• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

B

B

A

A

B

B

I

I

P

P

E

E

N

N

D

D

A

A

H

H

U

U

L

L

U

U

A

A

N

N

A

A

.

.

L

L

a

a

t

t

a

a

r

r

B

B

e

e

l

l

a

a

k

k

a

a

n

n

g

g

Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) menyebutkan bahwa setiap instansi pemerintah wajib menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). LAKIP merupakan laporan pertanggungjawaban instansi pemerintah atas akuntabilitas kinerja yang telah ditetapkan selama kurun waktu 1 (satu) tahun dan sebagai bentuk keterbukaan informasi kepada publik serta dalam rangka mewujudkan Good Governance.

Badan Kepegawaian Negara sebagai instansi pemerintah mempunyai kewajiban menyusun LAKIP yang merupakan bentuk akuntabilitas kepada publik serta menjadi media informasi kepada publik mengenai capaian kinerja yang telah dilakukan BKN selama tahun 2012. Terkait tugas BKN sebagai instansi yang melaksanakan manajemen kepegawaian negara, BKN mempunyai peran yang sangat strategis dalam

membangun sumber daya aparatur sejalan dengan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2025 di bidang Hukum dan Aparatur. Pembangunan bidang aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur

(4)

negara dan mewujudkan tata pemerintahan yang baik untuk mendukung keberhasilan pembangunan di bidang-bidang lainnya.

B

B

.

.

K

K

e

e

d

d

u

u

d

d

u

u

k

k

a

a

n

n

,

,

T

T

u

u

g

g

a

a

s

s

P

P

o

o

k

k

o

o

k

k

D

D

a

a

n

n

F

F

u

u

n

n

g

g

s

s

i

i

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005, dibentuk BKN yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Berdasarkan Peraturan Kepala BKN Nomor 19 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Negara sebagaimana telah 3 kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala BKN Nomor 5 Tahun 2013, BKN melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen kepegawaian Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, BKN menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang

kepegawaian;

b. Penyelenggaraan koordinasi identifikasi kebutuhan pendidikan dan

pelatihan, pengawasan dan pengendalian pemanfaatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia Pegawai Negeri Sipil; Penyelenggaraan administrasi kepegawaian pejabat negara dan mantan pejabat Negara;

c. Penyelenggaraan administrasi dan sistem informasi kepegawaian dan

mutasi kepegawaian antar Provinsi dan/atau antar Kabupaten/Kota;

d. Penyelenggaraan koordinasi penyusunan norma, standar dan

prosedur mengenai mutasi, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban, kedudukan Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah dan bidang kepegawaian lainnya;

(5)

e. Penyelenggaraan bimbingan teknis pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian kepada instansi pemerintah;

f. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKN;

g. Pelancaran kegiatan instansi pemerintah di bidang administrasi

kepegawaian;

h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di

bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan

tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian,

perlengkapan, dan rumah tangga.

Disamping kedudukan, tugas, dan fungsi, BKN juga memiliki kewenangan yaitu:

a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang manajemen

kepegawaian;

b. Perumusan kebijakan di bidang manajemen kepegawaian untuk

mendukung pembangunan secara makro;

c. Penetapan sistem informasi di bidang manajemen kepegawaian;

d. Pelaksanaan mutasi kepegawaian antar Provinsi;

e. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

f. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang

kepegawaian;

g. Penyusunan norma, standar dan prosedur kepegawaian dan

pengendaliannya;

h. Penyusunan program kepegawaian secara nasional sesuai dengan

(6)

i. Penyelenggaraan administrasi mutasi kepegawaian antar provinsi,

serta perumusan standar prosedur mengenai perencanaan,

pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan standar, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban serta kedudukan Pegawai Negeri Sipil;

j. Penyelenggaraan administrasi kepegawaian nasional;

k. Perencanaan kebijakan dan pemantauan pemanfaatan pendidikan dan

pelatihan standar;

l. Pengawasan dan pengendalian norma, standar dan prosedur

kepegawaian.

C

C

.

.

P

P

e

e

r

r

a

a

n

n

S

S

t

t

r

r

a

a

t

t

e

e

g

g

i

i

s

s

B

B

K

K

N

N

Sesuai amanat Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, BKN sebagai lembaga penyelenggara manajemen kepegawaian negara memiliki peran yang sangat strategis dalam pengembangan manajemen kepegawaian dan pelayanan administrasi kepegawaian yang melayani seluruh instansi pemerintah baik pusat maupun daerah. Peran strategis BKN meliputi beberapa bidang, yaitu:

1) Bidang Perencanaan dan pengembangan Kepegawaian.

Peran strategis BKN terkait Bidang Perencanaan dan Pengembangan Kepegawaian yaitu merumuskan kebijakan perencanaan dan pengembangan kepegawaian melalui pelaksanaan perencanaan

kepegawaian dan formasi, standardisasi dan kompetensi

kepegawaian, serta pendidikan dan pelatihan kepegawaian.

Terkait peran strategis ini BKN telah melaksanakan berbagai program antara lain melaksanakan kegiatan penataan PNS dengan fasilitasi instansi untuk melakukan penghitungan jumlah kebutuhan PNS yang

(7)

tepat berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja, dan evaluasi jabatan. Selain itu, masing-masing instansi pemerintah juga diwajibkan melakukan distribusi pegawai dan menyusun proyeksi kebutuhan PNS selama lima tahun.

2) Bidang Pembinaan kinerja dan perundang-undangan.

Peran strategis BKN terkait Bidang Pembinaan Kinerja dan Perundang-undang adalah melaksanakan perumusan kebijakan pembinaan kinerja dan penyusunan peraturan perundang-undangan kepegawaian. Dalam rangka peningkatan kualitas seleksi CPNS untuk mendapatkan SDM yang berkualitas maka BKN membangun dan mengembangkan sistem rekrutmen dan seleksi berbasis kompetensi dengan menggunakan alat bantu komputer atau Computer Assisted Test (CAT). Disamping itu dalam rangka pembinaan kinerja pegawai, BKN melaksanakan asistensi penyusunan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) pada instansi pusat dan daerah.

3) Bidang Layanan Kepegawaian.

Badan Kepegawaian Negara harus cepat merespons berbagai harapan masyarakat dan menjawab berbagai tantangan yang ada, khususnya dalam memberikan layanan bidang kepegawaian. Salah satu upaya yang dilakukan dengan menerapkan Standar Manajemen Mutu ISO 9001-2008 terhadap pelayanan kepegawaian. Hal ini menjadi momentum kebangkitan kualitas layanan yang prima, cepat, tepat, murah dan transparan kepada PNS yang diharapkan dapat menjadi pemicu lahirnya prestasi di sektor lain, sehingga pelayanan kepada PNS semakin baik.

Berkaitan dengan peningkatan layanan kepegawaian berbasis IT mulai dari rekruitmen hingga pensiun, BKN menerapkan Sistim Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK On-Line) yang terintegrasi

(8)

pada seluruh instansi pusat dan daerah sehingga pelayanan menjadi lebih cepat, tepat, transparan, efektif dan efisien.

4) Bidang Informasi Kepegawaian.

Dalam rangka pengembangan sistem informasi kepegawaian, BKN memiliki peran strategis untuk menyediakan data kepegawaian yang valid, akurat dan terkini untuk menjamin ketersedian informasi kepegawaian yang dibutuhkan.

Berbagai upaya yang dilakukan BKN diantaranya adalah dengan membangun dan mengembangkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi pada seluruh instansi pusat dan daerah melalui penggunaan aplikasi SAPK dalam pelayanan kepegawaian. Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan arsip kepegawaian dilakukan dengan menerapkan digitalisasi tata naskah kepegawaian yang didukung oleh Document Management System (DMS).

5) Bidang Pengawasan dan Pengendalian kepegawaian.

BKN memiliki peran strategis di Bidang Pengawasan dan

Pengendalian dengan melaksanakan perumusan kebijakan

pengawasan dan pengendalian kepegawaian dan tindakan korektif terhadap pelanggaran peraturan kepegawaian. Selain itu untuk

meningkatkan pemahaman terhadap penerapan peraturan

perundang-undangan bidang kepegawaian, BKN melaksanakan

kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis kepada seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah.

D

D

.

.

S

S

t

t

r

r

u

u

k

k

t

t

u

u

r

r

O

O

r

r

g

g

a

a

n

n

i

i

s

s

a

a

s

s

i

i

Berdasarkan Peraturan Kepala BKN Nomor 19 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja BKN yang telah diubah dengan Peraturan Kepala BKN Nomor 5 Tahun 2013 , susunan organisasi BKN terdiri dari:

(9)

a. Kepala; b. Wakil Kepala; c. Sekretaris Utama;

d. Deputi Bidang Pengembangan Kepegawaian;

e. Deputi Bidang Bina Kinerja dan Perundang-undangan; f. Deputi Bidang Bina Pengadaan, Kepangkatan dan Pensiun; g. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian;

h. Deputi Bidang Pengendalian Kepegawaian; i. Pusat Penilaian Kompetensi Pegawai Negeri Sipil;

j. Pusat Analisis Kebijakan Manajemen Kepegawaian dan Bantuan Hukum; k. Pusat Analisis Teknologi dan Modernisasi Manajemen Kepegawaian; l. Pusat Pengembangan Sistem Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil; dan m. Inspektorat.

Struktur Organisasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran I.

E

E

.

.

S

S

i

i

s

s

t

t

e

e

m

m

a

a

t

t

i

i

k

k

a

a

P

P

e

e

n

n

y

y

a

a

j

j

i

i

a

a

n

n

Sistematika penyajian LAKIP BKN Tahun 2012 disusun dengan urutan penyajian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang, kedudukan BKN, tugas pokok BKN dan fungsi BKN, aspek strategis yang berisi prioritas BKN sejalan dengan RPJMN serta struktur organisasi;

Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, menjelaskan secara ringkas Renstra BKN 2010-2014 dan penetapan kinerja BKN tahun 2012;

Bab III Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan matriks target dan realisasi kinerja, serta akuntabilitas pengelolaan keuangan BKN;

Bab IV Penutup, menjelaskan secara ringkas kesimpulan dan saran untuk perbaikan kinerja BKN dimasa mendatang.

(10)

Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Kepegawaian Negara Tahun 2012 dapat disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan kinerja yang telah ditetapkan.

LAKIP BKN disusun untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

LAKIP BKN disusun dengan maksud untuk memberikan informasi kepada publik terkait capain kinerja BKN tahun 2012 dalam memberikan layanan kepegawaian kepada masyarakat dan beberapa kendala, serta hambatan yang dihadapi untuk dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan perbaikan perencanaan BKN di tahun berikutnya.

Disadari bahwa penyusunan LAKIP BKN ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan saran dari semua pihak sangat diharapkan agar LAKIP BKN dapat disusun dengan lebih baik.

Mudah-mudahan LAKIP BKN ini dapat bermanfaat dan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan LAKIP ini diucapkan terimakasih.

Jakarta, Maret 2013 Kepala

Badan Kepegawaian Negara

(11)

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Kepegawaian Negara (BKN) dimaksudkan untuk

menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja BKN

berdasarkan Penetapan Kinerja tahun 2012 dan sebagai bentuk keterbukaan informasi terhadap publik dalam rangka mewujudkan Good Governance.

LAKIP BKN merupakan perwujudan pelaksanaan program yang tercantum pada Rencana Strategis BKN tahun 2010-2014. Rencana Strategis BKN memuat Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis, dan indikator kinerja utamanya. Visi BKN adalah Menjadi Pembina dan

Penyelenggara Manajemen Kepegawaian yang profesional dan

bermartabat tahun 2025 dengan Misi yaitu 1) Mengembangkan sistem manajemen kepegawaian negara, 2) Mengembangkan sistem pelayanan kepegawaian, dan 3) Mengembangkan manajemen internal BKN.

Dalam Rencana Strategis BKN 2010-2014 tercermin tujuan strategis yang hendak dicapai yaitu: 1) Mewujudkan manajemen kepegawaian yang moderen; 2) Mewujudkan pelayanan prima bidang kepegawaian; dan 3) Mewujudkan manajemen internal yang efektif, efisien dan akuntabel.

Untuk merealisasikan tujuan strategis tersebut di atas, BKN menetapkan Sasaran Strategis dengan indikator kinerja dan capaian kinerjanya diuraikan sebagai berikut:

(12)

a. Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian dengan indikator kinerja berupa:

1) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan

penataan kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya dengan capaian kinerja sebesar 133%.

2) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar

kompetensi jabatan di lingkungannya dengan capaian kinerja sebesar 87%.

3) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian

kompetensi PNS dalam pengembangan karier kepegawaian di lingkungannya dengan capaian kinerja sebesar 94%.

4) Persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan

formasi PNS dengan tepat sesuai NSP dengan capaian kinerja 109%.

b. Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal dengan

indikator kinerja berupa:

1) Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem

rekrutmen dan promosi dengan menggunakan alat bantu computer (CAT) dengan capaian kinerja 393%.

2) Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis

kepegawaian dengan capaian kinerja 232%.

c. Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan kepegawaian

dengan indikator kinerja berupa:

1) Jumlah rumusan peraturan perundang-undangan yang

(13)

d. Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi dengan indikator kinerja berupa:

1) Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap pelayanan kepegawaian

dengan capaian kinerja 102%.

e. Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi

dengan indikator kinerja berupa:

1) Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan data

pokok pegawai dengan capaian kinerja 100%.

2) Persentase Instansi Pemerintah yang telah terintegrasi dengan

sistem aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK) dengan capaian kinerja 98,4%.

3) Persentase instansi/ stakeholders yang telah menggunakan sistem

KPE dengan capaian kinerja 110,8%.

f. Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian

kepegawaian dengan indikator kinerja berupa:

1) Persentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan

peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian dengan capaian kinerja 106%.

g. Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber

daya, serta pengelolaan administrasi dengan indikator kinerja berupa:

1) Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN dengan capaian

kinerja 84%.

2) Opini BPK terhadap laporan keuangan BKN dengan capaian

kinerja 100%.

3) Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi

(14)

4) Persentase pemenuhan sarana operasional kantor sesuai standar dengan capaian kinerja 100%.

5) Indeks kepuasan publik terhadap ketersediaan layanan informasi

BKN dengan capaian kinerja 100%.

h. Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana kantor

dengan indikator kinerja berupa:

1) Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor

yang tersedia dengan capaian kinerja 100%.

2) Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana dengan

capaian kinerja 100%.

Berdasarkan uraian capaian kinerja BKN tahun 2012 diatas, sebagian besar mencapai target bahkan ada beberapa capaian kinerjanya yang melebihi 100%. Namun demikian masih terdapat beberapa indikator kinerja yang belum mencapai target yang ditentukan. Oleh karena itu BKN perlu melakukan langkah-langkah strategis guna mendukung pencapaian target kinerja pada semua sasaran strategis.

(15)
(16)

B

B

A

A

B

B

I

I

I

I

P

P

E

E

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

A

A

N

N

D

D

A

A

N

N

P

P

E

E

R

R

J

J

A

A

N

N

J

J

I

I

A

A

N

N

K

K

I

I

N

N

E

E

R

R

J

J

A

A

A

A

.

.

R

R

P

P

J

J

M

M

N

N

2

2

0

0

1

1

0

0

-

-

2

2

0

0

1

1

4

4

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/ lembaga dan lintas kementerian/ lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 yang merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. RPJMN 2010-2014 selanjutnya menjadi pedoman bagi kementerian/ lembaga dalam menyusun Rencana Strategis kementerian/ lembaga (Renstra-KL).

(17)

Tahapan skala prioritas utama dan strategi RPJM berbeda dalam setiap tahapannya. RPJM ke-2 (2010-2014) ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia disegala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan iptek serta penguatan daya saing perekonomian.

Program pembangunan nasional 2010-2014 telah ditetapkan lima agenda utama pembangunan nasional, yaitu:

1. Pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

2. Perbaikan tata kelola pemerintahan.

3. Penegakan pilar demokrasi.

4. Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.

5. Pembangunan yang inklusif dan berkeadilan.

Dari lima agenda pembangunan tersebut kemudian ditetapkan 11 (sebelas) program prioritas nasional, yaitu (1) Reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) Pendidikan; (3) Kesehatan; (4) Penanggulangan kemiskinan; (5) Ketahanan pangan; (6) Infrastruktur; (7) Iklim ivestasi dan usaha; (8) Energi; (9) Lingkungan hidup dan bencana; (12) Daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paska konflik; (11) Kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.

Untuk mendukung pelaksanaan RPJMN Tahun 2010-2014, Badan Kepegawaian Negara di tahun anggaran 2012 melaksanakan beberapa kegiatan prioritas bidang yaitu:

1. Kegiatan perencanaan kepegawaian dan formasi dalam rangka

penyusunan petunjuk teknis penataan kepegawaian secara nasional.

2. Pembangunan, pengembangan sistem informasi dan pengelolaan data

kepegawaian dalam rangka penyusunan data base kepegawaian yang lengkap, akurat, dan terkini.

(18)

3. Pengembangan operasional jaringan komunikasi dan informasi kepegawaian (sub kegiatan implementasi KPE).

4. Penilaian kompetensi calon pejabat struktural instansi pemerintah dan

konseling kepegawaian.

Disamping kegiatan prioritas bidang tersebut diatas, Badan Kepegawaian Negara juga melaksanakan beberapa kegiatan prioritas lembaga, yaitu:

a. Kegiatan pembangunan/ pengembangan CAT sistem di 6 (enam)

Kantor Regional.

b. Pembinaan dan pengelolaan administrasi keuangan BKN Pusat dan

Kanreg.

c. Penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran BKN

pusat dan kanreg.

d. Pembangunan gedung Pusdikat Kepegawaian (Tahap II).

e. Pengadaan kendaraan roda 4 (empat) kantor regional IX, X, XI, XII.

f. Pembangunan gedung arsip Kantor Regional II Surabaya.

B

B

.

.

R

R

e

e

n

n

c

c

a

a

n

n

a

a

S

S

t

t

r

r

a

a

t

t

e

e

g

g

i

i

s

s

B

B

K

K

N

N

T

T

a

a

h

h

u

u

n

n

2

2

0

0

1

1

0

0

-

-

2

2

0

0

1

1

4

4

Rencana strategis (Renstra) Badan Kepegawaian Negara Tahun 2010-2014 disusun sebagai perencanaan jangka menengah Badan Kepegawaian Negara yang merupakan gambaran tujuan, sasaran strategis dan target hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun sesuai dengan tugas dan fungsi, serta peran Badan Kepegawaian Negara sebagaimana yang diamanahkan oleh undang-undang.

Dalam rangka penyempurnaan Rencana Strategis BKN Tahun 2010-2014 dan penguatan implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di lingkungan Badan Kepegawaian Negara, maka telah dilakukan revisi terhadap Rencana Strategis BKN Tahun 2010-2014 yang disusun berdasarkan hasil pembahasan dengan seluruh unit

(19)

kerja di lingkungan BKN dan memperhatikan apa yang menjadi harapan dan keinginan pemangku kepentingan (stakeholder) BKN. Revisi terhadap Rencana Strategis BKN meliputi Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis, dan Indikator Kinerja Utama.

1. Visi

Visi BKN setelah dilakukan revisi adalah ”Menjadi Pembina dan

Penyelenggara Manajemen Kepegawaian yang Profesional dan Bermartabat Tahun 2025”.

2. Misi

Untuk mewujudkan Visi BKN di atas, maka Badan Kepegawaian Negara menetapkan misi yang akan dilakukan sebagai berikut:

a. Mengembangkan sistem manajemen kepegawaian negara.

b. Mengembangkan sistem pelayanan kepegawaian.

c. Mengembangkan manajemen internal BKN.

3. Tujuan

Dengan didasarkan pada visi dan misi yang telah ditetapkan, Badan Kepegawaian Negara menetapkan tiga tujuan strategis yang ingin dicapai hingga tahun 2014, yaitu:

a. Mewujudkan manajemen kepegawaian yang moderen.

b. Mewujudkan pelayanan prima bidang kepegawaian.

c. Mewujudkan manajemen internal yang efektif, efisien dan

akuntabel.

4. Sasaran Strategis

Sasaran strategis Badan Kepegawaian Negara disusun berdasarkan tujuan strategis yang ingin dicapai. Ada delapan sasaran strategis yang

(20)

ditempuh dalam rangka mewujudkan tujuan strategis Badan Kepegawaian Negara, yaitu:

a. Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan

kepegawaian;

b. Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal;

c. Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan

kepegawaian;

d. Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi

informasi;

e. Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi;

f. Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian

kepegawaian;

g. Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber

daya, serta pengelolaan administrasi;

h. Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana

kantor.

5. Indikator Kinerja Utama

Indikator kinerja utama (IKU) Badan Kepegawaian Negara ditetapkan dengan mengacu pada Rencana Strategis BKN Tahun 2010-2014. Indikator kinerja utama ditetapkan secara berjenjang, sebagai ukuran keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran strategis yang ingin dicapai. Indikator kinerja utama BKN yang digunakan untuk periode Tahun 2010-2014 ditetapkan sebagai berikut:

(21)

Tabel 2.1

Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama BKN

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama I Meningkatkan efektifitas sistem

perencanaan dan pengembangan kepegawaian.

1. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya.

2. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya.

3. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karier kepegawaian di lingkungannya. 4. Persentase instansi pemerintah yang

menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai NSP.

II Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal.

1. Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem rekrutmen dan promosi dengan menggunakan alat bantu computer (CAT).

2. Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis kepegawaian.

III Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan

kepegawaian.

1. Jumlah rumusan peraturan perundang-undangan yang diselesaikan.

IV Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi.

1. Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap pelayanan kepegawaian.

V Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi.

1. Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan data pokok pegawai.

2. Persentase Instansi Pemerintah yang telah terintegrasi dengan sistem aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK).

(22)

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama

3. Persentase instansi/ stakeholders yang telah menggunakan sistem KPE.

VI Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian kepegawaian.

1. Persentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian.

VII Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber daya, serta pengelolaan administrasi.

1. Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN.

2. Opini BPK terhadap laporan keuangan BKN.

3. Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi. 4. Persentase pemenuhan sarana

operasional kantor sesuai standar. 5. Indeks kepuasan publik terhadap

ketersediaan layanan informasi BKN.

VIII Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana kantor.

1. Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor yang tersedia.

2. Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana.

C

C

.

.

P

P

e

e

n

n

e

e

t

t

a

a

p

p

a

a

n

n

K

K

i

i

n

n

e

e

r

r

j

j

a

a

B

B

K

K

N

N

T

T

a

a

h

h

u

u

n

n

2

2

0

0

1

1

2

2

Penetapan kinerja atau perjanjian kinerja ditetapkan untuk dijadikan sebagai tolok ukur pengukuran capaian kinerja. Badan Kepegawaian Negara menyusun penetapan kinerja tahun 2012 berdasarkan hasil pembahasan dengan seluruh unit kerja di lingkungan Badan Kepegawaian Negara. Target capaian kinerja tahun 2012 Badan Kepegawaian Negara dapat dilihat pada tabel 2.2.

(23)

Tabel 2.2

Penetapan Kinerja BKN Tahun 2012

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target

I Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian.

1. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya. 2. Persentase instansi pemerintah

yang menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya.

3. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karier kepegawaian di lingkungannya. 4. Persentase instansi pemerintah

yang menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai NSP.

30%

10%

14%

30%

II Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal.

1. Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem rekrutmen dan promosi dengan menggunakan alat bantu computer (CAT).

2. Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis kepegawaian.

20 Instansi

150 analis

III Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan

kepegawaian.

1. Jumlah rumusan peraturan perundang-undangan yang diselesaikan.

11 naskah

IV Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi.

1. Indeks kepuasan instansi/ PNS

terhadap pelayanan

kepegawaian.

79 (Baik)

V Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi.

1. Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan data pokok pegawai.

(24)

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target 2. Persentase Instansi Pemerintah

yang telah terintegrasi dengan sistem aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK).

3. Persentase instansi/ stakeholders yang telah menggunakan sistem KPE.

100%

75%

VI Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian kepegawaian.

1. Persentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian.

30%

VII Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber daya, serta pengelolaan administrasi.

1. Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN. 2. Opini BPK terhadap laporan

keuangan BKN.

3. Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi. 4. Persentase pemenuhan sarana

operasional kantor sesuai standar.

5. Indeks kepuasan publik terhadap ketersediaan layanan informasi BKN. B WTP 60% 100% Baik

VIII Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana kantor.

1. Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor yang tersedia.

2. Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana.

Baik

(25)
(26)

B

B

A

A

B

B

I

I

I

I

I

I

A

A

K

K

U

U

N

N

T

T

A

A

B

B

I

I

L

L

I

I

T

T

A

A

S

S

K

K

I

I

N

N

E

E

R

R

J

J

A

A

T

T

A

A

H

H

U

U

N

N

2

2

0

0

1

1

2

2

A

A

.

.

P

P

e

e

n

n

g

g

u

u

a

a

t

t

a

a

n

n

I

I

m

m

p

p

l

l

e

e

m

m

e

e

n

n

t

t

a

a

s

s

i

i

S

S

A

A

K

K

I

I

P

P

B

B

K

K

N

N

T

T

a

a

h

h

u

u

n

n

2

2

0

0

1

1

2

2

Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) merupakan penerapan manajemen kinerja pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan penerapan reformasi birokrasi yang berorientasi pada pencapaian outcomes dan upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Badan Kepegawaian Negara berkomitmen untuk mewujudkan akuntabilitas kinerja di lingkungannya melalui upaya penguatan terhadap implementasi SAKIP BKN. Upaya yang dilakukan oleh BKN dalam rangka penguatan implementasi SAKIP di tahun 2012 adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan kualitas rencana strategis di lingkungan BKN melalui

penyempurnaan atau perbaikan terhadap rencana strategis BKN dengan merevisi rencana strategis BKN tahun 2010-2014 yang meliputi revisi terhadap visi, misi, tujuan, sasaran strategis, dan indikator kinerja

utama. Revisi terhadap rencana strategis BKN tahun 2010-2014 disusun dengan melibatkan seluruh unit kerja di lingkungan BKN. Revisi rencana strategis BKN diarahkan pada upaya untuk memacu peningkatan kinerja seluruh unit kerja serta memperhatikan pemenuhan terhadap harapan seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) BKN.

2) Perbaikan terhadap indikator kinerja utama (IKU) seluruh unit kerja di lingkungan BKN dan meningkatkan pemahaman unit kerja terhadap pentingnya menetapkan indikator kinerja utama secara tepat agar dapat menjadi tolok ukur keberhasilan dan pencapaian kinerja unit kerja.

3) Menyusun Penetapan Kinerja BKN yang diarahkan pada hasil yang ingin

(27)

dengan seluruh unit kerja di lingkungan BKN dengan menekankan pada upaya peningkatan kinerja dan pencapaian terhadap target kinerja yang telah ditetapkan oleh unit kerja. Perhatian serius Badan Kepegawaian Negara terhadap kualitas penyusunan penetapan kinerja seluruh unit

kerja di lingkungannya ditunjukkan dengan dilakukannya

penandatanganan secara serentak penetapan kinerja atau perjanjian kinerja tahun 2013 seluruh unit kerja di lingkungan BKN pada tanggal 7 Januari 2013.

4) Membangun aplikasi Sistem Informasi Akuntabilitas Kinerja Badan

Kepegawaian Negara (SIAK BKN) yang digunakan untuk mengendalikan dan memantau capaian kinerja dan realisasi anggaran secara berkala seluruh unit kerja di lingkungan BKN dan dipantau langsung oleh seluruh pimpinan di BKN. Aplikasi SIAK BKN dibangun dengan menggunakan aplikasi berbasis web yang berjalan di jalur internet sehingga dapat diakses dimanapun dan kapanpun menggunakan peralatan komputer atau perangkat mobile yang terhubung dengan jaringan internet. SIAK BKN dapat diakses melalui alamat: www.birorenkal-bkn.com/siak.

Gambar 3.1 Aplikasi Sistem Informasi Akuntabilitas Kinerja Badan Kepegawaian Negara (SIAK BKN)

5) Mendorong seluruh unit kerja untuk memanfaatkan LAKIP, baik di

(28)

menjadi bahan evaluasi dan perbaikan perencanaan ke depannya sehingga dapat terwujud kinerja yang optimal seluruh unit kerja di lingkungan BKN.

6) Menerapkan Sistem Penilaian Prestasi Kerja PNS berdasarkan PP Nomor

46 Tahun 2011 dengan mewajibkan seluruh PNS di lingkungan BKN untuk menyusun Sasaran Kerja Pegawai (SKP) yang mengacu pada penetapan kinerja/ kontrak kinerja unit kerja yang telah ditetapkan.

7) Melakukan evaluasi terhadap indikator kinerja seluruh unit kerja di

lingkungan BKN, baik ditingkat lembaga maupun unit kerja agar lebih relevan, menggambarkan hasil, dan dapat diukur secara obyektif serta menyelaraskan antara indikator kinerja lembaga dengan unit kerja dibawahnya melalui evaluasi terhadap indikator kinerja yang ada, mengganti beberapa indikator kinerja yang kurang relevan, dan menetapkan indikator kinerja baru yang lebih menggambarkan hasil dan terukur.

8) Mendorong peningkatan kualitas evaluasi akuntabilitas kinerja di

lingkungan BKN yang dilaksanakan oleh Inspektorat BKN selaku pengawas internal dan menyusun pedoman evaluasi kinerja di lingkungan BKN untuk digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan evaluasi kinerja sehingga dapat terwujud evaluasi kinerja yang berkualitas.

9) Meningkatkan kapasitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan

manajemen kinerja melalui kegiatan kursus dan pelatihan manajemen strategis dan pengenalan metode Balance Score Card untuk meningkatkan kualitas perencanaan kinerja di lingkungan BKN.

B

B

.

.

P

P

e

e

n

n

g

g

u

u

k

k

u

u

r

r

a

a

n

n

C

C

a

a

p

p

a

a

i

i

a

a

n

n

K

K

i

i

n

n

e

e

r

r

j

j

a

a

T

T

a

a

h

h

u

u

n

n

2

2

0

0

1

1

2

2

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Negara di tahun 2012, maka diperoleh capaian kinerja sebagaimana pada tabel 3.1 berikut ini.

(29)

Tabel 3.1

Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2012

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % I Meningkatkan efektifitas

sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian. 1. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya. 2. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya. 3. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karier kepegawaian di lingkungannya. 4. Persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai NSP. 30% 10% 14% 30% 40% 8,67% 13,22% 32,67% 133% 87% 94% 109% II Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal.

1. Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem rekrutmen dan promosi dengan menggunakan alat bantu computer (CAT). 2. Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis kepegawaian. 20 instansi 150 analis 59 instansi 348 analis 393% 232%

III Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan kepegawaian. 1. Jumlah rumusan peraturan perundang-undangan yang diselesaikan. 11 naskah 27 naskah 245%

(30)

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % IV Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi. 1. Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap pelayanan kepegawaian. 79 (Baik) 80,94 (Baik) 102% V Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi.

1. Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan data pokok pegawai. 2. Persentase Instansi

Pemerintah yang telah terintegrasi dengan sistem aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK).

3. Persentase instansi/ stakeholders yang telah menggunakan sistem KPE. 75% 100% 75% 75% 98,39% 83,14% 100% 98,4% 110,8% VI Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian kepegawaian. 1. Persentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian. 30% 31,8% 106%

VII Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber daya, serta pengelolaan administrasi.

1. Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN.

2. Opini BPK terhadap laporan keuangan BKN. 3. Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi. 4. Persentase pemenuhan

sarana operasional kantor sesuai standar. 5. Indeks kepuasan publik

terhadap ketersediaan layanan informasi BKN. B WTP 60% 100% Baik 54,59 (CC) WTP 60% 100% Baik 84% 100% 100% 100% 100%

(31)

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % VIII Meningkatkan pemenuhan

standar dan mutu sarana prasarana kantor.

1. Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor yang tersedia. 2. Persentase pemenuhan

standar sarana dan prasarana. Baik 70% Baik 70% 100% 100%

C

C

.

.

A

A

n

n

a

a

l

l

i

i

s

s

i

i

s

s

P

P

e

e

n

n

c

c

a

a

p

p

a

a

i

i

a

a

n

n

K

K

i

i

n

n

e

e

r

r

j

j

a

a

Indikator keberhasilan dan capaian kinerja terkait pencapaian sasaran

meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan

kepegawaian dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel 3.2

Capaian Kinerja Sasaran I

Sasaran I : Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian.

Indikator Kinerja Utama (IKU)

2010 2011 2012

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

1. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya. NA NA NA NA 30% 40% 2. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya. 5% 6,10% 10% 7,33% 10% 8,67%

Sasaran I : Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian.

(32)

Sasaran I : Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian.

Indikator Kinerja Utama (IKU)

2010 2011 2012

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

3. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karier kepegawaian di lingkungannya. 10% 10,4% 12% 11,24% 14% 13,2% 4. Persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai NSP. 20% 18,40% 25% 26,60% 30% 32,67%

a

a

.

.

P

P

e

e

r

r

s

s

e

e

n

n

t

t

a

a

s

s

e

e

i

i

n

n

s

s

t

t

a

a

n

n

s

s

i

i

p

p

e

e

m

m

e

e

r

r

i

i

n

n

t

t

a

a

h

h

y

y

a

a

n

n

g

g

m

m

e

e

n

n

e

e

r

r

a

a

p

p

k

k

a

a

n

n

k

k

e

e

b

b

i

i

j

j

a

a

k

k

a

a

n

n

p

p

e

e

n

n

a

a

t

t

a

a

a

a

n

n

k

k

e

e

p

p

e

e

g

g

a

a

w

w

a

a

i

i

a

a

n

n

(

(

r

r

i

i

g

g

h

h

t

t

s

s

i

i

z

z

i

i

n

n

g

g

)

)

d

d

i

i

l

l

i

i

n

n

g

g

k

k

u

u

n

n

g

g

a

a

n

n

n

n

y

y

a

a

.

.

Indikator kinerja persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya digunakan untuk mengukur berapa banyak instansi pemerintah baik pusat dan daerah yang telah melaksanakan penataan kepegawaian.

(33)

Tahun 2012 BKN menargetkan sebanyak 30% instansi pemerintah yang berjumlah saat ini sebanyak 607 instansi baik pusat maupun daerah melaksanakan penataan kepegawaian. Dari target yang ditetapkan tersebut, BKN dapat melebihi target dengan capaian sebesar 40% instansi atau sebanyak 240 instansi.

Berdasarkan data tahun sebelumnya, di tahun 2010 dan 2011 BKN masih dalam tahap persiapan penyusunan pedoman penataan kepegawaian. Oleh karena itu di tahun tersebut belum ada instansi yang melaksanakan kegiatan penataan pegawai.

Dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi dan

mengoptimalkan kinerja PNS serta efisiensi anggaran belanja pegawai yang telah ada, maka perlu dilakukan penataan organisasi dan penataan PNS (rightsizing). Hal tersebut sesuai dengan kebijakan pemerintah

melalui pemberlakuan Peraturan Bersama Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Keuangan tentang Penundaan Sementara Penerimaan Calon PNS, dimana dalam masa penundaan sementara tersebut (1 September 2011 sampai dengan 31 Desember 2012), setiap Instansi Pemerintah (Pusat dan Daerah) diwajibkan melakukan penghitungan jumlah kebutuhan PNS yang tepat berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja, dan evaluasi jabatan. Selain itu, masing-masing instansi pemerintah juga diwajibkan melakukan distribusi pegawai dan menyusun proyeksi kebutuhan PNS selama lima tahun ke depan yang pemenuhannya dilakukan secara berkesinambungan dengan sasaran prioritas per tahun yang jelas sesuai dengan kemampuan keuangan negara dan hasilnya disampaikan paling lambat 30 Juni 2012.

Sebagai tindak lanjut dari implementasi kebijakan tersebut, pada tahap awal Badan Kepegawaian Negara secara fungsional melakukan upaya-upaya persiapan, yakni dengan menyiapkan kompetensi seluruh jajaran instansi pemerintah, khususnya pejabat pengelola kepegawaian dan organisasi serta tata laksana agar memiliki keahlian dan

(34)

keterampilan dalam pelaksanaan penataan dan pemetaan kebutuhan PNS di lingkungan masing-masing. Dengan pertimbangan dasar tersebut maka Badan Kepegawaian Negara perlu menyelenggarakan Pelatihan (workshop) Analisis Jabatan, Analisis Beban Kerja, dan Evaluasi Jabatan pada setiap instansi pemerintah. Dengan demikian, diharapkan masing-masing instansi pemerintah dapat melakukan penataan dan pemetaan kebutuhan PNS secara efektif dan efisien berbasis kebutuhan riil dalam kerangka reformasi birokrasi.

Badan Kepegawaian Negara secara fungsional menyelenggarakan Pelatihan (workshop) Analisis Jabatan, Analisis Beban Kerja, dan Evaluasi Jabatan yang diikuti oleh PNS instansi pusat dan daerah. Workshop diselenggarakan sebanyak 25 angkatan telah menghasilkan alumni sebanyak 4.241 orang yang dididik oleh para fasilitator kepegawaian di BKN.

Gambar 3.2 Fasilitator Membimbing Peserta Dalam Praktek Pembuatan Analisis Jabatan Pada Pelatihan (Workshop) Analisis Jabatan, Analisis Beban

Kerja, Dan Evaluasi Jabatan di Kupang, NTT.

Diselenggarakannya workshop nasional berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 26 Tahun 2012 tentang Pedoman Penghitungan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil untuk daerah

(35)

bertujuan agar instansi dapat melakukan penghitungan kebutuhan pegawai dengan tepat dan cepat (quick count). Dengan diberlakukannya kebijakan moratorium CPNS dan lebih selektifnya pertimbangan tambahan formasi CPNS, maka hal tersebut di atas berdampak pada menurunnya jumlah Pegawai Negeri Sipil yang semula berjumlah 4.646.351 (Oktober 2012) menjadi 4.459.082 (Desember 2012) sehingga berkurang 187.269 (4.03%).

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan Workshop Penataan PNS sebagaimana yang dijelaskan di atas, setiap Instansi Pemerintah telah menyampaikan Laporan Hasil Penghitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil beserta kelengkapannya sebagaimana tersaji pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang telah menyampaikan Laporan Hasil Penghitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil beserta

kelengkapannya. (Data Desember 2012)

INSTANSI

KELENGKAPAN DOKUMEN

HASIL PENGHITUNGAN KEBUTUHAN PEGAWAI

ANALISIS JABATAN ANALISIS BEBAN KERJA PETA JABATAN RENCANA REDISTRIBUSI PEGAWAI PROYEKSI KEBUTUHAN PEGAWAI LIMA TAHUN Pusat 51 50 41 25 42 Daerah 377 364 360 215 315 JUMLAH SELURUHNYA 428 414 401 240 357

Tabel tersebut menunjukkan bahwa dengan terselenggaranya workshop analisis jabatan dan analisis beban kerja secara nasional, instansi pemerintah dapat menyampaikan kelengkapan dokumen hasil penghitungan kebutuhan pegawai. Hal tersebut mencerminkan terjadinya peningkatan kemampuan SDM instansi yang bersangkutan dalam menyerap materi selama workshop dan mampu menyusun

(36)

dokumen dimaksud. Dari 76 Instansi Pusat yang sudah menyampaikan laporan hasil penghitungan jumlah kebutuhan pegawai adalah sebanyak 61 instansi, sedangkan yang telah dilakukan verifikasi berdasarkan data bezetting yang ada dari berbagai sumber sebanyak 76 instansi.

Gambar 3.3 Penyerahan Sertifikat Oleh Sekretaris Utama BKN Kepada Peserta Pelatihan (Workshop) Analisis Jabatan, Analisis Beban Kerja, dan Evaluasi Jabatan

dari Provinsi Papua di Kantor Regional IX BKN Jayapura.

Penataan PNS merupakan isu penting yang sejak lama telah menjadi bahan pemikiran pemerintah, akan tetapi belum dilaksanakan secara optimal karena berbagai kendala di lapangan. Sehubungan dengan itu, Badan Kepegawaian Negara telah melaksanakan kegiatan pilot project (percontohan), yaitu sebuah kegiatan proyek percontohan pelaksanaan penataan PNS terhadap instansi pusat dan daerah yang hasilnya dapat digunakan oleh instansi pemerintah lainnya untuk melaksanakan penataan PNS.

Pilot Project penataan PNS dilakukan melalui tahapan persiapan mencakup rasionalisasi kuantitas, analisis kesenjangan kualitas pegawai dan komposisi PNS. Tahapan selanjutnya yaitu pelaksanaan penataan PNS sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor

(37)

37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan PNS, maka Kegiatan Pilot Project penataan PNS dilaksanakan dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut :

1) Menyusun Analisis Jabatan.

2) Menghitung Kebutuhan Pegawai.

3) Menyusun Analisis Kesenjangan Antara Syarat Jabatan dengan Profil

Pegawai.

4) Menyusun Rekomendasi Penataan PNS.

Tahap selanjutnya dilakukan analisis data yang kemudian hasilnya rekomendasi redistribusi/reposisi PNS dari unit organisasi yang kelebihan pegawai ke unit organisasi yang kekurangan pegawai sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.

Tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah sebagai berikut :

a) Untuk mendukung percepatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi,

b) Untuk mengetahui jumlah kebutuhan PNS yang tepat baik kuantitas,

kualitas, distribusi maupun komposisi,

c) Sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan dan menetapkan

formasi yang dibutuhan kedepan.

Hasil dari kegiatan ini nantinya dapat digunakan sebagai :

a) Rujukan/Acuan bagi instansi lain dalam melaksanakan Penataan

PNS,

b) Bahan untuk menentukan kebijakan perencanaan pegawai,

c) Ketersediaan jumlah dan kualitas pegawai yang tepat dalam

melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan secara efektif dan efisien.

(38)

Penataan PNS dilaksanakan pada Instansi Pusat, yaitu

a) Badan Kepegawaian Negara,

b) Arsip Nasional RI,

Sedangkan pada Instansi Daerah, yaitu

a) Provinsi Kalimantan Selatan,

b) Kabupaten Sidoarjo, dan

c) Kota Palembang.

Penataan PNS yang dilaksanakan mencakup Penataan untuk jabatan Struktural dan Fungsional kecuali tenaga Guru dan tenaga Kesehatan.

Melalui upaya monitoring dan evaluasi kegiatan penataan PNS pada instansi pusat dan daerah yang menjadi lokus pilot project tersebut diharapkan dapat meningkatkan manfaat dalam hal tersedianya mutu dan kualitas PNS yang memadai sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi (rightsizing). Disamping hal tersebut, dapat mengoptimalkan kinerja nyata organisasi dalam pelayanan publik sehingga tersedianya mutu dan kualitas PNS yang tepat akan dapat menjamin kesejahteraan PNS sekaligus efisiensi anggaran belanja pegawai.

b

b

.

.

P

P

e

e

r

r

s

s

e

e

n

n

t

t

a

a

s

s

e

e

i

i

n

n

s

s

t

t

a

a

n

n

s

s

i

i

p

p

e

e

m

m

e

e

r

r

i

i

n

n

t

t

a

a

h

h

y

y

a

a

n

n

g

g

m

m

e

e

n

n

e

e

r

r

a

a

p

p

k

k

a

a

n

n

s

(39)

Indikator kinerja persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya digunakan untuk mengukur jumlah instansi pemerintah yang sudah menyusun dan menerapkan standar kompetensi. Tahun 2012 BKN menargetkan sebanyak 10% instansi dari sebanyak 607 instansi pusat dan daerah yang ada. Dari target yang ditetapkan tersebut, BKN dapat mencapai sebesar 8,67% atau sebanyak 52 instansi.

Berdasarkan data tahun sebelumnya, instansi yang telah melaksanakan standar kompetensi jabatan pada tahun 2010 adalah 38 instansi atau 6,1% yang meningkat menjadi 44 instansi atau 7,33% pada tahun 2011. Dengan demikian, terdapat peningkatan jumlah instansi yang telah melaksanakan standar kompetensi jabatan dari tahun 2010 sampai dengan 2012 yang ditunjukkan pada grafik 3.2 di atas.

BKN di tahun 2012 menargetkan pencapaian indikator kinerja persentase instansi pemerintah yang telah menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya sebesar 10%, hal ini dianggap realistis untuk kondisi saat ini dimana semangat perubahan masih terbatas pada instansi pemerintah pusat saja sementara di daerah lebih fokus pada urusan otonomi daerah khususnya perihal pemekaran wilayah.

Pada tahun 2011 telah ada 44 instansi atau sekitar 7,33% instansi yang menerapkan standar kompetensi, dan tahun 2012 dari hasil kegiatan piloting penyusunan standar kompetensi teknis terdapat penambahan 8 instansi pemerintah yang telah menerapkan standar kompetensi di lingkungannya. Dengan demikian, dari 600 instansi pemerintah yang ada, sebanyak 8,67% instansi pemerintah yang telah menerapkan standar kompetensi. Dari data tersebut diketahui ada sekitar 548 instansi yang belum menerapkan standar kompetensi di lingkungannya.

Beberapa kendala yang dihadapi diantaranya yaitu pengenalan kompetensi dikalangan instansi pemerintah selama ini hanya terbatas pada kompetensi manajerial/struktural saja, padahal selain kompetensi

(40)

tersebut telah ada standar kompetensi teknis/ kerja sehingga perlu sosialisasi yang lebih intensif lagi terhadap standar kompetensi manajerial maupun kompetensi teknis/ kerja tersebut di lingkungan instansi pusat maupun daerah. Kendala lain, belum teralokasi dana/anggaran BKN yang dikhususkan untuk kegiatan memfasilitasi standar kompetensi jabatan untuk instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah, termasuk masih terbatasnya jumlah pegawai yang memiliki kualifikasi sebagai fasilitator kompetensi yang mengakibatkan capaian tersebut belum sesuai harapan.

Untuk mendukung pencapaian indikator kinerja, maka di tahun 2012 telah dilakukan beberapa kegiatan yaitu:

1) Kegiatan 1: Penyusunan Kamus Jabatan Fungsional Umum PNS.

Jabatan fungsional umum sebagai salah satu komponen dalam struktur organnisasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan organisasi baik dari aspek kuantitas maupun kualitas pegawai yang menduduki jabatan tersebut. Untuk mempermudah pengelolaan manajemen kepegawaian hendaknya setiap jabatan fungsional umum didukung dengan informasi jabatan yang meliputi nama jabatan, uraian jabatan, syarat/ kualifikasi jabatan, standar kompetensi jabatan, dan nilai bobot jabatan.

Keanekaragaman jabatan fungsional umum sering menjadi hambatan dalam penyusunan informasi jabatan terutama dalam penentuan syarat jabatan atau kualifikasi jabatan, selain itu sering dijumpai nama jabatan atau nomenklatur yang kurang relevan dengan tugas pokok dan fungsi jabatan yang bersangkutan.

Terkait hal tersebut, dalam rangka mendukung pengelolaan manajemen kepegawaian secara nasional, maka BKN melakukan penyusunan Kamus Jabatan Fungsional Umum PNS yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi instansi baik pusat maupun daerah dalam memberikan nama jabatan fungsional umum di lingkungannya.

(41)

2) Kegiatan 2: Penyusunan Standar Kompetensi Sosial PNS.

Tuntutan profesionalisme PNS dalam pelaksanaan tugas tidak terbatas pada kecerdasan berpikir (IQ) saja, akan tetapi juga dibutuhkan kemampuan dalam merefleksikan hubungan interpersonal seseorang dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya serta memberikan pengaruh kepada orang lain dalam mencapai tujuan tertentu yang disesuaikan dengan konteks sosial budaya, lingkungan dan situasi yang dihadapi, dirumuskan menjadi suatu kompetensi yaitu kompetensi sosial sehingga hal ini akan melengkapi jenis/ragam kompetensi yang telah ada sebelumnya.

Terkait hal tersebut, BKN mempersiapkan rumusan tentang kompetensi sosial PNS yang bertujuan untuk mengatur jenis kompetensi sosial yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas PNS.

3) Kegiatan 3: Perumusan Jabatan Fungsional Tertentu Analis Jabatan.

Dalam pelaksanaan reformasi birokrasi yang meliputi perubahan pada 3 area yaitu: penguatan organisasi, penataan tata laksana, dan penataan sistem manajemen SDM Aparatur, tidak dapat terlepas pada suatu entitas yang disebut dengan jabatan. Dalam rangka penataan jabatan tersebut sangat dibutuhkan personil dengan kualifikasi yang cukup memadai untuk mendukung pelaksanaan penataan jabatan yang mencakup tugas analisis jabatan, analisis organisasi, analisis beban Kerja, evaluasi jabatan, perumusan standar kompetensi (Teknis dan Manajerial), serta kegiatan lain yang berada pada area penataan dan penguatan organisasi dan ketata laksanaan. Momen penting yang terkait dengan hal tersebut yaitu telah dilakukannya Workshop Nasional yang telah menghasilkan 2.141 pegawai yang diharapkan dapat menduduki Jabatan Fungsional Analis Jabatan yang mempunyai tugas sebagaimana tersebut di atas.

Terkait hal tersebut, BKN telah merumuskan rancangan peraturan tentang jabatan fungsional “Analis Jabatan”. Tujuan dari pelaksanaan

Gambar

Gambar 3.1 Aplikasi Sistem Informasi Akuntabilitas   Kinerja Badan Kepegawaian Negara (SIAK BKN)
Gambar 3.2 Fasilitator Membimbing Peserta Dalam Praktek Pembuatan  Analisis Jabatan Pada Pelatihan (Workshop) Analisis Jabatan, Analisis Beban
Gambar 3.3 Penyerahan Sertifikat Oleh Sekretaris Utama BKN Kepada Peserta  Pelatihan (Workshop) Analisis Jabatan, Analisis Beban Kerja, dan Evaluasi Jabatan
Gambar 3.4  Acara pembukaan  piloting  Standar Kompetensi Kerja/Teknis  PNS di Lingkungan Pemerintah Prov
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Penataan kembali sumber daya manusia aparatur sesuai kebutuhan akan jumlah dan kompetensi, serta perbaikan distribusi pegawai negeri sipil (PNS). b) Penyempurnaan

Bagaimana implementasi public health regulation setelah pemerintah daerah melaksanakan kebijakan penataan pedagang makanan kaki lima di Pusat Kuliner Pratistha Harsa

Bagi manajemen RSU Bethesda Lempuyangwangi Yogyakarta diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam evaluasi kualitas pelayanan serta melakukan perencanaan

Bagi instansi atau pemerintah terkait, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan instansi atau pemerintah

Melalui pembelajaran cooperative learning model snowball throwing diharapkan siswa dapat memahami materi yang sulit pada konsep daur air dapat digunakan untuk mengetahui

(2) Penelitian monitoring dan evaluasi penerapan capaian mutu periode pemeliharaan konstruksi jalan memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya, dalam hal sebagai berikut:

Hasil pengaduan keliling (mobile complaint) pelayanan publik Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Telaah dan Informasi Regional/PATTIRO Surakarta Tahun 2012-2013 kepada

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat kecemasan bertanding atlet, khususnya bagi atlet Taekwondo yang tergabung dalam Taekwondo Dojang/Klub