BAB 1 BAB 1
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi akut yang dapat terjadi di setiap Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi akut yang dapat terjadi di setiap tempat di sepanjang saluran napas dan adneksanya. Diperkirakan
tempat di sepanjang saluran napas dan adneksanya. Diperkirakan llebih dari 4 jutaebih dari 4 juta kematian akibat ISPA, terutama ISPA bagian bawah, terjadi setiap tahun di negara kematian akibat ISPA, terutama ISPA bagian bawah, terjadi setiap tahun di negara berkembang.
berkembang.11 ISPA menyebabkan sekitar 2 juta kematian pada anak usia kurang dari 5 ISPA menyebabkan sekitar 2 juta kematian pada anak usia kurang dari 5 tahun dan merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak kelompok usia tersebut. tahun dan merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak kelompok usia tersebut.22
Pneumonia merupakan salah satu ISPA bagian bawah yang ditandai dengan suatu Pneumonia merupakan salah satu ISPA bagian bawah yang ditandai dengan suatu keradangan pada parenkim paru. Pada bayi baru lahir, pneumonia merupakan penyebab keradangan pada parenkim paru. Pada bayi baru lahir, pneumonia merupakan penyebab penting
penting gangguan gangguan traktus traktus respiratorius.respiratorius.44 Sekitar 5-10% anak-anak usia kurang dari 5 Sekitar 5-10% anak-anak usia kurang dari 5 tahun di negara berkembang mengalami pneumonia setiap tahun.
tahun di negara berkembang mengalami pneumonia setiap tahun.22 Dengan penanganan Dengan penanganan yang
yang tepat, stepat, sebagian besar ebagian besar pneumonia pada pneumonia pada anak-anak sembuh anak-anak sembuh dengan cepat dengan cepat dandan sempurna, pada pemeriksaan rontgen ditemukan hasil yang normal antara minggu ke 6-8. sempurna, pada pemeriksaan rontgen ditemukan hasil yang normal antara minggu ke 6-8. Sedangkan sebagian kecil pneumonia pada anak-anak sembuh lebih lama (lebih dari 1 Sedangkan sebagian kecil pneumonia pada anak-anak sembuh lebih lama (lebih dari 1 bulan)
bulan) dan dan mungkin mungkin berulang. berulang. Diperkirakan Diperkirakan 1% 1% kasus kasus pneumonia pneumonia menyebabkanmenyebabkan komplikasi yang cukup fatal.
komplikasi yang cukup fatal.33
Diagnosis pneumonia ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, hasil pemeriksaan Diagnosis pneumonia ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dalam menegakkan diagnosis perlu disingkirkan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dalam menegakkan diagnosis perlu disingkirkan penyakit-penyakit
penyakit-penyakit lain lain yang yang menyerupai menyerupai pneumonia pneumonia baik baik manifestasi manifestasi klinis klinis maupunmaupun gambaran radiologisnya.
gambaran radiologisnya.3,53,5
Terapi pada pneumonia meliputi terapi spesifik dan suportif. Terapi yang tepat dan Terapi pada pneumonia meliputi terapi spesifik dan suportif. Terapi yang tepat dan adekuat pada pneumonia sangat menentukan prognosis. Untuk menentukan terapi yang adekuat pada pneumonia sangat menentukan prognosis. Untuk menentukan terapi yang tepat perlu diketahui etiologi dari penyakit. Sebagian besar kasus pneumonia disebabkan tepat perlu diketahui etiologi dari penyakit. Sebagian besar kasus pneumonia disebabkan oleh infeksi
oleh infeksi mikroorganisme, seperti mikroorganisme, seperti : bakteri, : bakteri, virus, virus, dan jamur. Secara dan jamur. Secara klinis biasaklinis biasa berbagai penyebab pneumonia susah dibedakan.
berbagai penyebab pneumonia susah dibedakan.3,4,5,63,4,5,6
Dalam paper ini akan dibahas mengenai pneumonia termasuk bronkopneumonia Dalam paper ini akan dibahas mengenai pneumonia termasuk bronkopneumonia dari berbagai aspek, mulai dari definisi hingga pencegahannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut perenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstitiil.1 Sedangkan bronkopneumonia adalah pneumonia yang disertai radang yang meluas ke bronkus2
2.2 Epidemiologi Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, dan merupakan penyebab kematian utama pada balita. Hasil penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan mendapatkan pneumonia penyebab kejadian dan kematian tertinggi pada balita. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus dan bakteri. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya dan beratnya pneumonia antara lain adalah defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GE, aspirasi, dll.3
2.3 Etiologi Pneumonia
Virus adalah penyebab paling banyak pneumonia pada anak-anak akan tetapi 20-30 % penyebabnya merupakan bakteri. Banyak faktor yang bisa meningkatkan resiko pneumonia seperti cacat kongenital, kekurangan sistem imun oleh karena suatu penyakit atau obat, penyakit genetik seperti tracheoesophageal fistula, fibrosis cistik, sel bulan sabit, reflux gastroesophageal , aspirasi benda asing, ventilasi mekanik, serta lama diopname di rumah sakit.3
Patogen penyebab pneumonia bermacam-macam, virus merupakan penyebab pada kebanyakan kasus, seperti : adenovirus, respiratory syncytial, parainfluenza, serta virus influenza. Pneumonia pada bayi baru lahir biasanya disebabkan oleh organisme yang berasal dari organ genital wanita sewaktu dia hamil, termasuk Group B Streptococci, Moraxella catarrhalis merupakan penyebab yang tidak umum atau jarang, Haemophillus influenza penyebab yang kasusnya semakin menurun karena telah
ditemukan vaksinnya, Mycobacterium tuberculosis, lung flukes penyebab pneumonia pada anak-anak.3
Mycoplasma pneumoniae, Streptococcus pneumoniae penyebab paling umum kasus pneumonia pada anak-anak di atas 6 tahun, Chlamydia pneumoniae menimbulkan infeksi pada anak-anak (5-14 tahun), beberapa kasus pneumonia disebabkan oleh kontak langsung dengan binatang, seperti : Francisella tularensis (kelinci), Chlamydia psittaci (burung), Coxiella burnetti (domba), Salmonella choleraesuis (babi).3
Pneumococcus adalah bakteri diplococcus gram positif yang biasanya sering ditemukan pada saluran pernafasan atas, infeksi serius biasanya disebabkan oleh 14 serotipe, seperti 14,6,18,19,23,8,9,7,1 dan 33
Immunocompetent Immunocompromised Bacterial Streptococcus pneumoniae Pseudomonas spp.
Haemophillus influenza Enterobacteriaceae
Staphylococcus aureus Legionella pneumophilia Group A Streptococci Nocardia spp.
Bordetella pertusis Rhodococcus equi Moraxella catarrhalis Actinomyces spp. Yersinia pestis Anaerobis bacteria Pasteurella multocida Enterococcus spp. Brucella spp.
Francisella tularensis Neisseria meningitidis
Salmonella spp.
Bacteria-like agents Mycoplasma pneumoniae Chlamydia pneumoniae Chlamydia trachomatis Chlamydia psittaci Coxiella burnetti Rickettsia ricketsii
2.4 Patologi Pneumonia
Infitrasi atau konsolidasi jaringan intersisial dan parenkim paru oleh sel-sel radang.2
2.5 Patogenesis Pneumonia
Infeksi pada paru-paru terjadi bila salah satu pertahanan tubuh diubah (barrier mekanik, otonom, sistem imun lokal atau sistemik) ketika tubuh diserang oleh organisme virulent . agen yang menyebabkan infeksi ini berasal dari inhalasi, atau melalui pembuluh darah (endapan dalam darah). Tubuh berusaha untuk membersihkannya dengan sistem respon tubuh.3
Pneumonia oleh karena bakteri pada parenkim paru menimbulkan konsolidasi bila terjadi pada lobular paru (bronchopneumonia), bisa terjadi pada lobar maupun interstitial.
Increase risk of ARI R RIISSKK FFAACCTTOORRSS FFOORR PPNNEEUUMMOONNIIAA O ORR DDEEAATTHH FFRROOMM AARRII Malnutrition, poor breast feeding practices Vitamin A deficiency
Low birth weight
Cold weather or chilling
Exposure to air pollution • Tobacco smoke
• Environmental air pollution Lack of immunization Young age Crowding High prevalence of nasopharyngeal carriage of pathogenic bacteria
Diawali tahap ”Red Hepatization” dengan hiperemi oleh karena pembesaran pembuluh darah, timbul eksudat intraalveolar, deposiy fibrin, infiltrasi neutrofil. Tahap selanjutnya disebut ”Gray Hepatization” didominasi oleh deposit fibrin, disintegrasi sel inflamasi secara progresif, kemudian terjadi resolusi (8-10 hari) dimana eksudat yang muncul dibersihkan melalui mekanisme batuk dan dihancurkan dengan enzym pencernaan. Konsolidasi dari jaringan paru menurunkan lung compliance dan kapasitas vital paru, menyebabkan hypoxemia dengan kompensasi meningkatkan aliran darah ke paru sehingga kerja jantung menjadi meningkat. Apabila meluas ke rongga pleura bisa menimbulkan empyema. Penebalan fibrous terjadi pada tahap resolusi.3
Bagan3 :
Inokulasi pathogen melalui inhalasi / hematogen
Respon imun tubuh untuk”Clearing Mechanism”
“Red Hepatization”
“Gray Hepatization”
Resolusi (fibrosis paru) Lung Compliance menurun Blood flow meningkat
Bagan terjadinya bronkopneumonia2:
2.6 Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang muncul tergantung dari umur pasien, dan pathogen penyebabnya, sedangkan pada anak-anak bisa tidak muncul gejala.3 Pada neonatus sering dijumpai takipneu, retraksi dinding dada, grunting, dan sianosis. Pada bayi-bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat adalah takipneu, retraksi, sianosis, batuk, panas, dan iritabel.1
Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk (non produktif /produktif), takipneu, dan dispneu yang ditandai dengan retraksi dinding dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas, batuk (non produktif / produktif ), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi. Pada semua kelompok umur,
akan dijumpai adanya nafas cuping hidung.1
Pada auskultasi, dapat terdengar suara pernapasan menurun. Fine crackles (ronki basah halus) yang khas pada anak besar, bisa ditemukan pada bayi. Gejala lain pada anak besar adalah dull ( redup ) pada perkusi, vokal fremitus menurun, suara panas menurun, dan terdengar fine crackles (ronki basah halus) di daerah yang terkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat gerakan dada menurun waktu inspirasi anak
INHALASI DROPLET
ASPIRASI DLL SALURAN NAFAS ATAS
SALURAN BAWAH FOKUS INFEKSI (DLM TUBUH) ALIRAN LIMFE ALIRAN DARAH JARINGAN INTERSISIAL PARENKIM PARU 1. PNEMONIA 2. PNEMONITIS ( BRONKOPNEMONIA) BRONKIOLITIS
berbaring ke arah yang sakit dengan kaki fleksi. Rasa nyeri, dapat menjalar ke leher, bahu, dan perut.1
Pada pneumonia gejala klinisnya adalah sebagai berikut4: 1. Gejala URI :
- Coryza, malaise, febris ringan, sneezing, 2-3 hari 2 Gejala infeksi saluran nafas tengah dan bawah:
- Batuk, malaise, febris, dapat wheezing, sesak 2. Gejala infeksi
Febris:
- Dapat akut, tinggi sampai 39-40 C, meningkat cepat - Fluktuatif
- Turun secara lisis
- Sering terjadi relaps oleh karena terjadi daerah ko nsolidasi yang baru, berlangsung 3-4 minggu
- Pada anak yang lemah kadang-kadang : subfebril Cardiorespiration :
- Nadi relatif lebih cepat dari lobar pneumonia - Sesak
- Respirasi cepat dan dangkal dapat sampai 100 X permenit - Sering dengan grunting
- Pernafasan cuping hidung
- Cyanosis sekitar mulut dan hidung
- Batuk variable, pada awalnya kering, kemudian produktif Lain-lain:
- Gelisah dan cemas - Muntah dan diarrhea
- Tampak sakit berat, gangguan respirasi lebih nyata dari lobar pneumonia, sayu, pucat, lidah kering
fisik :
- Tergantung luas infiltrat
- Suara respirasi mengeras/ kasar, terutama dekat basal paru-paru - Ronchi basah, nyaring, halus sampai sedang pada daerah
konsolidasi
- Retraksi ringan pada ICS terutama pada anak dibawah 2 tahun, karena dinding thorax lemah
- Perkusi : variable, normal, hypersonor ( karena emphysema komponsantoir ), bila konsolidasi luas : demping yang absolut Stadium terminal : respirasi dan jantung ireguler cheyne stoke apneu bradikardia nadi tak teraba gasping eksitus
2.7 Pemeriksaan Penunjang 1. Penilaian Laboratorium
Pada pasien pneumonia oleh karena bakteri jumlah sel darah putih meningkat (neutrofil) (>15000/mm3), thrombocytosis terjadi lebih dari 90 % anak dengan empyema. Hyponatremia akibat sekunder dari meningkatnya hormon ADH. Sputum bisa menjadi bahan pemeriksaan pada orang dewasa dan jarang diproduksi pada anak-anak dibawah 10 tahun, kualitas sputum yang baik mengandung 25 polymorphonucclear sel per field. Kultur darah positif hanya 3-11 % pasien pneumonia. Pemeriksaan antigen bakteri pada serum dan urin mempergunakanlatex particle aglutination atau CIE memiliki sensitivitas dan spesivisivitas yang rendah. Teknik invasive pada pasien pada pasien dengan efusi pleura bertujuan untuk memerika cairan pleura atau dengan Flexible bronchoscopy (FB) dengan bronchoalveolar lavage (BAL). Ada cara lain yakni open lung biopsy dipergunakan bila cara invasive lainnya gagal dalam mendiagnosa akantetapi cara ini memiliki
kelemahan seperti dapat membentuk broncopleural fistula.3 2. Pemeriksaan Radiografi
Gambaran padat radiografi paru secara klasik dibagi menjadi 3, yaitu : alveolar (disebabkan oleh pneumococcus dan bakteri lain), interstitial pneumonia (disebabkan oleh virus atau mycoplasma), serta Bronchopneumonia (oleh karena S. aureus atau bakteri lain) memiliki pola difus bilateral dengan meningkatnya batas peribroncial, adanya infiltrat fluffy (seperti benang/rambut halus) yang kecil dan meluas ke perifer.
Staphylococcal pneumonia terkait dengan gambaran pneumatoceles dan efusi pleura (empyema). Mycoplasma penyebab pneumonia memiliki pola yang sama dengan pola bakteri atau virus, ditambah dengan adanya infiltrat retikuler dan retikulonoduler yang terlokalisir pada satu lobus. Pada anak-anak konsolidasi pneumonia berbentuk spheris menyerupai tumor pada awalnya dan selanjutnya meluas, single dengan batas tidak jelas.3
2.8 Diagnosis Pneumonia
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.4
2.9 Diagnosa Banding Pneumonia
1.Asthma Bronchiale5
Umumnya asthma terdapat pada usia lebih dari 9 -12 bulan, tapi terbanyak di atas usia 2 tahun. Perlu pula diketahui, bahwa 10-30 % dari anak yang menderita bronchiolitis setelah agak besar menjadi penderita asthma.
Yang dapat membantu diagnosis asthma diantaranya, ialah :
- Anamnesa keluarga : penderita asthma positif atau penyakit atopik - Serangan asthma lebih dering berulang atau episodic
- Mulai lebih akut seringkali tidak perlu didahului oleh adanya infeksi saluran pernapasan bagian atas.
- Ekspirasi yang sangat memanjang
- Ronchi lebih terbatas
- Pulmonary inflation lebih ringan - Laboratoris ditemukan eosinophilia
- Reaksi terhadap bronchodilator pada umumnya nyata, juga epinephrine. 2. Bronchiolitis akut5
- inflamasi di bronkiolus
- menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun
- karakteristik: nafas yang cepat, dada tertarik, dan wheezing - ditandai denganrespiratory distress dan overdistensi pada paru
- Gambaran radiologis didapatkan hiperinflasi paru, sela iga melebar, pene kanan diafragma dan sudut costoprenikus menyempit. Diameter AP meningkat pada fotolateral.
3. Bronchitis Acuta5 - Terjadi di bronchus
- Gejala obstruksi dan gangguan pertukaran tidak nyata atau ringan. Ronchi : basah, kasar.
- Dapat berkembang menjadi bronchiolitis.
Pneumonia dengan penyebab bakteri maupun non bakteri dapat dilihat dengan perbedaan diagnosis3 :
Bacterial Viral Mycoplasma
Umur Semua Semua 5-15 tahun
Waktu Musim dingin Musim dingin Semua tahun
Permulaan Abrupt Variabel Tiba-tiba
Demam Tinggi Variabel Rendah
Nafas cepat dan dangkal
Umum Umum Tidak umum
Batuk Produktif Nonproduktif Nonproduktif
Gejala yang menyertai
Mild coryza, sakit abdomen
Coryza (rhinitis akut) Bullous myringitis, pharingitis
Keadaan fisik Konsolidasi, sedikit crackle
Variabel Fine crackle,
wheezing
Leukositosis Umum Variabel Tidak umum
Radiografi Konsolidasi Infiltrate difus bilateral
Variabel
Ufusi pleura Umum Jarang Kecil dalam 10-20%
2.10 Penatalaksanaan2 1. Oksigen
Bila terdapat tanda hipoksemia; gelisah, sianosis dan lain-lain. Cuku p 40 %. Kecepatan diperkirakan dari volume tidal dan frekuensi pernafasan. Di bawah 2 tahun biasanya 2 ltr/ mnt; di atas 2 tahaun hingga 4 ltr/ mnt
Perkiraan volume tidal menurut umur dan panjang badan Bayi ( 50 cm ) 5 tahun ( 110 cm ) 10 tahun ( 130 cm ) 15 tahun ( 160 cm ) 18 ml 200 ml 300ml 500 ml
2. Humiditas
Hanya bila udara terlalu kering, atau anak dengan intubasi/ trakeostomi. Biasanya dengan mengalirkan melalui cairan.
3. Deflasi abdomen
Bila distensi abdomen mengganggu pernafasan.Dengan sonde lambung (maag slang) atau sonde rektal ( darm buis ).
4. Cairan dan makanan bergizi
Cairan: a ) komposisi paling sederhana D5; komposisi lain tergantung keb utuhan. b ) jumlah : 60-75 % kebutuhan total; beberapa penulis menyatakan dapat diberikan sesuai
kebutuhan maintenance.
Makanan : Bila tidak dapat peroral dapat dipertimbangkan intravena: asam amino, emulasi lemak dan lain-lain.
5. Simtomatis
5.1 Antipiretika bila terdapat hiperpireksia. Hindari asetosal karena dapat memperberat asidosis.
5.2. Mukolitik/ ekspektorans. Tidak menunjukan faedah yang nyata. 5.3. Antifusif umumnya tidak diberikan.
5.4. antikonvulsan; dapat dipertimbangkan bila kejang bukan karena hipoksemia; dapat dicoba kloralhidrat 50mg/kg/hari ( dibagi 3 dosis ) atau diazepam 05-0.73/kg/kali, im/IV
6. Antiviral / antibiotika 6.1. Antiviral
Hanya untuk pnemonia viral yang berat/ cenderung menjadi berat ( disertai kelainan jantung atau penyakit dasar yang lain ).
Virus Anti virus Virus Anti virus
Resp. sinsitial Varisela Ribavirin Ansiklovir Influensa- A Sitomegalovirus Amantdin Ganiklovir
6.2. Antibiotika
6.2.1. Berdasarkan usia
Usia Etiologi Rawat jalan Rawat inap 0-2 minggu 2-4 minggu 1-6 bulan 6 bulan – 6 tahun 6 tahun Dengan gangguan imunologis Strep gr ( + ) Enterrobakt gr ( - ) Idem = H. Influensa Pnemokok, H influ-ensa, Staf Aureus mungkin klamidia Pnemokok, H influensa, Staf. Aureus M. pnemonia, pnemokok Banyak penyebab ( - ) ( - ) ( - ) Eritro/ Sulfisoksasol Eritra / sulfisoksasol atau amoksisilin/ klavulanat atau trimetoprimsu lfa metoksasol Eritro atau penisilin (- ) Ampi + genta Ampi + sefotaksin Ampi + seftriaksin Seftriakson / nafsilin + kloramfenikol Eritromisin Seftriakson atau naf- silin + kloramfenikol
Nafsilin atau eritro Vankomisin dan sef tasidim
6.2.2. Berdasarkan perkiraan asal infeksi Asal infeksi Perkiraan
Kuman Berat Sakit Antibiotika Lingkungan ( komonitas ) Nosokomial Aspirasi Pnemokokus, H influensa, Mikoplasama Enterobakteri gr ( -) Staf, Aureus Staf. Aureus, Pnemo-kok, H Influensa Ringan Berat Ringan Berat Aminopenisilin: amoksisilin atau makrolid: eritomisin Sefalosporin generasi II/II: sefuroksim + makrolid: eritomisin Sefalosporin generasi II/III: sefuroksim Sefalosporin generasi II/III: sefuroksim + aminoglikosida: gentamisin Aminopenisilin: amoksilin + metronidasol
7. Obat khusus: tuberkulostatika dan lain-lain tergantung sebab
8. Kortikosteroid: Kadang-kadang diberikan pada kasus yang berat ( konsolidasi masif ), atelektasis, Infiltrasi milier ( dengan sesak dan sianosis ). Jangka pen dek.
2.11 Prognosis
Dengan terapi adekuat, mortalitas kurang dario 1%. Tergantung pada umur anak, beratnya penyakit dan penyulit yang menyertai seperti3:
- Apneu yang berkepanjangan
- asidosis respiratorik berat yang tidak terkompensasi - dehidrasi berat yang tidak segera ditanggulangi
- disertai dengan kelainan lain seperti penyakit jantung congenital, cystic fibrosis pancreas dan immunodefisiensi
2.12 Pencegahan
- perbaikan sosial ekonomi: perumahan, sanitasi, nutrisi, hygienene4 - imunisasi: terhadap infeksi lain, kadang menurunkan pula pneumonia4
- bila ada faktor predisposisi: pengobatan dini dan adekuat, bila mungkin menjauhkan infeksi.4
- Vaksin khusus: pneumococcus dengan vaksin 23-valent pneumococcal, Haemophillus Influenza dengan Vaksin konjugat H. Influenza memiliki jadwal yang rutin diberikan pada anak-anak, atau dengan rifampin prophylaxis untuk yang beresiko tinggi
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : MDM
Umur : 7 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal pemeriksaan : 18 Juni 2013
II. HETEROANAMNESA (IBU)
Keluhan utama : Batuk
Riwayat penyakit Sekarang :
Pasien dikeluhkan batuk sejak 1 minggu yang lalu. Batuk yang dialami pasien disertai bunyi ”grek -grek” saat pasien tidur. Pasien juga dikeluhkan panas badan dan sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, sesak tidak berkurang dengan perubahan posisi sedangkan panas mendadak tinggi dan dapat turun dengan obat penurun panas namun meninggkat kembali, berkeringat (-)
Pilek (+) sejak 2 hari SMRS dengan lendir yang jernih. Riwayat penyakit sebelumnya :.
Pasien tidak pernah penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat pengobatan :
Pasien sudah dapat berobat ke dokter umum sebelumnya lalu diberikan paracetamol untuk menurunkan panasnya dan obat batuk namun tidak ada perubahan.
Riwayat keluarga :
Riwayat alergi dan asma pada keluarga disangkal oleh ibu pasien. Tidak ada keluarga yang mengalami gejala yang sama seperti pasien
Riwayat persalinan
Pasien lahir di bidan, spontan, langsung menangis, BBL : 2000 gram Riwayat imunisasi :
Lengkap sesuai umur Riwayat nutrisi : ASI : 0 – sekarang PASI : bubur saring Bubur susu : (-)
Makanan dewasa : (-)
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status present :
KU : tampak sesak
Kesadaran : Compos mentis
RR : 34 x/menit, nafas dangkal dan cepat
Nadi : 110 x/menit isi cukup
Tax : 37,80C
Berat badan : 5,5 kg
Status general :
Kepala : normocephali, UUB datar
Mata : an -/-, ikt -/-, Rp +/+ isokor
THT : Nch (+) sianosis (-)
Thoraks
Cor : s1s2 N regular, mur mur (-)
Po :
Inspeksi : bentuk thorax normal, dada simetris, retraksi (+) Palpasi : fokal fremitus (-)
Perkusi : sonor/sonor
Aukultasi : bv +/+, wh -/-, rh +/+ basah kasar Abdomen : Distensi (-), BU (+) N, H/L ttb, Asites (-)
Extremitas : akral hangat (+), sianosis (-) RESUME
Pasien perempuan umur 7 bulan dengan keluhan utama batuk. Batuk yang dialami pasien sejak 1 minggu lalu yang disertai dengan panas yang mendadak tinggi dan sesak yang tidak berkurang dengan perubahan posisi dimulai 3 hari sebelum pemeriksaan. Riwayat sesak berulang dan alergi pada keluarga disangkal oleh ibu pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh meningkat 38,30C, takipneu 35x/menit, retraksi(+), auskultasi ronki +/+.
IV. DIAGNOSIS KLINIS
Suspect Pneumoni ec. bakteri
Pneumonia adalah infeksi akut perenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstitiil. Patogen penyebab pneumonia bermacam-macam, virus merupakan penyebab pada kebanyakan kasus, seperti : adenovirus, respiratory syncytial, parainfluenza, serta virus influenza. Pneumococcus adalah bakteri diplococcus gram positif yang biasanya sering ditemukan pada saluran pernafasan atas.
Pada pneumonia gejala klinisnya adalah sebagai berikut: 1.Gejala URI :
- Coryza, malaise, febris ringan, sneezing, 2-3 hari 2. Gejala infeksi saluran nafas tengah dan bawah:
- Batuk, malaise, febris, dapat wheezing, sesak 3. Gejala infeksi
Febris:
- Dapat akut, tinggi sampai 39-40 C, meningkat cepat - Fluktuatif
- Turun secara lisis
- Sering terjadi relaps oleh karena terjadi daerah ko nsolidasi yang baru, berlangsung 3-4 minggu
- Pada anak yang lemah kadang-kadang : subfebril Cardiorespiration :
- Nadi relatif lebih cepat dari lobar pneumonia
- Sesak
- Respirasi cepat dan dangkal dapat sampai 100 X permenit - Sering dengan grunting
- Pernafasan cuping hidung
- Cyanosis sekitar mulut dan hidung
- Batuk variable, pada awalnya kering, kemudian produktif Lain-lain:
- Gelisah dan cemas - Muntah dan diarrhea
- Tampak sakit berat, gangguan respirasi lebih nyata dari lobar pneumonia, sayu, pucat, lidah kering
fisik :
- Tergantung luas infiltrat
- Sering negatif pada awal, bila menyatu : dullness
Pneumonia dengan penyebab bakteri maupun non bakteri dapat dilihat dengan perbedaan diagnosis :
Bacterial Viral Mycoplasma
Umur Semua Semua 5-15 tahun
Waktu Musim dingin Musim dingin Semua tahun
Permulaan Abrupt Variabel Tiba-tiba
Demam Tinggi Variabel Rendah
Nafas cepat dan dangkal
Umum Umum Tidak umum
Batuk Produktif Nonproduktif Nonproduktif
Gejala yang
menyertai
Mild coryza, sakit abdomen
Coryza (rhinitis akut) Bullous myringitis, pharingitis
Keadaan fisik Konsolidasi, sedikit crackle
Variabel Fine crackle,
wheezing
Leukositosis Umum Variabel Tidak umum
Radiografi Konsolidasi Infiltrate difus
bilateral
Variabel
Ufusi pleura Umum Jarang Kecil dalam 10-20%
PENATALAKSANAAN
Paracetamol 3x1/2 cth Ambroxol 3x1/4 cth Kotrimoksazol 2x1 cth
perbaikan sosial ekonomi: perumahan, sanitasi, nutrisi, hygienene
imunisasi: terhadap infeksi lain, kadang menurunkan pula pneumonia
bila ada faktor predisposisi: pengobatan dini dan adekuat, bila mungkin menjauhkan infeksi
Bila pasien semakin sesak segera ajak pasien ke UGD agar mendapatkan perawatan selanjutnya
Apabila terjadi perbaikan tetap kontrol setelah antibiotik habis untuk mengetahui efektivitas pengobatan