• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN MODAL SOSIAL USAHA INDUSTRI KECIL TAS DI DESA BOJONG RANGKAS DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DESKRIPSI UMUM

KERAGAAN MODAL SOSIAL USAHA INDUSTRI KECIL TAS DI DESA BOJONG RANGKAS DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

Keragaan Modal Sosial

Kepercayaan

Kepercayaan merupakan kunci utama dalam usaha karena dengan kepercayaan akan dapat membangun hubungan baik dengan orang lain sehingga tercipta kerjasama. Fukuyama (2007) menyatakan bahwa kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan. Kepercayaan berarti adanya rasa percaya antar individu atau kelompok, sehingga rasa saling curiga tidak akan ada. Jika rasa saling curiga tidak ada, maka para pengusaha akan mudah dalam menjalankan usahanya seperti sudah menerima dan membuat terlebih dahulu sesuai jumlah pesanan walau hanya baru diberi uang DP (Dana Pertama) sebesar 40 persen. Fakta tersebut didukung oleh pernyataan responden berikut ini.

“Kalau saya mah neng percaya aja sama toko yang pesan, hanya

sistem DP sekitar 40 persen untuk modal awal kami membuat seluruh pesanannya saja. Nanti kalau pesanan sudah jadi semua baru bayar langsung sisanya. Tapi terkadang kalau uang DP 40 persen itu kurang maka kami akan minta nambah lagi ke toko dan bilang kalau modal kami kurang, sehingga toko akan menambah uang DP nya.

Begitu kan karena saling percaya neng” (MD, 54th)

Kepercayaan pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas sangat dimanfaatkan karena tanpa kepercayaan maka usaha tidak akan berjalan karena hampir rata-rata usaha industri kecil tasnya berproduksi dengan uang DP yang diberikan pemilik toko ataupun dengan bahan yang diberikan oleh pemilik toko yang memesan. Pemilik toko pun terkadang sudah memberikan model tas yang ingin dibuat. Model tasnya ada yang dari pemilik toko karena percaya dengan usaha industri kecil tas yang dipesannya. Oleh karena itu pengusaha tas selalu berusaha menjaga kepercayaan yang diberikan pemilik toko yang memesan agar terus menjadi langgangan tasnya. Fakta tersebut didukumg oleh pernyataan responden berikut ini.

“Modal buat bahan baku mah kita sering dikasih dari pihak toko yang

memesan neng. Biasanya dikasih bahan untuk jadi beberapa lusin, nanti kita tinggal beli aksesoris-aksesoris untuk tasnya dan modal ngebayar pengrajinnya. Pemilik toko yang memesan percaya aja dengan kita, makanya kita ngejaga juga kepercayaan mereka terus. Nanti kalau pesanan udah jadi semua baru dibayar lunas langsung tanpa jangka waktu lagi pembayarannya. Saya pun begitu sudah percaya sama pemilik toko langganan saya neng karena sudah

berlangsung lama” (CJ, 55th)

Bagi pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas, rasa saling percaya merupakan modal yang sangat berperan dalam mengelola usaha industri tasnya. Rasa percaya mampu memperlancar proses kerja para pengrajin sehingga

mempunyai tanggung jawab yang timbul dari kesadaran diri untuk menghasilkan jumlah produksi yang maksimal. Pengusaha sangat percaya dengan cara kerja pengrajin karena dalam memproduksi pesanan yang banyak tidak mungkin dicek satu-satu oleh pengusaha. Apalagi setiap orang sudah punya bagian kerjanya masing-masing seperti ada yang membuat pola, memotong bahan, mengelem, hingga menjahit dan memasang berbagai aksesoris ditambah dengan berbagai kesulitas model tas yang dibuat. Rasa saling percaya akan menimbulkan perasaan yakin bagi pengusaha untuk mempercayakan tas-tas yang dibuat oleh para pengrajinnya. Rasa percaya membuat pengusaha tidak curiga dan marah-marah sehingga tidak bertindak seperti bos yang memerintah karena adanya rasa kekeluargaan sehingga pengrajin pun dengan senang hati bekerja maksimal.

Kepercayaan pengusaha indutri kecil tas di Desa Bojong Rangkas termasuk sangat baik. Mereka memiliki keeratan dan rasa percaya yang baik antara pengusaha dengan pengrajinnya karena rata-rata pengrajin merupakan anggota keluarga dan pengrajin di luar anggota keluarga pun sudah dianggap seperti keluarganya. Selain itu, kepercayaan juga terjadi antara pengusaha tas dengan pengusaha tas lainnya dan pemilik toko. Kepercayaan dengan pengusaha tas lainnya seperti tidak mencontek model tas yang dibuat. Selain itu, kepercayaan dengan pemilik toko seperti menjaga kepercayaan pemilik toko dengan tidak memberikan model yang sama kepada pelanggan lainnya. Fakta tersebut didukung oleh pernyataan responden berikut ini.

“Kalau saya neng, nggak bisa ngasih model yang sudah dipesan sama

pihak toko langganan saya kepada pemesan yang lainnya karena kan ini kepercayaan dari pihak pemilik toko untuk tidak memberikan model yang sudah dipesan kepada pemesan yang lainnya. Soalnya kan ini sudah langganan lama dan setiap saya kurang uang buat modal produksi pasti akan ditambahkan lagi oleh pemilik toko karena percayanya dengan saya. Makanya saya nggak mau merusak kepercayaan dia. Sekalipun ada yang mau memesan, boleh memberikan saya model akan saya buatkan atau saya akan buat dengan model yang lainnya” (KM, 33th)

Penelitian ini mengelompokkan kepercayaan di Desa Bojong Rangkas menjadi tiga kategori yaitu kepercayaan rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat kepercayaan pengusaha industri kecil tas disajikan pada Tabel 9 dibawah ini. Tabel 9 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepercayaan

pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014 No Tingkat Kepercayaan Jumlah (Orang) Persentase

1 Rendah 2 5.71

2 Sedang 12 34.29

3 Tinggi 21 60.00

Total 35 100.00

Sumber: Data Primer (2014)

Tabel 9 menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 60 persen

responden sebanyak 21 orang. Hanya sedikit yang mempunyai tingkat kepercayaan rendah yaitu sebesar 5.71 persen responden sebanyak 2 orang. Hal itu membuktikan bahwa kepercayaan sangat dimanfaatkan oleh pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas dalam usaha tasnya. Begitu terlihat, betapa pentingnya kepercayaan bagi pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas dalam mengelola usahanya.

Pengusaha tas menggunakan kepercayaan sebagai modal utama mereka menjalankan usaha tasnya. Tanpa kepercayaan dalam usaha tas di Desa Bojong Rangkas, maka tidak akan tercapai keberlanjutan usaha tasnya. Dalam semua proses yang ada di usaha tas di Desa Bojong Rangkas sangat membutuhkan kepercayaan. Apalagi usaha tas yang berasaskan kekeluargaan , sehingga tidak ada peraturan resmi seperti di perusahaan-perusahaan yang mempunyai sanksi jika diantara para pelaku yang berhubungan tidak menjalankan kewajiban dan tidak memberikan haknya. Oleh karena itulah hanya kepercayaan yang menjadi pegangan utama pengusaha tas dalam menjalankan dan mengelola usahanya sehingga dapat terus berjalan.

Jaringan

Keberlanjutan dan keberhasilan suatu usaha sangat dibuthuhkan jaringan. Hal tersebut dikarenakan sebagai mahluk sosial, akan sangat membutuhkan bantuan orang lain dalam membangun usahanya.maka dari itu sangat dibutuhkan adanya jaringan agar kerjasama dapat terjalin antara satu dan lainnya. Menurut Lawang (2004) jaringan adalah hubungan sosial yang teratur, konsisten, dan berlangsung lama, hubungan tersebut bukan hanya melibatkan dua individu, melainkan banyak individu. Hubungan sosial yang terjalin antar individu akan membentuk suatu kekuatan bersama. Begitupun pada pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas sangat diperlukan adanya jaringan yang terbentuk melalui komunikasi dan interaksi antar individu. Pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas memanfaatkan jaringan sebagai sumber informasi untuk mendapatkan pesanan yang semakin meningkat baik itu ke toko-toko ataupun ke pengusaha tas lain yang pesanannya terlalu banyak sehingga di berikan ke usaha tas lainnya karena tidak sanggup untuk membuat, mencari model yang disukai dipasaran, serta mencari pengrajin yang mau bekerja dan dapat membuat tas dengan baik.

Pengusaha industri kecil tas yang memiliki jaringan lebih luas maka akan lebih mampu bertahan dalam keberlanjutan usahanya dan meningkatkan jumlah produksi yang dihasilkan karena mempunyai banyak informasi baik itu dari teman sesama pengusaha tas ataupun dari pemilik toko lain yang menjadi distributor industri kecil tasnya. Seseorang yang mempunyai lebih banyak informasi dari jaringan-jaringan yang ada tidak akan mengalami kosongnya pemesanan setiap minggunya. Pihak-pihak lain yang ada disekitarnya akan membantu dalam memberikan informasi untuk mendapatkan pesanan tas sehingga dapat terus berproduksi. Fakta ini didukung oleh pernyataan responden berikut ini.

“Neng, kalau usaha tas saya ini sekalipun sekecil-kecilnya pesanan

itu pasti ada. Nggak akan sampe kosong neng karena kalaupun tidak ada pesanan sama sekali atau pesanan yang ada sedikit sekali kita

punya banyak kenalan usaha tas yang lebih besar. Biasanya usaha tas yang sudah terlalu banyak pesanan namun tidak sanggup menyelesaikan sesuai target produksi pesanan toko karena mungkin kurang pengrajin, nanti dikasih ke saya pesanannya supaya jadinya saya yang ngebuat. Jadi saling ngebantu ja neng, begitupun

sebaliknya kalau saya lagi kelebihan pesanan”(KR, 42th)

Penelitian ini, mengelompokkan tingkat jaringan kedalam tiga kategori yaitu jaringan rendah, jaringan sedang, dan jaringan tinggi. Data lengkap mengenai tingkat jaringan pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat jaringan pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014

No Tingkat Jaringan Jumlah (Orang) Persentase

1 Rendah 4 11.43

2 Sedang 17 48.57

3 Tinggi 14 40.00

Total 35 100.00

Sumber: Data Primer (2014)

Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas termasuk dalam kategori tingkat jaringan sedang yaitu sebesar 48.57 persen responden sebanyak 17 orang . Hanya sedikit pengusaha industri kecil tas yang mempunyai tingkat jaringan rendah yaitu sebesar 11.43 persen responden sebanyak 4 orang. Hal itu membuktikan bahwa jaringan pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas sudah cukup baik yang dapat dimanfaatkan dalam mengelola usaha tasnya.

Jaringan sosial yang ada di pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas sudah tergolong cukup baik. Jaringan sosial diukur berdasarkan jumlah pekerja, lama usaha telah berjalan, jumlah kenalan usaha lain yang menyediakan bahan baku, jumlah pemilik toko yang menyalurkan hasil produksi, kualitas hubungan pengusaha tas terhadap pengusaha tas lainnya, kualitas hubungan pengusaha dengan pengrajin yang bekerja serta kualitas hubungan pengusaha dengan pemilik toko. Mayoritas pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas sudah mempunyai jaringan sosial yang baik karena usaha tas yang dijalani sudah cukup lama sehingga sudah mempunyai jaringan yang banyak dalam toko yang menyalurkan hasil produksi dan jumlah pengrajin yang sudah berganti-ganti juga. Begitupun antar pengusaha tas yang lainnya sudah pasti saling mengenal. Fakta tersebut didukung oleh pernyataan responden berikut ini.

“Usaha tas gini mah udah lama banget neng sekitar 22 tahun.

Awalnya saya cuman dengan pekerja dari keluarga dan hanya memproduksi beberapa lusin. Terus saya nyari-nyari sendiri buat pemasarannya ke toko-toko dibogor, namun la kelamaan dari mulut kemulut sudah tau buatan tas saya sampe akhirnya saya buat kartu nama. Sekarang semakin banyak toko yang menjadi distributor saya

dan saya pun mencari pemasaran lainnya sampai ke Jakarta. Walaupun semakin banyak saingan tetapi karena orang sudah mengenal usaha tas saya sejak lama, orang banyak yang tetap berlangganan dari dulu dengan saya. Hingga akhirnya jumlah

pengrajin pun semakin bertambah saat ini” (IH, 63th). Norma

Norma diartikan sebagai aturan-aturan yang ada di dalam masyarakat ataupun sebuah organisasi. Menurut Jeffries yang dikutip oleh Lawang (2004) norma merupakan standar apa yang dipandang benar atau pantas, dimana norma mengandung ide tentang kewajiban dan keharusan. Hal itu mengungkapkan norma sebagai pengatur kehidupan manusia. Pemanfaatan norma pada pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas merupakan komponen yang tidak dianggap terlalu penting karena sebagian besar pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tidak mempunyai aturan tertulis, hanya berupa aturan-aturan tidak tertulis. Aturan-aturan tidak tertulis dengan pengrajin yang bekerja seperti jam masuk kerja, jam istirahat, jam makan, jam pulang, dan ketentuan-ketentuan dalam membuat tas agar menghasilkan kualitas yang bagus dan rapi. Kalau aturan dengan pemilik toko juga rata-rata tidak tertulis, kecuali beberapa toko besar yang memesan dalam jumlah sangat banyak dan rutin ada aturan tertulisnya

Norma yang ada pada pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas ini berupa aturan-aturan yang telah disepakati bersama antara pengusaha dengan para pengrajin, dan pemilik toko yang menyalurkan hasil produksi tasnya. Namun aturan-aturan tersebut hanya berupa kesepakatan tidak tertulis yang sanksinya tidak tegas dan tanggungjawab akan pelaksanaannya diserahkan kepada kesadaran masing-masing pihak. Peraturan-peraturan yang ada tersebut sebenarnya sangat membantu dalam proses produksi dan pemasaran hasil produksi jika masing- masing pihak menjalankan aturan-aturan yang ada dengan kesadaran sebab usaha yang berjalan berdasarkan sistem kekeluargaan. Fakta tersebut didukung oleh pernyatan responden berikut ini.

“Kalau disini neng nggak ada aturan-aturannya secara tertulis dan

sanksinya paling cuman peringatan dikasih tau aja kalau sama pengrajin mah. Kita paling ngasih taunya secara halus, ngasih tau kalau mau dapet uang harus rajin kerjanya dan tepat waktu. Kalau sama pemilik toko sudah ada aturan-aturannya karenakan

berhubungan dengan uang biar nggak ada yang rugi”(DY,50th).

Pemanfaatan norma diukur berdasarkan tingkat ketaatan terhadap norma yang dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu norma rendah, norma sedang, dan norma tinggi. Data lengkap tingkat norma di pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat ketaatan norma pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014 No Tingkat ketaatan Jumlah (Orang) Persentase

1 Rendah 12 34.29

2 Sedang 18 51.43

3 Tinggi 5 14.28

Total 35 100.00

Sumber: Data primer (2014)

Tabel 11 menunjukkan bahwa pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas mempunyai tingkat ketaatan dalam kategori sedang yaitu sebesar 51.43 persen responden sebanyak 18 orang. Hanya sedikit yang mempunyai tingkat ketaatan tinggi yaitu sebesar 14.28 persen responden sebanyak 5 orang. Tingkat ketaatan pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas dikatakan kurang baik karena semuanya tergantung kesadaran pribadi. Peraturan dibuat secara bersama dengan adanya dasar kekeluargaan sehingga tidak terlalu dianggap penting oleh pengusaha.

Hal itu dikarenakan mereka sangat percaya dengan semua pelaku yang berhubungan dengan usahanya. Bagi para pengusaha karena kekeluargaan sehingga percaya saja kalau setiap pengrajin dan pemilik toko akan mempunyai kesadaran untuk menjalankan kewajibannya dan tidak akan melanggar apa yang sudah disepakati. Kalau pengrajin butuh uang, maka pasti akan bekerja dengan sebaik-baiknya. Sedangkan dengan pemilik toko pun sudah ada sistem uang muka dulu di awal, sehingga sistem putus kalau barang sudah jadi semua maka akan dilunasi. Sehingga tidak terlalu penting tentang peraturan tertulis dan jika ada yang melanggar peraturan tentu akan rugi masing-masing, tidak hanya pengusaha tasnya. Fakta tersebut juga didukung oleh pernyataan responden berikut ini.

“Bagi saya neng, peraturan mah nggak terlalu penting soalnya kan

kekeluargaan. Apalagi kalau harus ada secara tertulis itu tidak perlu. Ya kalau pengrajin mau dapet uang banyak, tentu mereka akan rajin bekerjanya supaya dapet uang banyak dan saya berusaha ngebilangin aja supaya bisa selesai target pesanan produksi. Jadi kalau diantara mereka ada yang melanggar ya biarin aja, paling dinasehatin atau keluar sendiri terus ada yang ganti lagi karena kan banyak orang butuh kerja. Cuman paling susahnya kalau harus ngedidik lagi pengrajin yang baru masuk. Terus kalau pemilik toko juga udah ada uang muka sebelumnya (DP) saya sampe 50 persen, jadi kalau ada yang tidak melunasi setelah semua pesanan jadi ya tinggal tidak akan saya kirim lagi untuk pesanan berikutnya jika menunggak. Cuman jarang neng ada kejadian begitu. Ya rata-rata mah baik-baik aja.” (JK, 44th)

Modal Sosial

Modal sosial menurut Putnam (1993) adalah bagian dari organisasi sosial seperti kepercayaan, jaringan, dan norma yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan terkoordinasi dan kerjasama yang saling menguntungkan. Modal sosial pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas dalam penelitian ini dilihat dari ketiga unsur yang mengacu pada modal sosial Putnam yaitu kepercayaan, jaringan dan norma. Unsur-unsur modal sosial tersebut akan menentukan arah kemampuan pengusaha untuk bekerjasama dengan para pelaku lainnya yang berperan dalam usaha tasnya. Kerjasama yang baik memungkinkan akan terciptanya keberhasilan usaha.

Modal sosial pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas sangat dimanfaatkan dengan baik untuk membangun kerjasama yang terjalin antara pengusaha dengan pelaku-pelaku lainnya yang berperan dalam usaha industri kecil tasnya. Hubungan kerjasama sangat dibutuhkan untuk keberlanjutan dan keberhasilan usaha industri kecil tasnya seperti hubungan pengusaha dengan pengrajinnya, pengusaha dengan pemilik toko, pengusaha dengan bos PT besar yang menjadi distributornya, pengusaha dengan pengusaha tas lainnya serta hubungan pengusaha dengan pengusaha lain yang menyediakan bahan baku dan aksesoris dalam produksi tasnya.

Pada penelitian ini, modal sosial yang dilihat dari penggabungan unsur- unsurnya berupa kepercayaan, jaringan dan norma yang sudah di teliti setiap unsurnya. Modal sosial pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas yang digabungkan dari kepercayaan, jaringan, dan norma dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu modal sosial rendah, modal sosial sedang, dan modal sosial tinggi. Unsur-unsur tersebut digabungkan karena merupakan bagian yang disebut modal sosial. Hal itu dilakukan untuk mengukur keseluruhan unsur yang dimanfaatkan dalam usaha industri kecil tas sehingga dapat diketahui pemanfaatan modal sosialnnya. Data lengkap pengelompokkan modal sosial disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat modal sosial pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tahun 2014

No Modal Sosial Jumlah (Orang) Persentase

1. Rendah 2 5.71

2. Sedang 18 51.43

3. Tinggi 15 42.86

Total 35 100.00

Sumber: Data Primer (2014)

Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar modal sosial pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas termasuk kedalam kategori modal sosial sedang dengan presentase 51.43 persen responden sebanyak 18 orang. Hanya sedikit pengusaha industri kecil tas yang termasuk dalam kategori modal sosial rendah yaitu sebesar 5.71 persen responden sebanyak 2 orang yang termasuk kategori rendah. Hal itu membuktikan bahwa penggunaan modal sosial pada pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas sudah baik dan

mengganggap modal sosial sebagai sesuatu yang sangat penting dalam mengelola usaha industri kecil tasnya.

Modal sosial pada pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas sangat dimanfaatkan sebagai sumberdaya utama yang menjalankan usahanya. Hal tersebut dikarenakan sistem usaha yang belum mempunyai manajemen usaha yang baik serta tertulis sehingga sangat digunakan kepercayaan, jaringan agar terus mempertahankan dan mengembangkan jumlah produksi tas yang dijual serta aturan-aturan tidak tertulis yang berdasarkan asas kekeluargaan

Hubungan Karakteristik Individu dan Modal Sosial

Karakteristik individu merupakan karakter pribadi di dalam diri seseorang yang akan menentukan sikapnya dalam melakukan berbagai hal. Begitupun dalam memanfaatkan modal sosial berupa kepercayaan, memperluas jaringan dan taat kepada norma-norma yang berlaku akan sangat ditentukan oleh karakter dimasing-masing individu. Penelitian Humaira (2011) menunjukkan adanya berhubungan nilai-nilai di diri individu seperti kapasitas individu dan motivasi dalam kewirausahaan yang semakin meningkatkan kegiatan sosial untuk menguatkan peranan modal sosial dalam kegiatan wirausaha. Oleh karena itu, karakteristik individu akan membuat adanya hubungan pemanfaatan modal sosial dalam menjalankan usaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas. Hasil pengujian hubungan antara karakteristik individu dengan pemanfaatan modal sosial disajikan pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Korelasi antara karakteristik individu dengan modal sosial Modal Sosial Keseluruhan

Koefisien p-value Karakteristik individu 0.540 0.001 Usia 0.036 0.836 Tingkat pendidikan 0.155 0.374 Motivasi 0.533 0.001 Keahlian 0.400 0.017 Keterangan :

 Berhubungan nyata pada p<0.10 (taraf nyata 1 persen)

 Berhubungan nyata pada p<0.05 (taraf nyata 5 persen)

Hasil pengujian dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman pada tabel 13 menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu pengusaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas dengan pemanfaatan modal sosial pada usaha industri kecil tasnya, yaitu dengan nilai probabilitas sebesar 0.001 (p<0.10) dan nilai koefisien 0.540 diantara dua buah variabel yang diuji. Karakteristik individu merupakan hal yang berberhubungan dalam pemanfaatan modal sosial pada usaha industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas.

Penelitian ini menunjukkan bahwa terciptanya modal sosial yang tinggi seperti terciptanya kepercayaan, luasnya jaringan dan ketaatan akan norma-norma diberhubungani oleh karakteristik individu pengusaha yang tinggi. Fakta ini

terlihat dari beberapa responden yang memiliki karakteristik individu tinggi dalam usia, tingkat pendidikan, motivasi dan keahlian juga akan mempunyai modal sosial yang tinggi. Fakta ini juga didukung oleh pernyataan responden berikut ini.

“Kalau saya mah neng udah tua, dari masih muda udah jadi

pengrajin tas. Awalnya dari cuman ikut kerja sama orang kan suka nganter ke toko-toko jadi kenal sama banyak orang dan bisa ngebuat model-model tas dari sering ngeliat dan pengalaman kerja lama. Sampe akhirnya jadi ingin usaha sendiri supaya mandiri dengan modal awal kecil kan pesanan cuman 1 sampe 2 lusin dengan

karyawan cuman berdua bareng adik saya” (JU, 59th)

Hasil penelitian yang berdasarkan fakta tersebut, menunjukkan bahwa pengujian hubungan antara karakteristik individu dengan pemanfaatan modal

Dokumen terkait