• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN : Volume 02 No. 01 Januari-Juni Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Al- Qur an Melalui Metode Resitasi Pada Tingkat Mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN : Volume 02 No. 01 Januari-Juni Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Al- Qur an Melalui Metode Resitasi Pada Tingkat Mahasiswa"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN : 2620-6692

Volume 02 No. 01 Januari-Juni 2019

120

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan , STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Al- Qur’an Melalui Metode

Resitasi Pada Tingkat Mahasiswa

Kusumawati

Universitas Pamulang Jl Surya Kencana no : 1 Pamulang_ Tangerang Selatan_Banten Email : dosen01871@gmail.com

Abstract. This paper is classroom action research conducted at the University of Pamulang. The study

population is the first semester students of underdegree 2018/2019. The instrument used is the KKM pre test data (minimum completeness criteria), observation sheet. The indicators are Qiroat, imlak, tarjamah and tahfidz. Subjects of research was Learning Improvement with 34 students, who have different learning abilities. The students need more work because it requires recitation method on assignments to read and understand the Qur'an. This research was conducted on four activities, namely planning, action, observation and reflection. Before the implementation of class actions there were 76.47% of students had not yet reached KKM (Minimum Completion Criteria). After doing recitation method the ability of studetns to read and understand the Qur'an could improve. That can be seen from the score for everage cathegory is 85.27% and good category is 14.7%, and no students in poor category . The table show improvement in the number of students who are capable of Qiro'at as much as 58.82% or 20 people, and 35.29% or 12 people reaching good and very good levels. Likewise the ability of students in terms of imlak, tarjamah and tahfidz, as well as their understanding of the material in QS. Al-Baqarah: 285, QS.an-Nahl verses 49-50 and QS.al-Anbiya verse 26. The score for imlak is 52.94%, with a score of 50%, tahfidz 332.35%. the result shows everage, good and very good category .

Key Words: recitation, imlak, tarjamah, tahfidz

PENDAHULUAN

Al-Qur’an merupakan wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW terkait erat dengan kondisi aktual ketika berada di Mekkah maupun ketika umat Islam hijrah ke Madinah. Substansi yang terkandung dalam Al-Qur’an tetap relevan sepanjang zaman, sebagai sumber utama ajaran Islam serta memiliki autentisitas tak terbantahkan dan tetap terpelihara serta terjaga dari segala macam perubahan dan upaya campur tangan manusia yang dapat merusak kemurniannya. Al – Qur’an kitab suci terakhir dan paling sempurna serta memiliki posisi yang tinggi dalam ajaran syariat Islam, karena merupakan reperesentasi firman Allah SWT sebagaimana yang diwhayukan kepada nabi Muhammad SAW. Definisi Al-Qur’an menurut Subhi al-Salih adalah firman Allah yang berfungsi sebagai mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang

tertulis di dalam mushaf-mushaf, diriwayatkan dengan jalan mutawatir, dan yang membacanya dipandang ibadah (Zuhdi, 2001:1). Definisi tersebut mengartikan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab suci yang dijadikan sebagai pegangan hidup umat Islam sedunia yang diturunkan kepada Rasulullah SAW untuk seluruh umat manusia. Ia juga mengajarkan kepada manusia tentang akidah tauhid. Di samping itu, Al-Qur’an juga mengajarkan manusia cara beribadah kepada Allah untuk membersihkan sekaligus menunjukkan kepada manusia di mana letak kebaikan dalam kehidupan pribadi dan kemasyarakatannya (Makhdlori, 2008:15). Maka untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat, setiap umat Islam harus berusaha belajar dan memahami Al-Qur’an.

(2)

ISSN : 2620-6692

Volume 02 No. 01 Januari-Juni 2019

121

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan , STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

Selain sebagai kitab suci juga sekaligus merupakan pedoman hidup, Al – Qur’an juga sebagai sumber ketenangan jiwa serta membaca dan mengamalkannya akan mendapat Rahmat dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 8 Artinya : Dan kami turunkan dalam Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Qs. Al-Isra’ :82. Departemen Agama RI, 2007:290). Pembelajaran Al-Qur’an bisa dilakukan diberbagai tempat, misalnya di rumah, di Kampus, mushola, masjid, pondok pesantren, dan sebagainya. Lingkungan pertama untuk mendapatkan pengajaran Al-Qur’an adalah keluarga. Idealnya mahasiswa pada saat mereka ditingkat menengah ke atas dan sederajatnya sudah bisa membaca Al-Qur’an. Maka sebelum memahami ayat Al-Qur’an, mahasiswa harus dapat membaca Al-Qur’an terlebih dahulu. Akan tetapi masih didapati beberapa mahasiswa yang belum bisa membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah – kaidah bacaan. Keluhan tersebut disebabkan karena masih ada mahasiswa yang belum mampu membaca dan memahami Al-Qur’an. Ketidak mampuan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai factor, antara lain ialah lingkungan pendidikan agama di masyarakat yang kurang mendukung, faktor pendidikan agama dalam keluarga, atau bisa juga karena faktor internal diri mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa berasal dari latar belakang pendidikan agama keluarga yang berbeda-beda.

Jika seseorang hidup dalam keluarga yang memperhatikan dan mendukung dalam pendidikan agamanya maka orang tua akan membiasakan dan mengajarkan anaknya mengaji dari kecil. Dalam memahami materi setiap Mahasiswa memiliki kemampuan yang tidak sama, ada Mahasiswa yang mudah menghafal dan memahami huruf hijaiyah, namun ada juga Mahasiswa yang kesulitan dalam memahami huruf hijaiyah, kadang bingung dengan huruf yang mirip. Mahasiswa yang sudah bisa membaca Al-Qur’an pun bisa saja kesulitan jika tidak dibaca secara rutin. Hal ini terjadi karena jika seseorang sudah bisa namun tidak dibaca secara rutin maka akan lupa bacaannya. Dalam kegiatan belajar membaca dan memahami Al-Qur’an tidak selalu lancar sesuai dengan yang diharapkan, maka peneliti mengajukan sebuah metode resitasi (pembelajaran tugas) dalam proses belajar mengajar pada mata kuliah pendidikan agama, cara yang digunakan adalah penyajian materi pelajaran dengan memberi tugas kepada mahasiswa untuk melakukan kegiatan tertentu dan dipertanggungjawabkan pada saat evaluasi. Metode resitasi tersebut diupayakan pula untuk mengurangi kesulitan dan hambatan mahasiswa dalam belajar. Kesulitan yang dihadapi Mahasiswa dalam membaca Al-Qur’an misalnya masih belum lancar membaca, belum mampu mempraktikan bacaan tajwidnya, terkadang bacaan yang harus dibaca panjang dibaca pendek dan sebaliknya. Mahasiswa juga sering melakukan kesalahan di hukum bacaan yang seharusnya dibaca dengung malah dibaca tidak

(3)

ISSN : 2620-6692

Volume 02 No. 01 Januari-Juni 2019

122

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan , STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

dengung dan sebaliknya. Masalah yang timbul adalah Masih terdapat banyak Mahasiswa yang belum bisa membaca dan memahami Al-Qur’an, dan sedikit Mahasiswa yang sudah bisa namun bacaannya belum lancar dan belum mampu menerapkan bacaan sesuai dengan ilmu tajwid. Dari observasi yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan informasi bahwa pada pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan mahasiswa yang berjumlah 34, hanya 23.52% atau 8 Mahasiswa yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan 76.47% yang belum tercapai. Berarti masih banyak Mahasiswa yang belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu dengan nilai 75. Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, maka peneliti menarik rumusan masalah yaitu: Apakah metode resitasi dapat meningkatkan kemampuan membaca dan memahami Al-Qur'an pada Mahasiswa Tahun Ajaran 2018/2019?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa metode resitasi dapat meningkatkan kemampuan membaca dan memahami Al-Qur'an pada Mahasiswa Universitas Pamulang Tahun Ajaran 2018/2019. a. Pemahaman Membaca Al-Qur’an

Membaca hakekatnya adalah proses komunikasi antara pembaca dengan penulis melalui teks yang ditulisnya, maka secara langsung di dalamnya ada hubungan kognitif antara bahasa lisan dengan bahasa tulis. Kegiatan membaca melibatkan tiga unsur, yaitu makna sebagai unsur isi bacaan, kata sebagai unsur yang membawa makna, dan simbol tertulis sebagai unsur visual. Dalam makna

yang lebih luas, membaca tidak hanya terpaku kepada kegiatan melafalkan dan memahami makna bacaan dengan baik, yang hanya melibatkan unsur kognitif dan psikomotorik, namun lebih dari itu menyangkut penjiwaan atas isi bacaan (Hermawan, 2011:143).

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa membaca adalah Melihat serta memahani isi dari apa yang tertulis Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007:83. Dengan kata lain membaca berarti berbuat atau melakukan sesuatu pekerjaan atau kegiatan atau perbuatan seseorang yang dilakukan untuk memperoleh pesan atau informasi yang berbentuk teks atau tulisan. Sedangkan Al-Qur’an secara bahasa berasal dari kata Arab yaitu qara’a- yaqra’u-qira’atan-qur’anan, yang berarti bacaan atau hal membaca. (Yunus, 2011:79). Sedangkan secara terminologi, para ahli mengemukakan pengertian yang berbeda-beda. Seperti pendapat Imam Fathlur Razi dan Syeikh Mahmud Syaltut, menyatakan: Al-Qur’an adalah lafal Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang diturunkan kepada kita secara mutawattir. Sedangkan Abdul Wahab Khallaf, mendefinisikan Al-Qur’an dengan: Kalam Allah yang diturunkan melalui perantaraan malaikat Jibril (Ar-Ruh Al-Amin) ke dalam hati Rasulullah saw dengan menggunakan bahasa Arab serta makna-makna yang benar untuk dijadikan hujjah (argumentasi) dalam pengakuannya sebagai Rasul dan dijadikan sebagai dustur (undang-undang) bagi seluruh umat manusia, dimana mereka mendapatkan

(4)

ISSN : 2620-6692

Volume 02 No. 01 Januari-Juni 2019

123

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan , STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

petunjuk dari pada-Nya disamping merupakan amal ibadah bagi kaum Muslimin yang membacanya. (Jumantoro, 2009:8).

Lebih lanjut Totok Jumantoro menyimpulkan pengertian Al-Qur’an sebagai berikut: Wahyu atau firman Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantara malaikat Jibril, atau dengan cara lain, dengan menggunakan bahasa Arab untuk pedoman dan petunjuk bagi manusia, dan merupakan mukjizat Nabi Muhammad saw yang terbesar, yang diterima oleh umat Islam secara mutawattir, dan dinilai ibadah bagi orang yang yang membacanya (Jumantoro, 2009:7-8). Dari pengertian membaca Al-Qur’an di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca Al-Qur’an adalah suatu perbuatan atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesan dan pesan dari sebuah ajaran Ilahi dan sudah berbentuk kitab yang merupakan ibadah bagi orang yang membacanya, karena merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Rasul-Nya yaitu Nabi Muhammad saw dan sebagai pedoman serta petunjuk bagi manusia kepada jalan yang lurus yaitu jalan keselamatan di dunia dan di akhirat.

Untuk memompa semangat belajar membaca Al-Qur’an, sangat penting mengetahui fadilah (keutamaan) membaca Al-Qur’an. Diantaranya yaitu: Irfan Abdul ‘Azhim dalam bukunya yang berjudul Agar Bacaan Al-Qur’an Tak Sia-sia menjelaskan bahwa “Orang yang membaca Al-Qur’an akan mendapat banyak kebaikan di dunia dan di akhirat, hidupnya dinamis, penuh gairah, jauh dari duka

dan dekat Yang Maha Kuasa”. (Azhim, 2009:92-93). Hal ini terdapat dalam hadits yang diriwayatkan dari ‘Utsman bin ‘Affan RA, ia berkata: “Rasulullah bersabda: paling baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”.(HR. Al-Bukhori No. 4556) Kandungan dari hadits tersebut menegaskan bahwa orang yang belajar Al-Qur’an dan setelah mampu, maka mengajarkannya kepada orang lain adalah orang yang terbaik, yaitu orang yang mendapat banyak kebaikan di dunia dan di akhiratnya. Selanjutnya Ahmad Syarifuddin menjelaskan bahwa “Membaca Al-Qur’an merupakan obat (terapi) jiwa yang gundah”. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa “Membaca Al-Qur’an bukan saja amal ibadah, namun bisa juga menjadi obat dan penawar jiwa gelisah, pikiran kusut, nurani tidak tentram dan sebagainya”. (Syarifuddin, 2006:47). Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra’: 82, yang berbunyi: “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Departemen Agama RI, 2007:290). Hal ini juga sesuai dengan pernyataan para ulama ahli terapi hati, mereka menyatakan bahwa “Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu obat hati yaitu dengan cara membacanya secara khusyu’ seraya merenungkan makna kandungannya disamping lima hal yang lain, yaitu berteman dengan orang shaleh, dzikir di waktu sunyi, shalat malam, dan puasa”. (Syarifuddin, 2006:48).Membacanya dengan tartil. (Azhim, 2009:146-147). Allah berfirman: Atau lebih dari seperdua itu. dan

(5)

ISSN : 2620-6692

Volume 02 No. 01 Januari-Juni 2019

124

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan , STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.”QS. Al-Muzamil/73: 4, ;(Departemen Agama RI, 2007:574). Kemampuan mahasiswa dalam membaca Al-Qur’an adalah dasar untuk memahami apa yang terkandung dalam Al-Qur’an. Jika pelatihan membaca Al-Qur’an dimulai ketika sudah beranjak dewasa atau remaja maka proses pembelajaran yang akan dilakukan cendrung lebih sulit dari pada dilakukan pada masa kecil. Membaca merupakan aktifitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktifitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktifitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, menginggat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan. Meskipun tujuan akhir membaca adalah untuk memahami isi bacaan, tujuan semacam itu ternyata belum dapat sepenuhnya dicapai oleh peserta didik, terutama pada saat awal pelajaran membaca. Banyak peserta didik yang dapat membaca secara lancar tetapi tidak memahami isi apa yang mereka baca. Ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca bukan hanya terkait erat dengan kemampuan gerak motorik mata tetapi juga tahap perkembangan kognitif. Mempersiapkan peserta didik untuk belajar membaca merupakan suatu proses yang sangat panjang. (Abdurrahman, 2012:158). Membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca bahan

bacaan lainnya karena Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt. Oleh karena itu membacanya punya etika zahir, yaitu membacanya dengan tartil. Makna tartil adalah dengan perlahan-lahan sambil memperhatikan huruf dan barisnya. Karena tartil lebih dekat dengan pemuliaan dan penghormatan terhadap Al-Qur’an, dan lebih berpengaruh bagi hati daripada membaca dengan tergesa-gesa dan cepat (Qardawi, 2003:235). Peran di dalam peningkatan kemampuan membaca peserta didik dan metode yang digunakan guru menjadi pengaruh besar faktor kesulitan dalam belajar Al-Qur’an. Kesulitan-kesulitan dalam Membaca Al-Qur’an, menurut Jalaluddin, kesulitan membaca Al-Qur’an memiliki empat faktor, yaitu: 1) Orientasi cara berfikir; Pengaruh modernisasi banyak mempengaruhi pemikiran orang. Kemajuan teknologi dengan segala hasil yang disumbangkan bagi hidup manusia, dapat mengalihkan perhatian untuk hidup lebih erat kepada alam kebendaan. Hal ini mendorong mereka untuk menuntut ilmu yang diperkirakan dapat membantu kearah pemikiran praktis dan dapat menunjang prestise kehidupan duniawi. Maka tidak heran kalau pengetahuan tentang Al-Qur’an dan cara membacanya kalah bersaing dengan kepentingan hidup yang lain hingga hampir diabaikan. 2) Kesempatan dan tenaga; Arah berpikir yang material telah mendudukkan status wajib belajar Al-Qur’an ke proporsi yang lebih kecil. Pengaruh ini telah menimbulkan gejala baru, yaitu belajar Al-Qur’an secara sambilan. Akibatnya terjadi kelangkaan tenaga. Waktu yang digunakan

(6)

ISSN : 2620-6692

Volume 02 No. 01 Januari-Juni 2019

125

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan , STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

untuk belajar Al-Qur’an lebih sedikit dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk menuntut pengetahuan lain. Akhirnya tenaga pengajar yang tersedia tidak sempat berkembang seimbang dengan kebutuhan. 3) Metode; Perkembangan teknologi telah merubah kecenderungan masyarakat untuk menuntut pengetahuan secara lebih mudah dan lebih cepat, yaitu dengan memanfaatkan jasa teknologi untuk media pendidikan baik media-visual, audio-visual atau komputer dengan cara yang semakin tepat guna. Khusus untuk pendidikan Al-Qur’an cara ini masih langka dan mahal. Metode lama dengan beberapa seginya mungkin sudah kurang serasi dengan keinginan yang tepat guna ini. Akibatnya metode yang demikian berangsur kurang diminati. Akhirnya minat untuk mempelajari Al-Qur’an kian menyurut. 4) Aksara; Kitab suci Al-Qur’an ditulis dengan aksara dan bahasa Arab. Faktor ini menyulitkan bagi mereka yang berpendidikan non pesantren/madrasah karena pengetahuan itu tidak dikembangkan secara khusus di sekolah umum. Akibatnya banyak yang berpendidikan umum sebagian besar buta aksara Kitab Sucinya. (Jalaluddin, 2012:6-7). Faktor-faktor diatas banyak mempengaruhi kecenderungan yang menimbulkan sikap masa bodoh dan anggapan mahasiswa bahwa belajar membaca dan memahami Al-Qur’an itu sulit. b. Metode Resitasi Dalam Pengajaran

Al-Qur’an

Prinsip pengajaran Al-Qur’an pada dasarnya dilakukan dengan bermacam-macam metode. Di antara metode-metode itu ialah

sebagai berikut. Pertama, pengajar membaca terlebih dahulu, kemudian disusul oleh mahasiswa. Dengan metode ini, dapat menerapkan cara membaca huruf dengan benar melalui lidahnya. Sedangkan mahasiswa akan dapat melihat dan menyaksika langsung praktik keluarnya huruf dari lidah pengajar untuk ditirukannya, yang disebut dengan musyafahah. Metode ini diterapkan oleh Nabi SAW kepada kalangan sahabat. Kedua, mahasiswa membaca di depan pengajar, sedangkan pengajar menyimaknya. Metode ini dikenal dengan metode sorogan atau ‘ardul qira’ah ‘setoran bacaan’. Metode ini dipraktikkan oleh Rasulullah SAW bersama dengan malaikat Jibril kala tes bacaan Al-Qur’an di bulan Ramadhan. Ketiga, pengajar mengulang-ulang bacaan, sedang mahasiswa menirukannya kata per kata dan kalimat per kalimat juga secara berulang-ulang hingga terampil dan benar. (Syarifuddin, 2004:83). Resitasi adalah suatu persoalan yang bergayut dengan masalah pelaporan mahasiswa setelah mereka selesai mengerjakan suatu tugas. Selanjutnya Djamarah menambahkan bahwa tugas yang diberikan bermacam-macam, tergantung dari kebijakan pengajar, yang penting adalah tujuan pembelajaran tercapai (Djamarah, 2005:235). Sedangkan menurut Ladjid metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan (Ladjid, 2005:124).

Metode resitasi biasa disebut metode pekerjaan rumah, karena peserta didik diberi tugas-tugas khusus di luar jam pelajaran.

(7)

ISSN : 2620-6692

Volume 02 No. 01 Januari-Juni 2019

126

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan , STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

Sebenarnya penekanan metode ini terletak pada jam pelajaran berlangsung di mana mahasiswa ditugaskan untuk mencari informasi atau fakta-fakta berupa data yang dapat ditemukan di laboratorium, perpustakaan, pusat sumber belajar, dan sebagainya. Metode ini dilakukan apabila pengajar mengharapkan pengetahuan yang diterima peserta didik lebih mantap dan mengaktifkan mereka dalam mencari atau mempelajari suatu masalah dengan lebih banyak membaca, mengerjakan sesuatu secara langsung (Usman, 2002:48) Pemberian tugas dengan arti pengajar menyuruh mahasiswa misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau disuruh mengamati orang atau masyarakatnya setelah membaca buku itu. Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus selesaikan tanpa terikat dengan tempat (Djamarah, 2005:235).

Dapat disimpulkan bahwa metode resitasi adalah metode penyajian bahan dimana pengajar memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Setiap metode yang digunakan dalam pengajaran hampir dapat dipastikan mempunyai kelebihan dan kelemahannya. Dikemukakan oleh Djamarah, kelebihan dan kelemahan metode resitasi sebagai berikut: Kelebihan; 1) Pengetahuan yang mahasiswa peroleh dari belajar sendiri akan diingat lebih lama. 2) Mahasiswa berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggungjawab, dan berdiri sendiri.

Kelemahan; 1) Seringkali mahasiswa hanya meniru hasil pekerjaan orang lain (temannya) tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri. 2) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan. 3) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual. Untuk mengatasi kelemahan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu Sedapat mungkin diusahakan agar tugas yang telah diberikan harus dikerjakan, dibaca dan ditulis sendiri oleh mahasiswa, serta harus dipertanggungjawabkan sendiri-sendiri kepada pengajar. Dalam hal ini pengajar dapat mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan tugas-tugas tersebut kepada mahasiswa yang bersangkutan. Tugas-tugas yang diberikan hendaknya tetap berpihak pada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan kurikulum, tujuan instruksional umum maupun tujuan intruksional khusus sehingga dengan demikian perbedaan individu anak dapat terinteraksi.

Penerapan metode resitasi dalam membaca Al-Qur’an ketika proses pembelajaran berlangsung merupakan faktor yang urgen. Resitasi sebagai metode pembelajaran dalam pelaksanaannya, pendidik dapat memberikan beberapa tugas dalam kelas. Dalam bidang membaca Al-Qur’an tugas-tugas yang diberikan kepada mahasiswa dapat berupa menerjemahkan ayat, menyalin, menghafal ayat, yang kemudian hasil pekerjaan mahasiswa tersebut harus dipertanggungjawabkan kepada pengajar. Dalam langkah ini peserta didik harus dapat mengerjakan atau mempertanggung-jawabkan hasil pekerjaannya dengan baik

(8)

ISSN : 2620-6692

Volume 02 No. 01 Januari-Juni 2019

127

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan , STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

kapada. Penggunaan metode resitasi dalam membaca Al-Qur’an secara baik dan intensif akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan mereka dalam bidang studi tersebut, serta melatih mahasiswa menggunakan waktu yang sebaik- baiknya untuk belajar. Metode Resitasi (Penugasan) ini bertujuan untuk memantapkan penguasaan mahasiswa atas materi yang telah disajikan, maka pada tahap terakhir pengajaran, mahasiswa seyogyanya diberi tugas baik bersifat individual maupun kelompok, bergantung kebutuhan. Tugas ini dapat berupa penyusunan reviu (review), penyusunan resume (ikhtisar), atau tugas lain yang dapat dilakukan mahasiswa di luar kelas umpamanya di laboratorium atau perpustakaan atau di rumah masing-masing (Muhibbin, 2010: 208).

Metode ini diasumsikan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam membaca Al-Quran. Menurut teori, dengan menggunakan Resitasi (Penugasan) maka akan menimbulkan mahasiswa aktif untuk belajar, dan merasa terangsang untuk meningkatkan hasil belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggungjawab sendiri (Roestiyah, 1989: 133). Dalam membaca Al-Quran, kita wajib mengikuti petunjuk-petunjuk dan ketentuan membaca Al-Quran yang baik, benar dan fasih berdasarkan ilmu tajwid. Untuk dapat membaca Al-Quran dengan benar, kita harus belajar dan sering berlatih serta minta petunjuk kepada orang yang sudah baik, benar dan fasih bacaan qurannya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di Universitas Pamulang. Populasi penelitian adalah mahasiswa semester ganjil tingkat I pada tahun ajaran 2018/2019. Subjek Penelitian Perbaikan Pembelajaran dengan mahasiswa berjumlah 34 orang, yang memiliki kemampuan belajar berbeda-beda. Waktu Penelitian dilakukan sampai tiga siklus berturut-turut. Siklus I tanggal 19 September 2018, Siklus II tanggal 25 September 2018, Siklus III tanggal 06 Oktober 2018. Keadaan mahasiswa yang menjalankan perkuliahaan, lebih banyak bekerja oleh karena itu memerlukan tindakan metode resitasi pada penugasaan membaca dan memahami Al-Qur’an disela–sela kesibukan aktifitas mereka. Penelitian ini dilakukan atas empat kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Instrument yang digunakan adalah data pre test KKM (kriteria ketuntasan minimal), lembar observasi. Indikatornya yaitu Qiro’at, imlak, tarjamah dan tahfidz.

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan membaca dan memahami Al-Qur’an, maka observasi ini difokuskan pada tingkat kemampuan membaca mahasiswa pada mata kuliah pendidikan agama Islam. Dalam melakukan observasi peneliti memakai lembar observasi yang telah disiapkan. Pada saat proses berlangsung peneliti mencatat perkembangan-perkembangan dan kegiatan yang terjadi pada mahasiswa, sebagaimana ditekankan terhadap metode yang diterapkan

(9)

ISSN : 2620-6692

Volume 02 No. 01 Januari-Juni 2019

128

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan , STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

yaitu menggunakan metode resitasi dalam bentuk penugasan tertentus. Dari observasi ditemukan hal-hal sebagai berikut: 1) Masih banyak mahasiswa yang tidak bertanya. 2) Sebagian mahasiswa masih belum bisa membaca Al-Qur’an dengan kaidah tajwid. 3) Mahasiswa kurang aktif di kelas dan masih banyak yang ngobrol sendiri dengan temannya ketika materi disampaikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tahap awal Penelitian Tindakan Kelas, peneliti mengadakan observasi terhadap aktifitas mahasiswa dan melakukan refleksi pada proses pembelajaran mata kuliah pendidikan agama Islam. Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian pre tes untuk mengukur kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa sebelum pelaksanaan tindakan kelas, dengan nilai KKM sebesar 75 yang akan dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui peningkatan atau perkembangan kemampuan mahasiswa dalam membaca dan memahami Al-Qur’an.

Hasil pengamatan dan penilaian awal tersebut diperoleh Nilai Pre Test membaca Al-Qur’an menunjukkan bahwa yang mendapatkan nilai sama dengan atau diatas nilai KKM adalah 8 orang dari seluruh mahasiswa yang berjumlah 34 orang atau jika dipersentase 23,52%. Sedangkan mahasiswa yang mendapatkan nilai kurang dari atau dibawah KKM adalah 26 orang atau jika dipresentase 76,47%.

Dari perbandingan hasil mahasiswa yang sudah mengalami ketuntasan dan belum tuntas tersebut, maka peneliti memperhatikan

dan melakukan perbaikan pada siklus I dengan proses kegiatan; Pertama. Perencanaan; 1) Menyusun rencana persiapan pembelajaran. 2) Menyiapkan sumber belajar berupa materi berfikir kritis dan demokratis. 3) Menyiapkan ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan materi yaitu Al Baqarah ayat 285, surah yang menjelaskan tentang Aqidah seorang muslim. 4) Menyiapkan perangkat dalam siklus I meliputi absensi untuk mengetahui kehadiran mahasiswa, soal-soal, lembar pengamatan disusun dalam melakukan pengamatan terhadap seluruh rangkaian proses kegiatan pembelajaran.

Kedua; melaksanaan tindakan resitasi yaitu; 1) melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan mahasiswa memasuki materi yang akan diajarkan. 2) menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 3) Menjelaskan materi berfikir kritis dan demokratis. 4) Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing beranggotakan 5 sampai 6 orang. 5) Setiap mahasiswa menulis ayat Al-Qur’an dan perwakilan dari masing-masing kelompok untuk membacakan ayat Al-Qur’an didepan kelas. 6) Selama kegiatan berlangsung peneliti yang juga sekaligus sebagai pengajar bertindak membimbing mahasiswa untuk mengamati temannya dalam pembacaan ayat Al-Qur’an. 7) peneliti bersama mahasiswa menyimak tugas membaca Al-Qur’an didepan kelas. 8) Memberikan kepercayaan kepada mahasiswa atas tugasnya. 9) memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas, dan terakhir sebelum mengakhiri siklus I, peneliti memberikan pos tes.

(10)

ISSN : 2620-6692

Volume 02 No. 01 Januari-Juni 2019

129

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan , STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

Tingkat Pemahaman Mahasiswa Pada Siklus I

NO Indikator Skor Jumlah

1 % 2 % 3 % 4 %

1. Qiro’at 24 70.58 8 23.52 2 5.88 0 0 34

2. Imlak 17 50 8 23.52 7 20.58 2 5.88 34

3. Tarjamah 24 70.58 4 11.76 6 17.64 0 0 34

4. Tahfidz 25 73.52 5 14.70 4 11.76 0 0 34

Keterangan Skor : 1 = kurang , 2 = cukup , 3 = baik , 4 = sangat baik Hasil dari siklus pertama menunjukkan

skor 70.58% atau 24 mahasiswa masih kurang mampu dalam qiro’at, dan 29.41% atau 10 orang sudah cukup baik. Prosentase berbeda diperoleh dalam hal imlak dan menterjemahkan Al – Qur’an surah Al Baqarah ayat 285 Juz II, merupakan bagian ayat terakhir menjelaskan tentang aqidah keimanan. Dikarenakan masih banyaknya skor yang kurang dari hasil siklus pertama, maka peneliti melanjutkan dengan melakukan tindakan pada siklus kedua, penugasan dengan cara menggunakan Al-Qur’an digital yang telah diinstal di Android mahasiswa masing – masing. Dari hasil Observasi, salah satu faktor yang mengakibatkan hasil dari siklus pertama masih kurang peningkatannya adalah karena mahasiswa rata – rata seluruhnya bekerja, sehingga waktu untuk membuka kitab mushaf terbatas bahkan tidak dapat dilakukan.

Maka penugasan resitasi pada siklus kedua berlangsung peneliti mengarahkan dan membimbing mahasiswa mencari teman sejawat dalam menyelesaikan tugas tersebut dengan menganjurkan seluruh mahasiswa menginstal Al – Qur’an digital. Ketika istirahat bekerja, paling tidak 10 menit mereka membaca Al–Qur’an dengan ketentuan surah yang ditugaskan yaitu khattam surah QS.Al-Baqarah yang terdiri dari dua Juz, QS.an-Nahl dan QS.al-Anbiya sampai pada batas waktu yang ditentukan disiklus dua ini berlangsung, kemudian disetorkan ayat yang sudah dibaca dengan teman sejawat melalui voic yang ada di Android masing – masing mahasiswa. Penambahan penugasan tarjamah dan tahfidz surah pendek sebanyak 10 surah pada Juz 30, dengan surah QS.an-Nahl ayat 49-50 dan QS.al-Anbiya ayat 26.

Tingkat Pemahaman Mahasiswa Pada Siklus II

NO Indikator Skor Jumlah

1 % 2 % 3 % 4 %

1. Qiro’at 11 32.35 17 50 6 17.64 0 0 34

2. Imlak 12 35.29 13 38.23 7 20.58 3 8.82 34

3. Tarjamah 14 41.17 13 38.23 5 14.70 2 5.88 34

4. Tahfidz 11 32.35 10 29.411 11 32.35 2 5.88 34

Keterangan Skor : 1 = kurang , 2 = cukup , 3 = baik , 4 = sangat baik Tindakan dari siklus kedua

menghasilkan peningkatan skor yang lebih baik

dari siklus pertama, terlihat dari jumlah berkurangnya mahasiswa yang belum bisa

(11)

ISSN : 2620-6692

Volume 02 No. 01 Januari-Juni 2019

131

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan , STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

Qiro’at ada 32.35% atau 11 orang Begitupun dalam hal imlak, tarjamah dan tahfidznya, diperoleh peningkatan kemampuan pada masing – masing mahasiswa. Setelah mengetahui skor pada siklus sebelumnya, masih perlu dilakukan tindakan siklus III dengan perlakuan yang serupa pada siklus ke II, namun tambahan penugasan tarjamah dan tahfidz surah pendek diperbanyak sejumlah 15 surah juga QS.an-Nahl ayat 49-50 dan QS.al-Anbiya ayat 26. Evaluasi

tugas bacaanpun dilakukan dikelas dengan mengkroscek masing – masing teman sejawat mahasiswa, dari lembaran ceklist surah yang ditetapkan. Kegiatan terakhir diberikan post test untuk mengetahui pemahaman mahasiswa mengenai materi sesuai dengan surah yang sudah ditentukan yaitu QS. Al-Baqarah:285, QS.an-Nahl ayat 49-50 dan QS.al-Anbiya ayat 26

Tingkat Pemahaman Mahasiswa Pada Siklus III

NO Indikator Observasi Skor Jumlah 1 % 2 % 3 % 4 % 1. Qiro’at 2 5.88 20 58.82 8 23.52 4 11.76 34 2. Imlak 3 8.82 18 52.94 10 29.41 3 8.82 34 3. Tarjamah 2 5.88 17 50 8 23.52 7 20.58 34 4. Tahfidz 0 0 11 32.35 16 47.05 7 20.58 34

Keterangan Skor : 1 = kurang , 2 = cukup , 3 = baik , 4 = sangat baik

Tabel siklus ke III dari penelitian tindakan kelas ini, menunjukkan hasil yang sangat signifikan, peningkatan jumlah mahasiswa yang mampu Qiro’at sebanyak 58.82% atau 20 orang, dan 35.29% atau 12 orang mencapai tingkatan baik dan sangat baik. Begitupun kemampuan mahasiswa dalam hal

imlak, tarjamah dan tahfidz, serta pemahaman mereka dengan materi di surah QS. Al-Baqarah:285, QS.an-Nahl ayat 49-50 dan QS.al-Anbiya ayat 26. Skor untuk imlak 52.94%, tarjamah 50%, tahfidz 332.35%. Seluruhnya menunjukkan hasil kategori yang cukup, baik, dan sangat baik

Tingkat Perolehan nilai rata – rata dan ketuntasan belajar PAI pada tiap siklus

No Nilai Perolehan Tiap siklus Prosentase siklus I Prosentase siklus II Prosentase siklus III I II III Kurang Sedang Baik Kurang sedang Baik Kurang Sedang Baik 1 50 2 5.88% 2 55 1 2.94% 3 60 4 11.76% 4 65 6 5 17.64% 14.70% 0% 5 70 13 9 2 38.23% 26.47% 5.88% 6 75 4 8 2 11.76% 23.52% 5.88% 7 80 2 9 7 5.88% 26.47% 20.58% 8 85 0 2 11 0% 5.88% 32.35% 9 90 1 0 7 2.94% 0% 20.58%

(12)

ISSN : 2620-6692

Volume 02 No. 01 Januari-Juni 2019

132

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan , STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

No Nilai Perolehan Tiap siklus Prosentase siklus I Prosentase siklus II Prosentase siklus III I II III Kurang Sedang Baik Kurang sedang Baik Kurang Sedang Baik

10 95 0 1 2 0% 2.94% 5.88%

11 100 1 1 3 2.94% 2.94% 8.82%

Jumlah 34 34 34 38.22% 55.87% 5.88% 14.70% 76.46% 11.76% 0% 85.27% 14.7%

Tabel terakhir diatas menunjukkan hasil nilai – rata mahasiswa pada saat berlangsungnya penelitian tindakan kelas dari siklus I, II dan III. Dengan kategori kurang, sedang dan baik. Pada siklus I terdapat nilai rata – rata mahasiswa dengan kategori kurang 38.22%, sedang 55.87% dan baik sebanyak 5.88%. Siklus ke II, kurang sebanyak 14.70%, sedang 76.46% dan kategori baik 11.76%. Siklus III tidak terdapat kategori kurang, ini mengindikasikan bahwa mahasiswa sudah mampu membaca dan memahami Al- Qur’an sesuai dengan materi yang disampaikan, kategori sedang sebanyak 85.27% dan terakhir 14.7% kategori baik. Penelitan tindakan kelas yang dilakukan menunjukkan perolehan nilai rata – rata mahasiswa telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 75 dalam proses belajar mengajar mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

KESIMPULAN

Penelitian tindakan kelas ini menyimpulkan bahwa dari hasil pre test, yang awalnya hanya 23.52% atau 8 Mahasiswa yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan sebanyak 76.47% yang belum tercapai. Setelah dilakukan tindakan kegiatan siklus I, II dan III serta post test menunjukkan bahwa metode resitasi dapat meningkatkan kemampuan membaca dan memahami Al-Qur'an pada Mahasiswa Tahun Ajaran 2018/2019. Dapat

dilihat dari nilai rata – rata kategori sedang sebanyak 85.27% dan terakhir 14.7%, dan tidak ada mahasiswa yang masuk dalam kategori kurang. Selain itu tabel menunjukkan peningkatan jumlah mahasiswa yang mampu Qiro’at sebanyak 58.82% atau 20 orang, dan 35.29% atau 12 orang mencapai tingkatan baik dan sangat baik. Begitupun kemampuan mahasiswa dalam hal imlak, tarjamah dan tahfidz, serta pemahaman mereka dengan materi di surah QS. Al-Baqarah:285, QS.an-Nahl ayat 49-50 dan QS.al-Anbiya ayat 26. Skor untuk imlak 52.94%, tarjamah 50%, tahfidz 332.35%. Seluruhnya menunjukkan hasil kategori yang cukup, baik, dan sangat baik. Ditemukan pula kesimpulan bahwa selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar membaca dan memahami Al-Qur’an lebih menyenangkan, tidak menjenuhkan dengan menggunakan metode resitasi. Mengaktifkan kegiatan pembelajaran agar mahasiswa merasa tidak tertekan, dengan sendirinya mahasiswa akan mau memperhatikan materi dan meningkatkan motivasi belajarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007:83.

Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. 2012. Jakarta: Rineka Cipta.

(13)

ISSN : 2620-6692

Volume 02 No. 01 Januari-Juni 2019

132

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan , STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

Departemen Agama RI. Al – Qur’an dan terjemahan. 2007. Bandung : Examedia

Djamrah, Saiful Bahri dan Aswan zain. Strategi belajar mengajar. 2006. Jakarta:Rineka Cipta.

Hermawan, Acep. Metodologi pembelajaran Bahasa Arab. 2011. Bandung: Remaja Rosda karya

Jumantoro, Totok. Kamus Ilmu Ushul Fiqh. 2005. Jakarta: Amzah

Makhdori, Muhammad. Mukjizat – mukjizat membaca Al Qur’an. 2008. Jogjakarta: Diva Press.

Gambar

Tabel  siklus  ke  III  dari  penelitian  tindakan  kelas  ini,  menunjukkan  hasil  yang  sangat  signifikan,  peningkatan  jumlah  mahasiswa  yang  mampu  Qiro’at  sebanyak  58.82%  atau  20  orang,  dan  35.29%  atau  12  orang  mencapai tingkatan baik
Tabel terakhir diatas menunjukkan hasil  nilai – rata mahasiswa pada saat berlangsungnya  penelitian tindakan kelas dari siklus I, II dan III

Referensi

Dokumen terkait

Berdasar klasifikasi m-Learning [Georgiev dkk, 2005], aplikasi ini dibatasi pada penggunaan perangkat berupa telepon genggam yang telah mendukung aplikasi Java

This study explored the novel strategy of hypoxic preconditioning of Bone Marrow Mesenchymal Stem Cells (BM-MSCs) before intra vitreal transplantation to improve

Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek

Kategoriler tartışmaya açıldığında toplumsal cinsiyetin gerçek­ liği de krize girer: Gerçeğin nasıl gerçekdışından aynlacağı belir­ sizleşir. İşte bu

 biaya, dilatarbelakangi lemahnya akuntabilitas untuk mengelola sistem akuntansi, kurang sistem akuntansi, kurang adanya peran anggaran, dan ketidaktepatan dalam mencatat

Berdasarkan tabel MRP diketahui bahwa jumlah persediaan ekstrak kayumanis di gudang masih dapat memenuhi proses produksi pesanan - pesanan tersebut, sehingga Cokelat

C. Penyusunan dan Pengolahan Daftar Urut Kepangkatan Yang Baik Harus Mengacu Pada Asas Sistem Administrasi Kepegawaian.. Penyusunan dan pengolahan Daftar Urut Kepangkatan

Penggunaan nilai wajar dalam menilai aset perusahaan dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian yang tidak direalisasi keuntugan atau kerugian yang tidak