• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARADIGMA PENGEMBANGANSUMBER DAYA MANUSIA Oleh: Suslina Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARADIGMA PENGEMBANGANSUMBER DAYA MANUSIA Oleh: Suslina Abstrak"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PARADIGMA PENGEMBANGANSUMBER DAYA MANUSIA Oleh:

Suslina

e-mail: suslinasanjaya@yahoo.com Abstrak

Lingkungan organisasi berubah begitu cepat, sehingga menuntut kepekaan pemimpin dalam menyikapi setiap perubahan. Tuntutan perubahan memerlukan cara pandang dan cara berfikir baru (paradigma) terhadap organisasi, terutama terkait dengan paradigma atas lingkungan organisasi dan sumber daya manusia organisasi.

Pengembangan sumber daya manusia dilakukan dengan, penanaman nilai-nilai baru, menumbuhkan kepercayaan, membangun loyalitas, dan produktivitas yang didasarkan kepada pemanfaatan modal kapital, modal sosial, dan modal spiritual organisasi.

Kata Kunci: Paradigma dan Pengembangan SDM Pendahuluan

Persyaratan harmonisnya sebuah organisasi atau sebuah komunitas tidak terlepas dari dua prasyarat yang harus dimiliki baik

oleh organisasi maupun komunitas tersebut, syarat itu pertama

bagaimana kebutuhan manusia (individu) untuk dapat hidup secara

harmonis dengan lingkungannya dan kedua, kebutuhan manusia untuk

dapat hidup harmanonis dengan sesama manusia.1 Jika kedua

kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut dalam jangka panjang tidak dapat terpenuhi maka apa yang hendak dicapai dan manfaat yang akan diperoleh menjadi hambar.

Pemenuhan akan dua kebutuhan tersebut mengantarkan sebuah organisasi untuk hidup dan memandang manusia sebagai kekayaan (asset) yang tak ternilai harganya, harus di akui manusia merupakan sumber daya yang sangat penting bagi organisasi, manusia sangat

1Jim Ife dan Frank Tersoriero, Community Development, Alternatif

Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008, h. XIII.

(2)

variatif dan terkadang menjadi masalah tersendiri yang harus dikelola oleh organisasi.Kadang manusia ingin mencapai tujuan seorang diri, terkadang membuat kelompok dalam kelompok untuk merusak tatanan yang sudah ada sebagai kelompok non formal (akibat terdorong kebutuhan yang tidak terpenuhi).

Manusia sebagai modal insani (human capital) sangat menentukan

arah organisasi, sehingga diperlukan upaya pengembangan melalui pendidikan yang dapat membentuk proses pendewasaan dan peningkatan produktivitas, pengembangan manusia selaian sebagai asset

organisasi juga sebagai modal intelektual.2Dengan demikian persoalan

manusia sebagai individu dalam organisasi menjadi satu persoalan tersendiri dalam pengembangan sumber daya manusia.

Disisi lain organisasi saat ini sangat jauh berbeda dengan organisasi masa lampau yang segala sesuatunya dianggap stabil dan dapat diprediksi, organisasi secara kuantitas besar, oraganisasi kaku, informasi banyak disembunyikan, peraturan dan hirarki begitu ketat dan lain sebagainyanya. Sementara organisasi masa depan harus mampu beradaptasi pada perubahan yang super cepat, yang menurut Djamaludin Ancok(2008) pada saat ini manusia, organisasi, atau negara tidak lagi berlayar di sungai yang tenang yang segala sesuatunya bisa diprediksi dengan tepat. Kini sungai yang dilayari adalah sebuah arung jeram yang ketidakpastian jalannya perahu semakin tidak bisa diprediksi karena begitu banyaknya rintangan yang tidak terduga. Dalam kondisi yang ditandai oleh perubahan yang super cepat manusia harus terus memperluas dan mempertajam pengetahuannya dan

mengembangkaan kretifitasnya untuk berinovasi.3

Perubahan lingkungan organisasi yang diibaratkan Djamaludin Ancok seperti arung jeram yang penuh dengan kitidak pastian, perubahan lingkungan dapat dipengaruhi oleh pengaruh global, faktor

hukum dan politik, faktor ekonomi, faktor budaya.4 Jadi adanya

tuntutan human capital dan tuntutan kemampuan organisasi untuk beradaptasi, memerlukan adanya perubahan paradigma di dalam mengelola organisasidengan harapan organisasi mampu memahami pergeseran paradigma serta dapat memberikan pelayanan kepada

2Tjutju Yuniarsih, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung, Alfabeta, 2009, h. 19.

3Djamaludin Ancok, Jurnal Psykologi UGM, 2008

4Robert L. Maltis & John H. Jackson, Human Resource Management (terj), Jakarta, Salemba Empat, 2006, h. 3-9.

(3)

individu dan organisasi agar dapat mengambil langkah keputusan secara tepat.

Paradigma Sumber Daya Manusia

Pergeseran pandagan tentang sumber daya manusia didorong oleh munculnya perbahan peran sumber daya manusia dan perubahan lingkungan strategik, perubahan ini menuntut adanya penyesuaian cara pikir dan cara pandang dalam organisasi. Perubahan paradigma lama dan baru dapat dilihat dari pendapat Hartanto F. Mardi tentang perubahan lingkungan organisasi, perubahan lingkungan tentunya akan merubah peran dari pengelolaan manusia di dalam organisasi, perubahan paradigma tersebut adalah:

Lingkungan masa lalu Lingkungan masa depan Penggerak

pelaku ekonomi Kegiatan produksi pemilik modal Kekuatan pasar konsemen

Yang dominan Sarana produksi Bebas menentukan pilihan

Tekstur

lingkungan Tenang, teratur dan mantap Bergejolak dan penuh kesemrawutan

Konstruk

lingkungan Sederhana dengan pelaku terbatas

Komplek, banyak pelaku dengan kepentingan yang

berbeda-beda Sumber

kekuasaan sistem usaha

Sumber daya, ukuran usaha, dan legalitas

Kandungan intelek dan semangat kerja dari

pelaku usaha Ruang lingkup usaha Nasional atau multinasional yang ditetapkan melalui kesepkatan politik-ekonomi

Tanpa batasan yang jelas dan bersifat global

Landasan kerja Aturan dan rencana menyesuaikan diri Proses saling

Strategi usaha Kompetisi dan dominasi Kolaborasi dan sinergi

Ciri kegiatan

usaha Stabil, konsisten dan cenderung reaktif Fleksibel dan cenderung proaktif

Sumber: Fandi Suhariadi dalam pengukuhan Guru Besar Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia pada Fakultas Psikologi Universitas

(4)

Senada dengan pendapat Hartanto F. Mardi tentang perubahan lingkungan, Djamaludin Ancok merumuskan gagasan tentang pergeseran pola pikir dan pola pandang (paradigma), pergeseran paradigma ini berupa:

Paradigma Lama Paradigma Baru

Stabilitas-prediktabilitas Perubahan yang tidak menentu

Berfokus pada ukuran dan skala

yang besar Kecepatan dan daya reaksi

Kepemimpinan dari atas Kepemimpinan dari seluruh penjuru

Kekakuan organisasi Kelenturan yang permanen

Pengawasan melalui peraturan dan

hirarki Pengawasan oleh visi dan nilai

Informasi disembunyikan Informasi disebarluaskan

Kebutuhan akan kepastian Toleransi pada ketidakpastian

Sifat reaktif, dan menghindari

resiko Proaktif dan berwawasan kewirausahaan

Kemandirian dalam kegiatan

organisasi Saling ketergantungan dalam kegiatan

Integrasi bersifat vertical Integrasi bersifat virtual (maya)

Berfokus pada kondisi internal

organisasi Fokus pada daya saing di lingkungan

Kesinambungan (sustainability) sebagai keunggulan kompetitif

Invensi (penemuan, inovasi) yang terus menerus sebagai keunggulan kompetitif Selama ini ada anggapan bahwa organisasi berjalan seperti pada abad 20 yang semuanya serba bisa diprediksi dan mudah dikendalikan, organisasi menyatakan dirinya sukses dengan ukuran organisasi yang besar, struktur yang lebar dan panjang, pegawai yang banyak meskipun gerak organisasi tidak tampak. Keputasan tunggal dari pimpinan tidak dapat ditolak dan harus dilaksanakan bahkan ada anggapan apa yang menjadi keputusan pimpinan adalah satu kebenaran, organisasi dibuat sangat birokratis dan kaku sebagai cermin kewibawaan, pengawasan kerjapun cukup terpusat pada pimpinan yang dibalut dalam hirarki kekuasaan dan masih banyak anggapan lain.

Pendapat-pendapat di atas cukup membuktikan bahwa sesungguhnya paradigma sumber daya manusia telah mengalami pergeseran yang begitu jauh sehingga diperlukan pengelolaan sumber daya manusia sesuai dengan tuntutan zaman.Perubahan paradigma

(5)

tidak hanya ditujukan pada manusia sebagai individu (anggota) organisasi semata, tetapi juga harus terjadi perubahan paradigma pada pimpinan organisasi dalam pengelolaan sumber daya manusia.

Menghadapi perubahan paradigma, organisasi yang ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya akan semakin tergantung pada bagaimana cara pengelolaan sumber daya manusianya. Paradigma ini akan mengeser pemahaman bahwa organisasi adalah “kepala/pimpinan” dan pegawai adalah “tangan”.Manusia harus diposisikan sebagai seorang yang dewasa, andal dan mandiri. Dengan posisi demikian organisasi akan mampu menjaga dan menghidupkan organisasi dari ketidak pastian lingkungan dan kekuatan-kekuatan lain disekitarnya.

Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan sumber daya manusia merupakan upaya

pembentukan pola pikir (mind-set) bahwa kondisi organisasi berbeda,

dengan melakukan langkah-langkah perubahan dalam pengelolaan

manusia, yaitu: pemimpin, loyalitas, kepercayaan dan

produktivitas.5Langkah pertama, Pemimpin mengelola waktu agar

dapat digunakan oleh individu untuk mencoba mengekspresikan

nilai-nilai (values) barudalam peningkatan harkat martabat manusia, artinya

individu diberi cukup waktu untuk berlatih mengekspresikan nilai-nilai baru organisasi yang dapat meningkatkan produktivitas organisasi

dan menjaga nilai-nilai baru itu dengan baik (sustainable).

Langkah kedua membangun kepercayaan (trust), melalui

kepercayaan ini individu dalam organisasi membangun kebersamaan dalam merubah nilai-nilai lama barubah pada nilai-nilai baru yang lebih menghargai martabat manusia, bahkan penanaman kepercayaan bersama antara pimpinan dan bawahan (anggota) organisasi tidak hanya sekedar membangun pencapaian tujuan bersama tetapi juga membangun masyarakat organisasi yang saling menghargai satu sama

lainnya.Langkah ketiga “loyalitas” dalam bentuk kontrak emosional

antara individu terhadap organisasi dengan makna kesediaan untuk melanggengkan hubungan dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun, loyalitas pegawai menjadi hal penting dalam menunjang keseimbangan dalam pencapaian tujuan organisasi.

5Fendy Suhariadi, Paradigma Pengelolaan Manusia di Dalam Organisasi, Pidato Pengukuhan Guru Besar, Univ. Airlangga, 2007, h. 13.

(6)

Lengkah keempat “produktivitas”, semua bentuk kinerja organisasi, kelompok maupun individu dalam organisasi tertuju pada

produktivitas, produktivitas sebagai rasio keluaran (output) yang

dihasilkan dari masukan (input) dalam sebuah proses produksi.

Perilaku produktif dapat tercapai bila langkah-langkah perubahan pola pikir tersebut ditanamkan dalam organisasi.

Langkah-langkah tersebut akan dapat terlaksana dengan baik bila juga ditunjang oleh pengembangan modal yang ada dari diri manusia

itu sendiri (intrinsik), modal itu berupa modal intelektual (intellectual

capital), modal sosial (social capital), modal mental (soft capital), dan

modal agama (spiritual capital)..6Modal intelektual menurut Zohar dan

Marshall, adalah kemampuan dan kemauan yang berkaitan dengan

pemecahan masalah yang bersifat rasional dan strategik.7

Kapital intelektual diperlukan untuk menemukaan peluang dan mengelola ancaman dalam kehidupan, kapital intelektual sangat besar peranannya di dalam menambah nilai suatu kegiatan, bahkan organisasi yang unggul dan meraih banyak prestasi adalah organisasi yang terus

menerus mengembangkan sumber daya manusianya.8 Dengan

kemampuan intelektual manusia mampu memiliki sifat proaktif dan inovatif untuk mengelola perubahan lingkungan yang begitu cepat (ekonomi, sosial, politik, teknologi, hukum dll).

Modal sosial mencakup menumbuhkan rasa empati dan sosial

skill.9Organisasi merupakan kumpulan orang yang bekerjasama untuk

mencapai tujuan organisasi, efektivitas kerja individu sangat tergantung pada kemampuan membangun kerjasama dengan berbagi wawasan, pengayaan wawasan akan terjadi melalui jaringan hubungan sosial dengan orang lainnya, dengan kemampuan membangun jaringan sosial ini maka kapital sosial. Semakin luas pergaulan seseorang dan semakin

luas jaringan hubungan sosial (social networking) semakin tinggi nilai

seseorang.

Selain membangun jaringan kapital sosial dapat dimanifestasikan dalam kemampuan untuk bisa hidup dalam perbedaan dan menghargai

perbedaan (diversity). Pengakuan dan penghargaan atas perbedaan

adalah suatu syarat tumbuhnya kreativitas dan sinergi. Kemampuan bergaul dengan orang yang berbeda, menghargai dan memanfaatkan

6Djamaludin Ancok, Jurnal Psykologi UGM, 2008 7Tjutju Yuniarsih, op.cit., h. 30.

8Djamaludin Ancok, Jurnal Psykologi UGM, 2008. 9Tjutju Yuniarsih, op.cit., h. 34.

(7)

secara bersama perbedaan tersebut akan memberikan kebaikan buat semua.

Modal mental/lembut disebut dengan “soft capital” adalah kapital

yang diperlukan untuk menumbuhkan kapital sosial dan kapital intelektual. Hancurnya bangsa ini karena tidak adanya sifat amanah, sifat jujur, beretika yang baik, bisa dipercaya dan percaya pada orang

lain (trust), mampu menahan emosi, disiplin, pemaaf, penyabar, ikhlas,

dan selalu ingin menyenangkan orang lain. Sifat yang demikian ini sangat diperlukan bagi upaya untuk membangun masyarakat yang beradab dan berkinerja tinggi.

Modal agama (spiritual capital), merupakan karakter sikap yang

merupakan bagian dari kesadaran yang paling dalam pada diri seseorang yang berhubungan dengan kebijakan/kearifan yang berasal dari luar ego (diri sendiri) atau di luar pemikiran sadar yang tidak hanya mengakui keberadaan nilai tetapi juga kreatif untuk menemukan

nilai-nilai baru.10

Bagi orang yang beragama ketiga modal, intektual kapital, sosial kapital, soft kapital merupakan bagian dari modal spiritual atau dapat dikatakan sebagai ekspresi spiritual dari keimanan dan ketaqwaan seseorang, modal agama akan membimbing orang agar tidak egoistik yang hanya berorientasi untuk kepentingan dirinya sendiri, oleh karenanya pengamalan nilai-nilai agama dalam organisasi menjadi sangat mutlak untuk kehidupan organisasi yang makmur dan sejahtera. Kesimpulan

Organisasi tidak statis yang nyaman dengan cara-cara yang ada saat ini, karena organisasi kedepan sangat dinamis, sehingga diperlukan cara fikir dan cara pandang baru tentang organisasi dan pengelolaan sumber daya manusia organisasi, dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup organisasi.

Tuntutan akan pengembangan SDM organisasi direspon dengan cara mengapresiasi nilai-nilai baru bagi organisasi, menumbuhkan kepercayaan pada organisasi, membangun loyalitas dan menumbuhkan produktivitas organisasi. Respon tersebut sebagai langkah pengembangan, harus ditunjang oleh kemampuan modal intelektual, modal sosial, dan modal spiritual.

Dengan langkah-langkah pengembangan tersebut, organisasi diharapkan memiliki nilai-nilai baru bagi organisasi, yang akan melahirkan sikap proaktif dan inovatif, memiliki rasa empaty dan

(8)

kepekaan sosial, serta akan menjadikan organisasi dengan sumber daya manusia yang arif dan bijaksana.

Daftar Pustaka

A. Usmara (edt), Paradigma Baru Sumber Daya Manusia, Yogyakarta,

Amara Books, 2002

Frances Hasselbein (edt), The Organisasi of The Future (terj), Jakarta,

Elex Media Komputindo, 2001

Jim Ife dan Frank Tersoriero, Community Development, Alternatif

Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi(terj), Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008.

Robert L. Maltis & John H. Jackson, Human Resource Management

(terj), Jakarta, Salemba Empat, 2006

Tjutju Yuniarsih, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung,

Alfabeta, 2009

Fendy Suhariadi, Paradigma Pengelolaan Manusia di Dalam Organisasi, Pidato Pengukuhan Guru Besar, Univ. Airlangga, 2007

Referensi

Dokumen terkait

Mengulas masalah bentuk pertunjukan Gondang Oguang di Desa Lubuk Bendahara dapat diketahui dari pernyataan Djelantik yang menyatakan bahwa bentuk pertunjukan adalah

Sebagai alternatif, atau jika tidak terlarut air, serap dengan bahan kering yang lengai dan isikan dalam bekas pelupusan bahan buangan yang wajar.. Buang melalui kontraktor

Organisasi dengan Organisasi dengan Arsitektur Inovasi yang Arsitektur Inovasi yang Relevan bagi Klaster  Relevan bagi Klaster  Industri “X” Industri “X” PLATFORM PLATFORM

Dengan minat memilih ( Intention to Choose ) se- bagai variabel intervening, di mana terdapat korelasi antara Perceived Desirability, Perceived feasibility,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak paparan asap rokok orang lain terhadap fungsi paru dan kadar cotinine dalam urin karyawan café dan restoran di Kota

Walau bagaimanapun, jika seseorang tertuduh semasa berada di dalam siasatan telah menyatakan sesuatu yang terjumlah kepada satu penafian terhadap pertuduhan sebelum amaran di

“cuma apa ya, paling cari kesibukan lain gitu, biasanya nge - PES, maen game yang offline aja, kalo sama temen ya gabung sama temen, kalo gak ada ya udah tiduran,

[r]