• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Penelitian

Data dari hasil penelitian ini berupa hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Penilain hasil belajar ranah kognitif diperoleh dari hasil pretest dan posttest siswa pada kedua kelas eksperimen, baik yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) maupun yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Adapun peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari selisih nilai pretest dan posttest siswa dari kedua kelas eksperimen.

4.1.1 Nilai Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar kognitif siswa dari kedua kelas eksperimen secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Nilai hasil belajar siswa, baik pretest maupun posttest untuk kedua kelas eksperimen pada pertemuan pertama dan kedua dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Daftar distribusi frekuensi hasil belajar kognitif siswa ( pretest) pada kelas eksperimen II ( menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Structured Dyadic Methods)

Nilai Pertemuan I Pertemuan II

Frekuensi Persentase Frekuensi Presentase

0 0 0,00% 0 0,00% 10 0 0,00% 0 0,00% 20 3 8,82% 2 5,88% 30 14 41,18% 11 32,35% 40 8 23,53% 7 20,59% 50 5 14,71% 10 29,41% 60 3 8,82% 3 8,82% 70 1 2,94% 1 2,94% 80 0 0,00% 0 0,00% 90 0 0,00% 0 0,00% 100 0 0,00% 0 0,00% Jumlah 34 100% 34 100% 38

(2)

Tabel 6. Daftar distribusi frekuensi hasil belajar kognitif siswa (pretest) pada kelas eksperimen II ( menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share )

Nilai Pertemuan I Pertemuan II

Frekuensi Persentase Frekuensi Presentase

0 0 0,00% 0 0,00% 10 0 0,00% 3 8,82% 20 3 8,82% 2 5,88% 30 13 38,24% 5 14,71% 40 8 23,53% 12 35,29% 50 5 14,71% 8 23,53% 60 4 11,76% 3 8,82% 70 1 2,94% 1 2,94% 80 0 0,00% 0 0,00% 90 0 0,00% 0 0,00% 100 0 0,00% 0 0,00% Jumlah 34 100% 34 100%

Dari kedua tabel hasil pretest siswa untuk kedua kelas eksperimen di atas, terlihat bahwa nilai pretest siswa masih rendah. Pada kedua kelas eksperimen, baik yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) maupun model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), tidak ada siswa yang mencapai nilai 78 sebagai standar KKM. Adapun nilai rata-rata pretest siswa pada kelas eksperimen I pada pertemuan pertama dan kedua adalah 38,24 dan 41,18, sedangkan untuk kelas eksperimen II adalah 39,12 dan 40,88.

Untuk distribusi nilai hasil belajar posttest siswa pada kedua kelas eksperimen dapat dilihat pada kedua tabel di bawah ini :

(3)

Tabel 7. Daftar distribusi frekuensi hasil belajar kognitif siswa (posttest) pada kelas eksperimen I ( menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Structured Dyadic Methods )

Nilai

Pertemuan I Pertemuan II

Frekuensi Persentase Frekuensi Presentase

0 0 0,00% 0 0,00% 10 0 0,00% 0 0,00% 20 0 0,00% 0 0,00% 30 0 0,00% 0 0,00% 40 0 0,00% 0 0,00% 50 2 5,88% 5 14,71% 60 7 20,59% 4 11,76% 70 13 38,24% 7 20,59% 80 8 23,53% 8 23,53% 90 4 11,76% 10 29,41% 100 0 0,00% 0 0,00% Jumlah 34 100% 34 100%

Tabel 8. Daftar distribusi frekuensi hasil belajar siswa ( postest ) pada kelas eksperimen II ( menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share )

Nilai

Pertemuan I Pertemuan II

Frekuensi Persentase Frekuensi Presentase

0 0 0,00% 0 0,00% 10 0 0,00% 0 0,00% 20 0 0,00% 0 0,00% 30 0 0,00% 0 0,00% 40 0 0,00% 0 0,00% 50 0 0,00% 0 0,00% 60 2 5,88% 1 2,94% 70 11 32,35% 9 26,47% 80 9 26,47% 7 20,59% 90 6 17,65% 15 44,12% 100 6 17,65% 2 5,88% Jumlah 34 100% 34 100%

Pada kelas eksperimen I yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM), pada pertemuan pertama terdapat 12 orang siswa yang memperoleh nilai di atas 78 sebagai standar

(4)

KKM dengan nilai rata-rata posttest 71,47, sedangkan pada pertemuan kedua terdapat 18 orang siswa yang mencapai nilai KKM dengan nilai rata-rata posttest 74,12. Pada kelas eksperimen II yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), pada pertemuan pertama terdapat 21 orang siswa yang mencapai nilai KKM dengan nilai rata-rata 80,88, sedangkan pada pertemuan kedua terdapat 24 orang siswa yang mencapai nilai KKM dengan nilai rata-rata posttest 82,35.

4.1.2 Peningkatan Hasil Belajar siswa

Peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dilihat dari selisih nilai pretest dan posttest. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa untuk kedua kelas eksperimen dapat dilihat pada kedua tabel dibawah ini.

Tabel 9. Daftar distribusi frekuensi hasil belajar siswa pada kelas eksperimen I (menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Structured Dyadic Methods)

Selisih nilai Pertemuan I Pertemuan II

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

0 0 0,00% 0 0,00% 10 3 8,82% 2 5,88% 20 5 14,71% 6 17,65% 30 11 32,35% 13 38,24% 40 10 29,41% 8 23,53% 50 3 8,82% 3 8,82% 60 2 5,88% 2 5,88% 70 0 0,00% 0 0,00% 80 0 0,00% 0 0,00% 90 0 0,00% 0 0,00% 100 0 0,00% 0 0,00% Jumlah 34 100% 34 100%

(5)

Tabel 10. Daftar Distribusi frekuensi hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen II (menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share)

Selisih nilai pertemuan I Pertemuan II

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

0 0 0,00% 0 0,00% 10 0 0,00% 1 2,94% 20 2 5,88% 2 5,88% 30 7 20,59% 9 26,47% 40 13 38,24% 9 26,47% 50 8 23,53% 7 20,59% 60 3 8,82% 5 14,71% 70 1 2,94% 0 0,00% 80 0 0,00% 1 2,94% 90 0 0,00% 0 0,00% 100 0 0,00% 0 0,00% Jumlah 34 100% 34 100%

Kedua tabel di atas menunjukkan hubungan antara selisih nilai pretest dan posttest siswa kedua kelas eksperimen dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai tersebut. Dari data di atas dapat ditentukan nilai rata-rata peningkatan hasil belajar kognitif siswa kedua kelas eksperimen, standar deviasi dan variansnya yang akan digunakan untuk analisa lebih lanjut dalam uji normalitas, uji homogenitas dan uji t. Data Peningkatan Hasil Belajar kedua kelas eksperimen, baik pada pertemuan pertama maupun pada pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 11. Data peningkatan hasil belajar

Variabel Pertemuan I Pertemuan II Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II N 34 34 34 34 ̅ 33,24 41,76 32,94 41,47 SD 12,73 11,41 12,19 14,38 V 157,1799 126,2976 152,2491 200,7785

(6)

Keterangan :

N : Jumlah Siswa

̅ : Rata-Rata Peningkatan Hasil Belajar Kognitif SD : Standar Deviasi

V : Varians

Data diatas digunakan untuk menentukan apakah kedua kelas eksperimen berdistribusi normal dan memliki varians yang homogen. Jika hasilnya menunjukkan kedua kelas berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka selanjunya akan dilakukan uji t untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) dan Think Pair Share (TPS) pada materi senyawa turunan alkana menggunakan media pembelajaran molymod pelampung pancing.

4.1.3 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah hasil belajar kognitif siswa dari kedua kelas eksperimen berdistribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji chi kuadrat (chi-square) dengan taraf signifikansi 0,01. Dalam uji normalitas ini, jika X2hitung < X2tabel, maka kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal, tetapi jika X2hitung< X2tabelmaka kelas eksperimen tidak berdistribusi normal.

Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan, nilai X2hitung yang diperoleh untuk kedua kelas eksperimen, baik pada pertemuan pertama maupun kedua dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 12. Data uji normalitas hasil belajar siswa

Nilai Pertemuan I Pertemuan II Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II X2hitung 2,0953 2,5330 1,4110 7,2894 X2tabel 11,3

Dari data uji normalitas pada tabel di atas terlihat bahwa untuk kedua kelas eksperimen diperoleh X2hitung < X2tabel, baik pada pertemuan pertama

(7)

maupun pertemuan kedua. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas eksperimen berdistribusi normal, yang artinya data yang diperoleh mempunyai sebaran yang normal dan bisa mewakili populasi. Dengan kata lain hasil belajar kognitif kedua kelas eksperimen yang diperoleh bisa mewakili hasil belajar populasi.

4.1.4 Uji Homogenitas

Untuk membuktikan apakah hasil belajar siswa dari kedua kelas eksperimen mempunyai varians yang homogen atau tidak, dilakukan uji homogenitas menggunakan uji F dengan taraf signifikansi 0,01. Jika Fhitung < Ftabel, maka kedua kelas eksperimen mempunyai varians yang homgen, tetapi jika Fhitung > Ftabel maka kedua kelas eksperimen mempunyai varians yang tidak homogen.

Berdasarkan uji homogentias kedua kelas eksperimen yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa Fhitung pertemuan pertama dan kedua bertrut-turut 1,24452 dan 1,31875, sedangkan Ftabelyang diperoleh 4,93. Hal ini menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel, yang artinya baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua, kedua kelas eksperimen mempunyai varians yang homogen. Selanjutnya, karena kedua kelas eksperimen berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan melakukan uji t.

4.1.5 Uji t

Uji hipotesis atau uji t dilakukan untuk penentuan hipotesis. Dalam penelitian ini uji hipotesis dilakukan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif siswa pada materi senyawa turunan alkana menggunakan media pembelajaran molymod pelampung pancing dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) dan tipe Think Pair Share (TPS). Dalam uji t ini, jika ttabel > thitung, maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar

(8)

kognitif siswa pada pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) dan tipe Think Pair Share (TPS) pada materi senyawa turunan alkana menggunakan media pembelajaran molymod pelampung pancing, begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan uji t yang telah dilakukan terhadap hasil belajar siswa untuk ranah kognitif, diperoleh hasil bahwa baik untuk pertemuan pertama maupun kedua, nila ttabel > thitung. thitung yang diperoleh untuk pertemuan pertama dan kedua masing-masing adalah 2,8571 dan 2,954, sedangkan ttabel yang diperoleh adalah 2,38419.

4.2 Pembahasan

Penelitian tentang perbedaan hasil pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) dan tipe Think Pair Share (TPS) pada materi senyawa turunan alkana menggunakan media pembelajaran molymod pelampung pancing ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa pada ranah kognitif dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods(SDM) dan tipe Think Pair Share (TPS) pada materi senyawa turunan alkana menggunakan media pembelajaran molymod pelampung pancing.

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Kota Bengkulu dengan populasi seluruh siswa kelas XII IPA SMA Negeri 5 Kota Bengkulu. Pada penelitian ini digunakan dua kelas eksperimen yang diterapkan model pembelajaran kooperatif dengan tipe yang berbeda untuk materi yang sama. Untuk menentukan kelas sampel dari populasi yang ada, maka dilakukan uji homogenitas menggunakan uji F terhadap dua kelas yang dipilih secara random, yaitu kelas XII IPA I dan XII IPA II. Berdasarkan uji F yang dilakukan berdasarkan nilai ujian semester siswa, diperoleh Fhitung sebesar 1,7791 dan Ftabel sebesar 4,93. Hal ini menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel, yang artinya kedua kelas tersebut memiliki variansi yang homogen. Dengan kata lain kedua kelas ini dapat mewakili populasi. Oleh karena itu dalam penelitian ini kelas sampel yang digunakan adalah kelas XII IPA I dan XII IPA II, yang masing-masing terdiri dari 34 orang siswa.

(9)

Untuk menentukan kelas mana dari dua kelas sampel yang ada yang akan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) maupun tipe Think Pair Share (TPS), dilakukan pemilihan secara acak. Model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) diterapkan pada kelas XII IPA I dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) diterapkan pada kelas XII IPA II.

Selain materi yang sama, pada proses pembelajaran kedua kelas eksperimen juga digunakan media pembelajaran yang sama, yaitu molymod pelampung pancing. Molymod merupakan media pembelajaran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan struktur dari suatu molekul. Biasanya, molymod terbuat dari bahan plastik yang dapat dibongkar pasang. Namun, selain menggunakan plastik, molymod juga dapat dibuat secara sederhana dengan menggunakan bahan-bahan yang ada dilingkungan sekitar seperti buah rimpang, sterofom dll. Dalam penelitian ini molymod yang digunakan terbuat dari pelampung pancing yang dihubungkan dengan lidi.

Gambar 4. Molymod pelampung pancing.

Molymod pelampung pancing memiliki kelebihan dalam hal efektifitas biaya dan kepraktisan penggunaan. Hanya dengan menggunakan pelampung pancing yang harganya terjangkau dan mudah diperoleh, ditambah dengan lidi, molymod pelampung pancing ini sangat mudah dibuat dan digunakan. Bahkan siswa dapat

(10)

membuatnya sendiri dan menggunakannya untuk belajar di rumah, berbeda dengan molymod yang disediakan oleh sekolah yang terbatas penggunaannya hanya di sekolah.

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) dan tipe Think Pair Share (TPS) pada materi senyawa turunan alkana menggunakan media pembelajaran molymod pelampung pancing, peneliti harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana hasil belajar siswa pada ranah kognitif dari kedua kelas eksperimen. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian sebanyak dua pertemuan dengan hanya mengamati hasil belajar siswa untuk ranah kognitif.

Hasil belajar siswa untuk ranah kognitif dilihat dari selisih nilai pretes dan posttest siswa dari kedua kelas eksperimen. Dari hasil penelitian yang diperoleh, pada pertemuan pertama nilai rata-rata pretest untuk kelas ekperimen I yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) dan kelas eksperimen II yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) berturut-turut adalah 38,24 dan 39,12, sedangkan untuk pertemuan II adalah 41,18 dan 40,88. Perbandingan nilai pretets kedua kelas eksperimen dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Gambar 5. Grafik perbandingan nilai pretest kedua kelas eksperimen pada pertemuan I dan II.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 fr e ku e n si Nilai

Grafik Hasil Belajar Kognitif Siswa (Pretest) Pertemuan I

0 2 4 6 8 10 12 14 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Fr e ku e n si Nilai

Grafik Hasil Belajar Kognitif Siswa ( Pretest ) Pertemuan II

Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II

(11)

Dari kedua grafik di atas terlihat bahwa nilai pretest siswa untuk kedua kelas eksperimen baik pertemuan pertama maupun pertemuan kedua masih rendah. Hal ini terlihat dari nilai pretest tertinggi yang bisa dicapai oleh siswa dari kedua kelas eksperimen adalah 70. Artinya, tidak ada siswa dari kedua kelas eksperimen yang memperoleh nilai pretest di atas 78 sebagai standar KKM. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan siswa, baik pada kelas eksperimen pertama yang akan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) maupun pada kelas eksperimen kedua yang akan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) tentang materi yang akan dipelajari masih kurang. Kekurangan ini dikarenakan siswa tidak memiliki persiapan terlebih dahulu tentang materi senyawa turunan alkana, sehingga tidak mampu menyelesaikan soal pretest dengan baik.

Setelah mengadakan pretest , pada kedua kelas eksperimen dilakukan proses pembelajaran materi senyawa turunan alkana dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yang berbeda. Pada kelas eksperimen I diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM), dimana siswa akan berdiskusi dalam kelompok berpasangan dengan cara bertukar peran sebagai tutor. Adapun pada kelas eksperimen II iterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), dimana siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan LDS secara pribadi terlebih dahulu, baru kemudian berdiskusi dengan pasangan kelompok masing-masing dan dipresentasikan di depan kelas. Diakhir pembelajaran, dilakukan posttest pada kedua kelas eksperimen untuk meilihat seberapa besar peningkatan pengetahuan yang diperoleh siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, pada pertemuan pertama nilai rata-rata posttest untuk kelas ekperimen I dan kelas eksperimen II berturut-turut adalah 71,47 dan 80,88, sedangkan untuk pertemuan II adalah 72,12 dan 82,35. Perbandingan nilai postest kedua kelas eksperimen dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

(12)

Gambar 6. Grafik perbandingan nilai postest kedua kelas eksperimen pada pertemuan I dan II.

Dari nilai rata-rata posttest dan kedua grafik di atas terlihat bahwa siswa dari kedua kelas eksperimen telah mengalami peningkatan pengetahuan setelah diterapkan pembelajaran. Jika pada pretest tidak ada siswa dari kedua kelas yang mencapai nilai KKM, maka pada posttest terjadi peningkatan, meskipun masih ada sejumlah siswa dari kedua kelas eksperimen yang belum mencapai KKM. Pada kelas eksperimen pertama yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) jumlah siswa yang mendapat nilai posttest di atas KKM untuk pertemuan pertama dan kedua masing-masing 12 dan 18 orang siswa, sedangkan untuk kelas eksperimen II yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM pada pertemuan pertama dan kedua berturut-turut 21 dan 24 orang siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelas eksperimen dapat diterima oleh siswa.

Dari hasil nilai posttest siswa, terlihat bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai posttest di atas KKM lebih banyak pada kelas eksperimen II yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dibandingkan dengan kelas eksperimen I yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe

0 2 4 6 8 10 12 14 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Fr e ku e n si Nilai

Grafik Hasil Belajar Kognitif Siswa ( Postest ) Pertemuan I

0 2 4 6 8 10 12 14 16 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Fr e ku e n si Nilai

Grafik Hasil Belajar Kognitif Siswa ( Postest ) Pertemuan II

Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II

(13)

Structured Dyadic Methods (SDM). Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat menghasilkan peningkatan pengetahuan ranah kognitif lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (TPS ) pada materi senyawa turunan alkana menggunakan media pembelajaran molymod pelampung pancing.

Seberapa besar peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada ranah kognitif dari kedua kelas eksperimen pada materi senyawa turunan alkana dilihat dari selisih nilai pretest dan posttest yang diperoleh siswa. Sebaran peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif untuk kedua kelas eksperimen dapat dilihat pada kedua grafik di bawah ini :

Gambar 7. Grafik perbandingan peningkatan hasil belajar kognitif kedua kelas eksperimen pada pertemuan I dan II.

Dari kedua grafik di atas terlihat bahwa sebaran nilai peningkatan hasil belajar kognitif siswa memang lebih baik pada kelas eksperimen II yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dibandingkan dengan kelas eksperimen I yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM). Hal ini juga dapat diketahui

0 2 4 6 8 10 12 14 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Fr e ku e n si Nilai

Grafik Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Pertemuan I 0 2 4 6 8 10 12 14 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Fr e ku e n si Nilai

Grafik Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Pertemuan II

Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II

(14)

dengan melihat nilai rata-rata peningkatan hasil belajar kognitif kedua kelas eksperimen. Nilai rata-rata peningkatan hasil belajar kognitif kelas eksperimen I untuk pertemuan I dan II adalah 33, 24 dan 32,94, sedangkan untuk kelas eksperimen II adalah 41,76 dan 41,47.

Hasil belajar siswa ranah kognitif pada kelas eksperimen II yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik dibandingkan kelas eksperimen I yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) disebabkan karena pada kelas eksperimen II siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakan LDS secara mandiri terlebih dahulu sebelum akhirnya berpasangan untuk mendiskusikan hasil kerja yang diperoleh dan dipresentasikan di depan kelas. Artinya semua siswa diberi tanggung jawab yang sama dalam menyelesaikan permasalahan dan diberi kesempatan untuk berpikir mandiri terlebih dahulu sebelum bertukar pendapat. Hal ini membuat semua siswa memiliki waktu yang lebih banyak untuk berpikir. Asumsi ini sesuai dengan pendapat Frank Lyman (Sahae, 2013), dimana model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.

Selain itu, pada kelas eksperimen II yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), soal-soal yang didiskusikan oleh siswa telah disiapkan oleh guru dalam bentuk LDS. Adapun untuk kelas eksperimen I, siswa bergantian peran sebagai tutor dengan cara mengajukan soal kepada pasangan kelompoknya secara bergantian. Dalam hal ini, soal-soal yang digunakan atau diajukan siswa dalam diskusi dengan pasangannya tidak disiapkan oleh guru melainkan ditemukan oleh siswa sendiri dengan tingkat pemikiran siswa masing-masing. Hal ini tentunya mempengaruhi hasil belajar siswa, karena tingkat kesukaran soal-soal yang digunakan oleh siswa pada kelas eksperimen I dalam diskusi sangat bervariasi, ada yang sangat sederhana dan ada yang sangat kompleks. Jumlah soal yang didiskusikan juga bervariasi, ada pasangan yang berhasil mengerjakan banyak soal, ada juga yang hanya dapat mengerjakan sedikit

(15)

soal, sehingga peningkatan hasil belajar yang diperoleh pun jauh lebih tidak merata dibandingkan kelas eksperimen II.

Untuk menguji hipotesis pada ranah kognitif ini, apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar ranah kognitif pada pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) dan tipe Think Pair Share (TPS) pada materi senyawa turunan alkana menggunakan media molymod pelampung pancing, dilakukan uji t dengan menggunakan data peningkatan hasil belajar kognitif yang diperoleh. Namun, sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu. Jika kedua kelas eksperimen mempunyai distribusi yang normal dan varians yang homogen, barulah uji t dapat dilakukan. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, kedua kelas eksperimen mempunyai distribusi yang normal dan varians yang homogen, sehingga dapat dilakukan uji t.

Dari uji t yang dilakukan berdasarkan nilai peningkatan hasil belajar ranah kognitif diperoleh thitung untuk pertemuan pertama dan kedua masing-masing adalah2,8571 dan 2,954, sedangkan ttabel adalah 2,38419. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel, yang artinya hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar ranah kognitif siswa pada pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) dan Think Pair Share (TPS) pada materi senyawa turunan alkana menggunakan media pembelajaran molymod pelampung pancing.

(16)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada kelas eksperimen pertama yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) diperoleh nilai rata-rata pretes untuk pertemuan pertama dan kedua adalah 38,24 dan 41,18, nilai rata-rata postest untuk pertemuan pertama dan kedua adalah 71,47 dan 77,12, dan nilai rata-rata peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada pertemuan pertama dan kedua adalah 33,24 dan 32,94.

2. Pada kelas eksperimen kedua yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) diperoleh nilai rata-rata pretes untuk pertemuan pertama dan kedua adalah 39,12 dan 40,88, nilai rata-rata postes untuk pertemuan pertama dan kedua adalah 80,88 dan 82,35, dan nilai rata-rata peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada pertemuan pertama dan kedua adalah 41,76 dan 41,47.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif siswa pada materi senyawa turunan alkana menggunakan media pembelajaran molymod pelampung pancing dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) dan tipe Think Pair Share (TPS). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil belajar kognitif siswa pada materi senyawa turunan alkana menggunakan media pembelajaran molymod pelampung pancing lebih baik pada kelas yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dibandingkan dengan kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM).

(17)

5.2 Saran

Sesuai dengan hasil penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Pada kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM), dimana siswa bergantian peran sebagai tutor dalam kelompoknya dengan mengajukan soal-soal, agar diskusi berjalan lancar maka sebaiknya siswa sudah menyiapkan soal-soal sebelum pelajaran berlangsung sehingga proses diskusi lebih efektif dan waktu yang digunakan lebih efisien.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) baik digunakan untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada materi senyawa turunan alkana dengan menggunakan media pembelajaran molymod pelampung pancing.

3. Dalam penggunaan media pembelajaran molymod pelampung pancing guru sebaiknya memperhatikan variasi ukuran dan warna pelampung pancing yang digunakan. Variasi ukuran atau diameter pelampung pancing dan warnanya sebaiknya disesuaikan agar mendekati keadaan yang sebenarnya.

4. Untuk menggambarkan ikatan rangkap pada senyawa turunan alkana sebaiknya guru tidak menggunakan tusuk gigi melainkan kawat agar dapat dibengkokkan sehingga mendekati keadaan yang sebenarnya.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Ashadi. 2009. Kesulitan Belajar Kimia bagi Siswa Sekolah Menengah.

http://pustaka.uns.ac.id/include/inc_pdf.php?nid=198 [2 Desember

2013]

Asyhar, R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.Jakarta : Referensi Jakarta

Djuanda, D. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X TKJ Di SMK Negeri 1 Tomohon. Engineering Education.(1), (4)

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Eggen dan Kauchak, D. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran.Jakarta : Indeks

Fathurrohman, P dan Sutikno, S. 2007. Strategi Belajar Mengajar.Bandung : PT Refika Aditama

Hamzah dan Uno. 2012. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara

Huda, M. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Khamidinal, 2009. Kimia SMA/MA Kelas.Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Nesti. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Kimia Melalui Pembelajaran Kooperatif Menggunakan Structured Dyadic Methoda Tipe Classwie Peer Tutoring (CPT) Di SMKN 2 Kota Bengkulu. Skripsi FKIP UNIB : Tidak dipublikasikan

Patrianto, U. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Memahamkan Materi Logaritma Kelas X SMKN 5 Malang. Jurnal Pendidikan Matematika

Purba, M. 2002. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Sari, P.S. 2013. Studi Komparasi Model Pembelajaran STAD Dengan Menggunakan Media Animasi Macromedia Flash Player dan Molymod Pada Pembelajaran Kimia Materi Pokok Ikatan Kovalen Ditinjau Dari Kreativitas Siswa Kelas X SMAN 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Kimia. (2). (2) : 112

(19)

Sahae, K. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Kelas VII SMP Negeri 3 Siau Timur. Enginering Education Journals UNIMA.(1), (4)

Slavin, R. 2005. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media

Subana. 2005. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi.Bandung : Alfabeta

Suprijono, A. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

(20)

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama : Winda Wiranata 2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. NPM : A1F010006 4. Tempat, Tanggal Lahir : Curup, 23 Januari 1992 5. Alamat Bengkulu

: Asrama Putri Orchid, Unib

6. No. Telpon : -

7. No. HP : 08982217849

8. E-mail : Nda_rtn@yahoo.co.id 9. Alamat Asal : Jl. Let jend Suprapto No

51, Curup Tengah

II. IDENTITAS PENDIDIKAN

No Pendidikan Spesialisasi Tahun Lulus Tempat

1 TK Kartika - 1998 Curup 2 SDN 102 Curup - 2004 Curup 3 SMP N 1 Curup - 2007 Curup 4 SMA N 1 Curup Kota IPA 2010 Curup 5 PT. Unib Pendidikan Kimia 2013 Bengkulu

III. PENGALAMAN BERORGANISASI

No Tahun Nama Organisasi Kedudukan dalam

organisasi

1 2011/2012

Departemen Pendidikan dan Penalaran

HIMAMIA FKIP Unib

Anggota

2 2012/2013

Departemen Pendidikan dan Penalaran

HIMAMIA FKIP Unib

Anggota

IV. PRESTASI DAN PENGHARGAAN

No Jeniis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan

Tahun

1 Asisten Dosen untuk Mata Praktikum

Program Studi

(21)

2 Finalis Lomba Karya

Tulis Ekonomi Islam BEM UNIB Bengkulu, 2010 3 Juara I Kompetisi

Karya Tulis Ilmiah (KTI) Mahasiswa

UNIB Bengkulu, 2012

4 Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah UNIB Fair II

UNIB Bengkulu, 2011

Semua data yang diisikan dan tercantum dalam riwayat hidup ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Apabila kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resiko.

Demikianlah riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya untuk melengkapi skripsi ini.

Bengkulu, Maret 2014

Gambar

Tabel 5. Daftar distribusi frekuensi hasil belajar kognitif siswa ( pretest) pada  kelas eksperimen II ( menggunakan model pembelajaran kooperatif
Tabel 6.  Daftar distribusi frekuensi hasil belajar kognitif siswa (pretest) pada  kelas eksperimen II ( menggunakan model pembelajaran kooperatif
Tabel 7. Daftar distribusi frekuensi hasil belajar kognitif siswa (posttest)  pada kelas eksperimen I ( menggunakan model pembelajaran kooperatif
Tabel 9. Daftar distribusi frekuensi hasil belajar siswa pada  kelas eksperimen I (menggunakan model pembelajaran kooperatif
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perancangan ini tujuan dari analisis kuesioner adalah untuk memperoleh asumsi dari responden seperti permasalahan apa yang mengkhawatirkan, fakta mengenai

Urutkan banyaknya makan dari lima anak tersebut, dari yang paling sedikit sampai yang paling banyak. Bila pada pukul 12.00 kedua lampu tersebut menyala bersama-sama, pada pukul

[r]

Ramadhany (2004) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami Financial Distress di Bursa Efek

Walaupun golongan belia mementingkan maklumat berkaitan dengan pelbagai aspek lain seperti hiburan, ekonomi dan sebagainya, namun informasi kenegaraan juga perlu menjadi

Untuk kelanjutan evaluasi pada paket pekerjaan pembangunan gedung kantor Pengadilan Agama Kota Padangsidimpuan Tahap II, maka dengan ini panitia mengundang saudara untuk

Iklim organisasi ( organizing ) di Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan (UPTD Pendidikan) dan atau dengan sebutan Unit Pelaksana Teknis Kurikulum (UPTK) Kecamatan Jasinga Kabupaten

Ading pintar dapat mendukung budidaya perikanan mitra dengan menghemat waktu 150 menit atau 1 jam 30 menit pemberian pakan dalam satu hari dan penakaran