• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan modal sosial dalam industri kecil tas di Desa Rojong Rangkas Kecamatan Ciampea- Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan modal sosial dalam industri kecil tas di Desa Rojong Rangkas Kecamatan Ciampea- Bogor"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN MODAL SOSIAL DALAM INDUSTRI KECIL TAS

DI DESA BOJONG RANGKAS KECAMATAN

CIAMPEA-BOGOR

PUTRI NURGANDINI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peranan Modal Sosial dalam Industri Kecil Tas di Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea-Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Putri Nurgandini

(3)

ABSTRAK

PUTRI NURGANDINI. Peranan Modal Sosial dalam Industri Kecil Tas di Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea-Bogor. Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS.

Industri kecil merupakan salah satu industri yang paling berkembang di pedesaan saat ini sebagai matapencaharian masyarakat desa. Industri kecil membutuhkan sumberdaya manusia dalam modal utamanya menjalankan usaha. Hal itulah, yang menunjukkan perlu adanya peranan modal sosial dalam pengembangan industri kecil di pedesaan. Unsur-unsur modal sosial dalam industri kecil berupa kepercayaan, jaringan, dan norma yang saling terkait satu sama lain demi mencapai keberhasilan usaha di industri kecil tas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan modal sosial di industri kecil tas sudah baik karena termasuk kategori sedang, terdapat hubungan antara karakteristik individu dan budaya dalam pemanfaatan modal sosial di industri kecil tas, serta terdapat hubungan modal sosial dalam keberhasilan usaha di industri kecil tas.

Kata kunci : industri kecil, modal Sosial, unsur modal Sosial, keberhasilan usaha

ABSTRACT

PUTRI NURGANDINI. The Role of Social Capital in Small Industrial Bags in the village of Bojong Rangkas Ciampea Subdistrict-Bogor. Supervised by DJUARA P. LUBIS.

Small industry is one of the most developed industries in the rural area this time as a rural livelihood. Small industries in need of human resources in its capital to run the business. That is, indicating the need for the role of social capital in the development of small industries in rural areas. The elements of social capital form of believe, are the networks, and norms that are interrelated each other to achieve the success of businesses in small industrial bags. The result showed that the utilization of social capital in small industrial bags is good because in the category of being, there is a relationship between the individual characteristics and culture in the utilization of social capital in small bags, and there are relationship of social capital in the success of businesses in small industrial bags.

(4)

DI DESA BOJONG RANGKAS KECAMATAN

CIAMPEA-BOGOR

PUTRI NURGANDINI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Peranan Modal Sosial dalam Industri Kecil Tas di Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea-Bogor

Nama : Putri Nurgandini NIM : I34100039

Disetujui oleh

Dr Ir Djuara P Lubis, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Ketua Departemen

(6)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan Modal Sosial Dalam Keberhasilan Industri Kecil Tas di Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea, Bogor” dengan baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr Ir Djuara P Lubis, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak arahan, saran, dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini

2. Dr Anna Fatchiya, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberi masukan selama kuliah

3. Ayahanda Tisna Suganda, ibunda Rohmah Insani yang selalu berdoa, memberi dukungan semangat, material, dan mencurahkan kasih sayang yang tiada henti untuk penulis

4. Bapak Torkis Lubis sekeluarga dan rekan-rekannya yang telah banyak membantu penulis secara materi dalam menyelesaikan kuliahnya selama di IPB 5. Fingki Ardiansyah yang telah membantu dalam proses skripsi, menjadi teman berdiskusi dan bertukar opini menemani penulis dalam suka dan duka saat menyelesaikan skripsi ini

6. Teman-teman KPM 47: Yudhistira Saraswati, Dwi Izmi Handayani, Sakinah Siregar, Gebyar Trisula Pinandita, Fadhianisa Pratiwi, Saliz Rizka, Anggi Pratama, dan Saefihim atas senantiasa memberi semangat, teman berdiskusi, saling mengingatkan dan memberi dukungan selama kuliah di IPB

7. Tiffany Nisa Arviyani yang telah menjadi sahabat dan teman kamar saat suka dan duka selama kuliah di IPB

8. Seluruh responden maupun informan atas kerjasamanya

9. Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang modal sosial di industri kecil.

Bogor, Agustus 2014

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. Perumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

PENDEKATAN TEORITIS ... 4

Tinjauan Pustaka ... 4

Industri kecil dan perkembangannya ... 4

Karakteritik individu ... 5

Faktor budaya ... 6

Modal sosial ... 7

Unsur-unsur modal sosial ... 8

Keberhasilan usaha industri ... 9

Pemanfaatan modal sosial dalam keberhasilan industri kecil ... 10

Kerangka Pemikiran ... 12

Hipotesis ... 13

Definisi Operasional ... 13

PENDEKATAN LAPANGAN ... 17

Metode Penelitian ... 17

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

Teknik Sampling dan Pengambilan Data ... 17

Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 18

Validitas dan Reabilitas ... 19

DESKRIPSI UMUM ... 21

Kondisi Umum Desa Bojong Rangkas ... 21

Kondisi Geografis ... 21

Kondisi Demografis ... 22

Kondisi Fisik ... 23

Gambaran Umum Industri Kecil Tas di Desa Bojong Rangkas ... Error! Bookmark not defined. Usia/Umur ... Error! Bookmark not defined. Tingkat Pendidikan ... 25

Motivasi Wirausaha ... 26

Keahlian ... 27

Faktor Budaya ... 28

KERAGAAN MODAL SOSIAL USAHA INDUSTRI KECIL TAS DI DESA BOJONG RANGKAS DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN ... 31

Keragaan Modal Sosial ... 31

Kepercayaan... 31

(8)

Usia ... 39

Tingkat Pendidikan ... 40

Motivasi ... 40

Keahlian ... 41

Hubungan Faktor Budaya dan Modal Sosial ... 42

KERAGAAN INDUSTRI KECIL TAS DI DESA BOJONG RANGKAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN MODAL SOSIAL ... 44

Keragaan Usaha Industri Kecil Tas di Desa Bojong Rangkas ... 44

Tingkat Keuntungan ... 45

Tingkat Produktivitas ... 45

Skala Usaha... 46

Hubungan Keragaan Industri Kecil Tas dan Modal Sosial ... 47

Kepercayaan... 48

Jaringan ... 49

Norma ... 50

SIMPULAN DAN SARAN ... 51

Simpulan ... 51

Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 57

(9)

DAFTAR TABEL

1 Pemanfaatan modal sosial pada setiap jenis usaha 12 2 Luas lahan menurut penggunaannya di Desa Bojong Rangka tahun

2013

21

3 Jarak dari kantor Desa Bojong Rangkas ke Ibukota Kecamatan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dan Ibukota Negara

23

4 Jumlah dan presentase penduduk menurut jenis kelamin penduduk di Desa Bojong Rangkas tahun 2013

24

5 Jumlah dan persentase kepala keluarga menurut tingkat pendidikan di Desa Bojong Rangkas pada tahun 2013

25

6 Jumlah sarana dan prasarana di Desa Bojong Rangkas tahun 2013 25 7 Jumlah dan persentase responden menurut karakteristik individu

pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014

27

8 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat nilai kebersamaan di Desa Bojong Rangkas tahun 2014

31

9 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepercayaan pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014

34

10 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat jaringan pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014

36

11 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat ketaatan norma pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014

38

12 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat modal sosial pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014

39

13 Korelasi antara karakteristik individu dengan modal sosial 40 14 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keberhasilan

usaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014

45

15 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keuntungan pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014

46

16 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat produktivitas pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014

47

17 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat skala usaha pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014

47

18 Korelasi antara modal sosial dengan keberhasilan usaha 48

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Lokasi Penelitian 59

2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian 60

3 Datar Responden Penelitian 61

4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 62

5 Hasil Pengolahan Data Rank Spearman 64

6 Hasil Wawancara Mendalam 67

(10)
(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri merupakan salah satu sektor yang berkembang di pedesaan setelah pertanian. Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1984, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, industri dibedakan menjadi: 1) industri rumah tangga (karyawan 1-4 orang), 2) industri kecil (karyawan 5-19 orang), 3) industri sedang/menengah (karyawan 100 orang atau lebih). Industri kecil merupakan sektor industri yang paling banyak berkembang di pedesaan karena banyak menyerap tenaga kerja di pedesaan. Data BPS tahun 2012 yang dikutip oleh Ratnasari dan Kirwani (2012) menyatakan bahwa sekitar 61.57 % dari tenaga kerja di Indonesia diserap oleh sektor Industri Kecil Menengah (IKM). Menurut Tambunan (1999) sedikitnya setengah dari para penganggur baru diserap oleh sektor informal, industri kecil dan rumah-tangga lainnya.

Industri kecil pun semakin berkembang di pedesaan seiring dengan bergesernya matapencaharian utama masyarakat desa dari off farm ke non farm. Industri kecil merupakan ekonomi kerakyatan yang sama dengan pertanian yang syarat dengan penguatan modal sosial. Keberhasilan industri kecil juga diperoleh dengan adanya penguatan modal sosial. Kepercayaan, jaringan, dan norma-norma yang mengatur merupakan unsur-unsur yang disebut modal sosial. Putnam (1993) mengatakan modal sosial adalah bagian dari organisasi sosial seperti kepercayaan, jaringan dan norma, yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan terkoordinasi. Modal sosial akan mendorong para pelaku di industri kecil untuk saling bekerjasama dalam mencapai keberhasilan industri.

Menurut Coleman (1999) modal sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk bekerja sama, demi mencapai tujuan-tujuan bersama, didalam berbagai kelompok dan organisasi. Pengertian itu mengungkapkan bahwa modal sosial berhubungan dengan karakteristik yang ada pada masing-masing individu untuk saling melakukan kerjasama. Penelitian Humaira (2011) menunjukkan adanya pengaruh nilai-nilai di dalam diri individu seperti kapasitas individu dan motivasi dalam wirausaha yang semakin meningkatkan kegiatan sosial untuk menguatkan peranan modal sosial dalam kegiatan wirausaha. Selain itu, modal sosial juga berhubungan dengan budaya di masyarakatnya. Menurut Kahne dan Baeily yang dikutip oleh Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran (2008) mengungkapkan modal sosial dengan karakteristik ikatan yang kuat dalam suatu sistem kemasyarakatan. Hal itu dikarenakan sistem kemasyarakatan (budaya) dimasyarakatnya merupakan makna bersama sehingga dapat mengarahkan perilaku masyaraktnya sesuai budayanya.

(12)

akan disintegratif. Selain itu, jaringan berfungsi sebagai media informasi. Jaringan informasi menghubungkan setiap stakeholder di sektor industri kecil untuk mengetahui informasi yang berhubungan dengan masalah ataupun peluang yang berhubungan dengan kegiatan industri. Anderson et al yang dikutip oleh Lawang (2004) mengungkapkan bahwa fungsi koorditatif, fungsi katalisator, fungsi akses atau fungsi informasi jaringan sosial terhadap keberhasilan suatu industri produktif tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Begitu juga norma terbentuk karena adanya kewajiban dan kebiasaan yang berlangsung lama. Blau yang dikutip oleh Field (2000) mengatakan kalau dari beberapa kali pertukaran prinsip saling menguntungkan dipegang teguh yang memunculkan norma dalam bentuk kewajiban sosial.

Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat merupakan desa yang akan menjadi lokasi penelitian. Terdapat banyak industri kerajinan tas yang berada di rumah-rumah penduduk hingga menghasilkan berbagai macam model, jenis dan ukuran tas. Industri kecil tas yang ada semakin berkembang. Hal itu terlihat dari hasil produksi tas di pasarkan ke berbagai daerah termasuk eksport ke luar negri. Para pekerja yang ada juga berasal dari masyarakat sekitar dan menjadi matapencaharian utama masyarakatnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan karena melihat keberhasilan industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea yang menjadi matapencaharian masyarakat lokalnya.

Perumusan Masalah

Keberhasilan industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, terlihat dari pemasaran produksi tasnya dan jumlah industri kecil tas yang semakin banyak. Hasil tas yang ada dipasarkan sampai ke wilayah jabodetabek, daerah lain bahkan sampai eksport ke luar negri. Perkembangan industri kecil di Desa Bojong Rangkas itu pun tidak terlepas dari peran masyarakat lokal di Desa Bojong Rangkas sebagai pengrajin yang membuat tasnya dan saling bekerjasama dengan pengusaha industri kecil tasnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan utama penelitian yakni bagaimana peranan modal sosial dalam keberhasilan industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas. Sehubungan dengan masalah khusus dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana bentuk modal sosial dalam industri kerajinan tas yang dilakukan oleh pelaku-pelaku industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas?

2. Bagaimana hubungan faktor karakteristik individu dan budaya dalam modal sosial pada industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas?

(13)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan bentuk modal sosial dalam industri kerajinan tas di Desa Bojong Rangkas.

2. Menganalisis hubungan karakteristik individu dan budaya dalam modal sosial di industri kecil tas Desa Bojong Rangkas.

3. Menganalisis hubungan modal sosial dalam keberhasilan industri industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan peranan modal sosia sebagai berikut:

1. Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam mengkaji secara ilmiah mengenai peran modal sosial dalam pengembangan industri kecil di pedesaan.

2. Menambah literatur bagi kalangan akademisi dalam mengkaji peran modal sosial dalam pengembangan industri kecil di pedesaan.

(14)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Industri kecil dan perkembangannya

Pengertian industri kecil menurut BPS (2013) adalah suatu unit (kesatuan) industri yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas industri tersebut dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang termasuk pengusaha industri. Tambunan (2009) menyatakan bahwa industri kecil adalah kegiatan industri yang dikerjakan di rumah-rumah penduduk yang pekerjanya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat. Berdasarkan konsep-konsep tersebut, suatu industri dikatakan indutri kecil jika industri yang dilakukan berskala kecil dan rumah tangga yang hanya mempunyai sedikit pekerja berasaskan kekeluargaan untuk menambahkan pendapatan keluarga.

Tambunan yang dikutip oleh Rejekiningsih (2004) menyatakan bahwa industri kecil memiliki kekuatan-kekuatan diantaranya: padat karya, produk sederhana, produk-produknya bernuansa kultur seperti kerajinan dari bambu dan rotan atau ukir-ukiran kayu, agricultural based, dan modal kerja berasal dari uang sendiri atau pinjaman dari sumber informal. Begitupun Kuncoro yang dikutip oleh Rejekiningsih (2004) menyatakan karakteristik keragaman industri kecil seperti: teknologi yang dipakai masih tradisional dan sistem keuangannya yang masih sederhana. Industri kecil merupakan industri yang membantu pemerintah dalam penyerapan sektor tenaga kerja karena jenis industrinya yang masih lebih menggunakan tenaga kerja manusia daripada teknologi. Selain itu, jumlah industri kecil yang banyak dan lokasinya menyebar luas di seluruh daerah baik pedesaan maupun perkotaan karena skala industri yang kecil dan tidak sulit untuk memulainya sesuai kreatifitas yang dimiliki.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan membuat batasan industri kecil adalah bagian dari industri nasional yang mempunyai misi utama menyerap tenaga kerja dan memperluas kesempatan kerja berusah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan penyediaan barang dan jasa serta berbagai komponen baik untuk keperluan dasar dalam negeri maupun luar negeri. Penggolongan industri kecil menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2001) yaitu sebagai berikut:

1. Industri kecil pangan yang meliputi makanan ringan.

2. Industri kecil kimia, agro non pangan dan hasil hutan yang meliputi minyak atsiri, industri kayu, dan industri komponen karet.

3. Industri kecil ringan, mesin dan elektronik yang meliputi industri pengelolaan logam, industri komponen, dan suku cadang.

4. Industri kecil disandang, kulit, meliputi industri barang dan kulit. 5. Industri kerajinan dan umum, meliputi industri kerajinan ukiran.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2001) juga membedakan kategori-kategori industri kecil sebagai berikut:

(15)

Menurut Deperindag, yang meliputi industri kecil modern adalah yang: a. Menggunakan teknologi proses madya (intermediate process

technologies).

b. Menggunakan skala produksi terbatas.

c. Tergantung pada dukungan litbang dan industri- industri perekayasaan (industri besar).

d. Dilibatkan dalam sistem produksi industri besar dan menengah dan dengan sistem pemasaran domestic dan ekspor.

e. Menggunakan mesin khusus alat perlengkapan modal lainnya. f. Menggunakan mesin khusus alat perlengkapan modal lainnya.

Pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa industri kecil modern mempunyai akses yang sangat lebih baik daripada industri kecil tradisional dan industri kerajinan kecil dari segi modal, teknologi dan pemasaran yang lebih berkembang.

2. Industri kecil tradisional

Industri kecil tradisional memiliki ciri-ciri:

a. Teknologi proses yang digunakan secara sederhana.

b. Mesin yang digunakan dan alat penangkapan modal relatif lebih sederhana.

c. Lokasi di daerah pedesaan.

d. Akses untuk menjangkau pasar di luar lingkungan langsungnya yang berdekatan terbatas.

3. Industri kerajinan kecil

Industri kerajinan kecil meliputi berbagai industri kecil yang sangat beragam mulai industri kecil yang menggunakan teknologi sederhana sampai teknologi proses madya bahkan teknologi maju. Selain itu, berpotensi untuk menyediakan lapangan pekerjaan dan kesempatan memperoleh pendapatan bagi kelompok-kelompok yang berpendapatan rendah terutama di pedesaan. Industri kerajinan kecil juga didorong atas landasan budaya yakni mengingat peranan pentingnya dalam pelestarian warisan budaya Indonesia.

Karakteritik individu

Penelitian Maupa yang dikutip oleh Munizu (2010) menunjukkan karakteristik individu manajer/pemilik, karakteristik perusahaan, lingkungan eksternal bisnis, dampak kebijakan ekonomi, dan sosial mempunyai pengaruh langsung, positif, dan signifikan terhadap strategi bisnis dan pertumbuhan industri. Gibson et al yang dikutip oleh Sulistyaningsih (2009) mengelompokkan variabel yang ada pada individu menjadi tiga yaitu:

1. Kemampuan mental maupun fisik. 2. Demografi (jenis kelamin, usia, dan ras).

3. Latar belakang: kelas sosial dan pengalaman serta psikologi individu (persepsi, sikap, dan kepribadian).

(16)

perilakunya. Drucker yang dikutip oleh Thobias, Tungka, Rogahang (2013) mengatakan kewirausahaan adalah semangat, kemampuan, sikap, perilaku individu dalam menangani industri atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Berdasarkan pernyataan tersebut, terlihat bahwa salah satu pengaruh keberhasilan dalam industri adalah kewirausahaan yang berarti berhubungan dengan perilaku individu dan kinerja individunya. Penelitian Humaira (2011) menunjukkan adanya pengaruh nilai-nilai di dalam diri individu seperti kapasitas individu dan motivasi dalam wirausaha yang semakin meningkatkan kegiatan sosial untuk menguatkan peranan modal sosial dalam kegiatan wirausaha.

Faktor budaya

Menurut Luthans yang dikutip oleh Sudarmadi (2007) Budaya merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi. Setiap orang berprilaku sesuai budaya agar diterima lingkungannya. Oleh karena itu budaya juga mempengaruhi seseorang dalam pemanfaatan modal sosialnya. Budaya adalah makna bersama. Harapan-harapan yang dibangun membuat adanya pemahaman yang dijalankan bersama dimasyarakatnya. Kahne dan Baeily yang dikutip oleh Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran (2008) mengungkapkan modal sosial dengan dua tipe, yaitu:

1. Modal sosial dengan karakteristik ikatan yang kuat (adanya perekat sosial) dalam suatu sistem kemasyarakatan. Misalnya, kebanyakan anggota keluarga mempunyai hubungan kekerabatan yang merupakan satu etnis 2. Tipe perikatan, merupakan suatu ikatan sosial yang timbul sebagai reaksi

atas berbagai macam karakteristik kelompoknya. Ia bisa muncul karena adanya berbagai macam kelemahan yang ada di sekitarnya.

Pengukuran modal sosial disesuaikan dengan kondisi lokalnya (budaya). Narayan dan Cassidy yang dikutip oleh Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran (2008) mengungkapkan model-model pengukuran sesuai kondisi lokal sebagai berikut:

1. World values survey

Model ini digunakan untuk memahami peran faktor budaya dalam pembangunan politik dan ekonomi. Aspek yang paling terkait dengan modal sosial dalam model ini adalah trust (kepercayaan) dan keanggotaan dalam suatu asosiasi.

2. New south wales study

Mengukur modal sosial pada skala organisasi komunitas, serta dampaknya pada pengembangan partisipasi publik. Model ini menggunakan delapan faktor sebagai indikator bagi modal sosial, yaitu partisipasi di tingkat komunitas lokal, aktivitas dalam konteks sosial, perasaan kepercayaan dan keamanan, koneksi dalam lingkungan ketetanggaan, koneksi dengan keluarga dan teman-teman, toleransi terhadap perbedaan, nilai-nilai kehidupan serta, koneksi dalam lingkungan pekerjaan.

3. The barometer of social capital colombia

(17)

ketergantungan dan imbal balik, relasi horizontal, hirarkhi, kontrol sosial, kepemerintahan sipil, dan partisipasi politik.

4. Index of national civic health

Indeks ini dikembangkan oleh Pemerintah Amerika Serikat untuk merespon penurunan partisipasi masyarakat. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan lima indikator, yaitu keterlibatan politik, kepercayaan, keanggotaan dalam asosiasi, keamanan dan kejahatan, integritas, dan stabilitas keluarga.

5. Global Social Capital Survey

Model ini dikembangkan oleh Deepa Narayan, dengan menggunakan tujuh indikator untuk mengukur ketersediaan modal sosial. Ketujuh indikator tersebut, yaitu karakteristik kelompok, norma-norma umum, kebersamaan (meliputi seberapa jauh orang-orang dapat hidup bersama dan tingkat kebersamaan di antara orang-orang), sosialitas keseharian, hubungan ketetanggaan, voluntarisme, serta kepercayaan.

Modal sosial

Menurut Putnam (1993) modal sosial adalah bagian dari organisasi sosial seperti kepercayaan, norma, dan jaringan yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan terkoordinasi dan kerjasama yang saling menguntungkan. Modal sosial berhubungan dengan manusia dan hubungan-hubungan yang terjadi hingga membuat hidup menjadi saling lebih baik. Menurut Bourdie dan Wacquant yang dikutip oleh Lawang (2004) menyatakan bahwa modal sosial merupakan jumlah sumberdaya, aktual atau maya yang berkumpul pada seorang individu atau kelompok karena memiliki jaringan tahan lama berupa hubungan timbal balik perkenalan dan pengakuan yang sedikit banyak terinstitusionalisasikan. Menurut Hasbullah yang dikutip oleh Supono (2011) modal sosial merupakan segala hal yang berkaitan dengan kerjasama dalam masyarakat untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik, dan ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsur-unsur utamanya seperti trust, ketimbal-balikan (reciprocity), aturan-aturan kolektif dalam suatu masyarakat dan sejenisnya.

Bourdieu yang dikutip oleh Field (2003) mendefinisikan modal sosial sebagai kumpulan sumberdaya yang dibutuhkan oleh individual atau kelompok sehingga dapat memiliki jaringan hubungan institusional yang lebih tahan lama agar saling mengakui dan menghargai. Modal sosial dianggap sebagai suatu kegiatan yang berasal dari manusianya sebagai pelaku individu ataupun sebagai pelaku dalam suatu kelompok agar terbentuk suatu sinergi dalam kebersamaan. Coleman yang dikutip oleh Yuliarmi (2011) menjelaskan bahwa modal sosial mencakup beberapa aspek pada struktur sosial dan melekat pada struktur hubungan yang antara aktor dan di antara aktor. Brehm dan Rahn yang dikutip oleh Daryanto (2004) berpendapat bahwa modal sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka. Modal sosial merupakan sesuatu yang tidak terlihat namun mempengaruhi interaksi yang terjadi antara individu lainnya ataupun kelompok sehingga akan mempengaruhi kerjasama yang terjalin.

(18)

dan kepercayaan sosial (social trust) yang membentuk kuantitas dan kualitas suatu interaksi sosial masyarakat. Fujiwara dan Kawachi yang dikutip oleh Thobias et al

(2013) menjelaskan modal sosial merupakan sumber daya yang diakses oleh individu-individu dan kelompok-kelompok dalam sebuah struktur sosial yang memudahkan kerjasama, tindakan kolektif, dan terpeliharanya norma-norma. Fukuyama yang dikutip oleh Supono (2011) memberikan definisi modal sosial sebagai kumpulan nilai-nilai atau norma-norma informal secara spontan yang terbagi di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka. Harus mengarah kepada kerjasama dalam kelompok dan berkaitan dengan kebajikan-kebajikan tradisional seperti kejujuran, memegang komitmen, bertanggung jawab terhadap pekerjaan, dan norma saling timbal balik

Penelitian Nurami (2013) mengungkapkan bahwa adanya elemen modal sosial berupa kepercayaan, jaringan, dan norma yang tidak dapat berdiri sendiri-sendiri melainkan saling terkait. Elemen-elemen kepercayaan, jaringan, dan norma harus saling menyatu agar dapat termanfaatkan dengan baik dalam mengembangkan industri melalui interaksi yang terjalin antara pelaku yang berhubungan dengan industri. Penelitian Triutami (2013) juga melihat adanya modal sosial yang dilihat dari unsur kepercayaan, jaringan, dan norma pada pengusaha industri kecil alas kaki di Desa Ciomas menentukan kerjasama yang terjalin diantara pengusaha industri dalam mencapai keberhasilan industri mereka. Kerjasama yang terjalin tersebut dapat membentuk suatu paguyuban/organisasi yang mengelola industri kecil alas kaki. Daryanto (2004) menyatakan bahwa modal sosial hanya dapat diperoleh dan diciptakan dari relasi antar manusia.

Unsur-unsur modal sosial

Menurut Cambetta yang dikutip oleh Lawang (2004) mengatakan unsur kepercayaan merupakan apa yang orang sebut dengan cara berpikir positif tentang orang lain, sehingga kerjasama dapat terjalin dengan baik. Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan mempunyai peranan sebagai pembentuk awal suatu hubungan antar sesama. Kepercayaan merupakan rasa percaya. Hasbullah yang dikutip oleh Mustofa (2013) mengungkapkan bahwa rasa percaya adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosial yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya. Menurut Fukuyama (2007) kepercayaan merupakan harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerja sama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Yustika yang dikutip oleh Mustofa (2013) menyatakan bahwa modal sosial tergantung dari dua elemen kunci yaitu kepercayaan dari lingkungan sosial dan perluasan aktual dari kewajiban yang sudah dipenuhi (obligation held).

(19)

1. Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial).

2. Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media hubungan sosial menjadi satu kerjasama, bukan kerja bersama-sama.

3. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus) kerja yang terjalin antar simpul itu pasti kuat menahan beban bersama, dan malah dapat “menangkap ikan” lebih banyak.

4. Dalam kerja jejaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri. Malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jejaring itu tidak bisa berfungsi lagi, sampai simpul itu diperbaiki. Semua simpul menjadi satu kesatuan yang kuat.

5. Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau antara orang-orang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan.

6. Ikatan atau pengikat (simpul) adalah norma yang mengatur dan menjaga bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan.

Menurut Jeffiries yang dikutip oleh Lawang (2004) unsur norma merupakan standar apa yang dipandang benar atau pantas, dimana norma mengandung ide tentang kewajiban dan keharusan. Hal itu mengungkapkan peranan norma sebagai pengatur kehidupan manusia untuk melakukan kewajiban-kewajibannya serta dapat menjalankan segala sesuatu sesuai dengan apa yang seharusnya. Yustika yang dikutip oleh Mustofa (2013) menyatakan bahwa norma yang kuat memungkinkan setiap anggota kelompok atau komunitas saling mengawasi sehingga tidak ada celah bagi individu untuk berperilaku menyimpang. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa norma memang ada dimasyarakat atau kelompok tertentu untuk mengatur agar pelanggaran-pelanggaran yang ada dapat berkurang. Hasbullah yang dikutip oleh Supono (2011) mengartikan norma sebagai sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti masyarakat pada entitas sosial tertentu. Pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa norma terbentuk dan terbangun di masyarakat atau suatu kelompok yang dapat mengatur kinerja seseorang. Norma terkait aturan-aturan tertulis maupun tidak tertulis yang mempunyai nilai-nilai. Nilai-nilai itu misalnya kejujuran, sikap menjaga komitmen, pemenuhan kewajiban, dan ikatan timbal balik (Fukuyama 2007).

Keberhasilan usaha industri

(20)

Menurut Ravianto yang dikutip oleh Triutami (2013) produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang ingin dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Pengertian produk, produksi dan produktivitas adalah hal-hal yang berbeda. Produk merupakan barangnya sedangkan produksi adalah jumlah barang atau hasil yang dicapai. Dalam keberhasilan industri industri kecil sangat dituntut untuk dapat meningkatkan produksi dan produktivitas. Walaupun begitu, tidak selalu peningkatan produksi dibarengi dengan peningkatan produktivitas karena kadang produksi meningkat namun produktivitasnya menurun.

Pemanfaatan modal sosial dalam keberhasilan industri kecil

Modal sosial meliputi unsur-unsur seperti kepercayaan, jaringan, dan norma yang tercipta karena hubungan antar manusia. Unsur-unsur modal sosial tersebut dapat dimanfaatkan oleh para pelaku industri untuk membangun hubungan yang lebih baik dan membangun industrinya. Hal itu terjadi karena setiap unsur modal sosial mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing. Simmel yang dikutip oleh Lawang (2004) menyatakan bahwa tanpa adanya saling percaya yang merata antara satu orang dengan orang lainnya, masyarakat itu sendiri akan disintegratif dan kepercayaan itu kekuatan sintetik yang paling penting dalam masyarakat. Fukuyama yang dikutip oleh Lawang (2004) mengklaim bahwa kepercayaan adalah dasar dari tatanan sosial “Komunitas tergantung pada kepercayaan timbal balik dan tidak akan muncul spontan tanpanya”. Hal tersebut menegaskan bahwa kepercayaan merupakan langkah awal untuk menjalin hubungan dan membentuk kerjasama antara sesama hingga terjadinya pemanfaatan modal sosial yang dapat menguntungkan dalam mencapai suatu tujuan.

(21)

Tabel 1 Pemanfaatan modal sosial pada setiap jenis usaha

Pemanfaatan modal sosial membentuk rasa kebersamaan serta solidaritas antara pedagang dan pemerintah setempat. Unsur-unsur modal sosial seperti kepercayaan untuk menitipkan barang dagangannya, nilai dan norma yang mempengaruhi perilaku pedagang pasar tiban lalu berkembang sebagai hukum informasi yang berlaku diantara mereka, tingkat partisipasi dalam kegiatan rutin paguyuban, struktur berupa kesepakatan yang dibuat bersama sebelum membuka pasar tiban. Tiara

Pemanfaatan modal sosial untuk mempengaruhi aspek keuntungan, produktivitas dan skala industri. Unsur modal sosial seperti kepercayaan antara peng industri dengan para pekerja dan pemilik toko, membentuk jaringan untuk mengetahui informasi seperti info tentang pekerja, peng industri alas kaki lainnya, penyalur hasil produksi, toko membeli bahan baku, dan pembeli, serta norma berupa aturan tidak tertulis tentang ketetapan jam kerja dan jam istirahat yang disepakati bersama.

Meri Nurami (2013

Industri daur ulang

Pemanfaatan modal sosial terkait interaksi yang terjalin antara pelaku industri, pelaku industri dengan penyedia bahan baku, dan pelaku industri dengan pembeli. Unsur-unsur modal sosial yang dimanfaatkan seperti Kepercayaan dalam segala proses transaksi pasar, jaringan untuk melakukan kerjasama dan menggali informasi yang dibutuhkan, serta norma untuk mengurangi benturan dengan pihak-pihak lain. Sehingga peluang-peluang industri semakin berkembang

(22)

Ni Nyoman Yuliarmi (2011)

Industri kerajinan

Pemanfaatan modal sosial dimanfaatkan untuk membentuk pemberdayaan para pengrajin untuk mandiri. Unsur-unsur yang dimanfaatkan seperti norma tidak tertulis, jaringan, kepercayaan dalam berbagai aktivitas yang dapat meningkatkan kerjasama. Namun tidak hanya modal sosial yang

Pemanfaatan modal sosial sebagai penguatan kapasitas indiividu. Unsur-unsur modal sosial seperti kepercayaan, norma dan jaringan yang trbentuk antar individu dengan para pelaku yang berhubungan dengan industri agar dapat mempertahankan dan mengembangkan

Pemanfaatan modal sosial untuk saling memberikan informasi, dimana informasi tersebut merupakan unsur jaringan dan diperlukan kepercayaan satu sama lain dalam membantu antar pedagang, dan norma yang mengalir karena terbiasa

Kerangka Pemikiran

Industri kecil di pedesaan sudah cukup lama berkembang di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Mayoritas masyarakat Desa Bojong Rangkas bekerja sebagai pengrajin tas yang lokasinya berada di rumah-rumah. Tambunan (2009) menyatakan bahwa industri kecil adalah kegiatan industri yang dikerjakan di rumah-rumah penduduk yang pekerjanya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat. Hal itu, menunjukkan bahwa industri kecil mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perekonomian bagi masyarakat sekitar yang terlibat. Keberhasilan industri kecil pun menjadi suatu hal yang sangat penting agar terwujud pengembangan industri kecil di pedesaan. Salah satu industri kecil yang berkembang di Desa Bojong Rangkas adalah industri kerajinan tas.

(23)

Karakteristik individu diteliti dari usia, tingkat pendidikan, motivasi wirausaha industri, dan keahlian. Faktor budaya diteliti dari aktivitas sosial dan keamanan lingkungannya. Secara sederhana, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Diduga adanya hubungan karakteristik individu dan budaya dengan pemanfaatan modal sosial di industri kerajinan tas.

2. Diduga adanya hubungan modal sosial (kepercayaan, jaringan, dan norma) dengan keberhasilan industri kerajinan tas.

Definisi Operasional

Batasan operasional untuk variabel-variabel dalam hipotesis atau kerangka pemikiran penelitian didefinisikan sebagai berikut:

1. Karakteristik individu adalah nilai-nilai yang ada didalam diri individu sehingga memungkinkan akan mengarahkan pemanfaatan modal sosial yang digunakannya. Pengukuran karakteristik individu meliputi:

a. Usia adalah lama hidup konsumen pada saat penelitian dilakukan yang dihitung sejak kelahiran yang dinyatakan dalam satuan tahun. Usia dikelompokkan dan dibedakan dalam skala ordinal. Pengelompokkan usia menurut Havighurst yang dikutip oleh Mugniesyah (2006) membagi

(24)

kategori usia, yaitu dewasa awal berusia 18-29 tahun, usia pertengahan berusia 30-50 tahun, dan usia tua berusia lebih dari 50 tahun.

Dewasa awal : 18-29 tahun (skor 1) Dewasa pertengahan : 30-50 tahun (skor 2) Dewasa akhir/tua : > 50 tahun (skor 3)

b. Pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti konsumen sampai dengan saat penelitian. Tingkat pendidikan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori dan diukur dalam skala ordinal.

Rendah : lulusan SD diberi skor 1

Sedang : lulusan SMP/MTS atau sederajat diberi skor 2 Tinggi : lulusan SMA/Perguruan Tinggi diberi skor 3 c. Motivasi wirausaha adalah hal-hal yang mendorong/menyebabkan

responden melakukan usaha industri kerajinan tas sehingga akan memanfaatkan modal sosial dalam usahanya. Motivasi diukur berdasarkan jumlah skor jawaban pernyataan untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, Ragu-Ragu (RR) diberi nilai 3, Setuju (S) diberi nilai 4, Sangat Setuju (SS) diberi nilai 5. Pengukuran dalam skala ordinal, dikategorikan menjadi:

Rendah (Skor 1) : Skor kumulatif 8-18

Sedang (Skor 2) : Skor kumulatif 19-29 Tinggi (Skor 3) : Skor kumulatif 30-40

d. Keahlian adalah kemampuan yang dimiliki responden untuk melakukan usaha industri kerajinan tas sehingga akan memanfaatkan modal sosial dalam usahanya. Keahlian diukur berdasarkan jumlah skor pernyataan untuk jawaban Ya diberi nilai 2 dan Tidak diberi nilai 1. Pengukuran keahlian dalam skala ordinal, dikategorikan menjadi :

Rendah (Skor 1) : Skor kumulatif < 12 Sedang (Skor 2) : Skor kumulatif 12-13 Tinggi (Skor 3) : Skor kumulatif > 13

2. Faktor budaya adalah segala nilai-nilai yang ada dilingkungannya sehingga dapat mengarahkan perilaku anggota/masyarakatnya yang dilihat dari pernyataan yang berhubungan dengan aktivitas sosial dan keamanannya. Faktor budaya diukur berdasarkan jumlah skor pernyataan untuk jawaban Ya diberi skor 2 dan tidak diberi nilai 1. Pengukuran faktor budaya dalam skala ordinal dikategorikan menjadi:

Rendah (Skor 1) : Skor kumulatif <12 Sedang (Skor 2) : Skor kumulatif 12-13 Tinggi (Skor 3) : Skor kumulatif >13

3. Modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk saling berhubungan dan bekerjasama yang saling menguntungkan meliputi kepercayaaan, jaringan, dan norma yang mengaturnya. Modal sosial dalam pengukuran ini sebagai berikut: a. Kepercayaan adalah perasaan yakin dan rasa percaya yang terbangun antara

(25)

diberi nilai 5. Pengelompokan dalam beberapa kategori dan diukur dalam skala ordinal sebagai berikut:

Rendah (Skor 1) : Skor kumulatif 8-18 Sedang (Skor 2) : Skor kumulatif 19-29 Tinggi (Skor 3) : Skor kumulatif 30-40

b. Jaringan adalah simpul-simpul jaringan yang ada serta keterlibatan responden dalam berhubungan dengan individu ataupun organisasi yang berhubungan dengan usaha industri kerajinan tas. Jaringan diukur dengan pernyataan untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, Ragu-Ragu (RR) diberi nilai 3, Setuju (S) diberi nilai 4, Sangat Setuju (SS) diberi nilai 5. Selain itu juga ada pertanyaan terbuka, yang jawabannya dikategorikan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Penjumlahan keseluruhan skor lalu dikelompokan dalam beberapa kategori dan diukur dalam skala ordinal sebagai berikut:

Rendah (Skor 1) : Skor kumulatif 7-13 Sedang (Skor 2) : Skor kumulatif 14-20 Tinggi (Skor 3) : Skor kumulatif 21-27

c. Norma adalah peraturan-peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang dipatuhi dalam kehidupan responden di usaha industri kerajinan tasnya. Norma diukur dengan pernyataan untuk jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) diberi nilai 1; TS (Tidak Setuju) diberi nilai 2; S (Setuju) diberi nilai 3; SS (Sangat Setuju) diberi nilai 4. Pengelompokan dalam beberapa kategori dan diukur dalam skala ordinal sebagai berikut:

Rendah (Skor 1) : Skor kumulatif 7-14 Sedang (Skor 2) : Skor kumulatif 15-22 Tinggi (Skor 3) : Skor kumulatif 23-30

4. Keberhasilan usaha adalah suatu keadaan dimana perusahaan mampu untuk mencapai keadaan yang lebih baik daripada masa sebelumnya dan juga mampu bertahan hidup untuk mengembangkan usahanya. Keberhasilan usaha dilihat dari tingkat keuntungan, produktivitas dan skala usahanya.

a. Tingkat keuntungan mencakup pemasukan yang dihasilkan dari hasil produksi secara bersih tidak termasuk biaya modal, upah pengrajin dan biaya tidak terduga lainnya selama seminggu. Dilihat berdasarkan rata-rata keuntungan keseluruhan responden lalu dikelompokan menjadi beberapa kategori sebagai berikut:

Rendah (Skor 1) : Keuntungan < Rp. 1 500 000,00

Sedang (Skor 2) : Keuntungan Rp. 1 500 000,00 – 3 000 000,00 Tinggi (Skor 3) : Keuntungan > Rp. 3 000 000,00

b. Produktivitas yang mencakup terwujudnya efektivitas rencana produksi. Dilihat berdasarkan rata-rata jumlah produksi per tenaga kerja setiap minggu. Pengelompokan dalam beberapa kategori sebagai berikut:

Rendah (Skor 1) : Produktivitas < 26 Sedang (Skor 2) : Produktivitas 26 - 55 Tinggi (Skor 3) : Produktivitas > 55

(26)
(27)

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Penelitian menggunakan metode survei dapat menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesis yang sudah dirancang peneliti. Hubungan kausal yang dapat diuji dari hipotesa penelitian ini adalah hubungan adanya hubungan karakteristik individu dan budaya dalam pemanfaatan modal sosial, hubungan adanya peranan modal sosial berupa kepercayaan, jaringan dan norma terhadap keberhasilan usaha di industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas.

Data primer didapat dengan mengumpulkan data kuantitatif dari kuesioner. Data kualitatif didapat dari responden dan informan yang diperoleh melalui pengamatan, observasi, dan wawancara mendalam. Hal itu dilakukan, untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang modal sosial yang dimanfaatkan.di industri kecil tas Desa Bojong Rangkas. Singarimbun dan Effendi (2006) menyatakan bahwa dalam upaya memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diamati, terdapat usaha untuk menambah informasi kualitatif pada data kuantitatif.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RW 4 Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor (lampiran 1). Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan lokasi tersebut merupakan lokasi industri kecil tas yang berkembang di Kabupaten Bogor dan mayoritas masyarakatnya merupakan pekerja di industri kecil tersebut. Pemilihan lokasi dianggap sesuai dan dapat menjawab tujuan dari penelitian dikarenakan sebagian besar penduduk di lokasi ini berprofesi sebagai pekerja di industri kecil tas yang ada. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan Maret 2014. Kegiatan penelitian meliputi peyusunan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan data dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Lama pelaksanaan penelitian dapat dilihat dalam (Lampiran 2).

Teknik Sampling dan Pengambilan Data

(28)

pertimbangan khusus peneliti sehingga layak dijadikan sampel. Teknik ini dipilih karena pertimbangan penulis di lapangan kalau tidak terdapat data sekunder populasi tentang jumlah pengusaha unit industri tas yang ada di Desa Bojong Rangkas serta adanya pengusaha yang tidak mau diwawancarai. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam pengambilan data dilakukan dengan mendatangi ke tempat usaha industri kecil tas yang ada di Desa Bojong Rangkas lalu mewawancarai responden yang mau diwawancarai. Jumlah responden yang diambil sebanyak 35 pengusaha industri (Lampiran 3) sudah cukup mewakili untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan.

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder didapatkan dari studi literatur terkait dan pihak-pihak yang berkaitan dengan lokasi penelitian, yaitu profil Desa Bojong Rangkas, data demografi Desa Bojong Rangkas, dan data dari Badan Pusat Statistika. Data primer diperoleh dari hasil pengambilan data langsung di lapangan melalui kuesioner dan wawancara mendalam kepada responden dan informan. Kuesioner yang telah disusun diberikan kepada responden terdiri dari empat bagian. Pertama karakteristik individu (usia, tingkat pendidikan, keahlian dan motivasi wirausaha), kedua faktor budaya. Ketiga, modal sosial berupa tingkat kepercayaan, kekuatan jaringan, dan norma. Keempat, keberhasilan usaha berupa tingkat keuntungan, produktivitas, dan skala industri. Wawancara mendalam diberikan kepada informan yang dianggap memiliki peran penting dalam masyarakat, seperti tokoh ketua RW di desa yang juga merupakan pengusaha tas, dan para pengrajin industri kecil berdasarkan panduan pertanyaan yang telah disusun.

.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan menggunakan kuesioner akan diolah secara kuantitatif dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS for Windows

versi 20.0. Setelah pengkodean data pada jenis pertanyaan tertutup maupun terbuka, akan dilakukan perhitungan persentase jawaban responden dalam bentuk tabel frekuensi. Kemudian SPSS for windows 20.0 digunakan untuk membantu uji korelasi Rank Spearman. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menentukan hubungan antara kedua variabel (variabel independen dan variabel dependen) yang ada pada penelitian ini, yaitu menguji hubungan antara karakteristik individu dan budaya dengan pemanfaatan modal sosial serta hubungan antara modal sosial dengan keberhasilan usaha industri kecil tas.

(29)

melihat keeratan hubungan antara dua variabel. Sebaliknya jika nilai P lebih besar dari tara nyata α 0.01 atau 0.05 maka hipotesis tidak diterima, yang berarti tidak terdapat hubungan nyata dan nilai koeisien korelasi diabaikan.

Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula analisis data kualitatif sebagai pendukung data kuantitatif. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar variabel yang konsisten. Data kualitatif akan diolah melalui tiga tahap analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Sitorus 1998). Analisis data kualitatif diuraikan secara deskriptif analitik sebagai upaya untuk mempertajam hasil penelitian.

Validitas dan Reabilitas

Singarimbun dan Effendi (2006) mengungkapkan bahwa validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Validitas instrumen dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi

product moment sebagai berikut:

N (∑XY) –(∑X - ∑Y) R=

√[N∑X2–(∑X)2] [N∑Y2–(∑Y)2] Keterangan :

R : nilai koefisien validitas N : jumlah responden X : skor pertanyaan pertama Y : skor total

Secara statistik angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan nilai kritis tabel korelasi pada taraf signifikansi 5% yaitu 0.893. Hasil pengujian validitas kuesioner untuk peranan modal sosial dalam keberhasilan industri kecil tas diperoleh nilai r hitung lebih besar dibandingkan r tabel (Lampiran 4). Hasil ini menunjukkan bahwa kuesioner penelitian valid.

Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Singarimbun dan Effendi 2008). Penghitungan reliabilitas instrumen menggunakan perhitungan korelasi belah dua dengan rumus sebagai berikut:

r. tot = 2 (r.tt) 1 + r.tt Keterangan :

r.tot : angka reabilitas keseluruhan item

r.tt : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

(30)
(31)

DESKRIPSI UMUM

Kondisi Umum Desa Bojong Rangkas

Kondisi Geografis

Desa Bojong Rangkas termasuk dalam salah satu desa tertinggal di wilayah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Bojong Rangkas terbagi atas 3 dusun dengan 39 RT. Desa Bojong Rangkas berbatasan dengan Desa Cibanteng di sebelah utara, Desa Cicadas di sebelah selatan, Desa Cibadak di sebelah timur, Desa Tegal Waru dan Bojong Jengkol di sebelah Barat Kabupaten Bogor.

Luas wilayah Desa Bojong Rangkas adalah 104 ha. Sebagian besar wilayah di Desa Bojong Rangkas digunakan untuk pemukiman dan persawahan. Penggunaan lahan lainnya di Desa Bojong Rangkas yang digunakan untuk perkebunan, kuburan, perkantoran, dan lainnya, disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas lahan dan persentase menurut penggunaannya di Desa Bojong Rangkas tahun 2013

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase 1.

Sumber: Profil Desa Bojong Rangkas (2013)

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar lahan di wilayah Desa Bojong Rangkas sebesar 56.25 persen seluas 58.50 ha wilayah Desa Bojong Rangkas digunakan sebagai pemukiman. Penggunaan lahan lebih banyak digunakan untuk pemukiman, yang salah satu pemanfaatan pemukiman tersebut sebagai tempat industri kecil tas. Industri kecil tas berada di rumah-rumah yang merupakan tempat pemukiman penduduk. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Desa Bojong Rangkas merupakan Desa yang sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian dari usaha industri kecil tas dirumah masing-masing penduduknya.

(32)

Tabel 3. Jarak dari kantor Desa Bojong Rangkas ke Ibukota Kecamatan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dan Ibukota Negara tahun 2013

No Lokasi Jarak (km)

1. Ibukota Kecamatan 0.10

2. Kabupaten Bogor 25.00

3. Provinsi Jawa Barat 92.00

4. Ibukota Negara 130.00

Sumber: Profil Desa Bojong Rangkas (2013)

Kondisi Demografis

Desa Bojong Rangkas terdiri atas 3 dusun dengan 39 RT yang tersebar dalam 9 RW. Tiap RW dihuni oleh penduduk yang sebagian besar merupakan asli penduduk lokal. Berdasarkan data profil Desa Bojong Rangkas tahun 2013 menyebutkan bahwa jumlah penduduk keseluruhan Desa Bojong Rangkas sebanyak 11279 jiwa dengan resentase perkembangan sebesar 7.9 persen. Jumlah kepala keluarga di Desa Bojong Rangkas tahun 2013 yaitu sebanyak 3221 jiwa. Berikut ini perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Desa Bojong Rangkas disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah dan Persenatse penduduk menurut jenis kelamin penduduk di Desa Bojong Rangkas tahun 2013

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase

1. Laki-laki 5832 51.71

2. Perempuan 5447 48.29

Total 11279 100.00

Sumber: Profil Desa Bojong Rangkas (2013)

Tabel 4 terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki di Desa Bojong Rangkas lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 51.71 persen sebanyak 5832, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebesar 48.29 persen sebanyak 5447 jiwa dari keseluruhan total penduduk sebanyak 11279 jiwa.

(33)

Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Bojong Rangkas pada tahun 2013

No Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase

1. Tidak tamat SD/Sederajat 342 10.62

2. Tamat SD/MI 2144 66.56

3. Tamat SLTP/MTS 580 18.14

4. Tamat SMA/MA 145 4.50

5. Tamat Perguruan tinggi 10 0.31

Total 3221 100.00

Sumber: Profil Desa Bojong Rangkas (2013)

Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Bojong Rangkas menempuh tingkat pendidikan lebih banyak sampai pada tingkat pendidikan tamat SD/MI yaitu sebesar 66.43 persen sebanyak 2126 jiwa dari jumlah keseluruhan sebanyak 3221 Jiwa. Sangat sedikit penduduk di Desa Bojong Rangkas yang menempuh tingkat pendidikan tinggi di tamat SMA/MA hanya sebesar 4.50 persen sebanyak 145 jiwa dan di tamat perguruan tinggi hanya sebesar 0.31 persen sebanyak 10 jiwa.

Kondisi Fisik

Rumah penduduk di Desa Bojong Rangkas terdiri dari bangunan yang berdinding tembok (permanen), semi permanen, tidak permanen, panggung dan lantai tanah. Sebagian besar rumah penduduknya terdiri dari bangunan yang berdinding tembok (permanen). Semua lahan pertanian di Desa Bojong Rangkas sebanyak 34.50 ha menggunakan sistem pengairan irigasi setengah teknis. Lahan pertanian di desa ini sudah tidak berkembang pesat karena lahannya sudah lebih banyak dimanfaatkan sebagai pemukiman yang merupakan tempat untuk usaha-usaha seperti industri kecil tas di rumah-rumah ataupun usaha-usaha lainnya. Penggunaan lahan juga digunakan dalam fasilitas sarana umum seperti sarana dan prasarana pendidikan, ibadah dan olahraga. Berikut ini data tentang sarana dan prasarana di Desa Bojong Rangkas disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah sarana dan prasarana di Desa Bojong Rangkas tahun 2013

No Jenis sarana Jumlah (unit)

1. Bangunan TK/TKAL Quran 7

2. Bangunan SD/MI 6

3. Bangunan SLTP/MTs 3

4. Pondok pesantren 6

5. Majlis ta’lim 15

6. Masjid 8

7. Mushola 12

8. Lapangan Sepak Bola 2

9. Lapangan Voli 1

10. Lapangan Footsal 3

(34)

Tabel 6 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana dibidang pendidikan masih kurang karena tidak terdapat bangunan SMA/MA dan sedikit bangunan SLTP/MTS sebanyak 3 unit. Lainnya pada sarana pendidikan terdapat bangunan SD/MI sebanyak 6 unit dan bangunan TK/TKAL Qur’an sebanyak 7 unit. Sarana keagamaan umat muslim adalah sarana yang banyak terdapat di Desa Bojong Rangkas, seperti pondok pesantren, majlis ta’lim, masjid, dan mushola. Sarana olahraga juga sudah ada, yaitu lapangan sepak bola sebanyak 2 unit, lapangan voli sebanyak 1 unit, dan lapangan footsal sebanyak 3 unit. Pada bangunan sarana kesehatan yang dimiliki tidak terdata jumlahnya dalam data profil Desa Bojong Rangkas, namun tenaga pelayanan kesehatan di Desa Bojong Rangkas sudah terdapat yaitu bidan sebanyak 3 orang dan dukun bayi sebanyak 4 orang.

Gambaran Umum Industri Kecil Tas di Desa Bojong Rangkas

Pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas sudah cukup banyak karena perkembangannya pesat. Industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas dimulai sekitar tahun 1974. Ketua RW 04, Bapak Jamil Kurniawan mengungkapkan bahwa usaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas lebih banyak terdapat di RW 04. Hal itu terlihat ketika melewati sepanjang jalan RW 04 ataupun ketika masuk ke dalam gang-gang akan terlihat usaha industri kecil tas. Namun terkadang ada usaha industri kecil tas di dalam rumah penduduk yang tidak terlihat sebab sering ditutup dan hanya memproduksi sedikit dengan istrinya. Hal itu menyulitkan dalam pendataan jumlah pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas, apalagi penduduk banyak yang tidak melapor mungkin takut dikenakan bayar pajak.

Tas di Desa Bojong Rangkas berasal dari dua bahan utama, yaitu bahan baku (kulit asli atau imitasi) dan bahan pembantu (benang, lem, pc, latek, dan berbagai macam bahan variasi sebagai aksesoris tas). Kedua bahan utama tersebut diperoleh dari daerah Kota Bogor bahkan ada yang dari Jakarta. Namun, sekarang ini juga sudah ada penjual bahan baku di sekitar desa Bojong Rangkas walau hanya beberapa. Bahan baku tersebut merupakan bahan yang berasal dari produksi lokal maupun produk impor. Pembuatan tas sesuai bahan baku akan menentukan harga tas yang dijual. Semakin mahal harga tas nya maka akan semakin bagus kualitas tasnya. Oleh karena itu, biasanya disesuaikan dengan pesanan pembeli.

Keberhasilan industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tidak terlepas dari peran pengusaha industri kecil tas yang mempunyai karakteristik berbeda-beda. Karakteristik pengusaha industri kecil tas merupakan faktor yang diduga berhubungan dengan bentuk modal sosial yang digunakan pengusaha pada usaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas. Karakteristik responden adalah karakter yang ada pada diri masing-masing individu yang diteliti dari empat variabel yaitu usia, tingkat pendidikan, motivasi, dan keahlian. Jumlah dan persentase setiap variabel karakteristik individu disajikan pada Tabel 7.

Usia/Umur

(35)

18-29 tahun, kelompok umur 30-50 tahun, dan kelompok umur lebih dari 50 tahun.

Tabel 7 menunjukkan bahwa pengusaha tas yang ada di Desa Bojong Rangkas kebanyakan berada pada kelompok umur 30-50 tahun yaitu sebesar 65.71 persen sebanyak 23 responden dari total 35 responden. Hal itu juga dibuktikan dari data, bahwa pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas yang termasuk dalam kelompok umur 18-29 tahun hanya sebesar 2.86 persen sebanyak satu orang.

Pada umur 30-50 tahun merupakan umur yang sangat produktif dalam kemampuan karena biasanya sudah lebih dahulu belajar menjadi pengrajin pada usia dibawah 30 tahun di usaha milik orang lain, hingga akhirnya menjadi pengusaha pada usia diatas 30 tahun. Selain itu juga, pada usia tersebut biasanya sudah mempunyai banyak kenalan, pengalaman dan sudah mempunyai keberanian menjadi pengusaha tas dari modal sendiri karena sudah ingin mandiri untuk kehidupan berumah tangga sehingga ingin mempunyai penghasilan yang lebih baik.

Tabel 7 Jumlah dan persentase responden menurut karakteristik individu pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014

Karakteristik Individu Jumlah (orang) Persentase 1 Kelompok usia

Tidak Lulus/Lulus 10 28.57

Sma/Perguruan Tinggi

(36)

pendidikan responden di Desa Bojong Rangkas terbagi menjadi tiga kategori yaitu tidak lulus/lulus SD, tidak lulus/lulus SMP, tidak lulus/lulus SMA/Perguruan Tinggi.

Tabel 7 menunjukan bahwa mayoritas responden yang berprofesi sebagai pengusaha industri kecil tas adalah yang menempuh tingkat pendidikan rata-rata tidak lulus/lulus SD dengan Persenatse sebesar 62.86 persen sebanyak 22 orang responden dari total 35 responden. Oleh karena itu disimpulkan bahwa pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas bukanlah seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi.

Hal itu juga dikarenakan penduduk yang kebanyakan adalah orang yang tidak mampu menikmati pendidikan sampai ke tingkat tinggi karena kurangnya kemampuan ekonomi, yang akhirnya sejak muda sudah bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Awalnya hanya bekerja sebagai pemula dipengrajin, bantu-bantu hingga akhirnya belajar menjadi pengrajin yang bagus dan proesional. Sampai akhirnya karena sudah lama menjadi pengrajin, banyak pengalaman dan kenalan baru berani menjadi wirausaha tas.

Motivasi Wirausaha

Motivasi wirausaha berhubungan dengan hal-hal yang mendorong/menyebabkan responden melakukan pekerjaan sebagai pengusaha industri kerajinan tas dan secara baik mengelola usahanya. Motivasi pada pengusaha di Desa Bojong Rangkas berbeda-beda pada setiap individu pengusaha. Motivasi terlihat dari sikap pengusaha yang ditunjukkan untuk keberhasilan usaha industri kecil tasnya menjadi lebih baik. Fakta ini diperkuat dengan pernyataan responden berikut ini.

“Kalau saya neng, jarang istirahatnya soalnya merhatiin ini kerjaan

pengrajin dan ikut ngebantu buat juga biar bisa selesai sesuai

Berkaitan dengan hal tersebut, pengelompokan motivasi wirausaha dibagi menjadi 3 kelompok yakni motivasi wirausaha rendah, motivasi wirausaha sedang, dan motivasi wirausaha tinggi. Penentuan dalam kategori motivasi rendah, motivasi sedang, ataupun motivasi tinggi ditentukan oleh jumlah skor dari setiap responden. Jumlah skor dari setiap responden akan ditentukan masuk ke dalam kategori rendah, sedang atau tinggi karena setiap kategori sudah ada penetapan range skornya yang disajikan pada Tabel 7.

(37)

Pengusaha tas yang mempunyai motivasi wirausaha sedang dan tinggi adalah pengusaha yang matapencaharian utamanya sekeluarga berasal dari usaha industri kecil tas. Para pengusaha berusaha semaksimal mungkin dalam mengelola usahanya agar semakin banyak pesanan dan keuntungan yang didapatkan. Apalagi, jika pengrajin yang bekerja berasal dari keluarga yang dalam memenuhi kebutuhannya juga dari usaha tas itu. Hal itu, membuat para pengusaha sangat bersemangat untuk melakukan yang terbaik bagi usahanya. Sikap pengusaha yang menggambarkan motivasi wirausaha seperti perhatian dengan cara kerja pengrajin, membangun hubungan baik dengan pengrajin agar dapat menghasilkan berbagai model tas dengan sering diskusi dan interaksi untuk menghasilkan pesanan tas sesuai target produksi, serta lebih banyak waktu untuk bekerja daripada bersantai-santai dengan keluarga.. Fakta tersebut didukung oleh pernyataan responden berikut ini.

“Usaha tas ini neng pekerjaan utama sekeluarga dari adik dan

sodara saya juga ikut kerja disini. Makanya saya selalu semangat buat lebih sering diskusi tentang model-model tas yang mau dibuat dan penyelesaian target produksi. Kalau sudah mau dekat hari namun belum selesai ya jadinya begadang untuk ngebuatnya soalnya kan ini tempat utama nyari duit sekeluarga pada ngikut kerja disini jadi harus mengusahakan yang terbaik supaya pelanggan tetap dan

pesanan nambah terus biar makin untung. “ (JA, 55 th)

Keahlian

Keahlian merupakan kemampuan yang dimiliki responden untuk menjalankan usaha industri tas yang dimilikinya. Biasanya keahlian yang dimiliki responden akan menentukan dalam keberlanjutan usahanya. Seorang pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas mempunyai keahlian yang lebih daripada para pengrajinnya yang bekerja. Keahlian yang dimiliki pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas diukur ketika pengusaha mampu mengelola keuangan, mampu membuat tas sendiri, mampu membuat tas dengan peralatan tradisional maupun modern, mampu membuat model-model tas masa kini, mampu mengatur ketersediaan bahan yang dibutuhkan sesuai pesanan sehingga jumlah bahan dasar dan aksesoris dalam pembuatan tas tidak kurang ataupun banyak yang tersisa. Fakta tersebut di dukung oleh pernyataan responden berikut ini.

“Saya mah sebagai pemilik ya harus pinter-pinter lah buat

menyesuaikan antara pesanan dengan bahan dasar yang harus dibeli. Karena sudah terbiasa dalam usaha tas kan udah lama jadi sudah tau untuk pesanan berapa berarti bahannya harus berapa. Jangan sampe ada kurang ataupun ada sisa lebih yang tidak terpakai supaya modal yang dikeluarkan bisa digunakan sebaik-baiknya neng” (CJ, 55 th)

(38)

oleh jumlah skor dari setiap responden. Jumlah skor dari setiap responden akan ditentukan masuk ke dalam kategori rendah, sedang atau tinggi karena setiap kategori sudah ada penetapan range skornya. Klasifikasi responden berdasarkan keahliannya yang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas mempunyai keahlian yang sedang yaitu sebesar 40 persen sebanyak 14 orang responden memiliki keahlian sedang. Walaupun begitu, terlihat dari data di tabel bahwa pengusaha yang mempunyai keahlian sedang dengan yang mempunyai keahlian tinggi tidak terlalu jauh, hanya berbeda satu orang lebih banyak. Pengusaha tas yang termasuk kategori keahlian sedang dan tinggi adalah pengusaha yang sudah lama menjadi pengrajin tas sehingga mempunyai lebih banyak keahlian dalam membuat tas yang lebih bagus. Awalnya dari bekerja sebagai pengrajn tas hingga menjadi wirausaha industri kecil tas sehingga mempunyai banyak pengalaman. Pengalaman yang dimiliki dijadikan sebagai pengetahuan sehingga membuat pengusaha mempunyai keahlian yang baik dalam mengelola usaha tas yang dimiliki. Fakta tersebut didukung oleh pernyataan responden berikut ini.

“Saya neng usaha udah lama dari awal kerja sama orang sampe

sekarang punya sendiri. Jadi ya sudah ahli lah dalam ngatur usaha tas begini. Saya sudah tahu berapa bahan yang harus digunakan untuk jadi berapa pieces dan mengatur keuangan sebaik mungkin biar bisa gaji para pengrajin juga dan keuntungan tetap ada.” (KM, 33th)

Faktor Budaya

Budaya menurut Luthans (1998) adalah norman-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi. Budaya berarti segala nilai-nilai yang ada dilingkungannya sehingga memungkinkan responden akan berperilaku seperti nilai-nilai yang berlaku. Faktor budaya yang dimaksud berupa nilai-nilai kebersamaan yaitu adanya aktivitas sosial bersama seperti gotong royong, kerja bakti, tolong menolong, saling menghargai untuk hadir dalam kegiatan bersama serta keamanan di lingkungannya. Budaya di Daerah Bojong Rangkas sangat terlihat masih cukup erat kebersamaannya.

Gambar

Tabel 1 Pemanfaatan modal sosial pada setiap jenis usaha
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Tabel 2. Luas lahan dan persentase menurut penggunaannya di Desa Bojong Rangkas tahun 2013
Tabel 3. Jarak dari kantor Desa Bojong Rangkas ke  Ibukota Kecamatan,  Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dan Ibukota Negara tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dapat kan akses unt uk mendapat kan lat ihan dan prediksi soal dalam bent uk ebook (pdf) yang bisa didow nload di member area apabila akun Anda sudah kami akt ifkan.. Choose t

Maka permasalahan yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah Kriteria apakah yang dipakai pihak bank untuk menentukan debiturnya telah melakukan wanprestasi dan

Kesimpulannya adalah bahwa PT TELKOM, Tbk terdapat pengaruh yang signifikan antara CSR terhadap Citra Perusahaan, artinya bahwa kegiatan CSR yang dilakukan

TIKOR merumuskan program penanggulangan rabies di pulau Flores dilakukan dengan cara pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dilaksanakan terhadap semua anjing

Guru melatih bocah moco kosa kata, kalimat lan teks ngangge ucapan sing benar2. Bocah moco kosa kata, kalimat lan teks ngangge ucapan

Rekrutmen guru merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan suatu lembaga pendidikan. Rekrutmen yang dilakukan tidak hanya sekedar mengisi kekosongan pegawai

Program- program acara di stasiun Nyenyes TV antara lain adalah mengulas tentang bahasa- bahasa Palembang, jajanan Palembang, sitkom-sitkom, film pendek maupun karya- karya

Adapun kerangka pikir penggunaan strategi pembelajaran snowball throwing berbantu media TTS untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dapat dilihat pada