13 2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah suatu ajang yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat atau sarana bertemuya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari satu tahun. Menurut Husnan (2005) mengemukakan bahwa pasar modal adalah sebagai berikut:
“Pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta”.
Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market). Dalam financial market, diperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik dana jangka pendek maupun jangka panjang baik negotiable ataupun tidak.
Menurut Sunariyah (2004:4) berpendapat bahwa pengertian pasar modal adalah sebagai berikut:
“Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.”
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian pasar modal, maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah sebuah pasar yang memperjualbelikan sekuritas seperti saham, obligasi, dan surat berharga lainnya yang dapat menggunakan jasa broker sebagai perantara antara penawar dan pembeli dalam melakukan transaksi jual beli.
2.1.1.1. Peran dan Fungsi Pasar Modal
Menurut Hadi (2013:16) pasar modal memiliki fungsi besar bagi pihak-pihak yang ingin memperoleh keuntungan dalam berinvestasi dan pasar modal juga memiliki peranan penting bagi para investor dan perusahaan di Indonesia. Terdapat lima peranan pasar modal di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1. Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien
2. Pasar memudahkan alternatif berinvestasi dengan memberikan keuntungan dengan sejumlah risiko tertentu
3. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik
4. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan 5. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional
Pasar modal memiliki peran besar bagi ekonomika dan bisnis suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu fungsi ekonomika dan bisnis karena pasar menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil (return), sedangkan pihak issuer (perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
2.1.1.2. Lembaga Penunjang Pasar Modal
Menurut Tandelillin (2010:71) terdapat lima lembaga penunjang pasar modal yang merupakan lembaga yang menyediakan kegiatan yang membantu terselenggaranya pasar modal yang sehat.
a. Biro Administrasi Efek (Securities Administration Bureau)
Biro administrasi efek adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek.
b. Kustodian
Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak lain menyelesaikan transaksi efek dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
c. Wali Amanat
Wali amanat (trustee) adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang.
d. Penasihat Investasi
Penasihat investasi (investment advisor) adalah pihak yang memberi nasihat kepada pihak lain mengenai penjualan atau pembelian efek.
e. Pemeringkat Efek
Perusahaan pemeringkat efek (rating agencies) merupakan lembaga yang dapat menjembatani kesenjangan informasi antara emiten dan investor dengan menyediakan informasi standar atas tingkat risiko kredit suatu perusahaan.
2.1.1.3. Instrumen Pasar Modal
Dalam pasar modal banyak terdapat instrumen yang ditawarkan, antara lain saham, obligasi, reksadana, dan lain-lain. Setiap instrumen memiliki karakteristik, keuntungan, dan risiko yang berbeda-beda. Menurut Tandelilin (2010:30) instrumen pasar modal terdiri dari:
1. Sekuritas di Pasar Ekuitas a. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Sebagai
pemilik, pemegang saham biasa suatu perusahaan mempunyai hak suara proporsional pada berbagai keputusan penting perusahaan antara lain pada persetujuan keputusan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
b. Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen merupakan suatu jenis sekuritas ekuitas yang berbeda dalam berbagai hal dengan saham biasa. Dividen pada saham preferen biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Seperti yang disebut preferred (dilebihkan), pembagian dividen pada pembagian saham preferen lebih didahulukan sebelum diberikan kepada pemegang saham biasa.
c. Bukti Right
Bukti right atau disebut sebagai right saja merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru perusahaan pada harga yang telah ditetapkan selama periode waktu tertentu. Bukti right juga dikenal dengan sebutan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Bukti right diterbitkan melalui penawaran umum terbatas (right issue).
d. Waran (Warrant)
Waran (warrant) adalah hak untuk membeli saham pada waktu dan harga yang sudah ditentukan sebelumnya. Keputusan perusahaan menjual waran ditetapkan pada waktu RUPS. Seperti bukti right, perusahaan yang menerbitkan waran harus telah mencatatkan sahamnya di bursa efek karena nantinya akan dikonversi oleh pemegang waran. Waran biasanya dijual bersamaan dengan sekuritas lainnya misalnya obligasi atau saham.
2. Sekuritas di Pasar Obligasi a. Obligasi
Obligasi (bond) dikeluarkan penerbitnya sebagai surat tanda bukti hutang. Obligasi adalah sekuritas yang memuat janji untuk memberikan pembayaran tetap menurut jadwal yang telah ditetapkan. Obligasi itu sendiri merupakan
sertifikat atau surat berharga yang berisi kontrak antara investor sebagai pemberi dana dengan penerbitnya sebagai peminjam dana.
b. Obligasi konversi
Obligasi konversi (convertible bond) memiliki karakteristik seperti obligasi biasa yang mempunyai nilai nominal, memberikan kupon, dan mempunyai jatuh tempo. Obligasi konversi berbeda dengan obligasi biasa karena dapat ditukar dengan saham biasa. Obligasi konversi mencantumkan persyaratan untuk melakukan konversi.
3. Sekuritas di Pasar Derivatif a. Kontrak Berjangka
Kontrak berjangka (future contract) merupakan suatu perjanjian yang dibuat hari ini yang mengharuskan adanya transaksi dimasa yang mendatang. b. Kontrak Opsi
Kontrak opsi (option contranct) adalah perjanjian yang memberi pemiliknya hak, tetapi bukan kewajiban untuk membeli atau menjual suatu aset tertentu (tergantung pada jenis opsi) pada harga tertentu selama waktu tertentu. 4. Reksa Dana
Reksa dana merupakan suatu jenis instrumen investasi yang juga tersedia di pasar modal Indonesia di samping saham, obligasi, dan sebagainya. Reksa dana mudahnya dapat diartikan sebagai wadah yang berisi sekumpulan sekuritas yang dikelola oleh perusahaan investasi dan dibeli oleh investor. 2.1.2. Obligasi
2.1.2.1. Pengertian Obligasi
Obligasi adalah salah satu jenis utang. Secara umum obligasi adalah surat tanda utang jangka panjang. Menurut konvensi yang berlaku di Indonesia, surat utang dengan tenor di atas 5 tahun disebut obligasi, meskipun beberapa surat utang bertenor 3 tahun yang diterbitkan perusahaan pembiayaan dipasarkan dan dicatat sebagai obligasi Moechdie dan Ramelan (2012:299)
Sedangkan menurut Bursa Efek Indonesia yang dimaksud dengan obligasi adalah sebagai berikut:
“Surat utang jangka menengah panjang yang dapat dipindah tangankan yang berisi janji dari pihak uang yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan pada pihak pembeli obligasi tersebut.”
Penerbitan obligasi dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu perusahaan maupun dari sisi investornya. Dari sisi perusahaan, obligasi merupakan salah satu sumber pendanaan selain pinjaman atau pun kredit bank. Salah satu tujuan utama perusahaan menerbitkan obligasi adalah untuk memperbesar nilai perusahaan melalui biaya yang relatif murah dibandingkan dengan penerbitan saham baru dengna konsekuensi risiko yang lebih besar. Dari sisi investor, obligasi merupakan investasi yang cenderung lebih aman karena obligasi memberikan pendapatan tetap berupa kupon bunga yang dibayarkan secara reguler serta pokok utang yang dibayarkan sesuai dengan jatuh tempo yang telah disepakati.
2.1.2.2. Manfaat Obligasi
Menurut Syahyunan (2013:18) obligasi memiliki banyak keuntungan atau manfaat antara lain adalah sebagai berikut:
1. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus (tidak dengan termin-termin)
2. Biaya relatif murah 3. Proses relatif murah
4. Dengan adanya keterbukaan berarti juga mengharuskan adanya peningkatan profesionalisme
5. Emiten akan lebih dikenal masyarakat
6. Obligasi merupakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan, dengan jangka waktu sekurang-kurangnya 3 tahun
7. Bisa menggunakan jasa penanggung (guarantor) apabila Debt to Equity Ratio (DER) emiten tinggi
8. Pembayaran tingkat bunga dapat dilakukan berdasarkan tingkat bunga tetap atau dengan tingkat bunga mengambang
Keuntungan obligasi yaitu memberikan pendapatan tetap (fixed income) berupa kupon. Dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pendapatan bunga secara rutin selama waktu berlakunya obligasi. Selain itu, perusahaan penerbit obligasi dapat memperoleh dana secara langsung untuk pembiayaan jangka panjangnya.
Manfaat utama obligasi yaitu tingkat bunga obligasi bersifat konstan, dalam arti tidak dipengaruhi harga pasar obligasi. Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan diterima pemegang obligasi. Apabila dibandingkan dengan saham, return saham sangat bervariasi, karena dividen saham sangat tergantung pada laba perusahaan. Apabila laba perusahaan turun, maka dividen juga turun, dan sebaliknya. Dari sisi lain, karena pendapatan obligasi dapat diprediksi, maka pemegang obligasi dapat membuat portofolio obligasi yang lebih baik, dibandingkan dengan portofolio saham Sunariyah (2004:218).
2.1.2.3. Kelemahan Obligasi
Selain memiliki kelebihan, obligasi juga memiliki beberapa kelemahan yang nantinya akan menjadi risiko investasi yang dilakukan oleh investor, adapun beberapa kelemahan obligasi menurut Syahyunan (2013) antara lain adalah sebagai berikut:
1. Gagal bayar. Apabila perusahaan penerbit mempunyai masalah likuiditas dan tidak mampu melunasi kewajibannya ataupun mengalami kebangkrutan maka pemegang obligasi akan menderita kerugian, karena perusahaan akhirnya tidak dapat menepati janjinya.
2. Capital loss atau kerugian dalam bentuk bunga. Meskipun tingkat bunga konstan, harga obligasi sangat berfluktuasi, harga obligasi sangat tergantung kepada kebijakan pemerintah atau bank sentral. Tingkat bunga pasar keuangan dengan harga obligasi mempunyai hubungan negatif, apabila harga obligasi naik maka tingkat bunga akan turun, demikian
sebaliknya. Sehingga, pemodal harus memperhatikan pergerakan harga obligasi agar dapat mempertimbangkan waktu beli yang menguntungkan. 3. Callability atau risiko penarikan. Apabila dalam kontrak perjanjian
obligasi ada persyaratan penarikan obligasi, perusahaan dapat menarik obligasi sebelum jatuh tempo dengan membayar sejumlah premium. Hal ini kelihatannya menguntungkan pemegang obligasi, tetapi biasanya obligasi yang diambil dijual kembali dengan tingkat bunga yang lebih rendah oleh penerbit obligasi (yang disebut refunding). Sebagai akibatnya, pemegang obligasi belum siap untuk reinvestasi atau dinamakan reinvestment risk.
Salah satu kelemahan utama dalam obligasi yaitu gagal bayar, akan terjadi ketika sebuah perusahaan tidak mampu melunasi kewajibannya ataupun mengalami kebangkrutan sehingga pemegang obligasi akan menderita kerugian. Ini merupakan risiko terbesar yang harus dihindari investor. Selain itu, kerugian dalam bentuk bunga (capital loss) dapat terjadi apabila harga obligasi mengalami penurunan, harga obligasi sangat bergantung pada kebijakan pemerintah atau bank sentral. Sehingga, investor harus memperhatikan pergerakan harga obligasi agar dapat mempertimbangkan waktu beli yang menguntungkan.
2.1.2.4. Jenis Obligasi
Menurut Bursa Efek Indonesia, obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu:
1. Dilihat dari sisi penerbit
a. Corporate bonds: obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN) atau badan usaha swasta.
b. Government bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat. c. Municipal bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah
untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).
2. Dilihat dari sistem pembayaran bunga:
a. Zero Coupon Bonds: obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.
b. Coupon Bonds: obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
c. Fixed Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran dipasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.
d. Floating Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.
3. Dilihat dari hak penukaran/opsi:
a. Convertible Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.
b. Exchangeable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
c. Callable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
d. Putable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
4. Dilihat dari segi jaminan atau koleteralnya:
a. Secured Bonds: obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini, termasuk didalamnya adalah:
• Guaranteed Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan penanggungan dari pihak ketiga.
• Mortgage Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau aset tetap.
• Collateral Trust Bonds: obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya.
b. Unsecured Bonds: obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum. 5. Dilihat dari segi nilai nominal:
a. Konvensional Bonds: obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal, Rp 1 miliar per satu slot.
b. Retail Bonds: obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds. 6. Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil:
a. Konvensional Bonds: obligasi yang diperhitungkan dengan menggunakan sistem kupon bunga.
b. Syariah Bonds: obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah, yaitu:
• Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.
• Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah)
bersifat tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.
2.1.3. Bond Rating
Obligasi yang diterbitkan di Bursa Efek Indonesia diwajibkan otoritas pasar modal untuk diberi peringkat terlebih dahulu. Obligasi tersebut harus sudah memiliki peringkat saat dinyatakan dapat diterbitkan dan dijual dipasar modal. Peringkat obligasi merupakan sebuah simbol indikator dari opini agen pemeringkat mengenai kemampuan relatif dari penerbit surat utang untuk melaksanakan kewajiban sesuai kontrak.
Menurut Jogiyanto (2015:230) berpendapat bahwa peringkat obligasi (bond rating) adalah sebagai berikut:
“Simbol-simbol karakter yang diberikan oleh agen pemeringkat untuk menunjukan risiko dari obligasi yang diterbitkan.”
Sedangkan menurut Tarmiden (2015:103) berpendapat bahwa peringkat kredit atau surat utang adalah sebagai beikut:
“Penilaian terhadap kelayakan kredit (credit worthiness), kemampuan membayar kembali utang dan kemungkinan gagal bayar (probability of default).”
Peringkat obligasi biasanya diterbitkan secara berkala oleh lembaga pemeringkat efek. Pemeringkat efek adalah perusahaan swasta yang melakukan peringkat atau ranking atas efek yang bersifat utang, salah satunya obigasi. Peringkat obligasi diperbarui secara regular untuk mencerminkan perubahan signifikan dari kinerja keuangan dan bisnis perusahaan. Perubahan peringkat memiliki pengaruh signifikan pada aktivitas investasi dan pendanaan masa depan perusahaan serta profil risiko dan kinerja masa depannya. Menurut Tandelilin (2010:251) rating bisa berubah, ditunda maupun ditarik kembali sebagai akibat dari perubahan kapasitas pembayaran hutang perusahaan.
Di Indonesia, ada beberapa lembaga pemeringkat obligasi yang terdaftar di Bapepam-LK yaitu PT. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), PT. Fitch Rating
Indonesia, dan PT. ICRA Indonesia. Lembaga pemeringkat secara global yang sudah diakui sebagai lembaga pemeringkat internasional dan diakui juga oleh Bank Indonesia adalah Fitch Ratings, Moody’s Investor Service, dan Standard and Poor’s. Dari lembaga pemeringkat diatas baik lembaga internasional maupun nasional, memiliki perbedaan dalam memberikan peringkat. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1 Lembaga Pemeringkat Obligasi Perusahaan
Pemeringkat Peringkat Jangka Pendek
Peringkat Jangka Menengah dan Jangka Panjang
Fitch Ratings F1+; F1; F2; F3; B; C; D
AAA; AA+; AA; AA-; A+; A; A-; BBB+; BBB; BBB-; BB+; BB; BB-; B+; B; B-; CCC; CC; C; RD; D Moody’s Investor Service P-1; P-2; P-3; NP
Aaa; Aa1; Aa2; Aa3; A1; A2; A3;
Baa1; Baa2; Baa3; Ba1; Ba2; Ba3; B1; B2; B3; Caa1; Caa2; Caa3; Ca; C
Standard and
Poor’s A-1; A-2; A-3; B; B-1; B-2; B-3; C; D
AAA;AA+; AA; AA-; A+; A; A-; BBB+; BBB; BBB-; BB+; BB; BB-; B+; B; B-; CCC+; CCC; CCC-; CC; C; D PT. Fitch Ratings Indonesia
F1+(idn); F1(idn); F2(idn); F3(idn); B(idn); C(idn);
D(idn)
AAA(idn); AA+(idn); AA(idn); A(idn); A+(idn); A(idn);
A-(idn);
BBB+(idn); BBB(idn); B(idn); BB+B(idn); BBB(idn); BB-(idn); B+BB-(idn); BBB-(idn); B-BB-(idn);
CCC(idn); CC(idn); C(idn); RD(idn); D(idn) PT. ICRA Indonesis [Idr]A1+; [Idr]A1 [Idr]A2+; [Idr]A2; [Idr]A3+; [Idr]A3
[Idr]AAA; [Idr]AA+; [Idr]AA; [Idr]AA-; Idr]A+; [Idr]A;
[Idr]A4+; [Idr]A4; [Idr]A5 [Idr]BBB+; [Idr]BBB; [Idr]BBB-; [Idr]BB+; [Idr]BB;
[Idr]BB-; [Idr]B+; [Idr]B; [Idr]B-;
[Idr]C+; [Idr]C; [Idr]C-; [Idr]D PT.
Pemeringkat Efek Indonesia
idA1; idA2; idA3; idA4;idB; i dC; idD
idAAA; idAA+; idAA; id
AA-; idA+;idA; idA-; idBBB+; idBBB; id BBB-;idBB+; idBB; id BB-; idB+; idB;idB-; idCCC; idSD; idD Sumber: www.bi.go.id (2017)
2.1.3.1. Manfaat Bond Rating
Adapun manfaat dari pemeringkatan efek surat utang bagi investor menurut Darmadji (2012:44) adalah:
a. Memberikan informasi atas risiko suatu investasi yang dilakukan investor untuk investasi atas surat utang berharga.
b. Sebagai referensi dalam menentukan tingkat kembalian yang wajar. c. Penghematan biaya dalam mendapatkan informasi risiko suatu investasi. d. Perspektif pilihan investasi yang beragam sesuai risiko yang melekat. 2.1.3.2. Indikator Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi menurut Pefindo terbagi menjadi beberapa macam, yaitu: Tabel 2.2 Arti Peringkat Obligasi
Peringkat Definisi
idAAA Efek utang yang peringkatnya paling tinggi dan berisiko paling rendah. Obligor memiliki kapasitas superior relative dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya sesuai perjanjian.
idAA Efek utang yang memiliki kualitas kredit sedikit dibawah peringkat tertinggi. Obligor memiliki
kapasitas sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian relative dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya. Perbedaannya hanya sedikit dari obligor dengan peringakat idAAA dan tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan. idA Efek utang yang berisiko investasi rendah dan
memiliki kemampuan obligor yang kuat dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian, namun kemampuan tersebut lebih rentan terhadap perubahan lingkungan dan kondisi ekonomi yang buruk dibandingkan high rated obligor.
idBBB Efek utang yang berisiko investasi cukup rendah dan didukung oleh kemampuan obligor yang memadai relative dari entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian, namun kondisi ekonomi serta perubahan lingkungan yang buruk dapat melemahkan kemampuan obligor untuk memenuhi kewajibannya.
idBB Efek utang yang menunjukan dukungan kemampuan obligasi yang agak lemah relative dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian. Namun, obligor menghadapi ketidakpastian atau lebih rentan terhadap kondisi
ekonomi yang buruk dan perubahan lingkungan sehingga melemahkan kemampuan obligor dalam memenuhi kewajibannya.
idB Efek utang yang menunjukan parameter perlindungan yang sangat lemah, walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya namun adanya perubahan kondisi ekonomi dan perubahan lingkungan yang buruk akan memperburuk kemampuannya dalam memenuhi kewajibannya.
idCCC Sangat tergantung pada kondisi ekonomi dan perubahan lingkungan yang baik untuk dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya
idD/idSD Obigor gagal membayar satu atau lebih kewajibannya saat jatuh tempo, tetapi masih dapat melanjutkan pemenuhan kewajibannya untuk kewajiban yang lain (selective default)
Peringkat dapat dimodifikasi dengan menambahkan tanda positif (+) yang menujukan kemungkinan adanya peningkatan (up grade) atau tanda negatif (-) yang menunjukan kemungkinan penurunan (down grade) dan tanda (+) atau (-) menujukan kekuatan dalam kategori peringkat tersebut.
Sumber: www.pefindo.com (2017)
Peringkat obligasi diatas dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 2.3 Klasifikasi Peringkat Obligasi
Peringkat Obligasi Klasifikasi Peringkat Kategori Peringkat idAAA 7 Investment idAA+ 6 Investment idAA 6 Investment idAA- 6 Investment idA+ 5 Investment idA 5 Investment idA- 5 Investment idBBB+ 4 Investment idBBB 4 Investment idBBB- 4 Investment idBB+ 3 Speculative idBB 3 Speculative idBB- 3 Speculative idB+ 2 Speculative idB 2 Speculative idB- 2 Speculative idCCC+ 1 Speculative idCCC 1 Speculative idD/idSD 1 Speculative
Sumber: Setyaningrum (2005)
2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bond Rating
Pada penelitian ini faktor-faktor yang diteliti yang dapat mempengaruhi bond rating adalah CEO power, rasio leverage dengan proksi Debt Equity Ratio (DER), size, dan profitabilitas dengan proksi Return On Assets (ROA).
2.1.4.1. CEO Power
Dominasi CEO menunjukkan seberapa besar kekuatan pengambilan keputusan terkonsentrasi di tangan CEO. Ada beberapa dimensi konsep kekuasaan, beberapa di antaranya tidak mudah diamati. Finkelstein (1992) dalam Liu dan Jiraporn (2010) mengidentifikasi empat sumber kekuatan, yaitu kekuatan struktural, kekuatan kepemilikan, kekuatan ahli, dan kekuatan prestise. Kekuatan struktural adalah yang paling sering dikutip dalam literatur dan didasarkan pada struktur organisasi formal dan otoritas hierarkis (Brass, 1984; Hambrick, 1981; Perrow, 1970; Tushman dan Romanelli, 1985). Dalam penelitian ini berfokus pada kekuatan struktural, terutama kekuatan CEO di atas tim eksekutif puncak.
Gagasan bahwa variasi dalam pilihan eksekutif senior sangat penting untuk memahami perilaku perusahaan berada di balik literatur perilaku manajemen dan organisasi mengenai disparitas manajerial. Bukti empiris terbaru menunjukkan bahwa dominasi CEO yang kuat tampaknya memperburuk biaya agen manajer pemegang saham dan memiliki dampak buruk pada kinerja perusahaan. Mereka berpendapat bahwa kinerja yang buruk dapat dikaitkan dengan konflik keagenan karena kekuatan CEO yang kuat juga terkait dengan beberapa contoh dari hasil keputusan manajer pemegang saham terkait. Secara khusus, kekuatan CEO yang kuat terkait dengan peluang CEO yang lebih tinggi menerima hibah opsi yang beruntung dengan harga terendah bulan ini dan kecenderungan yang lebih tinggi untuk memberi penghargaan kepada CEO karena keberuntungan dalam bentuk kejutan industri positif. Selain itu, perusahaan dengan CEO yang kuat menunjukkan kemungkinan CEO turnover yang lebih rendah untuk kinerja sebelumnya.
Pada penelitian ini, cara mengukur CEO power dengan menggunakan CEO
Pay Slice (CPS) karena dominasi CEO tidak dapat secara langsung untuk diamati,
maka perlu dibuat sebuah variabel yang secara empiris untuk dapat melihat CEO
power. Liu dan Jiraporn (2010) mendefinisikan CPS sebagai potongan gaji dari
CEO sebagai total kompensasi CEO. Total kompensasi tersebut termasuk gaji, bonus, pembayaran tahunan lainnya, pembayaran insentif jangka panjang, nilai total saham, nilai opsi, dan lainnya.
2.1.4.2. Leverage
Rasio leverage atau yang sering disebut juga rasio solvabilitas yaitu rasio yang mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut.
Menurut Kasmir (2013:113) berpendapat bahwa rasio leverage adalah sebagai berikut:
“Rasio yang digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.”
Sedangkan menurut Hanafi (2009:79) rasio leverage adalah sebagai berikut: “Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuidaitas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca”
Terdapat beberapa macam rasio yang termasuk kepada rasio leverage, diantaranya adalah Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER), dan Times Interest Earned Ratio (TIE). Dari rasio-rasio diatas, pada penelitian hanya menggunakan proksi Debt To Equity Ratio (DER).
Rasio utang terhadap modal merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal. Menurut Hery (2017:168) rasio
ini berguna untuk mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik perusahaan. Menurut Kasmir (2013:157) Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio Debt to Equity Ratio dihitung dengan rumus:
Semakin besar rasio DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Meningkatnya beban terhadap kreditur menunjukkan sumber modal perusahaan sangat bergantung pada pihak luar. Selain itu besarnya beban hutang yang ditanggung oleh perusahaan dapat mengurangi jumlah laba yang diterima perusahaan.
2.1.4.3. Size
Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah pengelompokan perusahaan kedalam beberapa kelompok, diantaranya perusahaan besar, sedang, dan kecil. Menurut Suwito dan Herawaty (2005) skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang didasarkan kepada total aset perusahaan.
Menurut Seftianne (2011) ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan. Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Penentuan skala besar kecilnya perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total aset, dan rata-rata tingkat penjualan.
Menurut Sartono (2010:249) mendefinisikan bahwa ukuran perusahaan adalah sebagai berikut:
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
“Perusahaan besar yang sudah well estabilished akan lebih mudah memperoleh modal dipasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar.”
Sedangkan berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 mengklasifikasikan ukuran perusahaan ke dalam empat kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar. Pengklasifikasian ukuran perusahaan tersebut didasarkan pada total aset yang dimiliki perusahaan dan total penjualan tahunan perusahaan tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan adalah pengelompokan usaha berdasarkan total aset yang dimiliki oleh perusahaan dan penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Metode pengukuran dalam ukuran perusahaan dapat menggunakan berbagai cara, seperti total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain Machfoedz (1994).
Dalam penelitian ini, tolak ukur yang digunakan untuk mengukur ukuran perusahaan adalah menggunakan total aktiva atau total aset karena total aset perusahaan bernilai besar. Rumus dari ukuran (size) perusahaan adalah sebagai berikut:
2.1.4.4. Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba. Tujuan didirikannya perusahaan adalah memperoleh laba (profit), maka wajar apabila profitabilitas menjadi perhatian utama para investor dan analis. Menurut Harahap (2009:304) mengemukakan bahwa rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:
“Rasio rentabilitas atau rasio profitabilitas ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber
daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.”
Sedangkan menurut Kasmir (2013:196) rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:
“Rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.”
Biasanya penggunaan rasio profitabilitas disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan rasio profitabilitas secara keseluruhan atau hanya sebagian saja dari jenis profitabilitas yang ada. Menurut Hery (2017:193) jenis-jenis rasio profitabilitas yang lazim digunakan dalam praktik untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba adalah Return On Assets, Return On Equity, Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, dan Net Profit Margin.
Dalam penelitian ini tolak ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan Return On Assets (ROA). Hasil pengembalian atas aset merupakan rasio yang menunjukan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset Hery (2017:193).
Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas aset berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung hasil pengembalian atas aset:
𝑅𝑂𝐴 = 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
2.2. Kajian Peneletian Sebelumnya 2.2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang membahas mengenai bond rating atau peringakt obligasi telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti terdahulu dengan menggunakan proksi dan alat ukur yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu:
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Penelitian dan
Nama Jurnal
Variabel Hasil Penelitian
1. Liu dan Jiraporn (2010)
The Effect of CEO power on Bond Rating and Yields (Journal of Empirical Finance 17 (2010) 744-762) Variabel Dependen: Bond rating dan yields Variabel Independen: CEO power Hasil penelitian menunjukan bahwa CEO power yang kuat berpengaruh dengan biaya pembiayaan
obligasi yang lebih tinggi. 2. Grassa (2016) Corporate Governance and Credit Rating In Islamic Banks: Does Shariah Governance Matters? (Journal Of Managemenet And Governance, Desember 2016, Volume 20, Issue 4, pp 875-906 Variabel Dependen: bond rating Variabel Independen: pemegang saham, CEO power, dewan pengawas syari’ah, setoran investasi, kepemilikan saham, independensi dewan direksi, keahlian Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel kepemilikan saham, independensi dewan direksi, keahlian direksi, dan keahlian dewan syari’ah
berpengaruh
terhadap bond rating sedangkan pemegang saham, CEO power, dewan pengawas syari’ah, setoran investasi tidak berpengaruh
direksi, dan keahlian dewan syari’ah. terhadap bond rating. 3. Pabintan dkk (2015) Analisis Faktor-Faktor Keuangan Sebagai Prediktor Peringkat Obligasi Perusahaan (Artikel Ilmiah Mahasiswa 2015, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember) Variabel Dependen: peringkat obligasi Variabel Independen: rasio likuiditas, profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel likuiditas dapat dijadikan prediktor peringkat obligasi, sedangkan variabel profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan tidak dapat dijadikan prediktor peringkat obligasi. 4. Maharti (2011) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi (Jurnal Universitas Diponegoro) Variabel Dependen: peringkat obligasi Variabel Independen: likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan Hasil penelitian menunjukan bahwa semua variabel tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi
jaminan 5. Pertiwi (2013) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah) Variabel Dependen: peringkat obligasi Variabel Independen: leverage, profitabilitas, solvabilitas, dan jaminan Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel leverage, solvabilitas, dan jaminan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi dan variabel Return On Assets tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. 6. Subariah (2017) Analisis faktor-faktor yang memperngaruhi prediksi peringkat obligasi pada perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2014 (Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji) Variabel Dependen: peringkat obligasi Variabel Independen: ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, aktivitas, likuidtas, dan reputasi auditor
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, leverage, likuiditas, reputasi auditor berpengaruh terhadap peringkat obligasi sedangkan profitabilitas dan aktivitas tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
6. Surya dan Wuryani (2014)
Pengaruh Ukuran Perusahaan (firm size), Profitabilitas, Likuiditas, Produktivitas, dan Leverage Terhadap Peringkat Obligasi (Jurnal Mahasiswa dan Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya) Variabel Dependen: Peringkat obligasi Variabel Independen: firm size, return on assets, current ratio, total assets turnover, dan debt ratio Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel ukuran perusahaan, produktivitas, dan leverage berpengaruh terhadap peringkat obligasi sedangkan variabel profitabilitas dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. 7. Rukmana (2016) Pengaruh Rasio Keuangan Dan Ukuran Perusahaan (Size) Terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan Perbankan Yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015 (Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta) Variabel Dependen: peringkat obligasi Variabel Independen: likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rentabilitas, solvabiliats, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap peringkat obligasi sedangkan likuiditas tidak berpengaruh terhadap bond rating.
(2012) Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1, No. 4, Juli 2012) Dependen: peringkat obligasi Variabel Independen: leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, growth, umur perusahaan. penelitian ini menunjukan bahwa semua variabel tidak berpengaruh untuk memprediksi peringkat obligasi. 9. Wijayanti dan Priyadi (2014) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi (Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol. 3, No. 3) Varibel Dependen: peringkat obligasi Variabel Independen: size, growth, jaminan, umur obligasi, dan reputasi auditor Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel growth dan umur obligasi
berpengaruh
terhadap peringkat obligasi sedangkan size, jaminan, dan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. 10. Magreta dan Nurmayanti (2009) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi Ditinjau Dari
Variabel Dependen: peringkat obligasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas,
Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi (Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11, No. 3, Desember 2009, Hal. 143-154) Variabel Independen: size, likuiditas, profitabilitas, leverage, produktivitas, jaminan, umur obligasi, dan reputasi auditor produktivitas, dan jaminan berpengaruh terhadap peringkat obligasi sedangkan size, likuiditas, leverage, umur obligasi dan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi 11. Yuliana (2011) Analisis faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret) Variabel Dependen: peringkat obligasi Variabel Independen: size, leverage, profitability, activity, market value ratio, jaminan, umur obligasi, dan reputasi auditor
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel size, profitability, jaminan, dan reputasi auditor yang secara signifikan berpengaruh terhadap peringkat obligasi, sedangkan variabel leverage, activity, market value ratio, dan umur obligasi tidak berpengaruh
obligasi. 12. Kustiyaningr um dkk (2016) Pengaruh Leverage, Likuiditas, Profitabilitas, dan Umur Obligasi Terhadap Peringkat Obligasi (Jurnal Akuntansi dan Pendidikan Vol. 5, No. 1, April 2016) Variabel Dependen: peringkat obligasi Variabel Independen: leverage, likuiditas, profitabilitas, dan umur obligasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel likuiditas berpengaru terhadap peringkat obligasi sedangkan leverage, profitabilitas dan umur obligasi tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. 13. Mahfudhoh (2014) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi (Diponegoro Journal of Accounting Vol. 1, No. 1, 2014, Hal. 1-13) Variabel Dependen: peringkat obligasi Variabel Independen: likuiditas, profitabilitas, leverage, produktivitas, pertumbuhan perusahaan, jaminan, jatuh tempo, ukuran perusahaan Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel likuiditas, profitabilitas, leverage, produktivitas, pertumbuhan perusahaan, jaminan, jatuh tempo tidak signifikan untuk menentukan peringkat obligasi, sedangkan variabel
dan laba ditahan
ukuran perusahaan dan laba ditahan signifikan untuk menentukan
peringkat obligasi.
2.3. Kerangka Pemikiran
Variabel pada penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah bond rating. Sedangkan untuk variabel independen yaitu CEO power, leverage, size, dan profitabilitas.
2.3.1. Pengaruh CEO power terhadap bond rating
Dimensi penting dari karakteristik tim manajemen puncak adalah distribusi kekuatan pengambilan keputusan. Ketika kekuatan pengambilan keputusan perusahaan lebih terkonsentrasi di tangan CEO, dia akan memiliki lebih banyak kebijaksanaan untuk mempengaruhi keputusan dan karenanya pendapatnya tercermin secara lebih langsung dalam hasil perusahaan. Bebchuk dkk (2009b) berpendapat bahwa dominasi CEO yang kuat dikaitkan dengan nilai perusahaan yang lebih rendah dan profitabilitas akuntansi yang buruk. Adams dkk (2005) berpendapat bahwa CEO yang kuat cenderung tidak berkompromi dengan eksekutif lainnya dan variabilitas dalam kinerja perusahaan meningkat seiring dengan tingkat pengaruh CEO karena pengambilan keputusan lebih mungkin diambil saat CEO yang lebih dominan. Hasil penelitian Liu dan Jiraporn (2010) menunjukan bahwa perusahaan dimana kekuatan CEO lebih kuat memiliki peringkat kredit yang lebih rendah, dan dengan demikian mengalami biaya pembiayaan obligasi yang lebih tinggi.
2.3.2. Pengaruh leverage terhadap bond rating
Rasio leverage merupakan rasio yang menunjukan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Perusahaan dengan tingkat
leverage yang rendah cenderung disukai para investor karena investor memiliki kepercayaan bahwa perusahaan akan mampu melunasi seluruh kewajibannya ketika utang tersebut telah jatuh tempo Septyawanti (2013). Tingginya rasio ini mengandung arti bahwa sebagian besar aset didanai dengan utang dan ini menyebabkan perusahaan dihadapkan pada masalah default risk atau rating yang kurang baik dan sebaliknya. Risiko kebangkrutan yang besar mengakibatkan peringkat obligasi menjadi rendah. Sehingga semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan kepada perusahaan Subariah (2017). Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pertiwi (2013) menunjukan hasil bahwa rasio leverage berpengaruh signifikan terhadap bond rating.
2.3.3. Pengaruh size terhadap bond rating
Yuliana (2011) mengemukakan bahwa semakin besar perusahaan dan semakin dikenal oleh masyarakat maka semakin banyak informasi yang bisa diperoleh investor dan semakin kecil pula ketidakpastian yang dimiliki oleh investor. Alasan lain adalah dengan ukuran perusahaan, investor dapat mengetahui kemampuan perusahaan dengan membayar bunga obligasi secara periodik dan melunasi pokok pinjaman yang dapat meningkatkan peringkat obligasi perusahaan. Menurut Elton dan Grubber (1995) perusahaan besar memiliki risiko relatif lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan kecil. Semakin besar perusahaan, potensi mendiversifikasi risiko non-systemic semakin besar, sehingga membuat risiko obligasi perusahaan tersebut menurun. Hasil penelitian dari Surya dan Wuryani (2014) menunjukan bahwa variabel size berpengaruh terhadap bond rating.
2.3.4. Pengaruh profitabilitas terhadap bond rating
Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dan juga untuk mengetahui efektivitas perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio profitabilitas maka semakin tinggi pula peringkat perusahaan Annas (2015). Manurung (2009) mengemukakan bahwa ROA berpengaruh signifikan positif
terhadap peringkat obligasi. Laba yang tinggi mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya tepat waktu dan berdampak pada penilaian peringkat obligasi dimana tingginya ROA maka peringkat obligasi akan semakin membaik Arifman (2013). Hasil penelitian dari Magreta dan Nurmayanti (2009) mengemukakan bahwa rasio profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap bond rating.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 2.4. Hipotesis Penelitian
Penelitian ini akan meneliti hubugan antara variabel CEO power, leverage, size, dan profitabilitas yang dapat mempengaruhi bond rating dari suatu perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada sektor keuangan. Dari landasan teori, kerangka pemikiran, dan penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Size Leverage
CEO Power Profitabilitas
Bond Rating Obligasi Pasar Modal
H1 : CEO power berpengaruh positif terhadap bond rating
H2 : leverage berpengaruh positif terhadap bond rating
H3 : size berpengaruh positif terhadap bond rating
H4 : profitabilitas berpengaruh positif terhadap bond rating
Gambar 2.2 Kerangka Hipotesis Profitabilitas
Size Leverage CEO Power