• Tidak ada hasil yang ditemukan

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN: Vol. 9. No 2 (2014) 63-81

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN: Vol. 9. No 2 (2014) 63-81"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

63

PENGEMBANGAN BUKU PESERTA DIDIK UNTUK BELAJAR BERBASIS MASALAH PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS DI SMPN 1

PONCOKUSUMO Yuni Suryaningsih1

1. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Banjarmasin y_sury4ningsih@yahoo.com (085249800088)

ABSTRAK

Buku Peserta Didik (BPD) yang berisi materi yang harus dipelajari merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah karena merupakan sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Selama ini peserta didik SMP Negeri 1 Poncokusumo menggunakan buku teks sebagai sumber belajar untuk belajar matematika. Buku teks tersebut tidak membantu peserta didik untuk mengkonstruksi materi yang dipelajari. Tidak ada aktivitas atau langkah-langkah pembelajaran dalam buku teks tersebut yang memberi kesempatan kepada peserta didik baik secara individu atau kelompok untuk berperan aktif mengkonstruksi sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya.

Masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana proses dan apa hasil pengembangan buku peserta didik untuk belajar berbasis masalah pada materi prisma dan limas di SMPN 1 Poncokusumo yang valid, praktis, dan efektif?” Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan pengembangan dalam penelitian ini adalah menghasilkan buku peserta didik untuk belajar berbasis masalah pada materi prisma dan limas di SMPN 1 Poncokusumo yang valid, praktis, dan efektif. Pengembangan ini menggunakan Model Umum Penyelesaian Masalah Pendidikan (General Model of Educational Problem Solving: Plomp), tanpa fase implementasi. Kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan ditetapkan oleh peneliti. Kevalidan materi diperiksa oleh tiga validator. Kepraktisan diperiksa oleh dua pengamat dan keefektifan diperiksa oleh peserta didik pada waktu uji coba lapangan. Untuk mendukung pelaksanaan BPD, maka juga dirancang RPP dan instrumen penelitian. Instrumen penelitian meliputi: (1) lembar validasi, (2) lembar observasi, (3) angket peserta didik, dan (4) tes.

Hasil validasi dari tiga validator menunjukkan bahwa BPD, RPP, dan instrumen penelitian memenuhi kriteria kevalidan. Dua uji coba di lapangan bertujuan untuk mengukur kepraktisan dan keefektifan BPD. Hasil uji coba di lapangan tersebut menunjukkan bahwa BPD telah memenuhi ktiteria valid, praktis, dan efektif.

Kata kunci: pengembangan, buku peserta didik, pembelajaran berbasis masalah, prisma dan limas.

(2)

64

Suryaningsih Y/ LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 9. No 2 (2014) 63-81

PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Matematika sebagai bagian dari pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan peserta didik, tetapi juga membentuk kepribadian peserta didik bersikap disiplin, tepat waktu, dan tanggung jawab. Matematika juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, dan bekerjasama. Mengingat pentingnya matematika sebagai ilmu dasar, maka pembelajaran matematika diberbagai jenjang pendidikan formal perlu mendapat perhatian yang serius.

Salah satu tujuan mata pelajaran matematika dalam Kurikulum 2006 untuk SMP/MTs adalah menyelesaikan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Dalam penyelesaian masalah, peserta didik diharapkan mampu memahami proses penyelesaian masalah tersebut dan menjadi terampil dalam memilih, serta identifikasi kondisi dan konsep yang relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian, serta mengorganisasikan keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya (Hudojo, 2005:125).

Menurut Ausubel (dalam Hudojo, 2005:72) bahwa bahan pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna, artinya bahan pelajaran itu cocok dengan kemampuan peserta didik dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik. Pembelajaran matematika haruslah dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada, bahkan bila perlu dikaitkan dengan permasalahan yang ada di sekitar peserta didik, sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Dalam setiap kesempatan hendaknya pembelajaran matematika dimulai dengan pengenalan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Dengan dihadapkan suatu masalah, maka peserta didik berusaha menemukan penyelesaiannya. Peserta didik akan belajar bagaimana melakukan penemuan melalui proses penyelesaian masalah tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian ini dipilihlah model pembelajaran, yaitu belajar berbasis masalah.

Arends (2008:43) menyatakan bahwa belajar berbasis masalah merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran pada masalah autentik, sehingga peserta didik dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Belajar berbasis masalah membantu mengembangkan ketrampilan berpikir, ketrampilan penyelesaian masalah, dan memandirikan peserta didik. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan Gani (2006) menunjukkan bahwa peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Malang menyatakan senang dan dapat memahami materi dengan baik, serta menunjukkan respon positif terhadap penerapan

Problem-Based Learning melalui belajar kooperatif model STAD dalam proses

pembelajaran matematika.

Kegiatan belajar dan pembelajaran memerlukan sumber belajar untuk memperlancar tercapainya tujuan belajar. “Sumber belajar adalah segala sesuatu yang mengandung pesan, baik yang sengaja dikembangkan atau yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan pengalaman dan atau praktik yang memungkinkan terjadinya belajar. Sumber belajar dapat berupa nara sumber, buku, media non-buku, teknik, dan lingkungan” (BSNP, 2007:25). Association for

(3)

65

Educational Communications and Technology (AECT) & Banks (dalam

Komalasari, 2010:109) menyatakan sebagai berikut.

Ditinjau dari tipe atau asal usulnya, sumber belajar terbagi dua:

a. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Contohnya adalah buku pelajaran, modul, program audio, dan sebagainya.

b. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih, dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya pejabat pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama, … siaran televisi, dan masih banyak lagi yang lain.

Sebaiknya kita bisa memanfaatkan sumber belajar yang ada di seputar kita untuk keperluan belajar. Guru diharapkan dapat mengembangkan sumber belajar. Untuk mengembangkan sumber belajar referensi dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik itu berupa pengalaman, pengetahuan sendiri, ataupun penggalian informasi dari narasumber, baik orang ahli ataupun teman sejawat. Bisa juga diperoleh dari buku-buku, jurnal, artikel, majalah atau internet. Jika sumber belajar yang sesuai dengan kurikulum cukup melimpah, bukan berarti kita tidak perlu mengembangkan sumber belajar sendiri. Bagi peserta didik, seringkali sumber belajar yang terlalu banyak membuat mereka bingung. Oleh karena itu, guru perlu membuat sumber belajar untuk menjadi pedoman bagi peserta didik.

Buku peserta didik adalah salah satu contoh sumber belajar yang dirancang (learning resources by design). Buku peserta didik yang berisi materi yang harus dipelajari merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah karena merupakan sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Buku peserta didik adalah bahan pelajaran yang disusun khusus untuk keperluan dan pegangan peserta didik dalam proses belajar (Sitepu, 2010).

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan di lapangan tanggal 2 Desember 2010, diperoleh data mengenai situasi dan kondisi pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Poncokusumo Kabupaten Malang. Selama ini peserta didik SMP Negeri 1 Poncokusumo menggunakan buku teks sebagai sumber belajar untuk belajar matematika. Buku teks tersebut kurang membantu peserta didik untuk mengkonstruksi materi yang dipelajari. Peserta didik ditekankan pada ketrampilan mengerjakan soal-soal, sedangkan penanaman konsep hanya diberikan dalam waktu yang singkat. Akibatnya peserta didik sering melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal. Tidak ada aktivitas atau langkah-langkah pembelajaran dalam buku teks tersebut yang memberi kesempatan kepada peserta didik baik secara individu atau kelompok untuk berperan aktif mengkonstruksi sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya. Kondisi atau kecenderungan pembelajaran yang demikian, dapat berpengaruh terhadap rendahnya kemampuan peserta didik dalam

(4)

66

Suryaningsih Y/ LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 9. No 2 (2014) 63-81

menyelesaikan masalah matematika. Termasuk dalam penyelesaian masalah matematika pada materi prisma dan limas.

Berdasarkan diskusi dengan salah seorang guru SMP Negeri 1 Poncokusumo diketahui bahwa masih banyak peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar pada pembelajaran matematika materi prisma dan limas. Padahal menurut Burger & Culpepper (1993) (dalam Abdussakir, 2002:344) menyatakan sebagai berikut.

Geometri menempati posisi khusus dalam Kurikulum matematika karena banyaknya konsep-konsep yang termuat di dalamnya …. Sedangkan dari sudut pandang matematika, geometri menyediakan pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah, misalnya gambar-gambar, diagram, sistem koordinat, vektor, dan transformasi. Geometri juga merupakan sarana untuk mempelajari struktur matematika.

Uraian di atas menjadi beberapa pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian dalam mengembangkan buku peserta didik untuk belajar berbasis masalah pada materi prisma dan limas di SMPN 1 Poncokusumo. Diharapkan peserta didik lebih termotivasi dan lebih mudah memahami materi yang terdapat dalam produk pengembangan, sehingga pemahaman konsep materi prisma dan limas menjadi lebih baik.

Buku peserta didik yang akan dikembangkan tentunya harus mempunyai kriteria tertentu agar bisa dikatakan berkualitas. Menurut Nieveen (dalam Hobri, 2010:27) suatu material dikatakan berkualitas jika memenuhi aspek-aspek validitas (validity), kepraktisan (practicality), dan keefektivan (effectiveness).

Lebih lanjut, Nieveen menyatakan bahwa aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu: (1) apakah produk pengembangan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat dan (2) apakah didapat konsistensi secara internal. Untuk aspek kepraktisan juga dikaitkan dengan dua hal, yaitu: (1) apakah para ahli dan praktisi menyatakan produk pengembangan dapat diterapkan dan (2) secara nyata di lapangan, produk pengembangan dapat diterapkan dengan kriteria baik. Sedangkan kriteria keefektifan suatu produk pengembangan dikaitkan dengan 4 hal, yaitu: (1) ketuntasan hasil belajar peserta didik, (2) aktivitas peserta didik dan guru menunjukkan kategori baik, (3) kemampuan guru mengelola pembelajaran baik, dan (4) respon peserta didik serta guru positif (dalam Hobri, 2010:28). Oleh karena itu, peneliti dalam mengembangkan BPD menggunakan kriteria valid, praktis dan efektif agar produk yang dikembangkan dapat dikatakan berkualitas. B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana proses dan apa hasil pengembangan buku peserta didik untuk belajar berbasis masalah pada materi prisma dan limas di SMPN 1 Poncokusumo yang valid, praktis, dan efektif?”

(5)

67 C.Tujuan Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pengembangan dalam penelitian ini adalah menghasilkan buku peserta didik untuk belajar berbasis masalah pada materi prisma dan limas di SMPN 1 Poncokusumo yang valid, praktis, dan efektif.

METODE PENGEMBANGAN A.Model Pengembangan

Pengembangan Buku Peserta Didik (BPD) dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah pendidikan yang dikembangkan oleh Plomp. Berdasarkan langkah-langkah Plomp, maka pengembangan BPD dilakukan dalam empat fase, yaitu: (1) investigasi awal (preliminary investigation), (2) desain (design), (3) realisasi/konstruksi (realization/construction), dan (4) tes, evaluasi, dan revisi (test, evaluation, and

revision). Fase implementasi (implementation) dalam pengertian implementasi

solusi yang dikembangkan dalam situasi masalah dalam penelitian ini tidak dilakukan. Ini didasari oleh alasan bahwa penelitian ini penelitian pengembangan yang orientasinya adalah menghasilkan produk sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk mencapai kriteria tersebut dapat dilakukan dengan uji coba, evaluasi, dan revisi. Selain itu, penelitian ini tidak bertujuan untuk membuat generalisasi sehingga fase implementasi (implementation) tidak dilakukan.

B.Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan yang akan dilakukan dalam pengembangan BPD terdiri dari: (1) fase investigasi awal (preliminary investigation), (2) fase perancangan (design), (3) fase realisasi/konstruksi (realization/construction), dan (4) fase tes, evaluasi, dan revisi (test, evaluation, and revision). Kegiatan yang dilakukan pada fase pertama meliputi: (1) analisis masalah pembelajaran, (2) analisis masalah peserta didik dalam pembelajaran, (3) analisis materi, (4) analisis tugas, dan (5) spesifikasi indikator serta tujuan pembelajaran. Fase kedua yang dilakukan adalah penyusunan rancangan buku peserta didik (BPD). Untuk mendukung pelaksanaan BPD, maka juga dirancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian. Fase ketiga merupakan realisasi hasil rancangan fase kedua. Disini dihasilkan prototipe 1, yaitu BPD. Pada fase ini juga dihasilkan RPP, dan instrumen penelitian. Fase keempat, yaitu validasi ahli dan uji coba produk di lapangan. BPD, RPP, dan instrumen penelitian divalidasi ahli. Kegiatan ini penting untuk memperoleh saran dan masukan dari para ahli sehingga BPD, RPP, dan instrumen penelitian tersebut valid. Sedangkan uji coba produk di lapangan untuk memperoleh penilaian dan tanggapan dari observer serta subjek uji coba tentang kepraktisan dan keefektifan BPD dalam proses belajar berbasis masalah. Peneliti menganalisis data hasil uji coba ini kemudian merevisi sampai menghasilkan BPD yang praktis serta efektif. Berdasarkan validasi ahli dan uji coba di lapangan akan diperoleh produk akhir hasil pengembangan, yaitu BPD yang valid, praktis, dan efektif.

(6)

68

Suryaningsih Y/ LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 9. No 2 (2014) 63-81

Adapun prosedur pengembangan BPD dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1 Prosedur Pengembangan (Modifikasi Model Plomp) Keterangan:

Fase Perancangan (Design)

1.Pengorganisasian Materi

2.Pemetaan Materi dan Aktivitas Penyelesaian Masalah 3.Pemilihan Media Pembelajaran

4.Pembuatan Rancangan BPD, RPP, dan Instrumen Penelitian

Fase Investigasi Awal (Preliminary

Investigation) 1.Analisis Masalah Pembelajaran

2.Analisis Masalah Peserta Didik dalam Pembelajaran 3.Analisis Materi

4.Analisis Tugas

5.Spesifikasi Indikator danTujuan Pembelaajran

Fase Realisasi/Konstruksi (Realization/Construction) 1. Prototipe 1 (BPD) 2. RPP 3. Instrumen Penelitian Tidak Revisi Besar

Validasi Ahli ke-i, i≥1 Prototipe 1i, i≥ 1 Fase Tes, Evaluasi dan Revisi (Test, Evaluation, and Revision) Tidak Revisi Besar

Prototipe 2i, i≥ 1 Uji Coba Lapangan ke-i,

i≥1

Analisis

(Apakah BPD Praktis dan Efektif?) Analisis

(Apakah BPD, RPP, dan Instrumen Penelitian Valid?) Ya Ya Tidak Revisi Kecil Prototipe 2 Hasil Pengembangan (BPD yang Valid, Praktis, dan Efektif)

Perlu revisi Ya Ya Tidak Revisi Kecil Perlu revisi = urutan kegiatan

= siklus dilakukan jika dipandang perlu = aktivitas atau proses pengembangan = produk atau hasil pengembangan = pengecekan hasil aktivitas

(7)

69 C.Subjek Uji Coba

Subjek uji coba dalam pengembangan BPD adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Poncokusumo tahun pelajaran 2010/2011 yang terlibat selama proses belajar berbasis masalah.

D.Jenis Data

Jenis data yang diperoleh dari uji coba produk pengembangan berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa skor yang diperoleh melalui lembar validasi, lembar observasi, angket respon peserta didik, hasil pekerjaan rumah (PR) peserta didik dan tes hasil belajar. Sedangkan data kualitatif berupa catatan, saran atau komentar berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh melalui penilaian ahli terhadap kevalidan BPD, RPP, tes, lembar observasi dan angket, keterlaksanan BPD oleh observer (praktisi), aktivitas peserta didik oleh observer, dan angket penilaian peserta didik tentang BPD.

E.Instrumen Pengumpulan Data

Perhatikan Tabel 1 berikut tentang instrumen penelitian yang diadaptasi dari konsep yang dikembangkan Parta (2009:55), dengan beberapa modifikasi.

Tabel 1 Aspek yang Dinilai, Instrumen, Data yang Diamati, dan Responden Aspek yang

dinilai

Instrume n

Data yang diamati Responde

n Kevalidan BPD Lembar

validasi

Kevalidan BPD, RPP, tes, lembar observasi dan angket Ahli Kepraktisan

BPD

Lembar

observasi Keterlaksanaan BPD Observer

Keefektifan BPD

Lembar

observasi Aktivitas peserta didik Observer Angket Respon peserta didik Subjek Uji

Coba

Tes Hasil belajar Subjek Uji

Coba F. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis statistik deskriptif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisa data berupa catatan, saran, atau komentar berdasarkan hasil penilaian yang terdapat pada lembar validasi, lembar observasi, dan angket peserta didik.

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisa data berupa skor dari hasil validasi, observasi, angket respon peserta didik, hasil pekerjaan rumah (PR) peserta didik dan tes hasil belajar.

(8)

70

Suryaningsih Y/ LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 9. No 2 (2014) 63-81

1. Analisis Data Kevalidan BPD, RPP, Tes, Lembar Observasi, dan Angket Data kevalidan BPD, RPP, tes, lembar observasi, dan angket adalah data yang menggambarkan kevalidan BPD, RPP, tes, lembar observasi, dan angket yang dikembangkan. Kegiatan penentuan skor rata-rata total aspek penilaian kevalidan mengadaptasi langkah-langkah yang dikembangkan Hobri (2010:52) sebagai berikut.

a) Melakukan rekapitulasi data penilaian kevalidan perangkat pembelajaran dan instrumen ke dalam tabel yang meliputi: aspek (Ai), indikator (Ii), dan skor (Vji)untuk masing-masing validator.

b) Menentukan rata-rata skor hasil validasi dari semua validator untuk setiap indikator dengan rumus 1

n ji j i V I n  

dengan Vji adalah data skor validator ke-j terhadap indikator ke-i, dan n adalah banyaknya validator.

c) Menentukan rerata skor untuk setiap aspek dengan rumus 1 m ij j i I A m  

dengan adalah rerata skor untuk aspek ke-i, adalah rerata untuk aspek ke-i indikator ke-j, dan m adalah banyaknya indikator dalam aspek ke-i.

d) Menentukan skor atau skor rerata total dari rerata skor untuk seluruh aspek dengan rumus 1 n i i a A V n  

dengan adalah skor rerata total untuk seluruh aspek, adalah rerata skor untuk aspek ke-i, dan n adalah banyaknya aspek.

Kriteria:

Karena rentang skor ini adalah 0 sampai 3, maka panjang interval dalam rentang skor ini adalah 3. Untuk membuat kriteria kevalidannya, interval ini dibagi menjadi tiga sub interval yang sama, yaitu: 0 ≤ x < 1, 1 ≤ x < 2, dan 2 ≤ x ≤ 3. Kriteria kevalidan BPD, RPP, tes, lembar observasi, dan angket ditetapkan sebagai berikut.

Valid, jika 2 ≤ ≤ 3.

Cukup valid, jika 1 ≤ < 2.

 Tidak valid, jika 0 ≤ < 1.

BPD, RPP, tes, lembar observasi, dan angket dikatakan valid jika masuk dalam kategori valid. Jika kevalidan masuk kategori cukup valid, maka ada indikasi perlu dilakukan revisi kecil. Sedangkan jika diperoleh kesimpulan tidak valid, maka ada indikasi kuat bahwa perlu dilakukan revisi besar. Selain berdasar kriteria kevalidan yang telah ditetapkan, maka perlu tidaknya revisi juga memperhatikan catatan, saran, atau komentar dari validator.

(9)

71 2. Analisis Data Kepraktisan BPD

Data kepraktisan BPD adalah data yang menggambarkan kepraktisan BPD. Kegiatan penentuan skor rata-rata total aspek penilaian kepraktisan mengadaptasi langkah-langkah yang dikembangkan Hobri (2010:54) sebagai berikut.

a) Melakukan rekapitulasi hasil observasi keterlaksanaan BPD ke dalam tabel yang meliputi: aspek (Ai) dan skor (Pji).

b) Menentukan skor rata-rata setiap aspek pada setiap pertemuan dengan rumus 1 1 n ji j P P n  

dengan Pji adalah skor pengamatan pertemuan ke-j terhadap aspek ke-i, dan n adalah banyaknya observer.

c) Menentukan skor rata-rata seluruh aspek pada setiap pertemuan dengan rumus P2 P1

m

dengan P1 adalah skor rata-rata setiap aspek pada setiap pertemuan dan m adalah banyaknya aspek pada setiap pertemuan.

d) Menentukan skor rata-rata seluruh aspek pada seluruh pertemuan dengan rumus P3 P2

r

dengan P2 adalah skor rata-rata seluruh aspek pada setiap pertemuan dan r adalah banyaknya skor rata-rata seluruh aspek pada setiap pertemuan.

Kriteria:

Karena rentang skor ini adalah 0 sampai 3, maka panjang interval dalam rentang skor ini adalah 3. Untuk membuat kriteria kepraktisan BPD, selanjutnya interval ini dibagi menjadi tiga sub interval yang sama, yaitu: 0 ≤ x < 1, 1 ≤ x < 2, dan 2 ≤ x ≤ 3. Kriteria kepraktisan BPD ditetapkan sebagai berikut.

Tinggi, jika 2 ≤ ≤ 3.

 Cukup, jika 1 ≤ < 2.

 Rendah, jika 0 ≤ < 1.

BPD dikatakan praktis atau mudah diterapkan jika keterlaksanaan BPD tersebut masuk dalam kategori tinggi. Jika keterlaksanaannya masuk kategori cukup, maka dikatakan BPD tersebut kurang praktis dan jika keterlaksanaan masuk kategori rendah, maka dikatakan BPD tersebut tidak praktis. Jika BPD kurang praktis, maka ada indikasi perlu dilakukan revisi kecil tetapi tanpa uji coba di lapangan. Sedangkan jika diperoleh kesimpulan tidak praktis, maka ada indikasi kuat bahwa perlu dilakukan revisi besar dan uji coba.

3. Analisis Data Keefektifan BPD

a) Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik

Data aktivitas peserta didik adalah data yang menggambarkan keaktifan peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Data ini mempunyai rentang 0 sampai 3. Kegiatan penentuan skor rata-rata total aspek

(10)

72

Suryaningsih Y/ LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 9. No 2 (2014) 63-81

penilaian keaktifan peserta didik mengadaptasi langkah-langkah yang dikembangkan Hobri (2010:59) sebagai berikut.

1) Melakukan rekapitulasi hasil observasi aktivitas peserta didik ke dalam tabel yang meliputi: aspek (Ai) dan skor (Kji).

2) Menentukan skor rata-rata setiap aspek pada setiap pertemuan dengan rumus 1 1 n ji j K K n  

dengan Kji adalah skor pengamatan pertemuan ke-j terhadap aspek ke-i, dan n adalah banyaknya observer.

3) Menentukan skor rata-rata seluruh aspek pada setiap pertemuan dengan rumus K2 K1

m

dengan K1 adalah skor rata-rata setiap aspek pada setiap pertemuan dan m adalah banyaknya aspek pada setiap pertemuan.

4) Menentukan skor rata-rata seluruh aspek pada seluruh pertemuan dengan rumus K3 K2

r

dengan K2adalah skor rata-rata seluruh aspek pada setiap pertemuan dan r adalah banyaknya skor rata-rata seluruh aspek pada setiap pertemuan.

Kriteria:

Untuk menentukan kriteria keaktifan peserta didik, maka interval skor ini ini dibagi menjadi empat yang sama, yaitu: (a) 0 ≤ x < 0,75, (b) 0,75 ≤ x < 1,5, (c) 1,5 ≤ x < 2,25, dan (d) 2,25 ≤ x ≤ 3. Kriteria keaktifan peserta didik ditetapkan sebagai berikut.

 Sangat aktif, jika 2,25 ≤ ≤ 3.

 Aktif, jika 1,5 ≤ < 2,25.

 Kurang aktif, jika 0,75 ≤ < 1,5.

 Tidak aktif, jika 0 ≤ < 0,75. b) Angket Peserta Didik

1) Angket Penilaian Peserta Didik tentang BPD

Angket ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan atau respon peserta didik pada buku peserta didik (BPD) dalam pembelajaran berbasis masalah.

2) Angket Respon Peserta Didik

Angket ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan atau respon peserta didik terhadap BPD, pengelolaan pembelajaran, dan pengalaman pembelajaran. Angket ini mempunyai skala 0 sampai 2. Analisis data dilakukan dengan mengadaptasi konsep yang dikembangkan I Nengah Parta (2009) dengan beberapa modifikasi sebagai berikut.

(11)

73

(2) Hitung skor rata-rata untuk tiap peserta didik ( ). (3) Hitung skor rata-rata untuk seluruh responden ( ). Kriteria:

Secara alamiah, dalam menyikapi fenomena atau situasi baru, sikap yang muncul adalah menerima (merespon positif) atau menolak (merespon negatif). Atas dasar alasan ini, maka rentang skor 0 sampai 2 hanya dibagi dua, yaitu: 0 ≤ x < 1 dan 1 ≤ x ≤ 2. Respon peserta didik dalam pembelajaran berbasis masalah ditentukan dengan kriteria sebagai berikut.

 Jika ≥ 1, maka dikatakan subjek ke-i memberi respon positif.

Jika < 1, maka dikatakan subjek ke-i memberi respon tidak positif.

Sedangkan respon kelas, ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:

 Jika ≥ 1, maka respon kelas dikatakan positif.

 Jika < 1, maka respon kelas dikatakan negatif.

BPD dikatakan efektif jika respon peserta didik tersebut masuk dalam kategori positif.

c) Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar mencakup dua aspek, yaitu nilai hasil pekerjaan rumah (PR) peserta didik dan nilai tes hasil belajar. Nilai hasil PR peserta didik adalah nilai rata-rata PR yang dikerjakan setiap peserta didik selesai membahas satu submateri. Nilai tes hasil belajar (T) diberi bobot 70% dan nilai hasil PR (L) diberi bobot 30%. Prosedur analisis data ketuntasan belajar diadaptasi dari konsep yang dikembangkan I Nengah Parta (2009:66) dengan beberapa modifikasi sebagai berikut.

1) Rekap skor dari semua item data (tes hasil belajar dan hasil PR). 2) Konversikan semua skor itu ke nilai dalam rentang 0 – 100.

3) Hitung skor rata-rata semua hasil PR peserta didik ( ) untuk tiap peserta didik, yaitu:

Keterangan: Lj: skor hasil PR uji kompetensi ke-j

p: banyaknya uji kompetensi

4) Hitung skor ketuntasan belajar tiap peserta didik dengan rumus:

Keterangan:

(12)

74

Suryaningsih Y/ LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 9. No 2 (2014) 63-81

Keterangan: TB : tingkat ketuntasan belajar seluruh kelas

D: banyaknya peserta didik yang memperoleh skor

ketuntasan belajar ≥ 75

n: banyaknya peserta didik

HASIL PENGEMBANGAN DAN ANALISIS DATA A.Hasil Validasi

Validasi ahli dilakukan untuk memperoleh penilaian dan tanggapan ahli tentang kevalidan BPD, RPP, serta instrumen penelitian yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Hasil validasi dari tiga validator diperoleh bahwa skor rata-rata seluruh aspek BPD adalah 2,5; skor rata-rata seluruh aspek RPP adalah 2,4; skor rata-rata seluruh aspek lembar observasi keterlaksanaan BPD adalah 2,53; skor rata-rata seluruh aspek lembar observasi aktivitas peserta didik adalah 2,73; skor rata-rata seluruh aspek angket respon peserta didik adalah 2,83; dan skor rata-rata seluruh aspek angket penilaian peserta didik tentang BPD adalah 2,53. Berdasarkan kriteria kevalidan yang telah ditetapkan oleh peneliti, yaitu BPD, RPP, dan instrumen penelitian dikatakan valid jika 2 ≤ ≤ 3, maka BPD, RPP, dan instrumen penelitian termasuk dalam kategori valid.

B.Hasil Uji Coba di Lapangan

Uji coba di lapangan bertujuan untuk menilai kepraktisan dan keefektifan BPD. Uji coba dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada peserta didik Kelas VIII A dan Kelas VIII B SMPN 1 Poncokusumo. Uji coba I dilakukan sebanyak tujuh kali pertemuan, sedangkan uji coba II sebanyak lima kali pertemuan. Bertindak sebagai guru pada uji coba I dan uji coba II adalah guru matematika yang sehari-hari memang mengajar di Kelas VIII A dan Kelas VIII B SMPN 1 Poncokusumo. Uji coba ini diobservasi oleh dua observer yang masing-masing mengamati keterlaksanaan BPD dan aktivitas peserta didik. Bertindak sebagai observer uji coba I dan uji coba II adalah dua orang guru matematika SMPN 1 Poncokusumo.

Berdasarkan hasil uji coba I diperoleh hasil sebagai berikut.

1. Skor rata-rata seluruh aspek keterlaksanaan BPD seluruh pertemuan adalah 2,42. Menurut kriteria kepraktisan yang telah ditetapkan, maka keterlaksanaan BPD selama enam pertemuan memenuhi kriteria tinggi. Ini berarti BPD memenuhi kriteria kepraktisan yang telah ditetapkan.

2. Skor rata-rata seluruh aspek aktivitas peserta didik seluruh pertemuan adalah 1,97. Menurut kriteria keaktifan yang telah ditetapkan, maka aktivitas peserta didik selama enam pertemuan memenuhi kriteria aktif.

3. Berdasarkan hasil ketuntasan belajar dengan skor maksimum teoritis (SMT) 100, sebanyak 25 peserta didik atau 78,13% dari 32 peserta didik memperoleh skor ≥ 75, sedangkan 7 peserta didik atau 21,87% mendapatkan skor < 75. Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan di SMPN 1

(13)

75

4. Poncokusumo, maka hasil belajar peserta didik uji coba I pada materi prisma tegak segi-n dan limas segi-n belum mencapai kriteria ketuntasan hasil belajar.

5. Angket yang dikembangkan pada penelitian ini ada dua, yaitu angket respon peserta didik dan angket penilaian peserta didik tentang BPD.

Hasil dari angket respon peserta didik diperoleh bahwa rata-rata respon peserta didik terhadap BPD, pengelolaan pembelajaran dan pengalaman belajar lebih dari 1. Ini berarti bahwa respon peserta didik terhadap BPD, pengelolaan pembelajaran dan pengalaman belajar positif. Berdasarkan hasil angket respon peserta didik, secara klasikal skor rata-rata respon peserta didik adalah 1,52, sehingga berdasar kriteria yang ditetapkan, respon peserta didik positif.

Hasil dari angket penilaian peserta didik tentang BPD bahwa beberapa kalimat dalam BPD ada yang terlalu panjang, sehingga peserta didik kurang paham. Ada beberapa masalah yang kelihatannya masih terlalu sulit bagi peserta didik, yaitu masalah 6 dan masalah 7 dianggap terlalu sulit oleh peserta didik. Tanggapan peserta didik terhadap kalimat/istilah yang digunakan pada materi, yaitu 84,38% menyatakan mudah dipahami dan 15,62% menyatakan sukar dipahami. Tanggapan peserta didik terhadap masalah yang diberikan pada materi ini, yaitu 93,75% menyatakan sedang tingkat kesulitannya, 3,13% menyatakan mudah, dan 3,13% menyatakan sukar. Tanggapan peserta didik terhadap ukuran huruf yang digunakan, yaitu 100% menyatakan bahwa ukuran huruf yang digunakan pada BPD memadai. Tanggapan peserta didik terhadap gambar yang ada pada BPD, yaitu 84,38% menyatakan gambar semua cukup jelas, sedangkan 15,63% menyatakan masih ada yang kurang jelas gambarnya, yaitu gambar pada masalah 1 (3,13%), dan gambar No.4 halaman 144 (12,5%). Tanggapan peserta didik terhadap materi/isi BPD, yaitu 81,25% menyatakan bahwa BPD mudah dimengerti saat dibaca sedangkan 18,75% menyatakan BPD sulit dimengerti saat dibaca. Ini berarti BPD sebagian besar mudah dimengerti saat dibaca peserta didik.

Berdasarkan uraian hasil uji coba I di atas, maka BPD yang dikembangkan pada uji coba I ini belum memenuhi kriteria keefektifan, sehingga BPD belum dapat dikatakan efektif. BPD hanya memenuhi kriteria kevalidan dan kepraktisan (keterlaksanaan). Oleh karena itu, perlu dilakukan revisi BPD yang selanjutnya menghasilkan BPD prototipe II. BPD prototipe II ini akan digunakan dalam uji coba II.

Berdasarkan hasil uji coba II diperoleh hasil sebagai berikut.

1. Skor rata-rata seluruh aspek keterlaksanaan BPD seluruh pertemuan adalah 2,48. Menurut kriteria kepraktisan yang telah ditetapkan, maka keterlaksanaan BPD selama enam pertemuan memenuhi kriteria tinggi. Ini berarti BPD memenuhi kriteria kepraktisan yang telah ditetapkan.

2. Skor rata-rata seluruh aspek aktivitas peserta didik seluruh pertemuan adalah 2,12. Menurut kriteria keaktifan yang telah ditetapkan, maka aktivitas peserta didik selama empat pertemuan memenuhi kriteria aktif.

(14)

76

Suryaningsih Y/ LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 9. No 2 (2014) 63-81

3. Berdasarkan hasil ketuntasan belajar dengan skor maksimum teoritis (SMT) 100, sebanyak 28 peserta didik atau 87,50% dari 32 peserta didik memperoleh skor ≥ 75, sedangkan 4 peserta didik atau 12,50% mendapatkan skor < 75. Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan di SMPN 1 Poncokusumo, maka hasil belajar peserta didik uji coba II pada materi prisma tegak segi-n dan limas segi-n telah mencapai kriteria ketuntasan hasil belajar. 4. Hasil dari angket respon peserta didik bahwa rata-rata respon peserta didik

terhadap BPD, pengelolaan pembelajaran dan pengalaman belajar lebih dari 1. Ini berarti bahwa respon peserta didik terhadap BPD, pengelolaan pembelajaran dan pengalaman belajar positif. Secara klasikal, rata-rata skor respon adalah 1,62, sehingga berdasarkan kriteria yang ditetapkan, respon peserta didik positif.

Hasil angket penilaian peserta didik tentang BPD menunjukkan masih terdapat kendala pada pemahaman peserta didik pada BPD. Masih ada kalimat dalam BPD yang kurang dipahami peserta didik. Tanggapan peserta didik terhadap kalimat/istilah yang digunakan pada materi, yaitu 93,75% menyatakan mudah dipahami dan 6,25% menyatakan sukar dipahami. Secara umum terlihat bahwa BPD semakin mudah dipahami peserta didik dibandingkan dengan BPD prototipe I. Tanggapan peserta didik terhadap masalah yang diberikan pada materi ini, yaitu 90,63% menyatakan sedang tingkat kesulitannya, 9,38% menyatakan mudah, dan tidak ada menyatakan sukar. Ini berarti masalah yang diberikan sebagian besar bisa dikerjakan peserta didik karena tidak ada yang menyatakan masalah tersebut sukar. Hal itu disebabkan karena ada beberapa perbaikan BPD prototipe I, yaitu dengan menambahkan gambar atau keterangan pada gambar atau memperjelas perintah pada soal tersebut. Tanggapan peserta didik yang menganggap gambar pada BPD semua cukup jelas mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan BPD prototipe I, yaitu sebesar 90,63%. Peserta didik yang menyatakan masih ada yang kurang jelas gambarnya menurun dibandingkan dengan BPD prototipe I. Tanggapan peserta didik yang mempersepsikan sulitnya BPD saat dibaca mengalami penurunan jika dibandingkan dengan BPD prototipe I. Berdasarkan masukan dari peserta didik pada uji coba II, BPD selanjutnya direvisi, yang menghasilkan BPD final.

Berdasarkan uraian hasil uji coba II di atas, maka ketiga indikator keefektifan memenuhi kriteria keefektifan BPD. Oleh karena itu, BPD yang dikembangkan pada uji coba II ini memenuhi kriteria keefektifan, sehingga BPD dapat dikatakan efektif. Ini berarti BPD telah memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan (keterlaksanaan) dan keefektifan yang selanjutnya disebut BPD final, yaitu BPD untuk belajar berbasis masalah pada materi prisma dan limas yang valid, praktis dan efektif.

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Setelah dilakukan revisi berdasarkan masukan dari para ahli dan subjek uji coba dihasilkan produk akhir pengembangan berupa buku peserta didik (BPD) untuk belajar berbasis masalah pada materi prisma dan limas di SMPN 1

(15)

77

Poncokusumo. Berikut ini akan dipaparkan kajian produk didasarkan pada kajian analitis, yaitu didasarkan pada landasan teoritik yang sesuai. Selain itu, juga dipaparkan kekuatan dan kelemahan hasil pengembangan. Adapun kajian analitis buku peserta didik (BPD) yang dikembangkan sebagai berikut.

1. Model pembelajaran yang digunakan pada produk pengembangan, yaitu belajar berbasis masalah. Karakteristik produk pengembangan pada setiap fase pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Pada fase orientasi peserta didik kepada masalah, guru menyajikan tugas-tugas berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Tugas-tugas-tugas tersebut berisi masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik yang telah disajikan dalam BPD. Tugas-tugas tersebut membangkitkan ketertarikan dan memberikan tantangan bagi peserta didik.

b. Pada fase organisasi peserta didik untuk belajar, guru meminta peserta didik menempati kelompok heterogen (jenis kelamin dan kemampuan tinggi, sedang, serta rendah) yang telah dibentuk. Guru menjelaskan tugas dan tanggung jawab kelompok.

c. Pada fase bimbingan penyelidikan individual dan kelompok, dalam BPD disajikan kegiatan yang menggali pengetahuan prasyarat peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Setiap peserta didik mengerjakan kegiatan ini secara berkelompok untuk memperoleh jawaban kelompok. Materi tidak tidak disajikan dalam bentuk jadi tetapi dalam bentuk prosedur sehingga setiap kelompok menyelesaikan kegiatan mengkonstruksi pengetahuan.

d. Pada fase pengembangan dan penyajian hasil karya, guru meminta salah satu kelompok untuk melaporkan kesimpulan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan.

e. Pada fase analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah, guru memberikan bimbingan kepada peserta didik atau kelompok yang membutuhkan bimbingan guru. Selanjutnya, guru meminta peserta didik untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk menyelesaikan soal-soal latihan.

2. BPD yang dikembangkan memuat komponen-komponen sebagai berikut.

a. Cover

Cover depan memuat gambar benda-benda berbentuk prisma tegak dan

piramida. Gambar tersebut berkaitan dengan materi yang akan dibahas pada BPD, yaitu prisma tegak segi-n dan limas segi-n. Pada sampul juga memuat nama penyusun BPD dan tulisan “KTSP Standar Isi 2006”. Tulisan tersebut dimuat karena BPD ini disusun oleh peneliti sendiri dan berdasarkan KTSP 2006. Pada sampul menunjukkan bahwa BPD yang dikembangkan ditujukan untuk peserta didik SMP Kelas VIII pada materi prisma tegak segi-n dan limas segi-n.

(16)

78

Suryaningsih Y/ LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 9. No 2 (2014) 63-81

b. Kata Pengantar

Kata pengantar memuat ucapan terima kasih penyusun kepada pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam menyusun BPD.

c. Peta Konsep

Peta konsep menunjukkan hubungan konsep-konsep dari materi bangun ruang sisi datar yang selanjutnya dibagi lagi menjadi submateri yang diberi nama tugas 1 (tentang jaring-jaring prisma tegak segi-n dan limas segi-n), tugas 2 (tentang luas permukaan prisma tegak segi-n dan limas segi-n), dan tugas 3 (tentang volume prisma tegak segi-n dan limas segi-n). Masing-masing tugas tersebut memuat kemampuan yang akan diperoleh peserta didik setelah mempelajari materi yang diajarkan dan manfaat yang diperoleh dari pembelajaran tersebut. Peta konsep tersebut membantu peserta didik mempelajari konsep-konsep pokok.

d. Pendahuluan

Pendahuluan berisi masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Pendahuluan yang diberikan diharapkan dapat menggiring peserta didik menuju pada materi yang akan diajarkan. Selain itu, pendahuluan yang diberikan secara tertulis dapat membantu guru dalam menyampaikan apersepsi di awal pembelajaran.

e. Materi BPD

Materi yang disajikan dalam BPD berbeda-beda pada tiap pertemuan tetapi masih saling terkait. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk memperlancar dan mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran. Materi BPD yang dimaksud, yaitu jaring-jaring, luas permukaan, dan volume prisma tegak segi-n serta limas segi-n.

f. Judul pada Submateri

Judul pada submateri tujuannya membedakan antara submateri satu dengan submateri yang lain. Materi prisma tegak segi-n dan limas segi-n memuat beberapa submateri sehingga dibuat menjadi tiga tugas pada BPD, yaitu tugas 1, tugas 2 dan tugas 3. Setiap tugas terdiri dari:

1) Spesifikasi Pembelajaran 2) Pengantar

3) Aktivitas Pokok 4) Soal-soal Latihan g. Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisi tentang daftar rujukan peneliti sebagai sumber pustaka dalam menyusun buku peserta didik (BPD).

Berdasarkan catatan yang diperoleh pada saat uji coba lapangan, ditemukan adanya kekuatan dan kelemahan dari BPD yang dikembangkan sebagai berikut. Ada lima kekuatan BPD yang disusun meliputi: (1) BPD disusun sistematis untuk digunakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, sehingga peserta didik mudah untuk menggunakannya, (2) BPD ditulis untuk kepentingan peserta didik sehingga strukturnya disesuaikan dengan karakteristik peserta didik hal ini dapat dibuktikan dengan respon peserta didik terhadap BPD sebesar 1,63 (dari angket respon peserta didik uji coba II) bahwa tugas sudah sesuai dengan keinginan peserta didik, (3) BPD mencantumkan dan menjelaskan tujuan

(17)

79

pembelajaran sehingga memudahkan dalam memandu peserta didik dalam melakukan aktivitas belajar, (4) BPD memuat masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang dibahas serta disertai dengan petunjuk dan langkah-langkah penyelesaian masalah sehingga memudahkan peserta didik dalam menyelesaikan masalah tersebut secara berkelompok, dan (5) BPD memberi kesempatan pada peserta didik untuk berlatih mengerjakan latihan soal secara mandiri melalui soal uji kompetensi. Adapun kelemahan BPD yang disusun hanya berdasarkan pada analisis masalah pembelajaran dan analisis masalah peserta didik dalam pembelajaran SMP Negeri 1 Poncokusumo, sehingga keberadaannya juga hanya sesuai dengan peserta didik SMPN 1 Poncokusumo. B.Saran Pemanfaatan, Implementasi, dan Pengembangan Produk Lebih

Lanjut

Berdasarkan paparan di atas, tentang kekuatan dan kelemahan BPD untuk pembelajaran berbasis masalah (PBM) terdapat saran-saran yang berkaitan dengan produk pengembangan meliputi:

1. Saran Pemanfaatan

Berdasarkan catatan saat uji lapangan yang telah dilaksanakan, maka untuk mengoptimalkan pemanfaatan BPD, peneliti memberikan saran-saran meliputi: (1) hendaknya alokasi waktu perlu diperhatikan, mengingat pelaksanaan PBM lebih menekankan aktivitas penyelesaian masalah yang memerlukan banyak waktu, (2) guru masih tetap harus meningkatkan motivasi peserta didik agar menggunakan BPD serta ditambahkan latihan soal, dan (3) BPD bukan merupakan satu-satunya sumber belajar peserta didik, hendaknya guru menyarankan peserta didik agar mencari dan membaca buku rujukan yang lain. 2. Saran Implemetasi

Fase implementasi (implementation) pada pengembangan BPD ini tidak dilakukan. Namun bila dikehendaki untuk proses implementasi, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah BPD ini disusun berdasarkan analisis masalah pembelajaran dan masalah peserta didik dalam pembelajaran SMP Negeri 1 Poncokusumo. Bila hendak diperbanyak sebaiknya dilakukan observasi awal tentang karakteristik atau analisis masalah pembelajaran pengguna yang lain.

3. Saran Pengembangan Produk Lebih Lanjut

Produk pengembangan ini sudah dilakukan revisi-revisi kecil sesuai dengan saran ahli, guru mata pelajaran matematika serta peserta didik sebagai pengguna. Namun untuk lebih meningkatkan kualitas BPD, bila hendak dikembangkan lebih lanjut, sebaiknya dikembangkan untuk materi-materi yang lain dalam mata pelajaran matematika.

(18)

80

Pengembangan Buku Peserta Didik untuk Belajar Berbasis Masalah pada Materi Prisma dan Limas di SMPN 1 Poncokusumo

DAFTAR RUJUKAN

Abdussakir. 2002. Pembelajaran Geometri Berdasar Teori Van Hielle Berbantuan Komputer. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, 7 (1): 344-348. Arends, Richard.I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: Mc

Graw Hill Companies.

Arends, Richard.I. 2008. Learning to Teach. New York: Mc Graw Hill Companies.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2007. Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:

BSNP.

Duch, Barbara J. 1996. Problems: A Key Factor in PBL, (Online), (http://www.udel.edu/pbl/cte/jan95-what.html, diakses 29 Oktober 2010). Gani, M. 2006. Penerapan Problem-Based Learning melalui Belajar Kooperatif

Model STAD untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Materi Teorema Pythagoras di Kelas VII SMP Negeri 5 Malang. Tesis tidak

diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universtitas Negeri Malang. Hobri. 2010. Metodologi Penelitian Pengembangan (Aplikasi pada Penelitian

Pendidikan Matematika). Jember: Pena Salsabila.

Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: UM Press.

Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Berdasarkan Masalah: Latar Belakang, Konsep

Dasar dan Contoh Implementasinya. Surabaya: University Press.

Ibrahim, M & Nur, M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press.

Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Mustaji & Sugiarso. 2005. Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik: Penerapan

dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. Surabaya: Unesa University

Press.

Nur, M. 2008. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika UNESA.

Parta, I.N. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Inquiry untuk

Memperhalus Pengetahuan Matematika Mahasiswa Calon Guru melalui Pengajuan Pertanyaan. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: PPs

(19)

81 University of Twente.

Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sitepu, B.P. 2010. Buku dan Perkembangannya, (Online),

(http://bintangsitepu.wordpress.com/category/buku-dan-perkembangannya/, diakses 6 Desember 2010).

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Walle, John A. Van De. 2008. Elementary and Middle School Mathematics: Sixth

Edition. New York: Pearson Prentice Hall.

Yuwono, I. 2005. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Secara

Gambar

Gambar 1 Prosedur Pengembangan (Modifikasi Model Plomp)  Keterangan:
Tabel 1 Aspek yang Dinilai, Instrumen, Data yang Diamati, dan Responden  Aspek  yang

Referensi

Dokumen terkait

Banyaknya persamalahan pada tataran implementasi memberikan petunjuk kepada penulis bahwa ada beberapa hal yang menjadi faktor kendala dari penerapan kebijakan aplikasi

Berdasarkan perhitungan rasio kontribusi pajak mineral bukan logam dan batuan selama Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2019 seperti yang disajikan pada Tabel 7, maka

pertanyaanyang diajukan oleh guru selalu dikaitkan dengan pelajaran yang sedang disampaikan. c) selain itu, pelaksanaan metode tanya jawab di samping dikaitkan

6 Penelitian ini bertujuan menganalisis efikasi olahraga jalan cepat dan diet DASHI-J terhadap penu- runan tekanan darah dan nadi pada minggu kedua,keem- pat, keenam, dan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Nilai Data Tes Model Two Stay Two Stray (Variable X1).. Hasil tes yang di berikan pada siswa diperoleh masing-masing siswa maksimal mendapatkan skor nilai tertinggi yakni nilai

Tesis ini membahas masalah Perlindungan Hukum terhadap Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah Asal Kalimantan Barat Yang Bekerja di Malaysia. Dari hasil penelitian

Berdasarkan uraian tersebut telah dilakukan penelitian mengenai bioaktivitas dari ekstrak daun prasman akan tetapi belum ada laporan penelitian yang mengemukakan tentang