• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DAN INDIKATOR KINERJA MAKRO TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DAN INDIKATOR KINERJA MAKRO TAHUN 2013"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA DAN INDIKATOR

KINERJA MAKRO TAHUN 2013

3.1. Akuntabilitas Kinerja

Akuntabilitas merupakan suatu perwujudan tanggung jawab atas pelaksanaan amanah (sesuai Tupoksinya) yang diberikan stakeholders. Akuntabilitas ini berkaitan dengan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas, dan merupakan unjuk kinerja bagi pimpinan dan seluruh jajaran Pemerintah Kabupaten Lingga.

Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan misi organisasi kepada pihak-pihak yang berwenang menerima pelaporan akuntabilitas /pemberi amanah.

Pemerintah Kabupaten Lingga selaku pengemban amanah masyarakat Kabupaten Lingga melaksanakan kewajiban berakuntabilitas melalui penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Lingga yang dibuat sesuai ketentuan yang diamanatkan dalam Inpres Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/618/2003 tanggal 25 Maret 2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 29 Tahun 2010 tentang Penyusunan Penetapan Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Untuk dapat menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan/program sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten Lingga dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi pembangunan daerah dilakukan melalui pengukuran kinerja.

(2)

Selanjutnya dilakukan evaluasi kinerja dengan cara menghitung nilai capaian kinerja dari pelaksanaan kegiatan dan sasaran, kemudian dilakukan pula analisis pencapaian kinerja dengan menginterprestasikan lebih lanjut hasil pengukuran kinerja.

1. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja yang mencakup penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja, digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/program sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten Lingga dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi pembangunan daerah.

Pengukuran kinerja dilaksanakan sesuai dengan Kepala LAN nomor 239/IX/618/2004 tentang perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Capaian indikator kinerja utama (IKU) dan capaian indikator kinerja makro diperoleh berdasarkan pengukuran atas indikator kinerjanya masing-masing. Sedangkan capaian kinerja sasaran diperoleh berdasarkan pengukuran atas indikator kinerja sasaran strategis, cara penyimpulan hasil pengukuran kinerja pencapaian sasaran strategis dilakukan dengan membuat capaian rat-rata atas capaian indikator kinerja sasaran.

Predikat nilai capaian kinerjanya dikelompokan dalam skala pengukuran ordinal sebagai berikut :

85 s/d 100 : Sangat Berhasil 70 s/d <85 : Berhasil

55 s/d <70 : Cukup Berhasil 0 s/d <55 : Kurang Berhasil

(3)

 Indikator Kinerja

Indikator Kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan indikator masukan (inputs), keluaran (outputs), dan hasil (outcomes).

 Indikator sasaran

Indikator sasaran adalah sesuatu yang dapat menunjukan secara signifikan mengenai keberhasilan atau kegagalan pencapian sasaran. Indikator sasaran dilengkapi dengan target kuantitatif dan satuannya untuk mempermudah pengukuran pencapaian sasaran.

2. Capaian Indikator Kinerja Utama

Dalam rangka mengukur dan peningkatan kinerja serta lebih meningkatnya akuntabilitas kinerja pemerintah, maka setiap instansi pemerintah perlu Indikator Kinerja Utama.

Untuk itu pertama kali yang perlu dilakukan instansi pemerintah adalah menentukan apa yang menjadi kinerja utama dari instansi pemerintah yang bersangkutan. Dengan demikian kinerja utama terkandung dlam tujuan dan sasaran strategis instansi pemerintah, sehingga IKU adalah merupakan ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis instansi pemerintah.

Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Pemerintah Kabupaten Lingga Tahun 2013

No Indikator

Kinerja Satuan Target Realisasi

Capaian (%) 1. Laju Pertumbuhan % 6,69 6,69 100 2 PDRB perkapita atas dasar harga berlaku Rp 13.848.873,73 14.914.216,48 107,69 3 PDRB per kapita atas dasar harga konstan Rp 7.039.064,51 7.786.244,20 110,61

(4)

No Indikator

Kinerja Satuan Target Realisasi

Capaian (%) 4 Penduduk miskin % 10 14,2 142 5 Tingkat Pengangguran Terbuka % 5,5 3,52 64 6 Angka Melek Huruf % 91,39 91,79 100,43 7 Angka rata-rata lama sekolah % 12 7,30 60,83 8 Angka Harapan Hidup % 70,58 70,58 100 9 APK APK SD % 100 98,41 98,41 APK SMP % 92,4 85,17 92,13 APK SMA/MA/SMK % 80,5 73,49 91,29 10 APM APM SD % 95,4 91,33 95,73 APM SMP % 74,5 64,71 86,86 11 Angka Kematian ibu melahirkan Per 100.000 256 226 88,28 12 Angka kematian bayi Per 1.000 20 27,2 136 13 Prevalensi gizi kurang dan buruk % 2,3 0,79 34,35 14 Partisipasi perempuan di lembaga pemerintah % 23 0 0 15 Panjang jalan kabupaten beraspal Km per tahun 25 30 120

(5)

No Indikator

Kinerja Satuan Target Realisasi

Capaian (%) 16 Jumlah jembatan yang dibangun Unit per tahun 10 3 30 17 Jumlah dermaga yang dibangun Unit per tahun 15 13 86,67

Sumber : BPS kabupaten Lingga, Dinas pendidikan,Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Lingga dan Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga

3.2. INDIKATOR KINERJA MAKRO

Pengukuran keberhasilan kinerja selama tahun 2013 secara keseluruhan dipergunakan indikator kinerja makro yang merepresentasikan kinerja Pemerintah Kabupaten Lingga sebagai hasil kontribusi implementasi program dan kegiatan Pemerintah Kabupaten. Indikator Kinerja Makro yang digunakan adalah Indikator Kinerja Makro Ekonomi dan Indikator Kinerja Makro Sosial.

1. Indikator Kinerja Makro Ekonomi

Kinerja proses pembangunan secara umum tercermin dari beberapa variabel ekonomi makro, meliputi: Struktur Ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto per kapita, dan Ekspor dan Impor.

1) Struktur Ekonomi

Indikator kinerja makro untuk bidang ekonomi yang paling sering digunakan dan dinilai sebagai parameter untuk mengukur keberhasilan sektor perekonomian secara riil, tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga terhadap nilai tambah barang dan jasa yang

(6)

dihasilkan oleh setiap unit produksi adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan.

Berdasarkan struktur ekonomi Kabupaten Lingga tanpa migas, pada Tahun 2011-2013, sektor pertanian yang didukung oleh ketersediaan sumber daya alam, memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap perekonomian di Kabupaten Lingga. Selanjutnya peran sektor industri dan sektor perdagangan sebagai penunjang sektor pertanian merupakan sektor dominan pembangunan ekonomi Kabupaten Lingga, sebagaimana terlihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 3.2 Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Lingga Tahun 2011*–2013***(juta rupiah)

Lapangan Usaha 2011* 2012** 2013*** 1. Pertanian 240.686,77 249.944,69 259.609,41 2. Pertambangan & Penggalian 12.301,53 13.315,18 14.384,43 3. Industri Pngolahn 75.133,25 75.125,74 75.113,87

4. Lstrik & Air Brsih 906,60 972,80 1.045,89

5. Bangunan 40.823 45.648,85 50.753,84

6. Perdagangan, Hotel & Rstrn

150.024,93 165.793,41 183.204,71

7. Angkutan & Kom 57.558,35 63.210,33 68,990,85

8. Keuangan 30,466,20 33.627,72 37.094

9. Jasa-jasa 33.078,14 36.026,37 39.155,89

Total 640.979,28 683.665,08 729.353,08

Sumber: BPS Kabupaten Lingga Ket : *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara ***) Angka prediksi

PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011 adalah sebesar Rp.1.135.940,37 Juta rupiah, pada tahun 2012 naik menjadi Rp. 1.263.079,80 Juta rupiah atau meningkat rata-rata 11,19 % jika dibandingkan dengan tahun 2011, dan pada tahun 2013 naik menjadi 1.397.044,49 Juta rupiah atau meningkat sebesar 10,61% dari tahun 2012.

(7)

Tabel 3.3 Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Lingga Tahun 2011*–2013***(juta rupiah)

Lapangan Usaha 2011* 2012** 2013*** 1. Pertanian 393.003,89 422.765,29 450.418,49 2. Pertambangan & Penggalian 21.737,05 24.456,36 27.312,52 3. Industri Pngolahn 104.411,67 107.293,43 109.731,23

4. Lstrik & Air Brsih 2.392,35 2.602,23 2.813,06

5. Bangunan 116.984,45 136.345,38 159.028,61

6. Perdagangan, Hotel & Rstrn

268.572,27 308.791,92 352.496,03

7. Angkutan & Kom 118.872,35 135.803,45 153.412,87

8. Keuangan 49.937,55 57.034,65 65.140,77

9. Jasa-jasa 60.028,78 67.987,09 76.680,42

Total 1.135.940,37 1.263.079,80 1.397.044,49

Sumber: BPS Kabupaten Lingga Ket : *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara ***) Angka prediksi

Struktur perekonomian Kabupaten Lingga dapat dilihat dari besarnya peranan setiap sektor terhadap nilai PDRB. Tabel berikut ini menunjukkan besarnya peranan masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Lingga.

Tabel 3.4 Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Lingga, 2011* -2013 ***(Persen) Lapangan Usaha 2011* 2012** 2013*** 1. Pertanian 34,60 33,47 32,24 2. Pertambangan & Penggalian 1,91 1,94 1,96 3. Industri Pngolahn 9,19 8,40 7,85

4. Lstrik & Air Brsih 0,21 0,21 0,20

5. Bangunan 10,30 10,79 11,38

6. Perdagangan, Hotel & Rstrn

23,64 24,45 25,23

7. Angkutan & Kom 10,46 10,75 10,98

8. Keuangan 4,40 4,52 4,66

9. Jasa-jasa 5,28 5,38 5,49

Total 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Lingga

Kontribusi sektor primer cenderung menurun, dimana pada tahun 2011 yaitu sebesar 36,51 persen, kemudian menurun menjadi 35,41 persen pada tahun 2012 dan menjadi 34,20 persen pada tahun 2013. Demikian halnya kontribusi sektor sekunder selama tahun

(8)

2011-2013 yang mempunyai kecenderungan menurun, yaitu dari 19,70 persen menjadi 19,49 persen dan 19,43 persen. Namun berbeda halnya dengan sektor tersier, peranan sektor ini cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi pergeseran struktur perekonomian di Kabupaten Lingga, dimana secara perlahan penyumbang atau penyokong dalam penciptaan nilai tambah perekonomian mulai bergeser dari sektor primer beralih ke sektor tersier.

2) PDRB per Kapita dan Pendapatan per Kapita

PDRB per kapita adalah gambaran nilai tambah yang bisa diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat adanya aktivitas produksi. Sedangkan pendapatan per kapita adalah gambaran pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk sebagai balas jasa atas keikutsertaannya dalam proses produksi. Data tersebut diperoleh dengan cara membagi total nilai PDRB/Pendapatan Regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun (karena penyebarannya dianggap lebih merata). Sebagai catatan penting, terdapat angka perbaikan nilai PDRB perkapita dan pendapatan perkapita. Hal ini sebagai akibat penyesuaian data jumlah penduduk pertengahan tahun berdasarkan data Sensus Penduduk 2010.

Tabel 3.5 PDRB per Kapita Kabupaten Lingga, 2011*-2013*** (Juta Rupiah)

* Atas Dasar Harga

Berlaku (Nominal)

Atas Dasar Harga Konstan (Riil) (1) (2) (3) 2011 2012** 2013*** 12,53 13,87 14,91 7,07 7,50 7,78

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lingga Keterangan : *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara ***) Angka Predikasi

(9)

Perkembangan perekonomian Kabupaten Lingga, yang diikuti dengan pertambahan jumlah penduduk akan berdampak pada PDRB perkapita maupun Pendapatan perkapita. Tingkat kemakmuran suatu daerah salah satunya dapat tercermin dari besarnya PDRB perkapita, meskipun angka tersebut tidak menggambarkan pendapatan penduduk secara nyata, karena angka tersebut hanya merupakan rata-rata.

Tabel 3.5. menginformasikan nilai PDRB per kapita Kabupaten Lingga atas dasar harga berlaku maupun harga konstan 2000 selama periode tahun 2011-2013. Berdasarkan tabel 3.5. terlihat bahwa PDRB perkapita Kabupaten Lingga baik secara nominal maupun riil selama tiga tahun terakhir ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. PDRB perkapita Kabupaten Lingga secara nominal pada tahun 2011 sebesar 12,53 juta rupiah, kemudian meningkat menjadi 13,82 juta rupiah pada tahun 2012, dan naik lagi menjadi 14,91 juta rupiah pada tahun 2013. Jadi selama kurun waktu 2011-2013 secara nominal (atas dasar harga berlaku) PDRB perkapita Kabupaten Lingga meningkat sebesar 18,99 persen.

Tabel 3.6. Pendapatan per Kapita Kabupaten Lingga, 2011*-2013*** (Juta Rupiah)

Pendapatan per Kapita

Atas Dasar Harga Berlaku (Nominal)

Atas Dasar Harga Konstan (Riil) (1) (2) (3) 2011* 2012** 2013*** 11,45 12,68 13,63 6,46 6,86 7,11

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lingga Keterangan : *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara ***) Angka Prediksi

(10)

Seiring dengan PDRB per Kapita, pendapatan perkapita Kabupaten Lingga juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tabel 3.5. memperlihatkan besarnya pendapatan per kapita Kabupaten Lingga selama kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir dari tahun 2011-2013.

Seperti yang terlihat pada tabel 3.5., secara nominal (atas dasar harga berlaku), pendapatan perkapita Kabupaten Lingga secara berturut-turut meningkat dari 11,45 juta rupiah; menjadi 12,68 juta rupiah ; dan kemudian menjadi 13,63 juta rupiah, atau juga mengalami peningkatan sebesar 19,03persen dalam jangka waktu tiga tahun. Sedangkan secara riil (atas dasar harga konstan), besaran pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Lingga juga mengalami peningkatan namun tidak sebesar besaran nominalnya, peningkatan pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Lingga secara riil selama tiga tahun terakhir juga sesungguhnya hanya naik sekitar 10,06 persen, yaitu dari 6,46 juta rupiah pada tahun 2011, kemudian menjadi 6,86 juta rupiah pada tahun 2012 dan sebesar 7,11 juta rupiah pada tahun 2013.

3) Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator ekonomi makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dan sebaliknya. Penghitungan laju pertumbuhan ekonomi adalah berdasarkan pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Hal ini dikarenakan dalam PDRB atas dasar harga konstan, faktor kenaikan harga atau inflasi telah dihilangkan, sehingga tidak ada pengaruh harga lagi.

Pada tahun 2012, secara global pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lingga mengalami pertumbuhan yang positif atau meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, meskipun peningkatannya

(11)

tidak terlalu besar, yaitu dari 6,64 persen pada tahun 2011 menjadi 6,66 persen pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 menjadi 6,69 persen.

Menurut sektornya, dapat diketahui bahwa secara umum sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Lingga mengalami pertumbuhan yang positif pada tahun 2012. Hal inilah yang mendukung masih cukup tingginya laju perekonomian Kabupaten Lingga. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lingga menurut sektornya pada tahun 2012 diperlihatkan dalam grafik 3.2.

Grafik 3.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab.Lingga Menurut Sektor Tahun 2012 (Persen)

Melalui grafik 3.2 terlihat bahwa laju pertumbuhan tertinggi pada tahun 2012 terjadi pada sektor bangunan, yaitu sebesar 11,82%. Hal utama yang turut mempengaruhi tingginya laju pertumbuhan sektor ini adalah masih berjalannya kegiatan peningkatan pembangunan khususnya infrastruktur daerah, disamping juga karena semakin maraknya pembangunan ruko, rumah sewa dan kompleks perumahan dari pembukaan lahan baru.

Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menjadi yang terbesar kedua diantara sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Lingga. Laju pertumbuhan yang dicapai oleh sektor ini pada tahun 2012 adalah sebesar 10,51 persen. Pertumbuhan sektor ini didukung dengan semakin menggeliatnya

(12)

usaha ekonomi khususnya usaha perdagangan eceran dan usaha penyediaan makanan dan minuman.

Laju pertumbuhan ekonomi sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan adalah terbesar ketiga, dimana pada tahun 2012 sektor ini mencapai laju petumbuhan sebesar 10,38 persen. Aktivitas perbankan dan lembaga penunjang keuangan lainnya semakin berkembang, demikian halnya pada subsektor persewaan.

Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, laju pertumbuhan negatif masih dialami oleh sektor industri pengolahan sebagai akibat penertiban illegal logging yang menutup usaha-usaha industri berbahan utama kayu. Pada tahun 2012, laju pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan adalah sebesar -0,01 persen. Masih bernilai negatif namun nilainya tidak sekecil daripada tahun sebelumnya, pertumbuhan industri kecil dan rumahtangga sedikit demi sedikit mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor industri pengolahan ini.

2. Indikator Kinerja Makro Sosial

Indikator kinerja makro sosial mencakup indikator kinerja untuk menilai keberhasilan pembangunan Kabupaten Lingga dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dari aspek-aspek pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan lingkungan hidup.

1) Pendidikan

Salah satu dari keberhasilan pembangunan di suatu negara adalah apabila didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas melalui jalur pendidikan. Pemerintah berupaya untuk menghasilkan dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Wajib belajar 6 tahun yang dilanjutkan dengan wajib belajar 9 tahun serta program pendidikan lainnya adalah bentuk upaya pemerintah dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang pada akhirnya akan tercipta sumber daya manusia tangguh yang siap bersaing pada era globalisasi.

(13)

Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun pra-sarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan mutu pendidikan. Gambaran secara umum dari perkembangan pendidikan di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Lingga dapat dilihat sebagai berikut:

(1)Pendidikan Dasar.

Pada tahun 2012/2013, Taman Kanak - Kanak berjumlah 16 sekolah, 668 murid dan 30 guru dengan rasio murid terhadap guru 22,3 dan rasio murid terhadap sekolah 41,8.

Selanjutnya pada tahun yang sama Sekolah Dasar berjumlah 134 buah dan SLTP berjumlah 36, dengan rasio murid terhadap guru 10,49 untuk SD dan 14,47 untuk SMP.

(2)Pendidikan Menengah

Data statistik pendidikan menengah terbatas pada SMA dan SMK di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Lingga saja. Pada tahun 2012/2013 terdapat 12 SMA dan 5 SMK dengan jumlah murid SMA sebanyak2.357 dan murid SMK sebanyak 527, sedangkan jumlah guru SMA 164 orang dan guru SMK 28 orang. Rasio murid terhadap guru SMA 14,37dan SMK 18,82.

(3)Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan

Potensi sumber daya manusia di suatu daerah antara lain dapat dilihat dari jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk. Meningkatnya tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk berarti meningkat pula kualitas sumber daya manusia yang selanjutnya dapat dijadikan ukuran keberhasilan baik dari sudut sosial maupun ekonomi. Deskripsi mengenai mutu sumber daya manusia terkini di Kabupaten Lingga dapat dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas pada tahun 2012.

(14)

Tabel 3.7 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan & Jenis Kelamin di Kabupaten Lingga, 2012 (Persen)

Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan Laki-Laki

Perem-puan

Laki-Laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4)

Tidak/belum pernah bersekolah Tidak/belum tamat SD SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Akademi/universitas 9,42 27,09 30,09 13,14 16,29 3,96 18,06 29,98 23,85 11,85 12,11 4,16 13,61 28,49 27,06 12,51 14,26 4,06 Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Lingga, Susenas Kor 2012 diolah

Berdasarkan tabel tersebut, persentase penduduk berusia 15 tahun ke atas di Kabupaten Lingga yang menamatkan pendidikan hingga jenjang SLTP atau lebih hanya berkisar 30,83 persen. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan di daerah ini relatif rendah. Apabila dipilah berdasarkan jenis kelamin, pada semua level pendidikan tertinggi yang ditamatkan (SD ke atas) persentase penduduk laki-laki lebih besar daripada perempuan, tetapi dengan selisih yang tidak terlalu lebar. Namun, tingginya persentase perempuan yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD jika dibandingkan dengan laki-laki dengan selisih yang cukup signifikan mengindikasikan bahwa secara umum perempuan masih jauh tertinggal dari laki-laki dalam mengenyam pendidikan formal, atau dapat dikatakan bias gender masih terjadi dalam masalah pendidikan di Kabupaten Lingga.

(15)

(4)Tingkat Partisipasi Sekolah

Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu, melalui sebuah indikator pendidikan yang dikenal dengan nama Angka Partisipasi Sekolah (APS). Meningkatnya APS berarti menunjukkan adanya keberhasilan upaya meningkatkan partisipasi dan peran serta penduduk untuk memperoleh pendidikan. Sebagai contoh, pada kelompok umur 7-12 tahun, secara umum nilainya nyaris mendekati 100 baik angka total maupun jika dibandingkan menurut jenis kelamin. Artinya hampir semua penduduk pada kelompok umur ini masih mengikuti pendidikan pada berbagai jenjang, terutama pendidikan dasar.

Meskipun begitu, masih rendahnya APS pada kelompok umur 13-15 tahun yang hanya berkisar 80 harus selalu menjadi fokus perhatian serius mengingat pendidikan harus menjadi prioritas utama mereka yang berada pada kelompok umur tersebut. Apalagi program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun telah dicanangkan oleh pemerintah sejak era Orde Baru, seharusnya APS pada kelompok umur tersebut sama dengan APS 7-12 atau kalau pun lebih rendah selisihnya tidak terlalu jauh. Pada grafik 6.1 berikut ditampilkan APS menurut kelompok umur sekolah dan jenis kelamin penduduk Kabupaten Lingga kondisi tahun 2011.

(16)

Grafik 3.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Lingga, 2012

100 98,1 6 99,0 3 91,8 7 86,5 2 89,9 9 40,9 9 31,7 2 36,4 2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 7-12 13-15 16-18 Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

Sumber : BPS Kabupaten Lingga, Susenas Kor 2012 diolah

Untuk melihat perbandingan antara jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah penduduk menurut kelompok umur tertentu, umumnya digunakan Angka Partisipasi Kasar (APK) atau Gross Enrollment Ratio (GER). Indikator ini biasanya dinyatakan dalam persen, kegunaannya untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi sekolah (kotor) penduduk pada berbagai jenjang pendidikan.

(5)Fasilitas pendidikan

Ketersediaan sarana pendidikan dan tenaga pengajar merupakan dua hal yang memegang peranan penting terhadap maju mundurnya dunia pendidikan. Salah satu hal yang selama ini masih menjadi kendala adalah kelangkaan jumlah guru pada daerah terpencil, atau sebaliknya jika tenaganya berlebih tapi tidak diiringi dengan kualitas yang mumpuni. Untuk melihat efektivitas ketersediaan tenaga guru pada suatu daerah dapat dilihat dengan membandingkan jumlah guru dengan banyaknya murid. Walaupun belum ada angka ideal sebagai patokan namun semakin kecil

(17)

angka ini maka akan menggambarkan beban seorang guru yang semakin kecil pula, dan sebaliknya.

Angka rasio murid guru di Kabupaten Lingga cenderung terus menurun setiap tahunnya, sesuai dengan tren peningkatan laju penambahan jumlah guru yang cenderung lebih tinggi. Penambahan jumlah guru baik dari jalur penerimaan umum, guru tidak tetap dan lainnya lajunya lebih tinggi daripada jumlah para guru yang pindah tugas ke luar daerah maupun pensiun. Seiring dengan menurunnya angka rasio murid dan guru ini, diharapkan beban guru dalam mengajar menjadi lebih ringan, sehingga kualitas pengajaran yang diberikan kepada siswa didiknya menjadi lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 3.8 Jumlah Murid, Guru dan Rasio Murid Guru Menurut Jenjang di Kabupaten Lingga, 2012

Jenjang Pendidikan Jumlah Murid (Orang) Jumlah Guru (Orang) Rasio Murid Guru (1) (2) (3) (4) SD/MI SLTP/MTs SMU/MA/SMK 11.500 3.911 3.087 1.102 299 250 10 : 1 13 : 1 12 : 1

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Lingga dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lingga, 2013

Untuk melihat rata-rata banyaknya murid yang bersekolah dalam setiap jenjang pendidikan dapat diketahui dengan membandingkan jumlah murid terhadap jumlah bangunan sekolah. Salah satu kegunaan angka rasio ini adalah untuk melihat apakah sudah waktunya pemerintah atau bahkan pihak swasta mendirikan sekolah baru pada suatu wilayah karena kekurangan daya tampung. Peningkatan angka rasio ini berarti peningkatan jumlah murid yang tidak diimbangi oleh penambahan

(18)

jumlah bangunan sekolah, begitu pula sebaliknya. Namun, untuk analisis lebih detail, harus dijabarkan secara rinci terlebih dahulu fakta pendukungnya. Untuk angka rasio murid sekolah di Kabupaten Lingga pada semua jenjang pendidikan nilainya masih dalam kategori normal

Tabel 3.9 Jumlah Murid, Sekolah dan Rasio Murid Sekolah Menurut Jenjang di Kabupaten Lingga, 2012

Jenjang Pendidikan Jumlah Murid (Orang) Jumlah Sekolah (Unit) Rasio Murid Sekolah (1) (2) (3) (4) SD/MI SLTP/MTs SMU/MA/SMK 11.500 3.911 3.087 166 39 20 69 : 1 100 : 1 154 : 1

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Lingga dan KantorKementerian Agama Kabupaten Lingga, 2013

Hasil Ujian Nasional

Ujian Nasional (UN) adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada pendidikan dasar dan menengah. Tujuan penyelenggaraan UN ialah menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Mutu sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan bagi kemajuan dan kemakmuran bangsa. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang bermutu dapat diselenggarakan melalui pendidikan yang bermutu. UN untuk sementara waktu merupakan salah satu instrumen dalam mewujudkan pendidikan bermutu untuk menghasilkan lulusan yang bermutu pula.

Materi soal UN berasal dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) irisan (interseksi) dari pokok bahasan/sub pokok bahasan kurikulum 1994, Standar Kompetensi (SK) dan Kurikulum Dasar

(19)

(KD) Kurikulum 2004, dan Standar Isi. Kriteria kelulusan UN pada tahun ajaran 2011/2012 sama seperti tahun sebelumnya. Kelulusan peserta didik dalam UN saat ini ditentukan berdasarkan Nilai Akhir (NA). NA diperoleh dari nilai gabungan antara Nilai S/M (Nilai Sekolah/Madrasah) dari mata pelajaran yang diuji- nasionalkan dan Nilai UN, dengan pembobotan 40% untuk Nilai S/M dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dan 60% untuk Nilai UN. Nilai S/M adalah nilai gabungan antara nilai ujian sekolah/madrasah dan nilai rata-rata rapor untuk SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB dan SMK. Nilai S/M untuk SMP/MTs dan SMPLB diperoleh dari gabungan antara nilai US/M dan nilai rata-rata rapor semester 1, 2, 3, 4, dan 5 dengan pembobotan 60% untuk nilai US/M dan 40% untuk nilai rata-rata rapor. Nilai S/M untuk SMA/MA, SMALB dan SMK diperoleh dari gabungan antara nilai US/M dan nilai rata-rata rapor semester 3, 4, dan 5 dengan pembobotan 60% untuk nilai US/M dan 40% untuk nilai rata-rata rapor. Peserta didik dinyatakan lulus UN apabila nilai rata-rata dari semua NA mencapai paling rendah 5,5 dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0.

Pada pelaksanaan UN tahun pelajaran 2011/2012 ujian dilaksanakan hanya satu kali yaitu UN Utama. Selain itu bagi peserta didik yang karena alasan tertentu dan disertai bukti yang sah tidak dapat mengikuti UN Utama, maka dapat mengikuti UN Susulan yang dilaksanakan seminggu setelah UN Utama. Peserta didik yang belum lulus UN Tahun Pelajaran 2009/2010 dan Tahun Pelajaran 2010/2011 juga dapat mengikuti UN Tahun Pelajaran 2011/2012.

Hasil UN Tahun Pelajaran 2011/2012 di Kabupaten Lingga secara keseluruhan mengalami penurunan tajam dibandingkan tahun sebelumnya, misal jenjang pendidikan tingkat menengah atas yang tingkat kelulusan tahun lalu hingga 99,56 persen merosot sampai hanya 64,64 persen di tahun berikutnya. Demikian pula

(20)

yang dialami oleh tingkat pendidikan menengah pertama, setelah sempat bertengger dengan tingkat kelulusan mencapai 96,96 persen di tahun sebelumnya juga terjun bebas menjadi 60,39 persen.

Tabel 3.10 Jumlah Peserta Ujian Nasional (UN) Utama dan Tingkat Kelulusan Menurut Jenjang di Kabupaten Lingga, Tahun Pelajaran 2011/2012

Jenjang Pendidikan Peserta

(Orang) Lulus (Orang)

Persentase (Persen) (1) (2) (3) (4) SD/MI SLTP/MTs SMU/MA SMK 1.496 1.169 724 117 1.496 706 468 115 100,00 60,39 64,64 98,29

Sumber : Disdikpora Kabupaten Lingga, 2013 diolah Catatan : Data diatas mencakup semua sekolah, negeri dan swasta

Tabel 3.11 Jumlah Peserta Ujian Nasional (UN) Tingkat SD/MI, SLTP/MTs, SMA/MA dan SMK serta Tingkat Kelulusannya di Kabupaten Lingga Menurut Kecamatan, Tahun Pelajaran 2011/2012

Kecamatan SD/MI SMP/MTs Peserta (Orang) Lulus (Orang) Persen-tase (%) Peserta (Orang) Lulus (Orang) Persen-tase (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Singkep Barat Singkep Lingga Lingga Utara Senayang 243 465 297 173 318 243 465 297 173 318 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 148 436 232 152 201 82 316 100 152 56 55,41 72,48 43,10 100,00 27,86 KAB. LINGGA 1.496 1.496 100,00 1.169 706 60,39

(21)

Kecamatan SMA/MA SMK Peserta (Orang) Lulus (Orang) Persen-tase (%) Peserta (Orang) Lulus (Orang) Persen-tase (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Singkep Barat Singkep Lingga Lingga Utara Senayang 56 322 179 88 79 34 199 126 67 42 60,71 61,80 70,39 76,14 53,16 - 101 - - 16 - 100 - - 15 - 99,01 - - 93,75 KAB. LINGGA 724 468 64,64 117 115 98,29

Sumber : Disdikpora Kabupaten Lingga, 2012 diolah

Catatan : Data diatas mencakup semua sekolah, negeri dan swasta

Menurunnya tingkat kelulusan pada tingkat pendidikan sekolah menengah di Kabupaten Lingga tahun ajaran 2011/2012 secara merata disumbang oleh semua kecamatan pada level pendidikan sekolah menengah pertama dan atas (lihat rincian pada tabel 6.8). Hal ini menjadi preseden memburuknya kualitas tingkat pendidikan mengingat tidak ada perubahan metode penentuan standar kelulusan dibandingkan tahun sebelumnya.

Rata–Rata Lama Sekolah

Indikator lain yang umum digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sejauh mana tingkat pendidikan yang dicapai oleh penduduk adalah rata-rata lama sekolah. Indikator ini merujuk kepada rata-rata jenjang pendidikan yang telah diselesaikan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas.

Pada tahun 2012, rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Lingga hanya 7,27 tahun, Dari angka tersebut, dapat dinyatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk daerah ini rata-rata hanya sampai pada level sekolah menengah pertama kelas satu. Angka tersebut tidak mengalami pergerakan berarti dalam kurun waktu lima tahun terakhir (lihat tabel 6.9). Stagnansi pada nilai indikator ini sebenarnya sudah harus disadari akar permasalahannya. Rendahnya nilai indikator ini, utamanya disokong oleh rendahnya

(22)

tingkat pendidikan penduduk kelompok usia menengah-tua (45 tahun ke atas), yang kebanyakan tingkat pendidikannya adalah tidak/belum tamat sekolah dasar.

Tabel 3.12 Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Lingga, 2006-2012 (Tahun)

Tahun Laki- Laki Perem-puan Laki-laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 7,2 7,2 7,68 7,73 7,83 7,84 n.a 6,6 6,6 6,56 6,66 6,70 6,71 n.a 7,2 7,2 7,2 7,22 7,23 7,24 7,27

Sumber : BPS Kabupaten Lingga, 2013

Bila dikomparasi dengan angka nasional, rata-rata lama sekolah Kabupaten Lingga masih lebih rendah. Rata-rata lama sekolah Indonesia pada tahun 2012 sudah mencapai 8,08 tahun (setara SLTP kelas 2), begitu pula dengan angka Provinsi Kepulauan Riau yang mencapai 9,81 tahun (setara SMA kelas 1). Terlebih dikaitkan dengan penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun, kondisi ini menegaskan kembali bahwa partisipasi pendidikan di daerah ini perlu ditingkatkan lagi agar setidaknya sejajar dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di negara ini. Hal ini dapat dicapai melalui sinergi antar kebijakan pemerintah yang tepat serta partisipasi aktif dari masyarakat dengan kesadaran sendiri. Sinergi kebijakan harus dimulai dengan sinkronisasi internal instansi berwenang pada level provinsi dengan dinas tingkat dua agar program yang akan dilaksanakan bermanfaat

(23)

bagi kemajuan peserta didik dan tidak tumpang tindih dalam pelaksanaannya di lapangan.

(7)Kesehatan

(1) Derajat Kesehatan Penduduk

Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk adalah Angka Harapan Hidup (AHH). Nilai AHH penduduk Kabupaten Lingga pada tahun 2012 sekitar 70,37. Artinya, bayi yang lahir pada tahun 2012 di Kabupaten Lingga diperkirakan akan dapat hidup hingga mencapai usia 70 tahun 04 bulan dengan syarat besarnya kematian atau kondisi kesehatan tidak ada yang berubah.

(2) Status Gizi dan Kesehatan Balita

Status gizi balita dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti upaya telah ditempuh oleh pemerintah selama ini diantaranya pemberian zat besi terhadap para ibu, pemberian kapsul yodium (untuk bumil, ibu nifas dan WUS) dan pemberian kapsul vitamin A kepada balita.

(3) Status Kesehatan Masyarakat

Informasi tentang status kesehatan penduduk dapat memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk, informasi tersebut di antaranya dapat diperoleh melalui indikator angka kesakitan, yaitu persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama sebulan sebelum kegiatan pencacahan dilakukan. Tabulasi hasil pengolahan data Susenas Kor 2012 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan di Kabupaten Lingga mencapai 30,87 persen dari total penduduk. Banyaknya penduduk yang mengeluh sebagian besar diduga sebagai akibat dari efek perubahan cuaca yang tidak menentu dan

(24)

siklus tahunan. Apabila dipilah berdasarkan jenis kelamin maka persentase laki-laki yang mengeluh sekitar 29,17 persen dari keseluruhan jumlah penduduk laki-laki, sedangkan persentase perempuan lebih tinggi lagi yakni 32,66 persen.

Meskipun persentase perempuan yang mengalami keluhan kesehatan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Namun, kondisi berkebalikan justru terjadi pada jumlah hari rata-rata lama terganggu. Diantara mereka yang mengalami gangguan kesehatan, rata-rata lama sakitnya secara umum berkisar 6,41 hari; dengan penjabaran rata-rata lamanya sakit penduduk laki-laki justru lebih lama, yakni 7,12 hari dibandingkan penduduk perempuan, yang hanya 5,70 hari.

(4) Peningkatan Peran Serta Masyarakat

Kesehatan merupakan kebutuhan setiap insan, oleh karena itu kesehatan mestinya tercermin dari kegiatan masyarakat pada daerah tersebut. Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan diarahkan melalui tiga kegiatan, yaitu; kepemimpinan, pengorganisasian dan pendanaan. Kepemimpinan ialah melakukan intervensi kepemimpinan yang berwawasan kesehatan untuk semua. Pengorganisasian, yakni melakukan intervensi dibidang kesehatan pada setiap kelompok masyarakat sehingga muncul Usaha Kesehatan Bersama Masyarakat (UKBM). Pendanaan adalah upaya mengembangkan sumber dana yang ada untuk membiayai beberapa kegiatan di bidang kesehatan. Peningkatan peran serta masyarakat secara kasar dapat dilihat dengan melihat keberadaan jenis UKBM misalnya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pondok Bersalin Desa (Polindes), POD (Pos Obat Desa), BKM (Bina Keluarga Mandiri), dan lain–lain. Kualitas peran serta masyarakat salah satunya terlihat dari keaktifan Posyandu. Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan oleh dan untuk

(25)

masyarakatyang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan jumlah Posyandu yang terdapat di Kabupaten Lingga ada sebanyak 134 buah. Berikut disajikan kriteria pengelompokan jenjang Posyandu yang umum digunakan.

Indikator Pembangunan Manusia (IPM)

Berikut ini akan dibahas kajian ringkas tentang angka per komponen IPM Kabupaten Lingga sepanjang tahun 2012 serta perbandingannya dengan angka provinsi induk dan nasional. Pada tahun 2012, angka harapan hidup penduduk Kabupaten Lingga mencapai 70,37 tahun. Ini mengandung arti bahwa bayi yang lahir pada tahun 2012 diperkirakan dapat hidup hingga mencapai usia 70 tahun 4 bulan dengan syarat besarnya kematian atau kondisi kesehatan yang ada tidak berubah. Sedangkan angka harapan hidup penduduk Provinsi Kepulauan Riau dan Indonesia masing-masing hanya berkisar 69,91 tahun dan 69,87 tahun; sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa rata-rata penduduk Kabupaten Lingga mempunyai harapan hidup yang lebih panjang dibandingkan dengan harapan hidup rata-rata penduduk Provinsi Kepulauan Riau dan Indonesia secara keseluruhan.

Grafik 3.3 Perbandingan Angka Harapan Hidup

Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau dan Indonesia, 2010-2012 (Tahun) 70,16 70,26 70,37 69,85 69,80 69,91 69,87 69,65 69,43 68,8 69,0 69,2 69,4 69,6 69,8 70,0 70,2 70,4 70,6 2010 2011 2012

Kab. Lingga Prov. Kepri Indonesia

(26)

Tingginya angka tersebut sedikit banyak telah menunjukkan keberhasilan pembangunan bidang kesehatan di daerah ini. Untuk menunjang klaim ini,. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, pertambahan usia harapan hidup penduduk Kabupaten Lingga sekitar 0,21 tahun; dua kali lebih tinggi jika dibandingkan pertambahan angka Provinsi Kepulauan Riau yang hanya 0,11 tahun. Namun, masih berada dibawah rata-rata pertambahan angka harapan hidup nasional yang dalam kurun waktu yang sama mampu mencapai 0,44 tahun.

Jika lebih diamati dari nilai indikator pendidikan dalam IPM, ternyata tingkat edukasi penduduk Kabupaten Lingga tidak sebagus kesehatannya. Hal ini bisa tercermin dari besaran angka rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk berusia diatas 15 tahun. Khusus untuk angka rata-rata lama sekolah pada tahun 2012 hanya mencapai 7,27 tahun, atau secara umum dapat dikatakan bahwa rata-rata penduduk daerah ini hanya menamatkan bangku sekolah sampai dengan kelas satu SMP, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata lama sekolah penduduk Provinsi Kepulauan Riau dan Indonesia secara keseluruhan, yang masing-masing mencapai 9,81 tahun (setara kelas satu SMA) dan 8,08 tahun (setara kelas dua SMP). Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir peningkatan nilai indikator ini hanya 0,04 tahun; bahkan pada periode tahun 2006-2008 nilainya stagnan pada angka 7,2 tahun.

(27)

Grafik 3.4 Perbandingan Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau dan Indonesia, 2010-2012 (Tahun) 7,23 9,73 7,24 7,27 9,16 9,81 8,08 7,94 7,92 0 2 4 6 8 10 12 2010 2011 2012

Kab. Lingga Prov. Kepri Indonesia

Sumber : BPS Kabupaten Lingga, 2012

Demikian pula halnya dengan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas, selama setahun terakhir angkanya tidak bergerak yakni 91,79; pada periode tahun 2005-2008 pun nilainya juga sempat stagnan. Rendahnya nilai indikator ini seperti telah dibahas pada Bab VI, sebagian besar disebabkan tingginya angka buta huruf pada kelompok usia tua. Program pendidikan non formal untuk pengajaran baca tulis kelompok ini mungkin perlu digalakkan. Namun, perlu kerja keras untuk kelangsungan program ini karena kesadaran dari individu peserta didik memegang peranan penting. Meskipun tenaga pengajar profesional ditunjang metode pengajaran yang seefektif apapun, tanpa diiringi keinginan untuk maju dari peserta didik, niscaya program tersebut pun tidak akan berhasil.

(28)

Grafik 3.5 Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau dan Indonesia, 2010-2012 (Persen) 97,67 91,64 91,79 91,79 97,19 97,80 93,25 92,99 92,91 88 90 92 94 96 98 100 2010 2011 2012

Kab. Lingga Prov. Kepri Indonesia

Sumber : BPS Kabupaten Lingga, 2012

Dilihat dari tingkat kesejahteraan penduduk yang diukur melalui angka paritas daya beli didapatkan angka bahwa pengeluaran per kapita riil disesuaikan pada tahun 2012 mencapai Rp 633,85 ribu. Peningkatan ini walaupun secara nominal tergolong rendah namun cukup untuk menandakan adanya perbaikan atau peningkatan kesejahteraan penduduk di Kabupaten Lingga. Angka ini mengalami sedikit peningkatan sekitar Rp. 4,20 ribu dibandingkan tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan angka Provinsi Kepulauan Riau yang berada pada kisaran Rp 648,92 ribu atau angka nasional yang mencapai Rp 641,04 ribu; angka Kabupaten Lingga masih sangat tertinggal. Program peningkatan potensi ekonomi masyarakat oleh pihak pemerintah daerah harus gencar jika ingin mengatrol nilai indikator ini dan mengejar ketertinggalan dengan daerah lain. Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat diharapkan daya beli pun mengalami hal yang sama.

(29)

Grafik 3.6 Perbandingan Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity) Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau dan Indonesia 2010-2012 (Ribu Rupiah)

644, 96 626, 64 629, 65 633, 85 643, 00 64 8,92 641, 04 638, 05 633, 64 610 620 630 640 650 660 2010 2011 2012

Kab. Lingga Prov. Kepri Indonesia Sumber : BPS Kabupaten Lingga, 2012

Angka IPM yang hanya dilihat pada satu titik waktu tertentu memiliki makna yang kurang mendalam, karena hanya dapat digunakan untuk melihat peringkat (ranking). Untuk melihat perkembangan kinerja pembangunan yang telah berjalan, paling sedikit dibutuhkan perspektif dalam dua titik waktu. Dengan demikian, dapat dilihat kinerja pembangunan pada suatu jangka waktu tertentu. Pada pembahasan berikut akan diulas pembangunan manusia di Kabupaten Lingga dan daerah tingkat dua lainnya, serta propinsi dan Indonesia pada dua titik waktu, yakni tahun 2011 dan 2012, untuk memonitor progress yang telah diraih dalam kurun waktu satu tahun terakhir.

(30)

Tabel 3.13 Nilai Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota Se-Provinsi Kepulauan Riau, 2012 Kabupaten/ Kota/Provinsi Angka Harapan Hidup (tahun) Angka Melek Huruf (persen) Rata- Rata Lama Sekolah (tahun) Rata-Rata Pengeluaran per Kapita Riil Disesuaikan (Rp 000) IPM (1) (2) (3) (4) (5) (6) Karimun 69,94 96,83 8,16 644,56 74,45 Bintan 69,80 96,92 8,95 653,63 75,68 Natuna 68,43 96,82 7,78 624,33 71,77 Lingga 70,37 91,79 7,27 633,85 72,09 Kep. Anambas 67,66 91,87 6,67 633,29 70,11 Batam 70,91 99,29 10,84 656,71 78,46 Tanjungpinang 69,72 98,70 10,18 641,10 75,97 Prov. Kepri 69,91 97,80 9,81 648,92 76,20 Indonesia 69,87 93,25 8,08 641,04 73,29

Sumber : BPS Kabupaten Lingga, 2012

Tabel 3.14 IPM Kabupaten/Kota Se-Provinsi Kepulauan Riau serta Peringkatnya, 2011-2012 Kabupaten/ Kota/Provinsi 2011 2012 IPM Peringkat daerah ke/dari seluruh kabupaten/ kota

se- Prov. Kepri

IPM

Peringkat daerah ke/dari seluruh kabupaten/ kota

se- Prov. Kepri

(1) (2) (3) (4) (5) Karimun 73,99 4/7 74,45 4/7 Bintan 75,17 3/7 75,68 3/7 Natuna 71,26 6/7 71,77 6/7 Lingga 71,68 5/7 72,09 5/7 Kep. Anambas 69,50 7/7 70,11 7/7 Batam 78,03 1/7 78,46 1/7 Tanjungpinang 75,25 2/7 75,97 2/7 Prov. Kepri 75,78 6/33 76,20 6/33 Indonesia 72,77 - 73,29 -

(31)

Kabupaten Lingga pada tahun 2011 memiliki IPM sebesar 71,68. Dengan angka tersebut mengantarkan Kabupaten Lingga berada pada peringkat lima diantara tujuh kabupaten/kota di level provinsi sedangkan untuk peringkat nasional berada pada peringkat 251 diantara 497 kabupaten/kota di Indonesia. Nilai IPM Kabupaten Lingga pada saat itu jauh berada dibawah IPM Provinsi Kepulauan Riau (75,78) dan IPM Indonesia (72,77).

Berikut ini akan dibahas kajian ringkas tentang angka per komponen IPM Kabupaten Lingga sepanjang tahun 2012 serta perbandingannya dengan angka provinsi induk dan nasional. Pada tahun 2012, angka harapan hidup penduduk Kabupaten Lingga mencapai 70,37 tahun. Ini mengandung arti bahwa bayi yang lahir pada tahun 2012 diperkirakan dapat hidup hingga mencapai usia 70 tahun 4 bulan dengan syarat besarnya kematian atau kondisi kesehatan yang ada tidak berubah. Sedangkan angka harapan hidup penduduk Provinsi Kepulauan Riau dan Indonesia masing-masing hanya berkisar 69,91 tahun dan 69,87 tahun; sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa rata-rata penduduk Kabupaten Lingga mempunyai harapan hidup yang lebih panjang dibandingkan dengan harapan hidup rata-rata penduduk Provinsi Kepulauan Riau dan Indonesia secara keseluruhan.

(32)

Grafik 3.7 Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau dan Indonesia, 2010-2012 (Tahun) 70,16 70,26 70,37 69,85 69,80 69,91 69,87 69,65 69,43 68,8 69,0 69,2 69,4 69,6 69,8 70,0 70,2 70,4 70,6 2010 2011 2012

Kab. Lingga Prov. Kepri Indonesia

Sumber : BPS Kabupaten Lingga, 2012

Tingginya angka tersebut sedikit banyak telah menunjukkan keberhasilan pembangunan bidang kesehatan di daerah ini. Untuk menunjang klaim ini, secara general uraian kinerja pembangunan kesehatan pada Bab IV dari publikasi ini dapat dijadikan salah satu dasar yang menguatkan. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, pertambahan usia harapan hidup penduduk Kabupaten Lingga sekitar 0,21 tahun; dua kali lebih tinggi jika dibandingkan pertambahan angka Provinsi Kepulauan Riau yang hanya 0,11 tahun. Namun, masih berada dibawah rata-rata pertambahan angka harapan hidup nasional yang dalam kurun waktu yang sama mampu mencapai 0,44 tahun.

Jika lebih diamati dari nilai indikator pendidikan dalam IPM, ternyata tingkat edukasi penduduk Kabupaten Lingga tidak sebagus kesehatannya. Hal ini bisa tercermin dari besaran angka rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk berusia diatas 15 tahun. Khusus untuk angka rata-rata lama sekolah pada tahun 2012 hanya mencapai 7,27 tahun, atau secara umum dapat

(33)

dikatakan bahwa rata-rata penduduk daerah ini hanya menamatkan bangku sekolah sampai dengan kelas satu SMP, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata lama sekolah penduduk Provinsi Kepulauan Riau dan Indonesia secara keseluruhan, yang masing-masing mencapai 9,81 tahun (setara kelas satu SMA) dan 8,08 tahun (setara kelas dua SMP). Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir peningkatan nilai indikator ini hanya 0,04 tahun; bahkan pada periode tahun 2006-2008 nilainya stagnan pada angka 7,2 tahun. 7,23 9,73 7,24 7,27 9,16 9,81 8,08 7,94 7,92 0 2 4 6 8 10 12 2010 2011 2012

Kab. Lingga Prov. Kepri Indonesia

Sumber : BPS Kabupaten Lingga, 2012

Demikian pula halnya dengan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas, selama setahun terakhir angkanya tidak bergerak yakni 91,79; pada periode tahun 2005-2008 pun nilainya juga sempat stagnan. Rendahnya nilai indikator ini seperti telah dibahas pada Bab VI, sebagian besar disebabkan tingginya angka buta huruf pada kelompok usia tua. Program pendidikan non formal untuk pengajaran baca tulis kelompok ini mungkin perlu digalakkan. Namun, perlu kerja keras untuk kelangsungan program ini karena kesadaran dari individu peserta didik memegang peranan penting. Meskipun tenaga pengajar profesional ditunjang metode

(34)

pengajaran yang seefektif apapun, tanpa diiringi keinginan untuk maju dari peserta didik, niscaya program tersebut pun tidak akan berhasil. 97,67 91,64 91,79 91,79 97,19 97,80 93,25 92,99 92,91 88 90 92 94 96 98 100 2010 2011 2012

Kab. Lingga Prov. Kepri Indonesia

Sumber : BPS Kabupaten Lingga, 2012

Dilihat dari tingkat kesejahteraan penduduk yang diukur melalui angka paritas daya beli didapatkan angka bahwa pengeluaran per kapita riil disesuaikan pada tahun 2012 mencapai Rp 633,85 ribu. Peningkatan ini walaupun secara nominal tergolong rendah namun cukup untuk menandakan adanya perbaikan atau peningkatan kesejahteraan penduduk di Kabupaten Lingga. Angka ini mengalami sedikit peningkatan sekitar Rp. 4,20 ribu dibandingkan tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan angka Provinsi Kepulauan Riau yang berada pada kisaran Rp 648,92 ribu atau angka nasional yang mencapai Rp 641,04 ribu; angka Kabupaten Lingga masih sangat tertinggal. Program peningkatan potensi ekonomi masyarakat oleh pihak pemerintah daerah harus gencar jika ingin mengatrol nilai indikator ini dan mengejar ketertinggalan dengan daerah lain. Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat diharapkan daya beli pun mengalami hal yang sama.

(35)

Grafik 3.8 Perbandingan Paritas Daya Beli (Purchasing Power

Parity) Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau dan

Indonesia 2010-2012 (Ribu Rupiah)

644, 96 626, 64 629, 65 633, 85 643, 00 64 8,92 641, 04 638, 05 633, 64 610 620 630 640 650 660 2010 2011 2012

Kab. Lingga Prov. Kepri Indonesia

Sumber : BPS Kabupaten Lingga, 2012

Angka IPM yang hanya dilihat pada satu titik waktu tertentu memiliki makna yang kurang mendalam, karena hanya dapat digunakan untuk melihat peringkat (ranking). Untuk melihat perkembangan kinerja pembangunan yang telah berjalan, paling sedikit dibutuhkan perspektif dalam dua titik waktu. Dengan demikian, dapat dilihat kinerja pembangunan pada suatu jangka waktu tertentu. Pada pembahasan berikut akan diulas pembangunan manusia di Kabupaten Lingga dan daerah tingkat dua lainnya, serta propinsi dan Indonesia pada dua titik waktu, yakni tahun 2011 dan 2012, untuk memonitor progress yang telah diraih dalam kurun waktu satu tahun terakhir.

(36)

Tabel 3.15 Nilai Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota Se-Provinsi Kepulauan Riau, 2012

Kabupaten/ Kota/Provinsi Angka Harapan Hidup (tahun) Angka Melek Huruf (persen) Rata- Rata Lama Sekolah (tahun) Rata-Rata Pengeluaran per Kapita Riil Disesuaikan (Rp 000) IPM (1) (2) (3) (4) (5) (6) Karimun 69,94 96,83 8,16 644,56 74,45 Bintan 69,80 96,92 8,95 653,63 75,68 Natuna 68,43 96,82 7,78 624,33 71,77 Lingga 70,37 91,79 7,27 633,85 72,09 Kep. Anambas 67,66 91,87 6,67 633,29 70,11 Batam 70,91 99,29 10,84 656,71 78,46 Tanjungpinang 69,72 98,70 10,18 641,10 75,97 Prov. Kepri 69,91 97,80 9,81 648,92 76,20 Indonesia 69,87 93,25 8,08 641,04 73,29

Sumber : BPS Kabupaten Lingga, 2012

Tabel 3.16 IPM Kabupaten/Kota Se-Provinsi Kepulauan Riau serta Peringkatnya, 2011-2012 Kabupaten/ Kota/Provinsi 2011 2012 IPM Peringkat daerah ke/dari seluruh kabupaten/ kota se-

Prov. Kepri

IPM

Peringkat daerah ke/dari seluruh kabupaten/ kota

se- Prov. Kepri

(1) (2) (3) (4) (5) Karimun 73,99 4/7 74,45 4/7 Bintan 75,17 3/7 75,68 3/7 Natuna 71,26 6/7 71,77 6/7 Lingga 71,68 5/7 72,09 5/7 Kep. Anambas 69,50 7/7 70,11 7/7 Batam 78,03 1/7 78,46 1/7 Tanjungpinang 75,25 2/7 75,97 2/7 Prov. Kepri 75,78 6/33 76,20 6/33 Indonesia 72,77 - 73,29 -

Gambar

Tabel 3.1   Capaian  Indikator  Kinerja  Pemerintah  Kabupaten  Lingga Tahun 2013
Tabel 3.2   Produk  Domestik  Regional  Bruto  atas  Dasar  Harga  Konstan  Menurut  Lapangan  Usaha  Kabupaten  Lingga Tahun 2011*–2013***(juta rupiah)
Tabel  3.4    Distribusi  PDRB Menurut Lapangan  Usaha  Kabupaten  Lingga, 2011* -2013 ***(Persen)  Lapangan  Usaha  2011*  2012**  2013***  1
Tabel 3.5  PDRB  per  Kapita  Kabupaten  Lingga,  2011*-2013***
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas perokok di Unisba memiliki tingkat motivasi rendah paling banyak dalam tahap precontemplation , yakni seseorang yang tidak berpikir

hak suara yang sah dan keputusan disetujui oleh lebih dari ¾ (tiga per empat) bagian Apabila kuorum sebagaimana dimaksud di atas tidak tercapai, maka atas permohonan , kuorum,

Symptom lain yang lazim dari lesion lobus parietal kanan telah dijelaskan oleh Warringtondan koleganya, pasien dengan lesion parietal kanan sangat buruk dalam

Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Retribusi Jasa Usaha yang meliputi Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Grosir dan/atau

Penyajian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Tahun 2019 ini didasarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Dari sini dapat disimpulkan bahwa kalender Hijriah yang berlaku di Indonesia merupakan penanggalan Islam yang menggunakan sistem peredaran Bulan yang awal

Khusus untuk halaman yang mengandung judul Bab, nomor halaman diletakkan pada Tengah Halaman Bagian Bawah dengan jarak 2 spasi dari batas ruang ketikan. 2.5 Keterangan Tabel ,

1.4.1 Pedoman Umum Penyelenggaraan Sertifikasi Profesi Penanggulangan Bencana berisikan prinsip, persyaratan dan proses uji sertifikasi kompetensi yang mencakup mengajukan