• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II HIKMAH DALAM PANDANGAN FILOSOF MUSLIM ABAD KLASIK DAN ABAD PERTENGAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II HIKMAH DALAM PANDANGAN FILOSOF MUSLIM ABAD KLASIK DAN ABAD PERTENGAHAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KLASIK DAN ABAD PERTENGAHAN

A. Pengertian Hikmah

Kata hikmah menjadi perdebatan panjang di sepanjang sejarah pemikiran Islam. Pemaknaan menjadi sangat variatif antara generasi satu dengan yang lain. Di dalam al-Qur'an kata hikmah disebutkan sebanyak 39 kali.1 Kata hikmah sering diarikan sebagai ilham, kebajikan dan lainnya. Namun, Dawam Raharjo mengartikan sebagai kearifan (wisdom) yang khalidah, yang terus menerus sebagaimana fitrahnya.2 Di antara ayat-ayat yang sering dikutip oleh kalangan filosof adalah al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 269, yang berbunyi:

ُﻳ

ُءﺂَﺸَﻳ ْﻦَﻣ َﺔَﻤْﻜِﺤْﻟا ﻰِﺗْﺆ

اًﺮْﻴَِﺜَآ اًﺮْﻴَﺧ َﻰِﺗْوُا ْﺪَﻘَﻓ َﺔَﻤْﻜِﺤْﻟا َتْﺆُﻳ ْﻦَﻣَو

ط

اﻮُﻟْوُاﱠﻻِاُﺮﱠآﱠﺬَﻳ ﺎَﻣَو

ِبﺎَﺒْﻟَﻻْا

)

ةﺮﻘﺒﻟا

:

269

(

Artinya : Allah menganugerahkan al-hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa dianugerahi al-hikmah itu, ia telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Qs. Al-Baqarah: 269)3

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mengartikan hikmah sebagai kebijaksanaan yang berasal dari Tuhan. Dalam term ini, hikmah menjadi salah satu fungsi yang menekankan pada hal yang ghaib.

1 Sukmajaya Asy’ari, Indeks al-Qur'an, (Bandung: Pustaka, 2000), hlm. 69 2 M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi al-Qur'an, (Jakarta: Paramadina, 2002), hlm. 56 3 Kata al-hikmah diartikan sebagai kefahaman yang mendalam tentang al-Qur'an dan as-Sunnah. Lihat, Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur'an, al-Qur'an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 1994, hlm. 67

(2)

Selain itu, KBBI juga mengartikan hikmah sebagai sakti atau kesaktian. Sedang arti yang terakhir, hikmah diartikan sebagai arti atau makna yang dalam. Dalam keseharaian, hikmah labih cenderung ke arti yang kedua, hikmah sebagai kesaktian. Namun, yang paling tepat dengan konteks ini, adalah arti yang pertama. Bahwa hikmah merupakan kebijaksanaan yang datang dari Tuhan.4

Kata yang sepadan dengan hikmah adalah falsafah/filsafat. Filsafat mengandung arti pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya. Falsafah dalam KBBI juga mangandung arti anggapan, gagasan dan sikap batin yang paling umum yang dimiliki oleh orang atau masyarakat.5

Dunia Timur Islam pada umumnya menyebut hikmah untuk kajian filsafat. Hikmah itu sendiri nama lain dari filsafat (dalam bahasa Arab). Seperti filsafat dalam bahasa Inggris, philoshopy, atau dalam bahasa Yunani, cinta kebijaksanaan.

B. Hikmah dalam Pemikiran Filosof Muslim Klasik

Jika kita menelusuri sejarah ilmu pengetahuan, kita akan dapati bahwa sejarah pemikiran sampai pada seorang tokoh mistikal bernama Hermes Trimegistus. Dalam tradisi Islam Hermes Trimegistus diasosiasikan dengan nabi Idris. Hermes yang sebagian di antara pemikirannya -sampai saat ini- masih tersimpan dalam corpus hermeticum yang antara lain menjadi sumber sejarah ilmu pengetahuan hingga abad pertengahan. Transmisi pemikiran Hermes itu tercermin dalam sejarah melalui pengaruh pemikirannya terhadap kebudayaan.6

4 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm. 307

5 Ibid., hlm. 239

6 Haidar Baqir,”Suatu Pengantar Kepada Filsafat Islam Pasca Ibn Rusyd” pengantar edisi terjemahan bagasa Indonesia dalam Murtadla Muthahhari, Filsafat Hikmah: Pengantar

(3)

Pada kenyataannya, dalam filsafat Islam telah berkembang salah satu aliran pemikiran yang menggunakan mistisisme dan akal budi sebagai sumber kebenaran ilmu pengetahuan. Aliran ini sering disebut sebagai theosofi transenden (al-Hikmah al-Muata’aliyah).

Meskipun sempat timbul keyakinan kematian filsafat Islam pasca Ibn Rusd, namun sebenarnya filsafat Islam masih tetap eksis. Kenyataannya, bahwa al-hikmah al-muta'aliyah masih diakui sebagai sistem filsafat yang koheren, yang tumbuh pada abad pertengahan Islam,7 di mana Islam Sunni sudah tidak mengenal filsafat lagi.

Tradisi filsafat pasca kematian Ibn Rusd menjadi tonggak kematian filsafat Islam di kalangan Islam Sunni. Perlu diketahui bahwa penganut aliran Sunni adalah terbesar dibanding penganut madzhab-madzhab lain. Jadi jelas jika kematian filsafat di kalangan kaum sunni dapat menjeneralisir kematian filsafat Islam secara keseluruhan.

Namun, tidak bagi kalangan Syi’i (penganut Syiah), tradisi filsafat masih tetap berjalan. Tokoh-tokoh masih tetap bermunculan, walau tidak sampai mendunia. Mulai dari Mulla Shadra, Thabattaba’ai, Murtadla Mutahhhary dan lain-lain. Tradisi pemikiran Ibn Rusd masih tetap dilanjutkan oleh aliran ini. Tentu, corak yang dihasilkan filsafat abad pertengahan akan terasa perbedaannya dengan filsafat Islam klasik. Filsafat Islam Abad Pertengahan lebih didominasi oleh pemikiran-pemikiran mistik.

Filsafat Islam dalam perkembangan pemikirannya dipengaruhi oleh dua aliran besar dalam filsafat, yaitu: Plato dengan idealistiknya dan Aristoteles dengan realistiknya. Perkembangan ini tidak diterima oleh filosof muslim secara bersamaan. Namun, satu dari dua pilihan, yaitu ketika menerima Plato, maka berarti ia menolak Aristoteles, demikian sebaliknya.

7 Berbicara mengenai periodesasi peradaban Islam, Islam terbagi menjadi beberapa periode yakni, Masa Klasik di mana ummat Islam sedang mencapai puncak kejayaannya. Periode ini mulai abad VI-XI. Periode kedua Abad Pertengahan, dimulainya abad kemunduran dan kegelapan Islam, ini terjadi pada paruh kedua abad XI sampai abad XVII. Kemudian baru muncul Abad Modern, ini ditandai oleh kelahiran pemikiran Ibn Taymiyah, Jamaluddin al-Afghani, M. Abduh, Rasyid Ridlo, Abdul Wahab, Iqbal dll. yang berusaha membangunkan ummat Islam dari tidur panjangnya pada Abad Pertengahan. Lih. Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), hlm. 11

(4)

Untuk membahas lebih detailnya, maka penulis dalam hal ini membagi dua aliran tersebut, yaitu pada sunni dan isyraqi, yang dalam beberapa hal mempunyai perbedaan cukup mendasar mengenai wujud itu sendiri.

Melalui sekolah Syiah itulah, para tokoh filsafat Iran terkenal bermunculan. Bahkan, Iran menjadi pusat utama ilmu-ilmu intelektual, khususnya filsafat bagi dunia Islam yang didatangi oleh orang Islam dari seluruh penjuru dunia.

Perkembangan pemikiran pada zaman dinasti Safawi mempunyai karakteristik khas sebagai madzhab Isfahan. Madzhab ini menampung perkembangan pemikiran madzhab Masya'i, Isyraqi, Irfani dan Kalam.8

Madzhab Masya'i (peripatetik) yang didirikan oleh Ibnu Sina sangat berpengaruh di Iran. Karya-karya Ibn Sina mendapat kritikan dan serangan tajam dari kaum sufi dan teolog. Aliran ini akhirnya mati di dunia Islam. Baru pada abad ke enam, Nashir al-Din al-Thusi menghidupkan kembali mazhab peripatetik Ibn Sina. Sementara itu, dari abad delapan dan seterusnya, Syirazi dan sekitarnya menjadi markas filsafat.

Mazhab Isyraqi didirikan oleh Syihab al-Din Suhrawardi. Walaupun hanya hidup selama 38 tahun, dia telah menegakkan perspektif intelektual baru dan berpengaruh pada dunia Islam Iran. Suhrawardi menciptakan teosofi berdasarkan iluminasi dan intuisi mistik. Mazhab yang didirikannya segera memperoleh pengikut dan penafsir yang pintar.

1. Al-Kindi

Nama sebenarnya, Ya’kub Ibn Ishaq al-Kindi, berasal dari Kindah di Yaman. Al-Kindi lahir pada tahun 796 M. Orang tuanya adalah gubernur dari Bashrah. Setelah dewasa ia pergi ke Baghdad

8 Perkembangan filsafat Persi, yang tidak pernah mati selama abad pertengahan, bagi Sayyed Hoossein Nasr lebih akrab disapa madzhab Isfahan, lih. Sayyed Hossen Nasr, Teologi,

(5)

dan mendapat lindungan dari khalifah al-Makmun dan al-Mu’tasi. Al-Kindi menganut aliran Mutazilah dan kemudian belajar filsafat.9

Bagi al-Kindi filsafat merupakan wadah pengetahuan yang benar. Al-Kindi mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang realitas atau hakikat sesuatu sebatas yang memungkinkan bagi manusia. Sebab, sesungguhnya tujuan filosof secara teoritis untuk mencapai kebenaran, atau secara praktisnya, dapat bertingkah laku sesuai dengan kebenaran.

Al-Kindi mendefinisikan filsafat sebagai ilmu tentang hakikat kebenaran. Bagi al-Kindi filsafat meliputi ilmu ketuhanan, ilmu keesaan (wahdaniyah) serta ilmu keutamaan (fadilah).10 Al-Kindi juga mendefinisikan pengetahuan israqi, yaitu pengetahuan yang langsung diperoleh dari pancaran nur ilahi. Pengetahuan ini dimiliki oleh para nabi tanpa usaha dan atas kehendak Allah, dengan jalan Allah membersihkan jiwanya agar siap memperoleh kebenaran. selain nabi, yang memperoleh pengetahuan ini, adalah orang-orang pilihan yang jiwanya suci.

Sedang hikmah didefinisikan sebagai keutamaan daya fikir, bersifat teoritik, yaitu mengetahui segala sesuatu yang bersifat universal secara hakiki. Selain itu, bersifat praktis, yaitu menggunakan kenyataan yang wajib dipergunakan11

Lebih lanjut, al-Kindi juga membedakan antara agama dan filsafat. Agama bertujuan menerangkan apa yang benar dan apa yang baik. Sedang filsafat memberi pencerahan pada umatnya tanpa melalui perantara wahyu.12

9 Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hal. 14

10 Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 24 11 Ibid., hlm. 29

(6)

Untuk membuktikan keesaan Tuhan, al-Kindi membagi waktu antara waktu yang muhdits (pencipta bagi pencipta) dan muhdats (yang diciptakan/baru). Antara muhdits dan muhdats merupakan satu rangkaian (al-mudlaf). Ketika pencipta itu banyak, maka para pencipta itu bersusunan, sebab mereka memiliki persekutuan dalam satu keadaan untuk semuanya. Mereka yang bersusunan itu memerlukan penyusun, yaitu Tuhan.13

2. Al-Farabi

Nama sebenarnya adalah Abu Nasr Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlaq al-Farabi. al-Farabi lahir pada tahun 874M (260H) di Transoxia.14 Suatu daerah yang terletak dalam Wilayah Wasij di Turki. Bapaknya merupakan seorang anggota tentara yang miskin, tetapi tidak menjadi halangan untuk mendapat pendidikan di Baghdad. al-Farabi telah mempelajari bahasa Arab di bawah pimpinan Ali Abu Bakr Muhammad ibn al-Sariy.

Al-Farabi terdidik dengan sifat qanaah. Hal ini yang menjadikannya seorang yang sangat sederhana, tidak gila harta dan cinta dunia. Al-Farabi lebih lebih memperhatikan mencari ilmu daripada mendapatkan kekayaan duniawi. Oleh sebab itu, tidak heran jika al-Farabi hidup dalam keadaan miskin hingga nafas yang terakhir, yakni pada tahun 950 M (339 H).

Walaupun al-Farabi merupakan seorang yang zuhud tetapi dia bukan seorang ahli tasawuf. Ia merupakan seorang ilmuwan yang cukup terkenal pada zamannya. Dia memiliki kemampuan menguasai berbagai bahasa. Meskipun pemikiran filsafatnya banyak dipengaruhi oleh filsafat Yunani, tetapi ia cenderung menentang pendapat Plato yang menganjurkan konsep pemisahan dalam kehidupan manusia.

13 Nurcholish Madjid (ed.), Khasanah Intelektual Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hlm. 93

(7)

Menurut al-Farabi, seorang ahli Filsafat tidak seharusnya memisahkan dirinya daripada sains dan politik. Sebaliknya perlu menguasai kedua-duanya untuk menjadi seorang ahli filsafat yang sempurna.

Pandangan filsafatnya yang kritikal telah meletakkannya sebaris dengan ahli filsafat Yunani yang lain. Di kalangan ahli filsafat Islam, beliau juga dikenal sebagai komentator Aristoteles. Bagi al-Farabi, ilmu segala-galanya dan para ilmuwan harus diletakkan pada kedudukan yang tertinggi dalam pemerintahan sesebuah negara.

Pandangan al-Farabi ini, sebenarnya mempunyai persamaan dengan filsafat dan ajaran Confucius yang meletakkan golongan ilmuwan pada tingkat hierarkhi yang tertinggi di dalam sistem sosial sebuah negara.

Lebih jelasnya, al-Farabi mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala yang ada sesuai dengan yang ada. Selanjutnya, al-Farabi juga membagi filsafat ke dalam dua bagian. Filsafat yang berdasar pada keyakinan (falsafah yakiniyah) dan filsafat yang berdasar pada opini (falsafah maznunah).15

Teori al-Farabi yang terkenal, adalah teori emanasi. Dengan teori ini, al-Farabi mencoba menjelaskan bagaimana yang banyak timbul dari yang satu. Tuhan bersifat Maha Satu, tidak berubah, jauh dari materi, jauh dari yang banyak serta maha sempurna. Sedang alam, merupakan materi yang sifatnya banyak dan sangat berlainan dengan sifat makhluk. Penciptaan inilah yang, bagi al-Farabi, sebagai proses emanasi.16

15 Ibid., hlm 31

(8)

3. Ibn Sina

Ibnu Sina dilahirkan pada tahun 370 H/980 M.17 Walaupun Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu pengetahuan termasuk falsafah tetapi yang lebih menonjol dalam bidang kedokteran.

Adalah Ibnu Sina, seorang ahli perobatan dan juga ahli filsafat yang terkenal. Ia pernah menulis sebuah buku berjudul al-Najah yang membicarakan persoalan filsafat. Pemikiran falsafah Ibnu Sina banyak dipengaruhi oleh aliran falsafah al-Farabi yang telah menghidupkan pemikiran Aristotle. Oleh sebab itu, pandangan perubatan Ibnu Sina turut dipengaruhi oleh asas dan teori kedokteran Yunani khususnya Hippocrates.

Penyangkalan terhadap kepercayaan dalam keabadian planet bumi, penyangkalan terhadap penafian Ibnu Sina dan al-Farabi mengenai pembangkitan jasad manusia dengan perasaan kebahagiaan dan kesengsaraan di sorga atau neraka.

Walaupun demikian, sumbangan Ibnu Sina dalam perkembangan filsafat Islam tidak mungkin dapat dinafikan. Bahkan Ibn Sina boleh dianggap sebagai salah satu orang yang bertanggungjawab dalam menyusun ilmu filsafat dan sains dalam Islam. Sesungguhnya, Ibnu Sina tidak saja unggul dalam bidang perubatan tetapi kehebatan dalam bidang filsafat yang mengungguli gurunya, al-Farabi.

Di antara pemikiran filsafat Ibn Sina, kesempurnaan jiwa manusia melalui konseptualisasi terhadap berbagai persoalan dan pembenaran terhadap realitas-realitas teoritis maupun praktis, sesuai dengan kemampuan manusia. Namun, dalam perkembangan berikutnya, Ibn Sina membedakan filsafat paripetik dan filsafat ketimuran (al-hikmah al-masyriqiyyah). Al-hikmah al-masyriqiyyah

(9)

ini, yang mendasarkan pemikirannya tidak hanya pada rasional, tapi juga penghayatan spiritual.

Ibn Sina mengaitkan filsafat dengan kesempurnaan dan realisasi diri. Hikmah oleh Ibn Sina, didefinisikan sebagai penyempurnaan jiwa manusia melalui pengkonsepsian sesuatu serta penimbangan kebenaran, baik teoritis maupun praktis. Ibn Sina juga menyinggung ilmu laduni, baginya ilmu laduni merupakan pengetahuan kerokhanian dan kebijaksanaan yang dapat diperoleh melalui perbuatan yang terus menerus dan dalam waktu yang lama dalam hal kesalehan dan kebaikan. Jadi perlu adanya riyadloh dan zuhud, lalu menyambungkan diri dengan realitas yang rohani dan ilmiah.18

4. Ibn Rusyd

Ibnu Rusyd atau nama lengkapnya Abu Walid Muhammad Ibnu Ahmad lahir di Kardova pada tahun 1126. Ibn Rusyd merupakan ahli filsafat besar yang dilahirkan dalam sejarah Islam. Pengaruhnya bukan saja di dunia Islam, tetapi juga di kalangan masyarakat di Eropa. Di Barat, beliau dikenal sebagai Averroes.19

Sebelum meninggal dunia, Ibnu Rusyd telah menghasilkan buku yang terkenal al-Taysir. Buku itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa bahasa Inggris dengan judul Faclititation of Treatment.

Selain menjalin hubungan yang akrab dengan Ibnu Zuhr, Ibnu Rusyd juga mempunyai hubungan yang baik dengan kerajaan Islam Muwahidin. Hubungan ini, telah menjadikan Ibnu Rusyd hakim di Sevilla, pada tahun 1169. Dua tahun kemudian, Ibnu Rusyd dipindah di Kordova.

18 CA. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1991), hlm. 11

(10)

Karya besar yang pernah dihasilkan oleh Ibnu Rusyd adalah Kulliyah fi at-Thibb yang terdiri 16 jilid, mengenai kedokteran secara umum, Tafsir Urjuza yang membicarakan tentang kedokteran dan tauhid. Taslul, buku mengenai ilmu kalam. Kasyful Adillah, yang mengungkap persoalan filsafat dan agama, Tahafut al-Tahafut, ulasannya terhadap buku Imam Ghazali yang berjudul Tahafut al-Falasifah, dan Muwafaqatil Hikmah Wal Syari'a yang menyentuh persamaan antara filsafat dengan agama.20

Masyarakat Barat sebenarnya berhutang budi kepada Ibnu Rusyd, kerana pemikirannya, baik secara langsung maupun secara tidak, telah mencetuskan revolusi di benua Eropa. Pengaruhnya, Pemikiran Voltaire dan Rousseau telah mencetuskan era Renaissance di Perancis, sehingga merubah wajah Eropa.

Pembicaraan filsafat Ibnu Rusyd banyak tertumpu pada persoalan yang berkaitan dengan metafisik, terutamanya ketuhanan. Ibnu Rusyd telah mengemukakan idea yang lugas dan jelas. Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh Ibnu Rusyd turut menjangkau bidang sosial. Ketika ia mencoba membuat pembagian masyarakat kepada dua golongan, yaitu golongan elit yang terdiri dari ahli filsafat dan masyarakat awam.

Ibn Rusyd merupakan sosok ideal yang mampu menyeimbangkan antara agama dan rasio. Rusyd tidak ektrim berpegang pada rasio dengan menafikan agama, maupun sebaliknya, beragama tanpa menggunakan rasio.21 Ia berupaya menempuh jalan tengah, yaitu jalan yang ditempuh oleh filosof lain. Bagi Rusyd, hal itu dilakukan untuk menjelaskan baik filsafat maupun syari’ah saling membutuhkan dan tidak bertentangan satu sama lain.

20 A. Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), hlm. 95

21 Yusuf Suyono, Telaah Atas Kitab Fashl al-Maqal Karya Ibn Rusyd, (Semarang: Puslit IAIN Walisongo, 1998), hlm. 62

(11)

Ibn Rusyd berpendapat bahwa fungsi filsafat tidak lain hanyalah untuk memikirkan “yang ada” agar membawa makrifat kepada Allah. Al-Qur'an sebagai ayat, bagi Rusyd, mengandung unsur nash. Jika tidak ada keserasian antara nas wahyu dengan hasil filsafat, maka yang digunakan adalah ta’wil.22

C. Hikmah dalam Pemikiran Filosof Muslim Abad Pertengahan

1. Ibn Khaldun

Ibn Khaldun atau nama sebenarnya Wali Din Abd al-Rahman bin Muhammad bin Abu Bakar Muhammad bin al-Hasan dilahirkan di Tunis pada tahun 1332 M. Keluarganya berasal dari keturunan Arab, Hadramaut yang pernah menetap di Sevilla, Spanyol. Akhirnya, berpindah dan menetap di Afrika Utara semasa pemerintahan Hafs Abu Zakariyya, pemerintah Tunis pada masa itu.23

Filsafat bagi Ibn Khaldun diartikan sebagai kebahagiaan sejati. Kebahagiaan ini terletak dalamsatu cara hidup di jalan Allah, seperti yang telah diwahyukan Allah kepada nabi.24

Ibn Khaldun mendasarkan filsafatnnya atas dua hal. Pertama, hukum sebab akibat. Hukum ini menyatakan bahwa semua peristiwa, termasuk peristiwa sejarah berkaitan satu sama lain, dalam satu rangkaian sebab akibat. Kedua, bahwa kebenaran bukti sejarah tidak hanya tergantung pada kejujuran pembawa cerita saja, akan tetapi juga terpengaruh oleh keadaan jaman. Artinya, cerita itu harus sesuai dengan semangat zaman itu.

22 Ibid., hlm. 51

23 Charles Issawi, Filsafat Islam tentang Sejarah (Kutipan Pilihan dari Muqaddimah Ibn Khaldun), terj. Mukti Ali, (Jakarta: Tintamas, 1976), hlm. 2

(12)

Ibn Khaldun juga membagi ilmu ke dalam tiga bagiam, ilmu rasional, ilmu tradisional dan linguistik. Pertama, yang disebut sebagai ilmu alam mencakup ilmu filsafat, logia, fisika dan metematika. Kedua, ilmu tradisional, meliputi ilmu-ilmu agama yang didasarkan pada al-Qur'an dan hadits, seperti ilu tafsir, hadits, fiqh dan kalam. Sedang bagian ketiga, meliputi filologi, tata bahasa, retorika dan sastra.25

2. Ibn Taymiyah

Ibn Taymiyah adalah sosok filosof abad pertengahan yang puritan. Ajaran-ajarannya sangat menentang terhadap semua usaha pencampuradukan ajaran Islam. Selain itu, paganisme juga ditentangnya. Ia menyesalkan filosof muslim terdahulu yang membela terhadap unsur paganisme.

Dalam kitab Muwafaqatu Shahih manqul li Sharih al-Ma’kul, Ibn Taymiyah membahas tentang akal dan agama. Baginya, akal merupakan produk pemikiran yang disebut sebagai filsafat. Akal, bagi Ibn Taymiyah tidak bertentangan dengan agama, selama agama dijelaskan secara an sich dan akal terbebas dari pengaruh nafsu dan tujuan tertentu.26

Ibn Taymiyah, sebagai seorang yang dinamis, merangkum perdebatan awal Islam tentang rasionalisme, sufisme, teologi dan hukum dapat disintesiskan dan di integrasikan kedalam satu nama, yaitu religius. Hal ini akan terjadi jika syariah dijalankan secara komprehensip. Karena pada aliran-aliran tersebut, unsur-unsur kebenarannya menggunakan al-hakikah (batiniyah) dan al-akl (rasionalitas) itu hanya merupakan jalan untuk mendapat pengetahuan walauypun antara satu dengan yang lain tidak akan pernah lepas dari

25 Majid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 124

26 Muhammmad al Baghi, Alam Pikiran Islam dan Perkembangannnya, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hlm. 60

(13)

otoritas tradisional.27 Untuk mensintesiskan kempat alur tersebut, Ibn Taymiyah memasukkan kembali doktrin tujuan tindakan Tuhan. 3. Suhrawardi

Suhrawardi sebagai penerus aliran paripetetik tidak hanya menjadikan filsafat Islam memasuki periode yang baru, namun juga memasuki dunia baru. Dengan dibangunnya sistem yang disebutnya sebagai hikmah al-isyraq, menjadikan filsafat berkaitan erat dengan agama. Padahal, sebelumnya filsafat dan agama merupakan dua entitas yang berbeda.

Kearifan isyraqi berarti cara berfikir pradiskursif dan intuitif yang berusaha mencapai iluminasi melalui asketisme dan penyucian diri. Suhrawardi juga memiliki konsep cahaya, yang merupakan kategori fundamental dalam filsafat isyraqi. Cahaya adalah wujud dan ketiadaan cahaya adalah kegelapan (yang bukan wujud). Oleh karena itu, cahaya merupakan bahan dasar yang tidak dapat didefinisikan.28

Suhrawardi memandang bahwa filosof (hakim) yang sesungghnya ialah seorang yang memiliki pengetahuan teoritis dan sekaligus memiliki visi spiritual. Orang yang telah memiliki kriteria tersebut, Suhrawardi menyebutnya sebagai hakim muta’allih, yang secara harfiah berarti seorang filosof atau ahli hikmah yang sudah mendekati Tuhan.29

Setelah masa Suhrawardi, filsafat dan penghayatan spiritual selalu dipadukan bersama. Al-hikmah al-Ilahiyah, menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan yang formal dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui jalan intuitif.

***

27 Fazlur Rahman, Islam, terj. Akhsin Muhammad, (Bandung: Pustaka, 1997), hlm 158 28 CA. Qadir, Op.Cit., hlm. 152

Referensi

Dokumen terkait

Bercak pada kromatogram hasil pengembangan dengan wasbenzen dan kloroform (1:9 v/v) diuji aktivitasnya sebagai antioksidan penangkap radikal dengan disemprot larutan DPPH

RCR = 1 = Setiap satu rupiah yang dikeluarkan menghasilkan penerimaan kotor satu rupiah, berarti agroindustri makanan berada pada titik impas (balik modal).

Akhirnya, Baidawi berkata:”jika seseorang harus menerima pelunasan utang sesudah waktu yang ditentukan, maka ia akan terus memperbesar piutang itu, sampai seluruh kekayaan

Dari kajian di atas dapat terlihat bahwa masalah mendasar dalam persoalan pelembagaan adalah masih adanya ketergantungan yang kuat pada fi gur ketimbang sistem dan belum

Hal ini dibuktikan dari tingkat depresi pada subjek 1 dan 2 pada saat baseline kedua lebih rendah daripada tingkat depresi pada saat baseline awal, sehingga membuktikan bahwa

Dari pengujian permeabilitas untuk tanah lempung (Batutegi) nilai koefisien permeabilitas mengalami kenaikan dan tanah lanau-pasir (Rajabasa) nilai koefisien

Table 7-34 Details of Best Superstructure Replacement + Substructure Rehabilitation Primary Cost Model for all Bridge

Berdasarkan perhitungan uji hipotesis diperoleh t hit (6,586) > t daf (1,67), maka terima Hi artinya bahwa model pembelajaran berbasis masalah lebih efektif dibandingkan