• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGONTROLAN FREKUENSI GENERATOR PLTMH (PUSAT LISTRIK TENAGA LISTRIK MIKROHIDRO) DENGAN GOVERNOR SEDERHANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGONTROLAN FREKUENSI GENERATOR PLTMH (PUSAT LISTRIK TENAGA LISTRIK MIKROHIDRO) DENGAN GOVERNOR SEDERHANA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGONTROLAN FREKUENSI GENERATOR

PLTMH (PUSAT LISTRIK TENAGA LISTRIK MIKROHIDRO)

DENGAN GOVERNOR SEDERHANA

Oleh : A.Hafid, Riza Widia

Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang

ABSTRACT

Generator frequency control PLTMH with a simple governor is constructed from frequency sensor devices, personal computers (Delphi-based computer programs) and an electric motor driving the turbine valves. It can be controlled the generator frequency in accordance with a set of points specified. Aberration frequency (f) minimum generator can be detected by the controller is ± 0.2 Hz. The measurement results show, the controller worked perfectly for the value of f is larger or smaller than 0.2 Hz. The control method is used to stabilize the frequency generator is an on-off control method. Turbine generator valve opening settings (valve opening is enlarged or reduced) was done by an electric motor. In this case, the direction of movement of the motor is enlarged or reduced valve opening is controlled by computers trough sending an active signal via pin 3 or pin 4 on parallel port. The speed of turbine engine valve regulated by a computer to send active signals via parallel port pin 2 in PWM signals form, with ton = 60 ms, tof = 40 ms and the

period T = 100 ms.

Keywords : Governor, frequency, PLTMH

PENDAHULUAN

Pada saat sekarang ini pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM) telah banyak digunakan di seluruh tanah air untuk elektrifikasi daerah pedesaan (daerah yang memiliki sumber daya air). Khusus untuk daerah Sumatera Barat pada tahun 2010 akan dibangun lagi beberapa PLTMH, antara lain di Kabupaten Solok pada Kanagarian Saniang Baka, Jorong Aia Angek. PLTMH yang dibangun memiliki kapasitas 30 KW dengan penggerak turbin Cross flow.

Umumnya generator PLMTH yang berkapasitas puluhan Kilo Watt memerlukan peralatan tambahan agar generatornya membangkitkan tegangan sesuai dengan ketentuan yang baku, yaitu tegangan 220 V (fasa ke netral dengan variasi perubahan (220+5%), (220-10%) dan frekuensi 50 Hz ( dengan variasi

antara 49,5-50,5 Hz). Untuk kontrol tegangan

pada generator, biasanya digunakan AVR (pengaturan tegangan otomatis) dan alat ini dijual sudah sepaket dengan generator PLTMH. Sedangkan untuk pengontrolan frekuensi dapat digunakan.

Governor, alat ini umum digunakan pada generator PLTA berkapasitas besar (Mega Watt). Oleh sebab itu kurang ekonomis jika digunakan pada generator PLTMH karena harganya yang hampir sama bahkan bisa melebihi harga turbin-generator. Pada PLTMH yang menggunakan governor sebagai kontrol frekuensi (atau kecepatan putar generatornya) maka perubahan frekuensi diantisipasi dengan perubahan-perubahan debit air yang masuk ke turbin, yaitu jika frekuensi turun maka debit ait diperbesar, dan sebaliknya. Bukaan katup (guide

(2)

vane) pada pada sistem kontrol governor dilakukan dengan sistem hidrolik.

ELC (pengatur beban elektronik) dengan beban dummy load (beban resistif berupa heater), alat ini mengendalikan frekuensi generator dengan jalan mengatur beban. Pada PLTMH dengan kontrol frekuensi ELC, maka generatornya selalu dioperasikan dalam kondisi beban penuh. Oleh sebab itu dari segi penghematan energi alat ini tidak efisien karena ada beban yang dibuang percuma ke dummy load. Disamping itu penggunaan ELC untuk PLTMH yang lebih besar kapasitas 100 Kilo Watt juga perlu dikaji mengingat harga komponen pendukungnya seperti SCR (Silicon Control Rectifier) dan sejenisnya harganya tidak murah untuk kapasitas daya seperti itu.

Dengan perkembangan teknologi maka terobosan baru untuk mengganti ELC sebagai pengontrol frekuensi generator pada PLTMH bisa dilakukan. Pada penelitian ini akan dianalisa suatu model baru pengontrol frekeuensi generator PLTMH dengan menggunakan governor sederhana. Sebuah motor listrik digunakan untuk mengatur bukaan katup turbin (inlet valve), dan pergerakan motor tersebut diatur oleh sebuah sistem kontrol.

TINJAUAN PUSTAKA

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) biasanya tidak menyuplai listrik ke grid / jaringan PLN. Energi listrik PLTMH utamanya digunakan di daerah-daerah terpencil dimana jaringan listrik PLN tidak ada. Secara khusus PLTMH menyediakan daya untuk industri kecil pedesaan atau masyarakat pedesaan. Kisaran ukurannya dari sejumlah kecil kilowatt, yang hanya cukup untuk menyediakan penerangan lokal ke sebuah kelompok rumah-rumah, hingga 200 kW. Sebuah skema mikrohidro memerlukan dua hal, yaitu debit air dan ketinggian jatuh air atau

yang biasa disebut dengan Head untuk menghasilkan tenaga yang bermanfaat. Ini merupakan suatu konversi tenaga, menyerap tenaga dari bentuk ketinggian dan aliran dan menyalurkan tenaga dalam bentuk daya listrik atau tenaga mekanik. Adapun daya yang tersedia pada terminal generator dapat dinyatakan dengan persamaan berikut : overall overall g m h output QH Q η η η η η ρ H Q 9,8 736 , 0 75 H Q 1000 736 , 0 75 ) KW ( = = = (1) di mana :

Q : Debit air, (m3/detik) H : Head, (m)

ηh: Efisiensi hidrolik penggerak mula (turbin

ηm : Efisiensi mekanik, (%) ηg : Efisiensi generator, (%)

ηoverall : Efisiensi turbin-generator, (%) ρ : Massa jenis air, (kg/m3)

Metode dan Implementasi Pengontrolan pada PLTMH

Pada referensi [2] diusulkan pengontrolan frekuensi (dan tegangan) generator PLTMH dilakukan dengan menggunakan metode kontrol fuzzy logic. Diagram blok sistem pengontrolannya diperlihatkan pada gambar 1.

Gambar 1. Diagram blok sistem pengontrolan frekuensi dan tegangan pada PLTMH [2]

(3)

Meskipun pengontrol pada gambar 1. menunjukkan unjuk kerja yang baik dengan pendekatan metode fuzzy logic akan tetapi untuk mengimplementasikan pengontrol tersebut dilapangan terbentur pada kendala antara lain :

• Kontrol variabel frekuensi dan tegangan oleh satu sistem kontrol menimbulkan keruwetan. Sebagai perbandingan pegontrolan frekuensi dan tegangan pada generator PLTA (Pusat Listrik Tenaga Air) selalu dibuat terpisah. Untuk pengontrolan tegangan generator PLTA dilakukan oleh AVR, dan AVR sendiri adalah bagian dari sistem kontrol eksitasi. Dalam hal ini sistem kontrol eksitasi selain mengontrol tegangan juga mengontrol daya reaktif ( Volt Ampere reaktif) yang dikeluarkan oleh generator. Sedangkan untuk pengontrolan frekuensi pada generator PLTA ditugaskan pada governor , alat ini disamping mengontrol frekuensi juga mengontrol daya aktif (Watt) yang dikeluarkan oleh sistem turbin-generator.

• Sistem kontrol dengan metode logika fuzzy kadangkala lebih unggul dibanding dengan metode kontrol lainnya, misalnya PID. Akan tetapi untuk menerapkan suatu perangkat kontrol pada suatu plant diperlukan kompromi antara metode, ekonomis

• Generator harus dibebani dengan daya konstan agar putaran generator selalu tetap. Oleh karena beban konsumen tidak selalu konstan, maka untuk menjaga kestabilan putaran turbin generator diperlukan beban komplemen yang besarnya diatur oleh ELC sesuai dengan plant yang dikontrol.

Pada pembangkit, pengendalian putaran dimaksudkan untuk mengendalikan putaran (frekuensi) generator. Perubahan putaran (frekuensi) generator dapat disebabkan karena

adanya perubahan daya penggerak. Jika daya air yang masuk ke turbin dibuat selalu tetap sehingga daya penggerak turbin selalu tetap, maka frekuensi dan respon generator akan menjadi fungsi dari beban. Agar frekuensi yang dihasilkan oleh generator besarnya selalu tetap, maka besar beban dari generator harus selalu tetap. Untuk itu diperlukan beban tiruan yang besar bebannya dapat diatur sesuai dengan pengurangan beban dari PLTMH. Beban tiruan ini disebut sebagai beban komplemen (dummy load ). Pada suatu kondisi beban tertentu ( misal pada beban sebesar 75% beban penuh ), daya air yang masuk ke turbin diatur sehingga diperoleh putaran generator yang dikehendaki. Jika pada beban konsumen terjadi penurunan beban sebesar ∆I, maka beban komplemen akan dilewati arus yang rata-ratanya akan sebesar penurunan arus akibat turunnya beban konsumen (∆I). Dengan demikian generator akan dibebani dengan total beban yang selalu konstan. Diagram blok dari uraian tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2 Oleh karena daya yang masuk ke turbin dibuat tetap dan beban yang dirasakan oleh generator juga selalu tetap, maka putaran generator senantiasa juga tetap.

Gambar 2. Diagram blok pembagian daya beban komplemen.

Jika debit air konstan maka generator harus dibebani dengan daya konstan agar putaran generator selalu tetap. Oleh karena beban konsumen tidak selalu konstan, maka untuk menjaga kestabilan putaran turbin generator diperlukan beban komplemen yang besarnya diatur oleh ELC sedemikian rupa sehingga

Beban Komplemen Beban Konsumen Generator I

I-I

I

(4)

Beban Konsumen + Beban Komplemen = Kapasitas Nominal Generator

Formula tersebut berlaku untuk setiap kondisi beban konsumen.

Pada sistem kontrol yang diperlihatkan pada gambar 2, pengaturan daya listrik dari beban konsumen ke beban komplemen dan sebaliknya dilakukan dengan jalan mengatur sudut penyalaan (triggering) static switch (atau SCR, Silicon Control rectifier). Masalah yang dihadapi sistem kontrol frekuensi menggunakan ELC, antara lain :

• Dihubungkan dengan kualias daya, maka ELC dengan komponen – komponen thyristor, triac, IGBT dan semacamnya merupakan penyumbang terbesar harmonisa sistem (harmonisa diukur dengan THD, Total Harmonic Distortion )

• Untuk PLTMH dengan daya lebih besar (katakanlah 100 Kilo Watt) harga ELC bersama beban komplemennya bisa jadi kurang ekonomis karena harga komponen pendukung (thyristor, triac, atau IGBT) relatif mahal untuk daya yang makin besar.

Pola operasi pembangkitan PLTMH dengan kontrol ELC menyebabkan generator harus dibebani full load, dan hal ini dari segi pemanfaatan energi listrik jelas sangat tidak efisien karena energi listrik dibuang percuma ke beban komplemen (beban komplemen adalah beban resistif biasanya berupa heater).

Desain baru Sistem Kontrol Frekuensi Generator PLTMH dengan Governor sederhana

Pada tabel di bawah ini memperlihatkan desain baru sistem kontrol frekuensi generator PLTMH:

Tabel 1: Sistem kontrol frekuensi ( desain baru ) untuk generator PLTMH

Pengontrol Sensor Penggerak katup turbin otomatis Metode Kontrol Komputer pribadi atau Microcontroller Tanpa PMG tanpa konverter analog digital (ADC) tetapi berupa piringan /cakram berputar yang ditempatka n pada poros generator Elektromekanis berupa Motor DC (exciter terpisah ) dengan transmisi kecepatan Modulasi lebar pulsa (Pulse With Modulation)

Keterangan : PMG ( Permanent Magnet Generator )

Sistem kontrol frekuensi ( dengan governor sistem hidrolik pada PLTA) sebagai perbandingan:

Pengontrol Sensor Pengerak katup turbin otomatis Metode Kontrol Sistem digital Dengan PMG dan ADC Sistem hidrolik PID

Sistem kontrol frekuensi ( dengan ELC ) sebagai perbandingan:

Pengontrol Sensor Metode Kontrol Elektronik

( digital )

Sensor arus dengan transformator arus ( CT )

Tidak dipublikasikan

(5)

Pada penelitian ini akan dianalisis suatu desain baru sistem kontrol frekuensi untuk generator PLTMH, khususnya untuk PLTMH daya 20 Kilo Watt keatas. Rancangan sistem terdiri tiga bagian pokok, yaitu : satu unit perangkat sensor frekuensi yang ditempatkan pada poros generator, satu unit komputer pribadi ( PC) sebagai pengontrol dan sebuah sistem elektromekanik ( motor listrik dan alat reduksi putaran) yang berfungsi sebagai penggerak katup turbin (inlet valve) secara otomatis. Metode yang digunakan untuk pengontrolan frekuensi adalah dengan metode modulasi lebar pulsa ( PWM, Pulse With Modulation). Untuk mengetahui unjuk kerja (performance) pengontrol tersebut maka dilakukan pengujian laboratorium. Data yang diambil adalah besar sudut perputaran poros penggerak katup (variabel ini mencerminkan besar bukaan katup) untuk suatu interval waktu T jika terjadi deviasi frekuensi sebesar 0,2 sampai 2 Hz dari frekuensi nominal (50 Hz)

Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian Analisis Pengontrolan Frekuensi Generator PLTMH (PusatListrik Tenaga Listrik Mikrohidro) Dengan Governor Sederhana adalah :

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pustaka untuk mendesain alat kontrol frekuensi pada PLTMH berbasis program komputer

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh masyarakat, khususnya penduduk yang bermukim di daerah terpencil yang menggunakan pembangkit listrik

tenaga mikrohidro sebagai sumber energi listriknya. Teknologinya dapat diintegrasikan dengan PLTMH yang sudah beroperasi

METODE PENELITIAN

Metode penelitian Analisis Pengontrolan Frekuensi Generator PLTMH (PusatListrik Tenaga Listrik Mikrohidro) Dengan Governor Sederhana dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Tahap persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan studi literatur yang meliputi : pencarian informasi yang relevan dengan penelitian yang dilakukan melalui buku pustaka, buku petunjuk peralatan PLTMH yang banyak dioperasikan di tanah air beserta pedoman standarisasinya, informasi internet serta pakar.

Tahap perancangan sistem

Pada tahap ini dilakukan setting penelitian yang meliputi :

• Pengadaan bahan penelitian : pengadaan komponen sensor frekuensi, dan perangkat lunak

• Perakitan sensor frekuensi dan putaran. pemasangan komponen tambahan pada poros generator serta pembuatan program komputer untuk mendeteksi baik tidaknya kerja dari sensor

• Pembuatan tabel penelitian dan jadwal pengukuran

(6)

• Modul sensor ditempatkan pada poros generator. Rotasi perdetik atau rotasi permenit dari poros generator akan dideteksi oleh modul sensor. Selanjutnya sinyal sinyal yang dideteksi oleh modul sensor akan dikirim ke komputer melalui parallel port. Dalam hal ini sebuah program dirancang sedemikian rupa sehingga putaran perdetik dari poros generator bias diketahui dengan tepat.

• Dalam program, putaran perdetik dari poros generator dikonversi menjadi frekuensi dengan memakai hubungan putaran dengan jumlah kutub.

• Respon selanjutnya dari komputer (PC)adalah membandingkan setting frekuensi yang ditetapkan dengan frekuensi terukur. Jika berlainan maka program akan memberi sinyal koreksi

Gambar 3. Sensor yang digunakan untuk mendeteksi frekuensi generator

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

• Kemampuan sensor dan program untuk mendeteksi perubahan rotasi perdetik (rps), rotasi permenit (rpm), dan frekuensi dari generator. Dalam hal ini jika variasi putaran poros generator perdetik dan permenit dapat dideteksi oleh program maka frekuensi dapat ditentukan.

• Kemampuan komputer atau program untuk melakukan

perbandingan nilai frekuensi yang diukur dengan nilai set point (50 Hz). Jika program berjalan dengan baik maka deviasi frekuensi sebesar ± 0,2 Hz akan menghasilkan suatu hasil yang menginformasikan bahwa telah terjadi penyimpangan frekuensi generator dari set point.

• Kemampuan komputer atau

program untuk melakukan

pengendalian arah putaran motor penggerak katup turbin. Program komputer dirancang sedemikian sehingga jika frekuensi generator turun maka komputer memberi sinyal aktif ke motor penggerak katup turbin agar bukaan katup diperbesar, demikian pula sebaliknya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran frekuensi, rotasi per menit dan rotasi per detik oleh sensor

Tabel 2 : Frekuensi dan putaran yang terukur oleh sensor

Frekuensi (Hz) Rotasi permenit (rpm) Rotasi perdetik (rps)

(7)

48.364 50.945 49.028 50.868 48.376 50.934 48.315 51.315 48.236 50.92 49.152 51.18 48.787 51.201 48.779 51.177 48.293 51.47 48.238 50.963 48.451 51.174 48.746 50.839 48.638 51.172 48.407 51.595 48.817 51.053 48.857 51.768 48.72 51.168 48.435 51.177 48.3 50.983 48.832 51.717 48.684 50.89 48.465 50.805 48.597 51.757 48.803 51.532 48.515 51.779 1450.9 1528.4 1470.9 1526 1451.3 1528 1449.5 1539.4 1447.1 1527.6 1474.6 1535.4 1463.6 1536 1463.4 1535.3 1448.8 1544.1 1447.1 1528.9 1453.5 1535.2 1462.4 1525.2 1459.1 1535.2 1452.2 1547.9 1464.5 1531.6 1465.7 1553 1461.6 1535 1453.1 1535.3 1449 1529.5 1465 1551.5 1460.5 1526.7 1453.9 1524.1 1457.9 1552.7 1464.1 1545.9 1455.5 1553.4 24.182 25.473 24.514 25.434 24.188 25.467 24.158 25.657 24.118 25.46 24.576 25.59 24.394 25.601 24.39 25.588 24.146 25.735 24.119 25.481 24.226 25.587 24.373 25.419 24.319 25.586 24.204 25.798 24.409 25.526 24.429 25.884 24.36 25.584 24.218 25.589 24.15 25.492 24.416 25.859 24.342 25.445 24.232 25.402 24.298 25.878 24.401 25.766 24.258 25.889 48.996 51.393 48.248 51.06 48.685 51.436 1469.9 1541.8 1447.5 1531.8 1460.6 1543.1 24.498 25.697 24.124 25.53 24.343 25.718

Respon pengontrol terhadap perubahan frekuensi

Tabel 3 : Sinyal yang dikirim oleh pengontrol jika terjadi deviasi frekuensi

Peyimpangan frekuensi ( ∆ f , Hz )

Sinyal kirim melalui Parallel Port

Pin 2 (sinyal untuk Pin 3 ( putaran +) Pin 4 ( putaran -) Keterangan

(8)

driver) 0.17147 -0.13067 0.21878 -0.10548 0.14143 -0.45697 0.78813 -0.28106 0.22479 -0.90887 0.007328 8 -0.58874 0.54212 -0.65352 0.31343 -0.23116 0.41606 -0.2988 0.67244 -0.93826 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 ∆ f = ft-f0 f0 = 50 Hz putaran + = sinyal untuk memperbesar bukaan katup putaran - = sinyal untuk memperkecil bukaan katup 0 = tidak aktif 1 = aktif

Bentuk sinyal penggerak untuk menstabilkan frekuensi

Sensor putaran atau frekuensi yang digunakan mempunyai sensitivitas 0,2 Hz. Sensor dirancang dengan 10 lubang. Persamaan yang digunakan dalam program adalah :

rps_real = rps_deteksi/ lubang = rps_deteksi /10

rpm_real = rps_real x 60 frekuensi = rpm_real x jumlah kutub generator /120 = rps_real x 4/120 = 2 rps_real

Misalkan sensor mendeteksi putaran poros generator sebanyak 251 putaran perdetik ( rps_deteksi ), maka pada program rps sebenarnya dari generator adalah 251/10 = 25,1 (rps_real). Frekuensi yang dikeluarkan oleh program adalah f = 2 rps_real = 50,2 Hz

Tabel 4 : Pin yang aktif dan pulsa PWM yang dikirim ke motor penggerak

Peyimpangan frekuensi ( ∆∆∆∆ f , Hz ) Pin yang aktif / kode akses ( hexa) Nilai ton , toff dan T pulsa penggerak motor ( mili detik ) Keterangan ∆ f <= - 0,2 Pin 2 =1 Pin 3 =1 ($30) ton = 60 toff = 40 T =100 ∆ f >= 0,2 Pin 2 =1 Pin 4 =1 ($50) ton = 60 toff = 40 T =100

Bentuk pulsa penggerak motor jika terjadi penyimpangan frekuensi

Gambar 4. Bentuk pulsa penggerak motor

Program

Tampilan program delphi diperlihatkan pada gambar berikut:

Tegangan 5 0 ton toff T Waktu

toff =40 mili detik ton =60 mili detik

(9)

Gbr 5a.Bagian Project 5b.Bagian Unit Program Delphi

KESIMPULAN

Pada penelitian ini digunakan PC sebagai pengontrol frekuensi suatu generator. Dan hasilnya program pada komputer dapat mendeteksi dengan baik frekuensi ( dan putaran poros generator). Setiap deviasi frekuensi (∆f) yang nilainya diatas atau dibawah 0,2 Hz dapat diketahui oleh program.

Komputer pribadi yang

digunakan pada penelitian ini juga berfungsi sebagai pengontrol jika terjadi penyimpangan frekuensi generator (minimum penyimpangan ± 0,2 Hz ). Jika nilai frekuensi generator menurun misalkan frekuensinya menjadi 49,8 Hz maka sebuah sinyal dikirim oleh komputer untuk memperbesar bukaan katup turbin. Demikian juga jika frekuensi generator meningkat misalkan frekuensinya menjadi 50,2 Hz maka komputer memberi sinyal untuk memperkecil bukaan katup.

Pada kondisi frekuensi generator menurun, maka komputer mengirim sinyal aktif melalui pin 2 dan pin 3 parallel port untuk menggerakkan motor listrik ke kanan dimana motor ini jika berputar akan memperbesar bukaan katup turbin sehingga frekuensi generator kembali pada nilai setnya yaitu 50 Hz. Sinyal yang dikirim untuk menggerakkan motor pembuka katup diset dengan nilai ton

= 60 mili detik, toff = 40 mili detik, T

= 100 mili detik dengan durasi 1000 mili detik ( ini dilakukan oleh program melalui pin 2). Pin 3

berfungsi untuk mengendalikan agar arah motor ke kanan .

Sebaliknya pada kondisi frekuensi generator meningkat, maka komputer mengirim sinyal aktif melalui pin 2 dan pin 4 parallel port untuk menggerakkan motor listrik ke kiri dimana motor ini jika berputar akan memperkecil bukaan katup turbin sehingga frekuensi generator kembali pada nilai setnya yaitu 50 Hz. Sinyal yang dikirim program melalui pin 2 dimaksudkan untuk menggerakkan motor pembuka katup. Diset dengan nilai ton = 60 mili detik, toff = 40 mili

detik, T = 100 mili detik dengan durasi 1000 mili detik. Pin 4 aktif berfungsi untuk mengendalikan agar arah motor ke kiri

• Metode pengontrolan frekuensi generator pada penelitian ini meskipun menggunakan metode on-off tetapi perangkatnya sederhana dan tidak mahal oleh sebab itu dapat dijadikan peralatan kontrol alternatif bagi PLTMH

SARAN

Supaya produk penelitian ini bisa diterapkan pada Pusat Listrik Tenaga Mikrohidro (PlTMH) sebagai pengontrol frekuensi generator maka perlu hal berikut :

1. Dilakukan penelitian lanjutan, khususnya untuk meneliti kesesuain rating motor penggerak katup turbin dengan daya generator PLTMH. 2. Dilakukan penelitian lanjutan, untuk

mengetahui over all karakteristik dari pengontrol jika pengontrol dipasang pada plant yang sebenarnya.

Daftar Pustaka

Achmad Hasan, Pengontrol Beban Elektronik pada PLTMH, Publikasi P3 Teknologi Konversi

(10)

dan Konservasi Energi Deputi Teknologi Informasi, Energi, Material dan Lingkungan.

Emmanuel A. Gonzalez1, Jingel Tio, Felicito S. Caluyo, 2004, Conceptual Design of a Rule- Base For a Micro-Hydro Power Plant Feedback Control System, De La Salle University – Manila, ECE Technical Report.

Dinas Pertambangan dan Energi Sumatera Barat, 2006 Studi kelayakan pembangunan PLTMH di Kabupaten Pasaman, Padang,. Rashid, M. H., 1993, Power Electronics

:Circuits, Device and Applications, Second Edition, Prentice Hall Inc., USA.

S.Warsito, dkk, , Semarang 24-25 Nopember 2005 Studi Awal Perencanaan Sistem Mekanikal Dan Kelistrikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro-Hidro, dipersentasikan pada seminar nasional ketenagalistrikan 2005.

Gambar

Tabel 1: Sistem kontrol frekuensi  ( desain baru ) untuk generator  PLTMH
Tabel 3 : Sinyal yang dikirim oleh  pengontrol jika terjadi  deviasi  frekuensi
Tabel   4   :   Pin   yang   aktif   dan   pulsa  PWM yang dikirim ke motor penggerak

Referensi

Dokumen terkait

Balanced scorecard (BSC) sudah digembar-gemborkan sebagai satu inovasi yang penting di dalam praktek manajemen.Pada organisasi publik, model akutabilitasnya lebih

Kekurangan – kekurangan tersebut diantaranya adalah apabila kita ingin mengirimkan pesan melebihi jumlah karakter yang telah ditentukan oleh ponsel yang kita punya dan saat

Tesis yang berjudul Analisis Kebijakan Peningkatan Kompetensi Profesional Guru SMA Negeri 1 Saradan adalah hasil saya dan dalam naskah tesis ini tidak terdapat

Peran pemerintah dalam skim-skim kredit UMKM ini adalah pada sisi penyediaan dana APBN untuk subsidi bunga skim kredit dimaksud, sementara dana kredit/pembiayaan seluruhnya

[r]

Berdasarkan Hasil Evaluasi Administrasi, Teknis dan Biaya sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Pembukaan Dan Evaluasi Penawaran File I Administrasi dan Teknis

[r]

3.4 Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih