• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN DOSEN PEMULA

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA

DITINJAU DARI GENDER

Ketua:

In In Supianti, S.Pd., M.Pd (NIDN. 0415058801) Anggota:

Nenden Mutiara Sari, M.Pd (NIDN. 0418078801)

UNIVERSITAS PASUNDAN Oktober 2017

(2)

RINGKASAN

Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah mempersiapkan mahasiswa pendidikan matematika yang kreatif dan mandiri dalam menghadapi tantangan kehidupannya, khususnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang sekarang ini telah berjalan. Sedangkan tujuan khususnya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar mahasiswa yang akan berguna untuk menyelesaikan studinya. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode campuran antara kuantitatif dan kualitatif. Tahapan penelitian kuantitatif menguji peningkatan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa menggunakan Problem Based Learning (PBL), instrumen yang digunakan adalah instrumen tes berupa soal kemampuan berpikir kreatif. Sedangkan tahapan penelitian kualitatif menelaah kemandirian belajar mahasiswa. instrument yang digunakan skala kemandirian belajar dan pedoman wawancara. Hasil penelitian ini adalah (1) terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran problem based learning. Peningkatannya berada pada level tinggi; (2) Mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran problem based learning telah mandiri dalam belajar matematika.

(3)

PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan laporan akhir penelitian yang berjudul: “Penerapan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Kemandirian Belajar Mahasiswa Ditinjau dari Gender”. Penelitian ini kami lakukan di Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Pasundan pada bulan Juni s.d Agustus 2017.

Kegiatan penelitian ini terwujud karena adanya berbagai bantuan dari banyak pihak, pada kesempatan ini kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. DP2M Ristekdikti, yang telah memberikan bantuan dana dalam penyelesaian penelitian ini.

2. Rektor Universitas Pasundan;

3. Kepala Lembaga Penelitian Universitas Pasundan; 4. Direktur Program Pascasarjana Universitas Pasundan;

5. Pimpinan Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Pasundan; dan 6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan.

Kami menyadari laporan penelitian ini masih belum sempurna, karena itu kami mengharapkan saran/masukan yang membangun guna perbaikan laporan penelitian ini. Kami berharap apa yang kami tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Oktober 2017 Peneliti

(4)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Permasalahan dan Pendekatan Masalah ... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 5

2.2 Problem Based Learning (PBL) ... 6

2.3 Kemandirian Belajar ... 8

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 13

3.1 Tujuan Penelitian ... 13

3.2 Manfaat Penelitian ... 13

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 14

4.1 Metodologi Penelitian ... 14

4.2 Tahapan-tahapan Penelitian ... 15

4.3 Waktu, Tempat, dan Subjek Penelitian ... 15

4.4 Instrumen Penelitian ... 16

4.5 Pengumpulan dan Analisis Data ... 16

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

5.1 Hasil Penelitian ... 18

5.2 Pembahasan ... 21

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25 LAMPIRAN ... Instrumen ... Personalia tenaga peneliti beserta kualifikasinya... HKI, Publikasi, dan Produk penelitian lainnya ...

(5)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pada tanggal 1 Januari 2016 Indonesia Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) telah diberlakukan. Kesepakatan yang dilakukan oleh 10 negara anggota ASEAN pada 2007 itu menciptakan pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara. Tujuannya adalah untuk meningkatkan perekonomian kawasan dengan meningkatkan daya saing di kancah regional dan internasional agar ekonomi tumbuh merata, juga meningkatkan taraf hidup masyarakat ASEAN. Konsekuensi diberlakukannya MEA yaitu liberalisasi perdagangan barang, jasa, tenaga terampil tanpa hambatan tarif dan non tarif. Akibatnya kompetisi perdagangan di ASEAN akan semakin ketat. Dalam menghadapi MEA ini, Indonesia haruslah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil, cerdas, kreatif, dan kompetitif.

Pendidikan khususnya pendidikan tinggi memiliki peran penting dalam mempersiapkan masyarakat Indonesia untuk menghadapi MEA. Saat ini lembaga pendidikan tinggi didorong untuk dapat menghasilkan lulusan berkualitas internasional yang dilengkapi dengan keterampilan profesional, keterampilan bahasa dan keterampilan antar budaya. Pada dasarnya institusi pendidikan tinggi harus meningkatkan kualitas SDM, kurikulum, dan fasilitasnya untuk memenuhi standar internasional.

Pendidikan matematika yang merupakan bagian dari pendidikanpun berpengaruh besar dalam menyiapkan SDM. Semua orang belajar matematika agar dapat menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan. Inilah tantangan yang harus dihadapi para matematikawan dan pendidik matematika, yaitu mampu menjadikan peserta didik menjadi problem solver. Salah satu yang harus dilakukan pendidik adalah melatih kemampuan berpikir peserta didik, seperti kemampuan berpikir kreatifnya. Kemampuan berpikir kreatif merupakan suatu hal yang amat penting dalam kehidupan, karena dapat membuat manusia menjadi lebih fleksibel secara mental, terbuka dan mudah menyesuaikan dengan berbagai situasi dan permasalahan. Johnson (2006) mengemukakan bahwa berpikir kreatif memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah secara sistematis menghadapi berjuta tantangan dengan cara

(6)

terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang permasalahan yang dipandang relatif baru.

Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah tujuan pembelajaran yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ervync (dalam Tall, 1991) menyatakan bahwa kreatifitas memainkan peran penting dalam siklus berfikir matematis tingkat lanjut dan kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan yang dikehendaki dunia kerja.

Selain kemampuan berpikir kreatif, kemandirian belajar juga merupakan hal yang penting dimiliki peserta didik, khususnya di pendidikan tinggi. Kemandirian sangat diperlukan oleh mahasiswa untuk menghadapi tugas dalam bentuk proyek yang terbuka atau pemecahan masalah, penyusunan skripsi, tesis, dan disertasi. Ketika seseorang dihadapkan pada tugas-tugas seperti di atas, ia akan berhadapan dengan sumber informasi yang melimpah yang mungkin relevan atau tidak relevan dengan kebutuhan dan tujuan mahasiswa yang bersangkutan. Pada kondisi seperti itu mahasiswa tersebut harus memiliki inisiatif sendiri dan motivasi intrinsik, menganalisis kebutuhan dan merumuskan tujuan, memilih dan menerapkan strategi penyelesaian masalah, menseleksi sumber yang relevan, serta mengevaluasi diri terhadap penampilannya.

Mahasiswa yang mandiri mengerjakan tugas-tugasnya dengan percaya diri, rajin dan cerdik. Mereka secara proaktif mencari informasi dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menguasainya. Ketika mereka mengalami kesulitan seperti kondisi belajar yang buruk, dosen yang membingungkan, buku teks yang sulit dipahami, mereka mencari cara untuk meraih kesuksesan. Mahasiswa mandiri memandang kemahiran sebagai suatu proses sistematik dan dapat dikontrol, serta mereka menerima tanggung jawab yang lebih besar untuk mencapai hasil prestasi mereka (Zimmerman, 1990). Kemandirian belajar ini sangat dipengaruhi oleh

(7)

kepercayaan diri dan motivasi, sehingga dapat dikatakan peserta didik yang mandiri tergantung pada kepercayaan terhadap diri dan motivasinya

Berdasarkan evaluasi hasil ujian pada mata kuliah proses berpikir matematis yang peneliti ampu, nilai mata kuliah yang diperoleh mahasiswa untuk mata kuliah ini belum optimal, artinya masih banyak jumlah mahasiswa yang mendapatkan nilai di bawah standar. Hasil evaluasi belajar tahun akademik 2014/2015 menunjukkan bahwa nilai mahasiswa yang di atas B hanya mencapai 31%, sedangkan sisanya 69% nilai mahasiswa B ke bawah. Hal ini disebabkan karena rata-rata mahasiswa kurang mampu menjawab dengan tepat terhadap soal yang diberikan, khususnya soal-soal yang sifatnya eksplorasi dan aplikatif. Berdasarkan hasil analisis terhadap pola jawaban mahasiswa terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa mampu menjawab soal yang sifatnya teoretis. Namun untuk soal yang sifatnya aplikatif dan eksloratif, sebagian besar mahasiswa kurang mampu menjawab dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa masih dalam tataran teoretis belaka, sedangkan kemampuan mahasiswa untuk mengaplikasikan konsep teori dan kemampuan berpikir kreatifnya masih kurang.

Begitu juga dengan kemandirian belajarnya, kemandirian belajar rendah terlihat dari beberapa indikator kemandirian belajar yang belum dimiliki oleh mahasiswa yaitu 1) belum memiliki inisiatif belajar sendiri, mereka menunggu instruksi atau pemberian tugas dari dosen dalam belajar; 2) belum terbiasa dalam mendiagnosa kebutuhan belajar, mahasiswa selama ini mempelajari materi yang diberikan oleh dosen, bukan yang mereka butuhkan; 3) tujuan/target belajar mahasiswa masih terbatas pada perolehan nilai yang memuaskan, bukan kemampuan yang seharusnya mereka kembangkan; 4) sebagian mahasiswa masih belum bisa memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar, masih terkesan belajar seperlunya; 5) masih ada mahasiswa yang menyerah ketika dihadapkan pada kesulitan, bahkan ada yang menghindari; dan kesalahan yang paling banyak dilakukan mahasiswa adalah 6) mereka jarang melakukan evaluasi proses dan hasil belajarnya.

Keadaan tersebut tidak boleh kita diamkan, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar mahasiswa, salah satu yang bisa diusahakan adalah penerapan model pembelajaran yang memberi kesempatan terbuka bagi peserta didik untuk belajar secara mandiri dan

(8)

mengefektifkan serta mengekplorasi kemampuan berpikir mahasiswa. Model pembelajaran problem based learning (PBL) memungkinkan broses berpikir kreatif siswa meningkat. PBL menuntut mahasiswa untuk mengelaborasi setiap informasi dari suatu masalah yang diberikan, membuat strategi penyelesaian, melakukan strategi tersebut, dan mengevaluasinya. Pemberian masalah merupakan salah satu cara untuk membiasakan mahasiswa berpikir kreatif dan pada proses membuat strategi penyelesaiannyapun, mahasiswa dituntut untuk menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya, sehingga menjadi terasah. Semua proses pada PBL dilakukan oleh mahasiswa sendiri dengan bimbingan dosen, sehingga kemandirian belajar siswa dimungkinkan akan meningkat.

Selain kemampuan kognitif (kemampuan berpikir kreatif) dan afektif (kemandirian belajar), perlu juga kita perhatikan perbedaan-perbedaan pada diri mahasiswa salah satunya perbedaan gender. Susanto (2008) mengatakan, bahwa proses berpikir seseorang dipengaruhi oleh karakteristik individu. Zhu (2007) berpendapat, bahwa wanita dan pria memiliki pola yang berbeda dalam pemecahan masalah matematika. Hasil penelitian Chusna (2015) menunjukkan bahwa laki-laki pada umumnya mempunyai kemampuan berpikir abstrak dan menyeluruh, sedangkan perempuan cenderung berpikir nyata dan praktis

1.2 PERMASALAHAN DAN PENDEKATAN MASALAH

Hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah – mata kuliah matematika masih belum memuaskan, berdasarkan analisis, hal tersebut dikarenakan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar mahasiswa yang masih rendah. Sebagai solusi dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar mahasiswa diterapkan model pembelajaran yang karakteristiknya mengeksplor kemampuan berpikir siswa dan menuntut siswa belajar mandiri, yaitu model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

(9)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk menghasilkan atau mengembangkan sesuatu yang baru, yang berbeda dari ide-ide yang dihasilkan orang lain. Berpikir kreatif memuat aspek keterampilan kognitif, afektif, dan metakognitif (Sumarmo, 2014). Keterampilan kognitif tersebut antara lain: kemampuan mengidentifikasi masalah dan peluang yang produktif, menyusun pertanyaan yang baik dan berbeda, mengidentifikasi data yang relevan dan yang tidak relevan, menghasilkan banyak idea (fluency), idea yang berbeda (flexibility), dan produk atau idea yang baru (originality), memeriksa dan menilai hubungan antara pilihan dan alternatif, mengubah pola pikir dan kebiasaan lama, menyusun hubungan baru, memperluas dan membaharui rencana atau idea. Keterampilan afektif yang termuat dalam berpikir kreatif antara lain: merasakan masalah dan peluang, toleran terhadap ketidakpastian, memahami lingkungan dan kekreatifan orang lain, bersifat terbuka, berani mengambil resiko, membangun rasa percaya diri, mengontrol diri, rasa ingin tahu, menyatakan dan merespon perasaan, dan emosi dan mengantisipasi sesuatu yang tidak diketahui. Kemampuan metakognitif yang termuat dalam berpikir kreatif antara lain: merancang strategi, menetapkan tujuan dan keputusan, memprediksi dari data yang tidak lengkap, memahami kekreatifan dan sesuatu yang tidak dipahami oleh orang lain, mendiagnosa informasi yang tidak lengkap, membuat pertimbangan multiple, mengatur emosi, dan mengajukan elaborasi solusi masalah dan rencana.

Kemampuan berpikir kreatif Sukmadinata (dalam Hartanto, 2010) adalah kebiasaan berpikir yang bersifat menggali, menghidupkan imaginasi, intuisi, menumbuhkan potensi-potensi baru, membuka pandangan-pandangan yang menimbulkan kekaguman, merangsang pikiran-pikiran yang tidak terduga, menurutnya berpikir kreatif memuat keaslian (originality), pandangan yang tajam (sharp insight), dan proses generatif. Sedang menurut Suryadi (2003) berpikir kreatif adalah kemampuan untuk mengungkap hubungan-hubungan baru, melihat sesuatu dari sudut pandang baru, dan membentuk kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang sudah dikuasai sebelumnya.

(10)

2.2 Problem Based Learning

Problem based learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Model pembelajaran ini juga berfokus pada keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada model pembelajaran konvensional. Dengan model ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri. Dalam model PBL, peserta didik diberikan suatu permasalahan. Kemudian secara berkelompok ataupun perorangan mereka akan berusaha untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Untuk mendapatkan solusi, mereka diharapkan secara aktif mencari informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh dari bahan bacaan (literatur), narasumber, dan lain sebagainya. Proses pembelajaran dengan PBL dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 Proses Iterative dalam PBL (Queen's University, dalam Muhson, 2009) PBL merupakan model pembelajaran yang memiliki esensi sebagai berikut: 1) mahasiswa bekerja secara individual atau kelompok kecil, 2) tugas pembelajarannya adalah menyelesaikan masalah, 3) siswa membuat strategi dalam menyelesaikan masalah, 5) hasil yang diperoleh siswa dikomunikasikan terhadap siswa yang lainnya.

Aktivitas model pembelajaran berbasis masalah (PBM) terdiri dari 5 fase, yaitu 1) fase orientasi tentang permasalahan kepada mahasiswa, 2) mengorganisasikan mahasiswa untuk memahami masalah dan merencanakan penyelesaiannya, 3) membantu investigasi mandiri/kelompok, 4) mengembangkan dan mempresentasikan model solusi dan penyajian, 5) menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah. Adapun sintaks untuk pembelajaran ini dimodifikasi dari sintaks menurut Arends (2007), sebagai berikut:

(11)

Tabel 1. Sintaks PBL

Fase Perilaku Dosen

Fase 1

Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada mahasiswa

Dosen membahas tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan penting, dan memotivasi mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah

Fase 2 Mengorganisasikan mahasiswa untuk memahami masalah dan merencanakan penyelesaiannya

Dosen membantu mahasiswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya Fase 3 Membantu investigasi mandiri atau kelompok dengan menerapkan kerangka kerja

Dosen mendorong mahasiswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, juga mendorong mahasiswa untuk melaksanakan rencana, dan mencari solusi

Fase 4

Mengembangkan dan

mempresentasikan model solusi dan penyajian

Dosen membantu mahasiswa dalam

mencari solusi lain, juga merencanakan dan menyiapkan bahan-bahan untuk presentasi dan diskusi Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah

Dosen membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi terhadap proses investigasinya dan proses-proses lainnya yang digunakan dalam menyelesaikan masalah

PBL membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan berpikir mereka, keterampilan menyelesaikan masalah, dan menjadi pribadi yang mandiri. PBL kemampuan berpikir dan bernalar mahasiswa terutama berpikir tingkat tinggi seperti kemampuan berpikir kreatif. Pemberian masalah akan membantu siswa untuk memperoleh wawasan (insight) sedemikian sehingga dapat memahami materi pelajaran dan memungkinkan siswa melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.

Lingkungan belajar dan sistem manajeman untuk PBL berciri terbuka, demokratis, dan mahasiswa berperan aktif, sehingga pembelajaran ini membantu mahasiswa menjadi mandiri, otonom yaitu percaya diri akan kemampuan intelektualnya. PBL juga membantu siswa mencapai pemahaman yang mendalam dari subject matter, mendorong mahasiswa untuk memperoleh tanggung jawab yang besar untuk kemandirian belajarnya, meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam

(12)

mencari informasi, dan pengalaman belajar mahasiswa akan lebih bervariasi dan menarik.

PBL akan banyak mencapai kesuksesan manakala masalah yang disajikan dalam bahan ajar berbentuk masalah reasonably yang kompleks. Tujuan pembelajaran ini tidak untuk membantu mahasiswa menemukan penyelesaian dari suatu masalah, tetapi juga membantu siswa untuk memahami fakta, konsep, keterampilan dan prinsip matematika melalui suatu masalah. Tujuan lebih jauhnya adalah untuk membiasakan siswa menyelesaikan masalah dalam kehidupannya berdasarkan konsep dan prinsip matematika seperti sistematis, terstruktur, dan berkesinambungan.

2.3 Kemandirian Belajar

Para ahli banyak yang mengartikan apa yang dimaksud dengan kemandirian belajar atau self regulated learning. Knowles, dalam Dettori dan Donatella (2011) menyatakan bahwa SRL adalah sebuah proses individu mengambil suatu inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam mendiagnosa keperluan belajar mereka, merumuskan tujuan, mengidentifikasi sumber daya material dan manusia, memilih dan mengimplementasikan strategi pembelajaran yang tepat dan mengevaluasi hasil belajar. Sedangkan Harris & Graham, 1999; Schraw, Crippen, & Hartley, 2006; Shunk, 1996 (dalam TEAL, 2010) menyatakan bahwa SRL mengacu pada kemampuan seseorang untuk memahami dan mengendalikan lingkungan pembelajarannya yang meliputi penetapan tujuan, monitoring diri, intruksi diri, dan penguatan diri. Zumbrunn, Joseph, dan Elisabeth (2011) juga mendefinisikan bahwa SRL adalah sebuah proses yang membantu siswa dalam mengatur pikiran, tingkah laku, dan emosi dalam mengarahkan pangalaman belajar mereka

Zimmerman (1990) berpendapat bahwa SRL sebagai proses belajar yang terjadi karena pengaruh dari pemikiran, perasaan, strategi, perilaku sendiri yang berorientasi pada pencapaian tujuan. SRL ini sebagai suatu proses mengaktifkan dan mempertahankan secara terus menerus pikiran, tindakan dan emosi kita untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu, pikiran, tindakan, dan emosi harus selalu diarahkan pada tujuan yang akan dicapai. Zimmerman juga menemukan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan SRL seseorang, yaitu seseorang yang

(13)

memiliki kemampuan SRL tinggi: 1) cenderung belajar lebih baik dibawah kontrol pebelajar dibanding program, 2) dapat mengontrol, mengevalusi, atau mengatur pelajaran mereka secara efektif diinstruksi oleh pertanyaan, dan 3) dapat mengelola pembelajaran dan waktu dengan efisien.

Sumarmo (2006) mendefinisikan SRL sebagai proses perancangan dan pemantauan yang seksama terhadap proses kognitif dan afektif dalam menyelesaikan suatu tugas akademik. Dalam hal ini, SRL bukan merupakan kemampuan mental atau keterampilan akademik tertentu, melainkan merupakan proses pengarahan diri dalam mentransformasikan kemampuan mental ke dalam keterampilan akademik tertentu.SRL juga merupakan pengaturan diri untuk memonitor pemahamannya, memutuskan kapan mahasiswa siap diuji, dan memilih strategi pemrosesan informasi yang baik.Melalui SRL, mahasiswa akan lebih terdorong untuk dapat menyelesaikan masalah, menerapkan strategi, memantau kinerja, dan menafsirkan hasil usaha mereka.

Beberapa pakar di atas mendeskripsikan istilah kemandirian belajar dengan cara mengemukakan karakteristik yang termuat dalam kemandirian belajar tersebut. Meskipun karakteristik yang disarikan oleh para pakar agak berbeda, dalam definisi yang dirumuskan para pakar tadi terdapat beberapa karakteristik yang serupa. Tiga karakteristik serupa yang termuat dalam pengertian SRL, adalah: (1) Individu merancang belajarnya sendiri sesuai dengan keperluan atau tujuan individu yang bersangkutan; (2) Individu memilih strategi dan melaksanakan rancangan belajarnya: kemudian (3) Individu memantau kemajuan belajarnya sendiri, mengevaluasi hasil belajarnya dan dibandingkan dengan standar tertentu. Karakteristik yang termuat dalam SRL seperti di atas, menggambarkan keadaan personaliti individu yang tinggi sehingga akan membentuk individu yang tangguh, ulet, bertanggung jawab, memiliki motif berprestasi yang tinggi, serta membantu individu mencapai hasil terbaiknya.Individu yang mandiri juga memiliki kemampuan berpikir jauh ke depan, memonitor dan mengontrol perilakunya sendiri, kesadaran, motivasi dan emosi dan juga dapat merefleksi diri, artinya individu tersebut mampu memberikan pendapat mengenai kemajuan sendiri.

Sumarmo (2010) merangkumkan beberapa indikator kemandirian belajar (self regulated learning) yang didasarkan pada pendapat para pakar (Butler, 2002, Corno

(14)

dan Randi, 1999, Hargis, http:/www.smartkidzone.co/, Kerlin, 1992, Paris dan Winograd, 1998, Schunk dan Zimmerman, 1998, Wongsri, Cantwell, dan Archer, 2002) menjadi 9 indikator yaitu di antaranya adalah memiliki: a) Inisiatif dan motivasi belajar instrinsik; b) Kebiasaan mendiagnosa kebutuhan belajar; c) Menetapkan tujuan/target belajar; d) Memonitor, mengatur, dan mengkontrol belajar; e) Memandang kesulitan sebagai tantangan; f) Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan; g) Memilih, menerapkan strategi belajar; h) Mengevaluasi proses dan hasil belajar; i) Self eficacy/ Konsep diri/Kemampuan diri

Menurut Schunk dan Zimmerman (dalam Tandiling, 2011), terdapat tiga tahap siklus kemandirian belajar yaitu perencanaan belajar seseorang, monitoring kemajuan saat menerapkan rencana, dan mengevaluasi hasil. Ketiga tahap siklus tersebut ditunjukkan pada gambar 2 berikut:

Gambar 2 Siklus Kemandirian Belajar

Tahap perencanaan, pada tahap ini seseorang yang mandiri dalam belajar akan menganalisis tugas belajar, menentukan tujuan belajar, dan merencanakan strategi belajar. Tahap monitoring, orang tersebut akan menerapkan rencananya yang secara terus menerus dimonitor agar mengarah ke tujuan semula. Tahap evaluasi, dia menentukan seberapa baik strategi belajar yang dipilih dan bagaimana pencapaian tujuan belajar tersebut, sedangkan pada refleksi, menyediakan hubungan-hubungan antara ketiga tahapan di tersebut.

Zumbrunn, Joseph, & Elisabeth (2011) menjelaskan model SRL yang terdiri dari tiga phase, yaitu forethought and planning, performance monitoring, and reflections on performance. Yang tertuang dalam gambar 3 berikut:

Perencanaan

Evaluasi Monitoring

(15)

Gambar 3 Siklus SRL

Kegiatan yang berlangsung pada tiap phase SRL sebagai berikut:

 Pada phase pemikiran dan perencanaan: menganalisis tugas belajar, menetapkan tujuan belajar

 Pada phase monitoring kinerja: membuat strategi untuk menyelesaikan tugas belajar, memonitor efektivitas strategi yang digunakan, dan memonitor motivasi untuk menyelesaikan tugas belajar.

 Pada phase Refleksi: mengevaluasi kinerja pada tugas belajar, mengelola respon emosional yang terkait dengan hasil dari pengalaman belajar.

Dalam melaksanakan kemandirian belajar, Bandura (dalam Tandiling, 2011) menyarankan kepada peserta didik untuk mengamati dan mengawasi diri sendiri, membandingkan posisi diri dengan standar tertentu, dan memberikan respon sendiri (respon positif dan respon negatif).Lowry (dalam Sumarmo, 2010) merangkum sejumlah saran dari beberapa penulis tentang memfasilitasi perkembangan kemandirian belajar pada mahasiswa, yaitu: 1) membantu mahasiswa mengidentifikasi titik awal untuk belajar dan mengembangkan bentuk ujian dan laporan yang relevan; 2) mendorong mahasiswa untuk memandang pengetahuan dan kebenaran secara kontekstual, memandang nilai kerangka kerja sebagai dinamika sosial, dan memahami bahwa mereka dapat bekerja secara perorangan atau dalam kelompok; 3) menciptakan suasana kemitraan dengan mahasiswa melalui negosiasi tujuan, strategi, dan kriteria evaluasi; 4) jadilah seorang manajer belajar daripada sebagai penyampai informasi; 6) membantu mahasiswa menyusun kebutuhannya untuk merumuskan tujuan belajarnya; 7) mendorong mahasiswa menyusun tujuan yang dapat dicapai melalui berbagai cara dan menawarkan beberapa contoh yang

(16)

berhasil; 8) menyiapkan contoh-contoh pekerjaan yang berhasil; 9) meyakinkan mahasiswa agar menyadari tujuan, strategi, sumber dan kriteria evaluasi yang telah ditetapkan; 10) melatih mahasiswa berinkuiri, mengambil keputusan, mengembangkan dan mengevaluasi diri; 11) bertindak sebagai pembimbing dalam mencari sumber-sumber belajar; 12) membantu menyesuaikan sumber belajar dengan kebutuhan mahasiswa; 13) membantu mahasiswa mengembangkan sikap dan perasaan positif; 14) memahami tipe personality dan jenis belajar mahasiswa; 15) menggunakan teknik pengalaman lapangan dan pemecahan masalah sebagai dasar pengalaman belajar orang dewasa; 16) mengembangkan pedoman belajar yang berkualitas tinggi termasuk kiat belajar terprogram.

(17)

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 TUJUAN PENELITIAN

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar mahasiswa agar berhasil dalam menempuh mata kuliah – mata kuliah matematika dengan menggunakan model pembelajaran PBL. PBL digunakan karena pembelajaran ini dapat mengeksplor kemampuan berpikir mahasiswa.

Fokus kajian pada penelitian ini adalah untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian mahasiswa menggunakan model pembelajaran problem based learning ditinjau dari perbedaan gender.

3.2 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa, dosen, instansi pendidikan tinggi, dan masyarakat pendidikan matematika yang terangkum dalam tabel berikut:

Tabel 2. Manfaat Penelitian

Penerima Manfaat Manfaat

Mahasiswa - Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar.

- Dapat menggunakan bahan ajar/modul yang merupakan luaran penelitian ini

Dosen - Dapat menjadi alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar mahasiswa

Instransi Pendidikan Tinggi

- Masukan dalam mengembangkan dan

menyempurnakan program pendidikan di Perguruan Tinggi

Masyarakat pendidikan matematika

- Dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai model pembelajaran problem based learning, kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar

(18)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1.1 METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian gabungan kuantitatif dan kualitatif karena data yang diperoleh berupa skor kemampuan berpikir kreatif, deskripsi hasil analisis angket kemandirian belajar dan hasil wawancara. Tes kemampuan berpikir kreatif adalah tes yang disusun peneliti berdasarkan indikator-indikator berpikir kreatif, sedangkan angket kemandirian belajar dikembangkan dari indikator kemandirian belajar yang terdiri dari 28 pernyataan. Hasil wawancara digunakan untuk menyelidiki hal-hal yang tidak terungkap baik dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif maupun angket skala kemandirian belajar.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu karena dilakukan pada mahasiswa dalam kelas yang sudah terbentuk, dengan menerapkan PBL dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum perlakuan pembelajaran dilakukan, subjek penelitian diberi tes awal dan sesudah pembelajaran diberi tes akhir, untuk melihat apakah ada peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar ditinjau dari keseluruhan mahasiswa maupun dari segi gender. Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

O X O Keterangan:

X : Problem Based Learning (PBL)

O : Tes Kemampuan berpikir kreatif dan angket kemandirian belajar.

Untuk mengetahui lebih mendalam pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar, dalam penelitian ini dilibatkan faktor gender menjadi dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Penggunaan gender ini untuk mengetahui apakah gender akan memberikan dampak yang berbeda terhadap kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar mahasiswa.

(19)

1.2 TAHAPAN-TAHAPAN PENELITIAN

Tahapan-tahapan penelitian yang telah dilakukan tersaji pada gambar berikut:

No Tahapan Kegiatan Waktu

1 Persiapan

1. Menyusun proposal dan mengajukan dana ke DP2M ristek Dikti.

2. Menyiapkan bahan ajar dan instrumen penelitian (soal tes, lembar observasi, pedoman wawancara, & lembar validasi) 3. Melakukan validasi bahan ajar dan

instrumen oleh para ahli, kemudian melakukan revisi bahan ajar dan instrumen berdasarkan hasil validasi.

Feb 2016 – Mei 2017

2 Penelitian

1. Melakukan pengumpulan data sebelum perlakuan (pretes)

2. Melakukan pengumpulan data setelah perlakuan (postes, angket, dan

wawancara) Juni – Agustus 2017 3 Pengolahan dan analisis data

1. Pengolahan data hasil penelitian 2. Analisis dan interpretasi data

Agustus 2017

4 Penyusunan Laporan

Menyusun laporan penelitian, berupa : 1) laporan kemajuan; 2) laporan penggunaan keuangan; dan 3) log book.

Agustus- Sep 2017

5 Publikasi ilmiah

1. Mengikuti seminar internasional sebagai pemakalah

2. Membuat dan memasukkan artikel ke jurnal nasional

Sep – Nop 2017

Gambar 4. Tahapan-tahapan penelitian

1.3 WAKTU, TEMPAT, DAN SUBJEK PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada Juni s.d Agustusl 2017 di Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Pasundan yang beralamat di Jl. Sumatera No. 41 Bandung. Subjek penelitian ini adalah 25 orang mahasiswa.

(20)

1.4 INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen pada penelitian ini adalah 1) soal tes kemampuan berpikir kreatif, 2) angket skala kemandirian belajar, dan 3) pedoman wawancara. Dalam menyusun soal tes kemampuan berpikir kreatif dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a) Membuat kisi-kisi soal kemampuan berpikir kreatif; b) Menyusun soal kemampuan berpikir kreatif; 3) Menilai kesesuaian antara materi, indikator, dan soal tes untuk mengetahui validitas isi, yang dilakukan oleh peneliti, 2 orang ahli matematika dan bahasa; 4) Melakukan uji coba soal; 5) Menghitung validitas tiap butir soal, reliabilitas soal, daya pembeda dan indeks kesukaran tiap butir soal menggunakan data hasil uji coba.

1.5 PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengkaji tentang peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar mahasiswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah ditinjau secara keseluruhan maupun dari segi gender. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan berikut:

1. Data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar mahasiswa, yaitu dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi. Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi Hake.

2. Menguji hipotesis yang diajukan dengan menggunakan uji statistik yang sesuai dengan permasalahan dan persyaratan analisis statistik.

Analisis data kualitatif digunakan untuk mengkaji tentang dampak kemandirian belajar mahasiswa terhadap kemampuan berpikir kreatif. Data yang digunakan meliputi skor kemampuan berpikir kreatif, angket kemandirian belajar dan hasil wawancara. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan dua tahapan berikut: 1. Menganalisis hubungan antara kemandirian belajar dengan kemampuan berpikir

kreatif mahasiswa dengan menghitung persentase jawaban mahasiswa dalam setiap indikator angket kemandirian belajar dihubungkan dengan persentase jawaban mahasiswa dalam soal berpikir kreatif.

(21)

2. Mendeskripsikan hasil analisis dampak kemandirian belajar terhadap kemampuan berpikir kreatif mahasiswa yang dilengkapi dengan deskripsi hasil wawancara mahasiswa.

(22)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN Hasil Pretes dan Postes

Hasil data pretes dan postes dianalisis untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa. Tahap awal yang dilakukan adalah analisis deskriptif data menggunakan SPSS versi 17 sebagai berikut:

Tabel 3

Analisis Deskriptif Data Pretes dan Postes

N Minimum Maximum Sum Mean Std.

Deviation Variance Pretes 25 0 39 498 19.9 10.688 114.243 Postes 25 87 63 1785 71.4 5.346 28.583 Valid N (listwise) 25

Berdasarkan tabel 3 rerata pretes (19,9) dan postes (71,4) berbeda jauh, peningkatan (gain) nya adalah 51,48. Berdasarkan rata-rata data pretes dan postes dapat diketahui rata-rata gain ternormalisasinya dengan menggunakan Rumus Gain ternormalisasi ( ) yang diperkenalkan oleh Hake (1999) yaitu:

dengan kriteria interpretasinya sebagai berikut: Tabel 4

Kriteria Gain Ternormalisasi

(Gain Ternormalisasi) Interpretasi Tinggi Sedang Rendah

Skor gain ternormalisasinya = (71,4 – 19,9)/( 80-19,9) = 0,856. Berdasarkan kriteria gain ternormalisasi di atas peningkatannya berada pada kategori tinggi.

(23)

Hasil Angket

Hasil angket dengan bentuk pernyataan negatif ditunjukkan pada grafik di bawah ini:

Grafik. 1

Hasil angket kemandirian belajar (pernyataan negatif) Keterangan:

1. Menilai bahwa cara belajar matematika membatasi kerja kreatif 2. Merasa terbebani memilih materi matematika yang perlu dipelajari

3. Merasa ragu dapat menyelesaikan tugas matematika yang sulit dengan baik 4. Merasa ringan belajar matematika tanpa target

5. Merasa repot untuk mempelajari materi matematika yang sama dari beragam buku 6. Merasa cemas mengetahui kekurangan sendiri dalam matematika

7. Merasa cemas apabila hasil belajar matematika dipantau

8. Menganggap kegagalan dalam ujian matematika yang lalu karena soal terlalu sulit 9. Menunggu bantuan teman ketika mengalami kesulitan belajar matematika

10. Merasa takut mengemukakan pendapat dalam diskusi matematika 11. Merasa terganggu belajar matematika dalam kelompok

12. Menghindar mempelajari ulang materi matematika yang belum dikuasai

13. Menilai bahwa penetapan strategi belajar matematika tertentu akan menghambat kreativitas 14. Menilai bahwa tugas matematika yang sulit menghambat pencapaian hasil belajar yang baik

Berdasarkan grafik di atas, ada beberapa pernyataan negatif yang masih sering dilakukan oleh mahasiswa yaitu Merasa cemas apabila hasil belajar matematika dipantau, Menganggap kegagalan dalam ujian matematika yang lalu karena soal terlalu sulit, dan Merasa takut mengemukakan pendapat dalam diskusi matematika

(24)

Sedangkan hasil angket dengan bentuk pernyataan positif ditunjukkan pada grafik berikut:

Grafik 2.

Hasil angket kemandirian belajar (pernyataan positif) Keterangan:

1. Menetapkan target belajar matematika untuk membantu cara belajar 2. Mengerjakan tugas matematika karena menyukainya

3. Merasa tertantang mengerjakan soal matematika yang sulit 4. Mencoba menerapkan cara belajar teman yang pandai matematika

5. Mempelajari beragam sumber untuk memperoleh pemahaman matematika yang baik 6. Mengevaluasi sendiri hasil ujian matematika sebagai umpan balik belajar

7. Merasa yakin akan berhasil baik dalam ujian matematika 8. Menyadari kesalahan pekerjaan ujian matematika yang lalu

9. Menerima pendapat teman yang berbeda ketika belajar matematika

10. Mengatur cara belajar matematika untuk membantu mencapai hasil yang baik 11. Mengetahui materi matematika yang perlu dipelajari ulang

12. Berpendapat kritikan dari teman ketika belajar matematika menambah semangat belajar 13. Membuat jadwal belajar matematika untuk membantu mencapai target yang telah ditetapkan

14. Berpandangan bahwa tugas matematika yang berat adalah tantangan untuk berhasil dalam belajar

Pada grafik di atas menunjukkan bahwa semua indikator kemandirian belajar yang tertuang dalam pernyataan di atas sudah sering dilakukan oleh mahasiswa. Secara keseluruhan setelah melakukan pembelajaran menggunakan PBL mahasiswa sudah cukup mandiri dalam belajar matematika.

(25)

Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan kepada 5 orang mahasiswa yang telah mendapatkan pembelajaran sistem bilangan dengan menggunakan PBL. Berikut hasil wawancaranya: Mahasiswa 1 telah mengetahui PBL. Dia senang menggunakan PBL karena dapat bekerja bersama-sama dengan teman kelompok. Mahasiswa 2 telah mengetahui PBL. Pandangannya terhadap PBL adalah positif, dia senang belajar menggunakan PBL karena dapat melatih untuk bekerjasama dan menyampaikan pendapat. Mahasiswa 3 Pandangannya terhadap pembelajaran PBL baik, karena dapat mencari solusi matematika secara bersama-sama dan mengakomodir kemampuan kognitif dan afektif dan dapat memperluas wawasan. Mahasiswa 4 merasa kurang senang dengan model pembelajaran PBL karena lebih jelas kalo dijelaskan oleh dosen. Jawaban Mahasiswa 5 menyukai pembelajaran PBL, namun masih perlu bimbingan dari dosen. Dengan PBL dia menjadi termotivasi untuk terus belajar.

(26)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 KESIMPULAN

Berdasarkan analisis, hasil penelitian dan pembahasan yang sudah diungkapkan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran problem based learning. Peningkatannya berada pada level tinggi; (2) Mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran problem based learning telah mandiri dalam belajar matematika.

7.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan temuan hasil penelitian, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Apabila Problem Based Learning akan digunakan dalam pembelajaran, dosen perlu meluangkan cukup banyak waktu sebelum pembelajaran, hal tersebut diperlukan untuk mempelajari cara berfikir siswa, menyusun bahan ajar dengan mempertimbangkan waktu.

2. Pembelajaran matematika dengan Problem Based Learning disarankan untuk diteliti lebih dalam, lebih tajam dan lebih luas penerapannya di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sekolah setara, dengan memperhatikan kecukupan waktu dan kesiapan siswa dalam memperoleh pembelajaran tersebut.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. (1997). Classroom Instruction and Management. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Chusna.D.S.A, (2015). Proses Berpikir Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Pembuktian ditinjau dari Perbedaan Gender (Penelitian Dilakukan terhadap Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika JPMIPA FKIP UNS Angkatan 2013 Tahun Ajaran 2013/2014). Tesis Universitas Sebelas Maret: tidak diterbitkan.

Dettori, G. & Donnatella, P. (2011).Fostering Self Regulated Learning through ICT. The United States of America: Information Science Reference (IGI Global). Hake, R. R. 1999. Interactive Engagement Versus Traditional Method: A Six

Thousand Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Course. American Journal Physics. 66. 64-74.

Hartanto.(2010). Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Aplikasi Matematika Siswa pada Pembelajaran Open Ended dan Konvensional di Sekolah Menengah Pertama. Disertadi UPI: Tidak diterbitkan.

Muhson, A. (2009). Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa melalui Penerapan Problem Based. Jurnal Pendidikan. Volume 39, Nomor 2, November 2009, hal. 171-182

Sumarmo, U. (2014). Advanced Mathematical Thinking dan Habit of Mind Mahasiswa(Bahan Kuliah). Bandung: FPMIPA UPI.

Sumarmo, U. (2010). Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik. Tersedia:

http://math.sps.upi.edu/wp-content/uploads/2010/02/KEMANDIRIAN-BELAJAR-MAT-Des-06-new.pdf (27 Nopember 2012).

Sumarmo, U. (2006). Berpikir Matematika Tingkat Tinggi: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan Pada Siswa Sekolah Menengah dan Calon Guru. Makalah disajikan pada Seminar Pendidikan Matematika di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjajaran Tanggal 22 April 2006. Tidak diterbitkan.

Suryadi, D. (2003). Pengembangan Bahan Ajar dan Kerangka-Kerja Pedagogis Matematika untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP (Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahap I). Bandung: UPI.

(28)

Susanto, H.A. (2008). Mahasiswa Field Independent Dan Field Dependent Dalam Memahami Konsep Grup. Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika 2008. Hal 64-77.

Tall, D. (1991). Advanced Mathematical Thinking. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.

Tandling, E. (2011). Peningkatan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Peserta didik Sekolah Menengah Atas melalui Strategi PQ4R dan Bacaan Refutation Text. Disertasi UPI : Tidak diterbitkan.

Teaching Excellence in Adult Literacy (TEAL). (2010). Self Regulated Learning. American Institutes For Research

Zhu, Z. (2007). Gender differences in mathematical problem solving patterns: A review of literature. International Education Journal, Vol.8, No. 2, Hal. 187- 203.

Zimmerman, B. J. (1990). Self-Regulated Learning and Academic Achievement: An Overview. Journal of Education Psychology. 25. (I). 3-17.

Zumbrunn, S., Tadlock, J., Robert, E.D. (2011).Encouraging Self Regulated Learning in the Classroom: A Review of the Literature. Metropolitan Educational Research Consortium (MERC): Virginia Commonwealth University.

(29)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen

KISI-KISI ANGKET SKALA KEMANDIRIAN BELAJAR

No Aspek yang diukur Indikator Kemandirian Belajar Nomor Pernyataan Jumlah Pernyataan Positif Negatif 1 Tahap pemikiran dan perencanaan Inisiatifdanmotivasibelajarinstri nsik 3 18, 26 3 2 Kebiasaan mendiagnosa kebutuhan belajar 21 11,5 3

3 Menetapkan tujuan/ target

belajar 2, 23 9 3

4

Tahap monitoring kinerja

Memilih, menerapkan strategi

belajar 6 27 2

5 Memonitor, mengatur, dan

mengkontrol belajar 19 12,1 3

6 Memandang kesulitan sebagai tantangan 4 28 2

7 Memanfaatkan dan mencari

sumber yang relevan 7 10 2

8

Tahaprefleksi

Mengevaluasi proses dan hasil

belajar 13,15 17 3

9 Self eficacy/ Konsep diri/ Kemampuan diri

14,16,

22,24 8 ,20, 25 7

(30)

ANGKET SKALA KEMANDIRIAN BELAJAR Petunjuk:

Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda menilai dengan cara membubuhkan tanda cek √ pada kolom yang sesuai dengan pendapat Anda. Nyatakan seberapa sering Anda melaksanakan kegiatan/pendapat/perasaan di bawah ini. Jawaban Anda akan dijaga kerahasiaannya.

Nama mahasiswa : ... Semester/kelas : ... Keterangan Ss : Sering sekali, Sr : Sering, Jr : Jarang, JS : Jarang sekali No

Kegiatan/Perasaan Respons

Ss Sr Jr Js

1. Menilai bahwa cara belajar matematika membatasi kerja kreatif 2. Menetapkan target belajar matematika untuk membantu cara belajar

3. Mengerjakan tugas matematika karena menyukainya

4. Merasa tertantang mengerjakan soal matematika yang sulit 5. Merasa terbebani memilih materi matematika yang perlu dipelajari

6. Mencoba menerapkan cara belajar teman yang pandai matematika

7. Mempelajari beragam sumber untuk memperoleh pemahaman matematika

yang baik

8. Merasa ragu dapat menyelesaikan tugas matematika yang sulit dengan baik 9. Merasa ringan belajar matematika tanpa target

10. Mempelajari materi matematika yang sama dari beragam buku merepotkan

11. Merasa cemas mengetahui kekurangan sendiri dalam matematika

12 Merasa cemas hasil belajar matematika dipantau

13. Mengevaluasi sendiri hasil ujian matematika sebagai umpan balik belajar 14. Merasa yakin akan berhasil baik dalam ujian matematika

15. Menyadari kesalahan pekerjaan ujian matematika yang lalu

16. Menerima pendapat teman yang berbeda ketika belajar matematika

17. Menganggap kegagalan dalam ujian matematika yang lalu karena soal terlalu sulit

18. Menunggu bantuan teman ketika mengalami kesulitan belajar matematika

19. Mengatur cara belajar matematika untuk membantu mencapai hasil yang

baik

20. Merasa takut mengemukakan pendapat dalam diskusi matematika

21. Mengetahui materi matematika yang perlu dipelajari ulang

22. Berpendapat kritikan dari teman ketika belajar matematika menambah semangat belajar

23. Membuat jadwal belajar matematika untuk membantu mencapai target yang

telah ditetapkan

24. Berpandangan bahwa tugas matematika yang berat adalah tantangan untuk berhasil dalam belajar

25. Merasa terganggu belajar dalam kelompok matematika 26. Menghindar mempelajari ulang materi matematika yang belum dikuasai

27. Menilai bahwa penetapan strategi belajar matematika tertentu akan menghambat kreativitas

28. Menilai bahwa tugas matematika yang sulit menghambat pencapaian hasil belajar yang baik

(31)

Lampiran 2. Personalia tenaga peneliti beserta kualifikasinya

Nama Kualifikasi/ Tugas

In In Supianti, M.Pd Pendidikan Matematika,

Dosen Tetap Universitas Pasundan

Tugas:

- Penanggung jawab kegiatan

- Mengkoordinasikan seluruh kegiatan penelitian. - Menyusun rencana kerja setiap kegiatan. - Membuat instrumen penelitian

- Melakukan uji coba instrumen penelitian

- Melakukan pretes, pembelajaran PBL, dan postes (melakukan penelitian dan pengumpulan data)

- Melakukan Evaluasi dan refleksi

- Menyusun laporan

Nenden Mutiara Sari, M.Pd Pendidikan Matematika,

Dosen Tetap Universitas Pasundan

Tugas:

- Menyusun rencana kerja setiap kegiatan - Membuat instrumen penelitian

- Melakukan uji coba instrumen penelitian

- Melakukan pretes, pembelajaran dengan PBL, dan postes (melakukan penelitian dan pengumpulan data)

- Melakukan Evaluasi dan refleksi - Menyusun laporan

(32)

Lampiran 3. Publikasi, dan Produk penelitian lainnya

International Conference on Research, Implementation and Education of Mathematics and Sciences (ICRIEMS) Diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada tanggal 14 s.d 16 Mei 2016, prosiding dapat di lihat pada http://seminar.uny.ac.id/icriems/proceedings2017

(33)
(34)

Implementation of E-learning in Mathematics

Learning on Self Regulated Learning Student

In in Supianti1) and Nenden Mutiara Sari2)

1,2)Departmen of Mathematics Education, Pasundan University

Jl. Sumatra No. 41 Bandung 40117 a)

Corresponding author: 1)supianti@unpas.ac.id, 2)nenden.mutiara@unpas.ac.id

Abstract.The purposes of this study to know the improvement of student’s self regulated learning (SRL) and the

describing of student’s SRL after getting the learning of mathematics by using e-learning. Methods of research is mix method, the embedded design. The subject are 40 students of the second semester of Mathematics Education in Pasundan University. The instrument are questionnaire, interview, and observation sheet. The result of this research is there is an increase of student’s SRL which is still low after getting of mathematics by using e-learning. Increased aspects of SRL are: (1) having initiative in learning mathematics; (2) determining learning objectives; (3) utilizing and finding relevant sorces in learning mathematics.

Keywords: web-centric course, e-learning and self regulated learning

INTRODUCTION

SRL is an important component in mathematics learning should be improved. Long [11] looked at learning as a cognitive process that is influenced by several factors such as the individual circumstances, previous knowledge, attitudes, individual views, content, and manner of presentation. One important sub-factor of the individual circumstances that affect learning is self regulated learning. Wang et al [1] show that involved the high achievement of student’s SRL activities, such as goal setting, planning, monitoring, readjustment of the strategy used, evaluation and reflection.

There are three characteristic of SRL: (1) Individual designing their own learning in accordance with the purposes or objectives of the individual; (2) Individuals choosing a strategy and implement the design study: then (3) Individual monitoring their own learning progress, evaluating the results of his study and compared with certain standards [11]. These characteristics describe the state of the high individual personalities and load the metacognitive process in which individuals

consciously designing, implementing, and evaluating learning and himself carefully. Habit learning activities such as above cumulatively to foster learning disposition or a strong desire for learning on the individual concerned. In further developments, the ownership of the disposition of a high learning on the individual, the individual will form a tough, tenacious, responsible, have a high achievement motivation, and helps individuals achieve the best results.

SRL also determines the success of students in learning. Darr and Pintrich [5] found that

SRL strongly correlates with one's success and positively affects to learning and achievement of learning outcomes. In addition, Hargis [3] states that individuals who have a high SRL tend to learn better, be able to monitor, evaluate, and organize effective learning; save time in completing its tasks; regulate learning and time efficiently, and get high score in science. Another study reported that students who have a degree of high self-efficacy showed a high degree of SRL also [12].

In higher education, SRL more needed for use in completing tasks on open project or problem-solving, thesis and dissertations. When individuals face the task as above, he was faced with the abundant resources that may be relevant or irrelevant to the needs and goals of the individual concerned. In such conditions individuals must have their own initiatives and intrinsic motivation, analyzing needs and formulating goals, selecting and applying problem-solving strategies, selecting the relevant sources, and evaluate yourself against the appearance.

(35)

Based on expert opinion, Sumarmo [11] summarizes some indicators of SRL are: a) having Initiative and intrinsic learning motivation; b) diagnosing learning needs; c) setting goals/targets for learning; d) monitoring, regulating, and controling the learning; e) Looking adversity as a challenge; f) Utilizing and locating relevant sources; g) selecting, implementing learning strategies; h) Evaluating the learning process and results; i) Having self eficacy/self concept. Based on observations, student’s SRL at Mathematics Education of Pasundan University is still low, seen from some of the SRL indicators are not owned by students there are: 1) the student has not had its own learning initiatives, they are waiting for instructions or giving the task of lecturers in the study; 2) has not been used to diagnose learning needs, students learn the material provided by the lecturer, not that they need; 3) goals / targets of student learning is still limited to receiving a satisfactory value, not the ability that should they develop; 4) some students are still not able to monitor, manage, and control the study, they were impressed to learn as necessary; 5) there are students who give up when faced with difficulties, even some who avoided; and the most common mistake done by the students is 6) they rarely evaluate the process and outcomes of learning.

The above circumstances should not we let stand, be appropriate to increase student’s SRL, one that can be cultivated is the application of learning models which gives an opportunity open for students to learn independently. This learning model must be able to optimize students' learning motivation; create trained students learn independently; streamline the learning process of students; and able to cope with the fast growing knowledge and technology,

One solution that is deemed appropriate to achieve these objectives is the implementation of e-learning as a learning model, which gives students the opportunity to learn independently through that teaching is programmed interactively. E-learning has a comparative advantage, as in e-learning computer program can be used in teaching some concepts that may be very difficult if submitted manually, demanding level of accuracy is very high, requiring a lot of repetitions, and require the exercise exploration concept for students.

Sloman [10] said "e-learning is the delivery of learning or training using electronically-based approaches, mainly through the internet, an intranet, extranet or Web (the e is short for electronic, originally popularized for e-mail, the transmission of messages digitally through a communications network). Through e-learning students can access teaching materials or structured tasks independently without being limited by time and distance. E-learning also provides easy access (internet) for students. Among these are access to distance learning, the latest information, the site of the necessary education, group discussions in newsgroups, e-mail, and file transfer. According Shimojo [8], the use of internet communication in the field of education and research, including: (1) analyze the structure of knowledge to create a good learning; (2) evaluate the performance of students through concept maps, knowledge structure analysis and concept-map the diagnosis of learning; (3) implement computer-supported collaborative learning, distance education; and (4) create courseware on the web for school students is concerned.

e-learning characteristic is productive, which implies the emergence of a lot of creative ideas generated; innovative in the sense that the development of new breakthroughs in the field of learning that complements conventional learning model; efficient, in the sense that the more efficient is seen from the aspect of funds, personnel, or time; flexible, which means that the learning models varied, diverse, flexible and rich with the method/approach; interactive in the sense that it contains based activities stimulus-response, so that intensive interaction takes place between teachers and students, and between one students and other students [8].

Koohang and Harman [7] states that e-learning is an educational delivery (all activities relevant to the learning, teaching, and learning) through various electronic media. Koohang [6] states that the proper instructional design principles and theory which included learning is critical to the success of e-learning

The function of e-learning in the learning can be classified into three forms [14],[9]: supplement (extra), complement (complement), or enrichment (enrichment). In the implementation of web-based e-learning can have 3 models are often used, ie Course, Centric Course, or Web-enhanced Course. In the web of course, the Internet is used for educational purposes in the form of distance learning without face-to-face activities. Unlike the web-course, in the course are web-centric learning activities that integrate the activities to-face and distance learning. In a web-enhanced course, the Internet is used to provide enrichment (enrichment) on the students, as well as a communication tool between teachers and students, between students and students or between students and resources.

(36)

Today some mathematics education courses at universities across Indonesia has much to implement e-learning (web-based) in learning, one mathematics education courses at the University of Pasundan. E-learning is implementedweb-centric coursenamely that involves classroom learning (face-to-face) and online learning. This model is quite effective to increase the efficiency of classroom learning and discussion or add / seek information outside the classroom. This is as presented by Yaniawati [13] that blended learning provides better impact than full e-learning and conventional.

Based on the background of the problems mentioned above, authors conducted a study to determine the impact of the implementation of e-learning (web-centric course) in a lecture to the students' learning independence. Based on the background of the problems that have been described previously, the formulation of the problem is:

a. What student’s SRL increased after getting the learning of mathematics by using e-learning? b. How describing of student’s SRL after getting the learning of mathematics by using e-learning?

METHOD

This study is a mix method between qualitative and quantitative, the embedded design. Quantitative data obtained from the SRL questionnaire scale are converted into an interval scale, while the qualitative data obtained from observations and interviews.

The population in this study were students of Mathematics Education of Pasundan University. Consideration doing research at the University of Pasundan already has an e-learning that can be utilized in this study.

Furthermore, sampling based on consideration the research materials, lecture material in accordance with the second semester students of the captured material in this study, so that sample was 40 students of the second semester on Mathematics Education of Pasundan University.

The instrument used in this study are scale of self regulated learning, observation sheets and interview.

RESULTS AND DISCUSSION

Results obtained from the questionnaire scale self regulated learning is the average scale of student learning independence before learning 15,50 and after 19,90, It means that the average student learning independence after using e-learning has increased. To view the increase is significant or not, parametric statistical analysis, because the data self regulated learning of students before and after the learning using e-learning normal distribution, the t test using SPSS 21. The results concluded that at α = 0.05, an increase self regulated learning student after getting learning by using e-learning, based on the average value of the gain is normalized the increase is at the low category, by category Hake [2].

In line with the results of the questionnaire, the results of interviews with 10 students accounted for 70% of the students stated that the e-learning self regulated learning them better than ever before, they feel the interest and increased motivation to learn mathematics, they can take advantage of and search for learning resources on the Internet, they have also become accustomed to determine learning targets, manage, and control the learning and evaluation.

In contrast to the results of questionnaires and interviews, the observation shows the independence of learning students do not undergo any changes, both increases and decreases and independence of learning in middle category. Conclusion of the questionnaire scale self regulated learning and the observation of distinct, self regulated learning is possible because the increase is so low that in the learning process, the increase is not detected by the observer.

Learning independence [11]is a self-monitoring process of designing and careful review of the cognitive and affective processes in completing academic tasks, self regulated learning is also an awareness of the individual to think, use strategy and sustainable motivation, and evaluate learning outcomes. Judging from the sense of self regulated learning is a process that can be improved, but requireshabituation, a strong will as much based on internal factors of each individual, so it is not easy to be able to change it.

At the time of observation the researchers also found that students tend to have higher attention to the practice of using a computer to learn compared to e-learning, as may the use of computers in mathematics learning is a new learning experience for them. This is evident from their

(37)

habit during learning, they are more frequently asking about technical matters relating to the use of computers or e-learning compared to the content of e-learningnya material.

Researchers also learning to e-learning in this study to help some students who are busy with extracurricular activities or students who have activities outside learning activities such as work or family activities that they can not leave, they would be able to follow the learning process experienced by friends or a place and a different time. Similarly, the lecturers who have problems with time and distance learning process can continue, so that the distance is not a barrier anymore time for the implementation of the learning process.

CONCLUSION

Based on the analysis, the results of research, and discussions that have been disclosed earlier, obtained the following conclusion: "There is an increase in student self-sufficiency is still low after getting learning by using e-learning". The aspects of increased mathematics learning independence are (1) having initiative in learning mathematics; (2) determining the learning targets; (3) utilizing and finding relevant sources in learning mathematics.

ACKNOWLEGMENT

The authors thank to the Department of Mathematics Education, Pasundan University

REFERENCES

1. Abdullah, M. F. N. L. dan Iannone, P. (2010). Analysis of Classroom Interaction From The

Combined View of Self-regulating Strategies and Discourse Analysis: What Can We Do?.

Proceedings of The British Congress for Mathematics Education. 30(1).1-8.

2. Hake, R. R. (1999). Interactive Engagement Versus Traditional Method: A Six Thousand Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Course. American Journal

Physics. 66. 64-74.

3. Hargis, J. (2000). The Self-Regulated Learner Advantage: Learning Science on the Internet. Electronic Journal of Science Education (ESJE), Vol. 4 No. 4.

4. Indrawan, R. & Yaniawati, R. P. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

5. Izzati, N. (2012). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar

Peserta didik SMP melalui Pendekatan Pendidikan Matematika. Disertasi UPI: Tidak

diterbitkan.

6. Koohang, A. (2004). A Study of users’ perceptions toward e-learning courseware usability.

International Journal on E-Learning, 3(2), 10-17.

7. Koohang, A., Riley, L. & Smith, T. (2009). E-Learning and Constructivism: From Theory to Application. Interdisciplinary Journal of E-Learning and Learning Objects. 5, 91-109. 8. Kusumah, Y. S. (2011). Aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran

Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Matematis Siswa. Disajikan dalam Kegiatan

Pelatihan Aplikasi Teknologi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika di SPS UPI, 16 Desember 2011.

9. Rahmasari, G. dan Rita, T. (2012). E-learning Pembelajaran Jarak Jauh untuk SMA. Yrama Widya: Bandung.

10. Sloman, M. (2002). The E-learning Revolution How Technology is Driving a New Training

Paradigm. New York: American Management Association (AMACOM).

11. Sumarmo, U. (2010). Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan

Pada Peserta Didik. Tersedia:

http://math.sps.upi.edu/wp-content/uploads/2010/02/KEMANDIRIAN-BELAJAR-MAT-Des-06-new.pdf (27

Nopember 2012).

12. Wongsri,N., Cantwell, R.H., Archer, J. (2002). The Validation of Measures of Self-Efficacy,

(38)

Annual Conference of the Australian Association for Research in Education, Brisbane, December 2002.

13. Yaniawati, R. P. (2013). E-learning to Improve Higher Order Thinking Skills (HOTS) of Students. Journal of Education and Learning. Vol 7(2), 109-120

14. Yaniawati, T. P. (2010) . E-learning: Alternatif Pembelajaran Kontemporer. Bandung: Arfino Raya.

Gambar

Gambar 1  Proses Iterative dalam PBL (Queen's University, dalam Muhson, 2009)  PBL merupakan model pembelajaran yang memiliki esensi sebagai berikut: 1)  mahasiswa bekerja secara individual atau kelompok kecil, 2)  tugas pembelajarannya  adalah  menyelesai
Tabel 1. Sintaks PBL
Gambar 2 Siklus Kemandirian Belajar
Gambar 3 Siklus SRL
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 78: Suami isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap; Rumah kediaman yang dimaksud dalam ayat (1), ditentulan oleh suami isteri bersam; Kewajiban Orang

Pada hemolisis terjadi pemecahan membran eritrosit, sehingga dalam proses tersebut dapat mengeluarkan enzim SGPT yang dalam keadaan normal terdapat dalam eritrosit

Canada and US] ACT-EU Equivalence [ACT Organic Standard - EU Equivalence], ACT-COR/NOP Equivalence [CAN/CGSB 32-310 – Canada and US ] Others: 3 Produksi jamur/kecambah

Pada input realisasi manual seluruh data akan diinputkan secara manual berdasarkan data perencanaan kegiatan SKP dosen yang sudah disetujui oleh penilai. Unsur yang

Berangkat dari gejala tersebut peneliti memfokuskan penelitian pada komunitas Baduy Luar, karena mereka meskipun secara adat dianggap orang-orang yang melanggar adat, tidak loyal

Modal dalam usahatani yang didalamnya termasuk usaha peternakan ayam petelur dapat diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berlebihan kepemilikan saham di atas 25% oleh manajer dapat menyebabkan manajer untuk mengelola pendapatan, dan gabungan peran ketua

Berbicara bahasa Inggris merupakan hal yang sangat penting, dan memberikan banyak alasan untuk seseorang belajar bahasa Inggris secara mendalam. Belajar bahasa