8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Kata motivasi sering diartikan sebagai daya dalam diri seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah sebab yang menjadi dorongan
tindakan seseorang. Motivasi diartikan sebagai daya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Sardiman (2007: 75) berpendapat
bahwa motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seorang mau dan ingin
melakukan sesuatu dan bila seseorang tidak suka, maka berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu
dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh
di dalam diri seseorang. Sagala (2010: 100) berpendapat bahwa dapat
dipahami suatu variabel peyelang yang digunakan untuk menimbulkan
faktor-faktor tertentu di dalam organisme yang m embangkitkan,
mengelola, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku menuju
suatu sasaran. Siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk belajar,
dengan harapan bahwa belajar akan memperoleh hasil. Siswa harus
memperhatikan informasi yang relevan, maka siswa telah siap untuk
menerima pelajaran.
Belajar jika tidak ada niatan dari dalam diri seseorang atau dari luar
diri seorang maka tidak akan menghasilkan yang menguntungkan bagi
9
3) motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang
untuk melakukan aktifitas tertentu. Oleh karena itu, perbuatan seseorang
yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan
motivasi yang mendasarinya. Motivasi dan belajar merupakan dua hal
yang saling mempengaruhi. Belajar merupakan perubahan tingkah laku
secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari dari
praktik atau penguatan (reinforced practice) yang di landasi tujuan
tertentu. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri
seseorang untuk melakukan aktifitas dalam mencapai tujuan yang akan
dicapai. Suprijono (2013: 163) berpendapat bahwa motivasi belajar
adalah dorongan-dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar
adalah proses yang memberi semangat belajar, arah dan kegigihan
perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh
energi, terarah dan tahan lama.
Motivasi belajar menurut beberapa ahli di atas adalah merupakan
suatu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya hasil belajar siswa.
Belum tentu siswa yang cerdas bisa berhasil, misal jika ia tidak memiliki
motivasi yang kuat untuk berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya, jika
siswa yang asalnya tidak terlalu pintar namun siswa memiliki kemauan
dan motivasi yang kuat untuk maju dan berhasil dalam belajarnya. Untuk
itulah tugas utama guru selain memberikan materi berupa pengetahuan
yang baru bagi siswa, guru juga harus memperhatikan, mengetahui mo
10
Tugas guru tidak hanya memberikan materi ajar, tetapi sekaligus
sebagai fasilitator, pembimbing, teman bagi siswanya. Hal itu sangat
berguna bagi guru karena jika seorang guru telah mengetahui motivasi
belajar siswa maka akan mempermudah bagi guru dalam menyampaikan
materi dengan motivasi yang ada pada diri siswa.
b. Fungsi Motivasi
Motivasi dalam proses belajar mengajar berfungsi sebagai
pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak di dalam diri
siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Sehingga motivasi dapat
berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapean prestasi. Sadirman
(2007: 85) mengemukakan bahwa fungsi motivasi :
1) Mendorong manusia untuk berbuat.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
Berdasarkan fungsi motivasi tersebut siswa akan lebih terdorong
dalam mengkuti pembelajaran sehingga prestasi belajar akan lebih
meningkat.
c. Prinsip-prinsip Motivasi
Motivasi memiliki beberapa prinsip dasar dalam kegiatan
pembelajaran. Sardiman (2007: 85) menjelaskan prinsip-prinsip dalam
memberikan motivasi belajar yaitu:
1) Pujian lebih efektif dari pada hukuman.
2) Pemahaman yang jelas terhadap tujuan akan merangsang motivasi.
11
4) Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar.
5) Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas pelajar.
Prinsip-prinsip motivasi tersebut diharapkan membuat siswa agar
lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran sehingga prestasi siswa
lebih meningkat.
d. Cara Membangkitkan Motivasi
Motivasi nerupakan aspek utama bagi keberhasilan dalam belajar.
Guru menjadi salah satu faktor pendukung bagi seorang peserta didik
dalam mencapai keberhasilanya. Menurut Nanang (2012: 28) ada
beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar, yaitu:
1) Peserta didik mempeoleh pemhaman (comprehension) yang jelas mengenai proses pembelajaran.
2) Peserta didik memperoleh kesadaran diri (self consciousness) tahap pembelajaran.
3) Menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik secara ling and match.
4) Memberi sntuhan lembut (soft touch) 5) Memberikan hadiah (reword)
6) Memberikan pujian atau penghormatan 7) Peserta didik mengeta hui prestasi belajarnya 8) Adanya iklim belajar yang kompetitif secara sehat 9) Belajar menggunakan multimedia
10)Belajar menggunakan multimetode 11)Guru yang kompeten dan humoris 12)Suasana lingkungan yang sehat
Munandar (1992) dalam Uno (2013: 21) menggungkapkan ciri-ciri
indikator motivasi peserta didik diantaarnya sebgai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja trus-menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai).
12
5) Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya)
6) Menunjukan minat dengan bermacam-macam masalah.
7) Senang dan rajin belajar, penuh semangat, tidak pernah bosan dengan tugas tugas rutin, dapat dipertahankan pedapat-pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut).
8) Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang. 9) Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan dorongan kuat yang dimiliki seseorang dalam
melakukan suatu hal yang ada dalam pikiranya. Keberhasilan siswa dapat
dicapai dengan menumbuhkan kembengkan motivasi yang ada di dalam
diri siswa tersebut. Guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar
siswa hendaknya selalu berfikir inovatif dan kreatif dalam mengemas
kegiatan belajar mengajar, sehingga motivasi belajar siswa dalam belajar
dapat meningkat.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses. Pengertian prestasi belajar menurut
Hamdani (2011: 137) adalah hasil suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individu maupun secara kelompok, selain itu
pengertian prestasi belajar juga dikemukakan oleh Mulyasa (2013:189)
bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah
13
berpendapat dalam jurnalnya bahwa Learning achievement is about how
success the learner can master the materials of the learning object.
Prestasi belajar adalah tentang bagaimana keberhasilan pelajar dapat
menguasai materi dari objek pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan tentang beberapa para ahli di atas, maka
betapa pentingnya memahami dan mengetahui prestasi peserta didik.
Sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan
dalam bidang study tertentu, tetapi sebagai pendidikan kualitas institusi
pendidikan. Prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik dari
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Prestasi belajar dalam
penelitian ini adalah hasil pengukuran dari penilaian hasil belajar.
Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk simbol huruf maupun
kalimat untuk menyimpulkan hasil yang sudah dicapai.
Cronbach (Arifin, 2013: 13) mengemukakan bahwa kegunaan
prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain:
1) Sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar 2) Untuk keperluan diagnostik
3) Untuk keperluan imbingan dan penyuluhan 4) Untuk keperluan seleksi
5) Untuk keperluan penempatan atau penjurusan 6) Menentukan isi kurikulum
7) Menentukan kebijakan sekolah
b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Taheri Mahdokht dkk (2015) mengemukakan bahwa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor sosial budaya, faktor
14
Keterlibatan orang tua mungkin memiliki arti penting dalam kegiatan
berbasis sekolah anak-anak mereka. Kegiatan ini mungkin melibatkan
kontak dengan guru, memeriksa kehadiran anak di sekolah. Ahmadi dan
Supriono (2013: 138) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yakni
faktor dalam diri (faktor internal) ataupun dari luar (faktor eksternal) dari
individu tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu:
1) Faktor Internal adalah:
a) faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun
yang diperoleh. Yang termasuk kedalam faktor ini adalah
penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
b) faktor psikologi baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh melalui usaha, yaitu terdiri atas:
(1) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu
kecerdasan dari bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu
prestasi yang telah dimiliki.
(2) Faktor non interaktif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motifasi, emosi,
penyesuaian diri.
2) Faktor Eksternal adalah:
a) Faktorsosial yang terdiri atas:
(1) Lingkungan keluarga
(2) Lingkungan sekolah
15
(4) Lingkungan kelompok
b) Faktor kebudayaan seperti adat, istiadat, ilmu pengetahuan,
tehnologi dan kesenian.
c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar.
d) Faktor spiritual atau keagamaan berinteraksi secara langsung atau
tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.
3. Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat penting diajarkan pada
jenjang SD, pembelajaran IPS menurut Susanto (2013: 143) pendidikan
IPS di SD merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam
semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. IPS juga
dikemukakan oleh Soemantri dalam Sapriya (2011: 9) bahwa IPS
merupakan seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta
kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara
ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Ilmu pengetahuan sosial
mengkaji hubungan manusia dengan lingkungan masyarakat.
Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa IPS sebagai program pendidikan tidak hanya konsep dan tidak
hanya hadir sebagai pengetahuan, tetapi juga, yang merupakan bagian
paling penting mendidik para siswa untuk menjadi warga dan
masyarakat yang mengetahui hak dan kewajiban, serta memiliki
16
pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa IPS merupakan suatu
ilmu yang mempelajari tentang masalah dan kehidupan yang terdapat
dimasyarakat yang memiliki cangkupan yang sangat luas.
b. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu ilmu yang mempelajari
tentang hubungan manusia dengan lingkungan, dengan lingkungan yang
terus berubah dan mengalami perkembangan maka pelajaran ilmu
pengetahuan sosial ini dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan dalam memasuki kehidupan masyarakat yang
dinamis. Tujuan pembelajaran IPS dalam Permendinas nomor 22 tahun
2006. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program IPS
disekolah dapat berjalan dengan baik. Rumusan tujuan tersebut dapat
dirinci sebagai berikut menurut Mutakin (Puskur, 2006: 4).
1) Memiliki kesadaran dan keperdulian terhadap lingkunganya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
17
yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang berkembang dimasyarakat.
3) Mampu menggunakan model model dan proses berfikir serta membuat keputusan berfikir menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang dimasyarakat.
4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri gar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.
6) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral. 7) Fasilitator didalam lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat
menghakimi.
8) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupanya “to prepare Students to be well-functioning
citizens in a democratic society “dan mengembangkan
kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.
9) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi IPS yang diberikan.
Sedangkan menurut Depdiknas (2007: 18) mata pelajaran IPS
bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kegidupan masyarakat dan lingkunganya
2) Memiliki kemampuan dasaruntuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masyalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
3) Memiliki komitmen dan kesadaran dalam nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkerja sama dan bekompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.
Mengacu dari pendapat-pendapat di atas mengenai tujuan
pembelajaran IPS maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS
diajarkan dari tingkat pendidikan yang rendah sampai yang tinggi
18
berkembang didalam masyarakat dengan segala
permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya.
c. Materi Pelajaran IPS
Standar
Kopetensi
: 2.3 Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi,dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten atau kota dan provinsi
Kompetensi
Dasar
: 1. Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman
menggunakannya.
Indikator : 1. Menjelaskan pengertian teknologi produksi, transportasi, dan komunikasi
2. Mendeskripsikan perkembangan teknologi
teknologi produksi, transportasi dan
komunikasi
3. Menyebutkan contoh perkembangan teknologi
produksi, transportasi dan komunikasi
4. Menyebutkan kekurangan dan kelebihan
perkembangan teknologi transportasi.
5. Menceritakan pengalaman mengunakan
teknologi produksi, transportasi dan
19
4. Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai
suatau siskap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara
sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri
dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan kelompok dari anggota sendiri. Solihatin (2009: 4) berpendapat
bahwa Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur
tugas dalam suasana bersama diantara sesama kelompok.
Suprijono (2013: 54) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif
adalah konsep yang lebih luar meliputi kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif
dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang
dimaksud. Utama et.al (2013: 5) berpendapat bahwa:
Cooperative learning encourages students to verbalize their ideas and to compare them with ideas and feeling of other students. This approach also improves students‟ self esteem, positive interpersonal relations with others students, motivation to gain good mark, and positive attitudes towards schools.
Maksud dari pernyataan di atas bahwa pembelajaran kooperatif
mendorong siswa untuk memverbalisasi ide-ide mereka dan
membandingkannya dengan ide-ide dan pendapat siswa lain. Pendekatan ini
20
motivasi untuk mendapatkan sesuatu yang baik, dan sikap positif terhadap
sekolah.
Arends (2008: 21) berpendapat bahwa langka-langkah model
pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Fase 1: mengklasifikasi tujuan dan establishing set, pada kegiatan ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan materi yang akan disampaikan.
b. Fase 2: mempresentasikan informasi, pada kegiatan ini guru mempresentasikan materi pembelajaran kepada siswa secara verbal atau dengan teks.
c. Fase 3: mengorganisasikan ke dalam tim-tim belajar, pada kegiatan ini guru menjelaskan kepada siswa tata cara membentuk tim-tim belajar dan membantu kelompok untuk melakukan transisi yang efisien.
d. Fase 4: membantu kerja tim dan belajar, pada kegiatan ini guru membantu tim-tim belajar selama mereka mengerjakan tugas di dalam pembelajaran.
e. Fase 5: mengujikan berbagai materi, pada kegiatan ini guru menguji pengetahuan siswa tentang berbagai materi belajar atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil-hasil kerjanya.
f. Fase 6: memberikan pengukuran, pada kegiatan ini guru mencari cara untuk mengakui usaha dan presentasi individual atau kelompok.
Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan kerja sama dalam
suatu kelompok. Pembelajaran kooperatif dimagsudkan agar satu kelompok
dapat bekerja sama sehingga tidak ada yang berperilaku individu.
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing
Model pembelajaran tipe snowball throwing ini meruapakan salah satu
strategi pembelajaran aktif (active learning), yang dalam pelaksanaanya
banyak melibatkan siswa. Peran guru dalam proses kegiatan belajarnya
hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan
21
dalam proses pembelajaran snowball throwing ini, dimana siswa akan
berlatih memberikan arahan kepada teman sendiri atau sebagai tutor sebaya.
Snowball throwing merupakan strategi pembelajaran yang menggali
potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok. Siswa dilatih untuk terampil
membuat, menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui permainan
imajinatif membentuk dan melempar bola salju (Komalasari, 2011:67).
Menurut Hamid (2014: 230) snowball throwing adalah salah satu strategi
pembelajaran yang menarik untuk diberikan kepada siswa. Strategi ini
menyenangkan, menantang, dan mewajibkan peserta untuk menjawab
pertanyaan .
Suprijono (2013: 128) berpendapat bahwa langkah-langkah strategi
pembelajaran snowball throwing sebagai berikut;
1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi,
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada temanya,
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan sutu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok,
5) Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta ke peserta yang lain seama kurang 15 menit.
6) Setelah peserta didik mendapat satu bola atau satu pertanyaan diberikan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian, 7) Evaluasi
8) Penutup
Sebelum menerapkan strategi pembelajaran snowball throwing,
22
a. Kelebihan strategi pembelajaran snowball throwing yaitu: 1) Melatih kesiapan siswa .
2) Saling memberikan pengetahuan.
b. Kelemahan strategi snowball throwing yaitu:
1) Pengetahuan tidak luas hanya berkuat pada pengetahuan sekitar siswa
2) Tidak efektif karena pembelajaranya memerlukan waktu yang lama
Dari uraian di atas dapat disimpulkan strategi pembelajran snowball throwing ini akan memberikan dampak positif terhadap pemahaman konsep siswa. Pemebelajaran akan memiliki suasana belajar yang lebih menarik dan
efektif, hal ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi siswa untuk
mengikuti proses belajar sehingga pemahaman konsep siswa terhadap suatu
materi yang dapat meningkat. Selain model pembelajaran sendiri, terhadap
berbagai faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep siswa, salah
satunya motivasi belajar siswa. Dari peryataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu
pembelajaran aktif yang melibatkan siswa secara langsung di dalam proses
pembelajaran. Penerapan model pembelajaran ini diharapkan dapat
mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan belajar dalam
memperoleh pengetahuanya secara optimal.
6. Teka-teki Silang
Teka-teki silang merupakan salah satu permainan asah otak yang
diminati banyak orang. Bukan hanya orang dewasa, permainan ini juga
bermanfaat bagi anak, terutama untuk mengasah kemampuan otak. Biasanya
orang mengisi teka-teki silang diwaktu luang dalam keadaan santai. Rantika
dkk, (2015: 185) berpendapat bahwa teka-teki silang merupakan salah satu
23
menulis. Media ini sangat mudah untuk dibuat oleh guru dan dapat
digunakan untuk semua tingkatan, baik untuk pemula, menengah atau yang
sudah lanjut, disamping itu juga materi yang dapat dipilih sesuai dengan
tujuan pembelajarannya. Hidayati (2009: 121) juga berpendapat mengisi
TTS bukan hanya sebagai hiburan di waktu luang, tetapi juga meningkatkan
fungsi kerja otak, mencegah kepikunan dini, menambah wawasan, dan
mengasah kemampuan berfikir cepat.
Adapun prosedur atau langkah-langkah dalam TTS menurut
Silberman (2010: 256) adalah: 1) membuat kotak TTS sederhana; 2)
membuat petunjuk untuk kata-kata dalam TTS; 3) membagikan kepada
siswa, baik individual ataupun kelompok; dan 4) menentukan batas waktu
pengerjaan. TTS dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, melihat
fungsinya yaitu membangunkan saraf otak yang memberi efek menyegarkan
ingatan sehingga fungsi kerja otak kembali optimal karena otak dibiasakan
untuk terus belajar dengan santai. Dengan proses pembelajaran dalam
keadaan santai, materi yang diajarkan akan lebih masuk dan mengena dalam
otak sehingga pembelajaran lebih efektif (Erlinna, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan TTS merupakan sebuah
permainan yang mengasah otak, dimainkan dengan cara mengisi ruang-ruang
kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah kata berdasarkan
petunjuk. Permainan ini memiliki banyak manfaat, tidak hanya sebagai
hiburan, tetapi dapat menambah wawasan, meningkatkan fungsi kerja otak,
24
permainan TTS yang mudah, menyenangkan, dan berbagai manfaat yang
diberikan, maka dapat dijadikan sebagai media sehingga siswa lebih tertarik
dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran dan prestasi siswa
menjadi meningkat.
7. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Berbantu Media Teka-Teki Silang (TTS)
Pada penelitian ini akan melakukan inovasi pembelajaran
menggunakan strategi snowball trowing berbantu media TTS. Langkah-langkah implementasi tersebut sebagai berikut:
a. Fase 1: mengklasifikasi tujuan dan establishing set, pada kegiatan ini
guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
b. Guru melalukan apersepsi dengan tanya jawab siswa tentang materi yang
sudah disampaikan.
c. Guru menjelaskan tentang cara permainan TTS.
d. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok.
e. Fase 2: mempresentasikan informasi, pada kegiatan ini guru menjelaskan
materi untuk menyusun TTS kepada semua ketua kelompok di depan.
f. Fase 3: mengorganisasikan ke dalam tim-tim belajar, pada kegiatan ini
masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada temanya.
g. Setiap kelompok diberi lembar kertas kerja untuk membuat TTS sesuai
25
h. Fase 4: membantu kerja tim dan belajar, Siswa berdiskusi mengerjakan
lembar kerja untuk membuat TTS dan diperbolehkan membaca materi
dari buku.
i. Guru membimbing siswa dalam menyusun lembar kerja TTS.
j. Kertas yang berbentuk TTS dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
kelompok ke kelompok lain.
k. Setelah mendapatkan bola kertas, kemudian siswa berdiskusi dengan
kelompoknya untuk mengisi dan menjawab pertanyaan berupa TTS.
l. Fase 5: mengujikan berbagai materi, pada kegiatan ini, setiap kelompok
mempresentasikan jawaban dari pertanyaan yang telah di dapat berupa
TTS secara bergantian.
m. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
n. Fase 6: memberikan pengukuran, pada kegiatan ini guru mengadakan
evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.
o. Guru memberikan tindak lanjut atau umpan balik berupa pekerjaan
rumah (PR).
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang terkait dengan model pembelajaran snowball throwing
dan media Teka Teki Silang (TTS), diantaranya: Ahiriyah (2011) dengan judul
penelitianya “Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SDN Kalibanteng
Kidul 01 Kota Semarang”. Menyimpulkan bahwa model pembelajaran snowball
26
ditunjukan dengan meningkatnya aktifitas guru pada setiap siklus. Hal ini dapat
dilihat dari hasil pengamatan aktifitas guru pada siklus I adalah 2,5 sedangkan
pada siklus II 3,0 dan pada siklus III adalah 3,4 yang termasuk kategori sangat
baik. Model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran IPS. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan aktifitas
siswa pada siklus I adalah 3,0 sedangkan pada siklus II adalah 3,53 dan siklus III
adalah 3,56 yang termasuk kategori sangat baik. Model pembelajaran snowball throwing juga dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siklus I adalah 60%,
pada siklus II adalah 73,9% dan pada siklus III adalah 84,7%.
Peneliti yang terkait dengan penerapan model snowball throwing
selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dewi. dkk (2015) dengan judul
penelitian “Pengaruh Model Snowball Throwing Berbantu Multimedia Interaktif Terhadap Hasil Belajar IPA”. Penelitian juga dapat dijadikan salah satu
reverensi yang mendukung penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
snowball throwing. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelompok esperimen yang belajar menggunakan model pembelajaran
snowball throwing berbantu media multimedia interaktif cenderung tinggi, hal ini di tunjukan dengan hasil belajar siswa yang meningkat.
Fathonah dkk, (2013) pada penelitian ini bahwa media TTS lebih efektif
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dibanding media kartu pada
pembelajaran kimia melalui pendekatan CTL pada materi pokok zat adiktif dan
psikotropika kelas VIII SMP N 2 Ngadirojo, Wonogiri tahun pelajaran
2011/2012. Hal ini terbukti dari hasil uji t-pihak kanan harga t hitung prestasi
belajar aspek kognitif (1,861) dan aspek afektif (2,839) lebih besar dari t tabel
27
Dari beberapa penelitian yang ada, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dengan media TTS dapat
dijadikan sebagai salah satu pembelajaran yang efektif untuk dilaksanakan guru
dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar khususnya untuk mata pelajaran
IPS. Penggunaan model pembelajaran dan media yang tepat oleh guru dapat
mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, sekaligus dapat
menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas,
memberikan kemudahan siswa untuk memahami pelajaran sehingga
memungkinkan siswa mencapai prestasi belajar yang lebih baik. Setelah kita
ketahui bahwa ukuran keberhasilan mengajar guru utamanya adalah terletak
pada terjadi tidaknya peningkatan hasil belajar siswa.
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian teori di atas maka dapat dibuat kerangka berfikir
sebagai berikut: Pada kondisi awal sebelum menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe snowball throwing berbantu media TTS pembelajaran IPS di SD
kelas IV, guru masih menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran.
Kurangnya motivasi dan prestasi belajar IPS masih rendah khususnya materi
perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Peserta didik
belum menguasai materi atau kompetensi yang diinginkanya untuk mengatasi
masalah yang dihadapainya. Adanya keinginan untuk belajar akan membuat
kemajuan pada dirinya sendiri yang didorong oleh motivasi dari guru untuk
memperoleh prestasi belajar dan hasil pembelajaran yang meningkat.
28
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga pembelajaran
tidak hanya berpusat pada guru tetapi siswa lebih diikutkan untuk berpartisipasi
dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berbantu media TTS, diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa
khususnya yang berkaitan dengan mata pelajaran IPS yang terkesan rumit, dan
kurangnya motivasi belajar siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Karena proses pembelajaran yang menyenangkan akan membuat siswa
bersemangat dalam pembelajaran, bahkan hasil belajar IPS materi
perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi akan
meningkat.
Adapun kerangka pikir penggunaan strategi pembelajaran snowball throwing berbantu media TTS untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dapat dilihat pada bagan Gambar 2.1.
Skema Kerangka Pikir
throwing pada siklus I
untuk meningkatkan
dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa materi perkembangan
throwing pada siklus II
29
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam
penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berbantu
media TTS dapat meningkatkan motivasi siswa pada kelas IV SD tentang
materi pekembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi.
2. Melalui model pemebelajaran kooperatif tipe snowball throwing berbantu
media TTS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD tentang