• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH BAHAN KIMIA BERACUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Racun adalah bahan kimia yang dalam jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH BAHAN KIMIA BERACUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Racun adalah bahan kimia yang dalam jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH BAHAN KIMIA BERACUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Racun adalah bahan kimia yang dalam jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup lainnya. Keracunan adalah salah satu masalah kesehatan yang semakin meningkat baik di Negara maju maupun negara berkembang. Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui secara pasti, meskipun banyak dilaporkan kejadian keracunan di beberapa rumah sakit, tetapi angka tersebut tidak menggambarkan kejadian yang sebenarnya di masyarakat. Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di Indonesia adalah akibat paparan pestisida, obat obatan, hidrokarbon, bahan kimia korosif, alkohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolat dan beberapa tanaman beracun lainnya. Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.

B. Rumusan Masalah 1. Menjelaskan definisi racun

2. Menjelaskan Simbol-simbol bahan bkimia atau beracun 3. Tingkat keracunan bahan beracun

4. Factor Yang Menentukan Tingkat Keracunan

5. Menjelaskan tentang bahaya racun terhadap kesehatan. 6. Menjelaskan tentang usaha pencegahan

C. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui dan memahami tentang racun atau bahan kimia.

2. Mengetahui dan memahami langkah diagnosis penyakit akibat bahan kimia. 3. Mengetahui dan memahami manaterial dalam usaha-usaha pencegahan. D. Metode

(2)

BAB II ISI A. Definisi Racun

Racun atau bahan kimia yang beracun adalah bahan kimia yang dalam jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup lainnya ataubahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit. Dan keracunan didefinisikan sebagai keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang. Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat.

1) Pengertian Bahan Berbahaya dan Beracun

Bahan Berbahaya dan Beracun adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-barang. 3 macam bahan kimia dalam kelompok besar :

a) Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia, diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat , deterjen, dan lain-lain. Industri kimia dapat diberi batasan sebagai industri yang ditandai dengan penggunaan proses-proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi atau fisik dalam sifat-sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian kimiawi dan komposisi suatu zat.

b) Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang menggunakan bahan kimia sebagai bahan pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan listrik, pengolahan logam, obat-obatan dan lain-lain.

(3)

c) Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan pengembangan serta pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak dipunyai oleh industri, lembaga penelitian dan pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit dan perguruan tinggi.

Bahan kimia berbahaya diklasifikasikan di bagi menjadi berapa golongan : 1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)

2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable) 4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)

6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air(Water Sensitive Substances) 7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances) 8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)

9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)

Dan adapun Bahan-bahan beracun dalam industri dapat digolongkan dalam beberapa golongan yaitu:

a. Senyawa logam dan metaloid b. Bahan pelarut

c. Gas-gas beracun d. Bahan karsinogenik e. Pestisida

2) Bahan-Bahan Kimia Umum Yang Sering Menimbulkan Racun

Bahan kimia umum yang sering menimbulkan keracunan adalah sebagai-berikut : Golongan pestida, yaitu organo klorin, organo fosfat, karbamat, arsenik.

Golongan gas, yaitu Nitrogen (N2), Metana (CH4), Karbon Monoksida (CO), Hidrogen Sianida (HCN), Hidrogen Sulfida (H2S), Nikel Karbonil (Ni(CO)4), Sulfur Dioksida (SO2),

Klor (Cl2), Nitrogen Oksida (N2O; NO; NO2), Fosgen

(COCl2), Arsin (AsH3), Stibin (SbH3).

Golongan metalloid/logam, yaitu timbal (Pb), Posfor (P), air raksa (Hg), Arsen (As), Krom (Cr), Kadmium (Cd), nikel (Ni), Platina (Pt), Seng (Zn).

Golongan bahan organic, yaitu Akrilamida, Anilin, Benzena, Toluene, Xilena, Vinil Klorida, Karbon Disulfida, Metil Alkohol, Fenol, Stirena, dan masih banyak bahan kimia beracun lain yang dapat meracuni setiap saat, khususnya masyarakat pekerja industri.

(4)

Saat ini banyak industri besar menggunakan bahan kimia berbahaya dalam pelaksanaan produksinya. Jika dilihat 50 tahun yang lalu, mungkin hanya 1 juta ton dihasilkan setiap tahunnya tetapi sekarang kurang elbih 400 juta ton bahan kimia yang dihasilkan setiap tahunnya.

Di antara 5 sampai 7 juta bahan kimia yang diketahui lebih dari 80.000 dipasarkan dan diperkirakan 500 sampai 10.000 bahan kimia diperdagangkan mengandung bahaya yang diataranya 150 sampai 200 jenis kemungkinan dapat menyebabkan kanker pada manusia. Penggunaan bahan kimia ini digunakan pada perusahaan seperti;

- Pertanian (Agrochemical) - Industri - Labolatorium

- Kedokteran

Berdasarkan United Nation / North America UN/UNA, bahan Kimia berbahaya ini dibagi menjadi 7:

a) KELAS 1 : MUDAH MELEDAK

Semua bahan atau benda yang dapat menghasilkan efek ledakan, termasuk bahan yang dalam campuran tertentu atau jika mengalami pemanasan, gesekan, tekanan dapat mengakibatkan peledakan.

Contoh :

Amonium nitrate, Amonium perchlorate, amonium picrate, detonator untuk ammunisi, diazodinitrophenol, dinitropenol, dynamite, bubuk mesiu, picric acid, (TNT, Nitro Glycerine, Amunisi, bubuk untuk blasting)

b) KELAS 2 : GAS-GAS Terdiri dari :

Gas yang mudah terbakar (acetelyne, LPG, Hydrogen, CO, ethylene, ethyl flouride, ethyl methyl ether, butane, neopentane, propane, methane, methyl chlorodiline, thinner, bensin. Gas bertekanan yang tidak mudah terbakar (oksigen, nitrogen, helium, argon, neon,

nitrous oxide, sulphur hexafolride)

Gas Beracun (chlorien, methil bromide, nitric oxide, ammonium-anhidrous, arsine, boron trichloride carbonil sulfit, cyanogen, dll

c) KELAS 3 : CAIRAN YANG MUDAH MENYALA (FLAMMABLE GAS) Cairan yang mudah menyala bila kontak dengan sumber penyalaan.

(5)

Uap dari bahan yang termasuk kelas ini dapat mengakibatkan pingsan bahkan kematian. Contoh : Yang mudah menyala (flammable solids)

Bahan padat yang mudah menyala (petrol, acetone, benzene, butanol, chlorobenzene, 2 chloropropene ethanol, carbon disuliphide, di-iso-propylane.

d) KELAS 4 : PADATAN

Bahan padat yang mudah menyala bila kontak dengan sumber penyalaan dari luar seperti percikan api atau api. Bahan ini siap menyala jika mengalami gesekan

Contoh : sulpur, pospor, picric acid, magnesium, alumunium powder, calcium resinate, celluloid, dinitrophenol, hexamine.

Bahan Padat yang Mudah Terbakar secara spontan (spontaneously Combustible Substances)

Bahan padat kelas ini dalam keadaan biasa mempunyai kemampuan yang besar untuk terbakar secara spontan. Beberapa jenis mempunyai kemungkinan besar untuk menyala sendiri ketika lembab atau kontak dengan udara lembab Juga dapat menghasilkan gas beracun ketika terbakar.

Contoh : carbon, charcoal-non-activated, carbon black, alumunium alkyls, phosphorus Padatan yang mudah menyala (FLAMMABLE SOLIDS)

Bahan yang berbahaya ketika basah (Dangerous when wet) Padatan atau cairan yang dapat menghasilkan gas mudah terbakar ketika kontak dengan air. Bahan ini juga meningkatkan gas beracun ketika kontak dengan kelembaban, air atau asam

Contoh :calcium carbide, potassium phosphide, potassium, maneb, magnesium hydride, calcium manganese silicon, boron trifluoride dimethyl etherate, barium, aluminium hydride.

e) KELAS 5 : BAHAN BEROKSIDASI (OXIDIZING AGENT) Organic peroxides

Dapat membantu pembakaran dari material yang mudah terbakar. Jika terpapar panas atau api pada waktu yang lama dapat mengakibatkan peledakan. Jika bereaksi dengan material yang lain efeknya akan lebih berbahaya. Dekomposisi dari bahan ini dapat menghasilkan racun dan gas yang mudah terbakar.

Contoh : benzol peroxides, methyl ethyl ketone peroxide, dicetyl perdicarbonate, peracetic acid.

f) KELAS 6 : BAHAN BERACUN ATAU MENGAKIBATKAN INFEKSI Poisonous (Toxic) Substances

(6)

Bahan yang dapat menyebabkan kematian atau cidera pada manusia jika tertelan, terhirup atau kontak dengan kulit.

contoh : cyanohydrin, calcium cyanide, carbon tetrachloride, dinitrobenzenes, epichlorohydrin mercuric nitrate, dll

Harmful (Toxic) Substances

Bahan yang dapat membahayakan pada manusia jika tertelan, terhirup atau kontak dengan kulit

Contoh : acrylamide, 2-amino-5-diethylamino pentane, amonium fluorosilicate, chloroanisidines dll

g) KELAS 6 : BAHAN BERACUN ATAU MENGAKIBATKAN INFEKSI Bahan yang dapat mengakibatkan infeksi

Bahan yang mengandung organisme penyebab penyakit

Contoh : tisue dari pasien, tempat pengembang biakan virus, bakteri, tumbuhan atau hewan h) KELAS 7 : BAHAN YANG BERADIASI

radioactive

Bahan yang mengandung material atau combinasi dari material yang dapat memancarkan radiasi secara spontan

Contoh : uranium, 90Co, tritium, 32P, 35S, 125I, 14C C. Tingkat Keracunan Bahan Beracun

Tidak ada batasan yang jelas antara bahan kimia berbahaya dan tidak berbahaya - Bahan kimia berbahaya bila ditangani dengan baik dan benar akan aman digunakan - Bahan kimia tidak berbahaya bila ditangani secara sembrono akan menjadi sangat berbahaya

- Paracelsus (1493-1541) ” semua bahan adalah racun, tidak ada bahan apapun yang bukan racun, hanya dosis yang benar membedakan apakah menjadi racun atau obat” - Untuk mengetahui toksisitas bahan dikenal LD50, semakin rendah LD50 suatu bahan, maka makin berbahaya bagi tubuh dan sebaliknya Racun super: 5 mg/kgBB atau kurang, contoh:

Nikotin Amat sangat beracun: (5-50 mg/kgBB), Timbal arsenat Amat beracun: (50-500 mg/kgBB), Hidrokinon Beracun sedang: (0.5-5 g/kgBB), IsopropanolSedikit beracun: (5-15 g/kgBB), Asam ascorbat Tidak beracun: (>15 g/kgBB), Propilen glikol

(7)

D. Factor Yang Menentukan Tingkat Keracunan Sifat Fisik bahan kimia

Bentuk yang lebih berbahaya bila dalam bentuk cair atau gas yang mudah terinhalasi dan bentuk partikel bila terhisap, makin kecil partikel makin terdeposit dalam paru-paru

Dosis (konsentrasi)

Semakin besar jumlah bahan kimia yang masuk dalam tubuh makin besar efek bahan racunnya.

E = T x C

E = efek akhir yang terjadi (diturunkan seminimal dengan NAB) T = time

C = concentration

Pajanan bisa akut dan kronis Lamanya pemajanan

- gejala yang ditimbulkan bisa akut, sub akut dan kronis Interaksi bahan kimia

- Aditif :

efek yang timbul merupakan penjumlahan kedua bahan kimia ex. Organophosphat dengan enzim cholinesterase.

- Sinergistik :

efek yang terjadi lebih berat dari penjumlahan jika diberikan sendiri2 ex. Pajanan asbes denganmerokok.

- Antagonistik : bila efek menjadi lebihringan Distribusi

Bahan kimia diserap dalam tubuh kemudian didistribusikan melalui aliran darah sehingga terjadi akumulasi sampai reaksi tubuh.

Pengeluaran

Ginjal merupakan organ pengeluaran sangat penting, selain empedu, hati dan paru-paru Faktor tuan rumah (host)

- Faktor genetic

- Jenis kelamin : pria peka terhadap bahan kimia pada ginjal, wanita pada hati - Factor umur

- Status kesehatan

- Hygiene perorangan dan perilaku hidup

(8)

Sifat fisik bahan kimia, yang dapat berwujud gas, uap (gas dari bentuk padat/cair), debu (partikel padat), kabut (cairan halus di udara), fume (kondensasi partikel padat), awan (partikel cair kondensasi dari fase gas), asap (partikel zat karbon).

Dosis beracun: jumlah/konsentrasi racun yang masuk dalam badan. Lamanya pemaparan.

Sifat kimia zat racun: jenis persenyawaan; kelarutan dalam jaringan tubuh, jenis pelarut. Rute (jalan masuk ke badan), yang bisa melalui pernapasan, pencernaan, kulit

serta selaput lendir.

Faktor-faktor pekerja, seperti umur, jenis kelamin, derajat kesehatan tubuh, daya tahan/toleransi, habituasi/kebiasaan, nutrisi, tingkat kelemahan tubuh, factor generik.

E. Bahaya Kesehatan

Bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit atau luka bila dihirup, ditelan atau disentuh. Bahan kimia tersebut dikelompokkan menjadi 4 kategori.

Zat kimia penyebab iritasi (irritants)

zat kimia yang dapat menyebabkan iritasi atau reaksi peradangan (inflamasi) bila zat tersebut kontak dengan tubuh

Zat kimia korosif

zat kimia yang dapat menyebabkan kerusakan (visible destruction) / kerusakan yang permanen pada jaringan hidup atau zat yang dapat memakan (eating away) bahan tertentu termasuk jaringan tubuh manusia.

Zat kimia penyebab alergi (sensitizers)

zat kimia yang dapat menimbulkan respon yang menyerupai alergi (allergie-like response) pada mereka yang terpapar zat-zat kimia tersebut secara berulang

Zat kimia yang menyerang organ tubuh yang spesifik (target-organ chemicals)

zat yang menyebabkan kerusakan pada organsistem tubuh yang spesifik. Zat kimia tersebut dapat merusak paru, jantung, hati, ginjal dan sistem saraf pusat.

F. Usaha-Usaha Pencegahan

Usaha-usaha pencegahan secara preventif perlu dilakukan dalam setiap industri yang memproduksi maupun menggunakan baik bahan baku maupun bahan penolong yang bersifat racun agar tidak kerugian ataupun keracunan yang setiap waktu dapat terjadi di lingkungan pekerja yang menangani bahan kimia beracun. Pencegahan secara preventif tersebut adalah sebagai-berikut:

1. Management program pengendalian sumber bahaya, yang berupa perencanaan, organisasi, kontrol, peralatan, dan sebagainya.

(9)

2. Penggunaan alat pelindung diri (masker, kaca mata, pakaiannya khusus, krim kulit, sepatu, dsb)

3. Ventilasi yang baik.

4. Maintenance, yaitu pemeliharaan yang baik dalam proses produksi, kontrol, dan sebagainya.

5. Membuat label dan tanda peringatan terhadap sumber bahaya.

6. Penyempurnaan produksi: Mengeliminasi sumber bahaya dalam proses produksi, dan mendesain produksi berdasarkan keselamatan dan kesehatan kerja.

7. Pengendalian/peniadaan debu, dengan memasang dust collector di setiap tahap produksi yang menghasilkan debu.

8. Isolasi, yaitu proses kerja yang berbahayadisendirikan.

9. Operasional praktis: Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja, serta analisis keselamatan dan kesehatan kerja.

10. Kontrol administrasi, berupa administrasi kerja yang sehat, pengurangan jam pemaparan. 11. Pendidikan, yaitu pendidikan kesehatan, job training masalah penanganan bahan kimia beracun.

12. Monitoring lingkungan kerja, yaitu melakukan surplus dan analisis.

13. Pemeriksaan kesehatan awal, periodik, khusus, dan screening, serta monitoring biologis (darah, tinja, urine, dansebagainya).

14. House keeping, yaitu kerumahtanggaan yang baik, kebersihan, kerapian, pengontrolan. 15. Sanitasi, yakni dalam hal hygiene perorangan, kamar mandi, pakaian, fasilitas kesehatan, desinfektan, dan sebagainya.

16. Eliminasi, pemindahan sumber bahaya. 17. Enclosing, menangani sumber bahaya.

Jadi dalam hal ini sangat diperlukan pembekalan pengetahuan dalam pengelolaan bahan kimia beracun dari segi pengamanan, pengelolaan, penanggulangan kebakaran dan pertolongan pertama dalam kecelakaan.

G. Jurnal Nasional Tentang Racun 1. Ada racun di balik jajanan anak-anak

TAHUN-tahun belakangan ini semakin marak saja minuman aneka rasa dan warna yang dikemas dalam botol atau gelas plastik. Sebenarnya tidak jelas benar kualitas minuman jajanan tersebut karena bila diamati, mulai bahan yang digunakan, tanggal pembuatan, izin produksi, tanggal kedaluwarsa, hingga nama dan alamat produsennya tidak jelas. Biasanya

(10)

sasaran pasar produk jajanan seperti itu adalah golongan masyarakat menengah ke bawah. Banyak orang tua yang tak ambil pusing soal ini, tapi banyak pula yang mengkhawatirkan bahwa jajanan seperti itu bisa berdampak negatif bagi kesehatan dan kemampuan berpikir anak-anak sebagai tunas-tunas bangsa. Kekhawatirkan para orang tua yang peduli itu memang beralasan.

Makanan dan minuman yang tidak jelas menggunakan bahan apa sebagai pengawet, pemanis, perasa, dan pewarna memang perlu dikhawatirkan. Lebih-lebih bila dikonsumsi anak-anak. Tak jarang kita mendengar kasus keracunan yang dialami beberapa anak sekolah akibat makanan jajanan. Bahan kimia pada makanan anak-anak memang bukan berita baru.

Media sering memberitakan adanya senyawa pemanis buatan pada berbagai jenis makanan jajan anak-anak yang berbahaya.

Tidak adanya standar keamanan pangan jajanan anak, terutama dalam kebersihan sarana, pemilihan bahan, proses pengolahan, dan monitoring mutu produk dalam peredaran, menambah tingginya risiko timbulnya keracunan pada anak-anak. Bahkan, pada jajanan tersebut terkandung berbagai bahan-bahan kimia yang telah dinyatakan terlarang untuk digunakan pada makanan. Dengan warnanya yang menarik, rasa yang menggugah selera, dan harga yang murah, membuat anak-anak lebih memilih jajanan seperti itu. Jajanan seperti bakso, makanan ringan, mi, sirup, berbagai minuman ringan leluasa dijajakan di sekolah-sekolah.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) beberapa waktu lalu menemukan bahwa sumber keracunan makanan terbesar di Indonesia dilakukan oleh usaha jasa boga atau katering yang diperuntukkan bagi karyawan atau jajanan anak sekolah. Meskipun telah ada pengawasan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tapi kasus keracunan tetap saja terjadi. Jajanan anak sekolah yang aman dan sehat masih sulit terwujud.

Menurut Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Roy A Sparringa pada acara diskusi BPOM-Sahabat Ibu di Kantor Pusat Ditjen Bea dan Cukai, Jakarta, Jumat (23/8), 73 persen kasus keracunan pangan di sekolah terjadi di tingkat SD, sedangkan di SMP 14 persen, perguruan tinggi 9 persen, dan di SMA 5 persen.

Menurut Roy, dari 84 kasus keracunan pangan yang tercatat selama tahun 2012, sebanyak 27,4 persen terjadi di sekolah. Selain sekolah, tempat lain yang sering terjadi keracunan makanan adalah di rumah dan pabrik. Dari kasus keracunan tersebut, 43 persen disebabkan oleh mikroba dan 17 persen oleh bahan kimia. Jenis pangan yang menjadi penyebab kasus-kasus itu paling tinggi adalah jajanan anak sekolah dan masakan rumah, yang masing-masing mencapai 27 persen.

(11)

Pentingnya Kerja sama dan Pengawasan

Tentunya kita masih ingat kasus formalin dan boraks beberapa waktu lalu yang ditemukan pada sebagian besar jajanan bakso dan mi yang digunakan sebagai bahan pengawet dan perngenyal. Selain itu, juga ada penemuan tentang penggunaan Rhodamin pada sirup es mambo atau pewarna merah pada es krim yang sesungguhnya merupakan pewarna untuk pakaian.

Untuk mencegah semakin meluasnya penjualan jajanan makanan dan minuman yang tidak sehat itu, dibutuhkan kerja sama antara pihak sekolah dengan para orang tua dan para penjual. Namun, hingga saat ini yang terjadi adalah kebanyakan pihak sekolah memperbolehkan begitu saja tanpa pengawasan para penjual berjualan di sekitar sekolah. Sebenarnya pihak sekolah bisa memberikan penyuluhan kepada para penjual di sekitar sekolah agar menjual jajanan yang sehat dan bergizi.

Bila yang dikejar hanya keuntungan semata, penggunaan zat-zat terlarang tersebut memang sulit dihindari dari suatu usaha jasa boga. Misalnya, penggunaan bahan tambahan kimia sebagai bahan pengawet di dalam makanan. Adapun tujuan penggunaan bahan pengawet tersebut adalah untuk menghambat dan menghentikan aktivitas pembusukan yang dilakukan oleh mikroba seperti bakteri, kapang, dan khamir.

Menurut Ketua Patpi (Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia) Cabang DKI Jaya, DR. Ir. RD Esti Widjajanti, bahan pengawet digunakan agar daya simpan suatu makanan produk olahan dapat semakin lama. Selain itu, juga untuk mempertahankan cita rasanya, mempertahankan warna, tekstur dan sebagai bahan pengental serta antilengket.

Menurutnya, penggunaan bahan pengawet tersebut sesungguhnya tidak merusak kandungan gizi di dalam makanan itu, asalkan tidak kedaluwarsa. Biasanya tanggal kedaluwarsa sudah ditentukan, maka empat bulan menjelang kedaluwarsa akan terjadi perubahan.

Penggunaan bahan kimia pada bahan makanan sesungguhnya dapat dihindari jika harga bahan pengawet alami lebih murah. Akan tetapi, kenyataannya harga bahan pengawet alami lebih mahal. Hal inilah yang menyebabkan banyak produsen makanan jajanan anak-anak memilih bahan kimia sebagai pengawet.

Bahan pengawet jenisnya ada dua macam, yaitu GRAS (Generally Recognized As Safe), dan ADI (Acceptable Daily Intake). Kedua bahan pengawet ini tidaklah berbahaya dan aman digunakan. Salah satu contoh bahan yang termasuk kepada bahan pengawet GRAS yakni gula, garam, lada, dan asam cuka. Sedangkan ADI adalah bahan-bahan pengawet yang sering digunakan pada buah-buahan olahan.

(12)

Efeknya Tidak Seketika

Untuk penguat rasa, menurut Esti, di luar negeri bahan yang digunakan berasal dari bahan tumbuhan. Maka itu harganya lebih mahal dibandingkan dengan MSG hasil fermentasi seperti yang digunakan di Indonesia.

Selain murah dan mudah didapatkan, bahan-bahan kimia tersebut akan memberikan tampilan yang lebih baik dan memikat. Penampilan ikan-ikan di pasar yang diberi formalin memiliki bentuk yang lebih bagus dibanding ikan yang tidak diberi formalin.

Selain itu, masyarakat --baik penjual maupun pembeli-- merasa penggunaan bahan-bahan tersebut tidaklah berbahaya. Ini boleh jadi karena efek yang ditimbulkannya tidak seketika setelah mereka mengonsumsinya. Selain itu, informasi yang sampai ke masyarakat relatif masih terbatas. Lebih banyak yang belum tahu ketimbang yang sudah tahu.

Pola penggunaan bahan-bahan tersebut telah mereka praktikkan secara turun-temurun. Sehingga, sangat sulit bagi kita untuk menghindari senyawa-senyawa tersebut sirna di dalam makanan, terutama jajanan anak-anak. Jadi, masalah pencegahan itu terletak di tangan kita sendiri.

Meskipun belum ada standar makanan yang dapat dijadikan patokan, WHO pada tahun 2004 telah mengeluarkan rekomendasi keamanan pangan jajanan yang berisi lima aturan yang lebih dikenal sebagai five golden rules.

Aturan pertama adalah cara meletakkan makanan mentah dan matang di dalam satu wadah. Lalu, cara memasak makanan sampai benar-benar matang, tidak menyimpan makanan yang telah diolah dalam waktu yang lama, memilih bahan makanan yang aman, dan terakhir menjaga kebersihan makanan. Menurut juru bicara Forum Pemerhati Komunikasi Gizi dan Kesehatan (FPKGK) bidang Pangan Jajanan, Ir. DN Iswarawanti MSc., makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari cemaran mikrobiologi dan tidak melebih ambang batas zat kimia. Ironisnya, kebanyakan makanan jajanan yang kerap dikonsumsi anak-anak kita saat ini diragukan keamanan dan kebersihannya. Jika kita tidak berperhatian terhadap keamanan dan kebersihan makanan jajanan anak, menurut Dr. Rina Agustina Ahmad MSc, akan banyak balita dan anak-anak kita yang nantinya menderita penyakit menular dan malnutrisi.

BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan

(13)

Racun atau bahan kimia yang beracun adalah bahan kimia yang dalam jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup lainnya ataubahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.

keracunan didefinisikan sebagai keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang. Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Bahan Berbahaya dan Beracun adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-barang.

B. Saran

Saran yang dapat kami berikan adalah kesehatan adalah hak asasi setiap orang dan merupakan investasi, juga merupakan karunia Tuhan. Oleh karena itu, siapapun, kelompok manapun, dimanapun, harus senantiasa memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait

Kehilangan gigi merupakan masalah kesehatan mulut yang umum terjadi pada lanjut usia, hal ini menimbulkan dampak yang buruk terhadap kualitas hidup seseorang

lain: (1) rendahnya indeks pembangunan manusia salah satunya bersumber dari masih tingginya jumlah penduduk tunaaksara dewasa, (2) keberadaan tunaaksara dewasa

Cara penyampaian pelajaran dengan cara satu arah akan menimbulkan kebosanan bagi siswa, karena siswa akan menjadi pasif (bersifat menerima saja) tentang apa yang

Mengingat pentingnya bahan ajar kimia dalam proses pembelajaran yang berupa buku penuntun praktikum kimia, kebanyakan guru-guru kimia SMA hanya menggunakan

Salah satu kebutuhan konsumen terletak pada kebutuhan sektor pangan, Pangan adalah kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan hidup. 69 tahun 1990 tentang

Manusia selaku mahluk sosial pula memiliki pemikiran serta kemauan yang berbeda- beda, sebaliknya perusahaan mengharapkan karyawannya bisa bekerja dengan baik serta

Gambar 4.1 Kerangka kerja Gambaran kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit pekerja yang terpapar bahan kimia lem pada home industry sepatu.

Manusia mengenal kebebasan individu (human right), kebebasan berpolitik, kebebasan beragama, kebebasan di bidang ekonomi, yang semuanya itu dijamin penuh oleh negara dan tertuang