• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA POKOK BAHASAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL ( PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VIIA SMP Negeri I Gemolong ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA POKOK BAHASAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL ( PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VIIA SMP Negeri I Gemolong )."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA POKOK BAHASAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL ( PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VIIA SMP Negeri I Gemolong )

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1

Pendidikan Matematika

Oleh : KURNIA AWALIA

A410050178

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) khususnya teknologi informasi informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk juga aspek pendidikan. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas, dengan begitu pekembangan yang ada dapat dikuasai, dimanfaatkan semaksimal mungkin dan dapat dikembangkan lebih baik lagi.

Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi diharapkan mampu berkompetensi secara global, sehingga diperlukan keterampilan tinggi yang melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan bekerja sama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika. Hal ini sangat dimungkinkan karena matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan yang lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten.

(3)

Abdurrahman, 1999 : 251). Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Matematika merupakan “Queen and Servant of science”, maksudnya adalah matematika sebagai fondasi dan pembantu bagi ilmu pengetahuan yang lain, atau matematika itu bukan pengetahuan yang berdiri sendiri tetapi keberadaannya untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan ekonomi, sosial dan alam.

Fenomena yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa matematika merupakan bidang studi yang sulit dipahami dan dianggap momok bagi siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar matematika yang kurang memuaskan. Hasil studi The Third International Mathematic and Science Study Repeat (TIMSS-R) pada tahun 2003 menyebutkan bahwa diantara 46 negara, prestasi siswa SMP di Indonesia berada pada urutan 34 untuk matematika dan 35 untuk sains. Hasil serupa juga terlihat dari studi PISA (Programme for International Student Assesment), yang obyek surveinya adalah siswa umur 15

tahun. Tiga aspek yang diteliti PISA adalah kemampuan membaca, matematika, dan sains. Pada tahun 2003, dari 41 negara yang disurvei, siswa-siswa Indonesia menempati urutan ke-39 untuk kemampuan membaca dan matematika, serta urutan ke-38 untuk kemampuan sains.

(4)

Indonesia berturut-turut adalah 112, 111, 110, dan 108. Hasil ini hampir sama dengan negara Vietnam yang baru saja bangkit membangun setelah bertahun-tahun mengalami perang saudara. Peringkat HDI Vietnam dari bertahun-tahun 2003 s/d 2007 adalah 109, 112, 108, dan 109. Peringkat HDI kita masih kalah jauh dengan Malaysia yang dari tahun 2003 s/d 2007 adalah 58, 59, 61, dan 61. Dalam laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan, United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), yang dirilis pada bulan November 2007 menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 di antara 130 negara di dunia. Yang jelas, education development index (EDI) Indonesia adalah 0.935, di bawah Malaysia adalah 0.945 dan Brunei Darussalam 0.965.

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga dapat dilihat dari gaya mengajar guru. Hasil studi yang dilakukan oleh Direktorat Dikmenum pada tahun 1997 menunjukkan bahwa pola pembelajaran di SMP cenderung ”text book oriented” dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Cara

pembelajaran konsep cenderung abstrak dan menggunakan metode ceramah sehingga konsep-konsep akademik menjadi sulit dipahami oleh siswa. Selain itu pada umumnya guru mengajar dengan tidak memperhatikan kemampuan berpikir siswa atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna.

(5)

mencatat dan menghafalkan. Padahal tuntutan dunia pendidikan sudah berubah, bahwasanya pembelajaran merupakan ”learning by doing” yaitu siswa membuat keterkaitan-keterkaitan yang menghasilkan makna, dan ketika melihat makna, siswa akan menyerap dan menguasai pengetahuan dan keterampilan itu secara aktif.

Demikian halnya yang terjadi pada siswa-siswa SMP pada umumnya. Siswa cenderung hanya menghafalkan rumus dan prosedur-prosedur penyelesaian. Ini mengakibatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal pemecahan masalah menjadi lemah. Lebih jauh, para siswa belum mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan. Dengan kata lain, siswa tidak tahu fungsi dari hal yang dipelajari untuk kehidupannya. Selain itu jika dilihat dari sikap siswa dalam pembelajaran matematika, tampak bahwa siswa kurang berani bertanya, mengeluarkan pendapat, berbeda dengan guru dalam menyelesaikan persoalan, belum mampu berpikir kritis, logis, imaginatif, dan kreatif yang merupakan dasar kemampuan berpikir tingkat tinggi.

(6)

rendah, walau guru berulangkali meminta agar siswa bertanya. Keragaman masalah di atas menggambarkan efektifitas belajar yang masih rendah.

Selain hal tersebut, pembelajaran matematika khususnya pada pokok bahasan pertidaksamaan linear satu variabel merupakan salah satu pokok bahasan yang sulit dipahami siswa. Kebanyakan siswa masih mengalami kesulitan, masih banyak siswa yang menjumlahkan atau mengurangkan suku dengan konstanta. Kelemahan lain adalah meski guru sudah menjelaskan dengan cara panjang tetap siswa belum paham.

Keberhasilan proses belajar mengajar pada pembelajaran matematika dapat diamati dari keberhasilan siswa yang mengikuti pembelajaran tersebut. keberhasilan itu sendiri dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta hasil belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman, penguasaan materi serta hasil belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan dalam pembelajaran. Namun pada kenyataanya hasil belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah.

(7)

Gambaran permasalahan diatas menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di kelas VII SMP Negeri I Gemolong perlu diperbaiki guna meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa. Para guru harus menyusun dan menerapkan berbagai metode yang bervariasi. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah pendekatan pembelajaran kontekstual.

Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/ CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Selain itu pembelajaran matematika yang bersifat ‘guru menjelaskan, murid mendengarkan’ akan diganti paradigma baru ‘siswa aktif mengkontruksi, guru sebagai fasilitator (membantu)’, sehingga siswa akan mendapatkan konsep matematika secara jelas dan benar.

(8)

Untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan kemampuan berpikir kretif siswa perlu adanya kerjasama antara guru matematika dan peneliti yaitu melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Proses PTK ini memberikan kesempatan kepada peneliti dan guru matematika untuk mengidentifikasi masalah–masalah pembelajaran sekolah, sehingga dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan. Dengan demikian proses pembelajaran di sekolah dengan menerapkan pendekatan kontekstual diharapkan dapat membantu guru mengaitkan materi dengan dunia nyata dan membantu meningkatkan kemampuan berpikir kretif siswa dalam pembelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengembangan pembelajaran kontekstual untuk meningkatan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan pertidaksamaan linear satu variabel.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini di fokuskan pada bagaimana pendekatan pembelajaran kontekstual dapat digunakan untuk meningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Fokus penelitian ini diuraikan menjadi 2 rumusan masalah, yaitu :

1. Apakah setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran

(9)

2. Apakah setelah dilakukan pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat menigkatkan hasil belajar matematika siswa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran matematika pada pokok pertidaksamaan linear satu variabel dengan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Secara khusus penelitian ini bertujuan:

1. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam

pembelajaran matematika melalui pendekatan kontekstual.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika

melalui pendekatan kontekstual.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

(10)

menuju pembelajaran yang juga mementingkan proses-proses dalam suatu pembelajaran

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan informasi kepada guru matematika untuk memilih

alternatif dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Matematika Siswa

b.Untuk dijadikan masukkan bagi guru matematika dalam peningkatan kualitas pengajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual

c. Memberi masukkan kepada siswa untuk meningkatkan kegiatan belajar,

mengoptimalkan kompetensi berfikir positif dalam mengembangkan dirinya di tengah-tengah lingkungan dalam meraih keberhasilan belajar d.Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pedoman dan acuan

penelitian selanjutnya.

E. Definisi Operasional Istilah

Agar penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan untuk menghindari kesalahpahaman, maka perlu diberikan definisi operasional yaitu:

1. Pembelajaran

(11)

menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

2. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

3. Meningkatkan

Meningkatkan adalah usaha menjadikan lebih baik sesuai dengan kondisi-kondisi yang diciptakan atau diusahakan.

4. Kemampuan

Kemampuan disebut pula dengan kompetensi. Kemampuan merupakan segala sesuatu yang akan dimiliki peserta didik, dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran.

5. Berpikir Kreatif

Referensi

Dokumen terkait

Seiring dengan perkembangan pariwisata khususnya pariwisata budaya yang tidak hanya menempatkan wisatawan sebagai “penonton” atau penikmat saja, maka pengembangan Desa

“Basis data adalah suatu data yang terhubung ( interrelated data ) yang disimpan secara bersama-sama pada suatu media tanpa mengatap satu sama lain atau tidak perlu suatu

Penelitian ini bertujuan meningkatkan penguasaan mahasiswa akan sintaks-sintaks bahasa pemrograman yang dikemas dalam bentuk perangkat lunak games yang menarik,

Assam University Journal of Science & Technology: Biological and Environmental Sciences Vol.. Introduction to Food Colloids , Oxford University Press, Oxford,

Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul

[r]

Keragenan adalah suatu hasil ekstraksi dari bahan rumput laut yang hasil dari ekstraksi tersebut dapat kita gunakan sebagai pengental, pengenyal dan pengawet

dan dasar sungai yang dalam, sehingga sulit untuk membuat pilar di tengah jembatan...