• Tidak ada hasil yang ditemukan

D I S U S U N OLEH : NAMA : GAVER SEPTIAN YARA KELAS : VII 3 TUGAS : KESENIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "D I S U S U N OLEH : NAMA : GAVER SEPTIAN YARA KELAS : VII 3 TUGAS : KESENIAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

D

I

S

U

S

U

N

OLEH

:

NAMA : GAVER SEPTIAN YARA

KELAS : VII 3

(2)

Arti Dan Makna Ukiran, Lukisan, Kriya Tanah Toraja

Ukiran Toraja bukan hanya sebagai gambar yang diciptakan begitu saja untuk menghiasi suatu

bentuk atau benda ataupun Tongkonan tetapi seluruh macam ukiran itu lahir dari pengertian

masalah hidup atau pergaulan hidup serta cita-cita kehidupan masyarakat, makanya seluruh

ukiran yang ada sekarang mempunyai arti yang dalam. Menurut sejarah ukiran pada mulanya

hanya dikenal 4 (empat) bentuk dasar gambar (lambang) yaitu lambang dari 4 (empat) pokok

kehidupan manusia, dan kemudiaan diaplikasikan pada Rumah Tongkonan dengan maksud akan

tetap menjadi perhatian dan selalu diingat oleh masyarakat. Oleh karena itu pemasangan ukiran

tidak diletakkan sembarangan tempat pada bangunan Tongkonan atau rumah, tapi dipasang

menurut pandangan dan falsafah hidup Toraja (Aluk Sanda Pitunnna). Keempat dasar ukiran

tersebut disebut Garonto’ Passura’ (pokok ukiran) yaitu : Pa’ Barre’ Allo, Pa’ Manuk Londong,

Pa’ Tedong dan Pa’ Sussu’. Sampai saat ini dalam masyarakat Toraja dikenal 4 golongan

Passura’ berdasarkan peranan dan arti Passura’ (ukiran), yaitu :

1.

Garonto’ Passura’ (Pokok-pokok ukiran) adalah mempunyai peranan simbol dasar

kehidupan orang Toraja, yaitu : Pa’ Barre’ Allo, Pa’ Manuk Londong, Pa’ Tedong dan

Pa’ Sussu’

2.

Passura’ Todolo (Ukiran Tua) adalah ukiran yang menyangkut peralatan upacara yang

dianggap berkasiat bagi pemakainya, yaitu : Pa’ Erong, Pa’ Ulu Karua, Pa’ Doti Langi’,

Pa’ Kadang Pao, Pa’ Barana’, Pa’ Bai, Pa’ Lolo Tabang, Pa’ Daun Bolu, Pa’ Daun Paria,

Pa’ Bombo Wai, Pa’ Kapu’ Baka, Pa’ Tangke Lumu’, Pa’ Bungkang Tasik, Pa’ Lolo

Paku, Pa’ Tangki’ Pattung, Pa’ Bulintong, Pa’ Katik, Pa’ Talinga Tedong, dan lain-lain.

3.

Passura’ Malolle’ (Ukiran kemajuan dan perkembangan), yaitu ukiran yang banyak

dipakai mengukir bangunan yang tidak mempunyai peranan adat (Tongkonan Batu

A’riri). Ukiran ini digunakan sebagai simbol sikap dan tingkah laku sosial atau pergaulan

dengan dibatasi oleh pranata etika dan moral. Adakalanya ukiran ini ada pertalian arti dan

maknanya dengan ukiran Passura’ Todolo, yaitu : Pa’ Sala’bi’, Pa’ Tanduk Ra’pe, Pa’

Tukku Pare, Pa’ Bunga Kaliki, Pa’ Poya Munda, Pa’ Bulintong Siteba’, Pa’ Bulintong

Situru’, Pa’ Karrang Longa, Pa’ Papan Kandaure, Pa’ Passulan, Pa’ Sepu’ Torongkong,

dan lain-lain.

(3)

4.

Ukiran Pa’ Barrean (ukiran kesenangan) merupakan ukiran yang terdiri atas

potongan-potongan yang sama bentuknya ada yang lurus dan adapula yang yang berupa lengkung,

yaitu : Pa’ Bannangan, Pa’ Barra’-barra’, Pa Manik Bu’ku’, Pa’ Ara’ Dena’, Pa’ Komba

Kalua’, Pa’ Bua Kapa’, Pa’ Gayang, dan lain-lain.

Untuk mengukir ukiran Toraja tersebut menggunakan warna yang terdiri warna alam yang

mengandung arti dan makna tersendiri bagi masyarakat Toraja, yaitu sesuai dengan falsafah

hidup dan perkembangan hidup manusia Toraja. Oleh karena itu penggunaan warna pada ukiran

tersebut tidak boleh diganti /dirubah dalam pemakaian. Bahan warna Passura’ (ukiran) disebut

Litak yang merupakan warna dasar bagi masyarakat Toraja yaitu :

1.

Warna merah (Litak Mararang)

2.

Warna putih (Litak Mabusa)

3.

Warna kuning (Litak Mariri)

4.

Warna hitam (Litak Malotong)

Warna merah dan putih merupakan warna darah dan tulang manusia yang melambangkan

kehidupan manusia. Warna tersebut dapat dipergunakan dimana saja pada waktu ada upacara

adat maupun dalam kehidupan sehari-hari. Warna kuning merupakan warna kemuliaan sebagai

lambang ketuhanan yang dipergunakan pada waktu upacara Rambu Tuka’ demi untuk

keselamatan manusia. Sedang warna hitam merupakan lambang dari kematian atau kegelapan

dipakai pada waktu upacara Rambu Solo’ (upacara kematian). Arti warna hitam pada dasar

setiap Passura’ (ukiran) adalah bahwa kehidupan setiap manusia diliputi oleh kematian karena

menurut pandangan Aluk Todolo bahwa dunia ini hanya sebagai tempat bermalam saja atau

tempat menginap sementara.

Semua warna Passura’ seperti yang tersebut diatas merupakan warna alam karena bahannya dari

tanah, kecuali untuk warna hitam diambil dari arang belanga. Penggunaan bahan ini lebih tahan

lama terhadap cuaca dan iklim dibandingkan dengan warna dari bahan sintesis.

(4)

Ragam Motif Tana Toraja

Setiap ukiran dan motif pada ragam hias Tana Toraja atau Tator memiliki nama dan makna khusus. Motifnya biasanya adalah hewan dan tanaman yang melambangkan kebajikan, contohnya tanaman air seperti gulma air dan hewan seperti kepiting dan kecebong yang melambangkan kesuburan. Gambar kiri memperlihatkan contoh ukiran kayu Toraja, terdiri atas 15 panel persegi. Panel tengah bawah melambangkan kerbau atau kekayaan, sebagai harapan agar suatu keluarga memperoleh banyak kerbau. Panel tengah melambangkan simpul dan kotak, sebuah harapan agar semua keturunan keluarga akan bahagia dan hidup dalam kedamaian, seperti barang-barang yang tersimpan dalam sebuah kotak. Kotak bagian kiri atas dan kanan atas melambangkan hewan air, menunjukkan kebutuhan untuk bergerak cepat dan bekerja keras, seperti hewan yang bergerak di permukaan air. Hal Ini juga menunjukkan adanya kebutuhan akan keahlian tertentu untuk menghasilkan hasil yang baik.

Keteraturan dan ketertiban merupakan ciri umum dalam ukiran kayu Toraja, selain itu ukiran kayu Toraja juga abstrak dan geometris. Alam sering digunakan sebagai dasar dari ornamen Toraja, karena alam penuh dengan abstraksi dan geometri yang teratur. Ornamen Toraja dipelajari dalam ethnomatematika dengan tujuan mengungkap struktur matematikanya meskipun suku Toraja membuat ukiran ini hanya berdasarkan taksiran mereka sendiri. Suku Toraja menggunakan bambu untuk membuat oranamen geometris.

(5)

Nama dan Makna Ragam Motif Toraja

Ukiran Toraja adalah kesenian ukir Melayu khas suku bangsa Toraja di Sulawesi Selatan. Ukiran ini dicetak menggunakan alat ukir khusus di atas sebuah papan kayu, tiang rumah adat, jendela, atau pintu. Motif ukiran Toraja bermacam-macam, antara lain cerita rakyat, benda di langit, binatang yang

disakralkan, peralatan rumah tangga, atau tumbuh-tumbuhan. Nama dan Makna Motif Toraja dapat kami uraikan antara lain:

Neq Limbongan

Motif Tator "Neq Limbongan"

Orang Toraja meyakini bahwa nama ini diambil dari nama leluhur mereka yakni Limbongan yang diperkirakan hidup pada 3000 tahun yang lalu. Sedangkan neq berarti “danau”. Dalam pengertian orang Toraja, limbongan berarti sumber mata air yang tidak pernah kering sehingga menjadi sumber kehidupan. Oleh karena itu, motif ukiran ini berbentuk aliran air yang memutar dengan panah di keempat arah mata angin. Motif ini memiliki makna bahwa rejeki akan datang dari 4 penjuru bagaikan mata air yang bersatu dalam danau dan memberi kebahagiaan.

(6)

Motif Tator "Paqbarre Allo"

Barre artinya “bulatan”, dan allo artinya “matahari”. Ukiran jenis ini menyerupai bulatan matahari dengan pancaran sinarnya dan biasanya ada di salah satu bagian belakang atau depan rumah di bawah ukiran paqmanuk londong yang berbentuk segitiga. Ukiran ini dimaknai sebagai ilmu pengetahuan dan kearifan yang menerangi layaknya matahari.

Paqkapuq baka

Motif Tator "Paqkapuq Baka"

Kapuq artinya “ikatan” dan baka artinya “bakul” atau “keranjang”. Motif ukiran ini menyerupai ikatan pada penutup bakul (tempat menyimpan pakaian) yang bagi orang Toraja dianggap sakral. Jika ikatan bakul berubah, dipercaya bahwa ada yang mencuri pakaian di dalamnya. Ukiran ini dimaknai sebagai harapan agar keturunan senantiasa bersatu dan senantiasa hidup damai dan sejahtera.

Paqkadang pao

Motif Tator "Paqkadang Pao"

(7)

digunakan untuk mengambil mangga. Ukiran ini dimaknai bahwa untuk mengaitkan harta benda ke rumah harus dengan cara yang jujur dan perlu kerjasama di lingkungan keluarga atau masyarakat. Paqsulan sangbua

Motif Tator Paqsulang Sangbua"

Sulan berarti “sulam” atau lipatan seperti tembakau sirih. Oleh karena itu, ukiran ini mirip sulaman tembakau sirih dan dimaknai sebagai lambang kebesaran bangsawan Toraja.

Paqbulu londong

Motif Tator"Paqbulu Londong"

Kata londong berarti “ayam jantan” sehingga ukiran ini menyerupai rumbai bulu ayam jantan. Ukiran ini dimaknai sebagai lambang keperkasaan dan kearifan laki-laki atau pemimpin.

(8)

Paqtedong

Motif Tator "Paqtedong"

Tedong berarti “kerbau”. Ukiran ini menyerupai tanduk kerbau dan dimaknai sebagai lambang kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat semua dan keluarga.

Paqtangko pattung

Motif Tator "Paqtangko Pattung"

Istilah Paqtangko pattung berarti menyerupai paku bambu yang biasa digunakan untuk mengaitkan tiang bangunan. Ukiran ini melambangkan kebesaran bangsawan Toraja dan lambang persatuan yang kokoh seperti paku bambu.

(9)

Paqtangkiq attung II

Motif Tator "Paqtangkiq Attung II"

Motif Tana Toraja jenis ini merupakan pengembangan dari Paqtangko pattung. Motif ini terdiri dari 4 bundaran benda seragam dan membentuk angka 8 sebangun, yang bila dijumlah menjadi 16, sama dengan 1+6=7. Angka 7 merupakan angka sakral bagi orang Toraja sesuai dengan falsafah aluk saqbu pitu ratuq pitung pulo pitu (Seribu Tujuh Seratus Tujuh atau 7777). Ukiran ini merupakan lambang kebersamaan dan kekeluargaan Toraja.

Paqtanduk reqpe

"Paqtanduk Reqpe"

Tanduk reqpe berarti “tanduk yang menggelayut ke bawah seperti ranting pohon yang keberatan buah”. Ukiran yang menyerupai tanduk kerbau ini melambangkan perjuangan hidup dan jerih payah

(10)

Motif Tator"Paqpolloq Gayang"

Polloq artinya “ekor”, sedangkan gayang artinya “keris emas”. Ukiran yang menyerupai rumbai ekor penghias keris emas bangsawan Toraja ini melambangkan kebesaran, kedamaian, dan kemudahan rejeki.

Paqulu gayang

Motif Tator "Paq Ulu Gayang"

Ulu artinya “bagian kepala” dan gayang artinya “keris emas”. Ukiran jenis ini menyerupai bagian kepala keris emas dan melambangkan perjuangan dalam mencari harta, terutama emas.

Paqbombo uai i I

"Paq Bombo Uai"

Dalam hal ini, bombo berarti “binatang air yang melayang di atas air bagaikan angin”. Ukiran ini merupakan gambaran manusia yang harus bekerja cepat, tepat waktu, displin, dan terampil. Paqbombo uai i II

Ukiran ini sama dengan Motif Tator Paqbombo uai i I diatas, namun lain bentuk. Garis-garisnya agak besar dan lengkungannya jelas.

(11)

Paqkollong buqkuq

Paq Kollong Bukku

Istilah ini berarti “leher burung tekukur”. Ukiran ini bentuknya menyerupai leher tekukur dan melambangkan kejujuran.

Paqulu karua

Paq Ulu Karua

Ulu karua berarti “kepala delapan” yang mengacu pada mitos bahwa leluhur orang Toraja ada delapan 8 orang. Oleh Karena itu, ukiran ini menyerupai angka 8 dan melambangkan ilmu pengetahuan.

Paqmanik-manik

Paq Manik-manik

Seperti namanya Motif Tator yang satu ini berbentuk manik-manik, hiasan tradisional Toraja. Ukiran ini dimaknai sebagai harapan agar anak cucu Toraja selalu hidup rukun.

(12)

Paqsekong kandaure

Paq Sekong Kandaure

Ukiran ini berbentuk lengkung lingkar yang berlekuk-lekuk. Ukiran ini dimaknai sebagai harapan agar seluruh keturunan Toraja hidup berbahagia.

Paqsekong anak

Motif Tator " Paq Sekong Anak"

Istilah ini berarti lengkungan bayi ketika masih ada di rahim ibu. Ukiran ini berbentuk demikian juga dan dimaknai sebagai perlambang kejujuran dan keterbukaan.

Passekong dibungai.

(13)

Ukiran jenis ini hampir sama dengan sebelumnya, hanya saja lingkarannya diberi hiasan bunga-bunga. Ukiran ini menyerupai segi empat sama sisi yang ujungnya tersembunyi di bagian tengah. Ukiran ini dimaknai sebagai perlambang bahwa seseorang harus bisa menjaga rahasia.

Paqsepuq torong kong

Motif Tator "Paq Sepuq Torongkong"

Ukiran ini menyerupai sulaman pundi tempat sirih. Torong kong digunakan untuk menyebut suku bangsa Rongkong yang masih serumpun dengan orang Toraja. Ukiran ini dimaknai sebagai semangat persatuan kedua suku.

Paqsalaqbiq biasa

Motif Tator " Paq Salaqbiq Biasa"

Ukiran ini berbentuk pagar rumah yang terbuat dari bambu. Hal ini dimaknai sebagai perlambang sikap kehati-hatian dari segala kemungkinan ancaman.

(14)

Paqsalaqbiq ditoqmokki

Motif Tator "Paq Salabiq Ditoqmokki"

Ukiran ini memiliki bentuk yang sama dengan sebelumnya, hanya saja pagar bambu dibuat lebih besar. Bentuk ini dimaknai sebagai harapan agar anak cucu terhindar dari segala wabah penyakit dan

marabahaya lainnya. Paqtalinga

Motif Tator "Paq Talinga"

Talinga artinya telinga. Ukiran ini dimaknai sebagai peringatan agar manusia menggunakan telinganya dengan benar.

(15)

Paqbokoq komba kaluaq

Paq Bokoq Komba Kaluaq

Ukiran ini menyerupai hiasan pada gelang emas dan manik-manik yang dipakai saat upacara adat. Ukiran ini dimaknai sebagai perlambang kewibawaan dan kebesaran kaum bangsawan Toraja.

Paqerong

Paq Erong

Erong adalah peti untuk menyimpan tulang-belulang orang Toraja yang wafat. Erong ada yang berbentuk kepala kerbau atau babi. Ukiran ini dimaknai sebagai harapan agar arwah leluhur menjaga dan memberkahi rejeki.

(16)

Paqsiborongan

Paq Siborongan

Borongan berarti “bekerja secara berkelompok”. Tradisi ini diwujudkan menjadi ukiran di rumah-rumah orang Toraja yang berbentuk seperti bunga-bunga yang mekar. Ukiran ini sebagai lambang semangat persatuan dan kekerabatan.

Paqdoti siluang I

Paq Doti Siluang I

Ukiran ini merupakan repersentasi dari ilmu hitam dan kerbau. Ukiran ini biasanya terdapat pada pembungkus mayat perempuan dan dimaknai sebagai lambang keanggunan perempuan.

(17)

Paqdoti siluang II

Paq Doti Siluang II

Ukiran ini berupa segi empat kecil dan besar yang bertanda silang di tengahnya. Ukiran ini biasa terdapat di rumah adat Toraja atau pada pembungkus mayat perempuan. Makna ukiran ini sebagai lambang hati-hati jika mendengar kabar dari perempuan.

Paqreopo sangbua

Paq Reopo Sangbua

Ukiran ini berbentuk garis siku-siku serong yang berlapis-lapis, sebagai representasi dari gerakan tari melipat lutut. Bentuk ukiran ini biasa ditemukan di dinding lumbung adat dan dimaknai sebagai semangat kebersamaan dan gotong-royong.

(18)

Paqpolloq songkang

Paq Polloq Songkang

Ukiran jenis ini berbentuk segi empat yang dibagi dalam segitiga kecil. Bentuk ini merupakan representasi dari bambu yang biasa digunakan untuk memerah susu. Oleh orang Toraja, ukiran ini dimaknai sebagai lambang kebesaran dan kemampuan bangsawan Toraja.

Paqpapan kandaure

Paq Papan Kandaure

Ukiran ini berbentuk segi empat besar dan bermakna harapan menjadi rumpun keluarga besar yang bersatu.

Paqsalaqbiq dibungai

Paq Salaqbiq diBungai

Bentuk ukiran ini berupa sebilah bambu yang dibuat bersilang-silang dan ujungnya runcing. Ukiran jenis ini terdapat di rumah adat Toraja dan dimaknai untuk penangkal bahaya.

(19)

Patung

Mistik namun unik, mungkin dua kata itulah yang pantas menggambarkan kerajinan tangan khas

Sulawesi ini. Tau Tau, begitulah warga setempat biasa menyebutnya, Tau Tau adalah

jenis patung yang terbuat dari kayu atau bambu.

Kata "tau" berasal dari bahasa Toraja yang berarti manusia, dan “tau tau” berarti pria

atau patung. Tau Tau adalah replika atau tiruan dari orang Toraja yang sudah meninggal,

diletakkan di sekitar tempat jenazah dimakamkan.

Kerajinan khas Toraja, Sulawesi Selatan ini mencerminkan status dan kekayaan dari almarhum.

Mulai diproduksi pada awal abad 19, Tau Tau dipercaya warga setempat sebagai wakil dari

almarhum, yang selalu menjaga makam dan selalu hidup.

Pembuatan Tau Tau tidaklah mudah. Patung Tau Tau biasanya diukir untuk menunjukkan jenis

kelamin orang yang meninggal, tingkat kerumitannya sangat tinggi jika harus mencoba untuk

meniru rupa almarhum. Dibutuhkan tenaga yang cukup kuat dan keahliah khusus dalam

membuat bentuk wajah seseorang.

Jenis-jenis kayu yang digunakan untuk Tau Tau juga mencerminkan status dan tingkat status

dari almarhum. Tau Tau orang kaya umumnya terbuat dari kayu pohon nangka dan biasanya

ditemukan berdiri di pintu masuk makam, diukir dari batu wajah Toraja. Orang di kalangan

menengah, membuat Tau Tau dari pohon randu, sedangkan orang di kalangan rendah, biasanya

(20)

memiliki Tau Tau yang terbuat dari bambu.

Kayu dari pohon nangka menjadi pilihan bahan baku Tau Tau sejak dulu. Selain dikenal awet

dan tahan rayap, warna kayu ini semakin lama, semakin mirip warna kulit manusia.

Hanya orang kaya yang mampu membayar Tau Tau permanen, karena mereka memerlukan

tukang batu untuk membangun gua khusus yang dapat melubangi jalan keluar gua dari kumpulan

bebatuan. Pembangun gua biasanya membutuhkan pembayaran beberapa kerbau yang hanya

mampu dibayar oleh kalangan orang kaya.

Biaya pembuatan Tau Tau sangat besar. Prosesnya memakan waktu hingga berbulan-bulan,

khususnya untuk pembuatan Tau Tau dari kayu nangka. Dahulu, keluarga yang meninggal harus

memotong babi. Dari menebang kayu nangka hingga menjadi sebuah Tau Tau, setidaknya ada 10

ekor babi yang harus dipotong. Tapi kebiasan ini sudah tidak dijalankan lagi. Kini ritual potong

babi hanya dilakukan saat upacara pemakaman saja atau rambu solok.

Biasanya dalam waktu satu bulan, para pengrajin hanya mampu menghasilkan satu buah Tau

Tau. Harganya amat relatif, tergantung besar kecilnya Tau Tau. Biasanya untuk ukuran satu

hingga tiga meter dihargai sekitar 4 juta rupiah. Sedangkan untuk ukuran 5 meter, seharga 5 juta

rupiah. Kini para pengrajin tidak hanya membuat patung Tau Tau sebagai replika orang yang

sudah meninggal, mereka juga membuat miniatur Tau Tau yang sangat diminati wisatawan.

(21)

Referensi

Dokumen terkait

berupa kertas karton kepada masing-masing kelompok, kemudian guru meminta siswa untuk berdiskusi sesuai dengan perintah yang ada pada kartu. Setelah semua kelompok

Cohen , Pengendalian sosial adalah cara-cara atau metode-metode yang digunakan untuk mendorang seseorang agar berperillaku selaras dengan kehendak kelompok atau masyarakat