• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONSEP KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III KONSEP KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

34

Cita-cita dan upaya peningkatan kualitas pendidikan dasar menengah telah di coba di konsep sikan oleh berbagai praktisi pendidikan, perubahan haluan politik orba ke orde reformasi telah mendorong lahirnya adopsi metode pendidikan yang partisipatif dan menekankan pada semangat humanisasi sosial.

Hal ini disebabkan karena konsep pendidikan holistic yaitu konsep pendidikan yang melibatkan dan mengembangkan seluruh aspek dan potensi manusia secara holistic, konsep pendidikan yang mampu membentuk manusia yang lebih utuh dan cukup dalam menghadapi dunia yang penuh tantangan, cepat berubah serta mempunyai kesadaran spiritual bahwa dirinya adalah bagian dari keseluruhan1

Bila kita melihat pendidikan nasional pada masa lalu hanya mengutamakan aspek kognitif saja sehingga berhasil mencatat peserta didik yang pintar akan tetapi kurang memberi ruang bagi perkembangan aspek afektif dan Psikomotorik peserta didik sehingga yang terjadi dalam proses pembelajaran adalah hanya pencapaian target materi pelajaran buku pencapaian kompetensi peserta didik2 dalam keadaan demikian pengetahuan peserta didik memang dapat dibanggakan sejalan dengan kemajuan dan perkembangan umum belum cukup

1 Arif Rahman, Kbk Cermin Pendidikan Holistik (Mei 24. 2004 http:// www.vivicimo Co,id) 2 Sariban Kurikulum 2002: Tersandung Implementasi Kompas (Jakarta: 15 April 2002), 9

(2)

cerdas dan cakap dalam memahami dan menyikapi berbagai realitas kehidupan di sekitarnya.

Faktor-faktor lain yang dapat menghambat kemajuan pendidikan adalah adanya pekerjaan administrasi sekolah yang selalu diawasi dan di tuntut mulai dari membuat program tahunan catur wulan, satuan pelajaran agenda baru, kisi-kisi soal, mengoreksi soal dan masih banyak lagi pekerjaan yang berakibat akan merepotkan guru dengan kesibukan-kesibukan tersebut3

Adanya sistem sentralisasi pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah orde baru mengakibatkan semua kebijakan pendidikan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan sampai dengan kriteria kelulusan siswa kendalikan oleh pusat, sehingga kebijakan tersebut mengimplementasi potensi yang sebenarnya telah dimiliki oleh lembaga pendidikan daerah.

Kebijakan dalam hal penyeragaman kurikulum (materi pendidikan) tidak hanya secara fisik tetapi pada pola pikir, sikap dan cara bertindak setiap siswa misalnya materi kurikulum pendidikan, nasional mulai dari TK-PT dari pendidikan yang berada dari sabang sampai merauke semuanya sama padahal setiap daerah berbeda dalam banyak hal, kebudayaan, geografi nya kehidupan sosial, SDM dan lain-lain. Dari penyeragaman kurikulum tersebut maka diikuti penyeragaman metode pengajaran dan sistem evaluasi pengajaran4

3 Ign Suhanto, Antisipasi Pelaksanaan kurikulum Baru SMU kompas (Jakarta: 08 April), 9 4 Darimaning Tyas, Pendidikan pada dan setelah krisis (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 130

(3)

Dengan adanya penyeragaman materi pendidikan tersebut maka akan membawa nampak yang kurang baik bagi daerah yang mempunyai potensi untuk maju akan dirugikan karena terlambat oleh materi yang ada, seseorang bagi daerah yang potensinya rendah akan terbagi dengan materi tersebut.

Agar realitas kehidupan masyarakat dapat dipahami secara utuh, benar dan tepat oleh pendidikan dan peserta didik maka perlu pemberian kebebasan yang luas kepada lembaga pendidikan dan petugas yang lain yang ada di lingkungan lembaga pendidikan dengan harapan dapat melakukan proses pembelajaran yang afektif, kreatif dan Vitsioner, dapat mencapai tujuan yang diharapkan serta materi yang diajarkan relevan dengan kebutuhan, berorentasi pada hasil dan banyak sehingga peserta didik menjadi cerdas dan berkompetensi. Merosotnya kualitas pendidikan juga disebutkan karena sistem yang kurang tepat. Sistem klasikal dinilai belum mampu mengembangkan kemampuan anak didik karena telah membatasi perkembangan kemampuan mereka. Sekalipun ada yang mempunyai kemampuan lebih, apabila guru menyusun problem satuan pelajaran seragam untuk semua anak didik, baik ada perbedaan satuan pelajaran maupun rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru semuanya serba seragam5

Demikian pula dengan proses pembelajaran guru tidak berfokus pada hasil (out put) yang harus dicapai hanya sekedar memenuhi target administratif sesuai dengan petunjuk teknis, hal ini mengakibatkan komponen input dalam

(4)

proses pembelajaran yang dilaksanakan kurang efektif sehingga out putnya tidak optimal6

Selama ini kurikulum pendidikan di Indonesia cenderung mengikuti kurikulum pendidikan barat yang lebih kapasitas yang kemudian menjadi determinan modal yang cukup kuat dari pada kualitas pendidikan, dimana setiap ganti pejabat kebijakan nya berganti pula misalnya: karena pemberlakuan kurikulum pendidikan anak dini usia (PADU) dengan menggunakan metode kreatif, generik dan inovatif serta krisis sejak usia dini padahal KBK sendiri masih belum selesai dijalankan7

Kurikulum seperti itulah telah terbukti gagal karena tidak mampu menciptakan manusia secara individu maupun bangsa yang mandiri. Bertitik tolak dari berbagai kekurangan dan kelemahan tersebut serta pertimbangan khususnya dalam menghadapi era globalisasi, akhirnya pemerintah me program suatu kurikulum terpadu yaitu: kurikulum ber-kompetensi (KBK) sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) dalam seluruh jenjang pendidikan sekolah termasuk di dalamnya adalah PAI adanya KBK tersebut dinilai tepat karena merefleksikan pendidikan holistic berbasis karakter.

6 Abd, Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam berbasis kompetensi (Bandung: Remaja Rosda karya, 2003), 2-6

(5)

A. Pengertian kurikulum berbasis kompetensi

Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dan budaya. Perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman8

Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan banyak yang telah, sedang, dan akan di laksanakan seperti penataan undang-undang system pendidikan nasional dan berbagai perundang-undangan lainnya. Salah satu kompetensi yang sering di jadikan penyebab menurutnya mutu pendidikan adalah kurikulum.

Salah satu kelemahan system pendidikan nasional yang dikembangkan di Indonesia adalah kurangnya perhatian output. Standarisasi kurikulum nasional buku, alat perhatian guru, sarana, dan fasilitas sekolah merupakan wujud kendali pemerintah terhadap output dan proses yang harus berlangsung di dalam system akan tetapi standar kompetensi apa yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar belum mendapat perhatian yang semestinya.

Munculnya KBK sebagai kurikulum pendidikan nasional tidak lepas dari deras nya arus globalisasi dan juga berbagai kritik terhadap pelaksanaan selama

8

(6)

ini tantangan yang harus di jawab adalah bagaimana mengantisipasi era globalisasi pasar bebas.

KBK dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum pada perkembangan kemampuan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar kompetensi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tersebut.9

KBK ini menekankan pada pola belajar dan pembelajaran

konstruktivitasik yaitu suatu proses belajar yang menuntut siswa untuk lebih kritis dalam memahami pengetahuan yang dipelajari. Adapun tujuan pembelajaran ini yaitu menekankan pada penciptaan pemahaman yang menuntut aktifitas kreatif. Produktif dalam konteks nya

Lebih lanjut Sudjatmiko, dkk. Menyatakan KBK pada dasarnya merupakan format atau standar yang menetapkan kompetensi apa yang diharapkan dapat dicapai siswa dalam setiap tingkatan kelas atau jenjang tertentu agar memiliki kecakapan hidup dengan tujuan pendidikan nasional10

Beberapa aspek atau ranah yang mengandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:11

1. Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam bidang kognitif misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan

9 Mulsaya E kulikulum berbasis kompetensi (Bandung: Remaja Rosda Karya 2002), 9

10 Sudjatmiko, dkk, kurikulum berbasis kompetensi dalam menunjang kecakapan hidup siswa (Jakarta: Depdiknas 2003), 9

11

(7)

bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.

2. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu., misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus dimiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar melaksanakan pembelajaran berjalan secara efektif dan efesien.

3. Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya., misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik.

4. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain) 5. Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu

perbuatan, misalnya minat untuk melakukan sesuatu atau untuk mempelajari sesuatu

6. Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang, tak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji, dan lain-lain

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa KBK adalah suatu kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah yang dalam

(8)

pelaksananya di tujukan agar siswa mempunyai kecakapan hidup atau berkompetensi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan aspek atau ranah tersebut maka pembelajaran yang dilakukan menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu

Adapun dasar pemikiran konsep dasar kompetensi dalam kurikulum adalah sebagai berikut:

a. kompetensi berkenaan dengan seperangkat kemampuan melakukan sesuatu konteks tertentu.

b. Konteks yang dimaksudkan disini sendiri atas berbagai bidang kehidupan atau hal-hal lainnya yang diperlukan agar seseorang dapat melakukan sesuatu.

c. Kompetensi itu mendiskripsikan proses belajar, seseorang untuk menjadi kompeten

d. Kompeten adalah suatu hasil atau out come yang menggambarkan apa yang dapat di perbuat seseorang setelah melalui pemahaman seperangkat kompetensi.

e. Kemampuan seseorang melakukan sesuatu harus di defisinikan secara jelas dalam suatu standar yang tepat dicapai melalui performance yang dapat diukur

(9)

f. Kompeten menjadi suatu ukuran dari apa yang dapat diperbuat oleh seseorang berdasarkan penggantian kompetensi, batas, kurikulum berdasarkan potensi.

Berdasarkan pengertian kompetensi diatas, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat tertentu.

Kurikulum berbasis kompetensi ini diartikan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan nilai, sikap dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab12

Dengan demikian KBK dapat dikatakan berorentasi pada:

a.) Hasil dan nampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna.

b.) Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhan.

Pusat kurikulum, Balitbang departemen pendidikan nasional secara sederhana menegaskan bahwa KBK merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Lebih lanjut lagi

(10)

dikemukakan bahwa KBK berorientasi pada:1. hasil dan nampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui pengalaman belajar yang bermakna 2. keberagamannya dapat dimanifestasikan dengan kebutuhannya.13

Komponen dan karakteristik kurikulum berbasis kompetensi

Merupakan rangkaian ini yang memiliki empat komponen yaitu kurikulum dan hasil belajar penilaian berbasis kelas, kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan berbasis sekolah.

Mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasik.

2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur educative.

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi:14

13 Depdiknas, kurikulum berbasis kompetensi (Jakarta: Balitbang 2002), 1 14

(11)

a. Kurikulum dan hasil belajar

Kurikulum dan hasil belajar memuat perencanaan pengembangan kompetensi peserta didik yang perlu dicapai pendidikan agama Islam secara keseluruhan sejak lahir sampai pendidikan agama Islam umum 18 tahun. Kurikulum dan hasil belajar ini memuat kompetensi. Hasil belajar dan indikator dari TK dan Ra sampai dengan kelas XII.

Pengembangan kurikulum dan hasil belajar yang berupa kompetensi peserta didik haruslah mempertimbangkan sembilan prinsip.

1) Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur 2) Penguatan integritas nasional

3) Kesamaan memperoleh kesempatan

4) Abad pengetahuan dan teknologi informasi 5) Pengembangan keterampilan hidup

6) Belajar sepanjang Hayat

7) Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan den komprehensif

8) Pendekatan menyeluruh dan kemitraan15

Ada tiga belas rumpun pelajaran yang harus dikembangkan dalam kurikulum dan hasil belajar, yaitu pendidikan agama. Kewarganegaraan, bahasa Indonesia, Sains. Ilmu sosial, bahasa Inggris, dan bahasa asing lainnya.

(12)

Pendidikan jasmani, keterampilan, kesenian, dan teknologi informatika dan komunikasi, hasil belajar secara umum pada masing-masing rumpun pelajaran dapat di lihat pada kompetensi standar masing-masing rumpun pelajaran seperangkat hasil belajar tersebut akan menentukan pencapaian kompetensi lintas kurikulum dalam hasil belajar haruslah memperhatikan:

1) Keterkaitan rumpun pelajaran

2) Pengembangan keseluruhan pengalaman belajar

3) Luwes terhadap perubahan sosial dan perkembangan teknologi 4) Berorientasi pada siswa perbedaan tingkat kecerdasan siswa16 b. Penilaian berbasis kelas

Penilaian berbasis kelas yang dilaksanakan terpadu pada kegiatan belajar di kelas, (berbasis kelas) melalui pengumpulan kerja siswa (portofolio) hasil karya (produk) penugasan (proyek) kinerja (performance) dan tes tertulis (paper and pen) hal-hal yang harus diperhatikan dalam penilaian berbasis kelas antara lain, valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil, terbuka, berkesinambungan menyeluruh, dan bermakna.

Dalam penilaian berbasis kelas memuat prinsip sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui identifikasi kompetensi atau hasil belajar yang telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang standar yang telah dicapai serta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.

16 ibid, 9

(13)

c. Kegiatan belajar

Kegiatan mengajar merupakan proses inti dari pendidikan sekolah antara pendidik dengan peserta didik yang melakukan kegiatan aktif dalam membangun makna dan pemahaman. Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar haruslah menyatakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa kegiatan belajar mengajar perlu menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Artinya KBM memperhatikan bakat, minat, kemampuan cara dan strategi, motifasi dan later latar belakang siswa 2) Belajar dengan melakukan dalam kehidupan nyata atau penerapan konsep

atau ide dalam prinsip dan kaidah ilmu yang dipelajari

3) Mengembangkan kemampuan sosial, artinya mampu berinteraksi dalam kerja kelompok atau diskusi kelompok baik dengan teman maupun guru 4) Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan

5) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah 6) Mengembangkan kreatifitas siswa

7) Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi 8) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik 9) Belajar sepanjang hayat

10) Perpaduan kompetensi, kerja sama dan solidaritas17

17 Depdiknas Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi II (Jakarta: Balitbang Pusat Kurikulum 2002)

(14)

Kegiatan belajar mengajar memuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan pedegonis dan antragonis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik

d. Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah.

Pengelolaan kurikulum sekolah adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar pada sekolah untuk mengelola sumber daya sekolah dan mendorong sekolah meningkatkan dalam memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau dalam mencapai tujuan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan nasional18

Lebih mendalam bahwa komponen-komponen kurikulum berbasis kompetensi diatas memiliki karakteristik sendiri secara umum, karakteristik kurikulum berbasis kompetensi antara lain mencakup seleksi kompetensi yang sesuai spesifikasi indicator- indicator evaluasi untuk menentukan kesuksesan pencapaian kompetensi dan pengembangan system pembelajaran.

Disamping itu kurikulum berbasis kompetensi sejumlah kompetensi yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Penilaian dilakukan berdasarkan standar khusus sebagai hasil demontrasi kompetensi yang ditujukan oleh peserta didik. Pembelajaran lebih di tekankan pada individual personal untuk menguasai kompetensi yang dipersyaratkan peserta didik

18 Depdiknas, Kurikulum berbasis kompetensi untuk kanak-kanak (Jakarta: Balitbang Pusat Kurikulum 2002), 5

(15)

melalui kompetensi nya kapan saja bila mereka siap dan dalam pembelajaran peserta didik dapat menyesuaikan dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing peserta didik.

Lebih lanjut pemerintahan melalui Depdiknas mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut:

Lebih lanjut E, Mulyasa mengidentifikasikan ada enam karakteristik dalam kurikulum berbasis kompetensi yaitu:

1) System belajar dengan modul

Berbagai komponen tersebut selanjutnya Diknas dalam format modul sebagai berikut:

a) Lembar kegiatan peserta didik b) Lembar kerja

c) Kunci lembar kerja d) Lembar soal

e) Lembar jawaban: dan f) Kunci jawaban

2) Menggunakan keseluruhan sumber belajar

Sumber belajar dapat dikelompokkan sebagai berikut: a) Manusia (Human)

b) Bahan atau media pengajaran (Instructionalmedia) c) Lingkungan (Environment)

(16)

e) Aktivitas

3) Pengalaman lapangan

4) Strategi belajar individual atau personal 5) Kemampuan belajar

6) Belajar tuntas

B. Tujuan Pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang secara makro yakni untuk membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk menuju suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi social yang positif dan memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh. Maka adanya pengembangan kurikulum ke KBK adalah upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. Melalui reformasi sekolah dalam dengan partisipasi orang tua, kerjasama dengan dunia industri, ketentuan pengelolaan sekolah, profesionalisme guru, hadiah, dan hukuman sebagai control dan lain-lain.

Selain itu, karena kurikulum pada dasarnya merupakan rencana / program tertulis untuk mencapai tujuan pendidikan yang diterapkan langsung dalam system pendidikan di lembaga pendidikan maka KBK bertujuan untuk membantu dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut.

Dan melihat dari aspek histories jelas bahwa KBK dengan berbagai keunggulannya bertujuan untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya.

(17)

Sedangkan meninjau dari ranah yang terkandung dalam KBK, maka KBK diharapkan mampu mengembangkan kemampuan anak, bukan hanya aspek kognitif, tetapi sampai pada ranah afektif dan psikomotorik.

Dengan demikian, maka tujuan pendidikan nasional secara micro dapat tercapai, terutama dalam hal pembentukan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa dan beretika karena dalam KBK pada aspek efektifnya menekankan pada kompetensi sebagai berikut; siswa memiliki keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan yang maha Esa sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing, memiliki nilai-nilai etika dan estetika, dan memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan human

KBK merupakan program pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya merancang pendidikan yang berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan terkait dengan “gerakan peningkatan mutu pendidikan” yang dicanangkan oleh mendiknas tanggal 21 Mei 2002.

KBK diterapkan sebagai acuan bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan dalam seluruh jenjang pendidikan dan jalur pendidikan, khususnya jalur pendidikan sekolah.

Dan dalam KBK terdapat asumsi yang mendasari KBK, adapun asumsi tersebut merupakan parameter untuk menentukan tujuan dan kompetensi yang akan dispesifikasikan. Asumsi tersebut sebagai berikut :

(18)

Pertama, banyak sekolah yang memiliki sedikit guru professional dan tidak mampu melakukan proses pembelajaran secara optimal. Oleh karena itu perlu peningkatan professional guru.

Kedua, banyak sekolah yang hanya mengoleksi sejumlah mata pelajaran dan pengalaman, sehingga mengajar diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi yang terdapat dalam setiap mata pelajaran.

Ketiga, pendidik bukanlah kertas putih bersih yang dapat ditukis sekehendak guru, tapi memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Pengembangan potensi tersebut menurut iklim kondusif yang dapat mendorong peserta didik belajar bagaimana belajar (learning how to learn),serta menghubungkan kemampuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Keempat, peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan bervariasi, serta memiliki tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.

Kelima, pendidikan berfungsi menkondisikan lingkungan untuk membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal.

Keenam, kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus berisi kompetensi-kompetensi potensial yang tersusun secara sistematis, sebagai jabaran dari seluruh aspek kepribadian peserta didik, yang mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan.

(19)

Ketujuh, kurikulum sebagai proses pembelajaran harus menyediakan berbagai kemungkinan kepada seluruh peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensinya secara optimal.

C. Implementasi kurikulum berbasis kompetensi

Implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. Berdasarkan implementasi tersebut kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa implementasi kurikulum adalah operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini Hasan mengungkapkan bahwa implementasi kurikulum adalah hasil terjemahan guru terhadap kurikulum sebagai rencana tertulis.

Implementasi kurikulum sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut: 1. Karakteristik kurikulum: yang mencakup ruang lingkungan ide baru suatu

kurikulum dan kejelasannya bagi pengguna di lapangan.

2. Strategi implementasi: yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi seperti diskusi profesi, seminar, penataran, lokakarya, penyediaan buku

(20)

kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.

3. Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta kemampuannya untuk merealisasikan (curriculum planning) dalam pembelajaran.

Di sisi lain, Mars (1980) mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu dukungan kepala sekolah, dukungan rekan sejawat guru, dan dukungan internal yang datang dari dalam diri guru sendiri. Dari berbagai faktor tersebut guru merupakan faktor penentu di samping faktor-faktor lain. Dengan kata lain, keberhasilan implementasi kurikulum di sekolah sangat ditentukan oleh faktor guru, karena bagaimanapun baiknya sarana pendidikan apabila guru tidak melaksanakan tugas dengan baik, maka hasil implementasi kurikulum (pembelajaran) tidak akan memuaskan.

Dalam garis besarnya implementasi kurikulum berbasis kompetensi mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi.

1. Pengembangan program

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) mencakup pengembangan program tahunan, program semester, program modul, (pokok

(21)

bahasan) program mingguan dan harian, program pengayaan dan remedial, serta program bimbingan dan konseling

a. Program tahunan

Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya, yakni program semester, program mingguan dan program harian atau program pembelajaran setiap pokok bahasan yang dalam KBK dikenal modul.

Sumber-sumber yang dapat dijadikan bahan pengembangan program tahunan antara lain:

1) Daftar kompetensi standar (standar competency) sebagai konsensus nasional, yang dikembangkan dalam buku garis-garis besar program pengajaran (GBPP) setiap mata pelajaran yang akan dikembangkan.

2) Skope dan sekuensi setiap kompetensi. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan materi pembelajaran. materi pembelajaran tersebut disusun dalam pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan, yang mengandung ide-ide pokok sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran. Pokok-pokok bahasan dan sub0sub pokok bahasan tersebut harus jelas skope dan sekuensinya.

(22)

3) Kalender pendidikan. Penyusunan kalender pendidikan selama satu tahun pelajaran mengacu pada efisiensi, efektifitas dan hak-hak peserta didik.

b. Program semester

Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester ini merupakan penjabaran dari program tahunan. Pada umumnya program semester ini berisikan tentang bulan, pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan, dan keterangan-keterangan.

c. Program modul (pokok bahasan)

Program modul atau pokok bahasan pada umumnya dikembangkan dari setiap kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan program ini merupakan penjabaran dari program semester. Pada umumnya modul berisikan tentang lembar peserta didik lembar kerja, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban. Dengan demikian peserta didik bisa belajar mandiri tidak harus disamping oleh guru, kegiatan guru cukup menyiapkan modul dan membantu peserta yang menghadapi kesulitan belajar. d. Program mingguan dan harian

Untuk membantu kemajuan belajar peserta didik, di samping modul perlu dikembangkan program mingguan dan harian. Program ini merupakan penjabaran dari program semester dan program modul. Melalui program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang perlu diulang. Bagi setiap peserta didik. Melalui program ini juga diidentifikasi kemajuan belajar

(23)

setiap peserta didik., sehingga dapat diketahui peserta didik yang mendapat kesulitan dalam setiap modul yang dikerjakan, dan peserta didik yang memiliki kecepatan belajar dia tas rata-rata kelas. Bagi peserta didik yang cepat bisa diberikan pengayaan, sedang bagi yang lambat dilakukan pengulangan modul untuk mencapai tujuan yang belum dicapai dengan menggunakan waktu cadangan.

e. Program pengayaan dan remedial

Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari program mingguan dan harian. Berdasarkan hasil analisis terhadap kegiatan belajar, dan terhadap tugas-tugas modul, hasil tes, dan ulangan dapat diperoleh tingkat kemampuan belajar setiap peserta didik. Hasil analisis ini dipadukan dengan catatan-catatan yang ada pada program mingguan dan harian untuk digunakan sebagai bahan tindak lanjut proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. f. Program bimbingan dan konseling pendidikan.

Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling peserta didik yang menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan karir, selain guru pembimbing guru mata pelajaran yang memenuhi kriteria pelayanan. Bimbingan dan karir diperkenankan memfungsikan diri sebagai guru pembimbing.

(24)

g. Penyusunan silabus

Sesuai dengan tugas dan fungsinya, direktorat pendidikan dasar menengah berkewajiban untuk menyusun pedoman pengembangan silabus yang akan di jadikan acuan oleh guru dalam menyusun silabusnya.

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pelaksanaan pembelajaran beserta penilaiannya. Oleh karena itu silabus harus di susun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian kompetensi dasar. Beberapa komponen silabus

1) Standar kompetensi mata pelajaran seperangkat kompetensi yang dilakukan sebagai hasil belajar

2) Kompetensi dasar 3) Hasil belajar

4) Indikator sebagai wujud kompetensi dasar

Silabus yang telah di tetapkan dan disosialisasikan oleh direktorat perlu di terjemahkan lebih lanjut pada daerah atau sekolah masing-masing dengan tingkat kemampuannya.

Terkait dengan implementasi KBK , maka dalam evaluasi menggunakan penilaian berbasis kelas, penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang di lakukan oleh guru dalam rangka proses pembelajaran, penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi dan hasil belajar peserta didik yang di lakukan oleh guru untuk meningkatkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap ujian yang telah ditetapkan,

(25)

yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator pencapaian belajar yang terdapat dalam kurikulum

Penilaian berbasis kelas dapat juga diartikan sebagai suatu akur proses umpan balik (feedback loop) di kelas. Dari hari hasil pencapaian berbasis guru kelas maupun peserta didik dapat melakukan saran perbaikan belajar. Secara umum penilaian berbasis kelas antara lain terdiri atas ulangan harian, pemberian tugas, dan ulangan umum berbasis jenis penilaian berbasis kelas antara lain tes tertulis, tes perbuatan, pemberian tugas, penilaian kinerja, penilaian proyek penilaian hasil peserta didik, penilaian sikap dan penilaian fortofolio

2. Pelaksanaan pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.

3. Evaluasi

Evaluasi hasil belajar dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, bench marking, dan penilaian program

(26)

4. Peningkatan kualitas pembelajaran.

Penilaian program dilakukan oleh Departemen Nasional dan dinas pendidikan secara kontinyu dan berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk kesesuaian kurikulum dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan masyarakat dan kemajuan jamin.

Referensi

Dokumen terkait

EWSD (Electronic Wahler System Digital) adalah sebuah sistem sentral telepon SPC (Store Programmed Control) digital yang dapat menyalurkan sinyal data, text, maupun gambar. Sentral

Kekuatan ikatan kekeluargaan itu terjadi antara orang orang dalam satu marga yang berasal dari satu darah ( kandung ) maupun satu marga dari berbeda keluarga,

menggunakan media lebih mempermudah peserta didik memahami materi dan peserta didik juga lebih antusias dalam mengikuti layanan informasi dibandikan dengan menggunakan

Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp, setelah dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI STAIN KERINCI DENGAN.. KEPUASAN KERJA SEBAGAI

Pakar untuk Diagnosa Penyakit Hipertiroid dengan Metode Inferensi Fuzzy Mamdani dapat simpulkan bahwa sistem pakar dapat menyimpan pengetahuan kepakaran dari

Pendapatan kepala keluarga dan hubungannya dengan pendidikan anak penting artinya, seperti yang dikemukakan oleh BPS (2010) bahwa semakin tinggi jenjang sekolah