• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Gizi merupakan terjemahan resmi Bahasa Indonesia dari kata Nutrition ( Soekirman, 2000 ). Kata gizi berasal dari Bahasa Arab “Ghizai” yang berarti makanan yang menyehatkan.Ilmu gizi adalah pengetahuan yang mempelajari proses makanan sejak masuk mulut sampai di cerna oleh organ – organ pencernaan, dan di olah dalam suatu sistem motabolisme menjadi Zat - zat kehidupan ( zat gizi dan zat non gizi ) dalam darah dan sel – sel tubuh membentuk jaringan dan organ tubuh dengan fungsinya masing – masing dalam suatu system, sehingga menghasilkan pertumbuhan ( fisik ) dan perkembangan ( mental ), kecerdasan dan produktifitas sebagai syarat dicapainya kehidupan sehat, bugar dan sejahtera ( Soekirman, 2000 ).

Gizi bereperan penting dalam mencapai dan mempertahankan kesehatan.Lebih luas lagi ilmu gizi di gunakan sebagai terapi pendukung penyembuhan penyakit. Berbagai macam jenis penyakit bahkan sangat tergantung pada tata laksana asuhan gizi, sebagai contoh penyakit degenerative obesitas, hipertensi, diabetes, hyperlipidemia, penyakit ginjal kronik, penyakiy kritis dan penyakit kronik lain serta keadaan pasien berisiko malnutrisi, status gizi kurang atau buruk memerlukan terapi gizi ( medical nutrition therapy ).

Masalah malnutrisi pada berbagai keadaan penyakitdapat mempengaruhi proses penyembuhan dan lama rawat. Terdapat kecenderungan peningkatan kasus penurunan status gizi pada pasien yang rawat di rumah sakit ( Hospital Malnutrition) pada kelompok khusus mulai dari bayi, anak, sampai usia lanjut ( geriatri )sehingga dirasakan perlu adanya penatalaksanaan gizi khusus, untuk memprtahankan dan meningkatkan status gizi yang optimal serta mempercepat penyembuhan pasien.

Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit adalah pelayanan gizi yang terkait dengan keenam fungsi dasar Rumah Sakit yaitu peningkatan, pencegahan, penyembuhan,

(2)

pemulihan, pendidikan, dan penelitian.pelayanan gizi di Rumah Sakit Mulia Insani dilaksanakan oleh Tenaga Gizi ( Nutrisionis dan Dietisien ) berupa asuhan gizi dan penyelenggaraan makanan agar tercapai mutu yang sesuai dengan standar JCI ( Joint Committee International ).

Untuk mencegah terjadinya Hospital Malnutrition maka Nutrisionis / Dietisien ( Ahli Gizi) melakukan asuhan gizi yang merupakan rangkaian kegiatan diawali dengan asesmen ( pengkajian ) pada pasienyang berisiko malnutrisi setelah diskrining oleh perawat. Dalam asuhan gizi dilakukan juga pendekatan multidisiplin Tim Dukungan Gizi / Panitia Asuhan Nutrisi / Nutrition Support Team ( NST ) yang terdiri dari DPJP, Nutrisionis / Dietisien, perawat, farmasi, UPM dana tenaga keperawatan lain yang terlihat diperlukan pada pasien berisiko tinggi malnutrisi yang disesuaikan dengan kebijakan Rumah Sakit. Dietisien harus berkolaborasi dalam memberikan pelayanan berkualitas, yang dimaksud adalah pemberian intervensi gizi harus benar, tepat waktu, tepat sasaran sesuai penyakitnya dengan cara yang tepat dengan disebut Medical Nutrition Therapy( MNT ). Untuk pemberian asuhan gizi yang tepat, secara berurutan tahapan kegiatan yang harus dilalui yaitu dari asesmen / pengkajian gizi ( Nutrition Assessment ). Diagnosis Gizi ( Nutrition Diagnosis ), intervensi gizi ( Nutrition Intervention ) yang didalamnya diuraikan mengenai rencana terapi gizi, implementasi, edukasi dan konseling gizi. Tahap berikutnya adalah pemantauan dari terapi gizi yang diberikan harus dilihat dampaknya terhadap perubahan yang terjadi pada pasien sesuai tujuan yang hendak dicapai.Oleh karena itu tahapan berikut disebut monitoring dan evaluasi. Preskripsi diet awal di tuliskan dalam formulir care plan dalam dokumen medik oleh DPJP utama dan dietisien. Preskripsi diet definitif pada pasien berisiko tinggi malnutrisi sesuai kesepakatan TIM yang terdiri dari berbagai dokter konsultan, dietisien, perawat, farmasi dan profesi tenaga kesehatan lain yang terlihat pada pasien berisiko tinggi malnutrisi.

Pada pelaksanaan intervensi gizi, Unit Produksi Makanan berperan penting dalam menyediakan sesuai diet, jumlah zat gizi yang dibutuhkandan mendistribusikansesuai jadwal makan dan berkolaborasi dengan dietisien ruangan sesuai kelas perawatan, jenis penyakit dan menu yang disediakan bervariasi berputar selama 10 hari. Makanan yang disajikan selain bernilai gizi sesuai dengan kebutuhan pasien juga harus aman dari bahaya secra biologi, fisik dan kimia. Pengelolaan makanan di Rumah Sakit Mulia Insani dilaksanakan oleh Unit Produksi Makanan

(3)

( UPM ) dengan tugas pokoknya adalah menyelenggarakan kegiatan perencanaan, penerimaan dan penyimpanan, persiapan bahan, pengolahan dan pendistribusian makanan.

Langkah – langkah proses asuhan gizi diatas sudah terstandar di Indonesia berdasarkan referensi dari American Dietetic Association ( ADA, 2003 ) yang sudah di adopsi oleh Asosiasi Dietisien Indonesia ( ASDI ) sejak tahun 2007 dan menjadi acuan asuhan gizi di rumah sakit, bertujuan agar dietisien dapat memberikan intervensi gizi yang berkualitas tinggi, aman, efektif serta hasil yang di capai dapat mendukung perbaikan kesehatan pasien. Intervensi terapi gizi disesuaikan dengan preskripsi dieakanant awal yang diorderoleh dokter sesuai kondisi pasien dan penyakit yang menyertai setiap pasien menerima makanan yang berbeda terdiri dari bentuk makanan, jenis diet, jumlah makanan yang dikonsumsi, jadwal pemberian makanan, makanan yang dianjurkan dan yang dibatasi diatur dengan baik, agar dapat diterima. Bentuk makanan bias padat, lunak, saring maupun cair / enteral, jenis diet dan kebutuhan zat gizi tergantung pada penyakit pasien, cara pemberian dapat secara oral, enteral via naso gastric tube ( NGT ), atau parental. Jadwal pemberian oral atau enteral disesuaikan dengan kondisi pasien biasanya 5 – 6 kali pemberian.

Pemberian intervensi gizi pada pasien dapat berubah setiap saat disesuaikan dengan diagnosis gizi ( masalah gizi ), kondisi yang ditemukan pada pasien, sehingga preskripsi diet definitive di tetapkan berdasarkan kolaborasi antara Dietisien dengan Dokter penanggung jawab pasien ( DPJP ) / DPJP Utama / Doktrr Residen / Dokter jaga. Intervensi gizi dalam asuhan gizi diberikan pada pasien yang berisiko malnutrisi, malnutrisi dan kondisi khusus.Pada pasien yang tidak berisiko apabila setelah di skrining ulang dinyatakan berisiko maka pasien mendapatkan asesmen gozi, diagnosis gizi, intervensi, kemudian dimonitoring dan dievaluasi pemberiannya sampai tujuan tercapai, yang disebut asuhan gizi.

Pelaksanaan pelayanan gizi di RS memperlukansebuah pedoman sebagai acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat proses penyembuhan pasien, memperpendek lama hari rawat, serta menghemat biaya perawatan. Semoga buku pedoman ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi tenaga kesehatan yang membacanya.

(4)

B. TUJUAN PEDOMAN

Tujuan buku pedoman ini adalah memberikan informasi tentang pelayanan asuhan gizi di RSMI Tangerang oleh tenaga gizi serta kolaborasinya dengan profesi tenaga kesehatan lain dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada pasien.

C. RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Pelayanan Asuhan Gizi di RSMI meliputi : 1. Skrining Gizi

2. Pelyanan Asuhan Gizi Rawat Inap 3. Pelayanan Gizi Rawat Jalan

4. Konseling dan Edukasi Gizi Penelitian dan Pengembangan Gizi Terapan

D.

DEFINISI OPERASIONAL

1. Pelayanan gizi suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetic masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengunpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetic dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit

2. Terapi gizi adalah pelayaanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan pengkajian gizi, yang meliputi teranan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien ( nutrition and theraphy dictionary,200)

3. Asuhan gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut

4. Proses Asuhan Gizi Terstandar ( PAGT ) adalah pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi

5. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip prinsip keilmuan makanan, gizi, social, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal secara individual, melalui pengembangan, penyediaan dan

(5)

pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan

6. Gizi klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat zat gizi dan bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh

7. Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh ahli gizi untuk menanamkan dan meningkatksan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya

8. Penyuluhan gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan dan di laksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien / klien dan lingkungannya terhadap upaya peningkatan status gizi dan kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat massal dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari hari

9. Rujukan gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi rumah sakit yang memberikan pelinmpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi, baik secara vertikal maupun horizontal

10.Profesi gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan ( body of knowledge ), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat

11.Standar profesi tenaga gizi adalah batasan kemampuan minimal yang harus dimiliki/dikuasai oleh tenaga gizi untuk dapat melaksanakan pekerjaan dan praktik pelayanan gizi secara professional yang diatur oleh organisasi profesi

12.Tenaga gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan dibidang gizi sesuai ketentuan peraturan perundang undangan

13.Sarjana gizi adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan minimal pendidikan formal sarjana gizi gizi ( S1) yang diakui pemerintah Republik Indonesia 14.Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara

penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetic, baik di masyarakat maupun rumah sakit dan unit pelaksanaan kesehatan lain

15.Nutrisionis registered adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana Gizi yang lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang undangan

(6)

16.Registered dietisien yang di singkat RD adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi atau sarjana gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah lulus uji kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan peraturan perundang undangan berhak mengurus ijin memberikan pelayanan gizi, makanan dan dietetik dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri

17.Teknik Registrasi Dietisien ( TRD ) adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan D3 Gizi sesuai aturan yang berlaku / AMG yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang undang undangan 18.Masyarakat Rumah Sakit adalah sekelompok orang yang berada dalam lingkungan RS

dan terkait dengan aktifitas RS, terdiri dari pegawai/karyawan, pasien rawat inap dan pengunjung poliklinik

19.Mutu pangan adalah nilai yang di tentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi dan standar terhadap bahan makanan dan minuman

20.Sanitasi pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan tumbuh dan berkembangnya jasad renik pembusuk dan pathogen dalam makanan, minuman, peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia

BAB II

KONSEP PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien, sering terjadi kondisi pasien yang

(7)

semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh. Fungsinya organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat hubungannya dengan penyakit degenerative, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung coroner, hipertensi dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk membantu penyembuhannya.

Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi klinis yang harus diperhatikan agar pemberiannya tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolism.Terapi gizi harus selalu disesuaikan dengan perubahan fungsi organ.Pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan.Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun diluar rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga gizi.

A. VISI

Pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna B. MISI

1. Menyelenggarakan pelayanan gizi yang berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan klien/ pasien dalam aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitative untuk meningkatkan kualitas hidup

2. Meningkatkan profesionalisme sumber daya kesehatan

3. Mengembangkan penelitian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4.

C. TUJUAN

Tujuan umum :

Terciptanya system pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna sebagai bagian dari pelayanan kesehatan dirumah sakit.

Tujuan khusus :

(8)

1. Menyelenggarakan asuhan gizi terstandar pada pelayanan gizi rawat jalab dan rawat inap 2. Menyelenggarakan makanan sesuai standar kebutuhan gizi dan aman dikonsumsi

3. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada klien/pasien dan keluarganya 4. Menyelenggarakan penelitian aplikasi dibidang gizi dan dietetic sesuai perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi

Tujuan tersebut dapat dicapai bila tersedia tenaga pelayanan gizi yang mempunyai kompetensi dan kemampuan sebagai berikut :

1. Melakukan pengkajian gizi, factor yang berpengaruh terhadap gangguan gizi dan status gizi dengan cara anamnesis diet

2. Menegakkan diagnosis gizi berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan

3. Menentukkan tujuan dan merencanakan intervensi gizi dengan menghitung kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta pemberian makanan yang sesuai dengan keadaan pasien

4. Merancang dan mengubah preskripsi diet dan menerapkan mulai dari perencanaan menu sampai menyajikan makanan

5. Memberikan pelayanan dan penyuluhan gizi dan konseling gizi pada pasien dan keluarganya

6. Mengelola sumberdaya dalam pelayanan penyelenggaraan makanan bagi konsumen dirumah sakit

7. Melakukan penelitian dan pengembangan gizi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

8. Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi

D. MEKANISME PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

Pengorganisasian pelayanan gizi rumah sakit mengacu pada SK Menkes nomor 983 tahun 1998 tentang Organisasi Rumah Sakit dan Peraturan Menkes nomor 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di lingkungan Departemen Kesehatan.

Kegiatan pelayanan Gizi Rumah Sakit, meliputi : 1. Asuhan gizi rawat jalan

2. Asuhan gizi rawat inap 3. Penyelenggaraan maksanan 4. Penelitian dan pengembangan

(9)

Gamabar 1

Mekanisme pelayanan gizi di rumah sakit perlu tindak lanjut

Pasien masuk Monev control Rawat jalan Rawat inap Intervensi gizi : Asesmen & diagnose gizi Skrining gizi/rujukan gizi Pengkajian ulang & revisi rencana Skrining ulang Skrining gizi

(10)

ttt b b

BAB

PELAYANAN GIZI RAWAT INAP

Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan, penyuluhan / edukasi dan konseling gizi, serta monitoring dan evaluasi gizi

 Tujuan

Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status gizi.

 Sasaran

 Pasien

 Keluarga

 Mekanisme kegiatan

Mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut :

Intervensi gizi

Pemberian diet edukasi& konseling gizi Penentuan diagnosis gizi Asesmen monitor& evaluasi gizi permintaan, pembatalan, perubahan diet penerimaan & pemyimpan an bahan pengadaan bahan makanan pelayana n menu pelayanan makanan pasien Pelayanan makanan pasien persiapan& pengolahan makanan distribusi makanan penyajian makanan di ruang rawat inap

(11)

1. Skrining gizi

Skrining gizi awal adalah proses identifikasi adanya resiko malnutrisi akibat penyakit pada pasien baru secara cepat dan tepat. Skrining gizi dibedakan pada dewasa, anak dan pasien kebidanan. Pada pasien dewasa rawat inap menggunakan Malnutrisi Screening Tool ( MST ) dengan kriteria pada pasien berisiko malnutrisi ( nilai ≥ 2 dan pasien tidak berisiko malnutrisi ( nilai < 2 ), pada anak menggunakan Strong Kid, sedangkan pada pasien kebidanan terdiri dari pertanyaan yang menapis masalah gizi berkaitan dengan kondisi kebidanan ( nafsu makan, gangguan metabolism, perkembangan BB dan HB ).

Skrining gizi dilakukan oleh perawat 1 × 24 jam pertama pasien masuk ruang rawat inap, selain itu perawat juga mengukur tinggi dan berat badan. Pada kondisi penyakit kronis seperti pasien Penyakit Ginjal Kronik ( PGK ), Kanker dan infeksi kronik dapat dilengkapi dengan perangkat skrining khusus / spesofik di gunakan seperti SGA, PG SGA, MNA oleh dietisien.

1. Proses asuhan gizi terstandar (PAGT)

Proses asuhan terstandar dilakukan pada pasien yang berisiko kurang gizi, sudah mengalami kurang gizi dan atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu, proses ini merupakan serangkaian kegiatan yang berulang (siklus) sebagai berikut:

Gambar

Proses asuhan gizi di rumah sakit

Tidak berisiko tujuan tercapai

STOP

Berisiko malnutrisi /sudah malnutrisi tujuan tercapai

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR Pasien masuk Diet normal (standar) Skrining Pasien pulang Tujuan tidak tercapai

(12)

-Langkah PAGT terdiri dari : a. Asesmen Gizi/pengkajian gizi

Asesmen gizi adalah kegiatan mengumpulkan, memverifikasi dan menilai data terkait gizi yang relevan untuk mengidentifikasiadanya masalah gizi pada pasien, penyebab masalah dan tandanya. Pengkajian gizi dilakukan pada pasien baru yang berisiko malnutrisi, malnutrisi dan atau kondisi khusu oleh nutrisionis dalam waktu 2 × 24 jam setelah dilakukan skrining gizi oleh perawat. Data yang di kumpulkan meliputi :

1) Data antropometri meliputi BB, TB, lingkar lengan atas bagi pasien yang tidak dapat ditimbang dan tinggi lutut bagi pasien yang tidak dapat diukur tinggi badannya. Kemudian penentuan status gizi berdasarkan IMT atau LILA . 2) Data riwayat gizi meliputi data pola makan, asupan zat gizi, makanan

suplemen, kecukupan gizi disbanding kebutuhan.

3) Data yang terkait gizi meliputi data albumin, hemoglobin, gula darah, ureum kreatinin dan data laboratorium lain yang berkaitan

4) Data klinis / fisik yang berhubungan dengan defisiensi gizi meliputi data kondisi kulit, mata, rambut, kehilangan masa otot, kehilangan lemak, fungsi menelan dan data lain yang berkaitan

5) Riwayat personal meliputi data riwayat penyakit pasien dan keluarga, tingkat social ekonomi, aktifitas fisik, kebiasaan minum obat / jamu, pengobatan alternative, kondisi lingkungan dan data lain yang berkaitan.

Data spesifikasi dikumpulkan berdasarkan kondisi penyakit pasien. Tujuan asesmen gizi yaitu untuk mengetahui masalah gizi dan penyebabnya, sehingga dietisien dapat menyusun perencanaan intervensi ( terapi gizi ) dan pemberian makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi pasien disesuaokan dengan preskripsi Dokter. Tahapan kunjungan awal adalah sebagai berikut :

Monitoring dan evaluasi Intervensi gizi Diagnosis Pengkajian

(13)

1) Nutritionis mendapat informasi mengenai adanya pasien baru berdasarkan laporan perawat /

2) Nutritionis mengunjungi semua pasien baru dan melihat dokumen medik untuk mengetahui risiko malnutrisi dan kondisi khusus serta Preskripsi diet awal

3) Nutrotionis melakukan anamnesis terkait gizi pada pasien berisiko malnutrisi dan kondisi khusus. Data yang dikumpulkan meliputi antropometri, biokimia, klinis, riwayat gizi, serta riwayat personal dan mengkaji data data tersebut untuk menentukan diagnosis gizi

4) Selanjutnya nutritionis membuat rencana intervensi gizi / pemberian suplemen makanan sesuai dengan kondisi pasien dengan mempertimbangkan preskripsi diet dokter

5) Berdasarkan hasil berat ringannya risiko malnutrisi pasien, nutritionis akan melakukan asesmen ulang untuk mengevaluasi efektifitas intervensi gizi

b. Diagnosis gizi

Penentuan diagnosis gizi adalah kegiatan identifikasi masalah gizi berdasarkan hasil aesmen gizi yang ditulis dengan format kalimat yang terdiri dari problem yang merupakan masalah gizi, etiologiyang merupakan penyebab dari masalah gizi, dan ditandai oleh tanda / gejala. Diagnosis gizi merupakan langkah kritis yang menghubungkan antara asesmen gizi dengan intervensi gizi.Diagnosis gizi ditemukan untuk mengidentifikasi masalah gizi yang aktual / terbaru agar dapat memberikan intervensi gizi yang tepat. Langkah langkahpenentuan diagnosis gizi adalah :

a) Nutritionis melakukan penelusuran masalah gizi dari hasil pengkajian gizi sehingga didapatkan kesenjangan antara kondisi aktual pasien dengan keadaan / kondisi nilai normal

b) Nutritionis menganalisis penyebab masalah berdasarkan hasil pengkajian gizi yang telah dilakukan

c) Nutritionis menentukan tanda dan gejala berdasarkan pewngkajian yang dilakukan

d) Nutritionis menuliskan diagnosis gizi dengan format sebagai berikut Problem (P), Etiologi (E), sign / symptom (S) yang biasa disingkat PES

e) Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi 3 Domain Intake ( asupan ), domain klinis / fisik dan domain perilaku

(14)

f) Berdasarkan diagnosis gizi dibuat tujuan dan target intervensi yang spesifik serta terukur

Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu :

1. Domain asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan energi, zat gizi, cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral maupun parenteral dan enteral

Contoh :

Asupan protein yang kurang (P) berkaitan dengan perubahan indera perasa dan nafsu makan (E) ditandai dengan asupan protein rata rata sehari kurang dari 40% kebutuhan (S)

2. Domain klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau fisik/fungsi organ

Contoh:

Kesulitan menyusui (P) berkaitan dengan (E) kurangnya dukungan keluarga ditandai dengan penggunaan susu formula bayi tambahan (S)

3. Domain perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses dan keamanan makanan.

Contoh :

Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan gizi (P) berkaitan dengan mendapat informasi yang salah dari lingkungannya mengenai anjuran diet yang dijalaninya (E) ditandai dengan memilih bahan makanan/makanan yang tidak dianjurkan dan aktivitas fisik yang tidak sesuai anjuran (S)

c. Intervensi gizi

Intervensi gizi adalah serangkaian kegiatan yang terencana secara khusus dengan tujuan mengatasi / menanggulangi masalah gizi terkait kondisi kesehatan pasien, perilaku makan ataupun kondisi lingkungan.Intervensi gizi dapat berupa pemberian makanan yang sesuai dengan kondisi pasien, pemberian adukasi gizi dan konseling gizi. Selama pemberian intervensi nutritionis bekerjasama dengan dokter, perawat, pasien, keluarga berikut uraiannya :

a) Pemberian makanan dan diet

Nutrstionis menetapkan tujuan intervensi gizi.Intervensi gizi mempertimbangkan preskripsi diet awal dari dokter penanggumg jawab pasien yang baru masuk.Selanjutnya nutrisionis merencanakan terapi gizi yang terdiri dari kebutuhan zat gizi, bentuk

(15)

makanan, jadwal, frekuensi pemberian makanan sesuai dengan kondisi penyakit dan kemampuan makan pasien.

Nutrisionis berkolaborasi dan berkomunikasi dengan dokter mengenai preskripsi diet definitive terutama apabila terdapat ketidaksesuaian antara preskripsi diet dari dokter dengan perencanaan diet yang dibuat oleh nutrisionis.Implementasi pemberian diet pada pasien rawat inap dapat berupa intervensi pemberian makanan baik oral, enteral, maupun perenteral. Dalam hal implementasi nutrosionis akan berkolaborasi dengan unit produksi makanan untuk pengadaan makanan dalam berbagai bentuk termasuk makanan formula enteral.

Berdasarkan preskripsi diet pasien, nutrisionis membuat permintaan makanan ke Unit Produksi Makanan.Apabila pasien membutuhkan makanan tambahan / suplemen diluar standar makanan rumah sakit, nutrisionis harus membuat / menyusun rencana diet khusus dalam lembar formulir diet khusus.

b) Pemberian Edukasi dan Konseling Gizi

Konseling gizi diberikan kepada pasien rawat inap saat dirawat dan sebelum pulang atau saat control dirawat jalan. Konseling gizi diberikan pada pasien yang berdiet, yang berisiko malnutrisi, sudah malnutrisi atau dengan kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah kondisi pasien penyakit yang berpengaruh terhadap kebutuhan energi dan zat gizi tertentu misalnya pada penyakit ginjal kronik ( sebelum dan sesudah dengan terapi pengganti ), pasien geriatric, pasien dengan penurunan imunitas, pasien dengan infeksi kronik, pasien dengan kemoterapi, pasien dengan penyakit keganasan, pasien dengan gangguan metabolic DM, pasien dengan transpalasi organ, pasien struk dan sirosis hepatis dll.pemberian edukasi dan konseling gizi dilakukan terhadap pasien rawat inap dan jalan.

1) Konseling dan edukasi gizi pasien / keluarga rawat inap

Kegiatan edukasi dan konseling gizi kepada pasien dewasa atau anak dan keluarga yang mendapat diet tertentu selama dirawat dan sebelum pasien pulang dari rumah sakitdengan menggunakan brosue / flyer diet yang di tulis anutrisionis. Tujuan diberikan konseling dan edukasi gizi adalah untuk memberikan pengetahuan dan membantu pasien dalam melaksanakan diet sesuai penyakit dan kebutuhannya selama dirawatdan dirumah setelah pulang rawat. Langkah langkahnya antara lain :

a) Nutrosionis membaca dokumen medik untuk mengetahui kondisi pasien dan preskripsi diet pasien yang dibuat oleh dokter

(16)

b) Nutrisionis memberikan edukasi dan konseling sesuai dengan masalah yang didapat dari hasil pengkajian gizi

c) Edukasi dan konseling menggunakan media leaflet diet sesuai dengan jenis yang dibutuhkan

d) Edukasi dan konseling dilakukan diruang raway inap dan mengikutsertakan keluarga

e) Nutrisionis menyiapkan dan mengisi leaflet diet sesuai penyakit dan kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tentang jadwal, jenis, jumlah ( porsi ) bahan makanan sehari, menjelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara pemasakan dan lain lain yang disesuaikan dengan pola makan dan keinginan serta kemampuan pasien

f) Nutrisionis memotivasi untuk menjalankan anjuran diet

g) Nutrisionis memberikan edukasi dan konseling gizi ulang pada saat pasien akan pulang dari rawat inap dengan media brosur diet sesuai jenis diet yang harus dijalani saat dirumah

2) Edukasi gizi bagi keluarga pasien kepada pasien dan keluarga apabila ingin membawa makanan dari luar rumah sakit.

Penjelasan mengenai makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan kepada pasien sehubungan dengan diet serta penyakitnya.Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan kepada pasien yang berdiet untuk menukar makanan rumah sakit dengan yang diinginkan dari luar rumah sakit, tanpa menyalahi jumlah / takaran, jenis makanan, bentuk dan prinsip diet serta memperhatikan hygiene makanan. Langkah langkahnya antara lain :

a) Pada saat kunjungan awal pasien baru, nutrisionis menginformasikan apabila pasien ingin mendapatkan makanan / membawa makanan dari luar rumah sakit agar menginformasikan kepada nutrisionis jenis makanan yang akan diberikan kepada pasien

b) Nutrisionis akan menilai makanan yang dibawa dari luar, apakah dapat diberikan kepada pasien

c) Nutrisionis memberikan edukasi kepada keluarga pasien mengenai makanan yang boleh dan tidak boleh di konsumsi sesuai dengan prinsip diet, bahan makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi sesuai dengan prinsip diet, bahan makanan penukar dan hygiene makanan serta tetap memotivasi untuk memprioritaskan makanan dari rumah sakit.

(17)

Monitoring adalah kegiatan memantau tanda dan gejala dari masalah gizi (asupan gizi dan BB) setelah mendapat intervensi gizi.Evaluasi adalah menilai keberhasilan intervensi gizi yang diberikan pada pasien dengan masalah gizi.Tujuan dilakukan monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui efektifitas intervensi gizi dengan memantau perubahan asupan dan berat badan pasien setelah mendapat intervensi gizi. Langkah langkah penentuan monitoring dan evaluasi adalah :

a) Nutrisionis memantau asupan makanan asupan makan pasien dan berat badan / status gizi pasien berisiko malnutrisi

b) Hasil pemantauan asupan dan berat badan dievaluasi, apabila hasil pemantauan ada perbaikan berarti intervensi gizi yang diberikan berhasil, apabila hasil pemantauan tidak menunjukkan perbaikan bahkan perburukan berarti intervensi gizi yang diberikan perlu dimodifikasi lagi untuk mencapai kebutuhan pasien c) Hasil monitoring dan evaluasi gizi merupakan bagian dari asuhan gizi dicatat

pada lembar terintegrasi dalam dokumenmedik pasien d) Monitoring dan evaluasi dilakukan sampai tujuan tercapai

Asesmen gizi a) Semua data yang berkaitan dengan pengembalian keputusan, antara lain riwayat gizi, riwayat personal, hasil laboratorium, antropometri, hasil pemeriksaan fisik klinis, diet order dan perkiraan kebutuhan zat gizi

b) Yang dicatat hanya yang berhubungan dengan masalah gizi saja

Diagnosis gizi a) Pernyataan diagnosis gizi dengan format PES

b) Pasien mungkin mempunyai banyak diagnosis gizi, lakukan kajian yang mendalam sehingga diagnosis gizi benar benar berkaitan dan dapat dilakukan intervensi gizi

Intervensi gizi a) Rekomendasi diet atau rencana yang akan dilakukan sehubungan dengan diagnose gizi

b) Rekomendasi makanan/suplemen atau perubahan diet yang diberikan

(18)

d) Konseling gizi

e) Koordinasi asuhan gizi Monitoring &

evaluasi gizi

a) Indikator yang akan dimonitor untuk menentukan keberhasilan intervensi

b) Umumnya berdasarkan gejala dan tanda dari diagnosis gizi antara lain berat badan, asupan, hasil lab dan gejala klinis yang berkaitan

Monitoring & evaluasi

Monitoring :

Pada kunjungan ulang mengkaji :

 Asupan total energi, persentasi asupan KH, protein, lemak, dari total energy dan asupan zat gizi terkait diagnosis gizi pasien.

 Riwayat diet dan perubahan BB/status gizi

 Biokimia : kada guladarah, ureum, lipida darah, elektrolit, HB, dll

 Kepatuhan terhadap anjuran gizi

 Memilih makanan dan pola makan Evaluasi :

a) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman, perilaku, akses dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi b) Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan

makanan dan atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen dan melalui rute oral, enteral maupun parenteral

c) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi.pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan fisik/klinis

d) Dampak terhadap pasien/klien terkait gizi pengukuran yang terkait dengan persepsi pasien/kli4en terhadap intervensi yang diberikan dan dampak pada kualitas hidupnya

D. Koordinasi pelayanan

Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan untuk memberikan asuhan yang terbaik bagi pasien.sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan,

(19)

dietisien harus berkolaborasi dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga kesehatan lainnya yang terkait dalam memberikan pelayanan asuhan gizi. Oleh karenanya perlu mengetahui peranan masing masing tenaga kesehatan tersebut dalam memberikan pelayanan

1. Dokter penanggung jawab pelayanan

 Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait dengan keadaan klinis pasien

 Menentukkan preskripsi diet awal ( order diet awal )

 Bersama dietisien menetapkan preskripsi diet definitive

 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai peranan terapi gizi

 Merujuk klien/pasien yang membutuhkan asuhan gizi atau konseling gizi

 Melakukan pemantauan dan evaluasi terkait masalah gizi secara berkala bersama dietisien, perawatan dan tenaga kesehatan lain selama klien / pasien dalam masa perawatan

2. Perawat

 Melakukan skrining gizi pasien pada asesmen awal perawatan

 Merujuk pasien yang berisiko maupun sudah terjadi malnutrisi dan atau kondisi khusus ke dietisien

 Melakukan pengukuran antropometri yaitu penimbangan berat badan, tinggi badan/panjang badan secara berkala

 Melakukan pemantauan, mencatat asupan makanan dan respon klinis/pasien terhadap diet yang diberikan dan menyampaikan informasi kepada dietisien bila terjadi perubahan kondisi pasien

 Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga terkait pemberian makanan melalui oral/enteral dan parenteral

3. Dietisien

 Mengkaji hasil skrining gizi perawat dan order diet awal dari dokter

 Melakukan asesmen / pengkajian gizi lanjut pada pasien yang berisiko malnutrisi, malnutrisi/kondisi khusus meliputi pengumpulan, nanalisa dan interpretasi data riwayat gizi, riwayat personal, pengukuran antropometri, hasil laboratorium terkait gizi dan hasil pemeriksaan fisik terkait gizi

(20)

 Mengidentifikasi masalah/diagnosa gizi berdasarkan hasil asesmen dan menetapkan prioritas diagnosis gizi

 Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan preskripsi diet yang lebih terperinci untuk penetapan diet definitive serta merencanakan edukasi/konseling

 Melakukan koordinasi dengan dokter terkait dengan definitive

 Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga lain dalam pelaksanaan intervensi gizi

 Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi

 Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi

 Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi

 Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada klien/pasien dan keluarganya

 Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi kepada dokter

 Melakukan assesmen gizi ulang ( reassessment ) apabila tujuan belum tercapai

 Mengikuti ronde pasien bersama tim kesehatan

 Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter, perawat, anggota tim asuhan gizi lain, klien/pasien dan keluarganya dalam rangka evaluasi keberhasilan pelayanan gizi 4. Farmasi

 Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait seperti vitamin, mineral, elektrolit, dan nutrisi parental

 Menentukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien

 Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan parental oleh klien/pasien bersama perawat

 Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan makanan

 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi obat dan makanan

5. Tenaga kesehatan lain misalnya adalah tenaga terapi okupasi dan terapi wicara berkaitan dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi pada pasien dengan gangguan menelan yang berat

(21)

BAB

PENYELENGGARAAN MAKANAN

1. Peraturan pemberian makan pasien

Peraturan pemberian makanan pasien di RSMI terkait dengan elemen pengukuran COP.4 yaitu pelayanan makanan kepada pasien secara regular dapat dipenuhi. Untuk memenuhi pelayanan makanan pada pasien sesuai standar COP.4 maka, unit produksi makanan (an (UPM) memberikan makanan sesuai peraturan pemberian makanan pasien di RSMI yang berisikan tentang standar pemberian makanan berdasarkan kelas perawatan (vip/kls I,II / III, jenis diet, dan bentuk makanan yang diberikan untuk pasien dewasa maupun pasien anak.

Bentuk makanan yang diselenggarakan di RSMI meliputi : bentuk makanan biasa, lunak, saring dan cair. Sedangkan jenis diet yang diselenggarakan di RSMI meliputi : diet Diabetes Mellitus (DM), rendah kolesterol, rendah garam, hati, lambung.

Elemen pengukuran COP.4 terkait dengan pilihan makanan / menu sesuai dengan kondisi pasien. Dengan pola makan 3 × sehari ditambah 1 × snack,yang terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah.

2. Perencanaan Anggaran Belanja Makanan

Perencanaan anggaran belanja makanan adalah suatu kegiatan penyusunan anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan untuk pasien dan pegawai.

a. SPO Perencanaan Anggaran Bahan Makanan b. SPO Perencanaan Bahan Makanan

3. Penerimaan Bahan Makanan

Penerimaan bahan makanan adalah suatu pemeriksaan, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas, kuantitas bahan makanan sesuai dengan spesifikasi dan pesanan yang ditetapkan. Bahan makanan yang bersifat kering seperti beras, gula, terigu, susu bubuk dan bahan makanan kemasan seperti margarine, bihun dan buah di kirim setiap 3 hari. Adapun sayuran di beli setiap hari.

Perangkat pendukung :

a. SPO Pemesanan Bahan Makanan b. SPO Penerimaan Bahan Makanan 4. Penyimpanan Bahan Makanan

Penyimpanan bahan makanan adalah tata cara menata, menyimpan, menjaga keamanan bahan makanan kering dan basah / segar digudang penyimpanan bahan makanan, sesuai kaidah yang berlaku. Penyimpanan bahan makanan di gudang

(22)

dikategorikan menurut jenis bahan, bahan makanan kering, bahan makanan kering, bahan makanan golongan sayur, bumbu, dan bahan makanan golongan daging, ikan.

Perangkat pendukung :

a. SPO penyimpanan Bahan Makanan Kering b. SPO Penyimpanan Bahan Makanan Basah / segar c. SPO Kontrol suhu penyimpanan bahan makanan 5. persiapan bahan makanan

persiapan bahan makanan adalah kegiatan pra pengolahan bahan, meliputi membersihkan, mengupas, memotong, merendam, mencuci, menggiling dan meracik dll. Kegiatan persiapan bahan makanan dilakukan pada waktu pagi hingga siang hari.

Perangkat pendukung : SPO Persiapan Bahan Makanan . 6. pengolahan Bahan Makanan

pengolahan makanan adalah kegiatan mengubah bahan makanan menjadi makanan yang siap dikonsumsi, berkualitas dan aman. Pengolahan bahan makanan di unit produksi makanan RSMI diklasifikasikan berdasar jenis bahan yang diolah, jenis diet dan kelas perawatan, meliputi :

a. pengolahan makanan pokok ( nasi, tim, bubur ) b. pengolahan makanan biasa kls I,II,III dan pegawai

c. pengolahan makanan diet kls I,II,III dan bentuk saring serta cair d. pengolahan makanan kelas VIP

e. pengolahan makanan selingan 7. Distribusi Makanan

Distribusi makanan adalah kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan bagi pasien dan pegawai. Sistem penyaluran makanan yang umumnya dilaksanakan di rumah sakit, ada 3 yaitu :

a. System penyaluran makanan yang dipusatkan (sentralisasi )

Yaitu makanan dibagi dan disajikan dalam alat makan diruang produksi makanan b. System penyaluran makanan yang tidak dipusatkan ( desentralisasi )

Makanan pasien dibawa keruangan perawatan pasien dalam jumlah banyak/besar, kemudian dipersiapkan ulang, dan disajikan dalam alat makan pasien sesuai dengan dietnya

c. System penyaluran makanan kombinasi antara sentralisasi dengan desntralisasi Distribusi makanan kombinasi dilakukan langsung kedalam alat makanan pasien sejak dari tempat produksi dan sebgian lagi dimasukan kedalamwadah besar yang didistribusinya dilaksanakan setelah sampai ruangan perawatan

(23)

Perangkat penukung :

a. SPO Penyuluhan Makanan di Unit Produksi Makanan b. SPO Waktu Distribusi Makanan

c. SPO distribusi makanan secara sentralisasi d. SPO distribusi makanan secara desentralisasi e. SPO pendistribusian makanan di ruang rawat inap 8. Hygiene sanitasi makanan dan minuman

Tujuan hygiene sanitasi adalah mencegah kontaminasi makanan dan minuman oleh mikroorganisme pathogen dan bahan beracun atau berbahaya dan mencegah penyebaran infeksi ke pasien dan karyawan rumah sakit melalui makanan / minuman yang disajikan di rumah sakit. Hygiene sanitasi di unit produksi makanan meliputi :

a. Tenaga penjamah b. Bahan makanan

c. Tempat penyimpanan bahan makanan d. Tempat pengolahan

e. Tempat penyajian f. Tempat distribusi

g. Peralatan makan dan masak

9. Bentuk penyelenggaraan makanan di RSMI

 System diborongkan ke jasa boga (out sourcing)

System diborongkanyaitu penyelenggaraan makanan dengan memanfaatkan perusahaan jasa boga atau catering untuk penyediaan makanan RS.

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang prasyarat Kesehatan Jasa Boga disebutkan bahwa prasyarat yang dimiliki jasa boga untuk golongan B termasuk RS yaitu :

a. Telah daftar pada Dinkes propinsi terdekat

b. Telah mendapat ijin Penyehatan Makanan Golongan B dan memiliki tenaga ahli gizi

c. Pengusaha telah memiliki sertifikat kursusPenyehatan Makanan d. Semua karyawan bebas penyakit menulardan bersih

(24)

BAB

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GIZI TERAPAN

Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi di instansi rumah sakit merupakan pendukung pelayanan gizi rumah sakitdalam rangka meningkatkan mutu pelayanan gizi. Penelitian gizi terapan disusun berdasarkan kaidah penelitian berdasarkan usulan / proposal penelitian, bias mandiri atau bekerjasama dengan Departemen, bagian, Unit lain di dalam maupun luar RSMI, kegiatan penelitian dan pengembangan gizi terapan diupayakan memanfaatkan sarana, fasilitas, dan dana yang tersedia. Penelitian dan pengembangan gizi dalam lingkup pelayanan gizi diutamakan teknologi makanan, cara kerja dan hasil kerja menyederhanakan proses pelayanan. Berbagai topik penelitian dan pengembangan gizi terapan diantaranya terjadinya kurang gizi di rumah sakit, kepatuhan diet, asupan makanan pasien, pengembangan standar terapi gizi, standar resep, proses asuhan gizi dan standar formula enteral.

(25)

BAB

STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas

Manajemen fasilitas adalah proses menata fasilitas secara keseluruhan, sehingga dapat dihindari adanya pemborosan, ditingkatkannya efisien penggunaan barang dan pengawasan fasilitas. Pengolahan fasilitas bertujuan mengupayakan pengadaan sarana prasarana melalui sistem perencanaan, mengupayakan pemakaian sarana secara tepat dan efisien dan membantu personil dalam memberi layanan secara professional dalam meningkatkan efektifitas dan efesiensi kerja personil.Fasilitas diberikan menjadi dua yaitu fasilitas fisik dan fasilitas uang.Sarana adalah fasilitas yang diperlukan dalam suatu kegiatan / aktivitas untuk mencapai suatu tujuan yang dapat meliputi barang yang bergerak maupun barang tidak bergerak. Disetiap unit pelayanan gizi membutuhkan fasilitas yang berbeda beda sesuai dengan fungsi dan kegunaannya.

Fasilitas diruang rawat inap antara lain bangunan dan peralatan untuk pantry / dapur ruangan. Fasilitas di ruang instalasi gizi antara lain bangunan, peralatan pantry antara lain ruang dan peralatan untuk distribusi makanan, serta tempat pencucian dan penyimpanan alat, tempat pembuangan sampah.

Pencatatan fasilitas bertujuan memonitor jumlah, kondisi dan kelayakan sarana, peralatan dan perlengkapan yang mendukung semua kegiatan di unit pelayanan gizi.Kesesuaian pelayanan gizi terhadap kebijakan terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh pengolahan rumah sakit bertujuan mencapai kepuasan pasien yang dapat terlaksana dan terintegrasi dengan adanya suatu program pengendalian mutu pelayanan gizi di RSMI yang terencana.

(26)

BAB

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

A.1. kualifikasi Dietisien Pelaksana

Dietisien pelaksana bertugas memberikan asuhan gizi baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan di RSMI dengan kualifikasi :

a. Nutritionis terampil / ahli dengan pendidikan D3 gizi b. Telah mengikuti Proses Asuhan Gizi Terstandar ( PAGT ) c. Memiliki Surat Tanda Registrasi ( STR )

A.2. kualifikasi pelaksana non profesi

Pelaksana yang dimaksud adalah petugas gizi yang bertugas sebagai pranata ketatausahaan dan pramusaji.

a. Tata usaha

Tugas ketata usahaan meliputi registrasi surat masuk keluaR, pembukuan keuangan, penyiapan laporan berkala, penyiapan laporan khusus, serta pengaturan hal – hal yang berkaitan dengan kepegawaian.

b. Pramusaji Makanan

Yaitu pelaksana kegiatan penyajian makanan kepada pasien di ruang rawat inap, mulai penataan di dapur ruangan hingga menyajkan makanan ke pasien.

(27)

BAB

KESELAMATAN KERJA

Perkembangan rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan rujubakan di Indonesia akhir akhir ini sangat pesat, baik dari jumlah maupun pemanfaatan teknologi kedokteran. Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tetap harus

mengedepankan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat drngan tanpa

mengabaikan upaya kesehatandan keselamatan kerja ( K3) bagi seluruh pekerja rumah sakit

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka tuntutan pengelolaan program kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit semakin tinggi karena sumber daya manusia rumah sakit, pengunjung / pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan

perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit yang tidak memenuhi standar.

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang di pengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan social ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi tingginya.Selain dituntun mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu.Dalam undang undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 165 disebutkan bahwa “pengelolaan tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peringatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.Berdasarkan pasal diatas maka pengolahan tempat kerja di rumah sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerkjanya, salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja.Rumah sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dan berbagai potensi

(28)

bahaya di rumah sakit. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk melaksanakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja yang dilaksanakan secara terintegrasidan menyeluruh sehingga risiko terjadinya penyakit Akibat kerja (PAK)dan kecelakaan akibat kerja (KAK)di rumah sakit dapat dihindari.

BAB

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu pada instalasi gizi merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis dan objektif dalam memantau dan menilai hasil

(29)

kegiatan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan serta termasuk proses penyelesaian masalah yang ditemukan dengan tujuan untuk memperbaiki dan

meningkatkan mutu palayanan yang diberikan. Dalam fungsi manajemen, instalasi gizi mengusahakan agar kegiatan pelayanan gizi secara keseluruhan terlaksana sesuai dengan rencana, intruksi,.Pedoman, standar, peraturan dan hasil yang telah ditetapkan

sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan.

Dalam prosesnya pengendalian mutu terdiri dari kegiatan monitoring dan

evaluasi, dimana monitoring bertujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijakan yang ditetapkan dapat mencapai sasaran yang dikehendaki dan juga bertujuan untuk membina pegawai yang disiplin, jujur dan berwibawa. Sedangkan untuk evaluasi pelayanan gizi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen yang bertujuan untuk menilai pelaksanaan kegiatan pelayanan gizi sesuai dengan rencana dan kebijakan yang telah disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki.Melalui penilaian, dapat memperbaiki rencana yang lalu bila diperlukan atau membuat rencana program yang baru.

A. Sasaran Mutu

Sasaran mutu instalasi gizi disusun mengacu kepada rencana strategic RSMI, yaitu sebagai berikut :

1. Perspektif learning and growth

a. Terwujud dietisien dengan kompetensi unggul

strategis dicapai dengan cara memenuhi persentase staf non medik yang memiliki kompetensi sesuai, dimans dietision dengan kompetensi individu yang lulus uji kompetensi sesuai dengan kebutuhan kompetensi jabatan yang ditetapkan.

Melakukan tindak lanjut secara tuntas temuan dan rekomendasi sesuai dengan tupoksi instalasi gizi

b. Terwujudnya proses bisnis yang seamless dan terintegrasi

Sasaran strategis dicapai dengan cara mengimplementasikan break trough project ( BTP ) yaitu pasien rawat inap yang sisa makanannya > 20 % diberi asuhan gizi dan makanan (diet khusus) sehingga asupan makan pasien dapat mencapai ≥ 80 %

(30)

Dalam pengendalian mutu bagian yang sangat berperan penting adalah monitoring yang terdiri dari pengumpulan data, pencatatan dan pelaporan, dimana proses ini terdiri dari serangkaian kegiatan pengumpulan dan pengolahan data dalam jangka waktu tertentu, untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan maupun untuk pengambilan keputusan. Pencatatan dilakukan pada setiap langkah kegiatan yang dilakukan.Pencatatan dan pelaporan sesuai dengan jenis kegiatan dan indicator mutu yang telah ditetapkan dengan periode waktu pelaporan yaitu setiap bulannya. Monitoring dilakukan dengan mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara yaitu :

a. Ketepatan kunjungan awal dietisien terhadap pasien rawat inap

b. Ketepatan re asesmen terhadap pasien dengan resiko malnutrisi sedang sesuai dengan SPO

c. Pemberian edukasi dan konseling gizi dan dietetic pada pasien rawat inap d. Kejadian hospital malnutrition pasien rawat inap

e. Keberhasilan perbaikan status gizi pasien rawat jalan setelah mendapat konseling gizi oleh dietision

C. Evaluasi Mutu

Setelah tahap monitoring dimana data yang dibutuhkan untuk seluruh indicator mutu dikumpulkan, maka berikutnya dilakukan evaluasi terhadap capaian yang telah terkumpul. Proses monitoring mencakup kegiatan sebagai berikut :

1. Menetapkan acuan untuk standar prosedur dan kuantitas, yaitu jumlah pelayanan atau kegiatan yang harus dilakukan dan dibuat patokan ( tolak ukur ) dan cara / teknik yang ditetapkan sebagai cara yang benar untuk kegiatan sehari hari dalam proses asuhan gizi. Untuk memudahkan pelaksanaan evaluasi. Standar ini dibuat berupa pembakuan instruksi yang dituangkan dalam bentuk kebijakan.

2. Melakukan sosialisasi terhadap seluruh nutrisionis untuk memahami dan melaksanakan standar standar yang telah ditetapkan

3. Menganalisa degan mengukur, membandingkan antara pelaksanaan yang dilakukan kemudian membandingkan antara pelaksanaan kegiatan yang benar benar dilakukan dengan standar yang telah dibuat sebelumnya.

4. Hasil evaluasi masing masing kegiatan pelayanan gizi di tangani sesuai dengan permasalahan yang ada dengan cara meningkatkan pengawasan dan mengefesienkan waktu kerja yang tersedia.

(31)

BAB

LOGISTIK

logistik Instalasi Gizi mengacu pada surat kebijakan Direktur Utama RSMI Nomor: ( b;m Di isi) Tenatang Asuhan Gizi pasien dirawat jalan dan surat kebijakan Direktur Utama RSMI Nomor : ( blm diisi) tentang asuhan gizi pasien dirawat inap. Dalam surat keputusan tersebut dijelaskan bahwa semua pasien baru dirawat inap wajib dikunjungi dalam waktu 2 × 24 jam sejak masuk dalam ruangan rawat inap. Demikian pula semua pasien jalan yang dirujuk untuk mendapatkan konseling dan edukasi diet / gizi wajib diberikan asuhan gizi oleh dietision. Dalam kegiatan asuhan gizi logistik yang diperlukan oleh instalasi gizi :

A. Logistik Pelayanan Gizi Rawat Inap

kegiatan edukasi dan konseling gizi kepada pasien dewasa atau anak dan keluarga yang mendapatkan diet tertentu selama dirawatataupun sebelum pulang dari rumah sakit dengan menggunakan brosur / flyer diet yang ditulis oleh nutrisionis. Tujuan diberikan konseling dan adukasi gizi adalah untuk memberikan pengetahuan dan membantu pasien dalam melaksanakan diet sesuai penyakit dan kebutuhannya selama dirawat dan dirumah setelah pulang rawat. Logistik yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

A. Nutrisionis membaca dokumen medik untuk mengetahui kondisi pasien dan preskripsi diet pasien yang dibuat oleh dokter. Nutrisionis mengunjungi

(32)

pasien dan melakukan pengkajian awal gizi serta mencatat hasilnya dalam formulir asuhan gizi dan dietetik ( 0054/Rev.02/IGZ/2012) untuk pasien dewasa. Untuk pasien anak menggunakan formulir asuhan gizi dan dietetik pada pasien anak (0294/rev02/IGZ/2012)

B. Dari hasil pengkajian tersebut nutrisionis memberikan edukasi dan konseling menggunakan media leaflet diet sesuai dengan jenis diet yang dibutuhkan. C. Dalam edukn konseling selain menggunakan leaflet/flyer diet juga

dipergunakan flyer Bahan Makanan Penukar (BMP). Edukasi dan konseling dilakukan diruang rawat inap dan mengikutsertakan keluarga.

D. Nutrisionis menyiapkan dan mengisi leaflet diet sesuai penyakit dan kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tentang jadwal, jenis, jumlah (porsi) bahan makanan sehari, menjelaskan tentang makanan dan tidak dianjurkan, cara pemasakan dan lain lain yang disesuaikan dengan pola makan dan keinginan serta kemampuan pasien.

E. Pencatatan hasil konseling gizi ditulis pada formulir catatan terintegrasi dan formulir edukasi terintegrasi

F. Pemesanan makanan yang sesuai dengan preskripsi diet pasien menggunakan Daftar Permintaan Makanan Pasien

G. Apabila ternyata pasien hanya mampu mengasup makanan dalam bentuk makanan cair maka selain dicatat dalam DPMP, di catat juga jenis makanan cair, jumlahnya serta jam pembagian makannya

H. Selain itu apabila ternyata selama perawatan pasien mendapatkan perubahan diet maka perlu dicatatkan dalam formulir perubahan diet

(33)

Referensi

Dokumen terkait

terjerumus pada pergaulan bebas... Berdasarkan permasalahan tersebut, maka kami dari kelompok KKN Universitas Mataram yang ditempatkan di desa Pringgasela merancang suatu

Control Damper, berfungsi untuk mengatur aliran Primary Air dan untuk mempertahankan perbandingan bahan bakar (batubara) dengan udara agar tetap sesuai besarnya

Model matematis yang dikembangkan dengan solusi numerik menggunakan metode Runge Kutta orde 4 secara umum dapat menggambarkan pola yang hampir sama dengan hasil

Para golongan sayyid tidak mau disamakan dengan golongan non sayyid meskipun mereka berasal dari etnis yang sama yaitu Arab.. Dari sini sudah terlihat bibit ketidak akuran

(2017), dan Kasanah &amp; Worokinasih (2018) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara kinerja portofolio saham syariah dan non-syariah yang

Salah satu dari karakter sistem komunikasi spread spectrum adalah adanya gain proses yang merupakan besarnya perbandingan antara jumlah bit rate hasil proses spreading (chip

Berdasarkan uraian yang tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui besarnya tingkat konsumsi energi dan protein, besarnya proporsi pengeluaran pangan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ekstrak Etanolik Herba Ciplukan memberi- kan efek sitotoksik dan mampu meng- induksi apoptosis pada sel kanker payudara MCF-7