuan untuk menetralisir psychological reversal (biasanya pikiran negatif spontan atau keyakinan bawah sadar yang negatif) yang muncul pada ibu bersalin. Cara yang dilakukan adalah dengan menekan titik Sore Spot (titik nyeri yang ada di sekitar dada atas yang jika ditekan terasa sakit), kemudian meminta ibu bersalin memejamkan mata dan kemudian membayangkan semua hal-hal negatif yang pernah dilakukan, membayangkan semua hal-hal positif yang mampu dilakukan dan yang terakhir adalah mengucapkan kalimat bahwa saya bisa melewati persalinan ini dengan baik, saya bisa menjalani persalinan ini dengan normal dan tidak ada yang perlu ditakutkan serta saya mampu untuk membuktikan pada semua orang jika saya mampu bersalin dengan normal. Seorang ibu hamil yang telah mampu membayangkan semua kemampuan dan kelemahannya cenderung akan mampu memfokuskan energi yang dimiliki untuk mengatasi nyeri dan cemas akibat persalinan yang dialami. Selanjutnya dilanjutkan kepada tahap the tune-in.

Pada tahap tune-in ibu bersalin diajak untuk berserah diri kepada sang pencipta. Dalam tahapan ini ibu bersalin dibimbing untuk dapat berserah diri kepada Tuhan atas persalinan yang dialami dan pada akhirnya ibu bersalin akan pasrah kepada Tuhan atas kondisi yang dialami. Pada tahapan tune-in ibu bersalin diminta untuk merasakan rasa sakit yang dialami, lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit

(9)

Halaman | 91 (nyeri) yang dialami dan meminta ibu

bersalin mengucapkan “Ya Allah saya ikhlas, saya pasrah, saya menyerahkan kepada-Mu atas persalinan yang akan saya alami”. Kalimat tersebut digunakan pada ibu hamil dengan agama Islam, sedangkan pada ibu hamil yang beragama nasrani kalimat yang digunakan adalah “Ya Tuhan Yesus, aku datang padamu, aku datang dengan semua letih, lesu dan beban berat, Ya Tuhan Yesus berikanlah aku kelegaan, akan aku pikul kuk yang engkau pasang, aku akan belajar padamu, karena aku tahu bahwa engkau lemah lembut dan rendah hati, dan engkau mampu menjadikan jiwaku mendapatkan ketenangan, aku yakin bahwa dalam menghadapi persalinan ini engkau akan memelukku dengan tanganmu, rangkullah aku Tuhan, lindungilah aku Tuhan, bantulah aku untuk melewati persalinan ini”. Selanjutnya ibu bersalin diajak untuk menerima semua rasa cemas, semua rasa takut dengan kalimat “Ya Tuhan, aku pasrahkan semua ketakutan yang aku alami kepada-Mu, aku serahkan semuanya dihadapan-Mu”. Dalam tahapan ini fokus yang dilakukan adalah untuk menetralisir emosi negatif yang muncul ataupun rasa nyeri akibat persalinan yang dialami.

Tahap terakhir dari terapi ini adalah the tapping. Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh ibu bersalin sambil terus melakukan the tune-in. Titik yang ditekan merupakan titik kunci dari “The Major Energy Meridians” yang jika diberikan ketukan beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa nyeri yang dirasakan oleh ibu bersalin. Pada tahap terakhir dilakukan ketukan yang berfokus pada titik karate chop. Pemberian ketukan pada titik karate chop secara continue menjadikan kecemasan yang dialami ibu bersalin mengalami penurunan. Hal ini secara tidak langsung menjadikan energi tubuh berjalan normal dan seimbang kembali. Energi tubuh yang berjalan normal secara tidak langsung akan menurunkan kecemasan yang dialami oleh ibu bersalin.

Kecemasan yang terjadi pada saat persalinan secara tidak langsung akan mengakibatkan munculnya resiko persalinan seperti persalinan lama dan pada akhirnya memicu terjadinya perdarahan dan hal negatif lainnya.

Diperlukan pemahaman oleh tenaga kesehatan terutama bidan untuk mulai belajar terapi nonfarmakologis sebagai pendamping terapi farmakologis. Bidan sebagai penolong persalinan dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Penggunaan metode handtapping dalam proses persalinan dapat mulai untuk dikembangkan sebagai metode nonfarmakologis pada saat membantu ibu dalam persalinan terutama untuk menurunkan kecemasan yang dialami ibu pada saat persalinan.

KESIMPULAN

1. Kecemasan primigravida dalam menghadapi persalinan, dari hasil pretest yang dilakukan, untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen didapatkan data yang sama, sebanyak 6 responden (66,7%) mengalami kecemasan berat dan sebanyak 3 responden (33,3%) mengalami kecemasan berat sekali.

2. Berdasarkan analisis bivariate menggunakan uji statistic uji beda pada kelompok kontrol (pretest – postest) didapatkan score maximal 5,400, score minimal 0,599, mean 3,000, standart deviasi 3,122 dengan nilai signifikansi 0,020. Sedangkan pada kelompok eksperimen (pretest – posttest) didapatkan score maksimal 12,311 score minimal 3,465 mean 7,888 standart deviasi 5,754 dengan nilai signifikansi 0,003. Dari hal ini nampak bahwa terapi handtapping efektif untuk digunakan dalam mengatasi kecemasan persalinan

SARAN

1. Bagi ibu hamil

Ibu hamil terutama primigravida hendaknya aktif dalam mendapatkan informasi mengenai persalinan melalui melakukan kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan atau BPM baik pada saat antenatal care maupun kunjungan biasa agar ibu hamil mendapatkan informasi sejelas mungkin mengenai persalinan 2. Bagi bidan

Bidan sebagai tenaga kesehatan

terdidik, hendaknya mulai

mengembangkan kemampuan yang dimiliki terutama dalam penggunaan terapi nonfarmakologi sebagai pendamping terapi farmakologi guna memberikan pelayanan kebidanan yang terbaik bagi ibu hamil

(10)

Halaman | 92 DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. (2002). Nursing Care Plan Dokumentation Nursing Diagnosis and Colaboratif Problem. Edisi 2 Alih Bahasa Monika Ester Skp, Dkk, Jakarta ; Penerbit Buku Kedokteran EGC

Depkes RI. (2002). Asuhan Persalinan Normal. JHPIEGO. Jakarta

Kemenkes RI. (2014). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta ; Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Mochtar, Rustam. (2002). Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Moyad, M. d. (2009). Complementary and alternative therapies, dalam Black, J.M., & Hawks, J.H. Medical-Surgical Nursing; Clinical Managemen for Positive Outcomes, (8 th edition) . Elsevier Saunders.

Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Prawirohardjo, Sarwono. (2005). Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Purba, J. M., dkk. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan : Universitas Sumatera Utara Press

Saifuddin, Abdul. (2007). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Smeltzer, S. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.

Volume 2 Edisi 8. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Stuart, G. W. (2001). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi Ketiga). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sulistyorini, Eka dan Sri Yuni Tursilowati. (2007). Pengaruh Peran Suami terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil dalam Menghadapi Proses Persalinan di Desa Jepat Lor Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. Yogyakarta : Jurnal Kesehatan Surya Medika. (sitasi 2 April 2015)

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Team, R. (2012). Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Trimester III dengan Kecemasan dalam Menghadapi Persalinan di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit X Jakarta. Majalah Keperawatan Unpad, 12(1).

Tomb, D. A. (2000). Buku Saku Psikiatri (Edisi Keenam). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta ; Penerbit Buku Kedokteran EGC

Wahyuningsih, Marni. (2014). Efektifitas Aromaterapi Lavender (Lavandula Angustifolia) dan Massage Effleurage Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Primigravida Di BPS Utami dan Ruang Ponek RSUD Karanganyar. Surakarta ; Program Studi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada (sitasi 2 April 2015)

Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan, Edisi 3, Jakarta : Salemba Medika

Wiknjosastro, Hanifa. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Zainuddin, AF. (2009). Spiritual Emotional Freedom Technique. Jakarta ; Afzan Publising

Gambar

Tabel 1. Karakteristik responden penelitian  Karakteristik  Kelompok Kontrol  N  %  Karakteristik  Kelompok Eksperimen  n  %  Usia :  &lt; 20 tahun  20-25 tahun  26-30 tahun  3 5 1  33,3 55,6 11,1  Usia :  &lt; 20 tahun  20-25 tahun 26-30 tahun  3 6 0  33,
Tabel 3.  Analisis data penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Miturut dhata (50) lan (51) nduweni teges kondhektur ngongkon kernet kanggo menehi weruh marang penumpang supaya mundur amaraga ing mburi akeh bangku kang

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat, petunjuk dan kemudahan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi yang berjudul ” Validasi Metode dan Penetapan Kadar

Walau apa pun yang tersebut di atas, PERBADANAN boleh menurut budi bicara mutlaknya tanpa memberi sebarang pemberitahuan notis bertulis kepada PENERIMA BIAYA

Dampak kerusakan lingkungan hidup pada bagian politik adalah bahan sumber daya alam Indonesia seperti kayu, hutan mangrove, dll yang di eksploitasi sebanyak-banyaknya

[r]

pada metode Newton khusunya algoritma Rank One dan algoritma DFP ( Davidson, Fletcher and Powell ) tidak praktis dan dilakukan pada setiap langkah untuk menghindari

Dari dua penelitian sebelumnya mendapat hasil yang sama dengan penelitian analisis akuntansi atas penerimaan dan pengeluaran kas pada Biro Umum Sekretariat Daerah

³,¶P VRUU\ 0\ KRPHZRUN LV OHIW DW KRPH´. Tetapi secara gramatikal mempunya bentuk yang berbeda : what sebagai question word, sedangkan leftsebagai verb. Oleh karena itu,