A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Cl
-B. Waktu Percobaan : Jum’at, 11 April 2014, pukul 13.00 – 15.00 WIB C. Tujuan Percobaan : Untuk Kadar Klorida Sampel Air
D. Dasar Teori :
Air merupakan bagian yang penting bagi makhluk hidup baik manusia, hewan maupun tubuhan. Tanpa air kemungkinan tidak ada kehidupan di dunia inti karena semua makhluk hidup sangat memerlukan air untuk bertahan hidup. Manusia mungkin dapat hidup beberapa hari akan tetapi manusia tidak akan bertahan selama beberapa hari jika tidak minum karena sudah mutlak bahwa sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia itu terdiri dari 73% adalah air. Jadi bukan hal yang baru jika kehidupan yang ada di dunia ini dapat terus berlangsung karena tersedianya Air yang cukup. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berupaya mengadakan air yang cukup bagi dirinya sendiri. Berikut ini air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia dengan segala macam kegiatannya, antara lain digunakan untuk:
a. Keperluan rumah tangga, misalnya untuk minum, masak, mandi, cuci dan pekerjaan lainnya,
b. Keperluan umum, misalnya untuk kebersihan jalan dan pasar, pengangkutan air limbah, hiasan kota, tempat rekreasi dan lain-lainnya.
c. Keperluan industri, misalnya untuk pabrik dan bangunan pembangkit tenaga listrik. d. Keperluan perdagangan, misalnya untuk hotel, restoran, dll.
e. Keperluan pertanian dan peternakanKeperluan pelayaran dan lain sebagainya Oleh karena itulah air sangat berfungsi dan berperan bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Penting bagi kita sebagai manusia untuk tetap selalu melestarikan dan menjaga agar air yang kita gunakan tetap terjaga kelestariannya dengan melakukan pengelolaan air yang baik seperti penghematan, tidak membuang sampah dan limbah yang dapat membuat pencemaran air sehingga dapat menggangu ekosistem yang ada.
1. Manfaat Air bagi Kehidupan Manusia
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran,
tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana. Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia yang mengandung banyak air, antara lain, otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6%, dan darah 83%. Setiap hari kurang lebih 2.272 liter darah dibersihkan oleh ginjal dan sekitar 2,3 liter diproduksi menjadi urine. Selebihnya diserap kembali masuk ke aliran darah. Dalam kehidupan sehari-hari, air dipergunakan antara lain untuk keperluan minum, mandi, memasak, mencuci, membersihkan rumah, pelarut obat, dan pembawa bahan buangan industri. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat.Volume rata- rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat.
2. Penjernihan Air
Penjernihan air merujuk ke sejumlah proses yang dijalankan demi membuat air dapat diterima untuk penggunaan akhir tertentu. Ini mencakup penggunaan seperti air minum, proses industri, medis dan banyak penggunaan lain. Tujuan semua proses penjernihan air adalah menghilangkan pencemar yang ada dalam air atau mengurangi kesadahannya agar air menjadi becomes layak untuk penggunaan akhirnya. Salah satu penggunaan tersebut adalah mengembalikan ke lingkungan alami air yang sudah digunakan tanpa berakibatkan dampak yang buruk atas lingkungan. Cara penjernihan air antara lain:
a. Penyaringan dan perebusan
Meski tampak bersih, air yang akan diminum harus disaring dan direbus hingga mendidih setidaknya selama 5-10 menit. Hal ini dapat membunuh bakteri, spora, ova, kista dan mensterilkan air. Proses penyaringan ini juga menghilangkan karbon dioksida dan pengendapan kalsium karbonat.
Hal ini berguna untuk memurnikan air yang disimpan pada tempat seperti di genangan air, tangki atau air sumur.
c. Bubuk pemutih
Proses ini merupakan diklorinasi kapur. 2,3 gram bubuk pemutih diperlukan untuk mendisinfeksi 1 meter kubik (1.000 liter) air. Tapi air yang sangat tercemar dan keruh tidak bisa dimurnikan dengan metode ini.
d. Tablet klorin
Dipasaran, tablet klorin dijual dengan nama tablet halazone. Senyawa ini mungkin cukup mahal tetapi efektif untuk memurnikan air dengan skala kecil.
e. Filter
Ada beberapa jenis filter air, antara lain filter keramik ‘lilin’ dan UV filter. Bagian utama dari sebuah filter keramik ‘lilin’ ini adalah lilin yang terbuat dari porselin atau tanah infusorial. Permukaannya dilapisi dengan katalis perak sehingga bakteri yang masuk ke dalam akan dibunuh. Metode ini menghilangkan bakteri yang biasanya ditemukan dalam minum air, tetapi tidak efektif dengan virus yang bisa lolos saringan.
3. Bahan-bahan Penyaringan
a. Batuan
Dalam geologi, batu adalah benda padat yang tebuat secara alami dari mineral dan atau mineraloid. Lapisan luar padat Bumi, litosfer, terbuat dari batu. Dalam batuan umumnya adalah tiga jenis, yaitu batuan beku, sedimen, dan metamorf. Penelitian ilmiah batuan disebut petrologi, dan petrologi merupakan komponen penting dari geologi. Dalam bangunan batu biasanya dipakai pada pondasi bangunan untuk bangunan dengan ketinggian kurang dari 10 meter, batu juga dipakai untuk memperindah fasade bangunan dengan memberikan warna dan tekstur unik dari batu alam.
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang membentuk mereka. Ciri - ciri ini mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf. Mereka lebih diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang membentuk mereka. Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi. Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan:
2) tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu 3) struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.
4) proses pembentukan
b. Kerikil
Batu Kerikil (Pebbles) sebenarnya menunjukkan besaran butir pasir, dapat dikategorikan sebagai Batu Pasir yang banyak mengandung silika. Umumnya bertekstur halus dan berbentuk bulat terbentuk akibat dari pecahan batu gunung yang kemudian terseret air hingga ke laut dan selama ribuan tahun saling beradu sesamanya dan terkikis air, karena itu diperoleh di daerah pesisir pantai. Tersedia dalam beberapa warna, ukuran dan bentuk. Digunakan untuk ditaburkan pada taman kering (Patio atau Taman Jepang) atau dicampur dengan adukan semen (biasa disebut Beton/Koral Sikat) untuk jalan setapak atau driveways atau carport. Untuk ukuran yang kecil sering juga disebut Batu Aras.
c. Arang
Arang adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau tumbuhan. Arang umumnya didapatkan dengan memanaskan kayu, gula, tulang, dan benda lain. Arang yang hitam, ringan, mudah hancur, dan meyerupai batu bara ini terdiri dari 85% sampai 98% karbon, sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya. Jenis-jenis arang:
1) Arang kayu
Arang kayu adalah arang yang terbuat dari bahan dasar kayu. Arang kayu paling banyak digunakan untuk keperluan memasak seperti yang dijelaskan sebelumnya. Sedangkan penggunaan arang kayu yang lainnya adalah sebagai penjernih air, penggunaan dalam bidang kesehatan, dan masih banyak lagi. Bahan kayu yang digunakan untuk dibuat arang kayu adalah kayu yang masih sehat, dalam hal ini kayu belun membusuk.
2) Arang serbuk gergaji
Arang serbuk gergaji adalah arang yang terbuat dari serbuk gergaji yang dibakar. Serbuk gergaji biasanya mudah didapat ditempat-tempat penggergajian atau tempat pengrajin kayu. Serbuk gergaji adalah bahan sisa produksi yang jarang dimanfaatkan lagi oleh pemilknya. Sehingga harganya bisa terbilang
murah.selain dapat untuk bahan bakar, arang serbuk gergaji biasanya dimanfaatkan untuk campuran pupuk dan dapat diolah menjadi briket arang 3) Arang sekam padi
Arang sekam padi biasa digunakan sebagai pupuk dan bahan baku briket arang. Sekam yang digunakan bisa diperoleh ditempat penggilingan padi. Selain digunakan untuk arang, sekam padi juga sering dijadikan bekatul untuk pekan ternak. Arang sekam juga bisa digunakan sebagai campuran pupuk dan media tanam di persemaian. Hal ini karena sekam padi memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan air sebagai cadangan makanan.
4) Arang tempurung kelapa
Arang tempurung kelapa adalah arang yang berbahan dasar tempurung kelapa. Pemanfaatan arang tempurung kelapa ini ternasuk cukup strategis sebagai sektor usaha. Hal ini karena jarang masyarakat yang memanfaatkan tempurung kelapanya. Selain dimanfaatkan dengan dibakar langsung, tempurung kelapa dapat dijadikan sabagai bahan dasar briket arang. Tempurung kelapa yang akan dijadikan arang harus dari kelapa yang sudah tua, karena lebih padat dan kandungan airnya lebih sedikit dibandingkan dari kelapa yang masih muda. Harga jual arang tempurung kelapa terbilang cukup tinggi. Karena selain berkualitas tinggi, untuk mendapatkan tempurung kelapanya juga terbilang sulit dan harganya cukup mahal.
5) Arang serasah
Arang serasah adalah arang yang terbuat dari serasah atau sampah dedaunan. Bila dibandingkan dengan bahan arang lain, serasah termasuk bahan yang paling mudah didapat. Arang serasah juga bisa dijadikan briket arang, karena mudah dihancurkan.
6) Briket arang
Jenis arang yang terakhir dan sudah banyak terdapat dimasyarakat adalah Briket Arang. Briket arang adalah arang yang terbuat dari arang jenis lain yang dihaluskan terlebih dahulu kemudian dicetak sesuai kebutuhan dengan campuran tepung kanji. Tujuan pembuatan briket arang adalah untuk menambah jangka waktu bakar dan untuk menghemat biaya. Arang yang sering dijadikan briket arang diantaranya adalah arang sekam, arang serbuk gergaji, dan arang serasah. Arang- arang tersebut terlalu kecil untuk digunakan langsung dan akan cepat habis. Sehingga akan lebih awet jika diubah menjadi briket arang. Untuk
arang tempurung kelapa dapat dijadikan briket arang, tetapi hanya tempurung yang sudah remuk.Sedangkan tempurung yang masih utuh tidak perlu dijadikan briket arang.
7) Arang kulit buah mahoni
Arang kulit buah mahoni adalah arang dengan bahan dasar kulit buah mahoni. Bila dilihat secara kasat mata, kulit buah mahoni memiliki tekstur yang keras dan padat. Sayang jika hanya dibiarkan tertumpuk disekitar halaman. Arang kulit buah mahoni diproses menggunakan tungku drum, sama halnya dengan arang kayu. Arang jenis ini juga dapat diolah menjadi briket arang. Arang yang dihasilkan dari kulit buah mahoni juga terbukti memiliki kualitas yang cukup baik. Jika dibakar hanya mengeluarkan sedikit asap. Nilai kalor yang dihasilkan saat dibakar sangat tinggi dan lebih tahan lama sehingga dapat menghemat biaya pengeluaran.
d. Ijuk
Ijuk adalah serat alami berkarakter kuat, lentur dan tahan terhadap kelembaban dan air asin.Ijuk terbuat dari pohon aren. Kelebihan ijuk diantaranya kuat tehadap asan dan air asin, tahan lama, tidak lapuk. Pemanfaatan untuk atap, bahan sapu, bahan tali, sebagai filter resapan air pada bangunan modern, dan tali untuk mengikat bagian-bagian tertentu dari badan kapal atau perahu. Ijuk dimulai dari memanennya dari batang aren yang sudah berumur lima tahun. Dengan sebatang tangga bambu panjang yang diberi lubang-lubang, ijuk yang sudah di lepas lidi-lidinya mulai dicongkel dengan parang agar terlepas dari batang. Setelah itu di bawa ke tempat pengolahan untuk nanti di sisir menggunakan kawat baja runcing yang dipakukan pada sebatang kayu. Gunanya selain membersihkan, agar serat-serat tertata rapi dan bisa dipisahkan besar dan panjang serat. Kemudian di jemur dan setelah kering baru diikat seperti cemara (bahan sanggul) ibu-ibu jaman dulu.
e. Kapas
Kapas adalah serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium (biasa disebut "pohon"/tanaman kapas), tumbuhan 'semak' yang berasal dari daerah tropika dan subtropika. Serat kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil. Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai katun (benang maupun kainnya). Serat kapas merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10% dari berat kotor (bruto) produk hilang dalam pemrosesan. Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan
lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimerselulosa murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya serap yang unik namun disukai orang. Tekstil yang terbuat dari kapas (katun) bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala panas (menyerap keringat).
4. Kadar Cl
Indonesia merupakan negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas lautan. Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.
Gambar 1. diagram kandungan garam air laut
Gambar 1 merupakan diagram kandungan garam air laut yang memperlihatkan bahwa air laut terdiri dari 3,5% garam. Adapun garam-garam yang terkandung adalah seperti yang telah diuraikan di atas. Untuk menentukan kandungan klorida dalam air laut
dapat dilakukan dengan titrasi argentometri. Titrasi argentometri disebut juga titrasi pengendapan karena proses titrasi tersebut mengakibatkan terbentuknya endapan. Titrasi argentometri ini dibedakan berdasarkan atas indikator yang digunakan. Berdasarkan indikator yang digunakan maka titrasi argentometri dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Metode Mohr ; menggunakan indikator kalium kromat b. Metode Volhard; menggunakan indikator larutan Fe+3
c. Metode Fajans; menggunakan indikator adsorpsi seperti fluoresein (C20H12O5) dan
tetrabromo fluoresein(C20H8Br4O5) (Selamat, dkk. 2008)
Untuk menentukan kandungan klorida sebagai NaCl dalam air laut digunakan titrasi argentometri metode Mohr, karena metode Mohr biasanya dipergunakan untuk mengendapkan ion-ion perak, tiosianat, dan ion-ion halogen yang salah satunya adalah ion klorida. Titrasi argentometri metode Mohr menggunakan larutan kalium kromat (K2CrO4) sebagai indikator. Untuk dapat dijadikan indicator, konsentrasi kalium kromat
harus ditentukan dengan cermat agar tidak terjadi reaksi antara ion kromat dengan titran sebelum ion klorida habis bereaksi dengan titran. Berikut ini reaksi yang terjadi pada titrasi argentometri metode Mohr:
Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa terjadi pengendapan bertingkat. Mula-mula akan terbentuk endapan AgCl karena adanya reaksi ion klorida pada titrat dengan ion perak pada titran. Setelah ion klorida habis bereaksi maka akan terjadi reaksi antara ion perak dengan ion kromat dari indikator. Reaksi antara ion kromat dengan titran ini akan mengakibatkan perubahan warna pada endapan menjadi merah kecoklatan. Pada kondisi ini tercapai titik akhir titrasi. Agar tidak terjadi reaksi antara indikator dengan titran sebelum ion klorida habis maka perlu ditentukan dengan pasti konsentrasi ion kromat yang digunakan. Berdasarkan data hasil kali kelarutan maka pada titik ekivalen konsentrasi ion perak sama dengan konsentrasi ion klorida yaitu:
Pada kondisi ini maka konsentrasi ion kromat yang diperlukan agar endapan Ag2CrO4
terjadi tepat pada titik ekivalen adalah:
Pada prakteknya digunakan konsentrasi ion kromat sekitar 2,5 × 10-3 M, sehingga titik akhirtitrasi dapat diamati dengan jelas (Selamat, dkk., 2008). Titrasi dengan cara Mohr harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikitalkalis, pH 6,5– 9,0. Dalam suasana asam, ion kromat sebagian berubah menjadi Cr2O72- dan dalam suasana basa,
menyebabkan terbentuknya endapan AgOH yang lebih lanjut akan teruraimenjadi Ag2O
sehingga titran yang diperlukan akan menjadi lebih banyak. Reaksi yang terjadpada suasana asam dan basa dapat dituliskan sebagai berikut:
Asam : 2H+(aq) + 2CrO42-(aq) ↔ Cr2O72-(aq) + H2O(l)
Basa : 2Ag+(aq) + 2OH-(aq) ↔ 2AgOH(s) ↔ Ag2O(s) + H2O(l)
Selama titrasi Mohr, larutan diaduk dengan baik untuk menghindari terjadinya kelebihan titran secara lokal. Hal ini dapat menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen tercapai dan oklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk kemudian. Akibat selanjutnya adalah titik akhir menjadi tidak tajam.
E. Alat dan Bahan :
Alat – alat :
1. Botol air kemasan 1 buah
2. Gunting 1 buah
3. Kertas saring secukupnya
4. Kasa filter secukupnya
5. Erlenmeyer 100 mL 3 buah
6. Stopwatch 1 buah
7. Penangas air 1 buah
8. Pipet volume 25 mL 1 buah
9. Pro Pipet 1 buah
10. Statif 1 buah
11. Klem 1 buah
12. Buret 1 buah
13. Gelas ukur 10 mL 1 buah
14. Pipet tetes 4 buah
15. Gelas kimia 1 buah
Bahan – bahan :
1. Arang aktif 20 gram
2. Batu kerikil 140 gram
3. Pasir 60 gram
4. Ijuk 15 gram
5. Aquanesa secukupnya
6. Akuades secukupnya
7. Air sampel secukupnya
8. Larutan K2Cr2O7 secukupnya
F. Cara Kerja :
1. Penjernihan Air Sampel
2. Pembuatan Blanko
3. Penentuan Kadar Klorida dalam Air Sampel
- dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
- dilakukan pengenceran dengan penambahan akuades hingga tanda batas
- diambil sebanyak 12,5 mL menggunakan pipet volume - dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- ditambahkan 0,5 mL larutan K2Cr2O7 0,01 N
- dititrasi dengan larutan AgNO3 0,01 N hingga terjadi perubahan warna
menjadi jingga
Volume larutan AgNO3 0,01 N
1 mL air sampel
- dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- ditambahkan 0,5 mL larutan K2Cr2O7 0,01 N
- dititrasi dengan larutan AgNO3 0,01 N hingga terjadi perubahan warna
menjadi jingga
12,5 mL aquanesa
Volume larutan AgNO3 0,01 N
- dimasukkan ke dalam botol yang dasarnya sudah dipotong - ditambahkan kasa yang berfungsi sebagai filter
- ditambahkan ijuk - ditambahkan pasir - ditambahkan batu kerikil - ditambahkan arang
- digunakan untuk menyaring air sumur selama 30 menit Kertas saring
G. Tabel Hasil Pengamatan :
No. Sebelum Sesudah Dugaan/reaksi Kesimpulan
1. Aquanesa : tidak berwarna AgNO3 0,01 N : larutan tidak berwarna K2Cr2O7 0,01 N : larutan kuning (++) Larutan EDTA 0,01 M : tidak berwarna Aquanesa + 0,5 mL larutan K2Cr2O7 0,01 N : kuning (+)
Setelah dititrasi dengan larutan AgNO3 0,01 N :
larutan berwarna jingga
Reaksinya adalah :
1. AgNO3(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) +
NO3-(aq)
2. K2Cr2O7(aq) + 2AgNO3(aq)
Ag2Cr2O7(s) + 2KNO3(aq)
Volume AgNO3 0,01 N titrasi blanko :
1,3 mL.
2.
Akuades : tidak berwarna
Air sampel : tidak berwarna AgNO3 0,01 N : larutan tidak berwarna K2Cr2O7 0,01 N : larutan kuning (++)
Air sampel setelah
diencerkan : tidak
berwarna
Air sampel + 0,5 mL larutan K2Cr2O7 0,01 N :
kuning (+)
Setelah dititrasi dengan larutan AgNO3 0,01 N :
larutan berwarna jingga
Rumus penentuan kadar Cl
:
Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan no.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Air Minum, kadar
maksimum Cl yang diperbolehkan adalah 250 mg/L. Data : Replikasi Volume AgNO3 0,01 N (mL) Kadar Cl dalam sampel (mg/L) I 3,8 7090 II 3,6 6522,8 III 3,6 6522,8 Kadar Cl rata-rata : 6711,9 mg/L.
H. Analisis Data dan Pembahasan :
Percobaan penentuan kadar Cl- atau klorida ini bertujuan untuk mengetahui kadar ion klorida dari suatu sampel air yang didapatkan dari daerah Cupat yang berlokasi di dekat dengan Pantai Kenjeran. Secara teori berdasarkan data salinitas air laut yang disebutkan dalam sebuah blog bahwa air laut terdiri dari 3,5% garam. Telah diketahui sebelumnya bahwa daerah tersebut secara geografisnya terletak di daerah dekat pantai sehingga memiliki kandungan klorida yang cukup tinggi. Kerugian dari adanya klorida adalah ion ini tidak memiliki daya desinfeksi sehingga tidak dapat membasmi mikroorganisme seperti bakteri, amoeba, maupun ganggang dan lain – lain. Kelemahan lainnya adalah karena klor telah direduksi menjadi klorida maka kemampuan untuk menoksidasi ion – ion logam, dan memecah molekul organik seperti warna tidak dapat dilakukan lagi. Oleh karena itu untuk mengetahui kelayakan air di daerah tersebut dilakukan pengujian kadar Cl- atau klorida pada sampel air yang diambil dari salah satu sumur di daerah tersebut dengan titrssi argentometri menggunakan metode Mohr. Sebelum melakukan pengujian terhadap kadar ion klorida , langkah awal adalah melakukan penyaringan dengan alat
Water Purifier Sederhana. setelah penyaringan selama 45 menit, sampel kemudian
diambil dan dilakukan uji kadar ion klorida. Penentuan kadar ion klorida dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal adalah melakukan standarisasi larutan AgNO3 dengan
menggunakan Aquanesa sebagai pengganti sampel, dan tahap kedua yaitu penentuan kadar io klorida yang terdapat dalam sampel.
1. Tahap Standarisasi
Pada tahap ini sebanyak 12,5 mL aquanesa dimasukkan dalam erlenmeyer 100 mL kemudian ditambah dengan 0,5 mL larutan K2Cr2O7 0,01 N. Fungsi penambahan
larutan K2Cr2O7 adalah sebagai indikator dalam metode Mohr. Titrasi dalam
percobaan ini menggunkana titrasi argentometri dengan meode Mohr, karena metode Mohr biasanya dipergunakan untuk mengendapkan ion – ion perak, tiosianat, dan ion- ion halogen yang salah satunya adalah ion klorida. Setelah penambahan indikator terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi larutan berwarna kuning (+) , hal ini karena warna indikatornya sendiri yaitu K2Cr2O7 adalah larutan berwarna kuning
(++). Langkah selanjutnya adalah titrasi dengan menggunakan larutan AgNO3 0,01 N
hingga terjadi perubahan warna dari semula berwarna kuning (+) setelah dititrasi dengan 1,3 mL larutan AgNO3 0,01 N berubah warna menjadi jingga. Setelah
1,3 mL, maka volume AgNO3 yang terstandarisasi tersebut digunakan untuk
menghitungan kadar ion klorida yang terdapat dalam sampel..
2. Tahap Penetuan kadar ion Cl- dalam sampel air
Tahap selajutnya adalah melakukan penentuan kadar ion klorida dalam sampel air sumur yang diperoleh dari daerah Cupat yang telah mengalami penyaringan dengan
water purifier sederhana selama 45 menit. Dapat dibedakan secara kualitatif warna
dan abu air sebelum dan sesudah disaring dengan water purifier sederhana memiliki perbedaan yang signifikan yaitu warnanya lebih jernih, tidak berwarna dan baunya sedikit berkurang dibandingkan sebelum mengalami penyaringan. Sampel yang telah melalui tahap penyaringan kemudian diambil sebayak 12,5 mL kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 mL dan ditambah dengan 0,5 mL larutan K2Cr2O7. Sama
halnya dengan tahap standarisasasi dimana fungsi penambahan larutan K2Cr2O7
adalah sebagai indikator dalam metode Mohr. Biasanya indikator yang digunakan adalah larutan K2CrO4, akan tetapi karena pada kondisi pH tertentu ion kromat akan
berubah menjadi dikromat sehingga menyebabkan timbulnya endapaan yang sangat lambat maka pada percobaan ini langsung digunakan larutan K2Cr2O7 sebagai
indikator. Titrasi dalam percobaan ini menggunkana titrasi argentometri dengan meode Mohr, karena metode Mohr biasanya dipergunakan untuk mengendapkan ion – ion perak, tiosianat, dan ion- ion halogen yang salah satunya adalah ion klorida. Setelah penambahan indikator terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi larutan berwarna kuning (+) , hal ini karena warna indikatornya sendiri, yaitu K2Cr2O7
adalah larutan berwarna kuning (++). langkah selnjutnya adalah penitrasian dengan menggunakan larutan AgNO3 0,01 N hingga terjadi perubahan warna dari semula
berwarna kuning (+)berubah warna menjadi jingga dengan endapan merah bata. Pada titrasi ini dibutuhkan volume AgNO3 0,01 N sebanyak 23 mL untuk menitrasi sampel
tersebut. Banyaknya volume AgNO3 0,01 N yang dibutuhkan mengindikasikan bahwa
kandungan ion klorida pada sampel sangat besar. Sehingga dilakukan pengenceran sebanyak 100 kali pada sampel sebelum di tambah dengan indikator dan dititrasi dengan AgNO3 0,01 N. Sampel yang telah diencerkan sebanyak 100 kali kemudian
ditambahkan indikator K2Cr2O7 dan dititrasi dengan larutan AgNO3 0,01 N.
Dibutuhkan sebanyak 3,8 mL larutan AgNO3 0,01 N agar titik akhir titrasi terlihat.
Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan dari kuning (+) menjadi jingga dan apabila didiamkan beberapa saat akan terlihat endapan merah bata.
Dalam proses titrasi ini, AgNO3 dengan Cl- akan lebih dulu membentuk endapan
AgCl yang berwarna putih, setelah AgCl mengendap seluruhnya barulah mulai terbentuk endapan Ag2Cr2O7 yang berwarna merah bata. Jika dilihat dari nilai Ksp
-nya, yaitu Ksp Ag2Cr2O7 (2 x 10-12) lebih kecil dari Ksp AgCl (1 x 10-10), sehingga
yang seharusnya terlebih dahulu mengendap adalah Ag2Cr2O7. Namun, karena AgCl
merupakan garam monovalen sedangkan Ag2Cr2O7 adalah garam divalen maka
Ag2Cr2O7 memerlukan lebih banyak titran untuk mengendap dibandingkan dengan
AgCl yang bervalensi satu. Adapun reaksi yang terjadi dalam titrasi ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Cl-(aq) + Ag+ AgCl (s) Ksp = 1,2 x 10 -10
Cr2O7(2-) +2 Ag+(aq) Ag2Cr2O7. Ksp = 2 x 10 -12
Pada percobaan ini dilakukan 3 kali replikasi titrasi larutan AgNO3 0,01 N.
Dari titrasi kedua dan ketiga didapatkan volume yang sama, yaitu 3,6 mL larutan AgNO3 0,01 N. Dari ketiga volume tersebut dapat dilakukan penetnuan kadar ion
klorida pada sampel dengan menggunakan persamaan 1, yaitu :
Dari persamaan di atas didapatkan hasil perhitungan kadar ion klorida untuk masing– masing volume sebesar 7090 mg/L; 6522,8 mg/L; dan 6522,8 mg/L.
I. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
Berdasarkan hasil titrasi argentometri dengan metode Mohr didapatkan hasil bahwa dengan volume titrasi 3,8 mL kadar ion klorida dalam sampel adalah sebesar 7090 mg/L. Sedangkan untuk volume titrasi 3,6 mL pada titrasi kedua dan ketiga, kadar ion klorida pada sampel sebesar 6552,8 mg/L. Dari rata- rata kadar ion klorida pada sampel didapatkan hasil sebesar 6711,9 mg/L. Secara teori, berdasarkan Permenkes tahun 2010, dijelaskan bahwa kadar maksimum ion klorida adalah sebesar 250 mg/L yang diperbolehkan untuk dikonsumsi atau digunakan sebgai pemenuh kebutuhan sehari–hari. Berdasarkan data dan perbandingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa air yang diperoleh dari daerah Cupat yang berlokasi di dekat pantai Kenjeran Surabaya dan telah mengalami penyaringan selama 45 menit tidak layak untuk dikonsumsi.
J. Daftar Pustaka :
Basset. J. etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik . Jakarta: Erlangga.
Antonim. 2005. Salinitas Air Laut.
http://oseanografi.blogspot.com/2005/07/salinitas-air-laut.html (diunduh
pada tanggal 12 April 2014).
Day, R.A. Jr & A.L. Underwood. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Fardiaz, Srikandi.1992. Polusi Air dan Udara.Yogyakarta: Kanisius.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. Menkes. 2010. PMK No. 492 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
SNI 01-3553-2006. 2006. Syarat Mutu Air.
http://xa.yimg.com/kQ/groups/9534928/152236470/name/SNI+01-3553-2006.pdf (diunduh pada tanggal 31 maret 2014).
TIM. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Lingkungan. Surabaya: Jurusan Kimia Universitas Negeri Surabaya.
LAMPIRAN
1. Perhitungan
Diketahui : Volume titrasi blanko : 1,3 mL Normalitas AgNO3 : 0,01 N V titrasi I : 3,8 mL V titrasi II : 3,6 mL V titrasi III : 3,6 mL Ar Cl : 35,45 amμ Vsampel : 12,5 mL
Ditanya : Berapa kadar Cl- dalam air sampel ? Penyelesaian : Volume AgNO3 = 3,8 mL Volume AgNO3 = 3,6 mL Volume AgNO3 = 3,6 mL Maka, kadar Cl-mg/l rata-rata :
2. Foto
a. Pembuatan Blanko
Aquanesa K2Cr2O7 Aquanesa + K2Cr2O7
Setelah titrasi Setelah titrasi
b. Penentuan Kadar Klorida dalam Air Sampel
Air sampel setelah pengenceran Air sampel + K2Cr2O7
(sebelum titrasi)
Air sampel + K2Cr2O7 Endapan terbentuk pada air sampel + K2Cr2O7