• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRAUMA TORAKS DI SUSUN OLEH : FRIADI NATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRAUMA TORAKS DI SUSUN OLEH : FRIADI NATA"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

T

RAUMA

T

ORAKS

DI SUSUN OLEH : FRIADI NATA

Pembimbing :

(2)

abnormalitas rangka dada yang disebabkan

oleh benturan pada dinding dada yang

mengenai tulang rangka dada, pleura

paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik

oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat

menyebabkan gangguan sistem pernapasan

suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik

tumpul maupun tajam pada dada atau dinding

thorax, yang menyebabkan abnormalitas

(3)

A

PA YANG HARUS DILAKUKAN

1. AIRWAY

Trauma pada jalan nafas harus dikenali dan

diketahui selama fase Primary Survey dengan :

 Mendengarkan gerakan udara pada hidung, mulut

dan daerah dada

 meneliti daerah orofaring karena sumbatan oleh

benda asing

 mengawasi retraksi otot-otot interkostal dan

(4)
(5)

L

ANJUTAN

Ada trauma pada jalan nafas, ditandai dengan :

 Stridor (Sumbatan jalan nafas atas)

 Perubahan kualitas suara (Bila pasien masih bisa

bicara)

 Terabanya defek pada regio sendi sternoklavikular (

(6)

Penanganan jalan nafas :

 Bersihkan jalan nafas bagian atas

 Lakukan pemeliharaan jalan nafas dengan

manuver jaw-trust atau chin-lift , dimana posisi cervical spine pada posisi alami pada satu garis.

 Yang terbaik menstabilkan jalan nafas dengan

(7)

2. BREATHING

Penilaian kualitas pernafasan dengan cara :

 Inspeksi : Ada luka, Perhatikan keseragaman gerak

kedua sisi dada saat akhir inspirasi atau ekspirasi

 Palpasi : Ada kripitasi, Nyeri tekan

 Perkusi : Bunyi sonor, hipersonor, pekak, timpani  Auscultasi : bising nafas, bising abnormal

(8)
(9)
(10)
(11)

Tanda gangguan pernafasan :

 Pernafasan : < 12 atau > 20 kali/menit : berikan

oksigen

 Pernafasan : < 10 atau > 30 kali /menit : Bantu

pernafasan bila perlu 3. CIRCULATION

Denyut nadi harus dinilai :

 Kualitas  Frekuensi

 Regular/iregular

 Denyut nadi radialis dan arteri dorsalis pedis tidak

(12)

 Lakukan inspeksi dan palpasi :

 Tekanan darah

 Tekanan nadi

 Sirkulasi perifer, warna dan temperatur

 Pasang monitor jantung : Disritmia ? – Trauma Miocard

(13)

P

EMERIKSAAN FISIK

inspeksi:

 Gerakan dinding dada tidak simetris, tampak gerakan otot bantu pernafasan

 Adanya perdarahan, perubahan bentuk dada, edema/bengkak, jejas dll

 Adanya luka terbuka, tusukan dll.  Sianosis, pucat, tanda2 syok

Auskultasi:

 Ronki basal, whessing, edema paru, krakles, suara isapan

 penurunan atau suatu napas tension pneumothoraks

(14)

L

ANJUTAN

 Palpasi:

 Nyeri tekan, bunyi kripitasi (subkutis), tambah nyeri

saat gerak, deviasi traken (pergeseran mediastinal) Perkusi:

(15)

P

EMERIKSAAN PENUNJANG

 Thorak foto: tampak adanya gambaran medistinal

shif, warna putuh/bercak merata pada semua lapang paru, Edema paru.

 Bronkoskopi, endoskopi, arteriografi  MRI, CT Scan

(16)

TRAUMA PADA DINDING DADA

 FRAKTUR IGA

 FRAKTUR CLAVICULA  FRAKTUR STERNUM

 DISLOKASI SENDI STERNOCLAVICULA  “FLAIL CHEST”

(17)

F

RAKTUR

I

GA

 Paling sering terjadi pada trauma dada terutama karena trauma tumpul

 Sering pada dewasa dari anak-anak

 Perlu diperiksa : organ intra abdomen (iga VIIIXII),

neurovaskular (iga I - III, klavikula)

 Flail chest; 2 iga berurutan patah, sering terjadi

Hipoksemia dan gagal nafas

 Fraktur >3 iga : waspadai kelainan lain (edema

(18)

F

RAKTUR

C

LAVICULA

Paling sering ditemukan (tunggal, disertai

trauma toraks, trauma pada sendi bahu ).

Lokasi Fraktur pada bagian tengah.

Deformitas, nyeri dan nyeri tekanan pada

lokasi taruma.

Konservatif : “Verband figure of eight”

sekitar sendi bahu.

Komplikasi : “Malunion Fracture” akan

menekan pleksus Brakhialis dan pembuluh

darah subclavia

(19)
(20)

P

ATAH TULANG DADA

(

STERNUM

)

 Kejadian 5% dari trauma dada

 Perlu proses/daya yang besar, resusitasi jantung/paru

 Lokasi Fraktur biasanya pada bagian tengah atas

Sternum

 Sering disertai Fraktur Iga

 Tidak perlu “Open Reduction”/fiksasi internal  61% perubahan EKG (Trauma Jantung)

(21)
(22)

DISLOKASI SENDI

STERNOCLAVICULAR

Kasus Jarang

 Anterior : Nyeri, nyeri tekan, sendi menonjol

kedepan

 Posterior : Sendi tertekan kedalam  Pengobatan : Reposisi

(23)

F

LAIL

C

HEST

 Terjadi bila terdapat ≥ 2 (garis) fraktur pada ≥ 3 iga

yang berturutan

 Karakteristik : gerakan “paradoksal” dari (segmen)

dinding dada saat inspirasi/ekspirasi; tidak terlihat pada pasien dalam ventilator

 Menunjukkan trauma hebat

 Biasanya selalu disertai trauma pada organ lain

(24)

L

ANJUTAN

 Komplikasi utama: gagal napas (ineffective air

movement ± edema/kontusio paru, nyeri)

 Terapi : pain control, stabilisasi (internal/intubasi,

operasi), bronkhial toilet, fisioterapi agresif, bronkoskopi

(25)
(26)
(27)

L

ANJUTAN

 Penatalaksanaan : sebaiknya pasien dirawat

intensif oleh karena kegagalan pernapasan atau karena ancaman gagal napas yang biasanya

dibuktikan melalui pemeriksaan AGD dan takipneu.

(28)

Indikasi Operasi Stabilisasi :

 Bersamaan dengan Torakotomi karena sebab lain  Gagal/sulit weaning ventilator

 Menghindari prolong ICU stay (i. relatif)  Menghindari prolong hospital stay

(29)
(30)

P

ATAH TULANG

V

ERTEBRA TORAKAL

 Dapat dilihat dari adanya perdarahan sebagai massa paraspinal pada foto torak

 Curigai adanya perlukaan korda spinalis

 Bila mencurigai adanya dislokasi vertebra atau patah pasien harus ditempatkan pada bed datar dan pasien tidak digeser2

 Awasi gerakan napas dengan ketat, reflek batuk sering tidak adequat

 Operasi perbaikan & fiksasi harus segera dilakukan

(31)

E

MFISEMA SUBCUTIS

 Laserasi pada larings/esophagus, dapat mengakibatkan udara masuk ke mediastinum dan leher dan udara ini mengalir lewat planus fasialis menimbulkan emfisema subkutis yang luas

 Laserasi pada pleura parietalis (patah iga) dengan pneumotorak – enfisema subcutis dada

 Masuk ke periorbita, sehingga kelopak mata sulit dibuka, ke bawah bisa meluas ke perineum dan skrotum

(32)
(33)

L

ANJUTAN

 Evaluasi luasnya enfisema perlu dilakukan dengan

memberikan tanda

 Bila emfisema tidak bertambah – udara diserap

oleh tubuh, pada pasien dengan ventilator lakukan dekompresi mediastinum

(34)

T

RAUMA PADA PARU

PARU

1. Pneumotoraks 2. Hemotoraks 3. Kontusio Paru 4. Laserasi Paru 5. Ruptur Diafragma 6. Trauma Jantung

(35)

P

NEUMOTORAKS

 Adanya udara yang terperangkap di rongga pleura

meningkatkan tekanan negatif intrapleura

 Terjadi karena trauma tumpul atau tembus  Dapat terjadi karena perlukaan pleura viseral

(barotrauma), perlukaan pleura mediastinal (trauma trakheobronkhial)

(36)
(37)

Pneumotoraks Parsial

 Paru pada sisi yang terkena akan kollaps (parsial

atau total)

 Tidak ada mediastinal shift

 PF: bunyi napas ↓ , hyperresonance (perkusi),  pengembangan dada ↓

 Penanganan : WSD

(38)

Pneumotoraks Tension

 Ciri : kolaps total paru, mediastinal shift, deviasi

trakhea venous return ↓ hipotensi & respiratory distress

 Karena mekanisme ventil

 Symptoms: sesak berat, takipneu, hipotensi, JVP ↑,

asimetris statis & dinamis

 Keadaan life threatening tdk perlu Ro

 Tindakan : dekompresi : large-bore needle insertion

(sela iga II, linea mid- klavikula) WSD

(39)

Open Pneumothorax

 Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada

dada

 Dikenal juga sebagai sucking-wound

 Terjadi kolaps total paru oleh karena tekanan =

atmosfir

 Penatalaksanaan:

– Luka tidak boleh ditutup

(40)

H

EMATOTORAKS

 Terjadi sering karena adanya ruptur a.interkostalis,

darah di rongga torak menekan pada paru Kolaps/atelektasis, jantung dan mediastinun, tergantung banyaknya volume darah

 Gejala dan tanda sesuai dengan besarnya

perdarahan atau jumlah darah yang terakumulasi instabilitas hemodinamik dan depresi pernapasan

 Ro Toraks:

– seringkali bayangan difus radio - opak pada seluruh lapangan paru

– Bayangan air fluid level hanya pada hematopneumotoraks

(41)
(42)

L

ANJUTAN

 Tindakan Bedah : WSD (90%) atau operasi  Hematotoraks masif (indikasi operasi)

– Perdarahan akut (1 jam) dengan jumlah > 750 cc – Perdarahan > 250 cc/jam dalam >2 jam berturut-turut

(43)

W

ATER

S

EALED

D

RAINAGE Fungsi :  Diagnostik  Terapetik  Follow-up Tujuan:  Evakuasi darah/udara  Pengembangan paru  Monitoring Cabut WSD :

 Produksi < 100cc/hari, undulasi (-)/minimal,

pengembangan paru maksimal

(44)
(45)

K

ONTUSIO

P

ARU

Terjadi terutama setelah trauma tumpul

toraks

Dapat pula terjadi pada trauma tajam dg

mekanisme perdarahan dan edema

parenkim konsolidasi

Patofisiologi : lung compliance ↓

ventilation-perfusion mismatch hipoksia & work of

breathing ↑

Diagnosis : ro toraks dan PaO2 ↓

Manifestasi klinis dapat timbul atau

(46)

L

ANJUTAN

 Penatalaksanaan bertujuan:

– Mempertahankan oksigenasi – Pulmonary toilet

 Tindakan : batasi pemberian cairan (iso/hipotonik),

O2, pain control, diuretika, bila perlu ventilator dengan tekanan positif (PEEP > 5)

(47)

L

ASERASI

P

ARU

Robekan pada parenkim paru akibat trauma

tajam atau trauma tumpul keras yang

disertai fraktur iga

Manifestasi klinik umumnya adalah : hemato

+ pneumotoraks

Penatalaksanaan umum : WSD

Indikasi operasi :

– = hematotoraks

– Distress pernapasan berat yang dicurigai

karena robekan luas

(48)
(49)

RUPTUR DIAFRAGMA

Peningkatan tekanan lntra Abdomnal

mendadak

Umumnya terjadi di sentral

Sebelah kiri lebih sering dari sebelah kanan

Herniasi organ viseral abdomen ke toraks

Dapat tenjadi ruptur intra perikardial

Diagnosis : klinis, “ X Ray toraks, CT scan

toraks

(50)

L

ANJUTAN

 Riwayat trauma tumpul abdomen  “Respiratory distress”

 Pendorongan mediastinum kontralateral dan

penekanan paru oleh organ viseral

(51)

TRAUMA JANTUNG

Kecurigaan trauma jantung :

 Trauma tumpul di daerah anterior  Fraktur pada sternum

 Trauma tembus/tajam pada area prekordial

(parasternal kanan, sela iga II kiri, grs mid-klavikula kiri, arcus kostae kiri)

Diagnosis:

 Trauma tumpul : EKG, pemeriksaan enzim jantung

(CK-CKMB / Tronin T), Echocardiography

 Trauma tembus/tajam pada area prekordial indikasi

(52)

P

ENGKAJIAN

 Riwayat Trauma: kecelakaan, kejadian, jenis trauma (tajam,tumpul,jejas,tusukan,tembakan, dsb)

 Terlihat ulang menonjol keluar, luka terbuka

 Keluhan: adanya nyeri, makin bertambah, berkurang, sesak napas,frekwensi napas, apnue,gerakan dinding dada, perubahan pola napas

 Agitasi, sianosis,tanda hipoksemia

 Rongga thorax > pada satu sisi, deviasi trakea

 TD menurun nadi lemah & cepat, kulit dingin dan distensi vena leher (peningkatan CVP) atau tanda-tanda syok

Referensi

Dokumen terkait

Pada pertemuan ini mahasiswa mempresentasikan tugas project Animasinya, sebagai latihan dalam menghadapi Final Project.. Animasinya

Bagi keluarga Klien, khususnya kepada keluarga yang masih kurang dukungannya pada klien skizofrenia hendaknya harus mengetahui dan memahami tentang peran keluarga

Dalam penulisan penelitian ini, data yang dibutuhkan oleh peneliti adalah data yang berkaitan dengan aktivitas keagamaan yang dilakukan oleh mahasiswi bercadar,

PENGEMBANGAN KOGNITIF SISWA (Penelitian Tindakan di Kelas VII-A SMPN 1

Presipitasi mineral bijih sebagai komponen utama atau minor dari batuan beku, seperti endapan intan pada kimberlit, REE pada karbonatit di Zimbabwe Separasi

Kedua, Pola Interaksi Decesional Yaitu Pola pertentangan yang berlangsung pada perumusan (KUA) dan (PPAS) sehingga mengakibatkan keterlamabatan penetapan APBD, pola

Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP-UB) mencermati bahwa perubahan paradigma dari pertanian dalam arti sempit sebagai penyedia biomass (pangan dan serat) ke

Hasil dari penelitian in adalah lomba gugus SD disini lebih menekankan kepada administrasi sekolah, walaupun ada sedikit unsur untuk dapat meningkatkan