• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Modal Sosial terhadap Keberhasilan Usaha Industri Kecil Alas Kaki di Desa Ciomas - Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Modal Sosial terhadap Keberhasilan Usaha Industri Kecil Alas Kaki di Desa Ciomas - Bogor"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN MODAL SOSIAL TERHADAP KEBERHASILAN

USAHA INDUSTRI KECIL ALAS KAKI

DI DESA CIOMAS - BOGOR

TIARA TRIUTAMI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peranan Modal Sosial terhadap Keberhasilan Usaha Indsutri Kecil Alas Kaki di Desa Ciomas - Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

TIARA TRIUTAMI. Peranan Modal Sosial terhadap Keberhasilan Usaha Industri Kecil Alas Kaki di Desa Ciomas - Bogor. Dibimbing oleh RILUS A. KINSENG.

Modal sosial mempunyai peran penting terhadap berbagai program pembangunan, termasuk dikalangan pengusaha industri kecil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis stock modal sosial dan peranannya terhadap tingkat keberhasilan usaha. Penelitian dilakukan di Desa Ciomas dengan menggunakan metode survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stock modal sosial pengusaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas, mencakup kepercayaan, jaringan, dan norma tergolong pada kategori sedang. Modal sosial memiliki hubungan nyata terhadap keberhasilan usaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas. Unsur modal sosial yang paling berperan adalah kepercayaan dan jaringan, sedangkan norma tidak memiliki peranan yang berarti. Hal tersebut menunjukkan bahwa modal sosial secara keseluruhan memiliki peranan terhadap keberhasilan usaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas.

Kata kunci: modal sosial, unsur-unsur, industri kecil, keberhasilan usaha

ABSTRACT

TIARA TRIUTAMI. The Role of Social Capital toward Business Achievment of Footwear Small Industries in Ciomas Village - Bogor. Supervised By RILUS A KINSENG.

Social capital has an important role to various development programs, including among small industrial entrepreneurs. This study intend to analyze the stock of social capital and its role in the business achievement rate. The study was conducted in the Ciomas village using survey methods. The results showed that the stock of social capital in footwear small industries entrepreneurs in the Ciomas village, includes trust, networks, and norms belong to the category of being. Social capital has a real connection to the business achievment of footwear small industries in the Ciomas village. Elements of the role of social capital is trust and networks, while the norm doesn’t have any significant role. It shows that social capital as a whole has a role in the business achievement of footwear small industries in Ciomas village.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

PERANAN MODAL SOSIAL TERHADAP KEBERHASILAN

USAHA INDUSTRI KECIL ALAS KAKI

DI DESA CIOMAS - BOGOR

TIARA TRIUTAMI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Peranan Modal Sosial terhadap Keberhasilan Usaha Industri Kecil Alas Kaki di Desa Ciomas - Bogor

Nama : Tiara Triutami

NIM : I34090094

Disetujui oleh

Dr Ir Rilus A Kinseng, MA Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah modal sosial, dengan judul Peranan Modal Sosial terhadap Keberhasilan Usaha Industri Kecil Alas Kaki di Desa Ciomas - Bogor. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih dan rasa hormat yang mendalam penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak masukan, dukungan, dan selalu sabar membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta, ayahanda (Alm) Oed Hertomo, ibunda (Alm) Susi Iriani, kakak-kakak dan adik Ira puspa Kencana, Topan Dwitomo, dan Saktyo Toerhutomo yang telah memberikan doa, kasih sayang, serta dukungan yang besar kepada penulis. Tidak lupa kepada teman satu bimbingan, Elbie Yudha Pratama dan Siti Hadijah yang telah banyak membantu, memberikan kritik dan saran untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman tersayang dan seperjuangan Tiara Pridatika, Agustin, Denissa Aryandi, M. Septiadi, Adisthya Artik, Tyas Widyastini, Ratu Sarah, Lidya Agustina, Andika Sefri M., Fadil Afrianto, Faris Budiman, Bahari Ilmawan, Gilang Angga P., serta seluruh teman-teman KPM 46 dan KPM 45 yang telah bersedia menjadi teman berdiskusi dan bertukar opini yang secara sukarela menemani penulis dalam suka dan duka saat menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak yang telah membacanya.

(9)

DAFTAR

ISI

DAFTAR TABEL ixi

DAFTAR GAMBAR ixi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 5

Konsep Modal Sosial 5

Dimensi dan Tipologi Modal Sosial 6

Unsur-Unsur Modal Sosial 7

Industri dan Industrialisasi Pedesaan 9

Industri Kecil 10

Keberhasilan Usaha 12

Kerangka Pemikiran 14

Hipotesis Penelitian 14

Definisi Operasional 15

PENDEKATAN LAPANGAN 17

Metode Penelitian 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Teknik Pengumpulan Data 18

Teknik Pengolahan Data dan Analisa data 18

GAMBARAN UMUM 21

Gambaran Umum Desa Ciomas, Kabupaten Bogor 21

Keadaan Umum dan Perkembangan Industri Kecil Alas Kaki Ciomas 25 STOCK MODAL SOSIAL PENGUSAHA INDUSTRI KECIL ALAS

KAKI DI DESA CIOMAS 27

Gambaran Umum Taraf Hidup Responden 27

(10)

Stock Modal Sosial Pengusaha Industri Kecil 34 PERANAN MODAL SOSIAL TERHADAP KEBERHASILAN USAHA

INDUSTRI KECIL ALAS KAKI DI DESA CIOMAS 43

Keberhasilan Usaha Pengusaha Industri Kecil Alas kaki di Desa Ciomas 43 Peranan Modal Sosial Terhadap Keberhasilan Usaha 47

SIMPULAN DAN SARAN 51

Simpulan 51

Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 53

LAMPIRAN 57

RIWAYAT HIDUP 66

(11)

DAFTAR TABEL

1 Luas lahan menurut penggunannya di Desa Ciomas tahun 2011 21 2 Jarak antar kelurahan/desa (km) dari Desa Ciomas tahun 2011 22 3 Jumlah penduduk menurut kelompok umur tahun 2011 23 4 Jumlah kepala keluarga menurut tingkat pendidikan tahun 2011 23 5 Jumlah penduduk menurut agama yang dianut tahun 2011 24 6 Jumlah sarana pendidikan di Desa Ciomas tahun 2011 24 7 Biaya pengeluaran responden selama satu bulan 27 8 Tingkat pendapatan responden selama satu bulan 28

9 Status rumah responden 28

10 Luas lahan rumah responden 29

11 Kepemilikan barang berharga responden 30

12 Sumber air yang digunakan oleh responden 30

13 Daya listrik yang digunakan oleh responden 31

14 Tempat berobat yang digunakan oleh responden 31 15 Jumlah dan persentase responden menurut kelompok umur di Desa

Ciomas Tahun 2013 32

16 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan di Desa

Ciomas Tahun 2013 33

17 Jumlah dan persentase responden menurut lama usaha di Desa Ciomas

Tahun 2013 34

18 Stock dan presentase modal sosial pengusaha industri kecil alas kaki di

Desa Ciomas 35

19 Tingkat dan persentase kepercayaan pengusaha industri kecil alas kaki

di Desa Ciomas 36

20 Tingkat dan presentase jaringan pengusaha industri kecil alas kaki di

Desa Ciomas 39

21 Tingkat ketaatan terhadap norma pada pengusaha industri kecil alas

kaki di Desa Ciomas 41

22 Tingkat keberhasilan usaha pengusaha industri kecil alas kaki di Desa

Ciomas 44

23 Tingkat keuntungan per minggu pengusaha industri kecil alas kaki di

Desa Ciomas 45

24 Tingkat produktivitas pengusaha industri kecil alas kaki di Desa

Ciomas 45

25 Skala usaha pengusaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas 46 26 Korelasi antara modal sosial dengan keberhasilan usaha 47

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2013 57

2 Peta Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor 58

3 Daftar kerangka sampling 59

4 Daftar responden penelitian 61

5 Dokumentasi pengumpulan data di Desa Ciomas, Bogor 62

(13)

PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan akan membahas mengenai pemikiran yang mendasari penelitian ini. Pemikiran tersebut dijelaskan melalui latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian. Latar belakang yang disusun menggambarkan permasalahan umum dalam penelitian disertai dengan fakta-fakta yang mendukung terhadap persoalan peranan modal sosial terhadap perkembangan industri di desa. Kemudian permasalahan umum dijabarkan menjadi permasalahan-permasalahan khusus yang ditulis dalam perumusan masalah. Tujuan penelitian merupakan jawaban yang diharapkan terhadap permasalahan-permasalahan dalam penelitian. Sementara kegunaan penelitian merupakan manfaat yang diharapkan oleh peneliti setelah penelitian ini dilakukan.

Latar Belakang

Indonesia merupakan wilayah yang sebagian besar penduduknya tinggal di pedesaan, yaitu sebesar 50.21 persen. Pada umumnya, pedesaan identik dengan ketersediaan sumberdaya alam yang melimpah sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk meningkatkan perekonomian desa. Hal ini juga dinyatakan oleh Bell (1976) bahwa dalam masyarakat pra-industri, pekerjaan di sektor pertanian umumnya adalah mata pencaharian yang dominan dan merupakan tempat masyarakat agraris menggantungkan kehidupannya. Jenis pekerjaan penduduk pra-industri umumnya sangat tergantung pada alam, yang produktifitasnya rendah, dan ekonomi pun terkait dengan wujud alam.

Seiring dengan berkembangnya zaman, kini sumberdaya alam bukan satu-satunya sumber kehidupan masyarakat desa. Kini, berbagai pekerjaan di pabrik merupakan mata pencaharian yang lebih dominan pada beberapa masyarakat desa. Hal ini karena sebagian besar masyarakat umumnya telah menyadari bahwa mereka tidak mungkin hanya menggantungkan kehidupannya dari sektor pertanian di tengah munculnya berbagai pabrik dan industri yang semakin berkembang. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila banyak lahan pertanian yang semula merupakan salah satu sektor andalan perekonomian Indonesia, kini dimanfaatkan sebagai tempat industri.

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu fungsi industrialisasi menurut Wijaya (2000) adalah mendorong pertumbuhan pedesaan dengan mendiversifikasikan sumber pendapatan dan meningkatkan ,kesempatan kerja baru. Industri juga dapat berperan sebagai alat pembangunan pedesaan seiring meningkatnya pertumbuhan angkatan kerja di pedesaan dengan keterbatasan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian tanaman pangan.Berdasarkan jumlah tenaga kerja, industri dibedakan menjadi 1) industri rumah tangga: jumlah karyawan/tenaga kerja antara 1-4 orang, 2) industri kecil: jumlah karyawan/tenaga kerja antara 5-19 orang, 3) industri sedang /industri menengah: jumlah karyawan/tenaga kerja antara 20-99 orang, dan 4) industri besar: jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah 100 orang atau lebih.

(14)

(2000) menyatakan sebagai berikut: 1) industri kecil menciptakan peluang berusaha dengan pembiayaan relatif murah, 2) berperan dalam meningkatkan dan memobilisasi tabungan domestik, dan 3) dapat berkedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang. Industri kecil yang ada dalam suatu desa dipandang mampu menggerakkan perekonomian pedesaan dan pada akhirnya mampu menggerakkan perekonomian nasional. Hal ini tidak terlepas dari peranan industri kecil yang strategis baik dilihat dari segi kualitas maupun kemampuannya dalam meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Zuraya (2013) menyatakan bahwa pada tahun 2012 pertumbuhan industri manufaktur skala kecil telah mencapai 4.06 persen dengan presentase terbesar terdapat pada industri kulit dan alas kaki, yaitu sebesar 8.89 persen. Industri kecil lainnya yang mengalami perkembangan cukup pesat, yaitu industri komputer, barang elektronika, dan optik sebesar 7,91 persen serta industri peralatan listrik sebesar 7,8 persen.

Keberhasilan dalam pengelolaan industri kecil di pedesaan tidak lepas dari peran masyarakat desa itu sendiri. Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat guna membangun desa pada umumnya dilakukan secara bersama-sama.Kerjasama yang baik diantara masyarakat mampu memberikan dampak yang positif terhadap pembangunan desa. Oleh karena itu, setiap individu masyarakat desa yang terlibat dalam pengelolaan industri kecil harus memiliki kerjasama yang baik. Salah satunya adalah dengan membangun sebuah hubungan erat diantara masyarakat dalam mengelola industri kecil. Hal ini dapat dikatakan sebagai modal sosial. Menurut Ife (2008), modal sosial dapat dilihat sebagai sebuah ‘perekat’ yang menyatukan masyarakat – hubungan-hubungan antar manusia, orang melakukan apa yang dilakukannya terhadap sesamanya karena adanya kewajiban sosial dan timbal balik, solidaritas sosial dan komunitas. Sementara itu, menurut Coleman (1999) modal sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk bekerja sama, demi mencapai tujuan-tujuan bersama, didalam berbagai kelompok dan organisasi. Adapun menurut Cox (1995), modal sosial merupakan suatu rangkaian proses hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma, dan kepercayaan sosial yang memungkinkan efisiensi dan efektifnya koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan dan kebijakan bersama. Jaringan mencakup hubungan yang terjalin diantara masyarakat dengan pemerintah, masyarakat dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat diluar daerahnya. Norma-norma mencakup tingkat kepatuhan masyarakat dalam mematuhi peraturan yang telah ditetapkan disuatu daerah. Sedangkan kepercayaan mencakup keeratan serta keakraban yang terjalin diantara masyarakat.

(15)

dilakukan di bengkel-bengkel sepatu yang sebagian besar terdapat di Desa Ciomas atau dapat pula dikerjakan di rumah masing-masing untuk kemudian disetorkan dua kali dalam seminggu, yaitu setiap hari Kamis dan Sabtu. Pekerjaan ini dilakukan hampir oleh seluruh remaja, baik laki-laki maupun perempuan. Remaja perempuan pada umumnya bertugas menggambar dan menggunting pola sedangkan remaja laki-laki bertugas membuat sepatu (menjahit dan merekatkan).

Desa Ciomas memperlihatkan adanya kerjasama diantara warga desa dalam mengelola industri kecil alas kaki. Industri kecil ini menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian besar warga di desa tersebut. Secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan utama penelitian yakni bagaimana peranan modal sosial terhadap keberhasilan usaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas.

Perumusan Masalah

Keberhasilan dalam menjalankan usaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas tidak lepas dari kemampuan pengusaha dan pekerja dalam mengelolanya. Kerjasama yang baik nampaknya akan memberikan dampak yang baik pula terhadap keberhasilan usaha tersebut. Kerjasama yang terlihat pada pengusaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas dapat dikatakan sebagai modal sosial yang mencakup kepercayaan, jaringan, dan norma yang ada. Berdasarkan pernyataan tersebut nampaknya terdapat hubungan antara modal sosial dan keberhasilan usaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas, maka dapat ditarik beberapa permasalahan yang dapat diangkat dalam topik penelitian mengenai Peranan Modal Sosial Terhadap Keberhasilan Pengusaha Industri Kecil di Pedesaan, yaitu sebagai berikut:

1. Seberapa besar stock modal sosial pengusaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas?

2. Bagaimana peranan modal sosial terhadap keberhasilan usaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang telah dipaparkan di atas, disusunlah beberapa tujuan penelitian guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian tersebut, yaitu:

1. Menganalisis stock modal sosial pengusaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas.

2. Menganalisis peranan modal sosial terhadap keberhasilan usaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai peran modal sosial terhadap keberhasilan industri kecil di pedesaan. Penelitian ini juga berguna untuk:

(16)
(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini akan menjelaskan mengenai acuan-acuan yang melandasi pemikiran terhadap permasalahan dalam penelitian. Beberapa acuan diperoleh dari laporan hasil penelitian, baik cetak maupun elektronik. Acuan tersebut memuat antara lain konsep modal sosial, dimensi dan tipologi modal sosial, unsur-unsur modal sosial, industri dan industrialisasi pedesaan, industri kecil, dan keberhasilan usaha.

Konsep Modal Sosial

Modal sosial dipandang sebagai asset sosial berdasarkan hubungan aktor dan akses ke sumberdaya dalam jaringan atau kelompok dimana mereka merupakan anggota (Lin 2004). Menurut Coleman (1999), modal sosial (social capital) dapat didefinisikan sebagai kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama, demi mencapai tujuan-tujuan bersama, di dalam berbagai kelompok dan organisasi. Hasbullah (2006) juga menjelaskan mengenai definisi modal sosial yaitu sebagai segala sesuatu hal yang berkaitan dengan kerja sama dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsur-unsur utamanya sepetri trust (rasa saling mempercayai), keimbal-balikan, aturan-aturan kolektif dalam suatu masyarakat atau bangsa dan sejenisnya.

Modal sosial dalam pembangunan pedesaan dapat dinilai sebagai pembaruan pendekatan yang sangat penting. Jika pembangunan pedesaan tidak disertai dengan penguatan lembaga dan organisasi (Tjondronegoro 1977), partisipasi terbanyak di pedesaan (Sajogyo 1974), dan pemberdayaan ekonomi rakyat (Mubyarto 2002), maka apapun program atau proyek pembangunan pedesaan yang dijalankan pemerintah akan sulit mencapai hasil yang diharapkan.

(18)

Beberapa konsep modal sosial yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut, konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi modal sosial menurut Putnam (1993). Putnam (1993) menyatakan bahwa modal sosial juga dapat dilihat sebagai sekumpulan asosiasi diantara orang-orang yang mempengaruhi produktivitas komunitas yang mencakup jaringan dan norma secara empiric saling berhubungan dan saling memiliki konsekuensi ekonomi yang penting.

Dimensi dan Tipologi Modal Sosial

Putnam (2000) mengidentifikasi modal sosial menjadi enam dimensi, yakni: (1) kebiasaan (tipe perjanjian: formal dan informal), (2) tujuan bersama (antar institusi saling hormat menghormati), (3) hubungan dalam pergaulan “bridging(trust dan reciprocity) saling membangun secara bersama-sama, (4) modal social sebagai perantara (kepercayaan dapat membangun system kedekatan antar individu), (5) intensitas hubungan (intensitas hubungan antar individu merupakan kekayaan dan keuntungan ganda dalam petani), dan (6) lokasi sosial (menjalin hubungan kekerabatan (tetangga) dengan baik dapat membangun sumberdaya modal sosial).

Menurut Hasbullah (2006), dimensi inti telaah dari modal sosial terletak pada bagaimana kemampuan masyarakat untuk bekerjasama membangun suatu jaringan guna mencapai tujuan bersama. Kerjasama tersebut diwarnai oleh suatu pola interrelasi yang imbal balik dan saling menguntungkan serta dibangun diatas kepercayaan yang ditopang oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial yang positif dan kuat. Kekuatan tersebut akan maksimal jika didukung oleh semangat proaktif membuat jalinan hubungan diatas prinsip-prinsip sikap yang partisipatif, sikap yang saling memperhatikan, saling memberi dan menerima, saling percaya mempercayai dan diperkuat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang mendukungnya.

Selanjutnya Putnam (2000) memperkenalkan perbedaaan dua bentuk dasar modal sosial: menjembatani (bridging) dan mengikat (bonding). Modal sosial yang menjembatani cenderung bersifat menyatukan orang dari beragam ranah sosial yang berbeda sedangkan modal sosial yang mengikat cenderung mendorong identitas ekslusif dan mempertahankan homogenitas. Masing-masing bentuk tersebut membantu menyatukan kebutuhan yang berbeda modal sosial yang mengikat adalah sesuatu yang baik untuk menopang resipprositas spesifik dan memobilisasi solidaritas, sambil pada saat yang sama menjadi semacam perekat terkuat sosiologi dalam memelihara kesetiaan yang kuat di dalam kelompok dan memperkuat identitas-identitas spesifik. Sementara hubungan-hubungan yang menjembatani lebih baik dalam menghubungkan aset eksternal dan bagi persebaran informasi da menjadi katalis sosiologi yang dapat membangun identitas dan resiprositas yang lebih luas.

(19)

sedangkan dimensi ketiga dan keempat, ditambah dengan pasar (market) berada pada tingkat vertikal.

Unsur-Unsur Modal Sosial

Berdasarkan hal itu pula, modal sosial sebenarnya terbentuk pada konteks tertentu berdasarkan proses dan ruang lingkupnya masing-masing. Menurut Coleman (1990) secara umum modal sosial memiliki tiga unsur utama, yaitu ; (1) kepercayaan ,(2) jaringan dan (3) norma. Ketiga unsur tersebut dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur tingkat modal sosial di suatu wilayah. Ketiga unsur inilah yang memiliki peranan penting modal sosial terhadap pembangunan masyarakat di suatu daerah.

Menurut Putnam (1993), kepercayaan, norma, dan jaringan yang terdapat dalam suatu komunitas dianggap sebagai ‘stock’ modal sosial yang dapat memberikan kekuatan diri pada anggotanya dan secara kumulatif dapat menjadi suatu asset sosial yang dapat memfasilitasi kerjasama di masa depan.

Kepercayaan

Definisi kepercayaan (trust) dalam Oxford English Dictionary dijelaskan sebagai confidence in yang berarti yakin dan reliance on yang bermakna percaya atas beberapa kualitas atau atribut sesuatu atau seseorang, atau kebenaran suatu pernyataan. Menurut Lawang (2004) menyatakan bahwa kepercayaan merupakan hubungan antara dua belah pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu pihak atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial.

Modal sosial dalam membangun ikatan sosialnya, dilandasi oleh trust (kepercayaan) sehingga modal sosial akan menjadi infrastruktur komunitas yang dibentuk secara sengaja (Fukuyama 2001 dalam Alfiasari 2007). Kepercayaan adalah rasa percaya yang terdapat di antara dua orang atau lebih untuk saling berhubungan. Bagi sebagian analis sosial kepercayaan disebut sebagai bagian yang tak terpisahkan dari modal sosial dalam pembangunan dan juga menjadi nyawa dari modal sosial tersebut. Kepercayaan adalah sesuatu yang terbangun dari hubungan-hubungan sosial dimana terdapat peraturan yang dapat dirundingkan dalam arti terdapat ruang terbuka dari peraturan-peraturan tersebut untuk mencapai harapan-harapan yang ingin dicapainya (Seligman 2000 dalam Dharmawan 2002).

Lawang (2004) juga menjelaskan bahwa kepercayaan memperbesar kemampuan manusia untuk bekerjasama.Kerjasama tidak mungkin terjalin kalau tidak didasarkan atas adanya saling percaya diantara sesame pihak yang terlibat.Kepercayaan dapat meningkatkan toleransi terhadap ketidakpastian. Jaringan

(20)

1. Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikat dengan kepercayaan. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak. 2. Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media hubungan

sosial menjadi satu kerjasama, bukan kerja bersama-sama.

3. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus) kerja yang terjalin antar simpul itu pasti kuat menahan beban bersama, dan malah dapat “menangkap ikan” lebih banyak.

4. Dalam kerja jejaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri. Malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jarring itu tidak bias berfungsi lagi, sampai simpul itu diperbaiki. Semua simpul menjadi satu kesatuan dan ikatan yang kuat. Dalam hal ini, analogi tidak seluruhnya tepat terutama kalau orang yang membentuk jarring itu hanya dua saja.

5. Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau antara orang-orang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan.

6. Ikatan atau pengikat (simpul) adalah norma yang mengatur dan menjaga bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan.

Michel (1999) dalam Lenggono (2007) mengemukakan bahwa, jaringan sosial merupakan seperangkat hubungan khusus atau spesifik yang terbentuk diantara kelompok orang, karekteristik hubungan tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan motif-motif prilaku sosial dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Sementara Suparlan (1995) mengemukakan, bahwa jaringan sosial merupakan proses pengelompokan yang terdiri atas sejumlah orang yang masing-masing mempunyai identitas tersendiri dan dihubungkan melalui hubungan sosial. Berdasarkan tinjauan hubungan sosial yang membentuk jaringan sosial dalam suatu masyarakat, maka jaringan sosial dapat dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut :

1. Jaringan kekuasaan, yakni hubungan sosial yang terbentuk bermuatan kepentingan kekuasaan

2. Jaringan kepentingan, yakni hubungan sosial yang membentuknya adalah hubungan sosial yang bermuatan kepentingan sosial

3. Jaringan perasaan,yakni jaringan sosial yang terbentuk atas dasar hubungan sosial yang bermuatan peran

Norma

(21)

tetapi dipahami oleh setiap anggota masyarakatnya dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial.

Studi Kuntoro (2011) di Kelurahan Pasir Mulya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor yang difokuskan pada pelaku usaha kecil di RW 02 memperlihatkan bahwa kondisi modal sosial yang ada pada masyarakat disana dapat dikatakan cukup baik. Pengaruh tingkat kepercayaan, norma-norma sosial, dan jaringan sosial diantara semua warga membantu kerjasama yang terbentuk dari aspek ekonomi yaitu pemberian kredit yang dilakukan LKM Bina Usaha Mandiri kepada pelaku usaha kecil mikro. Kerjasama ini secara langsung mampu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar atas bantuan dana dari LKM Bina Usaha Mandiri kepada pelaku usaha kecil mikro yang sebagian besar dipengaruhi tingginya jaringan sosial yang dijalin oleh warga dengan pihak LKM.

Industri dan Industrialisasi Pedesaan

Definisi industri menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Menurut Badan Pusat Statistik (2009), industri merupakan cabang kegiatan ekonomi, sebuah perusahaan atau badan usaha sejenisnya dimana tempat seseorang bekerja. Kegiatan ini diklasifikasikan berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). Menurut Winardi (1998), industri merupakan usaha produktif, terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu yang menggunakan modal dan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar.

Kegiatan pertanian di daerah pedesaan saat ini sudah ini cenderung turun. Masuknya industri yang memanfaatkan lahan pertanian diyakini akan membantu pembangunan serta memecahkan masalah pengangguran di daerah pedesaan. Industri yang dikembangkan di pedesaan umumnya bersifat padat modal dan menuntut ketrampilan dan pendidikan yang relatif tinggi. Industri pedesaan menurut Kuncoro (1997) adalah suatu bentuk transisi antara industri yang bersifat artisan dengan industri modern. Sayogyo dan Tambunan (1990) juga menyatakan bahwa industrialisasi pedesaan berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi. Di Indonesia, industri pedesaan cenderung dikonotasikan sebagai alat pembangunan pedesaan (dengan ukuran industri kecil dan rumah tangga), dan bukan bagian dari industri modern.

Industri pedesaan pada umumnya dicirikan dengan industri yang terletak di daerah pedesaan yang pemilik dan pekerjanya orang desa serta menggunakan teknologi sederhana dan bersifat padat karya. Seperti yang dikemukakan oleh Mubyarto (2002), ciri-ciri industri pedesaan pada tahap awal perkembangannya adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan industri dilakukan di dalam rumah tangga dengan tenaga kerja kurang dari 5 orang.

2. Para pekerja berasal dari dalam keluarga atau keluarga dekat, biasanya tanpa diupah. Kalaupun mereka menerima upah, hubungan antara pemilik dan pekerja tetap bersifat non formal.

(22)

5. Pemasaran hasilnya melalui tenaga perantara dengan pasar yang terbatas. Menurut Pangestu et.al (1996) dalam Gandi (2011), industrialisasi merupakan proses interaksi antara pembangunan teknologi, spesialisasi, dan perdagangan yang pada akhirnya mendorong perubahan struktur ekonomi. Hadirnya industrialisasi menjadi suatu proses membuat desa menjadi kota. Sulasmono (1994) dalam Gandi (2011) juga mengungkapkan dalam studi penelitiannya bahwa pembangunan industri meliputi tujuh pokok, yaitu: (1) perijinan aras desa, (2) penentuan lokasi pabrik, (3) pembebasan tanah, (4) peluang kerja di pabrik, (5) peluang usaha, (6) imigrasi, dan (7) polusi.

Badan Pusat Statistik (2009) menggolongkan usaha industri pengolahan di Indonesia ke dalam empat kategori berdasarkan banyak pekerja yang bekerja pada suatu perusahaan atau usaha industri pengolahan tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam ataupun kekuatan mesin yang digunakan. Empat kategori industri tersebut, yaitu :

a. Industri kerajinan rumah tangga, yaitu perusahaan atau usaha industry pengolahan yang mempunyai pekerja 1-4 orang.

b. Industri kecil, yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 5-19 orang.

c. Industri sedang, yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 20-99 orang.

d. Industri besar, yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 100 orang atau lebih.

Dalam hal ini yang mampu menyerap banyak buruh untuk bekerja di pabrik adalah industri manufaktur padat tenaga kerja, yaitu industri tekstil dan produk tekstil dan industri alas kaki.

Industri Kecil

Tambunan (2009) menyatakan bahwa industri kecil adalah kegiatan industri yang dikerjakan di rumah-rumah penduduk yang pekerjanya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat. Industri kecil dapat juga diartikan sebagai usaha produktif diluar usaha pertanian, baik itu merupakan mata pencaharian utama maupun sampingan.Industri kecil merupakan industri yang berskala kecil dan industri rumah tangga yang diusahakan untuk menambah pendapatan keluarga.

Menurut Syarif (1991), industri kecil mempunyai daya serap yang tinggi terhadap tenaga kerja. Oleh karena itu, pertumbuhan sektor ini akan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran. Disamping itu, karena jumlahnya banyak dan lokasi usahanya menyebar luas di seluruh daerah, maka perkembangan sektor industri kecil ini juga akan menunjang tercapainya pemertaan kesempatan kerja dan sekaligus pemerataan pendapatan. Sektor industri kecil dapat merupakan wadah kreatifitas masyarakat karena skala usahanya yang kecil dan tidak terlalu sulit untuk memulainya.

(23)

Zuraya (2013) menyatakan bahwa pada tahun 2012 pertumbuhan industri manufaktur skala kecil telah mencapai 4.06 persen dengan presentase terbesar terdapat pada industri kulit dan alas kaki, yaitu sebesar 8.89 persen. Industri kecil lainnya yang mengalami perkembangan cukup pesat, yaitu industri komputer, barang elektronika, dan optik sebesar 7,91 persen serta industri peralatan listrik sebesar 7,8 persen.Peningkatan pertumbuhan industri kecil dan mikro ini, menurutnya, sangat penting sebagai salah satu upaya untuk menggurangi angka kemiskinan.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan menyempurnakan batasan industri kecil. Industri kecil merupakan bagian dari industri nasional yang mempunyai misi utama menyerap tenaga kerja dan memperluas kesempatan kerja berusaha, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan penyediaan barang dan jasa serta berbagai komponen baik untuk keperluan dasar dalam negeri maupun luar negeri. Penggolongan industri kecil menurut Deperindag (2001), adalah sebagai berikut :

1. Industri kecil pangan yang meliputi makanan ringan

2. Industri kecil kimia, agro non pangan dan hasil hutan yang meliputi minyak atsiri, industri kayu, dan industri komponen karet

3. Industri kecil ringan, mesin dan elektronik, yang meliputi industri pengelolaan logam, industri komponen dan suku cadang

4. Industri kecil disandang, kulit, meliputi industri barang dan kulit 5. Industri kerajinan dan umum, meliputi indutri kerajinan ukiran

Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag) juga membedakan kategori-kategori industri kecil sebagai berikut :

1. Industri Kecil Modern

Menurut Deperindag, yang meliputi industri kecil modern adalah yang : - Menggunakan teknologi proses madya (intermediate process technologies). - Menggunakan skala produksi terbatas.

- Tergantung pada dukungan litbang dan usaha-usaha perekayasaan (industri besar).

- Dilibatkan dalam sistem produksi industri besar dan menengah dan dengan sistem pemasaran domestik dan ekspor.

- Menggunakan mesin khusus alat perlengkapan modal lainnya.

Dengan kata lain, industri kecil modern mempunyai akses untuk menjangkau sistem pemasaran yang relatif telah berkembang dengan baik di pasar domestik atau pasar ekspor.

2. Industri Kecil Tradisional

Industri kecil tradisional memiliki ciri-ciri :

- Teknologi proses yang digunakan secara sederhana.

- Mesin yang digunakan dan alat perlengkapan modal relatif lebih sederhana. - Lokasi di daerah pedesaan.

- Akses untuk menjangkau pasar di luar lingkungan langsungnya yang berdekatan terbatas.

3. Industri Kerajinan Kecil

(24)

kelompok-kelompok yang berpendapatan rendah terutama di pedesaan, industri kerajinan kecil juga didorong atas landasan budaya yakni mengingat peranan pentingnya dalam pelestarian warisan budaya Indonesia.

Menurut Sunartiningsih (2004), usaha kecil dapat dikategorikan dalam 4 kelompok yakni :

1. Kelompok usaha yang menghasilkan barang pemenuh kebutuhan pasar, yaitu industri kecil yang bekerja melalui proses teknis dan hasilnya dapat langsung dijual kepada konsumen.

2. Kelompok yang menghasilkan barang pemenuhan kebutuhan industri besar dan menengah, yaitu industri kecil yang bekerja melalui proses teknis dan hasilnya dijual kepada industri lain.

3. Kelompok usaha kerja hasil barang-barang seni dan kerajinan, yaitu industri kecil yang menghasilkan produk berdasarkan suatu kreasi seni.

4. Kelompok usaha yang berlokasi di desa-desa, yaitu industri kecil yang memenuhi kebutuhan wilayah akan jasa atau produk tertentu.

Keberhasilan Usaha

Menurut Munajat (2007), keberhasilan usaha dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian atau pencapaian tujuan organisasi. Keberhasilan usaha adalah suatu keadaan dimana perusahaan mampu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan serta menunjukkan keadaan yang lebih baik dari pada masa sebelumnya dan juga mampu untuk bertahan hidup untuk mengembangkan usahanya.

Keberhasilan usaha industri kecil di pengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Velzen (1992) keberhasilan usaha tentunya tidak dapat dipisahkan dari berbagai masukan dan sumber-sumber yang mempengaruhi proses produksi yang dijalankan usaha tersebut. Kinerja usaha perusahaan merupakan salah satu tujuan dari setiap pengusaha. Kinerja usaha industri kecil dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan dalam pencapaian maksud/tujuan yang diharapkan. Sebagai ukuran keberhasilan usaha suatu perusahaan dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti: tingkat keuntungan. Halim (2002) menjelaskan tingkat keuntungan atau return sebagai imbalan yang diperoleh dari investasi.

Konteks yang lebih spesifik, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryadi (1998), terdapat variasi persepsi keberhasilan usaha yang sangat beragam dari jenis kategori usaha yang berbeda. Secara umum, dapat dilihat semacam pola umum dari kriteria keberhasilan usaha yang ditemukan tersebut, yaitu:

- Peningkatan taraf hidup secara material, dimana pemenuhan kebutuhan hidup sudah mampu melampaui sekedar kebutuhan dasar

- Peningkatan produktivitas usaha, yang mencakup terwujudnya efisiensi keuangan dan juga efektivitas rencana produksi

- Peningkatan skala usaha, yang mencakup singkatnya waktu pengembalian modal dan meningkatnya kebutuhan bahan baku dan volume usaha

- Peningkatan kemandirian dan kemampuan bersaing secara sehat

(25)

sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan hasil dan perbaikan cara pencapaian produksi tersebut. Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh peningkatan produktivitas, karena produksi dapat meningkat walaupun produktivitas tetap atau menurun. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga bentuk, yaitu :

1. Jumlah produksi meningkat dengan menggunakan sumber daya dengan jumlah yang sama.

2. Jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang lebih kecil.

3. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil.

Menurut Juwandi (2003) kuantitas produk yang dihasilkan akan menunjukkan skala usaha yang bersangkutan. Artinya produk dengan kuantitas yang besar secara tidak langsung akan menunjukkan bahwa usaha yang dikelola tergolong pada skala usaha yang besar. Demikian jika produk dengan kuantitas yang sedikit tentu meunjukkan gambaran bahwa usaha yang dikelola tergolong skala usaha kecil. Produk dengan kuantitas yang sedang akan tergolong pada skala usaha menengah.

(26)

Kerangka Pemikiran

Keberhasilan usaha industri kecil secara langsung mampu memberikan manfaat yang baik bagi pembangunan di suatu pedesaan. Industri kecil di pedesaan sudah cukup lama berkembang di Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Mayoritas masyarakat Desa Ciomas bekerja sebagai pengrajin alas kaki yang sebagian besar didirikan di tempat tinggal mereka. Tambunan (2009) menyatakan bahwa industri kecil adalah kegiatan industri yang dikerjakan di rumah-rumah penduduk yang pekerjanya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat. Hal ini memperlihatkan bahwa usaha industri kecil dapat menjadi peranan penting dalam menentukan taraf hidup dalam suatu keluarga serta masyarakat yang terlibat.

Keberhasilan menjalani suatu usaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas bergantung pada pengrajin-pengrajin yang mengelolanya. Hal ini dapat ditentukan oleh modal sosial yang ada. Menurut Putnam (1993), modal sosial juga dapat dilihat sebagai sekumpulan asosiasi diantara orang-orang yang mempengaruhi produktivitas komunitas yang mencakup jaringan dan norma secara empiric saling berhubungan dan saling memiliki konsekuensi ekonomi yang penting. Modal sosial mampu memberikan peranan yang penting dalam menentukan keberhasilan usaha industri alas kaki di Desa Ciomas. Secara sederhana, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut.

Keterangan :

: Berhubungan

Gambar 1 Kerangka analisis

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran, dapat disusun hipotesis yaitu semakin tinggi modal sosial maka semakin tinggi keberhasilan usaha.

Modal Sosial

- Kepercayaan

- Jaringan

- Norma

Keberhasilan Usaha

- Tingkat Keuntungan - Produktivitas

(27)

Definisi Operasional

1. Modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama, demi mencapai tujuan-tujuan bersama, di dalam berbagai kelompok dan organisasi. Pengukuran modal sosial dilihat dari tingkat kepercayaan, jaringan, dan norma.

a. Kepercayaan adalah ada atau tidak adanya perasaan yakin bahwa orang lain akan memberikan respon sebagaimana yang diharapkan dan akan saling mendukung atau setidaknya orang lain tidak akan bermaksud merugikan. Pengukuran kepercayaan dilihat melalui pernyataan yang berhubungan dengan kekerabatan, tingkat kejujuran, dan format kerjasama.

 Tinggi (skor 3) : skor kumulatif (34-36)  Sedang (skor 2) : skor kumulatif (30-33)  Rendah (skor 1) : skor kumulatif (27-29)

b. Jaringan adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukkan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Pengukuran jaringan sosial dilihat dari dalam kelompok dan hubungan di luar kelompok.  Tinggi (skor 3) : skor kumulatif (16-19)

 Sedang (skor 2) : skor kumulatif (12-15)  Rendah (skor 1) : skor kumulatif (8-11)

c. Norma adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti masyarakat pada ketentuan tertentu. Pengukuran norma sosial dilihat melalui pernyataan yang berhubungan dengan ketaatan responden terhadap norma yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.

 Tinggi (skor 3) : skor kumulatif (32-36)  Sedang (skor 2) : skor kumulatif (27-31)  Rendah (skor 1) : skor kumulatif (22-26)

Skor dari kepercayaan, jaringan, dan norma kemudian akan dikumulatifkan untuk mengukur modal sosial. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala ordinal dengan penilaian sebagai berikut:

 Tinggi (skor 3) : skor kumulatif (80-91)  Sedang (skor 2) : skor kumulatif (69-79)  Rendah (skor 1) : skor kumulatif (57-68)

2. Keberhasilan usaha adalah suatu keadaan dimana perusahaan mampu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan serta menunjukkan keadaan yang lebih baik dari pada masa sebelumnya dan juga mampu untuk bertahan hidup untuk mengembangkan usahanya. Pengukuran keberhasilan usaha dilihat dari tingkat keuntungan, produktivitas, dan skala usaha.

a. Tingkat keuntungan yang mencakup pemasukan yang dihasilkan dari hasil produksi secara bersih tidak termasuk biaya modal dan upah pengrajin setiap minggu.

(28)

 Sedang (skor 2) : Rp 800 000.00 – Rp 1 399 999.00  Rendah (skor 1) : Rp 200 000.00 – Rp 799 999.00

b. Produktivitas yang mencakup terwujudnya efektivitas rencana produksi. Dilihat berdasarkan rata-rata jumlah produksi per tenaga kerja setiap minggu.

 Tinggi (skor 3) : 177 – 250  Sedang (skor 2) : 102 – 176  Rendah (skor 1) : 27 – 101

c. Skala usaha yang mencakup volume usaha dan kuantitas hasil produksi setiap minggu.

 Tinggi (skor 3) : 1721 – 2500  Sedang (skor 2) : 941 – 1720  Rendah (skor 1) : 160 – 940

Skor dari tingkat keuntungan, produktivitas, dan skala usaha kemudian akan dikumulatifkan untuk mengukur keberhasilan usaha. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala ordinal dengan penilaian sebagai berikut:.

(29)

PENDEKATAN LAPANGAN

Pendekatan lapangan menggambarkan mengenai pendekatan penelitian yang digunakan di lapangan. Pendekatan lapangan meliputi pendekatan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lokasi dan waktu penelitian menggambarkan mengenai pemilihan lokasi dan waktu yang diperlukan untuk penelitian mulai penyusunan proposal hingga laporan penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan pendekatan yang digunakan dalam menggali data dan informasi baik melalui kuesioner ataupun wawancara terstruktur kepada responden dan informan. Teknik pengolahan dan analisis data merupakan pendekatan untuk menggambarkan cara pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan dan hipotesis yang diajukan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan pendekatan penelitian survai, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan kemudian peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi 2006). Penelitian menggunakan metode survai dapat menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesa yang sudah dirancang peneliti. Hubungan kausal yang dapat diuji dari hipotesa meliputi hubungan adanya peranan kepercayaan terhadap keberhasilan usaha industri kecil alas kaki, hubungan adanya peranan jaringan terhadap keberhasilan industri kecil alas kaki, hubungan adanya peranan norma terhadap keberhasilan industri kecil alas kaki. Pengujian hipotesa di atas diharapkan mampu menjawab keterkaitan antara peranan modal sosial terhadap keberhasilan industri kecil alas kaki di Desa Ciomas. Alasan lain dari pemilihan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan penelitian survai dikarenakan metode ini dapat menjelaskan tujuan dari penelitian melalui generalisasi objek penelitian untuk populasi masyarakat yang tidak sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Singarimbun dan Effendi (2006) yang menyebutkan bahwa keuntungan utama dari penggunaan metode penelitian survai yaitu memungkinkan pembuatan generalisasi untuk populasi yang besar.

Lokasi dan Waktu Penelitian

(30)

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan berdasarkan metode penelitian yang digunakan peneliti. Pendekatan kuantitatif akan memperoleh data dari kuesioner yang ditanyakan langsung oleh peneliti kepada responden. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner ini digunakan untuk memperoleh data terkait peranan modal sosial terhadap keberhasilan pengusaha industri kecil di pedesaan, seperti hubungan kepercayaan, jaringan, dan norma dengan keberhasilan industri kecil tersebut. Penyebaran kuesioner oleh peneliti juga dikombinasi dengan teknik wawancara. Penggunaan teknik wawancara disini, selain dapat memberikan informasi-informasi tak terduga terkait penelitian yang berada diluar kuesioner juga dapat membantu responden dalam proses pengisian kuesioner.

Pendekatan kualitatif menghasilkan data primer dari hasil wawancara mendalam dengan beberapa informan yang dianggap memiliki peran penting dalam masyarakat, seperti tokoh-tokoh di desa, dan para pengrajin industri kecil. Data ini juga diperoleh melalui pengamatan langsung, serta bahan tertulis. Data-data tersebut meliputi Data-data perkembangan jumlah industri kecil beserta produksinya di wilayah tersebut. Sementara data sekunder diperoleh dari data profil desa serta data-data penunjang dari berbagai instansi yang dibutuhkan dalam proses penelitian ini. Berbagai kombinasi metode penelitian seperti yang telah dijelaskan di atas menghasilkan dua jenis data yang akan digunakan dalam proses pengolahan data nantinya, kedua jenis data tersebut yaitu primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, penyebaran kuesioner serta wawancara mendalam, sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur pustaka dan data-data dari berbagai instansi yang terkait.

Berdasarkan kondisi di lapangan, jumlah industri kecil alas kaki di Desa Ciomas berjumlah 64 industri (Lampiran 3). Unutuk penelitian yang akan saya lakukan, saya mengambil 30 industri dari 64 industri dengan menggunakan teknik acak sederhana (simple random sampling). Teknik acak sederhana dipilih sebagai cara untuk pemilihan responden karena industri kecil alas kaki di Desa Ciomas tersebar diseluruh RW di Desa Ciomas dengan jumlah yang berbeda-beda, sehingga teknik ini mampu untuk mengambil responden secara menyebar dan menyeluruh. Responden yang diambil adalah pemilik dari masing-masing industri. Jumlah responden sebanyak 30 responden (Lampiran 4) ditentukan karena pengrajin industri alas kaki di Desa Ciomas bersifat homogen memiliki karakterisitik yang sama sehingga 30 responden sudah dapat mewakili. Rensponden diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah disusun (Lampiran 2). Beberapa informan dipilih berdasarkan tokoh yang dianggap memiliki peran penting dalam masyarakat, seperti tokoh-tokoh di desa, dan para pengrajin industri kecil.

Teknik Pengolahan Data dan Analisa data

(31)

saat mengisi kuesioner, mengkode, maupun memindahkan data dari lembaran kode ke komputer (Singarimbun dan Effendi 2006).

Unit analisis penelitian ini adalah individu. Data kuantitatif yang sudah diperoleh, akan ditabulasi menggunakan Microsoft Excel 2007 dan diolah dengan software SPSS for Windows versi 16.0. Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan sekumpulan data secara visual baik dalam bentuk gambar maupun tulisan, yang digunakan untuk menggambarkan data berupa tabel frekuensi.

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, untuk menggambarkan karakteristik individu. Data kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner dimasukkan dalam tabel frekuensi, grafik, ukuran pemusatan,dan ukuran penyebaran. Hasil analisi diinterpretaikan untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Pengujian variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan yang nyata antar variabel dengan data berbentuk data ordinal. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menentukan hubungan antara kedua variabel (variabel independen dan variabel dependen) yang ada penelitian ini, yaitu menguji hubungan antara modal sosial dengan keberhasilan usaha industry kecil alas kaki. Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) dan negative (-). Korelasi positif menunjukkan hubungan yang searah antara dua variabel yang diuji, yang berarti semakin tinggi variabel bebas (variabel independen) maka semakin tinggi pula variabel terikat (variabel dependen). Sementara itu, korelasi negative menunjukkan hubungan yang tidak searah, yang berarti jika variabel bebas tinggi maka variabel terikat menjadi rendah.

Tingkat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 5 persen atau pada taraf nyata α 0.05, yang berarti memiliki tingkat kepercayaan 95 persen. Nilai probabilitas (P) yang diperoleh dari hasil pengujian dibandingkan dengan taraf nyata untuk menentukan hubungan apakah hubungan antara variabel nyata atau tidak. Bila nilai P lebih kecil dari taraf nyata α 0.05 maka hipotesis diterima, terdapat hubungan nyata, dan nilai koefisien korelasi γs digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara dua variabel. Sebaliknya bila nilai P lebih besar dari taraf nyata α 0.05 maka hipotesis tidak diterima, yang berarti tidak terdapat hubunagn nyata dan nilai koefisien korelasi γs diabaikan.

(32)
(33)

GAMBARAN UMUM

Bagian membahas mengenai lokasi penelitian yang akan memberikan gambaran umum mengenai kondisi geografis, kondisi demografis, kondisi fisik, keadaan umum dan perkembangan industri kecil alas kaki Ciomas, serta taraf hidup responden. Gambaran umum tersebut penting untuk diketahui sebagai bahan pengantar terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan. Gambaran umum mengenai kondisi geografis merupakan gambaran mengenai lokasi penelitian yang dilihat berdasarkan keadaan bentang alam. Gambaran umum mengenai kondisi demografis digunakan sebagai bahan acuan untuk mengetahui karakteristik penduduk di lokasi penelitian yang dilihat berdasarkan kelompok umur. Gambaran umum mengenai kondisi fisik menggambarkan ketersediaan fasilitas umum untuk kepentingan penduduk di lokasi tempat penelitian. Keadaan umum dan perkembangan industri kecil alas kaki Ciomas menggambarkan kondisi serta sejarah sejak awal terbentuknya industri kecil alas kaki di Ciomas. Sedangkan untuk taraf hidup responden menggambarkan kehidupan dan keadaan tempat tinggal responden secara umum.

Gambaran Umum Desa Ciomas, Kabupaten Bogor

Kondisi Geografis

Desa Ciomas termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara administratif, Desa Ciomas terbagi atas 12 Rukun Warga dan 47 Rukun Tetangga. Sketsa wilayah Desa Ciomas dapat dilihat pada Lampiran 1. Desa Ciomas berbatasan dengan Jalan Raya Ciomas dan Desa Ciomas Rahayu di sebelah utara, Kotamadya Bogor, Desa Mekar Jaya, Desa Parakan di sebelah timur, Desa Pagelaran di sebelah selatan, dan Desa Mekar Jaya di sebelah barat.

Luas wilayah Desa Ciomas adalah 106 ha. Lahan di Desa ciomas dipergunakan oleh masyarakat untuk kehidupan mereka. Sebagian besar wilayah di desa Ciomas merupakan pekarangan dan perumahan. Selain itu, penggunaan lahan di desa ini diperuntukkan untuk sawah, empang, kuburan, dan lainnya. Secara terperinci, penggunaan lahan dapat dilihat dari Tabel 1.

Tabel 1 Luas lahan menurut penggunannya di Desa Ciomas tahun 2011 No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Presentase (%)

1. Pekarangan dan Perumahan 80.25 76.03

2. Sawah 16.05 15.21

3. Kuburan 1.00 0.95

4. Empang 0.90 0.85

5. Lainnya 7.35 6.96

Jumlah 105.55 100.00

Sumber: BPS (2012)

(34)

15.21 persen digunakan sebagai lahan sawah yaitu seluas 16.05 ha, sebesar 0.85 persen digunakan sebagai empang yaitu seluas 0.90 ha, sebesar 0.95 persen digunakan sebagai kuburan yaitu seluas 1.00 ha, dan lainnya sebesar 6.96 persen yaitu seluas 7.35 ha.

Kecamatan Ciomas memiliki 11 desa dengan jarak antar desa yang tidak terlalu jauh. Desa-desa tersebut, yaitu Ciomas, Kota Baru, Mekarjaya, Parakan, Pagelaran, Sukamakmur, Ciapus, Sukaharja, Padasuka, Ciomas Rahayu, dan Laladon. Orbitasi wilayah Desa Ciomas disajikan pada Tabel 2. Tabel ini memperlihatkan bahwa lokasi desa merupakan kawasan strategis yang berada pada lintasan antara desa-desa lainnya yang berada di Kecamatan Ciomas. Jarak antara desa-desa tersebut relatif dekat dengan jarak antara 3 sampai 7 km. Desa ini dapat ditempuh dengan berbagai macam transportasi darat. Kondisi jalan di Desa Ciomas sudah beraspal dengan kondisi yang cukup baik serta dilengkapi dengan sarana yang memadai untuk mengaksesnya. Desa Ciomas dilewati oleh kendaraan umum sehingga mudah untuk masyarakat dalam mengakses kendaraan dalam kehidupannya sehari-hari.

Tabel 2 Jarak antar kelurahan/desa (km) dari Desa Ciomas tahun 2011

No. Desa Jarak (km) penduduk pendatang yang mayoritas berasal dari Padang. Menurut data BPS Tahun 2011, jumlah penduduk pendatang di Desa Ciomas berjumlah 29 orang yang terdiri dari 15 orang laki- laki dan 14 orang perempuan. Jumlah penduduk pindah berjumlah 42 orang yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 24 orang perempuan.

(35)

Tabel 3 Jumlah penduduk menurut kelompok umur tahun 2011

Penduduk Desa Ciomas tersebar pada berbagai rentang usia. Rincian komposisi penduduk Desa Ciomas berdasarkan umur digambarkan dalam Tabel 3. Penduduk dengan presentase terbanyak terdapat pada rentang usia 30-34 tahun, yaitu sebanyak 1 397 jiwa atau 11.59 persen. Sementara itu, presentase terkecil terdapat pada rentang usia 50-54 tahun, yaitu sebanyak 576 jiwa atau 4.78 persen. Berdasarkan tingkat pendidikannya, kepala keluarga di Desa Ciomas tersebar dalam tingkat pendidikan tidak tamat SD/sederajat, SD-SLTP, SLTA, dan Akademi-Universitas. Tabel 4 menjelaskan mengenai jumlah kepala keluarga menurut tingkat pendidikan secara lengkap. Mayoritas kepala keluarga di Desa Ciomas menempuh tingkat pendidikan pada tingkat pendidikan SD-SLTP yaitu sebesar 51.10 persen atau sebanyak 1 697 jiwa dari jumlah keseluruhan sebanyak 3 321 jiwa.

Tabel 4 Jumlah kepala keluarga menurut tingkat pendidikan tahun 2011 No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Presentase (%)

(36)

dilaksanakan secara bergilir di masjid-masjid yang terdapat disetiap desa. Kegiatan ini menjadi aktif karena sebagian besar penduduk Desa Ciomas beragama Islam, yaitu sebanyak 11 914 jiwa atau 98.83 persen. Data selengkapnya mengenai komposisi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah penduduk menurut agama yang dianut tahun 2011

No. Agama Jumlah (jiwa) Presentase (%)

1. Islam 11 914 98.83

2. Kristen Katolik 63 0.52

3. Kristen Protestan 51 0.42

4. Hindu 22 0.18

5. Budha 5 0.04

Jumlah 12 055 100.00

Sumber: BPS (2012)

Komposisi penduduk tersebut menyebabkan Desa Ciomas hanya memiliki sarana peribadatan untuk umat agama Islam karena hampir seluruh penduduknya beragama Islam sedangkan umat agama lain hanya sebagian kecilnya saja. Hampir setiap RW di Desa Ciomas memiliki masjid, beberapa diantaranya juga memiliki langgar lebih dari satu. Total masjid yang terdapat di Desa Ciomas adalah sebanyak 12 buah, sementara total langgar di Desa Ciomas adalah sebanyak 15 buah (BPS, 2012)

Kondisi Fisik

Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Ciomas, yaitu TK (Taman Kanak-Kanak), SD (Sekolah Dasar), dan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama). Data selengkapnya mengenai sarana pendidikan yang terdapat di Desa Ciomas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah sarana pendidikan di Desa Ciomas tahun 2011 Jenis Pendidikan Negeri (buah) Swasta (buah) Total

TK 0 6 6

SD 2 1 3

SLTP 0 1 1

Sumber: BPS (2012)

(37)

kesehatan di Desa Ciomas juga sudah cukup baik dengan adanya dokter umum sebanyak 4 orang, bidan sebanyak 4 orang, dan dukun sebanyak 3 orang (BPS 2012). Berdasarkan data tersebut, ketersediaan pelayanan kesehatan di Desa Ciomas sudah cukup lengkap, yang menandakan bahwa masing-masing RW di Desa Ciomas (sebanyak 12 RW) telah memiliki posyandu masing-masing.

Keadaan Umum dan Perkembangan Industri Kecil Alas Kaki Ciomas

Usaha kecil dan menengah (UKM) alas kaki di daerah Bogor muncul pertama kali sekitar tahun 1920-an di daerah Ciomas dengan memproduksi sepatu. Sampai tahun 1950-an pembuatan sepatu masih merupakan pekerjaan yang banyak dilakukan oleh individu atau usaha rumah tangga. Jumlah unit usaha pada saat itu sebanyak 20 unit usaha dan memproduksi sepatu kulit dengan mutu tinggi. Para pengusaha sepatu Ciomas pada mulanya mempelajari keahlian membuat sepatu dengan bekerja sebagai buruh di industri sepatu di daerah Jakarta. Setelah memiliki keahlian, mereka mendirikan usaha sepatu sendiri di Bogor. Inilah awal mulanya perkembangan industri sepatu Ciomas.

Perkembangan industri ini ditandainya dengan berdirinya sebuah bentuk usaha bersama dalam wadah Perusahaan Sepatu Bogor (Persebo). Koperasi ini beranggotakan para pengrajin sepatu yang melayani order untuk memenuhi keperluan ABRI dan membantu pemasaran produk-produk bengkel disekitarnya. Persebo berperan penting dalam pertumbuhan pengrajin sepatu di desa-desa sekitar Ciomas sampai ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1960-an, yang akhirnya mengakibatkan perubahan-perubahan penting dalam struktur internal dan eksternal pada industri ini. Pada tahun 1970-an, pengrajin skala usaha rumah tangga mengembangkan usahanya dengan mempekerjakan buruh.

Setelah akhir tahun 1960-an dilaksanakan program stabilitas ekonomi, struktur internal industri ini mengalami proses differensiasi. Sejumlah pengrajin skala rumah tangga mengembangkan usahanya dengan membuka bengkel yang mempekerjakan buruh. Perubahan hubungan eksternal yang terjadi adalah dalam transaksi keuangan, penggunaan cek mundur dan giro mengurangi kemandirian produsen-produsen kecil dalam berhubungan dengan para pedagang yang menampung produknya.

Industri kecil alas kaki di Ciomas pada umumnya memproduksi sepatu dan sandal dengan semua ukuran baik untuk pria maupun wanita. Bahan baku yang digunakan untuk membuat sepatu dan sandal adalah kulit imitasi serta bahan lain yang digunakan yaitu lapis (AC), lateks, sol, tamsin, spon, hak, lem, tekson, dus, benang, dll. Bagi pengusaha yang memiliki modal cukup, maka bahan-bahan tersebut dapat diperoleh di toko bahan sesuai dengan harga pasar. Sedangkan bagi pengusaha yang kurang dalam pemodalan, maka mereka memperoleh modal kepercayaan dan kesepakatan dengan pihak Grosir melalui hubungan sub kontrak komersial atau sering disebut “bon putih”. Selain sistem bon putih, pembelian bahan baku juga bisa diberikan dengan sistem giro dengan tempo waktu satu sampai dua bulan.

(38)

telah diberi cap/identitas grosir untuk dibelanjakan pada took bahan yang telah ditentukan. Pemberian bon putih atau giro ini dihitung sebagai uang muka pembayaran yaitu sekitar 50-60 persen jumlah pesanan seminggu. Sehingga pengusaha hanya dapat berproduksi jika ada pesanan dari pihak grosir. Oleh karena itu, pengrajin dan tenaga kerja juga akan bergantung pada jumlah pesanan yang diterima dari pihak grosir.

(39)

STOCK

MODAL SOSIAL PENGUSAHA INDUSTRI KECIL

ALAS KAKI DI DESA CIOMAS

Bagian ini akan dijelaskan hasil dan pembahasan mengenai stock modal sosial pengusaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas. Stock modal sosial akan dijelaskan berdasarkan unsur-unsur modal sosial, yaitu kepercayaan, jaringan, dan norma. Menurut Putnam (1993), kepercayaan, jaringan, dan norma yang terdapat dalam suatu komunitas dianggap sebagai ‘stock’ modal sosial yang dapat memberikan kekuatan diri pada anggotanya dan secara kumulatif dapat menjadi suatu asset sosial yang dapat memfasilitasi kerjasama di masa depan. Sebelum menjelasakan stock modal sosial pengusaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas, akan dijelaskan gambaran umum taraf hidup responden dan karakteristik responden terlebih dahulu berdasarkan usia/umur, tingkat pendidikan, dan lama usaha.

Gambaran Umum Taraf Hidup Responden

Responden pada penelitian ini berjumlah 30 orang yang berfokus pada pengusaha industri kecil alas kaki yang ada di Desa Ciomas. Bagian ini akan memaparkan taraf hidup responden secara rinci yang diukur berdasarkan 9 variabel. Variabel-variabel tersebut adalah jumlah pengeluaran dan pendapatan responden selama 1 bulan, status rumah, luas lahan rumah, kepemilikan barang berharga (mobil, motor, televisi, komputer/laptop, video/DVD player, lemari es, mesin cuci), sumber air, bahan bakar untuk memasak, daya listrik, serta tempat berobat.

Biaya Pengeluaran

Biaya pengeluaran yang dimaksud mencakup untuk kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah anak, dan kebutuhan lainnya selama satu bulan. Jumlah biaya pengeluaran untuk keperluan rumah tangga responden selama satu bulan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Biaya pengeluaran responden selama satu bulan

No. Biaya Pengeluaran Jumlah

Orang Persentase (%)

1. < Rp 1 000 000.00 2 6.67

2. Rp 1 000 000.00 – Rp 2 000 000.00 15 50.00

3. > Rp 2 000 000.00 13 43.33

Jumlah 30 100.00

(40)

Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan yang dimaksud mencakup keseluruhan pendapatan yang didapatkan oleh seluruh pihak rumah tangga selama satu bulan. Jumlah biaya pengeluaran untuk keperluan rumah tangga responden selama satu bulan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Tingkat pendapatan responden selama satu bulan

No. Tingkat Pendapatan Jumlah

Orang Persentase (%)

1. < Rp 1 000 000.00 - -

2. Rp 1 000 000.00 – Rp 2 000 000.00 15 50.00

3. > Rp 2 000 000.00 15 50.00

Jumlah 30 100.00

Berdasarkan data pada Tabel 8, sebanyak 15 orang atau sebesar 50.00 persen responden memiliki tingkat pendapatan sebesar Rp 1 000 000.00 – Rp 2 000 000.00 dan > Rp 2 000 000.00 setiap bulannya yang diperoleh dari seluruh anggota rumah tangga.

Status Rumah

Status rumah yang dimaksud adalah kepemilikian tempat tinggal responden. Status rumah responden terbagi ke dalam 2 bagian yaitu sewa (kontrak) dan milik sendiri. Status rumah responden dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Status rumah responden

No. Status Rumah Jumlah

Orang Persentase (%)

1. Sewa (kontrak) 6 20.00

2. Milik sendiri 24 80.00

Jumlah 30 100.00

Tabel 9 menjelaskan bahwa sebagian besar pengusaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas memiliki rumah sendiri. Sebanyak 24 orang atau sebesar 80.00 persen responden memiliki status rumah yang berstatus milik sendiri. Sedangkan sebanyak 6 orang atau sebesar 20.00 persen responden memiliki status rumah yang berstatus sewa (kontrak).

Luas Lahan Rumah

(41)

Tabel 10 Luas lahan rumah responden

No. Luas Lahan Rumah (m²) Jumlah Keluarga Luas Lahan Rumah (m²) per Orang

Badan Pusat Statistik (BPS) memiliki kriteria untuk menentukan luas bangunan tempat tinggal yang ideal, yaitu tidak kurang dari 8 m² per orang. Tabel 10 menjelaskan bahwa seluruh responden memiliki tempat tinggal yang ideal bagi keluarganya karena dalam hasil bagi antara luas lahan rumah per jumlah keluarga tidak ada yang kurang dari 8 m² per orang.

Kepemilikan Barang Berharga

(42)

buah, dan 6 – 7 buah. Kepemilikan barang berharga responden akan dijelaskan pada Tabel 11.

Tabel 11 Kepemilikan barang berharga responden

No. Kepemilikan Barang Berharga Jumlah

Orang Persentase (%)

1. 1 – 2 buah 7 23.33

2. 3 – 5 buah 15 50.00

3. 6 – 7 buah 8 26.67

Jumlah 30 100.00

Tabel 11 menjelaskan bahwa sebanyak 15 orang atau sebesar 50.00 persen responden memiliki barang berharga 3 – 5 buah. Sebanyak 8 atau sebesar 26.67 persen responden memiliki barang berharga 6 – 7 buah. Sisanya sebanyak 7 orang atau sebesar 23.33 persen responden memiliki barang berharga 1 -2 buah. Mayoritas barang berharga yang dimiliki oleh responden adalah motor, televisi, video/DVD player, dan kulkas.

Sumber Air

Sumber air yang dimaksud adalah sumber air yang digunakan oleh responden untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, memasak, dan minum. Sumber air tersebut terbagi ke dalah tiga golongan, yaitu PAM, sumur, dan mata air. Tabel 12 akan menjelaskan sumber air yang digunakan oleh responden secara rinci.

Tabel 12 Sumber air yang digunakan oleh responden

No. Sumber Air Jumlah

Orang Persentase (%)

1. PAM 14 46.67

2. Sumur 15 50.00

3. Mata air 1 3.33

Jumlah 30 100.00

Tabel 12 menjelaskan bahwa sebanyak 15 orang atau sebesar 50.00 persen responden menggunakan sumur sebagai sumber air yang digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan yang lainnya menggunakan PAM sebagai sumber air yang digunakan, yaitu sebanyak 14 orang atau sebesar 46.67 persen responden. Sisanya sebanyak 1 orang atau sebesar 3.33 persen responden menggunakan mata air.

Bahan Bakar untuk Memasak

Gambar

Tabel 3  Jumlah penduduk menurut kelompok umur tahun 2011
Tabel 10  Luas lahan rumah responden

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan kausal yang dapat diuji dari hipotesa penelitian ini adalah hubungan adanya hubungan karakteristik individu dan budaya dalam pemanfaatan modal sosial,

utama dari oeganisasi sosial, seperti kepercayaan ( trust ) , norma-norma (norms) dan jaringan (Network) yang dapat meningkatkan efesiensi dalam suatu masyarakat.. Lebih lanjut

Bahkan kalau merujuk pada unsur-unsur dalam modal sosial yang terdiri dari partisipasi dalam jaringan, resiprocity, trust, norma, nilai-nilai, dan tindakan yang proaktif,

Dari definisi- definisi modal sosial yang berkembang, secara umummodal sosial dapat diartikan sebagai jaringan, norma dan kepercayaan dalam hubungan sosial individu

Proses pengembangan ekowisata menuntut adanya modal sosial yang kuat dalam hal ini, jaringan, kepercayaan, norma, dan partisipasi masyarakat.. Berikut merupakan

Dalam konteks kebijakan publik, modal sosial pada intinya menunjuk pada political will dan penciptaan jaringan-jaringan, kepercayaan, nilai-nilai bersama,

Kerangka Pikir Penelitian Sumber : Penulis, 2021 Modal Sosial Kepercayaan Trust Norma Norm Jaringan Network Produktivitas Tenaga Kerja IKM Pengembangan IKM Logam pada Sentra

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapatnya dimensi modal sosial yaitu kepercayaan, jaringan sosial dan kepatuhan norma dalam kelompok tani, anggota kelompok juga mengakui dan