DAFTAR ISI
ABSTRAK ………..…. i
ABSTRACT ………... ii
KATA PENGANTAR ………. iii
DAFTAR ISI ……… iv
DAFTAR GAMBAR ………. vii
DAFTAR TABEL ……….. viii BAB I PENDAHULUAN ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
A. LATAR BELAKANG MASALAHERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. B. FOKUS DAN BATASAN MASALAHERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. C. TUJUAN PENELITIAN ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. D. MANFAAT PENELITIAN ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. E. KERANGKA PENELITIAN ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. F. LOKASI PENELITIAN... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. BAB II KAJIAN PUSTAKA ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
A. MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH DASARERROR! BOOKMARK NOT DEFINED 1. Konsep Manajemen Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.
2. Konsep Manajemen Mutu Pendidikan ... Error! Bookmark not defined. 3. Manajemen Strategik ... Error! Bookmark not defined. 4. Pendidikan Sekolah Dasar ... Error! Bookmark not defined.
B. LANDASAN FILOSOFIS DAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJARERROR! BOOKMAR 1. Landasan Filosofis ... Error! Bookmark not defined.
2. Landasan Yuridis ... Error! Bookmark not defined. 3. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran ... Error! Bookmark not defined. 4. Kurikulum Sekolah Dasar ... Error! Bookmark not defined. 5. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ... Error! Bookmark not defined.
C. MANAJEMEN FASILITAS PENDIDIKAN DASARERROR! BOOKMARK NOT DEFINED 1. Konsep Manajemen Fasilitas ... Error! Bookmark not defined.
2. Perencanaan Fasilitas Pendidikan ... Error! Bookmark not defined. 3. Pengadaan Fasilitas Pendidikan ... Error! Bookmark not defined. 4. Pengaturan Fasilitas Pendidikan ... Error! Bookmark not defined. 5. Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan ... Error! Bookmark not defined. 6. Pemeliharaan Fasilitas Pendidikan ... Error! Bookmark not defined. 7. Pemodelan Fasilitas Sekolah Dasar ... Error! Bookmark not defined.
D. PERKEMBANGAN KARAKTERISTIK SISWA SEKOLAH DASARERROR! BOOKMARK 1. Faktor-faktor internal siswa ... Error! Bookmark not defined.
2. Faktor-faktor Eksternal ... Error! Bookmark not defined.
3. Perkembangan Karakteristik Anak dengan PembelajaranError! Bookmark not defined. E. HASIL STUDI TERDAHULU.... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
B. SUMBER DATA / SAMPEL PENELITIANERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. C. PROSEDUR PENELITIAN ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1. Perumusan masalah dan pertanyaan ... Error! Bookmark not defined. 2. Definisi Operasional dan Studi Literatur ... Error! Bookmark not defined. 3. Penyusunan Pedoman Wawancara ... Error! Bookmark not defined. 4. Desain dan Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 5. Analisis dan Interpretasi ... Error! Bookmark not defined. 6. Kesimpulan dan Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined. D. TEKNIK PENGUMPULAN DATAERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1. Observasi ... Error! Bookmark not defined. 2. Wawancara ... Error! Bookmark not defined. 3. Studi Dokumentasi ... Error! Bookmark not defined. E. KAIDAH PENELITIAN KUALITATIFERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
A. HASIL PENELITIAN ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. 1. Umum ... Error! Bookmark not defined. 2. Pengembangan Sarana ... Error! Bookmark not defined. 3. Pengembangan Prasarana ... Error! Bookmark not defined. 4. Kondisi Sarana dan Prasarana... Error! Bookmark not defined. 5. Aksesibilitas ... Error! Bookmark not defined. 6. Kondisi Permasalahan Fasilitas Sekolah .... Error! Bookmark not defined. B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIANERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan AncamanError! Bookmark not defined. 2. Ketersediaan Fasilitas berkaitan dengan kurikulumError! Bookmark not defined.
3. Ketersediaan Fasilitas berkaitan dengan Mutu PembelajaranError! Bookmark not defined. 4. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas PendidikanError! Bookmark not defined.
5. Keberlanjutan ketersediaan fasilitas ... Error! Bookmark not defined. BAB V PENGEMBANGAN MODEL HIPOTETIK MANAJEMEN FASILITAS SEKOLAH DASAR ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
A. UMUM ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. B. PRASARANA ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. 1. Pemilihan Lokasi Sekolah ... Error! Bookmark not defined. 2. Penataan Lokasi Sekolah ... Error! Bookmark not defined. C. SARANA ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. 1. Ruang kelas ... Error! Bookmark not defined. 2. Ruang kantor staf sekolah ... Error! Bookmark not defined. 3. Tempat Pertemuan ... Error! Bookmark not defined. 4. Laboratorium Komputer ... Error! Bookmark not defined. BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARANERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
A. KESIMPULAN ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1. Kondisi prasarana sekolah dasar (bangunan sekolah dasar)Error! Bookmark not defined. 2. Kondisi sarana sekolah dasar ... Error! Bookmark not defined.
3. Fasilitas Mendukung Implementasi KurikulumError! Bookmark not defined.
4. Ketersediaan Fasilitas berkaitan dengan Mutu PembelajaranError! Bookmark not defined. 5. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas PendidikanError! Bookmark not defined.
B. IMPLIKASI ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. 1. Kekurangan prasarana pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2. Kekurangan sarana pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 3. Keberlanjutan ketersediaan fasilitas ... Error! Bookmark not defined. C. SARAN ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. 1. Pengembangan prasarana pembelajaraan ... Error! Bookmark not defined. 2. Pengembangan sarana pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dan besar artinya bagi bangsa yang sedang membangun. Pembangunan fisik tanpa diikuti dengan pembangunan manusianya akan menjadi sia-sia, demikian pula sebaliknya. Kedua jenis pembangunan ini harus dilaksanakan secara serentak. Jika pembangunan fisik ditujukan untuk menciptakan sarana kesejahteraan dan kemakmuran bagi setiap warga negara, maka pendidikan ditujukan untuk menciptakan manusia-manusia pembangunan yang bertanggung jawab dan sadar akan hak-hak serta kewajibannya terhadap kelangsungan hidup bangsanya.
Pada awal abad XXI ini, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, untuk mengantisipasi era global, dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. Ditambah dengan kenyataan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat kurang baik.
2 desentralisasi penyelenggaraan pendidikan. Manajemen pendidikan yang sentralistis tersebut, telah menyebabkan kebijakan yang seragam yang tidak dapat mengakomodir perbedaan keragaman/kepentingan daerah / sekolah / peserta-didik, mematikan partisipasi masyarakat dalam proses pendidikan, serta mendorong terjadinya pemborosan dan kebocoran alokasi anggaran pendidikan.
Atas berbagai permasalahan pendidikan tersebut, melalui Propenas 1999-2004, dibuat arah kebijakan perbaikan sistem pendidikan yang juga tercermin dari alokasi dana yang diberikan dalam anggaran pemerintah. Arah kebijakan pembangunan pendidikan pada 2004, diarahkan untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan pendidikan dengan mengutamakan upaya pencapaian target Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun yang memberikan perhatian lebih besar pada kelompok miskin, penduduk yang tinggal di daerah pedesaan, dan pada daerah-daerah serta Kawasan Indonesia yang memiliki partisipasi pendidikan dibawah rata-rata nasional.
Hal ini dilakukan melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, penyediaan berbagai pendidikan alternatif, beasiswa bagi masyarakat miskin, dan bantuan biaya operasional pendidikan bagi sekolah miskin yang pelaksanaannya tetap memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender dan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
3 siswa, SMP 150 siswa dan SMA sebanyak 520 siswa. “Setiap tahun angka putus sekolah cenderung menurun. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat dan program bantuan dari APBD cukup berperan menurunkan angka putus sekolah,” kata Oji. (http://www.banjarmasinpost.co.id/content/view/1373/86).
Berkaitan dengan prasarana pendidikan, Direktur Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas Sungkowo menjelaskan, sejak tahun 1998, Depdiknas sudah mencatat berbagai kerusakan infrastruktur sekolah. Secara nasional di Indonesia, kondisi gedung sekolah dasar (SD) rusak berat yang tercatat mencapai 172.030 ruang belajar. Untuk memperbaiki kerusakan infrastruktur itu, Depdiknas sudah melakukan berbagai program perbaikan ruang kelas, mebel, dan perpustakaan yang dimulai tahun 1999. Berbagai usaha dilakukan tetapi dirasa belum banyak mengurangi jumlah gedung SD yang rusak berat, karena kerusakan sekolah terus terjadi ketersediaan dana pemeliharaan yang sangat terbatas. (http://groups.yahoo.com/group/cfbe/message/5914)
Menurut Gubernur Jawa Barat, perbaikan sekolah dilakukan secara terus menerus di wilayah Jawa Barat dan target rehabilitasi pada tahun 2008 adalah sebanyak 5.899 ruangan dengan total anggaran Rp. 225 Milliar. Target ini meliputi SD sebanyak 4472 kelas, MI sebanyak 723 kelas, SMP sebanyak 504 kelas dan MTs sebanyak 200 kelas.
Pada saat ini sekitar 2263 ruang kelas di Kota Bandung dalam kondisi rusak dan 639 sekolah diantaranya termasuk kategori sekolah rusak total, rusak berat dan rusak sedang. Sedangkan sisanya sebanyak 1624 sekolah termasuk rusak ringan. Diharapkan perbaikan sekolah-sekolah tersebut dapat diselesaikan tahun 2010 menurut Henry Pantas Panggabean, Anggota Panitia Anggaran (Pangar) DPRD Kota Bandung. (Pikiran rakyat, 1 April 2009)
4 untuk menunjang usaha meningkatkan mutu pembelajaran dan penuntasan program wajib belajar 9 tahun, meskipun masih terdapat banyak kendala.
Realisasi kebijakan peningkatan mutu pembelajaran dan penuntasan wajib belajar adalah adanya program-program pokok antara lain rehabilitasi SD/MI, pembangunan unit sekolah baru (USB) dan ruang kelas baru (RKB) bagi SMTP/Mts, disamping kegiatan menyelenggarakan pendidikan alternatif seperti SD satu guru, SD kecil dan SMP/MTs Terbuka untuk memberikan pelayanan bagi anak yang tidak dapat mengikuti pendidikan reguler, pemberian beasiswa bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu, serta pemberian bantuan khusus sekolah yang ditujukan untuk mendorong sekolah dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan kualitas outcomes.
Fasilitas sekolah merupakan salah satu bagian penting dalam keberhasilan suatu pembelajaran sekolah. Fasilitas harus memadai dan sejalan dengan kebutuhan sekolah dalam kerangka untuk mencapai mutu pendidikan yang diinginkan. Kondisi tersebut dapat menimbulkan berbagai permasalahan antara lain :
Target penuntasan wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh Pemerintah belum / sulit tercapai.
Kualitas lulusan sekolah dasar masih belum optimal, hal ini terlihat dari nilai NEM sekolah dasar yang masih rendah.
Lulusan sekolah dasar yang masih tidak dapat mengikuti perkembangan
jaman terutama ditinjau dari segi teknologi.
Angka putus sekolah masih terus harus ditekan. Hal ini disebabkan selain
karena permasalahan ekonomi, juga karena keterbatasan jumlah dan kualitas sekolah yang ada.
5 keterbatasan jumlah ruang kelas sekolah yang merupakan salah satu prasarana penting dalam proses belajar mengajar sekolah dasar masih jauh dari kebutuhan. Oleh karena itu fasilitas sekolah akan mempengaruhi hasil pembelajaran di sekolah dan akan mempengaruhi mutu pembelajaran.
Dengan latar belakang dan kondisi lapangan seperti dijelaskan diatas, maka mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terkait dengan bagaimana manajemen fasilitas perlu dilakukan sekolah dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan.
Salah satu hal yang mempengaruhi keberhasilan mutu pembelajaran sekolah dasar adalah dilakukannya proses manajemen sekolah yang baik. Manajemen ini menyangkut berbagai hal diantaranya adalah manajemen fasilitas sekolah.
Berdasarkan latar belakang masalah serta penjelasan diatas, maka fokus permasalahan pada penelitian ini adalah adanya hubungan antara keberhasilan mutu pembelajaran sekolah dasar dengan pengelolaan atau manajemen fasilitas sekolah. Hal ini menarik bagi peneliti untuk meneliti lebih jauh mengenai rumusan masalah tersebut, dan untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai masalah ini, maka peneliti menformulasikan permasalahan penelitian tersebut pada pertanyaan penelitian berikut :
1. Bagaimana fasilitas yang ada mendukung implementasi kurikulum yang diwujudkan dalam bentuk tuntutan kebutuhan kegiatan belajar mengajar?
2. Bagaimana mutu layanan pembelajaran dikaitkan dengan ketersediaan fasilitas yang tersedia?
3. Bagaimana mengoptimalisasikan penggunaan fasilitas sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan?
6
Peneliti bermaksud untuk mendeskripsi, mengkaji dan menganalisis berbagai faktor manajemen fasilitas sekolah dasar yang terkait dengan tingkat mutu pembelajaran sekolah dasar di sekolah dasar pada wilayah kota Bandung dan Kota Cimahi.
Adapun tujuan penelitian ini adalah mempelajari, mengidentifikasi, mengkaji dan menganalisis berbagai faktor yang terkait dengan manajemen fasilitas sekolah dasar untuk mendukung keberhasilan pencapaian mutu pembelajaran sekolah dasar khususnya dalam hal :
1. Menganalisis keterkaitan antara fasilitas sekolah dasar dengan kurikulum.
2. Menganalisis keterkaitan antara fasilitas sekolah dasar dengan mutu pembelajaran. 3. Menganalisis optimalisasi penggunaan fasilitas terkait dengan mutu pendidikan. 4. Menganalisis keterkaitan ketersediaan fasilitas pada pengembangan mutu
pembelajaran sekolah di masa mendatang.
Keluaran dari penelitian ini diharapkan dapat membantu para pengambil keputusan pada masing-masing sekolah dan dinas pendidikan untuk menyusun rencana pemanfaatan dan pengembangan fasilitas sekolah dengan lebih baik pada saat ini dan di masa mendatang.
7 Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam menentukan kebijakan pengelolaan berbagai fasilitas yang ada di sekolah, sehingga dapat meningkatkan mutu / kualitas pembelajaran di sekolah dasar.
Pada saat ini pendidikan nasional masih dihadapkan beberapa permasalahan yang menonjol seperti yang dikemukakan oleh Yahya A. Muhaimin antara lain : “(1) masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan; (2) masih rendahnya mutu dan relevansi pendidikan; dan (3) masih lemahnya manajemen pendidikan” (Jalal, 2001:56).
Permasalahan pokok di atas, merupakan permasalahan yang terjadi pada banyak daerah. Untuk mengantisipasinya telah banyak dikeluarkan kebijakan pendidikan yang mengarah kepada pemecahan masalah pokok di atas. Sebagai contoh, salah satu kebijakan strategis adalah penetapan visi suatu kota sebagai jasa pelayanan terpadu di bidang perdagangan, pendidikan dan kesehatan. Sebagai konsekuensi ditetapkannya sebagai kota jasa pendidikan harus didukung oleh sektor lainnya bagaimana kondisi ruang yang telah terbangun khususnya sarana pendidikannya bagaimana sarana pendukungnya transportasi jalan dan banyak variabel lainnya, kemudian aspek perencanaan yang meliputi arah kebijakan pengembangan wilayah perdagangan, pendidikan, kesehatan, industri, pemukiman dan sebagainya. Konsepsi tersebut tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.
8 seperti budaya, sosial dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi keberhasilan sekolah dalam mencetak kualitas siswa. Pada kerangka pikir ini terlihat secara jelas faktor-faktor yang mempengaruhi mutu lulusan yaitu dimulai dari adanya anak atau siswa yang melalui proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan diri secara baik. Agar proses belajar mengajar ini dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan faktor-faktor pendukung, antara lain adalah sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.
9
Gambar 1 Model Umum Pendidikan Sekolah I
INNFFOORRMMAASSII KKEEUUAANNGGAANN SSUUMMBBEERRDDAAYYAA M
MAANNUUSSIIAA
S
SAARRAANNAADDAANN P
PRRAASSAARRAANNAA I
Innssttrruummeennttaall I
INNPPUUTT
P
P
R
R
O
O
C
C
E
E
S
S
S
S
P
Peemmbbeellaajjaarraann
I
I
N
N
P
P
U
U
T
T
C
CaalloonnSSiisswwaa
O
O
U
U
T
T
P
P
U
U
T
T
K
KuuaalliittaassSSssiisswwaa L
Luulluussaann V
ViissiiddaannMMiissii S
Seekkoollaahh
K
K
e
e
p
p
e
e
m
m
i
i
m
m
p
p
i
i
n
n
a
a
n
n
d
d
a
a
n
n
m
m
a
a
n
n
a
a
j
j
e
e
m
m
e
e
n
n
O
O
r
r
g
g
a
a
n
n
i
i
s
s
a
a
s
s
i
i
d
d
a
a
n
n
b
b
u
u
d
d
a
a
y
y
a
a
L
L
i
i
n
n
g
g
k
k
u
u
n
n
g
g
a
a
n
n
e
Gambar 2 Kerangka Pikir Penelitian
AKTIVITAS BY DESIGN (LEARNING) FISIK
IQ
EMOTIONAL SOSIAL
BUDAYA
SARANA PRASARANA
ETIKA & NILAI
KOMUNIKASI
KURIKULUM TEACHING
SPESIFIKASI
FASILITAS PENDIDIKAN PENGETAHUAN
I
Innssttrruummeennttaall
PENGERTIAN PEMAHAMAN
KEMAMPUAN KOMPETENSI TINGKAH LAKU
ANAK / SISWA
KETERSEDIAAN KUALITAS KENYAMANAN KEINDAHAN
PERENCANAAN PENGADAAN PENGATURAN PEMANFAATAN PEMELIHARAAN
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metoda deskriptif. Pada
metode ini peneliti dituntut untuk melakukan eksplorasi dalam rangka memahami dan
menjelaskan masalah yang diteliti melalui komunikasi yang intensif dengan sumber data.
Peneliti harus mempunyai tingkat intensitas pemahaman yang baik terhadap suatu
konsepsi atau teori. Konsepsi ini merupakan perspektif teoritis yang dijadikan pedoman
proses inquiri oleh peneliti. Bila tidak demikian, maka yang dihasilkan peneliti lebih
berupa kumpulan informasi (data) saja.
Kumpulan informasi (data) yang tersusun secara terarah dan terorganisasi dalam
suatu struktur pemikiran tertentu, akan mempunyai makna untuk menjelaskan masalah
yang diteliti. Pendekatan penelitian seperti ini dikenal sebagai Qualitative Research
(Bogdan dan Biklen, 1982:34).
Penelitian kualitatif sering disebut sebagai metoda etnografik, metode
fenomenologis, dan lain-lain. Metoda kualitatif ini sering digunakan untuk menghasilkan
grounded theory, yaitu teori yang timbul dari data dan bukan dari hipotesis-hipotesis.
Karena dasar penelitiannya tersebut, maka penelitian kualitatif bersifat generating theory
dan bukan hypothesis testing, sehingga teori yang dihasilkan berupa teori yang substantif.
Penelitian kualitatif merupakan suatu pencampuran antara hal rasional, eksploratif
dan instuitif, dimana keahlian dan pengalaman dari peneliti memainkan sebuah peran
diantaranya : berfikir secara abstrak, menganalisa situasi secara kritis, menentukan dan
menghindarkan bias, mendapatkan informasi yang valid dan dapat dipercaya, mempunyai
dasar teoritis dan sensitivitas sosial dan sebagainya.
Data hasil penelitian kualitatif biasanya berupa uraian yang kaya akan deskripsi
mengenai kegiatan subyek yang diteliti, pendapatnya dan aspek-aspek lainnya yang
berkaitan yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumenter. Dalam
penelitian kualitatif, pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan atas dasar definisi
operasional dari suatu variabel penelitian. Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan
dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan
aspek-aspek lain.
Seperti penjelasan diatas, penelitian ini menggunakan pendekatan metoda
deskriptif. Whitney (Nazir, 1988:63) menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari
masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan
pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan dan
menganalisis tentang pemanfaatan sarana dan prasarana SD di Kota Bandung dan Kota
Cimahi.
Sehubungan dengan penelitian kualitatif, Coffey (2002:54-55) menyatakan: “ The
empirical world constitute the researcher’s populations or data sources”. Jelaslah disini
bahwa elemen-elemen mana, obyek mana, atau siapa-siapa yang merupakan sumber data,
tergantung pada isi teori atau konsep yang digunakan.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sampel
penelitian yaitu kata-kata dan penjelasan dari Kepala Dinas Pendidikan, Kepala sekolah,
Guru-guru, orang tua murid serta tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pemanfaatan
fasilitas sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar di Kota
Bandung dan Kota Cimahi.
Karakteristik sample pada penelitian kualitatif adalah “purposive sampling” yaitu
merupakan suatu cara pengambilan sampel yang memenuhi karakteristik-karakteristik
tertentu yang dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian. Sebagai contoh, sumber
data harus dipertimbangkan kelayakannya sesuai kriteria seperti dikemukakan Sanafiah
(1990:57) yaitu subjek penelitian harus memiliki karakteristik seperti subjek sudah cukup
lama dan intensif menyatu dalam kegiatan atau bidang yang menjadi kajian penelitian,
subjek masih aktif atau terlibat penuh dengan kegiatan tersebut dan subjek memiliki
waktu yang cukup untuk dimintai informasi. Nasution (1988:32-33 ) menjelaskan bahwa
“Untuk memperoleh informasi tertentu, sampling dapat diteruskan sampai dicapai taraf
redudancy, ketuntasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan responden
selanjutnya tidak akan diperoleh lagi tambahan informasi yang berarti”.
Proses pelaksanaan penelitian, mulai dari penelitian pendahuluan sampai dengan
(tiga) tahap utama yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan yang
terdiri dari beberapa sub-tahap seperti terlihat pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1 Langkah-langkah Penelitian Kualitatif
Berikut akan diuraikan secara rinci masing-masing tahapan penelitian
kualitatif tersebut.
PERUMUSAN MASALAH DAN
PERTANYAAN
DEFINISI OPERASIONAL DAN STUDI LITERATUR
SAMPEL DAN PENYUSUNAN INSTRUMENT
DESAIN DAN PENGUMPULAN
DATA
ANALISA DAN INTERPRETASI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
TAHAP PERSIAPAN
TAHAP PELAKSANAAN
PRASARANA
Tahap awal dari suatu penelitian adalah mengidentifikasi permasalahan
yang ada dan menjabarkannya dalam pertanyaan-pertanyaan yang tepat. Tujuan
langkah pertama ini adalah : menentukan permasalahan sebenarnya (root causes)
dari berbagai masalah yang ada. Jadi langkah pertama ini merupakan tahap
terpenting pada suatu penelitian, apabila salah mengambil masalah yang ada, maka
jawaban hasil penelitian menjadi tidak ada artinya.
! "# # # #$ # #
Pada langkah kedua dilakukan definisi operasional yaitu definisi yang
menggambarkan keadaan / perilaku yang dapat diukur dan melakukan studi
pustaka. Tujuan dari langkah kedua adalah agar kita benar-benar menguasai
permasalahan yang ada. Jadi pada langkah ini harus mencari berbagai teori dan
konsep-konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang ada, melalui studi
pustaka, yaitu melalui buku-buku referensi yang ada atau melalui laporan-laporan
yang sudah ada (sering disebut review studi) yang berkaitan dengan permasalahan
tersebut.
% $ & ' (
Tujuan langkah ini adalah untuk menentukan sampel-sampel penelitian,
karena bila kita meneliti secara keseluruhan (100%) sample, maka akan
Pedoman wawancara juga merupakan hal yang sangat penting dalam
melakukan pengumpulan data. Instrument ini harus dibuat dengan baik, sehingga
data yang kita perlukan dapat dijaring dengan instrument tersebut.
) # *
Perancangan penelitian yang dimulai dengan membuat flowchart atau
kerangka pikir yang didasarkan pada definisi operasional dan studi literature yang
telah dipelajari pada langkah-langkah sebelumnya. Kemudian juga setelah
menentukan jumlah sampel dan apa saja kriterianya, maka kemudian dilakukan
pengumpulan data.
+ # # #
Setelah data terkumpul, langkah terpenting lainnya adalah menganalisis
data dan kemudian membuat interpretasinya.
, - # .$ #
Langkah akhir adalah membuat kesimpulan dari hasil penelitian dan
kemudian bila merasa masih ada kekurangan, maka di usulkan suatu saran-saran
dan rekomendasi. Keberhasilan dalam pada penelitian ini tentunya tidak lepas dari
langkah-langkah yang telah dijelaskan diatas. Pada bidang pendidikan, penelitian
kualitatif sering dikenal sebagai pendekatan “naturalistic”, seperti dijelaskan oleh
Guba (1978) dan Wolf (1979) dan dikutip oleh Bogdan dan Biklen (1982:3) sebagai
“In education, qualitative research is frequently called naturalistic because the researcher hangs around where the events, he or she is interested in naturally occur. And the data is ghatered by people engaging in natural behavior: talking, visiting, looking, easting and so on.”
Lincoln dan Guba (1985) menyebutkannya hal tersebut diatas sebagai
“naturalistic inquiry” dan seorang pakar penelitian kualitatif dalam bidang
pendidikan, David D. Williams (1988:53) merumuskan “naturalistic inquiry”
sebagai berikut:
“Simply put, naturalistic inquiry is inquiry conducted in natural settings (in the field of interest, not in laboratories), using natural methods (observation, interviewing, thinking, writing, reading) in natural ways be people who have natural interest in what they are studying (practitioners such as teachers, counselors, and administrators, as well as researchers or evaluators).”
- - /
Selama penelitian dilaksanakan, peneliti bertindak sebagai instrument utama,
sehingga memiliki peran yang sangat penting dan menyatu dengan kegiatan penelitian.
Peneliti sebagai instrument utama penelitian sangat menentukan keberhasilan penelitian
ini. Salah satu hal terpenting adalah pengumpulan data yang dilakukan oleh Peneliti.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan, diantaranya
melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi
0 1 #
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang sangat penting karena
melalui observasi secara intensif, peneliti dapat melihat adanya keterkaitan antara
kegiatan observasi difokuskan untuk mengamati secara langsung, berbagai
fenomena yang terjadi di SD di Kota Bandung dan Cimahi.
Observasi dilakukan dengan cara mendatangi tempat yang diteliti secara
langsung. Selama observasi, peneliti memperhatikan apa penjelasan responden dan
peneliti mencatat hal-hal yang dianggap penting dan berkaitan langsung dengan
masalah penelitian.
Sugiono (2005:67) menyatakan bahwa dari kegiatan dari observasi pada
penelitian kualitatif diharapkan akan diperoleh data penelitian secara lebih objektif
dan dapat dipetik manfaat observasi antara lain :
E. mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, perhatian dan
kebiasaan
F. memungkingkan peneliti melihat dunia sebagai yang dilihat oleh subjek
penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena berdasarkan
pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya berdasarkan pandangan para
subjek saat ini.
G. memungkinkan peneliti dapat merasakan apa yang dirasakan dan dihayati
subjek
H. memungkinkan pembentukan pengetahuan berdasarkan apa yang
! & ' (
Wawancara digunakan untuk menggali dan memperoleh data atau informasi
yang lebih mendalam dan relevan dengan masalah yang diteliti. Wawancara yang
dilakukan bersifat terbuka dan tak berstruktur. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam mengenai pandangan
responden tentang implementasi penggunaan fasilitas sarana dan prasarana dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar di Kota Bandung.
Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dasar dan berkembang sesuai arah pembicaraan secara wajar berdasarkan ucapan
dan buah pikiran yang dicetuskan orang yang diwawancarai. Pada penelitian ini
wawancara informal lebih banyak digunakan, wawancara berlangsung dalam situasi
alamiah dan pertanyaan yang diajukan berkembang sesuai dengan respon orang
yang diwawancara.
% # $. #
Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk menelusuri dan
menemukan informasi tentang implementasi penggunaan sarana dan prasarana
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar di Kota Bandung dan kota
- 2 - 3
Validitas data merupakan hal penting pada penelitian kualitatif, karena tingkat
validitas data mempengaruhi hasil penelitian. Tahap awal dari validitas data, adalah
data-data yang didapat dari hasil pengumpulan data-data, harus diuji terlebih dahulu. Salah satu
metoda untuk memeriksa validitas data adalah dengan menggunakan pendekatan derajat
kepercayaan atau tingkat kredibilitas.
Metoda untuk mengetahui derajat kepercayaan antara lain dengan : (a) melakukan
pengamatan secara berkesinambungan, (b) memperpanjang waktu keikutsertaan
responden, (c) Triangulasi yaitu membandingkan data dari suatu sumber dengan sumber
lain, (d) mengupayakan referensi yang cukup, dll.
Dengan tingkat atau derajat kepercayaan yang tinggi, tentunya peneliti dapat
memiliki keyakinan yang tinggi akan kebenaran data yang dimiliki, sehingga hasil
BAB V
PENGEMBANGAN MODEL HIPOTETIK
MANAJEMEN FASILITAS SEKOLAH DASAR
Berdasarkan hasil kajian penelitian, maka dapat dikatakan bahwa kondisi real keadaan sekolah tidak seperti yang diharapkan yaitu sesuai dengan kebutuhan kurikulum sehingga memberikan output yaitu mutu hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu pada bab ini, penulis menyampaikan model manajemen fasilitas terkait beberapa konsep pengembangan sarana dan prasarana sekolah yang dapat di lakukan oleh sekolah yang bertujuan untuk memperbaiki manajemen fasilitas sekolah dasar.
Togar M. Sipatupang (1994:1) menyatakan pemodelan adalah proses membangun atau membentuk suatu model dari suatu sistem nyata dalam bahasa formal tertentu. Murphy (1990) menyatakan model disebut memadai apabila sesuai dengan tujuan dalam pikiran analisis yaitu terkait dengan sistem, representasi, tujuan dan memadai. Pada model akan dituangkan komponen-komponen yang terkait dengan tujuan penelitian.
Berdasarkan model diatas, dapat dijelaskan hal-hal berikut:
Prinsip utama pemodelan adalah adanya input, proses dan output. Input
yang dimaksud adalah murid, proses adalah learning dan output adalah
mutu lulusan.
Mutu sekolah dasar atau mutu lulusan sekolah dasar, sangat dipengaruhi
oleh spesifikasi pendidikan yang termasuk kurikulum, sistem pembelajaran
(learning), dan berbagai hal lainnya. Artinya bila aktivitas proses dibuat
sebaik mungkin, maka akan lebih mudah dicapai suatu peningkatan mutu
sekolah.
Manajemen fasilitas merupakan salah satu konsep dan implementasi
manajemen yang harus dilakukan oleh manajemen sekolah agar tujuan dari
peningkatan mutu sekolah dasar dapat tercapai. Karena proses
pembelajaran dan isi pembelajaran dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas.
Manajemen sekolah harus dapat mengatur fasilitas dengan baik dan untuk
itu digunakan metode manajemen fasilitas yang terdiri dari perencanaan,
pengadaan, pengaturan, pemanfaatan dan pengawasan. Kelima faktor ini
harus dilaksanakan secara baik dan konsekuen, sehingga fasilitas (sarana
dan prasarana) dapat dirasakan manfaatnya secara langsung terhadap mutu
sekolah dan mutu lulusan sekolah.
Ketersediaan fasilitas dalam mendukung kurikulum dan mutu sekolah dasar
hasil penelitian, terlihat mutu sekolah dasar terpengaruh dengan
ketersediaan fasilitas.
Demikian juga masalah mutu sekolah atau lulusan sekolah terkait dengan
permasalahan penggunaan atau pemanfaatan secara optimal fasilitas yang
dimiliki dan juga keberlanjutannya dari fasilitas yang dimiliki sekolah.
Dari hal tersebut, maka dibuat model yang ideal manajemen fasilitas untuk
Banyak faktor-faktor mempengaruhi dan menentukan konsep dari suatu rencana.
Secara umum diorganisir dari lingkungan sekitar dan hubungan fungsional. Beberapa
sekolah mengalami masalah yang berhubungan dengan keadaan tempat yang tidak biasa,
mulai dari lokasi, kebutuhan akan kelas yang terus bertambah. Rencana dapat tersusun
dengan mempertimbangkan ruang belajar serta pelajaran yang disampaikan kepada siswa.
Hal yang yang harus direncanakan dalam pembangunan prasarana ini dijelaskan berikut
ini.
Tahap awal pembangunan Sekolah adalah menetapkan lokasi sekolah. Hal
ini tentunya bukan hal mudah mengingat banyak sekali kendala-kendala yang
terjadi pada saat penentuan sekolah. Tetapi secara ideal ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan lokasi sekolah yaitu :
Hal ini berkaitan dengan masalah ekonomi, sosial dan perumahan
masyarakat. Sebagai perencana harus mengetahui secara seksama bagaimana
lingkungan akan berkembang apakah ke arah yang positif ataupun negatif.
Perkembangan perumahan yang potensial berkaitan dengan ukuran,
kebutuhan dan lokasi harus mengikuti peraturan atau rencana pengembangan
lahan di wilayah yang akan dikembangkan peruntukannya tidak sesuai dengan
kepentingan sekolah.
Sebagai contoh mendirikan sekolah di daerah yang akan dikembangkan
sebagai hutan lindung. Hal ini tentunya sekolah sulit berkembang mengingat
kondisi tersebut akan menjadi kendala bagi perkembangan sekolah.
Hubungan dengan sekolah yang lebih tinggi seperti Sekolah Menengah
Pertama atau sekolah lebih rendah seperti taman kanak-kanak serta sekolah
setingkat perlu dipertimbangkan. Untuk sekolah-sekolah negeri, di mana umumya
terpisah dengan sekolah tingkat yang lebih tinggi, maka hal ini perlu dikaji secara
mendalam sehingga dapat suatu hasil evaluasi yang mendukung perkembangan
sekolahdi masa mendatang.
Karakteristik lokasi pembangunan sekolah berhubungan dengan lokasi mana
yang akan dibangun apakah di daerah pedesaan, perkotaan atau dipinggiran kota.
Dengan menentukan permintaan ruang maksimum dan minimum yang
diperlukan (lokasi untuk membangun, lapangan bermain, perpakiran, jalan yang
dapat dilalui dan jasa angkutan. Di sisi struktural harus mempertimbangkan
kondisi lahan permukaan air di bawah tanah, rencana banjir, daerah aliran sungai
A R E A H U T A N K A Y U
L A H A N P A R K I R
J A L A N T A M B A H A N
J A L U R J A L A N M A S U K
JA LA N R A YA JA LU R P ER D A G AN G A N
[image:31.595.96.510.102.628.2]A R E A L A T A R T E R B U K A
Gambar 1 Daerah Analisis
Hal lain adanya batasan buiding coverage area, kondisi tanah, tempat
rekreasi, ketersediaan material, dll. Perlu dipertimbangkan secara tepat pada saat
pemilihan lokasi. Hal ini berkaitan dengan dana yang harus dikeluarkan untuk
membangun sekolah baru.
Sekolah yang baik, faktor aksesibiltas merupakan salah satu faktor penting
menunjang keberhasilan murid untuk mencapai mutu pembelajaran yang baik.
Oleh karena itu pada pelaksanaan pembangunan gedung Sekolah Dasar harus
diperhitungkan asas aksesibilitas, antara lain:
KEMUDAHAN, yaitu setiap orang dapat mencapai semua semua tempat atau
bangunan yang bersifat umum dalam lingkungan sekolah. Salah satu hal
adalah pencapaian murid ke sekolah, maka tentunya lokasi sebaiknya dipilih
(angkutan kota, bus, ojek, dll) atau jalan (rute-rute tidak macet, nyaman, dll)
yang dapat digunakan oleh murid untuk mencapai sekolah.
KEGUNAAN, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat
atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
KESELAMATAN, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan terbangun, harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang.
KEMANDIRIAN, yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan
mempergunakan semua tempat atau banguan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.
!
"
Tahap awal penataan bangunan sekolah adalah membuat rencana tapak
bangunan yang dikaitkan dengan rencana penggunaan tata guna lahan secara
optimal.
Lapangan Bermain
Lapangan Bermain
Lapangan Bermain
Parkir
Kolam Pemeriksa Keuangan Parkir
Pengunjung
Rumah Akademik Parkir Fakultas
Rumah Akademik
Rumah Akademik
Teknik ADM.
Gambar 2 Rencana Tata Guna Lahan
" # $ %
Beberapa sekolah merencanakan / mengorganisir sekolah besar kedalam
unsur yang lebih kecil, yang biasa disebut rumah. Sekolah menyediakan
lingkungan bagi siswa, jarak antar ruangan juga menjadi pertimbangan.
Penyusunan layout bangunan tidak lepas dari rencana jumlah ruang yang akan
disediakan sekolah dan rencana pengembangan sekolah di masa mendatang. Pada
perencanaan layout ini tentunya tidak boleh melupakan fasilitas pendukung
seperti tempat parkir, lapangan bermain, dan lainnya.
Penyusunan tata letak bangunan sekolah harus didasarkan pada kebutuhan
ruang sekolah dan penataannya harus dilakukan dengan pendekatan kepentingan
kegiatan ruang tersebut. Berikut ini akan dibahas mengenai kebutuhan ruang
sekolah dasar dan bagaimana membuat tata letak yang baik.
Perancangan tata letak dapat dijabarkan mengikuti urutan kegiatan yang
dikembangkan oleh Richard Muther, yaitu melalui pendekatan yang dikenal
Gambar 3 Langkah-langkah dasar SLP
(Tompkins J.,A.,et al)
Pada dasarnya, langkah-langkah dalam perencanaan tata letak seperti
tersebut diatas dapat dikategorikan kedalam tiga tahapan, yaitu tahap analisis
yaitu mulai dari analisis aliran material, analisis aktivitas, diagram hubungan
1.Data masukan
dan aktivitas
2.Pergerakan Guru&murid
3.Hubungan Aktivitas
4.Diagram Hubungan aktivitas dan perge-rakan guru & murid
5.a Kebutuhan Ruangan
5.b.Ruangan yang tersedia
6.Diagram Hubungan ruangan
7.a.Modifikasi 7.b.Batasan praktis
8.Pembuatan alternatif tata letak
9.Evaluasi
aktivitas (relations diagram), pertimbangan keperluan ruangan dan ruangan yang
tersedia.
Tahap yang kedua adalah tahap penelitian (research) mulai dari
perencanaan diagram hubungan ruangan sampai dengan perancangan alternatif
tata letak. Sedangkan tahap terakhir adalah proses seleksi dengan jalan
mengevaluasi alternatif tata letak yang telah dirancang.
1) Data Masukan
Langkah awal dalam perancangan tata letak adalah dengan melakukan
pengumpulan data awal. Data awal yang dimaksud meliputi jumlah target murid
yang akan menggunakan sekolah dasar tersebut dan juga kegiatan kegiatan yang
akan dilakukan oleh murid sehingga mutu pembelajaran yang sudah ditetapkan
sebelumnya dapat tercapai.
2) Pergerakan guru dan murid serta hubungan kegiatan
Pergerakan guru dan murid serta hubungan kegiatan yang di evaluasi pada
ruangan-ruangan yang ada.
3) Kebutuhan ruang
Kebutuhan akan ruang di lingkungan sekolah tidak hanya ruang kelas
belaka, akan tetapi ruang lain yang memiliki fungsi untuk menunjang kegiatan
proses pembelajaran. Ruangan yang dipergunakan dalam lingkungan sekolah
harus mampu menampung jumlah peserta didik agar siswa mendapatkan
Serta ruangan lain yang dapat menunjang kurikulum sekolah, seperti
laboratorium dengan adanya praktikum dalam pembelajaran sangat di perlukan
karena akan memberikan pengalaman langsung kepada siswa bagaimana
memahami konsep. Tidak hanya peserta didik akan tetapi ruang ketenagaan
juga menjadi pertimbangan agar para pengajar dapat melakukan. Oleh
karenanya ketersediaan ruangan menjadi faktor penting dalam proses
pembelajaran.
Kelas untuk Sekolah Dasar jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
fasilitas kelas untuk Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.
Ruangan ini memerlukan beberapa fasilitas untuk mengajar beberapa mata
pelajaran seperti Bahasa Inggris, Matematika, Membaca, Kesenian dan keahlian
seperti musik, ilmu sosial dan ilmu pengetahuan. Tempat ini digunakan secara
eksklusif oleh beberapa kelompok siswa. Banyak sekolah saat ini menambahkan
fasilitas kelas dengan komputer. Ruang khusus lain yang harus ditambahkan
adalah ruang musik dan seni.
4) Keterdekatan ruang
Alokasi ruangan dalam studi ini perlu menyertakan semua unsur-unsur
dan ruang yang diperlukan oleh keseluruhan dalam mengembangkan program
kurikulum.
Hubungan-hubungan ini diusulkan unsur-unsur lokasi dan ruang satu
sama lain dan untuk lokasi terbaik untuk perkembangan secara visual dapat
Pada kurva ini, keterkaitan antara satu ruang dengan ruang lain
digambarkan dalam 6 kelompok berikut:
A – Sangat Diperlukan (Absolutely necessary)
B – Penting Sekali (Especially Important)
I – Penting (Important)
O – Biasa (Ordinary closeness okay)
U – Tidak penting (Unimportant)
X – Tidak diinginkan (Undersirable)
Berdasarkan hasil analisa peneliti, maka kurva ARC untuk Sekolah Dasar
[image:37.595.94.508.174.627.2]digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4 ARC Sekolah Dasar
Derajat hubungan antar ruangan pada suatu sekolah dasar disusun
berdasarkan hasil Activity Relationship Chart (ARC) dan disebut Relationship
Diagram atau Diagram Hubungan Aktivitas. Contoh dari diagram hubungan
[image:38.595.90.507.216.825.2]aktivitas digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5 Activity Relationship Diagram
6) Diagram Hubungan Ruangan
Langkah selanjutnya dalam aktivitas SLP ini adalah pembuatan diagram
hubungan ruangan. Dalam proses pembuatannya yang perlu dilakukan adalah
mengevaluasi luas area yang dibutuhkan untuk semua aktivitas sekolah dasar
7) Tata Letak bangunan
Berdasarkan data diagram hubungan ruangan, maka dapat ditentukan tata
letak bangunan sekolah dasar, termasuk masing-masing ruangan yang
dibutuhkan.
Perencanaan tata letak bangunan termasuk letak dari masing-masing ruang
sekolah dasar harus mempertimbangkan berbagai hal sebagai berikut :
o Penempatan bangunan pada site dan organisasi sub-ruang/area mengikuti
pola pengelompokan umum, pengelompokan semi privat dan kelompok
privat.
o Apabila tidak disyaratkan lain, hanya ada satu pintu gerbang masuk
kelokasi sekolah. Pintu masuk kedalam komplek bangunan hanya
disediakan dua buah. Satu melalui bangunan administrasi dan sebuah lagi
berfungsi juga sebagai jalan servis untuk kendaraan
o Pergerakan siswa dari satu ruang ke ruang yang lain, secara visual dan
auditive tidak mengganggu kegiatan lain yang sedang dilaksanakan
diruangan.
o Tata ruang luar dan dalam harus bisa mengakomodasi kehidupan sosial
yang komunikatip.
o Tercerminnya satu kontrol bagi keluar masuknya siswa, guru, pegawai dan
o Tata ruang luar secara keseluruhan berorientasi kedalam pada satu ruang
terbuka. Apabila situasi dan kondisi menghendaki lebih, bisa direncanakan
beberapa ruang terbuka yang lain yang saling berhubungan yang secara
keseluruhan membentuk ruang luar yang menerus (continuous space).
o Pagar keliling lokasi sekolah berfungsi utama sebagai pengaman
lingkungan secara keseluruhan disamping mendukung ciri penampilan
sekolah yang terbuka.
& '
Desain bangunan dan lingkungan sekolah harus bisa mengakomodasi dan
mencerminkan ciri sekolah dasar secara umum maupun ciri proses pendidikan.
Suasana ruang belajar tempat siswa belajar dan bermain menampilkan ciri-ciri
efisiensi, kenyamanan, keindahan dan pelayanan yang memuaskan bagi
kebutuhan siswa. Jadi dapat dikatakan bahwa konstruksi sekolah merupakan
prasrana penting dalam kegiatan belajar mengajar. Tanpa ruang kelas yang baik,
tanpa laboratorium yang baik, dan lain-lain, dapat menyebabkan terhambatnya
kegiatan belajar mengajar. Karena itu konstruksi bangunan ini perlu mendapatkan
perhatian khusus pada saat pembangunan dan juga saat pemeliharaan.
Ciri arsitektur juga dituntut untuk memberi warna bangunan dan lingkungan
sekolah. Penampilan tersebut juga tetap mempertimbangkan masalah fungsi
sebagai bangunan pendidikan serta pertimbangan tujuan penampilan ciri daerah
Bangunan sekolah dasar yang utama adalah berkaitan dengan prasarana
sekolah yaitu berkaitan dengan ruang yang digunakan di sekolah.
Ruangan yang direncanakan harus memenuhi standar-standar yang berlaku
antara lain mencakup pencahayaan, dll.
8) Tata Cahaya
a) Sumber Penerangan
Apabila tidak disyaratkan lain, penerangan harus menggunakan cahaya
alam dengan cara perhitungan yang benar.
b) Orientasi Jendela
Jendela dengan material bening (tembus pandangan) harus dihadapkan
kearah utara atau selatan. Penyimpangan dari ketentuan ini harus ada
penyelesaian sedemikian rupa untuk menghindarkan sinar matahari masuk
langsung ke dalam ruang.
c) Jenis Penyinaran
Penerangan dalam ruang, baik secara alamiah maupun buatan harus
menghasilkan penyinaran yang merata keseluruhan ruang.
Intensitas dan jenis penerangan pada tiap jenis ruang secara umum harus
disesuaikan dengan kebutuhan tiap jenis kegiatan yang ada pada tiap ruang.
e) Penempatan Titik Lampu
Penempatan titik lampu untuk penerangan buatan harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
▪diperhitungkan terhadap bidang kerja pada tiap ruang yang bervariasi antara 0.75 M sampai dengan 1.50 M.
▪kemudahan penjangkauan dalam rangka pemeliharaan dan penggantian
komponen yang rusak.
9) Tata Penghawaan
a) Sistem Penghawaan
Penghawaan ruangan, apabila tidak disyaratkan lain, menggunakan sistem
penghawaan silang. Letak dan ukuran lobang penghawaan harus
dipertimbangkan berdasarkan kegiatan, terutama posisi orang yang ada dalam
ruang.
b)Udara Kotor Produk Kegiatan
Udara kotor sebagai akibat kegiatan dalam ruang harus dinetralisasi
sebelum dibuang keluar ruang. Udara yang keluar dari salah satu ruangan,
diupayakan tidak masuk ke ruangan yang lain walaupun bau dan kandungan
10)Tata Akustik
c) Prinsip Akustik Ruang
Secara umum desain ruang harus dibuat sedemikian rupa sehingga
tercapai akustik ruang yang baik tanpa bantuan alat pengeras maupun peredam
suara.
ujuan Akustik
Akustik bertujuan untuk mencapai kondisi pendengaran suara yang
sempurna yaitu murni, merata, jelas dan tidak berdengung sehingga sama
seperti aslinya, bebas dari cacat dan kebisingan. Untuk mencapai kondisi
tersebut sangat tergantung dari factor keberhasilan perancangan akustik ruang,
konstruksi dan material yang digunakan.
Problem-problem akustik dianalisa dengan mendasarkan pada 5 faktor
yaitu :
o Sumber suara
o Perambatan suara
o Penerimaan suara
o Intensitas suara
o Frekuensi suara
d)Sifat Akustik
Akustik dalam disain interior sangat tergantung pada kondisi lingkungan,
lingkungan akustik bangunan lebih bersifat subyektif dan kualitatif.
Memperhatikan rambatan dan sifat gelombang suara dalam ruang tertutup
lebih sulit dan memerlukan studi khusus untuk menentukan jenis, jumlah dan
penggunaan bahan-bahan penyerap. Parkin (1969) mengemukakan “it is thus
possible to design a room which has good acoustic but it is not possible to be
sure of designing with excellent acoustics”.
Dengan menggunakan Test Model yaitu suatu alat elektronok khusus
untuk mengetes rambatan suara pada material hingga bisa diketahui kekuatan
suara. Begitu pula rambatan dan sifat gelombang suara di udara terbuka,
keberhasilannya ditentukan oleh berbagai factor seperti letak loudspeaker,
arah angina, jumlah pengunjung dan sebagainnya. Perambatan gelombang
bunyi pada tempat terbuka berbentuk bola yang terus-menerus membesar tapi
terus melemah. Teknik pengukurannya dengan menggunakan seberkas cahaya
optikal berbentuk garis-garis lurus yang dipancarkan ke setiap arah.
Pengertian akustik sangat luas dan beragam, meliputi hampir pada semua
segi kehidupan manusia, sejak bangun tidur, bekerja, beristirahat, berekreasi
sampai kembali tidur akan terus berhubungan dengan aspek akustik.
Hubungan antara interior dengan akustik ternyata tidak sebatas hanya pada
perhatian penataan ruang dan perhitungan bagi pengguna ruang tetapi juga
terhadap penyimpangan termal, atmosfir, cahaya dan bunyi-bunyian yang
ditimbulkan oleh kondisi luar maupun yang berasal dari dalam gedung itu
sendiri. Pertimbangan akustikal dimaksud guna menciptakan kejelasan suara
menimbulkan suasana di dalam rumah. Faktor-faktor eksternal yang langsung
mengganggu sistem pendengaran di dalam ruang antara lain berasal dari laju
transportasi, pesawat terbang, bunyi petasan, ledakan, dan lain-lain. Faktor
internal meliputi bunyi musik, pembicaraan yang keras, benturan dan lain-lain
peralatan yang kesemuanya perlu diatur guna mendapatkan kenyamanan
komunikasi antar sesama.
Factor-faktor lain yang juga ikut mempengaruhi keberhasilan tata suara di
dalam ruang antara lain factor konstruksi bangunan, kualitas dan sifat bahan
serta kondisi lingkungan.
Kejelasan pendengaran pada hakekatnya ditentukan oleh tiga faktor yaitu :
o Sumber bunyi
o Jejak perambatan suara
o Kondisi penerima
Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan harus dijaga keharmonisannya
guna mendapatkan kenyamanan dalam berkomunikasi. Akustik mengajarkan
pada kita bagaimana mengatur dan mengendalikan ketinggian sumber suara,
peredaman kebisingan sehingga manusia dengan nikmat bisa mendengar dan
mengerti pesan-pesan yang disampaikan padanya.
Komunikasi di luar ruang pengaturan akustik akan lebih sulit lagi. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya factor yang ikut menganggu kejelasan
pendengaran, seperti energi bunyi berupa gelombang yang merambat di udara
terbuka, banyaknya sumber penyerapan bunyi dan gangguan kebisingan yang
e) Bentuk Akustik
Bentuk akustik merupakan unsure yang ikut mendukung pengkondisian
akustik suatu ruang sebagai elemen nonstruktural , tapi bisa juga sebagai
elemen struktural.
o Masa Bentuk Cekung
Digunakan sebagai bidang pantul yang luas berbentuk struktur datar.
Bentuk ini bersifat pemusatan suara yang tidak menyebar dan bentuk
tersebut merupakan kebalikan dan fungsi reflector.
Bentuk cekung menimbulkan efek focal point atau pusat arah pantulan
suara, disebut whispering gallery atau gema yang merambat. Bentuk
cekung bila diolah menurut rambatan suara akan lebih mendukung kondisi
akustik. Penataan gambar suara dengan penggunaan bentuk cekung
membutuhkan penyesuaian terhadap jenis struktur atap serta instalansi
bagian atas
Pada bagian cekung cenderung tidak digunakan terutama pada bagian
panggung dan ceiling yang berfungsi sebagai reflector ruang. Selain
melihat alasan tersebut di atas, sifat perancangan akustik menjadi bersifat
lebih empiris karena kurang menyambung dengan jenis struktur rangka
baja.
Bentuk-bentuk cekung yang memiliki permukaan datar atau rata dapat
berfungsi sebagai akustik bila diletakkan dengan kemiringan agar
diperlukan arah pantulan yang cukup banyak dengan memasang beberapa
bidang datar yang menerus dengan kemiringan yang berbeda-beda. Bentuk
akustik datar dapat diolah untuk mengarahkan suara ke daerah penerima
yangluasnya ditentukan oleh besar kemiringan atau sudut datang
gelombang agar mampu meningkatkan jumlah pantulan dan mengurangi
cacat bunyi berupa gema melalui TDG atau beda jarak pantul yang lebih
pendek.
Bentuk akustik datar dapat diolah untuk mengarahkan suara ke daerah
penerima yang luasnya ditentukan oleh besar kemiringan yang
daerah penerima yang luasnya ditentukan oleh besar kemiringan atau
sudut datang gelombang agar mampu meningkatkan jumlah pantulan dan
mengurangi cacat bunyi berupa gema melalui TDG atau beda jarak pantul
yang lebih pendek.
o Masa Bentuk Cembung
Masa bentuk-bentuk cembung merupakan bentuk pemantul suara yang
baik karena memiliki sifat penyebar gelombang suara yang ikut
mendukung kondisi difudi akustik ruang. Bentuk cembung memiliki
keuntungan karena bisa menciptakan kejelasan suara dari berbagai arah
yang cukup luas dan menyebar. Dalam perancangan akustik dibutuhkan
penyesuaian terhadap ketelitian bentuk lengkung serta perletakannya, yang
pada beberapa gedung kesenian penggunaannya terbatas. Penggunaan
elemen dengan bentuk-bentuk cembung di batasi pada dinding belakang
auditorium di lowa serta Phoenix Civic Plaza di Arizona. Bentuk akustik
datar sifatnya paling sederhana dan jelas. Pada perancangan akustik
terutama dalam mengambarkan teknik geometri mudah diketahui bentuk,
posisi, gedung-gedung kesenian banyak menggunakan bentuk akustik
datar sebagai pemantul yang dipasang pada dinding, ceiling dan
panggung.
Bentuk akustik datar dengan teknik geometri akan memberikan suara yang
jelas kepada para penonton yang duduk di deret paling belakang tanpa
memberikan kepuasan bagi seluruh pengunjung baikmereka yang duduk
paling depan maupun yang jauh dari panggung pertunjukan.
f) Dampak Akustik Pada Lingkungan
Akustik juga membari dampak atau aspek pada berbagai faktor
lingkungan antara lain: Lingkungan fisik, Manusia, Bangunan, Susunan
organisasi ruang, Material bangunan.
o Aspek akustik pada lingkungan fisik
Suatu daerah lokasi perlu mengikuti kriteria-kriteria dengan
memperhatikan kondisi akustik sebagai daerah peruntukan, dengan luas
yang memadai dan pencapaian lingkungan yang menunjang sifat kegiatan
yang terjadi di dalam lokasi tersebut.
Untuk menangkal suara bising dari frekuensi yang ditimbulkan oleh
kepadatan lalu lintas yang tinggi, bunyi pabrik disekitar permukiman dan
lain sebagainya diatasi dengan cara:
Memanfaatkan elemen kehijauan pohon-pohon sebagai alternatif pilihan
untuk mengurangi kebisingan di sekitar tapak. Pencapaian tapak pada
bagian yang terdekat dengan sumber akses melalui sistem sirkulasi yang
mudah dan sederhana agar bisa langsung mencapai arah jalan.
Tapak disusun dalam beberapa zone (daerah) seperti daerah publik, semi
privat dan daerah privat (pengelola, penghuni dsb.). Daerah pada tapak
Penempatan masa di bagian tengah dikelilingi dengan barier serta
peletakan area parkir disebelah kiri dan kanan tapak, selain untuk
memudahkan sirkulasi juga untuk memanfaatkan bagian yang sempit dari
tapak.
o Aspek akustik pada manusia
Guna penentuan aktivitas dan sirkulasi dalam ruang kerja, kebutuhan
ruang gerak dan fasilitas perabot.
Menganalisa tingkat kebutuhan tersebut untuk setiap jenis kegiatan dalam
ruang guna dijadikan sebagai dasar penyusunan ruang yang lebih
akustikal.
Dengan memperhatikan faktor trsebut diatas maka kebisingan dari luar
seperti ramainya suara kendaraan, bunyi-bunyian dan kegaduhan dari
tetangga atau lingkungan bisa dicegah semaksimal mungkin. Adapun
gangguan yang bersal dari dalam rumah, misalnya injakan kaki yang
keras, suara AC, masin cuci, teriakan, suara nangis anak, suara musik yang
membahana, benturan alat-alat dan derit bunyi meja kursi serta sentakan
pintu yang kesemuanya perlu dicegah.
o Aspek akustik pada bangunan
Memahami kebutuhan akustik pada tiap jenis ruang guna menentukan
Menentukan titik letak perabot dan konstruksi material yang ikut
mendukung kondisi akustik ruang guna mereduksi suara yang bersal dari
dalam maupun dari luar bangunan.
Menentukan jenis struktur bangunan yang memenuhi syarat kekuatan,
kelembutan dan kestabilan sebagai dasar pertimbangan dalam memenuhi
kebutuhan fungsi ruang.
Bagaimana cara menghindari dan menanggulangi gangguan yang terjadi
pada ruang-ruang yang berbeda fungsi dengan tingkat kebutuhan akustik
dilakukan melalui penyusunan tata rjuang dan pemecahan konstruksi
bangunan.
Menentukan bentuk dasar massa yang memenuhi kriteria terhadap
hubungan antar ruang dan penempatan dalam tapak guna mendukung
pengendalian kebisingan.
Menentukan bentuk massa yang mendukung fungsi suara dalam ruang
beserta tuntutan kondisi akustik.
Perancangan akustik pada bangunan perlu memperhatikan faktor
kebisingan yang terjadi di luar gedung yang berasal dari dalam gedung itu
sendiri. Untuk mengantisipasi kebisingan tersebut bisa dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya dalam penggunaan bahan bangunan, posisi ruang,
konstruksi partisi, peredaman dengan tanam-tanaman, pagar pembatas dan
perancangan bentuk gedung dititiberatkan pada tata susunan
bidang-bidang pantulan. Bentuk panel-panel ruang juga berpengaruh pada bentuk
luar dari atap sebagai ciri bangunan.
Mereduksi kebisingan dengan mengurangi elemen bukaan pada bangunan
tetapi tetap diimbangi dengan penekanaan situasi ke arah pemandangan
hijau tapak guna menghindari kesan pasif.
Memilih jenis material yang mudah dan sederhana yang dapat mereduksi
kebisingan
Pengurangan gangguan kebisingan dengan membuat penataan interior
ruang yang mampu menghambat gelombang noise melalui perletakan
pintu dan ruang. Memberi lapisan penyerap suara disekitar sumber
kebisingan seperti pada mesin, duckting dan peralatan elektrik
perkantoran.
Bentuk bangsal sebagai ruang utama ditentukan oleh orientasi pantulan
suara dan ukuran persyaratan akustik gedung sebagai usaha penerjemahan
fungsi yang didukung harmonisasi keindahan.
Untuk mendapatkan solusi bisa saja seorang disainer memilih beberapa
alternatif yang dianggap terbaik.
Bukaan dinding dengan kaca laminasi untuk ruang manager dengan
menggunakan karpet untuk mengabsorbsi suara. Sebagai lapisan pemantul
dan elemen ruang dekorasi digunakan bahan plywood, selain bisa tahan
lama juga dapat dibentuk sesuai desain dan berfungsi sebagai pemantul
Dalam pemilihan struktur bangunan, yang menyangkut unsur interior
hendaknya diperhatikan hal-hal berikut:
Tuntutan fungsi dan bentuk ruang yang besar diusahakan bebas dari
kolom-kolom untuk mendapatkan akustik ruang.
Kondisi tapak di komplek bangunan bervariasi dengan daya dukung tanah,
dan permukaan air tanah.
Waktu, biaya, efisien dalam pelaksanaan dan mudah dalam pemeliharaan.
Penempatan lokasi bangsal pada bagian tengah bangunan dengan
ketinggian pada masa trbesar sebagai pusat perhatian (focal point)
Perlengkapan bangunan supaya memperhatikan persyaratan akustik.
o Aspek akustik pada susunan organisasi ruang
Penyusunan organisasi ruang di dalam gedung dimaksud untuk
mendukung perwujudan kondisi akustik yang baik maka segala aspek
suara atau bunyi perlu dianalisa terlebih dahulu dan kesimpulannya
dijadikan sebagai dasar perhitungan perencanaan akustik.
Organisasi ruang disusun berurutan mulai dari jenis kegiatan yang
berkesinambungan, kepentingan penghuni, fungsi, keamanan dan
kerahasiaan dari tiap gedung berbeda.
Menurut FDK.Ching, hubungan tata susunan ruang bisa dikelompokan
sebagai berikut:
▪ruang didalam ruang
▪ruang-ruang yang saling berkesinambungan
▪dua ruang atau lebih yang dihubungkan dengan ruang yang lebih besar.
Dari sekian banyak sistem tata hubungan antar ruang, sistem ruang dalam
ruang dianggap yang terbaik dari segi fungsi akustik. Ruang dengan
susunan tersebut mampu melindungi ruang terhadap kebisingan yang
bersumber dari lingkungan sekitar.
Banyak alternatif perencanaan organisasi ruang, tetapi ternyata yang
terbaik adalah sistem organisasi terpusat dan organisasi grid:
▪Sistem Organisasi Terpusat
Ruang utama ditentukan sebagai ruang khusus untuk pengolahan akustik
sedang ruang yang terbesar dijadikan sebagai pusat kegiatan, dan ruang
sekelilingnya dianggap sebagai ruang sekunder.
Sistem ini memiliki sifat yang sesuai dengan sistem struktur rangka
tiang dan balok. Kemampuan pengirganisasian ruang sebaiknya
disesuaikan dengan bentuk massa dan bentuk tapak.
Organisasi gedung juga diklasifikasikan menurut kapasitas penggunaan
sebagai berikut: ruang sangat besar, auditorium concert hall dengan
tempat duduk lebih dari 1500 orang, ruang besar berkapasitas 900-1500
orang, Ruang medium untuk 500-900 orang, dan ruang kecil
berkapasitas pengguna/pengunjung kurang dari 500 orang.
o Aspek akustik pada material bangunan
Setiap material bangunan dan perabot ruang memiliki kondisi akustik
yang berkemampuan sebagai penyerap dan pemantul suara pada derajat
tertentu, tergantung dari tipisnya bahan, porositas, konstruksi serta
frekuensi. Faktor tersebut tergantung dari sifat akustik tiap jenis material.
Bata, merupakan blok banguanan moduler, terbuat dari tanah liat, bersifat
sebagai pereduksi udara yang sangat baik terutama pada sistem dua paralel
dibuat tanpa hubungan dengan adukan semen atau tanpa pelapis. Bata
dengan campuran bahan peredam seperti jerami, serabut sangat dianjurkan
karena sifat peredaman suara akan semakin baik
Beton, material hasil campuran dari bahan semen, batu, pasir, besi
tulangan dan air mempunyai daya kuat terhadap gaya tekan, digunakan
untuk struktur slab atau dinding struktural. Beton merupakan pereduksi
Bila beton diberui celah udara dapat menyerap kebisingan dengan lebih
baik lagi.
Unit-unit blok beton, digunakan sebagi modular bangunan, bersifat
mereduksi suara sangat baik, tergantung pada berat dan tidak pada
kepadatan blok beton. Pada perumahan berfungsi sebagai pemantul semua
frekuensi.
Kaca, merupakan bahan transparan dari silikatyang sangat ringan dan
berdifat sebagai peredukasi yang sangat baik terutama pada frekuensi
menengah. Kualitas dapat ditingkatkan dengan sistem berlapis dan
berfungsi sebagai penyerap kebisingan tetapi berisiko pada resonansi
frekuensi rendah.
Plywood, jenis material ini tidak efektif untuk mereduksi suara kecuali
bila digabung dengan material lain tetapi bila bentuknya tipis dapat
menjadi penyerap yang kuat pada frekuensi rendah. Bahan plywood
merupakan pemantul suara yang cukup baik.
g) Kebisingan Antar Ruang
Suara bising timbul dalam ruangan tertentu harus dapat ditolak sedemikian
rupa sehingga tidak menjalar ke ruangan yang lain.
h)Gangguan Bau
Ruang kelas harus jauh dari gangguan bau tidak sedap seperti bau dari
tempat sampah, WC, got yang tidak dibersihkan, dan lainnya, karena dapat