• Tidak ada hasil yang ditemukan

DO & BOD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DO & BOD"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM VI

PEMERIKSAAN KANDUNGAN DISSOLVED OXYGEN (DO)

DAN BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD) PADA

SAMPEL AIR LIMBAH WARUNG SARI JATIM

WORKSHOP UNHAS

NAMA : ANDI MUH. ARFAH SAPUTRA SAMAD

NIM : K 111 08 856

KELOMPOK : VIII (DELAPAN)

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN VI LAPORAN PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN KANDUNGAN DISSOLVED OXYGEN (DO) DAN BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD) PADA

SAMPEL AIR LIMBAH WARUNG SARI JATIM WORKSHOP UNHAS

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2011

Nama : Andi Muh. Arfah Saputra Samad Nim : K 111 08 856

Kelompok : VIII (Delapan)

Makassar, 5 Mei 2011 Mengetahui,

Koordinator Asisten, Asisten,

ADI PRATAMA MUH. SUBHAN

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT. karena limpahan rahmat dan taufik-Nya sehingga Laporan Praktikum dengan judul

“PEMERIKSAAN

KANDUNGAN DISSOLVED OXYGEN (DO) DAN

BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD) PADA SAMPEL AIR LIMBAH WARUNG SARI JATIM WORKSHOP UNHAS” dapat diselesaikan tepat pada waktunya .

Saya menyadari sepenuhnya bahwa tidak tertutup kemungkinan isi laporan ini belum sesuai dengan harapan berbagai pihak, karena potensi yang penyusun miliki masih sangat terbatas oleh karena itu saran dan kritikan yang sifatnya konstruktif, sangat penyusun harapkan terutama dari Bapak Dosen penanggung jawab mata kuliah.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan umumnya bagi teman-teman mahasiswa serta yang membacanya.

Makassar, 5 Mei 2011

(4)

iv DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ... ... .. ii KATA PENGANTAR ... .. ii DAFTAR ISI ... .. iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... .. 1 B. Tujuan Percobaan ... .. 3 C. Prinsip Percobaan ... .. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Air Limbah ... 4 B. Tinjauan tentang Dissolved Oxygen (DO)... 6 C. Tinjauan tentang Biochemichal Demand (BOD) ………… 11 BAB III METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan ... 14 B Waktu dan Tempat Pengambilan sampel ... 15 C. Prosedur Kerja ... 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ... 20 B. Pembahasan ... 22 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 25 B. Saran ... .. 25 DAFTAR PUSTAKA... ... 26 LAMPIRAN

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat timbul di berbagai daerah, baik diperkotaan maupun pedesaan, karena produk limbah cair yang tidak dapat ditangani secara semestinya. Diberbagai tempat tejadi pencemaran badan air, sungai, dan telaga yang menimbulkan kematian ikan yang hidup di dalamnya atau menyebabkan air tidak dapat dikonsumsi secara layak oleh manusia. Berbagai dampak negatif pada kehidupan manusia dan lingkungan yang dapat ditimbulkan oleh limbah cair dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi untuk penganan limbah cair secara saniter.

Limbah cair rumah makan atau warung yang dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan yang baik, akan memberikan dampak terhadap kehidupan biota air, dampak terhadap kualitas air tanah, dampak terhadap kesehatan dan dampak terhadap estetika lingkungan (MENLH, 2005 ).

Bila limbah cair tidak dikelola lebih dahulu sebelum dibuang dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan serta mengganggu kesehatan masyarakat antara lain :

1. Gangguan terhadap kehidupan dalam air yaitu dapat mematikan binatang-binatang air,ikan-ikan,tumbuh-tumbuhan dalam air, karena oksigen yang

(6)

2

terlarut dalam air akan habis terpakai untuk proses dekomposisi aerobic dari zat-zat organic yang terdapat dalam limbah cair.

2. Dapat menimbulkan bau yang tidak enak sebagai hasil dekomposisi anaerobic dan zat-zat organic, yaitu bila zat-zat organic yang terdapat dalam air limbah 3. Pada proses dekomposisi aerobic dan anaerobic menghasilkan lumpur dan

membentuk endapan dan ini menyebabkan pendangkalan.

Kandungan bahan-bahan yang berada dalam limbah cair dari rumah sakit dapat bersifat sangat beracun dan infeksius karena adanya kandungan mikroorganisme, bibt penyakit, bahan-bahan kimia beracun, bahan organic da anorganik sampai dengan radioaktif. Sumber limbah cair dan berbahaya beracun memounyai potensi hazard di rumah sakit diantaranya berasal dari ruang perawatan, kamar mandi, ruang bedah, ruang foto dan radiologi, pencucian linen laboratorium dan dari dapur

Adapun tujuan pengelolaan limbah cair adalah:

1. Mengurangi dan menghilangkan pengaruh buruk limbah cair terhadap kesehatan manusia dan lingkungannya.

2. Meningkatkan mutu lingkungan hidup melalui pengolahan, pembuangan limbah cair untuk keperluan manusia dan lingkungannya.

Oleh karena itu, dari penjelasan diatas maka dilakukan percobaan pada sampel air limbah salah satu warung atau rumah makan yang ada di wilayah workshop.

(7)

3 B. Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui kadar jumlah Dissolved Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen Demand (BOD) yang dihasilkan oleh limbah salah satu warung makan yang ada di wilayah workshop UNHAS.

C. Prinsip Percobaan

1. Prinsip percobaan DO (Dissolved Oxygen)

Oksigen dalam sampel akan mengoksidasi MnSO4 yang ditambahkan di

dalam larutan pada keadaan alkalis, sehingga terjadi endapan MnO2-. Dengan

penambahan asam sulfat dan alkali iodide maka akan dibebaskan iodine yang ekuivalen dengan oksigen larutan. Iodin yang dibebaskan tersebut kemudian dianalisa dengan metode titrasi iodimetris yaitu dengan larutan standar thiosulfat dengan indikator kanji.

2. Prinsip percobaan BOD (Biological Oxygen Biologis)

Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri anaerobik. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbondioksida, air dan amoniak.

(8)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Air Limbah

Limbah cair atau air limbah adalah kotoran dari masyarakat, rumah tangga, dan ada juga yang berasal dari industry, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian, air buangan merupakan hal yang bersifat kotoran umum. (Sugiharto,1987)

Semakin bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk dangan segala kegiatannnya akan meningkatkan pula jumlah limbah cair yang dihasilkan. Pada umumnya limbah cair dibuang ke dalam tanah, sungai, danau, dan laut. Jika jumlah air limbah yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan. (Forum Komunikasi Mahasiswa Teknologi Pengelolaan dan Pemenfaatan Sampah atau Limbah Perkotaan, 2002)

Elemen biologi dalam sistem perairan berkaitan erat denga komponen-komponen kimia. Komponen kimia tersebut merupakan salah satu parameter yang sangat penting untuk menganalisis efek dari perubahan kualitas air. Komponen kimia air dalam perairan dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu bahan organik yang terdiri atas senyawa organik alam, senyawa organik sintesis, serta bahan anorganik dan gas.

(9)

5

Zat-zat organik terdapat di dalam air dalam kadar yang rendah dan hanya merupakan bagian kecil dari seluruh jumlah padatan yang ada. Keberadaan senyawa organik di dalam air akan menimbulkan berbagai masalah bau dan rasa. Keberadaan senyawa organik juga menyebabkan air memerlukan proses pengolahan yang lebih komplek, menurunkan kandungan oksigen, serta menyebabkan terbentuknya senyawa beracun. (Siregar, 2005)

Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik disebutkan pada pasal 1 ayat 1, bahwa air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Dengan demikian tidak hanya limbah industri yang dapat menyebabkan pencemaran, limbah domestik juga dapat menyebabkan pencemaran. Masalah ini jika tidak ditangani secara saksama akan menyebabkan pencemaran lingkungan.

Limbah cair domestik memiliki beban pencemar yang tinggi terutama pada dua jenis limbah cair yaitu detergen dan tinja. Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat kersinogen. Selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan dertergen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan faktor pembawa berbagai macam penyakit bagi manusia karena terdapat mikroorganisme pathogen yang dapat menularkan berbagai penyakit bila masuk ke dalam tubuh manusia. (Fakhrizal, 2004)

(10)

6 B. Tinjauan tentang Dissolved Oxygen ( DO )

Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti aksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen ) maka kualitas air semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi (Wikipedia, 2011).

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigendalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut.

DO penting dalam pengoperasian sistem saluran pembuangan maupun bangunan pengolahan limbah cair. Air bersih biasanya jenuh akan oksigen, namun dengan cepat akan berkurang apabila limbah organik ditambahkan ke dalamnya. Pada daerah yang beriklim panas dan saluran limbah cair yang mempunyai kemiringan cukup, limbah cair akan mencapai bangunan pengolahan

(11)

7

dalam kondisi yang baik, meskipun derajat kandungan oksigennya mungkin sangat rendah. Di daerah yang beriklim hangat dan dimana saluran limbah cair kemiringannya datar, sehingga kecepatan aliran menjadi rendah, akan terjadi endapan bahan padat, dan limbah cair memerlukan akan menjadi tidak mengandung oksigen dan sampai pada kondisi septik. (Soeparman. 2001)

Limbah cair yang dalam kondisi septik lebih sukar diolah dan menimbulkan bau pada system sewerage dan bangunan pengolahan. Derajat kandungan oksigen pada limbah cair sangat bervariasi dan sama sekali tidak stabil. Tujuan pengolahan limbah cair sebelum diolah adalah memelihara kandungan oksigen yang terlarut dan cukup untuk mencegah terjadinya kondisi anaerobik. Meskipun harus mencapai oksigen terlarut yang cukup utnuk memenuhi persyaratan untuk diolah, pada umumnya sudah cukup. Pada effluent yang telah diolah, derajat kandungan oksigen 1 atau 2 mg/ltr dapat dicapai. (Soeparman, 2001)

Dissolved oksigen (DO) yang digunakan oleh bakteri ketika banyak organik dari kotoran atau hal lainnya discharges yang hadir di dalam air. DO yang sebenarnya adalah jumlah oksigen yang tersedia dalam bentuk larut dalam air. Bila DO turun di bawah tingkat tertentu, yang hidup dalam bentuk yang tidak dapat air untuk melanjutkan pada tingkat normal. Menurunnya pasokan oksigen di dalam air memiliki efek negatif pada ikan dan air kehidupan. Membunuh ikan dan invasi dan pertumbuhan gulma jenis tertentu dapat menyebabkan perubahan dramatis dalam sungai atau badan air lainnya. Energi yang berasal dari proses oksidasi. Direksi menentukan kekuatan kotoran. Dalam kotoran pengobatan,

(12)

8

mengatakan bahwa direksi telah berkurang 500-50 menunjukkan bahwa ada penurunan 90 persen.

Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu (Salmin, 2000) :

1. Metoda titrasi dengan cara Winkler

Metoda titrasi dengan cara winkler secara umum banyak digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan Na0H - KI, sehingga akan terjadi endapan Mn02. Dengan

menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali

dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan

oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203)dan menggunakan indikator larutan

amilum (kanji). Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :

Kelebihan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah dimana dengan cara titrasi berdasarkan metoda Winkler lebih analitis, teliti dan akurat apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tio dan penambahan indikator amilumnya.

(13)

9

Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan standarisasi tio secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat. Sedangkan cara DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran (Anonim, 2011).

Kelemahan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah dimana dengan cara Winkler penambahan indikator amilum harus dilakukan pada saat mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar bereaksi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan karena I2 mudah menguap. Dan ada yang harus

diperhatikan dari titrasi iodometri yang biasa dapat menjadi kesalahan pada titrasi iodometri yaitu penguapan I2, oksidasi udara dan adsorpsi I2 oleh

endapan (Anonim, 2011).

Cara untuk menanggulangi jika kelebihan kadar oksigen terlarut adalah dengan cara (Anonim, 2011) :

(14)

10

a. Menaikkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur naik maka kadar oksigen terlarut akan menurun.

b. Menambah kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar oksigen terlarut akan menurun karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik.

Cara untuk menanggulangi jika kekurangan kadar oksigen terlarut adalah dengan cara :

a. Menurunkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur turun maka kadar oksigen terlarut akan naik.

b. Mengurangi kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar oksigen terlarut akan naik karena proses fotosintesis semakin meningkat.

c. Mengurangi bahan – bahan organik dalam air, karena jika banyak terdapat bahan organik dalam air maka kadar oksigen terlarutnya rendah.

d. Diusahakan agar air tersebut mengalir. 2. Metoda elektrokimia

Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara

(15)

11

keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi adalah :

Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen pada katoda. Difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding lurus terhadap konsentrasi oksigen terlarut (Salmin, 2000).

C. Tinjauan tentang Biochemical Oxygen Demand ( BOD )

BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat – zat organik dalam air. Kebutuhan oksigen biokimia adalah ukuran kandungan bahan organik dalam limbah cair. Kebutuhan oksigen biokimia ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang diserap oleh sampel limbah cair akibat adanya mikroorganisme selama periode waktu tertentu, biasanya 5 hari, pada satu temperatur tertentu, umumnya 20 °C. Pada laju perubahan tahap pertama atau tahap carbonaceous, BOD berkurang sesuai dengan pertambahan waktu.

Bila tersedia cukup waktu, dan BOD carbonaceous telah tercukupi, maka berlangsung BOD nitrogenous . Biasanya BOD ditentukan pada temperatur 20 °C, namun untuk negara-negara yang beriklim tropis temperatur yang lebih tinggi dapat digunakan untuk mengurangi biaya inkubasi yang memerlukan unit-unit pemanasan dan pendinginan misalnya BOD pada suhu 30°C sesuai untuk

(16)

bagian-12

bagian dunia temperatur ambientnya cenderung tinggi. Suhu tersebut juga tepat untuk daerah dimana temperatur yang lebih tinggi digunakan untuk standar penentuan sehingga lamanya pemeriksaan dari 5 hari sampai 4 hari bahkan 3 hari. Hal ini akan mengurangi kapasitas inkubator yang diperlukan karena sampel harus dieramkan pada periode yang lebih pendek.

BOD merupakan ukuran utama kekuatan limbah cair. BOD juga merupakan petunjuk dari pengaruh yang diperkirakan terjadi pada badan air penerima berkaitan dengan pengurangan kandungan oksigennya. Secara umum, derajat pengolahan yang dicapai oleh bangunan pengolahan harus dipilih sedemikian rupa sehingga BOD effluent tidak akan menurunkan derajat kandungan oksigen sampai tingkat tertentu pada badan air penerima agar badan air dapat tetap berfungsi sesuai peruntukannya.( Soeparman,2001)

BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi didalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air.

Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri dan untuk mendesain sistem-sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah jika suatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut. Yang

(17)

13

bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut.

Biochemichal Oxygen Demand (BOD) adalah salah satu yang paling umum dari tindakan polutan bahan organik di dalam air. Direksi menunjukkan jumlah putrescible organik masalah hadir di dalam air. Oleh karena itu, direksi yang

rendah merupakan indikator yang baik kualitas air, sedangkan yang tinggi menunjukkan direksi polluted air. Direksi uji melayani fungsi sangat penting dalam mengontrol aliran polusi-kegiatan. Ini merupakan prosedur yang bioassay mengukur jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh organisme hidup sedangkan mereka memanfaatkan organik hadir dalam masalah sampah, di bawah kondisi serupa di alam. Tradisional yang lain untuk tes atau indikator kualitas air adalah kebutuhan oksigen kimia (COD) dan pH.

(18)

14 BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan 1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam pemeriksaan DO dan BOD yaitu:

a. Botol winkler 4 buah

b. Pipet buret 1 buah

c. Statip 1 buah

d. Corong 1 buah

e. Pipet ukur 1 buah

f. Bulp 1 buah

g. Gelas ukur kecil 1 buah

h. Gelas ukur besar 1 buah

i. Labu Erlenmeyer 1 buah

j. Inkubator 20°C 1 unit

k. Label secukupnya

2. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah:

a. Sampel air 700 ml

(19)

15

c. Larutan CaCl2 2,75% 5 ml

d. Larutan MgSO4 2,25% 5 ml

e. Larutan FeCl3 0,025% 5 ml

f. Larutan amilum 3 ml

g. Larutan buffer ammonia 5 ml

h. Larutan pereaksi oksida 4 ml

i. Larutan H2SO4 pekat 5 ml

j. Larutan thiosulfat 0,025 N secukupnya

k. Aquadest 500 ml

B. Waktu dan Lokasi Pengambilan Sampel

1. Waktu : Kamis, 28 April 2011. (pukul 09.50 wita) 2. Lokasi : Warung Sari Jatim Workshop UNHAS.

C. Prosedur Kerja

1. Pengambilan Sampel

Adapun cara pengambilan sampel yang diteliti adalah : a. Wadah (botol) disiapkan untuk mengambil sampel air.

b. Wadah (botol) dibilas dengan air yang akan dijadikan sampel. c. Setelah dibilas, botol diisi dengan sampel air sampai penuh.

d. Botol ditutup lalu dibawa ke laboratorium untuk diperiksa nilai DO dan BOD-nya.

(20)

16 2. Pemeriksaan untuk DO segera (DOs)

a. Botol winkler disiapkan sebagai wadah untuk sampel sebanyak 2 buah. b. Masing-masing botol winkler diisi penuh dengan air sumur bor agar tidak

ada oksigen yang masuk dan keluar.

c. Botol winkler 1 dicampur dengan 2 ml pereaksi O2 kemudian dihomogenkan.

d. Sampel dicampur dengan 2 ml larutan MnSO4 lalu dihomogenkan. Jika warnanya berubah menjadi coklat, berarti sampel tersebut mengandung O2. Jika warna berubah menjadi putih, berarti sampel tersebut tidak mengandung O2.

e. Diamkan beberapa menit sampai membentuk endapan.

f. Sampel dicampur dengan 1 ml larutan H2SO4 di dalam lemari asam kemudian dihomogenkan sampai endapannya hilang dan berubah warna menjadi kuning terang.

g. Pindahkan sampel ke dalam labu erlenmeyer sebanyak 200 ml dengan menggunakan gelas ukur dan corong.

h. Sampel yang ada pada labu erlenmeyer dititrasi dengan larutan thiosulfat 0,0254 N sambil dihomogenkan sampai berubah warna menjadi kuning muda.

i. Sampel dicampur dengan 1 ml indikator amilum sehingga warnanya berubah menjadi hitam.

(21)

17

j. Sampel dititrasi kembali sambil dihomogenkan hingga berubah warna menjadi bening (tidak berwarna). Hitung banyaknya larutan thiosulfat yang digunakan.

k. Hitung banyaknya pengenceran dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan.

3. Pemeriksaan DO campuran segera (DOcs)

a. Ambil 70 ml sampel dari botol winkler 2 dengan menggunakan gelas ukur lalu dicampur dengan larutan pengencer sampai volumenya menjadi 700 ml.

b. Pindahkan sampel ke dalam dua botol winkler, masing-masing 250 ml. c. Botol winkler 1 diinkubasi selama 5 hari dengan suhu 20ºC (sebagai

DO5.20). Sedangkan botol winkler 2 sebagai DOcs yang dicampur dengan 2 ml pereaksi O2 kemudian dihomogenkan.

d. Kemudian dicampur dengan 2 ml larutan MnSO4 lalu dihomogenkan. Jika warnanya berubah menjadi coklat, berarti sampel tersebut mengandung O2. Jika warna berubah menjadi putih, berarti sampel tersebut tidak mengandung O2.

e. Diamkan beberapa menit sampai membentuk endapan.

f. Sampel dicampur dengan 1 ml larutan H2SO4 di dalam lemari asam kemudian dihomogenkan sampai endapannya hilang dan berubah warna menjadi kuning terang.

(22)

18

g. Pindahkan sampel ke dalam labu erlenmeyer sebanyak 200 ml dengan menggunakan gelas ukur dan corong.

h. Sampel yang ada pada labu erlenmeyer dititrasi dengan larutan thiosulfat sambil digoyang-goyangkan sampai berubah warna menjadi kuning muda. i. Sampel dicampur dengan 1 ml indikator amilum sehingga warnanya

berubah menjadi hitam.

j. Sampel dititrasi kembali sambil digoyang-goyangkan hingga berubah warna menjadi bening (tidak berwarna). Hitung banyaknya larutan thiosulfat yang digunakan.

k. Hitung DOcs dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan. 4. Pemeriksaan untuk DOc5.20 (DO campuran 5.20)

a. Sampel air campuran yang telah diinkubasi selama 5 hari dengan suhu 20 C disiapkan.

b. Kemudian dicampur dengan 2 ml larutan pereaksi O2 dan 2 ml larutan MnSO4 lalu dihomogenkan. Jika warnanya berubah menjadi coklat, berarti sampel tersebut mengandung O2. Jika warna berubah menjadi putih, berarti sampel tersebut tidak mengandung O2.

c. Diamkan beberapa menit sampai membentuk endapan.

d. Sampel dicampur dengan 1 ml larutan H2SO4 di dalam lemari asam kemudian dihomogenkan sampai endapannya hilang dan berubah warna menjadi kuning terang.

(23)

19

e. Pindahkan sampel ke dalam labu erlenmeyer sebanyak 200 ml dengan menggunakan gelas ukur dan corong.

f. Sampel yang ada pada labu erlenmeyer dititrasi dengan larutan thiosulfat sambil digoyang-goyangkan sampai berubah warna menjadi kuning muda. g. Sampel dicampur dengan 1 ml indikator amilum sehingga warnanya

berubah menjadi hitam.

h. Sampel dititrasi kembali sambil digoyang-goyangkan hingga berubah warna menjadi bening (tidak berwarna). Hitung banyaknya larutan thiosulfat yang digunakan.

(24)

20 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Adapun hasil yang didapat pada pemeriksaan DO dan BOD pada air sumur gali ini adalah:

Tabel 1

Hasil Pemeriksaan DO pada Air Sumur Gali

Percobaan Warna

Endapan Titrasi

DO segera Coklat 2,8 ml

DO campuran segera Coklat 6,5 ml DO campuran 5.20 Coklat 8 ml DO pengencer segera Coklat 6,8 ml DO pengencer 5.20 Coklat 6,6 ml Sumber: Data Primer

Berdasarkan hasil pengamatan untuk mendapatkan nilai dari DO segera, DO air pengencer, dan DO5.20, maka digunakan rumus sebagai berikut:

1. DO segera

DOsegera = ml titrasi x N thiosulfat x 8000

ml contoh

(25)

21 = 2,8 x 0,025 x 8000

196,8 = 2,84 mg/l

2. Docampuran segera

DOcampuran segera = ml titrasi x N thiosulfat x 8000

ml contoh = 6,5x 0,025 x 8000 196,8 = 6,6 mg/l 3. DOcampuran 5.20

DOcampuran 5.20 = ml titrasi x N thiosulfat x 8000

ml contoh = 8 x 0,025 x 8000

196,8 = 8,13 mg/l

4. DOpengencer segera

DOpengencer segera = ml titrasi x N thiosulfat x 8000

ml contoh = 6,8 x 0,025 x 8000

200 = 6,8 mg/l

(26)

22 5. DOpengencer 5.20

DOpengencer segera 5.20 = ml titrasi x N thiosulfat x 8000

ml sampel

= 6,6 x 0,025 x 8000 = 6,7 mg/l 196,8

Dari semua perhitungan DO pada air, maka hasilnya dapat dimasukkan ke dalam rumus untuk mencari BOD air tersebut, yaitu:

BOD5.20 = (DOcampuran segera – DOcampuran5.20) - (DOpengencer segera – DOpengencer5.20)x P

= ( 6,6 – 8,13 ) – ( 7 – 6,6 ) x 16 = ( -1,53 – 0,4 ) x 16

= - 1,93 x 16 = - 30,88 mg/l

Jadi, nilai BOD setelah inkubasi selama 5 hari dengan suhu 200C pada limbah cair domestik adalah -30,88 mg/l.

B. Pembahasan

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, kadar BOD tidak boleh lebih dari 100 mg/l. Sedangkan hasil dari pemeriksaan kadar BOD pada sampel limbah cair domestik yaitu -30,88 mg/l, hasil ini tidak dapta dijadikan sebagai perbandingan dengan standar Keputusan Menteri tersebut. Karena adanya kesalahan dalam proses pentitrasian dan botol sampel yang dipakai.

(27)

23

Hasil yang didapatkan untuk nilai BOD adalah minus (-). Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya jumlah sampel air yang dimasukkan ke dalam botol yang akan diinkubasi selama lima hari dengan suhu 200C. Sehingga pada botol tersebut terdapat ruang hampa udara.

Oksigen sangat dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan dan proses metabolisme. Dalam perairan oksigen berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan kimia menjadi senyawa yang lebih sederhana sebagai nutrien yang sangat dibutuhkan organisme perairan. Sumber utama oksigen di perairan berasal dari proses difusi udara bebas dan hasil proses fotosintesis.

Untuk mengetahui kualitas suatu perairan, parameter oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan biologis akan oksigen (BOD) memegang peranan penting. Prinsip penentuannya bisa dilakukan dengan cara titrasi iodometri atau langsung dengan alat DO meter.

Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer. Semakin tinggi suhu air, semakin rendah tingkat kejenuhan. Kelarutan oksigen di medium cair menurun seiring dengan naiknya suhu dan banyaknya mineral yang terlihat di medium tersebut. Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh: Suhu air, Tekanan atmosfir, Kandungan garam-garam terlarut, Kualitas pakan, dan Aktivitas biologi perairan.

Suatu perairan yang tingkat pencemarannya rendah dan bisa dikatagorikan sebagai perairan yang baik, maka kadar oksigen terlarutnya (DO) > 5 ppm dan kadar oksigen biokimianya (BOD) berkisar 0-10 ppm.

(28)

24

Berikut ini adalah tabel nilai DO dan BOD untuk tingkat pencemaran perairan:

Tabel 2. Tingkat pencemaran perairan berdasarkan nilai DO dan BOD

Tingkat Pencemaran Parameter DO (ppm) BOD (ppm) Rendah >5 0-10 Sedang 0-5 10-20 Tinggi 0 25 Sumber : Wirosarjono, 1974

(29)

25 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, kadar BOD tidak boleh lebih dari 100 mg/l. Sedangkan hasil dari pemeriksaan kadar BOD pada sampel limbah cair domestik yaitu -30,88 mg/l, hasil ini dikarenakan dalam proses pentitrasian terjadi kesalahan.

B. Saran

1. Kepada Pemerintah diharapkan lebih memantau limbah-limbah yang dihasilkan rumah makan/warung, agar rumah makan/warung tidak membuang limbahnya langsung ke lingkungan dan bagi yang melanggar wajib diberi hukuman/sanksi.

2. Diharapkan kepada masyarakat yang ada disekitar kawasan industri kecil agar tetap menjaga lingkungan dari pencemaran limbah

3. Diharapkan partisipasi dari pemilik warung agar lebih memperhatikan limbah cair yang dihasilkan dengan tidak membuang limbahnya langsung ke lingkungan demi terwujudnya lingkungan yang bersih dari limbah cair domestik.

(30)

26

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Teknologi kimia industri. [online]

http://teknologikimiaindustri.blogspot.com/2011/02/ oksigen-terlarut-ot-dissolved-oxygen-do.html (diakses pada tanggal 1 mei 2011)

Fakhrizal. 2004. Mewaspadai Bahaya Limbah Domestik di Kali Mas.Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah.

Forum Komunikasi Mahasiswa Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah atau Limbah Perkotaan. 2002. Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah atau Limbah Perkotaan. Yogyakarta: Magister Sistem Teknik, UGM.

Salmin. 2000. Oksigen terlarut dan kebutuhan oksigen biologi untuk penentuan

kualitas perairan. [online]

http://images.atoxsmd.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/RluywAoKCsYA AAHIw641/oksigen%20terlarut%20dan%20kebutuhan%20oksigen%20biologi%20u ntuk%20penentuan%20kualitas%20perairan.pdf?nmid=44066689 (diakses pada tanggal 1 mei 2011)

Siregar,A.S. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah.Yogyakarta.

Soeparman. 2001. Pengelolaan Limbah Cair. Buku Kedokteran. Jakarta

Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI-Press

(31)

Gambar

Tabel 2. Tingkat pencemaran perairan berdasarkan nilai DO dan BOD

Referensi

Dokumen terkait

Jika CoO tidak teroksidasi, seharusnya jika ZnO dan CoO tidak membentuk larutan padat minimal puncak tambahan yang berasal dari CoO muncul pada sudut 28 sekitar

Nilai oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO) kolom air bawah Danau Crown Golf lebih rendah dibandingkan dengan DO kolom air atas karena adanya pemanfaatan oksigen

Berdasarkan hasil pengujian dengan beberapa skenario, kontrol lampu dan sistem penjadwalan dapat dilakukan menggunakan aplikasi Android melalui komunikasi

Integrated Pemerintah kota mengajak berbagai pihak di dalam kota untuk melakukan berbagai inisiatif SmartCity yang terintegrasi, didukung oleh forum resmi (mis: Dewan Smart City)

Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan PEmahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar.. Jurnal

Produk perbankan Islam harus disajikan pertama, produk tersebut harus sah dan tidak menyebabkan kebodohan pikiran dalam bentuk apapun. Kedua, produk harus

Penelitian ini berjudul Evaluasi Pola Pengelolaan Tambak Inti Rakyat (TIR) Yang Berkelanjutan (Kasus TIR Transmigrasi Jawai Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat). Ulasan