• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh 2019"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SEMESTER I

2019

Profil Perkembangan Kependudukan

Kota Banda Aceh 2019

DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

KOTA BANDA ACEH

(2)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh Tahun 2019 i KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banda Aceh dapat menyelesaikan Buku Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh Tahun 2019.

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh Tahun 2019 ini berisi gambaran secara umum tentang kuantitas, kualitas, mobilitas penduduk dan kepemilikan dokumen kependudukan di Kota Banda Aceh berdasarkan database yang ada di Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banda Aceh.

Kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu memberikan data dan informasi dalam penyelesaian buku ini. Kami menyadari walaupun buku ini telah disusun sebaik mungkin tapi masih ada kekurangan baik dalam penyajian maupun data yang disajikan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kedepannya buku ini semakin lebih baik.

Banda Aceh, Juni 2020 Kepala Dinas Kependudukandan Pencatatan Sipil Kota Banda Aceh

Dra. Emila Sovayana Nip. 19740604 199302 2 001

(3)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Isu kependudukan adalah isu yang sangat strategis dan merupakan isu lintas sektoral. Dalam rangka mewujudkan perkembangan kependudukan sebagai wujud dinamika penduduk dengan berbagai kebijakan pembangunan menjadi prioritas penting agar kedepan pengelolaan perkembangan kependudukan dapat mewujudkan keseimbangan yang serasi antara kualitas dan kuantitas penduduk. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, maka keadaan yang demikian ini menuntut pula pengembangan sistem administrasi kependudukan yang semakin hari semakin baik. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menegaskan bahwa dalam perencanaan pembangunan daerah harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, baik yang menyangkut masalah kependudukan, potensi sumberdaya daerah maupun potensi kewilayahan lainnya. Serta ditegaskan pula bahwa daerah mempunyai kewajiban mengelola Administrasi Kependudukan. Karena administrasi kependudukan dibutuhkan sebagai data informasi perkembangan penduduk serta persebarannya guna perencanaaan pembangununan di daerah..

Data merupakan informasi yang akurat sebagai bahan pertimbangan yang objektif dalam menetapkan suatu kebijakan dalam perencanaan dan strategi pembangunan yang semakin meningkat membawa dampak dari adanya pertambahan penduduk. Dengan mengetahui keadaan penduduk dan persebaran dengan berbagai kualitas yang dimiliki, diharapkan pemerintah daerah dapat mengambil kebijakan dan langkah-langkah strategis yang jelas dan teratur dalam penyusunan perencanaan

(4)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 2

pembangunan dan anggaran.

Selain itu dalam Undang undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang mengamanatkan bahwa data penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dan tersimpan dalam database kependudukan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan kebijakan dibidang pemerintahan dan pembangunan.

Penyusunan pelaksanaan kebijakan dan program – program pembangunan yang baik memerlukan dukungan dan kerja sama yang baik pula antara kecamatan yang ada di kota Banda Aceh sehingga ketersediaan data yang ada yang lebih akurat, terkini/tepat waktu, relevan komprehensif, konsisten dan berkesinambungan.

Hal ini juga berlaku untuk data kependudukan sebagai dasar penyusunan kebijakan kependudukan baik tingkat propinsi maupun kota sehingga diharapkan pendayagunaan data SIAK akan dapat dilakukan secara optimal akurat dan mutahir dalam rangka mendukung pembangunan nasional.

Sebagai isu yang sangat strategis dan bersifat lintas sektoral, maka pengintegrasian berbagai aspek kependudukan ke dalam perencanaan pembangunan dan agar pembangunan kependudukan itu bisa dicapai, akan menjadi pekerjaan besar yang harus diwujudkan. Dalam hal ini, upaya mewujudkan keterkaitan perkembangan kependudukan, sebagai wujud dinamika penduduk dengan berbagai kebijakan pembangunan menjadi prioritas penting agar kedepan nanti pengelolaan perkembangan kependudukan dapat mewujudkan keseimbangan yang serasi antara kuantitas dan kualitas penduduk, pengarahan mobilitas penduduk dan penataan persebarannya yang didukung oleh upaya-upaya perlindungan dan pemberdayaan penduduk, peningkatan pemahaman serta pengetahuan tentang wawasan kependudukan bahkan sejak usia dini.

(5)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 3

Di lain pihak tingkat pemahaman atau kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil sebagai salah satu upaya jaminan perlindungan negara terhadap penduduk ternyata masih rendah. Selain pencatatan peristiwa kelahiran, proporsi penduduk yang mendaftarkan dan mencatatkan kejadian vital (kawin, cerai, mati, pengangkatan anak, pengakuan dan pengesahan anak, serta pewarganegaraan) maupun perubahan status kependudukan lainnya (seperti perubahan alamat, nama) ternyata masih relatif rendah. Hal ini menunjukkan tidak tertibnya penduduk Indonesia dalam pemilikan dokumen kependudukan, yang pada akhirnya berdampak pada rendahnya kualitas data-informasi kependudukan.

Disadari data kependudukan memegang peranan penting dalam menentukan kebijakan, perencanaan pembangunan, dan evaluasi hasil-hasil pembangunan, baik bagi Pemerintah maupun pihak lain termasuk dunia usaha. Oleh karena itu ketersediaan data perkembangan kependudukan sampai tingkat lapangan menjadi faktor kunci keberhasilan pelaksanaan program-program kependudukan. Untuk itu pengembangan sistem informasi kependudukan yang bisa diakses dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan untuk tujuan intervensi yang berbeda-beda merupakan kebutuhan utama untuk segera diaplikasikan, sehingga makin lengkap dan akurat data kependudukan yang tersedia, maka akan semakin mudah dan tepat perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dilaksanakan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menegaskan bahwa dalam perencanaan pembangunan daerah harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, baik yang menyangkut masalah kependudukan, masalah potensi sumber daya daerah maupun informasi tentang kewilayahan lainnya.

Selain itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, yang mengamanatkan bahwa data penduduk yang

(6)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 4

dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dan tersimpan didalam database kependudukan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan kebijakan dibidang pemerintahan dan pembangunan.

Data dan informasi kependudukan yang diperlukan dalam penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan bersumber dari hasil registrasi penduduk yang bersumber dari hasil pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil yang merupakan salah satu substansi dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan. Elemen data hasil registrasi kependudukan yang dipergunakan dalam penyusunan profil perkembangan kependudukan meliputi data yang berhubungan dengan variable kuantitas penduduk, kualitas penduduk, dan variable mobilitas penduduk.

Kerangka pikir penyusunan profil perkembangan kependudukan ini mencakup lima hal pokok yaitu antara lain :

1. Menyajikan perkembangan profil secara kuantitatif sehingga tampak jelas apa yang sudah berlangsung;

2. Mengidentifikasi kelompok atau segmen kependudukan yang membutuhkan perhatian khusus dan upaya-upaya yang diperlukan sehingga berkualitas;

3. Dari point 1 dan 2 teridentifikasi potensi penduduk yang dapat dijadikan asset pembangunan daerah dan nasional;

4. Mengkoordinasikan, melakukan bimbingan teknis dengan instansi terkait untuk memperoleh kesepakatan dan kesepahaman dalam penyusunan dan pemanfaatannya;

5. Mendorong percepatan terwujudnya database penduduk dan analisa untuk pembangunan daerah.

(7)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 5

B. Tujuan

Tujuan penyusunan Buku Profil Kependudukan ini yaitu memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi perkembangan penduduk di kota Banda Aceh baik perkembangan masa lampau maupun perkembangan kedepannya serta gambaran secara statistik menyangkut variabel jumlah penduduk, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan dan kematian sebagai sumber data yang disusun setiap tahun sehingga dapat dicapai sasaran yang diinginkan dari setiap kegiatan yang direncanakan dalam satu tahun anggaran.

C. Pengertian Umum Terhadap Istilah

1. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing yang termasuk secara sah serta bertempat tinggal di Wilayah Indonesia sesuai dengan peraturan (Undang-Undang No. 10 Tahun 1992);

2. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penerbitan dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hal lainnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan);

3. Data Kependudukan adalah data perorangan dan/atau data agregat yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan);

(8)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 6

4. Kuantitas Penduduk adalah jumlah penduduk akibat dari perbedaan antara jumlah pendudukyang lahir, mati dan pindah tempat tinggal (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992);

5. Kualitas Penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan non fisik serta ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang berbudaya, berkepribadian dan layak (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992); 6. Mobilitas Penduduk adalah gerak keruangan penduduk dengan

melewati batas administrasi Daerah Tingkat II (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992);

7. Profil Perkembangan Penduduk adalah kumpulan data dan informasi tentang perkembangan kependudukan dalam bentuk tertulis, yang mencakup segala kegiatan yang berhubungan dengan perubahan keadaan penduduk yang meliputi kuantitas, kualitas dan mobilitas yang mempunyai pengaruh terhadap pembangunan dan lingkungan hidup;

8. Persebaran Penduduk adalah kondisi sebaran penduduk secara keruangan (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992);

9. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan);

10. Kematian atau Mortalitas menurut WHO adalah suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang biasa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (Biro Pusat statistik);

(9)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 7

11. Ratio Jenis Kelamin adalah suatu angka yang menunjukan perbandingan jenis kelamin antara banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan disuatu daerah pada waktu tertentu; 12. Perkembangan Kependudukan adalah segala kegiatan yang

berhubungan dengan perubahan keadaan penduduk yang meliputi kuantitas, kualitas dan mobilitas yang mempunyai pengaruh terhadap pembangunan dan lingkungan hidup (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992);

13. Mobilitas Penduduk Permanen (Migrasi) adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi internasional);

14. Mobilitas Penduduk Non Permanen (Circulation/Sirkuler) adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk tidak menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif. Mobilitas penduduk non permanen dibagi menjadi dua yaitu ulang-alik (commuting) dan menginap/mondok.

15. Penduduk Musiman merupakan salah satu jenis mobilitas penduduk non permanen yang bekerja tidak pada daerah domisilinya dan menetap dalam kurun waktu lebih dari satu hari tetapi kurang dari satu tahun dan dilakukan secara berulang;

16. Mobilitas Penduduk Ulang-alik (Commuting) adalah gerak penduduk dari daerah asal ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali ke daerah asal pada hari yang sama;

17. Migrasi Kembali (Return Migration) adalah banyaknya penduduk yang pada waktu diadakan pendataan bertempat tinggal di daerah yang sama dengan tempat lahir dan pernah bertempat tinggal di daerah yang berbeda;

(10)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 8

18. Migrasi Semasa Hidup (Life Time Migration) adalah bentuk migrasi dimana pada waktu diadakan pendataan tempat tinggal sekarang berbeda dengan tempat kelahirannya;

19. Migrasi Risen (Recent Migration) adalah bentuk migrasi melewati batas wilayah administratsi (desa/kecamatan/kabupaten/provinsi) dimana pada waktu diadakan pendataan bertempat tinggal didaerah yang berbeda dengan tempat tinggal lima tahun yang lalu.

20. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara sukarela untuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap di wilayah pengembangan transmigrasi atau lokasi permukiman transmigrasi.

21. Urbanisasi adalah suatu proses bertambahnya konsentrasi penduduk di perkotaan dan atau proses perubahan suatu daerah perdesaan menjadi perkotaaan, baik secara fisik maupun ukuran-ukuran spasial dan/atau bertambahnya fasilitas perkotaan, serta lembaga-lembaga sosial, maupun perilaku masyarakatnya.

22. Penduduk Usia Kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun sampai dengan 64 tahun.

23. Angka Partisipasi Angkatan Kerja adalah proporsi angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja.

24. Pengangguran adalah Orang yang termasuk angkatan kerja, namun pada saat pendataan/ survey atau sensus tidak bekerja dan sedang mencari kerja.

25. Angka Pengangguran adalah proporsi jumlah pengangguran terhadap angkatan kerja.

26. Bukan Angkatan Kerja adalah penduduk usia 15 tahun kebawah dan penduduk berusia 64 tahun keatas.

(11)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 9

27. a. Lahir Hidup adalah suatu kelahiran bayi tanpa memperhitungkan lamanya didalam kandungan, dimana si bayi menunjukan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan, misalnya ada nafas, ada denyut jantung atau denyut tali pusar atau gerakan otot .

b. Lahir Mati adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan.

28. Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) adalah rata-rata banyaknya anak yang akan dimiliki oleh seorang wanita pada masa reproduksinya jika ia mengikuti pola fertilitas pada saat TFR dihitung,

29. Angka Kematian Bayi Baru Lahir adalah banyaknya kematian baru lahir, usia kurang dari satu bulan (0-28) hari pada suatu periode per 1.000 kelahiran hidup pada pertengahan periode yang sama.

30. Angka Kematian Bayi Lepas Baru Lahir adalah banyaknya kematian bayi lepas baru lahir (usia 1- 11 bulan) pada suatu periode per 1.000 kelahiran hidup pada pertengahan periode yang sama. 31. Angka Kematian Bayi/IMR adalah banyaknya kematian bayi usia

kurang dari satu tahun (9-11 bulan) pada suatu periode per 1.000 kelahiran hidup pada pertengahan perode yang sama.

32. Angka Kematian Ibu/MMR adalah banyaknya kematian ibu pada waktu hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan per 100.000 kelahiran hidup, tanpa memandang lama dan tempat kelahiran yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya.

33. Angka Kematian Kasar adalah banyaknya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk.

(12)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 10

34. Pengeluaran untuk makanan adalah proporsi pengeluaran yang dipergunakan untuk mengkonsumsi makanan dibandingkan dengan total pengeluaran (makanan dan bukan makanan).

35. Penduduk Melek Huruf adalah penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang telah bebas dari tiga buta, yaitu buta aksara, buta latin, dan buta angka, buta bahasa Indonesia dan buta pengalaman dasar. 36. Buta Huruf adalah penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang belum bebas dari tiga buta, yaitu buta aksara, Latin dan angka, buta bahasa Indonesia dan buta pengalaman dasar.

37. Angka Partisipasi Total/APT adalah proporsi penduduk bersekolah menurut golongan umur sekolah yaitu umur 7-12,13-15,16-18, dan 19-24 tahun.

38. Angka Partisipasi Murni/APM adalah presentase jumlah peserta didik SD usia 7-12 tahun, jumlah peserta didik SLP usia 13-15 tahun, jumtah peserta didik SLTA usia 16-18 tahun dan jumlah peserta didik PTN/PTS usia 19-24 tahun dibagi jumah penduduk kelompok usia dari masing-masing jenjang pendidikan.

39. Angka Partisipasi Kasar /APK adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu .

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan di dalam penulisan ini merupakan data yang diambil dari Gampong dan Kecamatan dalam Kota Banda Aceh dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banda Aceh serta instansi terkait di lingkungan Pemerintah Kota Banda Aceh yang berhubungan dengan penyusunan buku profil kependudukan ini.

(13)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 11

E. Sistematika Penulisan

Laporan penyusunan Buku Profil kota Banda Aceh ini disusun atas VI (enam) Bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Berisi latar belakang penyusunan, tujuan, konsep dan defenisi, sumber data dan sistematika penulisan.

BAB II. GAMBARAN UMUM KOTA BANDA ACEH

Pada bab ini membahas mengenai gambaran umum Kota Banda Aceh, menggambarkan tentang letak geografis, visi dan misi Pemerintah Kota Banda Aceh.

BAB III. PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DIBIDANG KUANTITAS PENDUDUK

Bab ini berisikan uraian tentang perkembangan kependudukan bidang kuantitas penduduk yang terdiri dari jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, luas dan kepadatan penduduk, persebaran penduduk, susunan umur penduduk dan proporsi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin.

BAB IV. PERKEMBANGAN PENDUDUK DIBIDANG KUALITAS PENDUDUK Pada bab ini berisikan uraian tentang perkembangan kependudukan bidang kualitas penduduk yang terdiri dari angka kelahiran, angka kematian, jumlah kematian ibu, jumlah kematian bayi, komposisi penduduk menurut jenis kelamin, proporsi penduduk menurut pendidikan, berdasarkan umur, jenis kelamin dan proporsi penduduk menurut agama.

(14)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 12

BAB V. PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DIBIDANG MOBILITAS PENDUDUK

Bab ini berisi uraian tentang perkembangan kependudukan bidang mobilitas penduduk yang terdiri dari migrasi masuk, migrasi keluar, angka partisipasi angkatan kerja dan angka pengangguran terbuka. BAB VI. PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari permasalahan yang dibahas.

(15)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 13

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA BANDA ACEH A. Letak Geografis Daerah

Kota Banda Aceh yang juga merupakan ibukota Propinsi Aceh, secara geografis terletak pada posisi koordinat 05°16’ – 05°36’ LU dan 950°16’ – 950°22’ BT. Tinggi rata-rata 0,80 meter di atas permukaan laut, dengan luas wilayah 61,36 km2. Pada arah Utara wilayah Kota Banda Aceh berbatasan dengan Selat Malaka, arah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar yaitu dengan kecamatan Darul Imarah dan Kecamatan Ingin Jaya, sedangkan pada bagian Barat Kota Banda Aceh berbatasan dengan Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar dan pada arah Timur berbatasan dengan Kecamatan Barona Jaya dan kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Adapun wilayah administrasi Kota Banda Aceh meliputi 9 kecamatan, 90 gampong/desa dengan luas masing-masing wilayah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kecamatan Kota Banda Aceh

No Kecamatan Luas (km²) 1 Baiturrahman 454 2 Kuta Alam 1.005 3 Meuraxa 726 4 Syiah Kuala 1.424 5 Lueng Bata 534 6 Kuta Raja 521 7 Banda Raya 479 8 Jaya Baru 378 9 Ulee Kareng 615 Jumlah 61.359

(16)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 14

Secara geografis Kota Banda Aceh terletak pada posisi yang sangat strategis, hal ini dapat dilihat pada gambar peta ini :

1. Kondisi Geomorfologis

Secara umum geomorfologi wilayah Kota Banda Aceh terletak di atas formasi batuan vulkanis tertier (sekitar Gunung Seulawah dan Pulau Breueh), formasi batuan sedimen, formasi endapan batu (disepanjang Kr. Aceh), formasi batuan kapur (dibagian timur), formasi batuan vulkanis tua terlipat (dibagian selatan), formasi batuan sedimen terlipat dan formasi batuan dalam.

Geomorfologi daerah pesisir Kota Banda Aceh secara garis besar dibagi menjadi:

(17)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 15

1. Dataran terdapat di pesisir pantai utara dari Kecamatan Kuta Alam hingga sebagian Kecamatan Kuta Raja

2. Pesisir pantai wilayah barat di sebagian Kecamatan Meuraxa Sedangkan daerah yang termasuk pedataran sampai dengan elevasi ketinggian 0 hingga lebih dari 10 m, kemiringan lereng 0 – 2 % terletak antara muara-muara sungai dan perbukitan.

Daerah pedataran di pesisir Kota Banda Aceh secara umum terbentuk dari endapan sistem marin yang merupakan satuan unit yang berasal dari bahan endapan (aluvial) marin yang terdiri dari pasir, lumpur dan krikil.

Kelompok ini dijumpai di dataran pantai yang memanjang sejajar dengan garis pantai dan berupa jalur-jalur beting pasir resen dan subresen. Beting pasir resen berada paling dekat dengan laut dan selalu mendapat tambahan baru yang berupa endapan pasir, sedangkan beting pasir subresen dibentuk oleh bahan-bahan yang berupa endapan pasir tua, endapan sungai, dan bahan-bahan aluvial/koluvial dari daerah sekitarnya.

2. Kondisi Geologi

Pulau Sumatera dilalui oleh patahan aktif Sesar Semangko yang memanjang dari Banda Aceh hingga Lampung. Patahan ini bergeser sekitar 11 cm/tahun dan merupakan daerah rawan gempa dan longsor.

Pada Gambar 2.2 di bawah ini, menunjukkan bahwa Kota Banda Aceh diapit oleh dua patahan di Barat dan Timur kota, yaitu patahan Darul Imarah dan Darussalam, sehingga Banda Aceh adalah suatu daratan hasil ambalasan sejak Pilosen membentuk suatu Graben. Ini menunjukkan ruas-ruas patahan Semangko di Pulau Sumatera dan kedudukannya terhadap Kota Banda Aceh,

(18)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 16

dan kedua patahan yang merupakan sesar aktif tersebut diperkirakan bertemu pada pegunungan di sebelah Tenggara, sehingga dataran Banda Aceh merupakan batuan sedimen yang berpengaruh kuat apabila terjadi gempa di sekitarnya.

3. Kondisi Topografi

Kota Banda Aceh merupakan dataran rawan banjir dari luapan Sungai Krueng Aceh dan 70% wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 10 meter dari permukaan laut. Kearah hulu dataran ini menyempit dan bergelombang dengan ketinggian hingga 50 m di atas permukaan laut.Dataran ini diapit oleh perbukitan terjal di sebelah Barat dan Timur dengan ketinggian lebih dari 500 m, sehingga mirip kerucut dengan mulut menghadap ke laut. Kota Banda Aceh dilalui dan dikelilingi oleh banyak sungai, yaitu Krueng Aceh, Krueng Daroy, Krueng Doy, Krueng Neng, Krueng Lhueng Paga, Krueng Tanjong dan Krueng Titi Panjang.

4. Kondisi Klimatologi

Berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Blang Bintang menunjukan bahwa Banda Aceh memiliki suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25,50 C sampai 27,50 C

dengan tekanan 1008 – 1012 milibar. Sedangkan untuk suhu terendah dan tertinggi bervariasi antara 18,00 C hingga 20,00 C dan

33,00 C hingga 37,00 C. Mengenai curah hujan menunjukkan bahwa

curah hujan yang terjadi berkisar antara 135,3 mm dengan curah hujan tahunan rata-rata 12,6mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret, Oktober dan November, sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu 12,6 hari dan terendah pada bulan Februari dan Maret dengan jumlah hari hujan hanya 2 – 7 hari. Namun keadaan ini dapat saja berubah dengan kondisi global warming saat ini.

(19)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 17

Kelembaban udara di Kota Banda Aceh sangat bervariasi tergantung pada keadaan iklim pada umumnya. Kecepatan angin bertiup antara 5,1 knots. Rata-rata penyinaran matahari 49,4%, suhu udara rata 27,0 derajat, tingkat kelembaban relatif rata-rata 80,7% dan tekanan udara rata-rata-rata-rata 1.009,7 mb.

5. Kondisi Hidrologi

Krueng Aceh yang merupakan sungai terpanjang membelah Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa terdapat tujuh sungai yang melalui Kota Banda Aceh yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air (Catchmentarea), sumber air baku, kegiatan perikanan, dan sebagainya. Wilayah Kota Banda Aceh memiliki air tanah yang bersifat asin, payau dan tawar.

Daerah dengan air tanah asin terdapat pada bagian utara dan timur kota sampai ke tengah kota. Air payau berada di bagian tengah kota membujur dari timur ke barat. Sedangkan wilayah yang memiliki air tanah tawar berada di bagian selatan kota membentang dari kecamatan Baiturrahman sampai kecamatan Meuraxa. Berikut pada Tabel 2.2, menjelaskan nama-nama sungai dan luas daerah resapannya.

Table 2.2

Nama-nama Sungai di Kota Banda Aceh

No. NAMA SUNGAI LUAS DAERAH RESAPAN

1. Krueng Aceh 1712,00

2. Krueng Daroy 14,10

3. Krueng Doy 13,17

4. Krueng Neng 6,55

5. Krueng Lhueng Paga 18,25

6. Krueng Tanjung 30,42

(20)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 18

6. Litologi

Kondisi tanah yang umumnya terdapat di Kota Banda Aceh secara umum dan khususnya di daerah pesisir ini didominasi oleh jenis tanah Podzolik Merah Kuning (PMK) dan Regosol dengan tekstur tanah antara sedang sampai kasar.Sebagai hasil erosi partikel-partikel tanah diendapkan melalui media air sungai atau aliran permukaan pada daerah rendah. Pada daerah pesisir terjadi endapan di tempat-tempat tertentu seperti Krueng Aceh dan anak-anak sungai lainnya, seperti pada belokan sungai bagian dalam. Hasil sedimentasi oleh aliran permukaan setempat dijumpai sebagai longgakan tanah pada bagian tertentu.

B. Kondisi Demografi

Jumlah penduduk kota Banda Aceh244.686 Jiwa. Sebagai ibukota propinsi, maka Kota Banda Aceh didiami oleh semua suku penduduk yang ada di Aceh dan juga pendatang dari seluruh Indonesia bahkan Internasional, yaitu;

- Suku Aceh - Suku Gayo

- Suku Aneuk Jamee - Suku Singkil - Suku Alas - Suku Tamiang - Suku Kluet - Devayan - Suku Sigulai

- Suku Batak Pakpak - Suku Haloban - Suku Lekon Sementara penduduk pendatang adalah :

- Suku Minang - Suku Jawa - Suku Batak - Suku Nias - Suku Makasar - Suku Ambon - Suku Papua

(21)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 19

C. Gambaran Ekonomi

Kota Banda Aceh merupakan kota perdagangan dan jasa. Dimana pembangunan ekonominya lebih mengarah kepada kedua sector tersebut. Namun pada hakikatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, meratakan pembagian pendapatan masyarakat, dan meningkatkan hubungan ekonomi regional. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik. Hal ini dimaksudkan untuk mengusahakan peningkatan pendapatan masyarakat secara mantap dan diikuti oleh tingkat pemerataan yang sebaik mungkin.

Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat suatu wilayah tertentu perlu disajikan statistik pendapatan nasional/regional khususnya di bidang ekonomi secara berkala. Angka-angka pendapatan nasional/regional dapat digunakan sebagai bahan evaluasi, analisis, dan perencanaan pembangunan nasional/regional khususnya di bidang ekonomi.

Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar untuk mengetahui total produksi barang dan jasa suatu daerah pada periode tertentu.

(22)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh Tahun 2019 20 Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan PDRB 2017 – 2019 No Sektor 2017 2018 2019 1 2 3 4 5

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

16.685,21 17.570,75 18.617,56 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi 3,39 4,49 4,18 3. PDRB perkapita Harga

Berlaku

62,94 65,52 67,38

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh

D. Potensi Daerah

Geliat investasi di kota Banda Aceh saat ini sangatlah terasa. Faktor yang mempengaruhinya adalah perdamaian dan proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pasca Tsunami. Dua faktor ini yang membuat Aceh pada umumnya, dan kota Banda Aceh khususnya dilirik oleh banyak pihak. Kondisi ini tentu menjadi peluang yang baik untuk melakukan kegiatan investasi. Investasi merupakan kegiatan ekonomi yang sangat penting dilakukan dalam menggerakkan roda ekonomi. Banda Aceh adalah suatu kota yang kondusif, baik secara situasi politik dan keamanan.

Dalam penelitian The Asia Foundations, tentang Daya Saing Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, 2005: Persepsi Dunia Usaha, menjelaskan bahwa dunia usaha melihat beberapa tingkatan variabel yang dapat mendorong dunia investasi. Diantaranya faktor keamanan, sosial politik dan budaya berada di rangking pertama (27%), kemudian disusul oleh ekonomi daerah (23%), ketersediaan tenaga kerja (18%), infrastruktur fisik (17%) dan kelembagaan (15%).

Salah satu sasaran pembangunan Nasional adalah tercapainya tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan

(23)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 21

berkesinambungan. Pembangunan bidang ekonomi dilaksanakan dengan berbagai macam program dan kegiatan dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan. Kegiatan ini tercermin dari upaya Pemerintah Daerah bersama perangkat daerah lainnya

berusaha untuk mengembangkan segala potensi yang berguna mendorong gerak pembangunan di daerah dalam segala sektor pembangunan.

E. Peluang Investasi Daerah.

Banyak kebijakan pembangunan di bidang ekonomi pada masa lalu perlu dievaluasi kembali terutama tentang berbagai hasil dan implikasinya pada masa yang akan datangmaupun pada masa sekarang. Hal ini memerlukan berbagai data statistik sebagai ukuran kuantitatif dalam memberikan gambaran tentang keadaan pada masa lalu dan masa kini, sehingga memudahkan para pengambil kebijakan dalam merencanakan dan merumuskan kembali berbagai program dan sasaran pembangunan yang hendak dicapai pada masa yang akan datang.

Kota Banda Aceh memiliki potensi yang sangat besar pada banyak sektor pembangkit ekonomi, namun potensi ini belum dimanfaatkan secara maksimal dan belum seluruhnya tergali untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan sumber pendapatan daerah.

Potensi yang sangat menonjol di Kota Banda Aceh adalah: 1. Jasa

2. Pengangkutan dan Komunikasi 3. Perdagangan, Hotel dan Restoran

Untuk memudahkan para investor dalam pengurusan perizinan Pemerintah Kota Banda Aceh telah melakukan pelayanan terpadu satu atap sehingga lebih maksimal dalam memberikan pelayanan kepada publik. Selain daripada itu, untuk mendorong kegiatan investasi juga membutuhkan keputusan politik yang kuat dari

(24)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 22

pemerintah. Berikut beberapa langkah strategis dalam membangun dunia investasi yang dilakukan oleh pemerintah Kota Banda Aceh: - Memperkuat SDM lokal, Ini menjadi hal yang mesti diperhatikan

secara serius, agar potensi lokal dapat diberdayakan dengan baik dan tidak menjadi penonton di tanah sendiri.

- One stop service, pelayanan satu pintu, Langkah stategis lainnya adalah yang telah dibentuk Pemerintah Kota Banda Aceh dengan memperkuat birokrasi dengan membentuk one stop service, karena ternyata pelayanan satu pintu ini adalah salah satu upaya untuk memberi kemudahan kepada pemilik modal.

- Mengelola Inisiatif dan Kreatifitas Anak Muda, Investasi di kota Banda Aceh akan semakin baik apabila juga dilakukan langkah-langkah dengan mengelola inisiatif anak-anak muda kota Banda Aceh. Adanya kreatifitas anak-anak muda kota Banda Aceh ini tentu menjadi investasi sumber daya dalam jangka panjang. Selain itu juga investasi yang baik selain membangun kebijakan yang adil dan kuat seperti memproteksi kepentingan lokal serta memberi kenyamanan kepada investor asing. Yang tidak boleh dilupakan adalah, kegiatan investasi mesti memiliki sensitifitas terhadap kearifan lokal.

- Arah investasi yang jelas, Pola seperti apa yang akan dilakukan dalam jangka pendek, seperti kemungkinan mengambil konsep investasi padat karya, ini yang coba untuk diperjelas. Padat karya itu adalah strategi untuk mengentaskan kemiskinan. Investasi yang baik adalah dengan kompetitif, dimana semua peluang dibuka, sehingga persaingan pun terbuka dan sehat.

- Memberikan Pendampingan kepada Industri Rumah Tangga, untuk memperkuat Industri Rumah Tangga, maka harus dilakukan pendampingan dari pemerintah sehingga kegiatan produksi akan sesuai dengan standar pasar dan kuota pun bisa terpenuhi secara berkelanjutan.

(25)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 23

Dengan adanya langkah-langkah strategis yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh ini diharapkan minat investor untuk menanamkan investasinya di kota ini semakin meningkat.

(26)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 24

BAB III

KUANTITAS PENDUDUK A. Jumlah dan Persebaran Penduduk

1. Jumlah dan Proporsi penduduk

Persebaran penduduk Kota Banda Aceh dengan luas wilayah 61,36 Km² tidaklah merata, terutama pasca terjadinya musibah tsunami pada tahun 2004, dimana banyak penduduk yang sebelumnya bertempat tinggal dipesisir pantai pindah ke wilayah atau keca00000matan-kecamatan yang berada di wilayah yang jauh dari pantai.

Tabel 3.1

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Perkecamatan Kota Banda Aceh Tahun 2019

NO KECAMATAN LUAS (KM²) 2019 1 Baiturrahman 4,54 32.548 2 Kuta Alam 10,05 42.538 3 Meuraxa 7,26 23.559 4 Syiah Kuala 14,24 32.138 5 Lueng Bata 5,34 24.289 6 Kuta Raja 5,21 14.013 7 Banda Raya 4,79 24.943 8 Jaya Baru 3,78 25.645 9 Ulee Kareng 6,15 26.106 JUMLAH TOTAL 245.779

Sumber : Disdukcapil Kota Banda Aceh,2019

Saat ini Kota Banda Aceh dengan jumlah penduduk 245.779 jiwa yang tersebar di 9 (sembilan) kecamatan yaitu Kecamatan Baiturrahman, kecamatan Kuta Alam, kecamatan Meuraxa, kecamatan Syiah Kuala, kecamatan Lueng bata, kecamatan Kuta Raja, kecamatan Banda Raya, kecamatan Jaya Baru dan kecamatan Ulee kareng.

Dari ke 9 Kecamatan yang ada, Kecamatan Kuta Alam merupakan kecamatan yang paling banyak dihuni oleh penduduk

(27)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 25

yaitu sebesar 42.538 jiwa dengan luas wilayah 10,05 Km² yang merupakan kecamatan terluas kedua setelah Kecamatan Syiah Kuala yaitu 14,24 Km². Sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Kuta Raja dengan jumlah penduduk 14.013 jiwa, dengan luas wilayah 5,21 Km² yang merupakan wilayah terkecil ke 4 dari 9 kecamatan yang ada.

Tabel 3.3

Jumlah dan Proporsi Penduduk menurut Jenis Kelamin Perkecamatan

Kota Banda Aceh Tahun 2019

No Kecamatan

Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Baiturrahman 16413 16135 32,548 2 Kuta Alam 21532 21006 42,538 3 Meuraxa 12033 11526 23,559 4 Syiah Kuala 16158 15980 32,138 5 Lueng Bata 12227 12062 24,289 6 Kuta Raja 7166 6847 14,013 7 Banda Raya 12426 12517 24,943 8 Jaya Baru 12971 12674 25,645 9 Ulee Kareng 12987 13119 26,106 JUMLAH 123,913 121,866 245,779

Dari tabel 3.2 diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Kuta Alam merupakan kecamatan yang paling banyak dihuni oleh penduduk yaitu sebesar 42.538 jiwa dengan luas wilayah 1,005 Km² yang merupakan kecamatan terluas kedua setelah Kecamatan Syiah Kuala yaitu 1,424 Km². Sedangkan jumlah penduduk terkecil berada

(28)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 26

di Kecamatan Kuta Raja dengan jumlah penduduk 14.013 jiwa, dengan luas wilayah 521 Km² yang merupakan wilayah terkecil ke 4 dari 9 kecamatan yang ada.

2.

Kepadatan Penduduk

Kepadatan Penduduk merupakan kondisi yang mengalami perubahan dari tahun ke tahun karena perubahan jumlah penduduk di satu wilayah/area baik secara alami maupun karena perpindahan penduduk dari daerah satu ke daerah lainnya. Indikator kepadatan penduduk berguna untuk melihat ketepatan jumlah penduduk dalam satu satuan keruangan.

Rasio kepadatan penduduk (density ratio) yaitu angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk terhadap luas wilayah atau berapa banyaknya penduduk per kilometer persegi pada periode tahun tertentu.

Tabel 3.3

Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Kota Banda Aceh Tahun 2019

No

Kecamatan

Luas

(KM)

Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Laki-laki Perempuan Jumlah

1

Baiturrahman 4.54 16413 16135 32,548 7,169

2

Kuta Alam 10.05 21532 21006 42,538 4,233

3

Meuraxa 7.26 12033 11526 23,559 3,245

4

Syiah Kuala 14.24 16158 15980 32,138 2,257

5

Lueng Bata 5.34 12227 12062 24,289 4,549

6

Kuta Raja 5.21 7166 6847 14,013 2,690

7

Banda Raya 4.79 12426 12517 24,943 5,207

8

Jaya Baru 3.78 12971 12674 25,645 6,784

9

Ulee Kareng 6.15 12987 13119 26,106 4,245 JUMLAH 61.36 23,913 121,866 245,779 4,006

(29)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 27

Dengan luas 61,36 Km², Kota Banda Aceh didiami oleh 245.779 jiwa atau sebesar 4.006 jiwa/km² yang berarti bahwa setiap Km² Kota Banda Aceh didiami oleh penduduk sebanyak 4.006 jiwa.

Jika diperhatikan persebaran penduduk disetiap kecamatan bahwa kecamatan Baiturrahman dengan luas wilayah 4,54 km² merupakan wilayah terpadat penduduknya dengan kepadatan 7.169 jiwa/km², diikuti oleh kecamatan Jaya Baru dengan luas 3.78 km² dengan kepadatan 6.784 jiwa/km². Sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk terendah 2.257 jiwa/km² berada di Kecamatan Syiah Kuala dengan luas wilayah 14.24 km².

Peningkatan kepadatan penduduk per kecamatan di Kota Banda Aceh perlu mendapat perhatian, terutama dalam perencanaan persebaran penduduk, tata ruang dan tata guna lahan/tanah secara perencanaan pembangunan di Kota Banda Aceh. Apabila ketiga aspek tersebut diacuhkan, maka dalam sepuluh atau lima belas tahun kedepan Kota Banda Aceh akan menjadi kota yang padat penduduk dan akan berdampak pada penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan perkotaan.

B. Penduduk menurut karakteristik demografi

1. Jumlah dan Proporsi Penduduk menurut umur dan Jenis Kelamin Informasi tentang Jumlah penduduk menurut Jenis Kelamin, penting diketahui terutama untuk mengetahui banyaknya orang yang tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu. Selain itu, jumlah dan proporsi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digunakan untuk pelayanan sosial ekonomi seperti pendidikan, kesehatan, sandang, pangan dan papan serta kebutuhan sosial dasar lainnya sesuai kelompok umur penduduk. Informasi jumlah dan proporsi umur penduduk dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik atau piramida penduduk, sehingga memudahkan untuk meninterpretasikan informasi tersebut.

(30)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 28

Komposisi penduduk bedasarkan usia dibentuk dalam usia tunggal, seperti 0, 1, 2, 3, 4 sampai 60 tahun atau lebih, atau dapat juga berdasarkan usia produktif dan usia non produktif, seperti 0-14 (anak-anak), 15-64 (dewasa) dan >65 (lansia).

Tabel 3.4

JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN STRUKTUR USIA KEADAAN TANGGAL 31 DESEMBER 2019

NO GOLONGAN UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 75+ 1274 1631 2905 2 70 - 74 1243 1426 2669 3 65 - 69 2187 2208 4395 4 60 - 64 3475 3167 6642 5 55 - 59 4907 4689 9596 6 50 - 54 6092 6282 12374 7 45 - 49 7614 7414 15028 8 40 - 44 9140 8344 17484 9 35 - 39 11289 10955 22244 10 30 - 34 11535 12671 24206 11 25 - 29 9898 10828 20726 12 20 - 24 8760 8207 16967 13 15 - 19 8140 7794 15934 14 10 - 14 12501 12000 24501 15 05 - 09 13616 12697 26313 16 0 - 04 12242 11553 23795 JUMLAH 123,913 121,866 245,779 Sumber : Disdukcapil Kota Banda Aceh 2019

(31)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 29

a. Rasio Jenis Kelamin

Table 3.4

RASIO JENIS KELAMIN MENURUT UMUR KOTA BANDA AEH TAHUN 2019

No Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin 1 75+ 1274 1631 2,905 78.11 2 70 - 74 1243 1426 2,669 87.17 3 65 - 69 2187 2208 4,395 99.05 4 60 - 64 3475 3167 6,642 109.73 5 55 - 59 4907 4689 9,596 104.65 6 50 - 54 6092 6282 12,374 96.98 7 45 - 49 7614 7414 15,028 102.70 8 40 - 44 9140 8344 17,484 109.54 9 35 - 39 11289 10955 22,244 103.05 10 30 - 34 11535 12671 24,206 91.03 11 25 - 29 9898 10828 20,726 91.41 12 20 - 24 8760 8207 16,967 106.74 13 15 - 19 8140 7794 15,934 104.44 14 10 - 14 12501 12000 24,501 104.18 15 05 - 09 13616 12697 26,313 107.24 16 0 - 04 12242 11553 23,795 105.96 JUMLAH 123,913 121,866 245,779 101.68

Sumber : Disdukcapil Kota Banda Aceh 2019

Rasio Jenis Kelamin adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan banyaknya jumlah penduduk laki-laki dan banyaknya jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan.

Data rasio jenis kelamin ini, berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama

(32)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 30

yang berkaitan dengan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Rasio Jenis Kelamin juga digunakan untuk melihat proporsi penduduk berdasarkan jenis kelamin dan untuk berbagai perencanaan kegiatan seperti penyediaan Rumah Sakit Bersalin, penyediaan ragam pendidikan dan lain sebagainya. Selain itu, informasi rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen.

Dari Tabel 3.5 terlihat bahwa Rasio Jenis Kelamin di Kota Banda Aceh adalah 102 yang berarti bahwa dari setiap 100 perempuan terdapat 102 orang penduduk laki-laki. Gambaran rasio jenis kelamin Kota Banda Aceh menunjukan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada dibanding penduduk perempuan.

b. Piramida Penduduk

Piramida Penduduk adalah adalah dua buah diagram batang, pada satu sisi menunjukkan jumlah penduduk laki-laki dan pada sisi lainnya menunjukkan jumlah penduduk perempuan dalam kelompok internal usia penduduk lima tahunan.

Pada grafik Piramida dibawah ditunjukkan dengan Penduduk laki-laki digambarkan di sebelah kanan dan penduduk wanita disebelah kiri. Grafik dapat menunjukkan jumlah penduduk atau prosentase jumlah penduduk terhadap penduduk total.

(33)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 31

Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk di atas. Pada Piramida ini terlihat bahwa jumlah penduduk kelompok umur 05-09 tahun terlihar lebar, berarti 5 tahun ke depan dibutuhkan fasilitas pendidikan dasar dan menengah yang cukup untuk menampung penduduk kelompok ini.

Demikian pula jumlah penduduk pada kelompok 30–34 tahun menunjukkan jumlah yang besar. Diduga penduduk kelompok umur ini adalah kelompok yang lahir pada tahun 1980an yang mulai memasuki usia tersebut ditambah dengan migran yang masuk ke Kota Banda Aceh. Penduduk Lansia (65 tahun ke atas), menunjukkan proporsi yang masih kecil yaitu 4,03%.

Namun dimasa depan proporsi penduduk lansia akan terus merambat naik, karena pergeseran umur penduduk serta usia

-15000 -10000 -5000 0 5000 10000 15000 0 - 04 05 - 09 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75+

Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Usia

PEREMPUAN LAKI-LAKI

(34)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 32

harapan harapan hidup semakin meningkat. Pertambahan jumlah penduduk lansia ini harus mulai diantisipasi dari sekarang, karena kelompok ini akan terus membesar dimasa depan, sehingga diperlukan kebijakan seperti ketenagakerjaan, kesehatan, pelayanan lansia serta kebutuhan sosial dasar lainnya.

c. Rasio Ketergantungan

Komposisi umur penduduk di suatu wilayah juga dapat dihubungkan dengan Dependency Ratio (DR) atau Rasio Ketergantungan. Angka ketergantungan secara umum dapat menggambarkan beban tanggungan ekonomi kelompok umur produktif (15-64 tahun) terhadap kelompok umur muda (<15 tahun) dan kelompok umur tua (>65 tahun). Semakin kecil dependency ratio, maka semakin kecil pula beban kelompok umur produktif untuk menanggung penduduk usia tidak produktif atau belum produktif.

Jika diperhatikan pada struktur umur penduduk menurut kelompok usia muda (0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun) dan usia lanjut (>65 tahun), maka 65,93% penduduk Kota Banda Aceh merupakan penduduk usia produktif, dan sisanya sekitar 34,07 % adalah penduduk usia muda dan tua. Dengan demikian rasio beban ketergantungan (dependency ratio) pada tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.7

Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) KELOMPOK

UMUR

LAKI-LAKI PEREMPUAN SEX

RATIO N % N % >65 4,704 3.80 5,265 4.32 89.34 15 - 64 80,850 65.25 80,351 65.93 100.62 0 - 14 38,359 30.96 36,250 29.75 105.82 TOTAL 123,913 100.00 121,866 100.00 101.68 Sumber : Disdukcapil Kota Banda Aceh 2019

(35)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 33

2. Jumlah dan Proporsi penduduk Menurut Status Kawin a. Angka Perkawinan Kasar

Informasi tentang struktur perkawinan penduduk pada waktu tertentu berguna bagi penentu kebijakan dan pelaksanan program kependudukan. Terutama dalam hal pembangunan keluaga, kelahiran dan upaya-upaya peningkatan kualitas keluarga. Dari informasi penduduk berstatus kawin, umur perkawinan Pertama, lama kawin akan berguna untuk mengestimasi angka kelahiran yang akan terjadi.

Tabel 3.7

Angka Perkawinan Kasar Kota Banda Aceh

NO

KECAMATAN

Jumlah

Angka Perkawinan

Kasar

Status Kawin

Penduduk

1

Baiturrahman 13946 32548 428

2

Kuta Alam 18577 42538 437

3

Meuraxa 10580 23559 449

4

Syiah Kuala 14547 32138 453

5

Lueng Bata 10617 24289 437

6

Kuta Raja 6209 14013 443

7

Banda Raya 11109 24943 445

8

Jaya Baru 11414 25645 445

9

Ulee Kareng 11702 26106 448

JUMLAH TOTAL 108,701 245,779 442

Sumber : Disdukcapil Kota Banda Aceh, 2019

Penduduk Kota Banda Aceh dengan status Kawin sebesar 108.701 Jiwa (44.23%). Dan kalo di perhatikan dari tabel di atas maka Kecamatan Kuta Alam sebanyak 18.577 jiwa dengan status

(36)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 34

sudah menikah yang merupakan status terbesar di antara 9 kecamatan dalam wilayah kota Banda Aceh sedangkan Kuta Raja didominasi oleh penduduk dengan status kawin paling sedikit yaitu sebanyak 6.209 jiwa. Jadi angka perkawinan kasar di Kota Banda Aceh sebesar 442 jiwa per 1000 penduduk yang berstatus kawin.

b. Angka Perkawinan Umum (APU)

Angka Perkawinan Umum menunjukkan proporsi penduduk yang berstatus kawin terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun keatas pada pertengahan tahun untuk suatu tahun tertentu.

Angka Perkawinan Umum sedikit lebih cermat dibandingkan dengan angka Perkawinan Kasar karena dalam perkawinan ni hanya memasukkan penduduk yang beresiko kawin saja yaitu penduduk yang berumur 15 tahun ke atas sebagai faktor penyebut.

Tabel 3.8

Angka Perkawinan Umum Kota Banda Aceh

NO KECAMATAN Jumlah Angka Perkawinan Umum Status Kawin 2019 usia 15 tahun keatas

1 Baiturrahman 148 23552 6.28 2 Kuta Alam 74 29790 2.48 3 Meuraxa 504 14943 33.73 4 Syiah Kuala 316 22667 13.94 5 Lueng Bata 223 17499 12.74 6 Kuta Raja 292 9022 32.37 7 Banda Raya 212 17712 11.97 8 Jaya Baru 322 17286 18.63 9 Ulee Kareng 381 18699 20.38 JUMLAH TOTAL 2.472 171.170 14.44

(37)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 35

Dari Tabel 3.8 diatas dapat dilihat bahwa dari 1000 penduduk Kota Banda Aceh yang berusia 15 tahun keatas terdapat 10 orang yang melakukan perkawinan pada suatu tahun tertentu. c. Angka Perkawinan Menurut Kelompok Umur

Angka Perkawinan menurut kelompok umur adalah angka yang menunjukkan berapa banyaknya penduduk pada suatu umur tertentu yang berstatus menikah setiap 1000 penduduk pada kelompok umur yang sama.

Angka perkawinan menurut umur lebih rinci dari pada Angka Perkawinan Umum. Apabila diketahui bahwa jumlah penduduk usia 15-19 tahun yang sudah menikah untuk tiap-tiap 1000 penduduk usia 15-19 tahun cukp tinggi, maka pemerintah pusat maupu lokal dapat membuat perencanaan program agar Angka kelahiran menurut umur untuk usia 15-19 tahun ini menurun dengan menyiapkan program peningkatan usia kawin.

(38)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 36

Tabel 3.9

Angka Perkawinan Menurut Kelompok Umur Kota Banda Aceh

Kelompok Umur Kawin Jumlah Penduduk Angka Perkawinan Kel Usia 0-4 23795 0 5-9 26313 0 10-14 24501 0 15-19 72 15934 5 20-24 1684 16967 99 25-29 10478 20726 506 30-34 19224 24206 794 35-39 19360 22244 870 40-44 15382 17484 880 45-49 13091 15028 871 50-54 10403 12374 841 55-59 7833 9596 816 60-64 5015 6642 755 65-69 3057 4395 696 70-74 1629 2669 610 >74 1473

2905

507 Jumlah 108701 245779 442

(39)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 37

d. Rata-rata umur kawin pertama

Rata-rata umur kawin pertama adalah Perkiraan (estimasi) rata-rata umur kawin pertama berdasarkan jumlah penduduk yang tetap lajang (belum kawin).

Tabel 3.10

Rata-rata Umur kawin Pertama Kota Banda Aceh Tahun 2019 Kelompok

umur Belum Kawin

Jumlah Penduduk Rata-rata Umur kawin pertama 0-4 23795 23795 1.00 5-9 26313 26313 1.00 10-14 24501 24501 1.00 15-19 15862 15934 1.00 20-24 15274 16967 0.90 25-29 10146 20726 0.49 30-34 4646 24206 0.19 35-39 2286 22244 0.10 40-44 1349 17484 0.08 45-49 951 15028 0.06 50-54 592 12374 0.05 55-59 332 9596 0.03 60-64 224 6642 0.03 65-69 121 4395 0.03 70-74 50 2669 0.02 >74 53

2905

0.02 Jumlah 126495 245779 0.51

Sumber : Disdukcapil Kota Banda Aceh, 2019

Umur kawin pertama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelahiran. Umur kawin pertama mempunyai korelasi negatif dengan tingkat kalahiran seorang perempuan, artinya semakain tua umur kawin pertama perempuan, artinya

(40)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 38

semakin tua umur kawin pertama perempuan, maka semakin kecil potensi perempuan untuk melahirkan banyak anak. Hal ini terjadi karena semakin tinggi umur kawin pertama seorang perempuan, maka semakin pendek masa usia suburnya dan pada akhirnya akan menurunkan tingkat fertilitas perempuan tersebut.

e. Angka Perceraian Kasar

Angka perceraian kasar menunjukkan persentase penduduk yang berstatus cerai terhadap jumlah penduduk keseluruhan pada pertengahan tahun untuk suatu tahun tertentu.

Perceraian mempunyai implikasi demografis sekaligus sosiologis. Implikasi demografi adalah mengurangi fertilitas sedangkan implikasi sosiologis lebih kepada status cerai terhadap perempuan dan anak-anak mereka.

TABEL 3.11

ANGKA PERCERAIAN KASAR KOTA BANDA ACEH TAHUN 2019 KKECAMATAN STATUS CERAI JUMLAH PENDUDUK ANGKA PERCERAIAN KASAR HIDUP MATI JUMLAH

BAITURRAHMAN 353 1391 1744

32548

11 KUTA ALAM 381 1477 1858

42538

9 MEURAXA 225 597 822

23559

10 SYIAH KUALA 235 1009 1244

32138

7 LUENG BATA 234 900 1134

24289

10 KUTA RAJA 144 374 518

14013

10 BANDA RAYA 198 925 1123

24943

8 JAYA BARU 235 790 1025

25645

9 ULEE KARENG 192 923 1115

26106

7 JUMLAH 2197 8386 10583 245779 9

(41)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 39

Dari tabel 3.11 diatas menunjukkan bahwa Angka Perceraian Kasar Kota Banda Aceh sebesar 9 kasus perceraian dari 1.000 Penduduk. Angka ini lebih tinggi dibanding dengan angka tahun yang lalu sebanyak 8 kasus per 1000 penduduk. Tetapi jika dilihat dari angka Perkawinan Kasar diatas maka Angka Perceraian Kasar di Kota Banda Aceh tergolong rendah.

f. Angka Perceraian Umum

Angka Perceraian umum menunjukkan proporsi penduduk yang berstatus cerai terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas pada pertengahan tahun untuk suatu tahun tertentu.

Angka Perceraian umum digunakan untuk memperhitungkan proporsi penduduk cerai.

TABEL 3.12

ANGKA PERCERAIAN UMUM KOTA BANDA ACEH TAHUN 2019

Kecamatan Status Cerai Usia 15 Tahun

keatas

Angka Perceraian Umum

Hidup Mati Jumlah

BAITURRAHMAN 353 1391 1744 23552 15 KUTA ALAM 381 1477 1858 29790 13 MEURAXA 225 597 822 14943 15 SYIAH KUALA 235 1009 1244 22667 10 LUENG BATA 234 900 1134 17499 13 KUTA RAJA 144 374 518 9022 16 BANDA RAYA 235 790 1025 17712 13 JAYA BARU 198 925 1123 17286 11 ULEE KARENG 192 923 1115 18699 10 JUMLAH 2197 8386 10583 171170 13

(42)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 40

Dari tabel 3.12 terlihat proporsi penduduk dengan status cerai mati lebih besar dibandingkan status cerai hidup, hal ini disebabkan mereka yang cerai mati terjadi pada kelompok umur yg lebih tua, yang menyebabkan enggan untuk menikah kembali. Untuk status cerai hidup hal ini diduga disebabkan usia perkawinan yang masih muda dan belum mapannya kehidupan secara ekonomi. Faktor lain adanya peningkatan kesadaran tentang hak-hak perempuan dalam rumah tangga, yang seringkali menjadi penyebab keberanian perempuan menggugat cerai. Dapat dilihat dari Tabel 3.12 bahwa Angka Perceraian Umum Kota Banda Aceh sebesar 13 jiwa per 1.000 penduduk yang berusia 15 tahun ke atas ini.

3. Keluarga

Keluarga merupakan unit masyarakat terkecil dalam

kehidupan. Data keluarga menjadi penting untuk menyusun berbagai program pembangunan seperti peningkatan ekonomi, penghasilan dan penanganan kemiskinan dan lain sebagainya. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat merupakan tempat pertama dan utama dalam tumbuh kembang anak, baik dari sisi fisik, pembentukan karakter dan pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, perencanaan keluarga menjadi penting. Tidak hanya jumlah angota keluarga tetapi juga kualitasnya.

a. Jumlah keluarga dan Rata-rata Jumlah Anggota keluarga

Keluarga dibentuk dari sekolompok orang yang terikat dan mempunyai hubungan kekerabatan karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Unit keluarga menjadi hal penting

(43)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 41

untuk berbagai intervensi seperti penanganan kemiskinan, keluarga berencana, kesehatan dan lain sebagainya. Keluarga terbagi menjadi dua yaitu keluarga inti dan keluarga luas. Besarnya anggota keluarga biasanya digunakan untuk menggambarkan kesejahteraan keluarga, dimana semakin kecil jumlah anggota keluarga diasumsikan akan semakin tinggi tingkat kesejahteraannya.

Tabel 3.13

Jumlah Keluarga dan Rata-rata Jumlah Anggota Keluarga Kota Banda Aceh

No Kecamatan Jumlah Rata-rata Jumlah Keluarga Kepala Keluarga Anggota Keluarga Penduduk 1 BAITURRAHMAN 9491 23057 32548 2.43 2 KUTA ALAM 12313 30225 42538 2.45 3 MEURAXA 6739 16820 23559 2.50 4 SYIAH KUALA 9275 22863 32138 2.47 5 LUENG BATA 6835 17454 24289 2.55 6 KUTA RAJA 4142 9871 14013 2.38 7 BANDA RAYA 6943 18000 24943 2.59 8 JAYA BARU 7159 18486 25645 2.58 9 ULEE KARENG 7286 18820 26106 2.58 Jumlah 70,183 175596 245779 2.50

Sumber : Disdukcapil Kota Banda Aceh, 2019

Dari tabel 3.13 di atas dapat kita lihat bahwa rata-rata jumlah anggota keluarga di Kota Banda Aceh sebanyak 2,50 orang per kepala keluarga. Ini menunjukkan bahwa keluarga di Kota Banda Aceh lebih banyak merupakan keluarga inti dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 3 orang. Bila diperhatikan menurut

(44)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 42

kecamatan, rata-rata jumlah anggota keluarga di setiap kecamatan juga terdiri dari 3 orang per keluarga.

b. Status Hubungan dengan Kepala Keluarga

Status Hubungan anggota keluarga dengan kepala keluarga (SHDK) diperlukan untuk melihat komposisi anggota keluarga, pola pengaturan tempat tinggal (living arrangement) dan pola pengasuhan anak. Setiap anggota dalam keluarga mempunyai status hubungan dengan kepala keluarga seperti suami, istri, anak, menantu, cucu, orang tua, mertua, famili dan lainnya, termasuk adanya orang lain yang tinggal bersama seperti pembantu rumah tangga.

Tabel 3.14

Jumlah Hubungan dengan Kepala Keluarga Per Jenis Kelamin

Kota Banda Aceh

Status Hubungan Dalam

Keluarga Laki-laki Perempuan Jumlah

Kepala Keluarga 58274 11909 70183 Suami 1 1 Istri 51774 51774 Anak 60708 54068 114776 Menantu 68 53 121 Cucu 543 516 1059 Orangtua 54 406 460 Mertua 49 427 476 Famili Lain 3468 2347 5815 Pembantu 16 16 Lainnya 748 350 1098 Jumlah 123913 121866 245779

(45)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 43

Tabel 3.14 menyajikan status hubungan dengan kepala keluarga yaitu proporsi anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah yang berstatus menantu, cucu, orang tua, mertua dan famili lain lainnya.

c. Karakteristik Kepala Keluarga Berdasarkan Umur

Karakteristik kepala keluarga berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, status kesehatan, pekerjaan penting untuk diketahui, berkaitan dengan perencanaan kebijakan pelayanan kebutuhan dasar berbasis keluarga seperti ketersediaan pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan, kemiskinan dan lain-lain.

Tabl 3.15

Karakteristik Kepala Keluarga berdasarkan Umur Kota Banda Aceh

SHDK BAITUR RAHMAN KUTA ALAM MEURAXA SYIAH KUALA LUENG BATA KUTA RAJA BANDA RAYA JAYA BARU ULEE KARENG JUMLAH 15-19 6 8 6 10 5 2 4 7 3 51 20-24 128 132 74 105 72 65 41 70 48 735 25-29 559 699 459 637 422 345 367 502 427 4417 30-34 1244 1606 1100 1340 900 723 805 1027 932 9677 35-39 1311 2011 1290 1440 962 745 999 1233 1070 11061 40-44 1195 1717 1132 1181 822 634 942 1024 899 9546 45-49 1181 1486 849 1040 802 495 858 896 887 8494 50-54 1120 1279 670 845 782 406 805 734 825 7466 55-59 856 1071 481 807 726 276 702 608 764 6291 60-64 739 796 316 639 562 200 541 448 594 4835 65-69 481 585 164 530 373 112 387 297 363 3292 70-74 307 420 98 342 224 74 217 169 211 2062 >74 364 503 100 359 183 65 275 144 263 2256 Jumlah 9491 12313 6739 9275 6835 4142 6943 7159 7286 70183

(46)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 44

Tabel 3.15 terlihat bahwa mayoritas keluarga di Kota Banda Aceh dikepalai oleh kepala keluarga yang berumur antara 35-39 tahun. Ini menunjukkan bahwa Kota Banda Aceh merupakan keluarga yang berada pada kelompok.

d. Karakteristik Kepala Keluarga berdasarkan Jenis kelamin

Masyarakat Indonesia cenderung mengganggap bahwa laki-laki adalah penanggung jawab ekonomi keluarga sekaligus sebagai kepala keluarga. Namun dalam kenyataannya tidak sedikit perempuan yang menjadi kepala keluarga karena pasangan meninggal, cerai atau sebab-sebab yang lain.

Karakteristik kepala keluarga menurut jenis kelamin dapat menunjukkan seberapa banyak perempuan yang menjadi kepala keluarga, bagaimana kecenderungannya di masa depan dan bagaimana gambaransosial ekonomi keluarga yang dikepalai oleh seorang perempuan.

TABEL 3.16

Karakteristik Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin Kota Banda Aceh

KECAMATAN LAKI-LAKI % PEREMPUAN % Jumlah

BAITURRAHMAN 7600 13.04 1891 15.88 9491 KUTA ALAM 10097 17.33 2216 18.61 12313 MEURAXA 5775 9.91 964 8.09 6739 SYIAH KUALA 7780 13.35 1495 12.55 9275 LUENG BATA 5620 9.64 1215 10.20 6835 KUTA RAJA 3481 5.97 661 5.55 4142 BANDA RAYA 5745 9.86 1198 10.06 6943 JAYA BARU 6077 10.43 1082 9.09 7159 ULEE KARENG 6099 10.47 1187 9.97 7286 JUMLAH 58274 11909 70183

(47)

Profil Perkembangan Kependudukan Kota Banda Aceh

Tahun 2019 45

Status hubungan anggota keluarga dengan kepala keluarga diperlukan untuk melihat komposisi anggota keluarga, jadi pada tabel 3.16 di atas terlihat jumlah kepala keluarga sebanyak 70.183 kepala keluarga, dimana kepala keluarga laki-laki sebanyak 58.274 kepala keluarga dan Kepala keluarga Perempuan sebanyak 11.909. e. Karakteristik Kepala Keluarga Berdasarkan status kawin

Dalam konsep demografi kepala keluarga merupakan seseorang baik laki-laki maupun perempuan, berstatus menikah maupun tidak, yang mempunyai peran, fungsi dan tanggung jawab sebagai kepala keluarga baik secara ekonomi, sosial maupun psikologi.

Karakteristik kepala keluarga berdasarkan status kawin dapat digunakan untuk melihat jumlah keluarga yang dikepalai oleh lajang maupun mereka yang berstatus cerai baik hidup maupun mati.

TABEL 3.17

Karakteristik Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin Kota Banda Aceh

KECAMATAN Belum Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Kawin Jumlah

BAITURRAHMAN 719 330 1252 7190 9491 KUTA ALAM 1070 341 1325 9577 12313 MEURAXA 501 213 553 5472 6739 SYIAH KUALA 740 200 917 7418 9275 LUENG BATA 372 211 822 5430 6835 KUTA RAJA 393 141 347 3261 4142 BANDA RAYA 253 177 838 5675 6943 JAYA BARU 371 222 709 5857 7159 ULEE KARENG 301 173 842 5970 7286 JUMLAH 4720 2008 7605 55850 70183

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak.Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia yang disebut patogen oportunistik, bakteri ini menjadi problema serius pada pasien rumah sakit yang

Menurut Kasim (2004), budidaya padi metode SRI menghemat pemakaian benih, menghemat pemakaian air, menghindari stagnasi bibit, meningkatkan jumlah anakan,

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN SETELAH

Persepsi dan tujuan dari wisatawan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan medical tourism berdasarkan beberapa faktor yaitu : adanya hubungan mengenai biaya, kualitas

Untuk menghasilkan keluaran generator linier yang lebih besar, perlu menggunakan jumlah lilitan yang lebih besar, magnet dengan kekuatan medan magnet lebih besar,

Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan bentuk pengintegrasian pendidikan kecakapan hidup dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas XI MAN 2 Surakarta tahun

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa gen ketahanan terhadap penyakit powdery mildew terdeteksi di tanaman melon hasil

Rehabilitasi Sedang/Berat Bangunan Sekolah ( Rehab Gedung PAUD Al Ulum Kec. panitia pelaksana kegiatan &amp; Hr. tenaga kerja non pegawai keg. BAPPEDA). 9195/LS-BJ2014