• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMAKAIAN JILBAB DENGAN ATAU TANPA DALAMAN NINJA TERHADAP KETAJAMAN PENDENGARAN DAN LOKALISASI SUARA LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMAKAIAN JILBAB DENGAN ATAU TANPA DALAMAN NINJA TERHADAP KETAJAMAN PENDENGARAN DAN LOKALISASI SUARA LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PEMAKAIAN

JILBAB DENGAN ATAU TANPA

DALAMAN NINJA TERHADAP KETAJAMAN

PENDENGARAN DAN LOKALISASI SUARA

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 Kedokteran Umum

AMELTIA VERALDY 22010110130192

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2014

(2)

2

(3)

1

DALAMAN NINJA TERHADAP KETAJAMAN

PENDENGARAN DAN LOKALISASI SUARA

Ameltia Veraldy*, Darmawati Ayu Indraswari**, Hardian** *Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Kedokteran Undip

**Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Undip

ABSTRAK

Latar belakang: Pemakaian jilbab dan dalaman ninja dapat menghalangi masuknya bunyi dari luar menuju telinga tengah dapat menyebabkan penurunan ketajaman pendengaran dan penentuan lokalisasi bunyi. Penentuan lokalisasi bunyi merupakan salah fungsi indera pendengaran yang sangat penting karena berkaitan dengan faktor keselamatan diri.

Tujuan: Mendapatkan informasi tentang pengaruh pemakaian jilbab dengan atau tanpa dalaman ninja terhadap fungsi pendengaran.

Metode: Penelitian eksperimental dengan one group pre and post design dilaksanakan di laboratorium Fisiologi FK Undip Semarang. Sampel penelitian ini adalah mahasiswi FK Undip angkatan 2010 (n=21). Ketajaman pendengaran diukur dengan test bisik dan test garputala serta uji penentuan lokalisasi sumber bunyi. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Mc.Nemar dan uji Wilcoxon. Hasil: Ketajaman pendengaran saat tanpa menggunakan jilbab, dalamanan ninja saja, jilbab dan dalaman ninja seluruhnya dalaman keadaan normal. Presntase kesalahan lokalisasi suara saat tidak menggunakan jilbab dan dalaman ninja adalah 17,4±13,40, dalaman ninja saja 34,6±17,27 dan jilbab dengan dalaman ninja 43,4±18,80. Perbedaan bermakna pada persentase kesalahan antara tanpa menggunakan jilbab dan dalaman ninja dengan dalaman ninja saja, (p<0,001), dengan jilbab dan dalaman ninja (p<0,001). Pebedaan persentase kesalahan antara dalaman ninja dengan jilbab dan dalaman ninja adalah tidak bermakna (p=0,08) Kesimpulan:Penggunaan jilbab dan dalaman ninja tidak menyebabkan penurunan ketajman pendengaran, peggunaan jilbab dengan atau tanpa dalaman ninja menyebabkan peningkatan persentase kesalahan sumber lokalisasi bunyi.

(4)

2

THE EFFECT OF HIJAB AND UNDERSARF NINJA CAP WEARING ON HEARING ACUITY AND SOUND LOCALISATION ABILITY

Ameltia Veraldy*, Darmawati Ayu Indraswari**, Hardian** *Undergraduate student of Faculty of Medicine Diponegoro University

**Department of Physiology Faculty of medicine Diponegoro

ABSTRACT

Background Hijab and underscarf ninja cap wearing may interfere sound transmission to the ear. This condition my reduce hearing acuity and sound localisation ability. Sound localisation ability is very important for self safety. Aim To collect information regarding effect of hijab and underscarf ninja cap wearing to hearing aquity and sound localisation ability

Method An experimental study one group pre and post design was conducted on Physiology Laboratorium of Medical Faculty Diponegoro University (MFDU) in the period of April-May 2014. Research subjects were female students of MFDU from academic year 2010 (n=21). Hearing aquities were tested by whisper test and tuning fork test. Hypothesis tests were using Mc Nemar and Wilcoxon test. Results Hearing aquity all subjects without wearing hijab and undercarf ninja cap, wearing undercarf ninja cap only and wearing both hijab and undercarf ninja cap were in normal condition. The percentage of sound localisation error without hijab and undercarf ninja cap was 17,4±13,40 %, wearing undercarf ninja cap only was 34,6±17,27 and both hijab and undercarf ninja cap was 43,4±18,80. Statistical analysis show the different of percentage of sound localisation error between without wearing hijab and undercarf ninja cap with underscarf ninja cap was significant (p<0,001) and underscarf ninja cap only was also significant (p<0,001). However, the diferrent between wearing underscarf ninja cap only with both hijab and undercarf ninja cap, wearing undercarf ninja cap only and wearing both hijab and undercarf ninja cap was not signifivat (p=0,08).

Conclusion Wearing Hijab and underscarf ninja cap is not cause of hearing impairement. Wearing underscarf ninja with or withouh hijab increase of sound localisation error.

(5)

3 PENDAHULUAN

Indera pendengaran merupakan salah satu indera manusia yang berfungsi untuk mengenali berbagai macam bunyi menentukan lokasi sumber bunyi. Indera pendengaran merupakan indera yang sangat penting bagi manusia karena tidak hanya diperlukan untuk komunikasi antara sesama manusia namun juga untuk mengenali kondisi sekitar tubuh. Bunyi itu sendiri merupakan suatu getaran yang berasal oleh benda yang menimbulkan suatu gelombang. Gelombang tersebut akan menghasilkan bunyi, baik yang bernada tinggi ataupun bernada rendah. Manusia dapat mendengarkan bunyi antara 20 Hz sampai dengan 20 ribu Hz.1

Organ yang berperan untuk fungsi pendengaran adalah telinga. Telinga selain berfungsi untuk pendengaran juga berfungsi untuk keseimbangan. Secara anatomis telinga terbagi menjadi telinga luar (auris externa), telinga tengah (auris media) dan telinga dalam (auris interna). Telinga luar berperan seperti mikrofon yaitu mengumpulkan bunyi dan meneruskannya melalui saluran telinga (canalis acusticus externus) menuju telinga tengah dan telinga dalam. Getaran yang sampai ke telinga dalam selanjutnya akan diubah menjadi rangsang listrik yang selanjutnya akan dikirim ke pusat pendengaran di otak.2-4

Gangguan pada telinga dapat menyebabkan penurunan fungsi pendengaran yaitu ketajaman pendengaran yang bersifat ringan yang bersifat sementara sampai dengan terjadinya ketulian yang bersifat permanen. Ada 2 jenis ketulian yaitu tuli hantara dan tuli sensorineural. Tuli hantaran disebabkan oleh kelainan pada telinga luar dan tengah, sedangkan tuli sensorineural disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam.2

Adanya halangan masuknya bunyi dari luar menuju telinga tengah dapat menyebabkan penurunan ketajaman pendengaran dan penentuan lokalisasi bunyi. Penentuan lokalisasi bunyi merupakan salah fungsi indera pendengaran yang sangat penting karena berkaitan dengan faktor keselamatan diri.2

Faktor yang menjadi penghalang masuknya bunyi dari luar untuk masuk ke dalam telinga tengah dapat bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari telinga sendiri, misalnya adalah serumen.

(6)

4

Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Serumen dapat menumpuk pada saluran telinga sehingga menimbulkan gangguan pendengaran berupa tuli konduktif. 5

Selain faktor internal, dijumpai adanya faktor eksternal yang dapat menyebabkan gangguan penghantaran bunyi ke telinga tengah, misalnya pemakaian seperti topi, helm ataupun busana seperti jilbab yang menutupi telinga.

Hasil penelitian sebelumnya oleh Abel et al pada penggunaan helm militer menjumpai bahwa penggunaan helm militer yang menutup telinga menurunkan ketajaman pendengaran dan kemampuan lokalisasi bunyi.6, 7 Penurunan ketajaman pendengaran diperberat dengan penggunaan sumbat telinga (ear plug) bersamaan dengan penggunaan helm militer. 7 Hasil penelitian Tudor et al pada helm ski menjumpai adanya penurunan ketajaman pendengaran antara 2-8 kiloHz, di mana frekuensi tersebut merupakan tingkatan frekuensi bunyi tanda bahaya yang digunakan pada lokasi ski.8

Jilbab merupakan penutup kepala atau kerudung yang sudah sangat umum dipakai oleh wanita muslimah, baik yang hanya beraktivitas di dalam rumah ibu rumah tangga maupun yang beraktivitas di luar rumah. Jilbab dapat hanya berupa satu lapis kerudung ataupun menggunakan lapisan dalam yang lebih tebal yang dikenal sebagai “dalaman ninja”. Jilbab khususnya jilbab dengan dalaman seringkali dipakai sampai menutup telinga. Hal ini diduga berpotensi mengganggu hantaran bunyi dari luar menuju telinga tengah. Gangguan penghantaran bunyi menuju telinga tengah menyebabkan penurunan ketajaman pendengaran. Selanjutnya tertutupnya kedua telinga menyebabkan gangguan lokalisasi sumber bunyi. Dalam keadaan normal diperlukan kerjasama antara kedua telinga untuk menentukan lokasi sumber bunyi.

Pengaruh pemakaian jilbab dengan atau tanpa dalaman ninja terhadap ketajaman pendengaran dan lokalisasi sumber bunyi belum pernah diteliti sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian tentang

(7)

5

pengaruh pemakaian jilbab dengan atau tanpa dalaman ninja terhadap ketajaman dan lokalisasi sumber bunyi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh pemakaian jilbab dengan atau tanpa dalaman ninja terhadap fungsi pendengaran.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan one group pre and post design. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Undip mulai bulan 1 Februari sampai dengan 5 Mei 2014. Sampel penelitian adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Undip angkatan 2010 yang berdasarkan tes bisik dan garputala tidak ada gangguan pendengaran. Subjek dengan riwayat gangguan pendengaran dan saat penelitian ada keluhan gangguan pada telinga tidak diikuti sertakan dalam penelitian. Berdasarkan perhitungan dengan rumus besar sampel untuk proporsi tunggal pre dan post desain dijumpai besar sampel yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 21 orang mahasiswi Fakultas Kedokteran Undip.

Variabel terikat penelitian adalah ketajaman pendengaran dan kemampuan lokalisasi sumber bunyi. Ketajaman pendengaran diukur dengan tes bisik dan garputala Rinne yang telah dimodifikasi. Tes bisik dilakukan dengan jarak 30 cm dari subjek penelitian dengan menggunakan kata-kata yang telah dikenal oleh subjek penelitian misalnya “cantik”, “mama”, dan sebagainya. Subjek diminta untuk mengulang kata yang telah diberikan. Tes dilakukan pada masing-masing telinga secara bergantian dengan menutup satu telinga yang tidak diperiksa. Hasil tes bisik dikatakan normal dan tidak normal, normal apabila subjek penelitian dapat menyebutkan ulang seluruh kata yang dibisikan dengan benar.

Tes garputala Rinne yang telah dimodifikasi dilakukan dengan menggetarkan garputala dan diletakkan pada depan liang telinga yang diperiksa, kemudian subjek penelitian diminta untuk memberikan isyarat apabila mendengar bunyi yang berasal dari garputala. Hasil tes garputala dikatakan

(8)

6

normal dan tidak normal, normal apabila subjek penelitian dapat mendengarkan bunyi yang berasal dari garputala yang telah digetarkan.

Pemeriksaan lokalisasi sumber suara menggunakan speaker (Advance, Indonesia) yang berjumlah 8 buah dan ditempatkan membentuk lingkaran 360o dan jarak antara masing-masing speaker adalah 45o. Kerasnya bunyi yang dikeluarkan oleh speaker diukur dengan menggunakan Android noise level meter kerasnya bunyi diatur sesuai dengan kerasnya percakapan sehari-hari yaitu 60 dB. Bunyi yang digunakan adalah kata-kata sehari-hari seperti “cantik, “harimau” dan sebagainya. Subjek penelitian dengan mata tertutup yang diminta menentukan darimana asal sumber suara tersebut. Selanjutnya dihitung kesalahan dalam menentuka sumber suara dari keseluruhan 8 kata yang dibunyikan. Kemampuan lokalisasi dinyatakan dalam persentase yang dihitung dengan cara: jumlah arah yang salah dibagi dengan total jumlah bunyi dikalikan 100%.

Analisis data menggunakan uji Mc Nemar untuk membandingkan distribusi gangguan pendengaran saat tanpa menggunakan jilbab dan dalaman dinja dengan saat menggunakan jilbab dan dalaman ninja. Uji Wilcoxon digunakan untuk membandingkan persentase kesalahan lokalisasi sumber bunyi antara saat tanpa menggunakan jilbab dan dalman ninja dengan saat menggunakan jilbab dan dalaman ninja.

(9)

7 HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakasanakan pada bulan April 2014 dengan melibatkan 21 orang mahasiswi Fakultas Kedokteran UNDIP angkatan 2010 yang memenuhi kriteria penelitian. Karakteristik subjek penelitian di tampilkan pada tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian (n=21)

Karakteristik n(%) Rerata±SB

(Min-Maks) Umur

Riwayat penyakit pendengaran

21,2 ± 0,54(20-22)

- Ya 0 (0,0%)

- Tidak 21 (100%) -

Kebiasaan memakai jilbab

- Ya 16 (76,2%)

- Tidak 5 (23,8%) -

Penggunaan jilbab dengan dalaman ninja

- Ya 5 (31,25%)

- Kadang – kadang 2 (12,50%)

- Tidak 9 (56,25%) -

Kebiasaan menggunakan headset

- Ya 17 (81,0%)

- Kadang- kadang 4 (19,0%)

- Tidak 0 (0,0%) -

Keluhan gangguan pendengaran saat memakai jilbab

- Ya 0(0,0%)

- Tidak 21(100%) -

(10)

8

Pada tabel 1 didapatkan rerata umur subjek penelitian adalah 21,2 ± 0,54 tahun dengan umur termuda adalah 20 tahun dan tertua adalah 22 tahun. Pada seluruh subjek penelitian tidak terdapat adanya riwayat gangguan pendengaran. Kebiasaan memakai jilbab setiap hari pada dijumpai pada sebagian besar subjek penelitian (76,2%). Dari subjek yang menggunakan jilbab (n=16) dijumpai sebagian besar yaitu 9 subjek (56,25%) yang menggunakan jilbab tanpa dalaman ninja, hanya terdapat 5 subjek (31,25%) selalu menggunakan dalaman ninja dan dijumpai 2 subjek (12,5%) yang menyatakan jarang menggunakan dalaman ninja.

Selanjutnya kebiasaan menggunakan headset dijumpai pada sebagian besar subjek penelitian (81,0%). Seluruh subjek penelitian tidak memliki riwayat gangguan pendengaran saat memakai jilbab dengan atau tanpa dalaman ninja.

Pemeriksaan ketajaman pendengaran

Hasil pemeriksaan ketajaman pendengaran dengan test bisik dan modifikasi test garputala saat tanpa menggunakan jilbab dan dalaman ninja, menggunakan dalaman ninja saja serta saat menggunakan jilbab dengan dalaman ninja ditampilkan pada tabel 2.

Tabel 2. Pemeriksaan ketajaman pendengaran

Test ketajaman pendengaran n (%)

Normal Tidak normal Test bisik

- Tanpa jilbab dan dalaman ninja 21 (100%) 0 (0,0%)

- Dalaman ninja saja 21 (100%) 0 (0,0%)

- Jilbab dengan dalaman ninja 21 (100%) 0 (0,0%) Test garputala

- Tanpa jilbab dan dalaman ninja 21 (100%) 0 (0,0%)

- Dalaman ninja saja 21 (100%) 0 (0,0%)

(11)

9

Pada tabel 2 tampak hasil pemeriksaan test bisik dan test garputala pada saat tanpa menggunakan jilbab dan dalaman ninja, menggunakan dalaman ninja saja serta saat menggunakan jilbab dengan dalaman ninja menunjukan bahwa ketajaman pendengaran dari seluruh subjek dalam keadaan normal. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan jilbab dengan dalaman ninja maupun tanpa menggunakan dalaman ninja tidak terjadi penurunan ketajaman pendengaran pada subjek penelitian.

Pemeriksaan lokalisasi sumber bunyi

Hasil pemeriksaan lokalisasi sumber bunyi saat tanpa menggunakan jilbab dan dalaman ninja, menggunakan dalaman ninja saja serta saat menggunakan jilbab dengan dalaman ninja ditampilkan pada tabel 3.

Tabel 3. Rerata persentase kesalahan lokalisasi sumber bunyi

Status penggunaan jilbab dan dalaman ninja Rerata±SB (Min-Maks) - Tanpa jilbab dan dalaman ninja 17,4±13,40; 13,0 (0-38)

- Dalaman ninja saja 34,6±17,27; 37,5 (0-63)

- Jilbab dengan dalaman ninja 43,4±18,80; 50,0 (13-75)

Pada tabel 3 tampak rerata persentase kesalahan lokalisasi sumber bunyi yang paling sedikit dijumpai saat tanpa menggunakan jilbab dan dalaman ninja. Rerata persentase paling tinggi dijumpai pada saat menggunakan jilbab dan dalaman ninja.

(12)

10

Pada gambar 1 tampak persentase kesalahan lokalisasi bunyi saat

Pada gambar 1 juga tampak persentase kesalahan lokalisasi bunyi saat menggunakan jilbab dan dalaman ninja lebih tinggi secara bermakna dibanding saat tanpa menggunakan jilbab (p<0,001). Selanjutnya juga tampak persentase kesalahan lokalisasi bunyi saat menggunakan jilbab dan dalaman ninja lebih tinggi dibanding saat hanya menggunakan dalaman ninja, namun perbedaan tersebut secara statistik tidak bermakna (p=0,08). Hal ini menunjukan besarnya persentase kesalahan saat hanya menggunakan dalaman ninja dengan saat menggunakan jilbab dan dalaman ninja adalah tidak berbeda.

p=0,08 p<0,001

p<0,001

Gambar 1. Perbandingan besarnya kesalahan lokalisasi sumber bunyi terhadap penggunaan jilbab

(13)

11 PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak terjadi penurunan gangguan ketajaman pendengaran saat tanpa menggunakan jilbab dan dalaman ninja, dalaman ninja saja dan menggunakan jilbab dengan dalaman ninja. Selain itu, pada penelitian ini juga dijumpai adanya kesalahan penentuan lokalisasi bunyi yang disebabkan oleh karena penggunaan jilbab dan dalaman ninja.

Pada penelitian ini tidak dijumpai adanya gangguan pendengaran akibat penggunaan jilbab dan dalaman ninja. Hal ini diduga dikarenakan ketebalan bahan yang digunakan pada subjek penelitian belum cukup tebal untuk menghalangi masuknya bunyi kedalam saluran telinga, sehingga tidak menyebabkan terjadinya penurunan gangguan penurunan ketajaman pendengaran.

Proses mendengar dimulai dengan masuknya gelombang bunyi ke dalam liang telinga yang akan mengetarkan membrana timpani. Pada fase ini gelombang bunyi diubah menjadi getaran mekanik yang diteruskan dan diperkuat oleh tulang-tulang pendengaran. Getaran mekanik selanjutnya akan diteruskan ke telinga dalam untuk diubah menjadi potensial aksi yang akan diterima oleh pusat pendengaran sebagai sensasi bunyi. Adanya penghambatan masuknya bunyi menuju liang telinga akan menyebabkan gangguan pendengaran. Pada penelitian ini dijumpai penggunaan jilbab dan dalaman ninja tidak menyebabkan terjadinya penurunan ketajamanan pendengaran. Hal ini kemugkinanan disebabkan jenis jilbab maupun dalaman ninja yang digunakan dalam penelitian tidak menghalangi masuknya gelombang bunyi ke liang telinga maupun tidak menyebabkan pelemahan gelombang bunyi. Penelitian sebelumnya oleh Takimoto juga menjumpai pada penggunaan headset yang tidak menutupi seluruh bagian telinga tidak menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran.10 Penelitian sebelumnya oleh Abel dan kawan-kawannya menunjukan hasil yang sama dengan penelitian ini. Pada penelitian abel dilaporkan ada hubungan antara luasnya penutupan telinga berhubungan dengan penurunan ketajaman pendengaran. Penggunaan penutup kepala yang tidak menutup seluruh bagian telinga tidak menyebabkan terjadinya penurunan ketajaman pendengaran.6,7

(14)

12

Pada penelitian penentuan lokalisasi sumber bunyi dijumpai adanya kesalahan dalam menentukan lokalisasi sumber bunyi, terutama sumber bunyi yang berasal dari belakang subjek penelitian. Hal ini disebabkan karena bertambah luasnya head shadow yang terjadi karena terhalang gelombang bunyi untuk masuk ke liang telinga oleh kepala dan jilbab serta dalaman ninja.

Penelitian yang dilakukan oleh Takimoto menyebutkan bahwa penggunaan headset yang menutupi liang telinga menyebabkan terjadinya gangguan lokalisasi bunyi. Takimoto menyebutkan penurunanan lokalisasi bunyi bukan disebabkan oleh perlemahan intesitas bunyi, namun lebih karena adanya perubahan spektrum bunyi akibat bertambahnya waktu yang diperlukan oleh bunyi untuk mencapai telinga.10

Mekanisme saraf lokalisasi bunyi berlangsung mulai pada nukleus olivarius superior didalam batang otak. Bila bunyi masuk pada satu telinga maka telinga pertama akan menghambat neuron-neuron pada nukleus olivarius superior lateral dan penghambatan berlangsung selama kurang lebih satu mili detik. Sinyal pada akustik dari telinga kanan mengenai dendrit kanan, dan sinyal dari telinga kiri mengenai dendrit kiri. Intensitas eksitasi setiap neuron sangat sensitif terhadap perbedaan waktu spesifik antara dua sinyal akustik yang berasal dari kedua telinga. Neuron yang didekat dengan perbatasan nukleus berespon secara maksimal terhadap perbedaan waktu yang singkat, sedangkan neuron didekat perbatasan yang berlawan berespon terhadap perbedaan waktu yang sangat panjang dan diantara perbedaan waktu yang sangat singkat dan panjang terdapat perbedaan waktu yang sedang, sehingga pola spasial stimulasi neuron berkembang dalam nukleus superior medial.9

Bunyi yang datang langsung dari arah depan kepala menstimulasi satu perangkat neuron olivarius secara maksimal dan bunyi yang sudut berbeda menstimulasi perangkat neuron pada sisi yang berlawanan didepan neuron. Orientasi spasial dijalarkan pada seluruh jalur ke korteks auditorius, dimana arah bunyi ditentukan oleh lokus neuron yang dirangsang secara maksimal. Sinyal pada penentuan arah bunyi dijalarkan melalui jaras yang merangsang lokus dalam

(15)

13

korteks serebral. Mekanisme untuk mendeteksi arah datangnya sumber bunyi kembali menunjukan bagaimana informasi dalam sinyal sensorik diputuskan ketika sinyal melalui tingkat aktivitas neuron yang berbeda dalam kualitas arah sumber dipisahkan dari kualitas gaya bunyi pada tingkat nukleus olivarius superior.1,9

Gangguan lokalisasi bunyi pada penggunaan jilbab dan dalaman ninja lebih bersifat faktor mekanik bukan karena faktor gangguan sistem saraf pendengaran. Berdasarkan hasil penelitian ini dijumpai gangguan lokalisasi sumber bunyi terjadi akibat penggunaan dalaman ninja saja maupun dengan menggunakan jilbab.

Adanya gangguan lokalisasi bunyi dapat menjadi masalah dalam kehidupan sehari-hari khususnya saat di jalan ataupun berkendara. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah memilih bahan dalaman ninja yang tidak terlalu tebal sehingga tidak menggangu penghantaran suara ke liang telinga. Selain memilih bahan yang tidak terlalu tebal, memperbaiki kemampuan lokalisasi bunyi dapat juga dilakukan dengan memodifikasi dalam ninja sehinga tidak menutup saluran telinga.

Kelemahan penelitian ini adalah hanya menggunakan satu jenis jilbab dan dalaman ninja, sehingga belum dapat diketahui pengaruh bahan jilbab maupun dalaman ninja yang lain khususnya yang lebih tebal terhadap ketajaman dan lokalisasi pendengaran. Selain itu, pada penelitian ini juga tidak dibandingkan pengaruh penutupan salah satu telinga dengan penutupan kedua telinga. Hal ini perlu diperhatikan oleh karena dalam penggunaan jilbab sehari-hari derajat penutupan telinga kanan dan kiri tidak selalu sama.

(16)

14 SIMPULAN

Penggunaan jilbab dan dalaman ninja tidak menyebabkan gangguan ketajaman pendengaran tetapi dapat menyebabkan penurunan kemampuan penentuan lokalisasi suara.

SARAN

Sesuai dengan hasil penelitian ini, disarankan untuk memilih dalaman ninja yang berbahan tidak terlalu tebal sehingga tidak akan menyebabkan terjadinya gangguan ketajaman pendengaran dan lokalisasi sumber bunyi. Selain itu juga dianjurkan dalam penggunaan dalaman ninja tidak menutup seluruh bagian telinga. Serta perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan bahan jilbab maupun jenis lain serta menilai pengaruh penutupan satu telinga dibandingkan dua telinga terhadap lokalisasi sumber bunyi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis juga terima kasih pada dr. Tanjung Ayu sumekar, M.Si.Medi, dr. Fanti Saktini M.Si.Med yang telah memberikan masukan dalam penulisan artikel, seluruh staf Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Undip, dan seluruh teman-tean angkatan 2010 yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

(17)

15

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah:

Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006.

2. Soetirto I, Hendarmin H, Bashirudin J. Gangguan pendengaran (tuli). In:

Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku ajar kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala & leher. Jakarta: Badan Penerbit FK UI, 2007:10-22.

3. Moller AR. Hearing: Anatomy, Physiology, and Disorders of the Auditory

System. Burlington: Elsevier Science, 2006.

4. Liston L, Duvall AJ. Embriologi, anatomi dan fisiologi telinga. In: Adams GL,

Boies LR, Higler PA, editors. Buku ajar penyakit THT. Penterjemah: Wiyaja C. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997:27-38.

5. Hafil AF, Sosialisman, Helmi. Kelainan telinga luar. In: Soepardi EA, Iskandar

N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku ajar kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala & leher. Jakarta: Badan Penerbit FK UI, 2007:10-22.

6. Abel SM, Boyne S, Roesler-Mulroney H. Sound localization with an army

helmet worn in combination with an in-ear advanced communications system. Noise Health 2009;11:199-205.

7. Abel SM, DuCharme MB, van der Werf D. Hearing and sound source

identification with protective headwear. Mil Med 2010;175:865-70.

8. Tudor A, Ruzic L, Bencic I, Sestan B, Bonifacic M. Ski helmets could attenuate

the sounds of danger. Clin J Sport Med 2010;20:173-8.

9. Grothe B, Pecka M, McAlpine D. Mechanisms of sound localization in

mammals. Physiol Rev 2010;90:983-1012.

10. Takimoto M, Nishino T, Itou K, Takeda K. Sound localization under conditions

Gambar

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian (n=21)
Tabel 2. Pemeriksaan ketajaman pendengaran
Gambar  1.  Perbandingan besarnya kesalahan lokalisasi sumber bunyi  terhadap penggunaan jilbab

Referensi

Dokumen terkait

After conducting the experiment related to the mastery of part of speech of the eighth grade students of MTs NU Matholi’ul Huda Kudus in academic year 2011/2012 taught

Peran Tutor dalam Meningkatkan Kreativitas Anak melalui Pemanfaatan Alat Permainan Edukatif di Lingkungan KOBER Kartika X-4 Padalarang Bandung Barat.. Universitas Pendidikan

Sumatera Utara, maka saya memohon kepada saudara/i untuk mengisi angket wawancara yang..

[r]

[r]

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai

Pusat Kebudayaan tari Bali di Bandung merupakan fasilitas yang mendukung upaya pelestarian budaya Nusantara khususnya seni tari,sekalipun kegiatan ini berada di

Salah satu ciri dari negara yang sedang berkembang adalah terjadinya perubahan- perubahan sebagai akibat daripada pelaksanaan pembangunan dan modernisasi. Proses