• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Banyak orang memperkirakan bahwa dengan laju pertumbuhan penduduk di dunia yang tetap tinggi setiap tahun, sementara lahan yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan pertanian semakin sempit, maka pada suatu saat dunia akan mengalami krisis pangan (kekurangan stok), seperti juga diprediksi oleh teori Malthus. Dalam teori Malthus, pengertian krisis pangan adalah dalam arti persediaan terbatas sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan bagi semua penduduk dunia. Namun, keterbatasan stok pangan bisa diakibatkan oleh dua hal, yakni karena volume produksi rendah (yang disebabkan oleh faktor cuaca atau lainnya), sementara permintaan besar karena jumlah penduduk bertambah, atau akibat distribusi yang tidak merata (Tambunan, 2003).

Berkembang pesatnya penduduk beserta seluruh aktivitas sosial, ekonomi dan politik telah menimbulkan tantangan dan masalah yang sangat kompleks dan sangat mempengaruhi upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional. Situasi krisis pangan yang dialami oleh berbagai bangsa termasuk Indonesia, memberikan pelajaran bahwa ketahanan pangan harus diupayakan sebesar mungkin bertumpu pada sumberdaya nasional dengan keragaman antar daerah, karena ketergantungan menyebabkan kerentanan yang tinggi. Tidak satupun negara dapat melaksanakan pembangunan berkelanjutan tanpa terlebih dahulu mengatasi masalah ketahanan pangannya. Oleh sebab itu, perwujudan ketahanan pangan yang bertumpu pada sumberdaya pangan, kelembagaan dan budaya lokal telah menjadi komitmen nasional untuk diwujudkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

(2)

bersama masyarakat dalam arti luas termasuk dunia usaha yang bergerak di bidang pangan (Suryana, 2003).

Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh sebab itu, ketahanan pangan merupakan program utama dalam pembangunan pertanian saat ini dan masa mendatang. Kementerian Pertanian menargetkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan atas tanaman pangan pada tahun 2010-2014 yakni padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar (BPK, 2012).

Jagung sebagai bahan pangan merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Namun, jagung di Indonesia belum sepenuhnya menjadi komoditas yang dapat diandalkan. Selain karena petani jagung masih menerapkan sistem pengolahan lahan secara tradisional, disisi lain harga dan pasar jagung masih jauh dari yang diharapkan oleh petani. Padahal, jagung masih banyak dibutuhkan untuk bahan baku berbagai industri. Jagung banyak dibutuhkan untuk industri pakan ternak. Indonesia akhir-akhir ini mampu menyerap kurang lebih 120.000 ton jagung pipilan kering setiap bulannya. Menurut survei di lapangan, penggunaan jagung sebagai pakan ternak terus meningkat dengan kenaikan sekitar 10 % untuk setiap tahun. Sementara itu, industri lain, khususnya industri makanan, juga masih banyak membutuhkan jagung. Misalnya, industri gula jagung, tepung meizena,

industri rumah tangga, industri farmasi, dan sebagainya (Martodireso dan Widada, 2002).

(3)

Daerah pertumbuhan jagung meliputi skala lingkungan yang sangat luas, yaitu antara 580 LU - 400 LS. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 0-1300 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan tahunan 250-10.000 mm. Jagung dapat hidup di daerah yang beriklim panas dan di daerah yang beriklim sedang, yaitu pada temperatur 23-270C. Jagung dapat tumbuh pada semua jenis tanah seperti tanah berpasir maupun tanah liat berat. Namun, tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan pH tanah (keasaman tanah) antara 5,5-7,0 (Suprapto dan Marzuki, 2002).

Terdapat beberapa jenis jagung yang dapat ditanam di Indonesia, yaitu dent corn (jagung gigi kuda-Zea mays indentata) dan flint corn (jagung mutiara-Zea mays indurata). Jagung mutiara berbentuk bulat dan umumnya berwarna putih. Biji bagian luar keras dan licin karena terdiri dari pati keras. Jagung jenis lokal Indonesia umumnya adalah tipe jagung mutiara. Jenis jagung lain, seperti sweet corn (jagung manis-Zea mays saccharata) dan pop corn (jagung berondong-Zea mays everta) mulai banyak dikenal oleh masyarakat. Di beberapa daerah terdapat jagung ketan atau waxy corn (Zea mays ceratina) yang memiliki kandungan amilopektin yang tinggi menyebabkan rasa pulen pada jagung ketan (Purwono dan Heni, 2007).

Usaha peningkatan produksi jagung nasional dilakukan dengan upaya penambahan luas tanam dan peningkatan produktivitas melalui pengenalan varietas unggul. Upaya peningkatan produksi jagung juga dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk yang tepat waktu, tepat dosis, dan tepat komposisi dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi (BKP, 2011).

(4)

Hampir seluruh bagian tanaman jagung memiliki nilai ekonomis. Secara umum, beberapa manfaat bagian-bagian tanaman jagung sebagai berikut.

a) Batang dan daun muda untuk pakan ternak

b) Batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau atau kompos c) Batang dan daun kering untuk kayu bakar

d) Batang jagung untuk lanjaran (turus) e) Batang jagung untuk pulp (bahan kertas)

f) Buah jagung muda untuk sayuran, perkedel, bakwan, dan sambal goreng

Secara garis besar kegunaan jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahan pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri.

1. Bahan pangan

Biasanya jagung dibuat dalam bentuk makanan seperti nasi jagung, bubur jagung, jagung campuran beras, dan banyak lagi makanan tradisional yang berasal dari jagung.

2. Bahan pakan tenak

Jagung merupakan salah satu bahan campuran pakan ternak. Bahkan, di beberapa pedesaan jagung digunakan sebagai bahan pakan utama. Biasanya, jagung dicampur bersama bahan pakan lain seperti dedak, shorgum, hijauan dan tepung ikan. Pakan berbahan jagung umumnya diberikan pada ternak ayam, itik, dan puyuh.

3. Bahan baku industri

Produk olahan jagung banyak beredar di pasaran. Produk olahan jagung tersebut, umumnya berasal dari industri rumah tangga hingga industri besar. Beberapa

(5)

industri yang mengolah jagung menjadi produk, secara garis besar adalah sebagai berikut.

• industri giling kering, yaitu menghasilkan tepung jagung

• industri giling basah, yaitu mengahasilkan pati, sirup,gula jagung, minyak, dan dextrin

• industri destilasi dan fermentasi, yaitu industri yang menghasilkan etil alkohol, aseton, asam laktat, asam sitrat, gliserol, dan lain-lain (Purwono dan Rudi, 2005)

Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran pakan ternak. Selain bahan pakan ternak, saat ini juga berkembang produk pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di kalangan masyarakat. Produk tersebut banyak dijadikan bahan baku untuk pembuatan produk pangan. Dengan gambaran potensi pasar jagung tersebut, tentu membuka peluang bagi petani untuk menanam jagung atau meningkatkan produksi jagungnya. Potensi pasar jagung di Indonesia pun semakin terbuka luas setelah adanya larangan impor jagung dari beberapa negara karena terindikasi membawa bibit penyakit mulut dan kuku (Purwono dan Rudi, 2005).

Karakteristik pasar dan pola produksi komoditas jagung merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap sistem pasar komoditas tersebut. Karakteristik pasar jagung dicirikan sebagai berikut.

(6)

1. Produksi jagung bersifat musiman dan rentan terhadap bencana alam, sehingga penawaran jagung sangat fluktuatif. Usahatani secara intrinsik mengandung resiko produksi (production risk) yang tinggi. Resiko produksi jagung yang tinggi dapat mempengaruhi ketahanan ekonomi keluarga petani, perekonomian desa maupun ketahanan pangan nasional.

2. Dalam pemasaran hasil posisi tawar petani jagung cenderung lemah, dikarenakan : (a) umumnya petani menjual jagung segera setelah panen dalam bentuk tongkol atau pipilan basah bahkan secara tebasan; (b) petani dihadapkan pada kebutuhan uang tunai untuk penggarapan lahan pertanaman berikutnya, karena itu nilai tambah dari pasca panen lebih banyak diminati oleh para pedagang, dan (c) penawaran jagung tidak elastis dan pasar jagung tersegmentasi secara lokal.

3. Perpaduan antara produksi jagung yang fluktuatif, dan penawaran jagung yang tidak elastis menyebabkan fluktuasi harga jagung di tingkat petani sangat tinggi dan tidak menentu. Ini berarti di samping resiko produksi, petani jagung juga menghadapi resiko harga (price risk) yang tinggi sehingga secara keseluruhan resiko usahatani jagung sangat tinggi. Fluktuasi produksi dan harga jagung juga merupakan resiko usaha bagi pedagang jagung yang diinternalisasikan ke dalam ongkos (marjin) pemasaran yang lebih tinggi. Pada kondisi tertentu, intervensi pemerintah untuk menstabilkan harga jagung bermanfaat untuk meningkatkan produksi jagung dalam negeri guna pemantapan ketahanan pangan dan pemacuan perekonomian desa.

4. Harga jagung di tingkat konsumen dan di tingkat produsen (petani) bersifat asimetri. Ini berarti, peningkatan harga jagung di tingkat konsumen tidak

(7)

ditransmisikan secara sempurna ke harga jagung di tingkat petani. Dengan demikian, fluktuasi harga jagung cenderung merugikan petani dan konsumen (Litbang, 2010).

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menetapkan kebijakan harga referensi daerah (HRD) jagung tahun 2012 sebesar Rp 2.133/kg pipilan kering. Dengan standart yang telah ditetapkan sebagai berikut.

1. Kadar air 17%

2. Aflatoxin maksimal 50 pbb 3. Tidak berjamur

4. Kotoran, biji rusak/mati, campuran dan lain-lain maksimal 3% (BKP, 2012).

Harga hasil-hasil pertanian dalam jangka pendek, cenderung mengalami naik dan turun yang relatif besar. Harga bisa mencapai tingkat yang sangat tinggi pada suatu masa, sebaliknya akan mengalami kemerosotan yang buruk pada masa berikutnya. Ketidakstabilan harga tersebut dapat disebabkan oleh permintaan dan penawaran terhadap barang pertanian yang sifatnya tidak elastis. Sifat ini menyebabkan perubahan yang sangat besar terhadap tingkat harga apabila permintaan atau penawaran mengalami perubahan. Faktor yang menimbulkan ketidakstabilan harga pertanian yaitu naik turunnya penawaran dan permintaan.

 Ketidakstabilan yang bersumber dari perubahan penawaran

Tingkat produksi sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada di luar kemampuan petani untuk mengendalikannya. Produksi pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor alamiah. Pada umumnya produksi hasil pertanian

(8)

selalu berubah-ubah dari satu musim ke musim lainnya. Perubahan musiman ini terutama dipengaruhi oleh keadaan cuaca, iklim dan faktor-faktor alamiah yang lain. Selain itu, serangan hama tanaman dan binatang pengganggu juga dapat menimbulkan pengaruh yang penting terhadap perubahan produksi hasil pertanian. Pada periode jangka pendek maupun jangka panjang, permintaan terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis. Di dalam jangka panjang, hal ini disebabkan karena elastisitas permintaan pendapatan terhadap barang pertanian rendah, yaitu kenaikan dalam pendapatan hanya menimbulkan kenaikan yang kecil saja terhadap permintaan. Di dalam jangka pendek, permintaan terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis karena kebanyakan hasil-hasil pertanian merupakan barang kebutuhan pokok harian, yaitu digunakan setiap hari. Walaupun harganya sangat meningkat namun jumlah yang sama masih tetap harus dikonsumsi. Sebaliknya pada waktu harga sangat merosot, konsumsi tidak akan banyak bertambah karena kebutuhan konsumsi yang relatif tetap. Oleh karena sifat permintaan atas barang pertanian yang tidak elastis tersebut, maka harga akan mengalami perubahan yang sangat besar sekiranya penawaran hasil pertanian mengalami perubahan.

 Ketidakstabilan yang ditimbulkan oleh perubahan permintaan

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penawaran terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis, yaitu yang pertama adalah karena barang-barang pertanian dihasilkan secara musiman. Kedua, beberapa jenis tanaman memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum hasilnya dapat diperoleh. Tanaman ini seperti tanaman buah-buahan dan bahan mentah. Penawaran barang pertanian yang sukar berubah tersebut diikuti pula oleh ketidakelastisan permintaannya dapat

(9)

menyebabkan perubahan harga yang sangat besar apabila berlaku perubahan permintaan (Sukirno, 2005).

Penawaran dan permintaan bertentangan dalam menentukan harga suatu barang. Pada satu pihak menginginkan harga turun, sedangkan pihak lain menginginkan harga naik. Apabila kedua sisi ini dipertemukan maka diperoleh suatu titik tengah yang disebut dengan titik keseimbangan. Pada titik keseimbangan tersebut akan diperoleh harga keseimbangan dan jumlah barang keseimbangan. Sama halnya dengan penawaran dan permintaan jagung, dimana satu pihak menginginkan harga turun dan pihak lain menginginkan harga naik (Bangun, 2007).

Landasan Teori Penawaran

Fungsi penawaran ialah fungsi yang menyatakan hubungan harga dari suatu barang dengan jumah barang tersebut yang ditawarkan. Hukum penawaran menyebutkan bahwa bila harga naik, jumah barang yang ditawarkan bertambah dan sebaliknya bila harga turun jumlah yang ditawarkan akan turun pula (Desmizar dan Kasir, 2003).

Kurva penawaran adalah suatu kurva atau garis yang menggambarkan hubungan antara harga dengan jumlah penawaran suatu barang. Ciri kurva penawaran antara lain, turun dari kanan atas ke kiri bawah, dan berslop positif artinya perubahan harga searah dengan perubahan jumlah penawaran suatu barang. Sumbu tegak menggambarkan tingkat harga (P) suatu barang, sedangkan sumbu datar adalah jumlah barang yang diminta atau Q. Kurva penawaran tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini (Bangun, 2007).

(10)

Gambar 1. Kurva Penawaran

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas pertanian adalah sebagai berikut (Rahim dan Diah, 2008).

a. Harga input

Besar kecilnya harga input akan mempengaruhi jumlah input (faktor produksi) yang dipakai. Sebagai contoh, bila harga faktor produksi menurun produsen cenderung akan membelinya dalam jumlah yang relatif besar.

b. Harga komoditas itu sendiri

Jika harga semakin murah, penawaran terhadap produk itu berkurang. Hal tersebut berkaitan dengan hukum penawaran,” bila harga suatu komoditas naik, cateris paribus, jumlah komoditas yang ditawarkan akan bertambah dan begitu juga sebaliknya.

c. Harga komoditas lain

Adanya perubahan harga produksi alternatif lain menyebabkan terjadinya jumlah peningkatan produksi atau semakin menurun. Contohnya, bila produsen menganggap harga produk lain lebih baik dari harga produknya menyebabkan produsen beralih mengusahakan produk lain tersebut.

P P1 P2 Q2 P0 Q1 Q0 Q

(11)

d. Teknologi

Perbaikan teknologi atau penggunaan teknologi baru sebagai pengganti teknologi lama akan meningkatkan produksi. Selain itu, kemajuan teknologi menurunkan biaya produksi.

e. Jumlah lembaga pemasaran

Apabila jumlah lembaga pemasaran suatu produk semakin banyak, penawaran produk tersebut akan bertambah.

f. Harapan produsen terhadap harga produk di masa datang

Banyak petani yang bisa meramalkan harga komoditas naik atau turun di masa datang. Hal tersebut merupakan pengalaman petani selama beberapa tahun mengusahakan komoditas tersebut.

Dalam Rahim dan Diah (2008) dituliskan bahwa, bentuk persamaan matematis secara umum dan sederhana yang menjelaskan hubungan antara tingkat penawaran dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas pertanian adalah.

𝑆𝑆 = 𝑓𝑓(𝑃𝑃𝑃𝑃, 𝑃𝑃𝑃𝑃, 𝑃𝑃𝑃𝑃, 𝑇𝑇, 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁, 𝐻𝐻𝑁𝑁𝐻𝐻𝐻𝐻) Dimana:

S = penawaran akan komoditas pertanian Pi = harga input

Px = harga komoditas itu sendiri Py = harga komoditas lain T = teknologi

Nlp = jumlah lembaga pemasaran

(12)

Permintaan

Permintaan masyarakat terhadap barang tertentu berarti kesediaan masyarakat untuk membeli sejumlah barang tertentu, pada tingkat harga tertentu pula. Dengan demikian, kalau tingkat harga barang tertentu tinggi, maka masyarakat hanya bersedia membeli barang tersebut relatif sedikit, kalau dibandingkan kesediaan masyarakat untuk membeli barang tersebut pada tingkat harga yang rendah. Hukum permintaan menyebutkan bahwa, bila harga turun jumlah barang akan bertambah dan sebaliknya bila harga naik, jumlah yang diminta berkurang dengan anggapan lainnya tetap (Desmizar dan Kasir, 2003).

Kurva permintaan adalah suatu kurva atau garis yang menghubungkan antara harga dengan jumlah permintaan suatu barang. Ciri dari kurva permintaan antara lain, garis tersebut turun dari kiri atas ke kanan bawah, dan berslop negatif yang menggambarkan bahwa kedua variabel tersebut berhubungan secara terbalik. Sumbu tegak menggambarkan tingkat harga (P) suatu barang, sedangkan sumbu datar adalah jumlah barang yang diminta atau Q (Bangun, 2007).

Gambar 2. Kurva Permintaan

P P P Q0 P Q1 Q2 Q

(13)

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian adalah sebagai berikut.

a. Harga komoditas itu sendiri

Jika harga semakin murah, permintaan terhadap produk itu bertambah. Hal tersebut berkaitan dengan hukum permintaan, bila harga suatu komoditas naik, cateris paribus, jumlah komoditas yang diminta akan berkurang dan begitu juga sebaliknya (Rahim dan Diah, 2008).

b. Harga komoditas lain

Pengaruh harga komoditas lain terhadap jumlah permintaan suatu barang tergantung pada jenis barangnya. Jenis barang ditentukan berdasarkan sifatnya, yaitu barang substitusi dan barang komplementer (Bangun, 2007).

c. Pendapatan

Tingkat pendapatan mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat sehingga permintaan akan suatu komoditas meningkat (Rahim dan Diah, 2008).

d. Selera

Selera juga dapat mempengaruhi permintaan. Apabila selera masyarakat terhadap suatu barang tinggi, maka perimintaan akan barang tersebut juga tinggi. Begitu juga sebaliknya, apabila selera masyarakat terhadap suatu barang rendah, maka permintaan akan barang tersebut juga rendah.

e. Jumlah penduduk

Semakin tinggi jumlah penduduk maka semakin tinggi jumlah permintaan akan suatu barang. Sebaliknya, permintaan akan suatu barang akan semakin berkurang apabila jumlah penduduk semakin berkurang (Bangun, 2007).

(14)

f. Kualitas komoditas

Kualitas komoditas yang bagus akan meningkatkan permintaan. Semakin tinggi kualitas suatu barang, maka semakin tinggi minat masyarakat (Rahim dan Diah, 2008).

g. Perkiraan harga di masa mendatang

Perkiraan harga suatu barang di masa yang akan datang dapat berpengaruh terhadap jumlah permintaan suatu barang. Apabila diramalkan terjadi kenaikan harga suatu barang tertentu di masa yang akan datang, maka permintaan akan berang tersebut akan bertambah. Demikian sebaliknya, apabila diramalkan harga suatu barang turun pada masa yang akan datang, maka permintaan pada saat sekarang akan berkurang (Bangun, 2007).

Dalam Rahim dan Diah (2008) dituliskan bahwa bentuk persamaan matematis secara umum dan sederhana untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian di atas adalah sebagai berikut.

𝐷𝐷 = 𝑓𝑓(𝑃𝑃𝑃𝑃, 𝑃𝑃𝑃𝑃, 𝐼𝐼, 𝑇𝑇, 𝑁𝑁, 𝑄𝑄, 𝐸𝐸𝐸𝐸𝑃𝑃) Dimana:

D = permintaan komoditas Px = harga komoditas itu sendiri Py = harga komoditas lain I = pendapatan

T = selera

N = jumlah penduduk Q = kualitas komoditas

(15)

Kurva permintaan dapat diturunkan dari meminimisasikan pengeluaran dengan kendala utilitas harus mencapai tingkat tertentu sebesar U0, yang akan menghasilkan kurva permintaan Hicks. Gambar 3 panel (a) menggambarkan konsep uitilitas, aksis horizontal menggambarkan barang X dan vertikal menggambarkan konsumsi barang lainnya (Y). Garis 𝑀𝑀0- 𝑚𝑚0 menggambarkan garis anggaran (budget line) dalam kondisi awal. Titik persinggungan antara kurva 𝑈𝑈0 dengan garis 𝑀𝑀0- 𝑚𝑚0, pada titik A merupakan titik konsumsi yang paling optimal untuk barang X dan barang Y. Gambar 3 panel (b) menggambarkan bagaimana kurva dari barang X diturunkan dari maksimisasi utilitas. Pada kondisi awal harga sebesar po, titik A pada panel (a) dipetakan pada panel (b) sebagai titik a. dimisalkan terjadi penurunan harga dari 𝑃𝑃0 ke 𝑃𝑃1, maka garis anggaran 𝑀𝑀0- 𝑚𝑚0 bergerak menjadi 𝑀𝑀0- 𝑚𝑚1. Kurva permintaan Hicks diturunkan dari minimisasi pengeluaran dengan utilitas konstan. Artinya, bagaimana konsumen tetap berada pada utilitas semula dengan adanya perubahan harga dari 𝑃𝑃0 ke 𝑃𝑃1. Salah satu cara adalah dengan mengubah pendapatan konsumen (dalam hal ini menurunkan pendapatan dari 𝑀𝑀0 ke 𝑀𝑀1), sehingga konsumen tersebut tetap berada pada tingkat kepuasan semula. Garis anggaran baru, yakni 𝑀𝑀1-𝑚𝑚1 yang merupakan garis pararel dengan 𝑀𝑀0- 𝑚𝑚1, adalah garis yang menggambarkan perubahan pendapatan tersebut. Titik perpotongan antara garis anggaran 𝑀𝑀1-𝑚𝑚1 dengan kurva indiferen lama U0 menghasilkan tingkat konsumsi barang X sebesar X2, jika titik ini dipetakan dengan titik harga baru pada tingkat 𝑃𝑃1 pada panel (b), akan diperoleh titik perpotongan c. Sekarang jika titik perpotongan a dengan titik perpotongan c dihubungkan, akan diperoleh kurva permintaan Hicks yang dapat dilihat pada gambar berikut (Fauzi, 2010).

(16)

X Y 𝑈𝑈0 𝑈𝑈1 𝑀𝑀0 𝑀𝑀1 𝑚𝑚0 𝑚𝑚1 𝑚𝑚2 C 𝑃𝑃1 𝑃𝑃0 A X Harga c a X2 X0 X0 X2 (a) (b)

(17)

Model Cobweb Dalam Analisis Keseimbangan Penawaran dan Permintaan

Teori mengenai penawaran dan permintaan pada halaman 15-20 dianalisis dengan sistem statis. Menurut Simatupang (1995), sistem statis tidak dipengaruhi atau tidak bergantung pada perubahan waktu. Dalam Winardi (1976) dikatakan bahwa dalam sistem statis hubungan antara variabel-variabel yang relevan berhubungan dengan waktu yang sama atau periode waktu yang sama. Contoh hubungan statis: untuk merumuskan rencana-rencana permintaan sebuah rumah tangga “harga suatu barang untuk periode yang akan datang adalah P1, maka rumah tangga yang bersangkutan akan membeli X1; dan bilamana harga pada periode yang akan datang adalah P2, maka rumah tangga tersebut akan membeli barang sebanyak X2 dan seterusnya”.

Dalam Simatupang (1995), di sisi lain ada sistem yang dipengaruhi oleh perubahan waktu yaitu sistem dinamis. Dalam Winardi (1976) dikatakan bahwa dalam sistem dinamis hubungan antara variabel-variabel relevan, nilainya tidak berhubungan dengan waktu yang sama atau periode waktu yang sama. Contoh hubungan dinamis: diasumsikan bahwa permintaan sebuah rumah tangga untuk barang tertentu pada periode yang akan datang (ceteris paribus), bukan saja tergantung dari harga barang tersebut pada periode yang akan datang, tetapi juga pada harga-harga yang diperkirakan pada periode-periode sebelum. Maka terdapat suatu hubungan antara variabel-variabel yang berhubungan dengan berbagai periode waktu.

Sistem dinamis memakai waktu sebagai variabel independen (bebas/berpengaruh). Sebagai contoh di dalam setiap perekonomian senantiasa terdapat perubahan

(18)

secara kontinu dan penyesuaiannya terhadap perubahan. Apabila ekonom ingin mempersoalkan waktu yang berhubungan dengan sesuatu gerakan ke arah keseimbangan, keterlambatan-keterlambatan waktu (time lags) pada penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan, maka secara eksplisit ekonom tersebut akan memperkenalkan waktu ke dalam sistem yang bersangkutan. Oleh sebab itu, ekonom tersebut bekerja dengan sebuah sistem dinamis (dynamic system) (Simatupang, 1995).

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem dinamis dapat diturunkan sebagai fungsi dari waktu. Misalnya, sistem permintaan yang diwakili oleh persamaan deret waktu y = f(t), dengan berubahnya waktu, permintaan juga akan berubah. Sistem dinamis mempunyai dua ciri. Pertama adalah sifatnya yang dinamis, terjadi perubahan kuantitas dengan berubahnya waktu. Ciri kedua adalah terdapatnya umpan balik. Sistem dinamis mendekati permasalahan dengan mengamati proses umpan balik yang berada dibelakang semua perubahan yang teramati (Simatupang, 1995).

Salah satu sistem dinamis yang sederhana adalah model Cobweb (teori sarang laba-laba). Kasus Cobweb dapat dibagi menjadi 3 yaitu.

a) Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap. b) Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan, dan

c) Siklus yang mengarah pada eksplosi harga, yaitu yang berfluktuasi dengan jarak yang semakin membesar (Setiawan, 2010).

(19)

Gambar 4. Kasus Cobweb

Dalam kasus I, harga keseimbangan adalah Rp 30, dan jumlah keseimbangan juga 30. Tiba-tiba karena suatu sebab, misalnya adanya penyakit, jumlah yang dipasarkan turun menjadi 20 dan ini mendorong harga naik menjadi Rp 40. Pada harga ini produsen mulai menambah produksi barangnya dan setelah lampau periode produksi maka jumlah barang yang lebih banyak (40) yang sampai ke

(20)

pasar menyebabkan jatuhnya lagi harga menjadi Rp 20, harga yang jatuh ini mendorong pengurangan produksi menjadi 20 lagi dan seterusnya siklus berputar lagi.

Dalam kasus II, harga keseimbangan adalah sama yakni Rp 30. Namun begitu setelah periode I harga naik menjadi Rp 40, maka produksi diperbesar tetapi tidak sebesar dalam kasus I melainkan hanya 35. Ini menyebabkan harga turun tetapi juga tidak sebesar kasus I (Rp 25). Penurunan ini juga menyebakan produsen juga memperkecil produksinya (27,5) lagi dan demikian seterusnya. Perbedaan terpenting dari kasus I dan kasus II adalah kurang elastisnya kurva penawaran pada kasus II. Hal ini menyebabkan siklus menjurus kepada harga keseimbangan yang lama (Rp 30).

Pada kasus III, kurva penawarannya elastis sekali sehingga penambahan produksi sebagai reaksi atas kenaikan harga relatif besar dan ini menyebabkan siklus menjurus kearah eksplosi. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa siklus akan menjadi stabil bila angka elastisitas permintaan sama dengan angka elastisitas penawaran, menyatu (convergen) bila lebih besar dan meledak (explode) bila lebih kecil.

Ketiga kasus Cobweb di atas merupakan perilaku dan respon petani pada umumnya. Serupa dengan kasus di atas, perilaku dan reaksi petani yang ada di Indonesia juga begitu. Jika harga komoditas x naik maka petani menjadi terlalu optimis dan petani di seluruh desa serentak menanam tanaman x dengan harapan harga akan terus naik. Namun pada saat panen yang serentak ternyata harga x jatuh, semua menderita rugi dan tidak ada petani yang menanam tanaman x

(21)

musim berikutnya. Dan ini menyebabkan harga tanaman x naik tinggi sekali pada musim berikutnya karena jumlah yang ditawarkan ke pasar sangat sedikit (Setiawan, 2010).

Keputusan output produsen harus dibuat satu periode lebih awal dari penjualan aktual. Seperti dalam produksi pertanian, dimana penanaman harus mendahului dalam waktu yang cukup panjang dari panen dan penjualan hasil. Dalam model Cobweb diasumsikan bahwa keputusan produksi pada periode t+1 (akan datang) didasarkan pada harga Pt yang berlaku sekarang. Jadi diperoleh fungsi penawaran yang “ketinggalan” atau lagged.

𝑄𝑄𝐸𝐸, 𝑡𝑡 + 1 = 𝑆𝑆(𝑃𝑃𝑡𝑡)…...……….……(1) Atau secara ekuivalen, dengan menggeser kebelakang subskrip waktu dengan satu periode.

𝑄𝑄𝐸𝐸𝑡𝑡 = 𝑆𝑆(𝑃𝑃𝑡𝑡 − 1)………..……….(2)

Dalam kajian ini, penawaran jagung tahun sekarang (tahun t) dipengaruhi oleh harga jagung tahun sebelumnya, harga pupuk urea tahun sebelumnya, dan penawaran jagung tahun sebelumnya. Sehingga fungsi penawaran persamaan (1) dan (2) berubah menjadi:

Qst+1 = f(Pt, Pft, Qst) atau Qst = f(Pt-1, Pft-1, Qst-1)…...(3)

Faktor yang digunakan adalah pupuk urea dari beberapa pupuk yang digunakan untuk budidaya tanaman jagung. Hal ini dikarenakan pada umumnya pupuk urea memiliki volume yang dominan dalam budidaya tanaman jagung. Dimana dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk urea sebanyak 300 kg/ha, pupuk SP-36 sebanyak 100 kg/ha, dan KCL sebanyak 50 kg/ha (Warisno, 1998) .

(22)

Seperti halnya penawaran, permintaan dapat ditunjukkan dalam bentuk fungsi matematika yang merupakan fungsi dari berbagai faktor. Dalam kajian ini, permintaan jagung tahun sekarang (tahun t) ditentukan oleh harga jagung tahun sekarang, jumlah perusahaan pakan ternak tahun sekarang, dan permintaan tahun sebelumnya. Sehingga fungsi permintaan sebagai berikut.

𝑄𝑄𝑄𝑄𝑡𝑡 = 𝑓𝑓( 𝑃𝑃𝑡𝑡 , 𝐽𝐽𝑃𝑃𝑡𝑡, 𝑄𝑄𝑄𝑄𝑡𝑡−1)………(4)

Suatu pasar akan mengalami keseimbangan jika jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Keseimbangan dalam analisis penawaran dan permintan terjadi jika Qs = Qd.

Kerangka Pemikiran

Penawaran menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan oleh para produsen pada berbagai tingkat harga. Permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta oleh para konsumen pada berbagai tingkat harga.

Dalam sektor pertanian terdapat tenggang waktu antara pengambilan keputusan produksi dengan realisasi produksi. Keputusan produksi dibuat satu periode sebelum realisasi penjualan produk. Apabila keputusan produksi diambil pada waktu t berdasarkan pada harga yang terjadi pada waktu t, yaitu Pt, produk tidak terealisasi pada waktu t, sehingga Pt tidak berpengaruh terhadap produksi tahun t atau Qt melainkan Qt+1.

Di dalam kajian ini, penawaran jagung tahun sekarang (tahun t) dipengaruhi oleh harga jagung tahun sebelumnya (tahun t-1), harga pupuk urea tahun sebelumnya

(23)

(tahun t-1), dan penawaran jagung tahun sebelumnya (tahun t-1). Sedangkan permintaan jagung tahun sekarang (tahun t) ditentukan oleh harga jagung tahun sekarang (tahun t), jumlah industri tahun sekarang (tahun t), dan permintaan jagung tahun sebelumnya (tahun t-1). Keseimbangan akan tercapai jika jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut.

Keterangan:

: Menyatakan Pengaruh

Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran Permintaan

Faktor yang mempengaruhi : - harga jagung sekarang - jumlah industri pakan ternak

sekarang

Penawaran

Keseimbangan Faktor yang mempengaruhi:

- harga jagung sebelumnya - harga pupuk urea sebelumnya - penawaran jagung sebelumnya

(24)

Hipotesis Penelitian

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Sumatera Utara adalah harga jagung tahun sebelumnya, harga pupuk urea tahun sebelumnya dan penawaran jagung tahun sebelumnya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Sumatera Utara adalah harga jagung tahun sekarang, jumlah industri pakan ternak tahun sekarang dan permintaan jagung tahun sebelumnya.

3. Penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara adalah konvergen atau menuju keseimbangan.

Gambar

Gambar 1. Kurva Penawaran
Gambar 2. Kurva Permintaan P PPQ 0 PQ1 Q2  Q
Gambar 3. Kurva Permintaan Hicks
Gambar 4. Kasus Cobweb
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa pandemi covid-19 pembelajaran apresiasi sastra hendaknya dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara baik untuk melihat ketercapaian tujuan

Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh pihak restoran adalah bekerjasama dengan gedung perkantoran yang terletak di sebelah restoran di mana area parkir

Fungsi kognitif lansia di Desa Rapa Laok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang sebagian besar (63.3%) dengan kategori

Pada penelitian Rinaldi (2015) telah ditemu- kan, dibakukan dan diterapkan sejumlah daftar tutur kata bahasa Indonesia sebagai uji kejelasan pengucapan pada oklusi klas I

NoPol untuk menyimpan nomor polisi yang telah diterima server lalu dikirim ke firebase. Get NoPol sebagaimana gambar 16. Gambar 16 Get NoPol.. Set String arduino IDE

“ penghasilan yayasan dan badan hukum nirlaba lainnya yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di wilayah hukum Republik Indonesia dan mempunyai

Komposisi yang dianggap baik dalam pembuatan Gorong-gorong pada umumnya adalah 1 bagian semen dicampur dengan 4 bahan pembuat (1:4:1) sehingga dalam aktifitas ini saya coba

Data sekunder yang akan digunakan adalah literatur berupa buku-buku, jurnal, koran, serta literatur yang membahas tentang adanya tes keperawanan bagi calon istri