• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bioefficacité de Filet Anti-Insectes Traité d’Alphacyperméthrine contre des Mouches Blanches (Bemisia tabaci Gennadius).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bioefficacité de Filet Anti-Insectes Traité d’Alphacyperméthrine contre des Mouches Blanches (Bemisia tabaci Gennadius)."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

BIOEFFICACITÉ DE FILET ANTI-INSECTES TRAITÉ

D’ALPHACYPERMÉTHRINE CONTRE DES MOUCHES

BLANCHES (

Bemisia tabaci

Gennadius)

ALDI KAMAL WIJAYA

MINISTERE DE L’AGRICULTURE

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Centre d’Angers - Institut National d’Horticulture et

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Bioefficacité de Filet Anti-Insectes Traité d’Alphacyperméthrine contre des Mouches Blanches (Bemisia tabaciGennadius) merupakan karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Oktober 2011

(3)

ABSTRAK

ALDI KAMAL WIJAYA. Bioefficacité de Filet Anti-Insectes Traité d’Alphacyperméthrine contre des Mouches Blanches (Bemisia tabaci Gennadius). Dibimbing oleh THIBAUD MARTIN, FRANSISCA R. ZAKARIA, TEGUH SANTOSO, BRUNO JALOUX.

Sejak lebih dari 15 tahun, tomato yellow leaf curl virus (TYLCV) merupakan masalah yang serius dalam produksi tomat di berbagai belahan dunia. Kebutuhan dalam mengurangi penggunaan pestisida telah menjadikan perlunya pengembangan strategi pengendalian hama terpadu. Studi ini dilaksanakan untuk mempelajari perilaku lalat putih Bemisia tabaci di laboratorium terhadap jaring yang diresapi alphacypermetrin. Jaring tersebut diproduksi dan disediakan oleh perusahaan A to Z Tanzania, dengan ukuran jaring 0.9 mm (AgroNet 0.9 NT) dan 0.4 mm (AgroNet 0.4 NT). Salah satu jaring ukuran 0.9 mm telah diberi perlakuan dengan alphacypermetrin 1% (AgroNet 0.9 α). Ketiga jaring tersebut diuji di laboratorium dan juga di lapang. Hasil studi menunjukkan bahwa jumlah B. tabaci yang dapat menyebrangi jaring yang diberi perlakuan (AgroNet 0.9 α) secara nyata lebih rendah dua kali (19%) dibandingkan dengan jaring tanpa perlakuan (46%), dan jumlah kematian B. tabaci dalam tabung yang berisi jaring perlakuan AgroNet 0.9 α lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan jaring tanpa perlakuan. Dalam studi ini, efek toksik dari jaring dengan perlakuan dapat dibuktikan terlebih lagi efek repulsif. Hasil percobaan di lapang membuktikan efek penghalang fisik dari jaring tanpa perlakuan terhadap penggerek kubis (Plutella xylostella) dan kutu Brevicoryne brassicae. Hal tersebut membuktikan keefektifan secara total jaring dengan perlakuan AgroNet 0.9 α untuk melindungi kubis dari serangan kutu hijau Myzus persicae dan Lipaphis erysimi. Hasil ini menunjukkan keefektifan yang sama dari jaring repulsif tersebut untuk melindungi tanaman di lapang terhadap serangan B. tabaci.

(4)

RINGKASAN

ALDI KAMAL WIJAYA. Bioefficacité de Filet Anti-Insectes Traité d’Alphacyperméthrine contre des Mouches Blanches (Bemisia tabaci Gennadius). Dibimbing oleh THIBAUD MARTIN, FRANSISCA R. ZAKARIA, TEGUH SANTOSO, BRUNO JALOUX.

Sejak lebih dari 15 tahun yang lalu, tomato leaf curl virus (TYLCV) merupakan masalah yang serius dalam produksi tomat di berbagai belahan dunia. Virus tersebut telah ditandai di Israel sekitar 40 tahun yang lalu (Cohen dan Nitzani 1966), dan sekitar kurang lebih 10 tahunan di Florida (Polston et al. 1997). TYLCV disebarkan secara terus menerus oleh spesies kompleks lalat putih dewasa Bemisia tabaci (Hemiptera : Aleyrodidae) (Polston dan Lapidot 2007). Lalat putih tersebut menyebarkan virus selama 15-30 menit pada periode pertama memakannya (Cohen dan Nitzani 1966). Kehilangan hasil yang disebabkan oleh virus ini telah membuat B. tabaci sebagai hama menakutkan dalam sistem pertanaman khususnya di wilayah Mediterania, Italia dan Perancis Selatan, dalam budidaya tomat dan tanaman hias (Traboulis, 1994 dan Ioannou 1997).

Kebutuhan dalam mengurangi penggunaan pestisida dan permintaan konsumen untuk produk yang bebas residu telah membuat perlunya pengembangan strategi seperti pengendalian hama terpadu. Penggunaan jarring anti seranggga merupakan teknik yang efisien dan berdampak sedikit terhadap lingkungan, yang dikombinasikan dengan sebuah program pengendalian hama terpadu, yang mampu mengurangi ketergantungan secara nyata pengendalian kimia. Menurut Berlinger et al. (1990) teknik pemisahan dari lalat putih dengan menggunakan jaring anti serangga yang nyata secara ekonomi menguntungkan. Jaring anti serangga yang ditempatkan dalam bukaan rumah kaca atau dalam lindungan tunel menjadi hal yang wajib dalam strategi perlindungan tanaman terhadap hama buah dan sayuran di Israel (Berlinger et al. 1996) dan teknologi ini telah diadaptasi di lain tempat (Bethke et al. 1994; Arsenio et al. 1999). Kombinasinya dengan pengendalian kimia dan teknik budidaya telah dapat mengurangi jumlah vektor dan meminimalkan atau menghilangkan sumber inokulum dari TYLCV (Polston dan Lapidot 2007).

Studi ini dilakukan untuk mempelajari perilaku lalat putih B. tabacidalam kaitan dengan jaring anti serangga yang telah diresapi alphacypermetrin. Sebuah percobaan di lapang telah benar-benar menempatkan untuk mengevaluasi efektifitas dari jaring tersebut dalam melindungi budidaya kubis terhadap serangan serangga yang dibandingkan dengan jaring tanpa perlakuan dan kontrol tanpa lindungan. Studi ini berlangsung selama 5 bulan yang dilaksanakan di laboratorium entomologi Cirad UR Hortsys, yang berada di lingkungan Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) Montpellier, France.

(5)

putih), dengan ukuran final 0.9 mm (AgroNet 0.9 NT) dan 0.4 mm (AgroNet 0.4 NT). Satu bagian dari jaring 0.9 mm telah diberi perlakuan dengan menggunakan sebuah pyretrinoid alphacypermetrin 1% (AgroNet 0.9 α), mengikuti proses OlysetR sertifikasi Sumitomo Chemical (http.//www.olyset.net/pdf/olyset-technical-brochure-2010.pdf). Ketiga jaring tersebut diuji di laboratorium dan juga di lapang. Jaring polietilen lainnya dengan ukuran benang dan struktur yang berbeda dipenuhi oleh perusahaan A to Z untuk melengkapi hasil laboratorium.

Tes di laboratorium menunjukkan efek repulsif dari jaring AgroNet 0.9 α yang diresapi alphacypermetrin terhadap B. tabaci dewasa, berlawanan dengan jaring tanpa perlakuan AgroNet 0.9 NT dan AgroNet 0.4 NT yang tidak memberikan efek penghalang fisik terhadap serangga tersebut. Di sisi lain, jaring AgroNet 0.9 NT menunjukkan keefektifannya dibandingkan dengan jaring yang berbeda struktur dan ukurannya seperti AgroNet 2.0 NT, AgroNet 1.0 NT, dan AgroNet 0.85 NT. Efek repulsif tidak secara menyeluruh ditunjukkan pada tes di laboratorium, tapi telah menunjukkan secara nyata berbeda (2x dibandingkan dengan jaring tanpa perlakuan) dengan beberapa macam metode alat yang digunakan.

Sementara itu, tes di kandang terhadap B. tabaci dengan kehadiran tanaman tomat di setiap kandang dalam keadaan dengan pilihan jaring telah menunjukkan bahwa jumlah yang dapat menyebrangi jaring tanpa perlakuan AgroNet 0.9 NT secara ekstrim terbatas (6%) dibandingkan dengan jumlah yang dapat menyebrangi pada saat kandang tengah diberi perlakuan gelap (17%) atau saat tes di dalam tabung tanpa bantuan makanan (46%). Efek repulsif dari jaring dengan perlakuan AgroNet 0.9 α juga telah nyata ditunjukkan pada parasitoid Encarsia formosa. Tetapi berbeda dengan B. tabaci, efek tersebut akan muncul terhadap parasitoid Encarsia formosa jika terdapat pilihan antara jaring perlakuan dengan jaring tanpa perlakuan dibandingkan jika diberi pilihan dari jaring yang sama. Hasil ini menunjukkan sebuah pelajaran dari parasitoid yang setelah kontak pertama jaring repulsif diikuti jaring tanpa perlakuan sehingga berfungsi seperti jaring repulsif.

Percobaan di lapang menegaskan keefektifan jaring tanpa perlakuan AgroNet 0.9 NT dan AgroNet 0.4 NT dalam melindungi secara total tanaman kubis terhadap serangan P. xylostella. Selain itu, percobaan itu juga keefektifan yang baik dari jaring dengan perlakuan AgroNet 0.9 α dalam melindungi tanaman kubis terhadap serangan kutu M. persicae dan L. erysimi dalam membandingkannya dengan jaring tanpa perlakuan dimana di sisi lain serangan hama-hama tersebut sangat banyak pada petakan kontrol tanpa perlindungan. Studi ini telah dipelajari secara paralel di laboratorium terhadap kutu (Romain Palix, komunikasi pribadi) yang menunjukkan bahwa terjadi efek repulsif tapi tidak secara total dari jaring perlakuan AgroNet 0.9 α pada M. persicae, yang secara nyata resisten terhadap pyretrinoid. Dengan demikian memungkinkan dalam situasi penanaman di lapang terjadinya efek repulsif dari jaring perlakuan terhadap jumlah B. tabaci yang dapat menyebranginya masih penting untuk dipelajari.

(6)

kubis (Plutella xylostella) dan kutu Brevicoryne brassicae. Hasil percobaan juga membuktikan keefektifan secara menyeluruh dari jaring yang diberi perlakuan (AgroNet 0.9 α) untuk melindungi kubis dari serangan kutu hijau Myzus persicae dan Lipaphis erysimi. Hal ini menunjukkan sebuah keefisienan yang sama pada jaring repulsif untuk melindungi kubis dalam pertanaman di lapang terhadap serangan B. tabaci.

(7)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(8)

BIOEFFICACITÉ DE FILET ANTI-INSECTES TRAITÉ

D’ALPHACYPERMÉTHRINE CONTRE DES MOUCHES

BLANCHES (

Bemisia tabaci

Gennadius)

ALDI KAMAL WIJAYA

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Judul Tugas Akhir : Bioefficacité de Filet Anti-Insectes Traité

d’Alphacyperméthrine contre des Mouches Blanches (Bemisia tabaci Gennadius).

Nama : Aldi Kamal Wijaya

NIM : P054090165

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Fransisca R. Zakaria, M.Sc. Dr. Teguh Santoso, DEA

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah

Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr

Tanggal Ujian : Tanggal Lulus :

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Juli 1983 dari ayah Sukmawijaya, A.Md. dan ibu Siti Nurlaela. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 2001 penulis lulus dari SMU Negeri 6 Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, lulus pada tahun 2006.

(11)

REMERCIEMENTS

Louange à Dieu, le Maître de l’Univers, le Clément, le Miséricordieux. Je tiens à remercier en premier lieu à M. Thibaud MARTIN, maître de stage, pour m'avoir encadré et soutenu tout au long de cette étude, ainsi que Mme. Fransisca R. Zakaria, M. Teguh Santoso, Bruno JALOUX. Leur conseils et opinions ont éclairé ma façon de penser dans une perspective différente. Je voudrais également remercier à M. Musa Hubeis en tant que Le Chef du Programme Petit et Moyen Industriels, et aussi à M. Naresworo Nugroho en tant que Le Responsable du Programme Double Diplôme Indonésie France – IPB, pour leur aide et attentions.

Je voudrais remercier à Jean-Luc REGNARD et M. Emmanuel GEOFFRIAU pour leur aide et attentions pendant la periode des cours à SupAgro Montpellier et AgroCampus-Ouest Angers, ainsi que pour m’avoir donné des conseils et des soutiens.

Pour leur aide et conseils pendant mes études au CSIRO, je tiens à remercier Serge SIMON, Hubert DE BON, Alain RATNADASS, Dominique BORDAT, José SERIN, Thierry THOMANN, Mireille JOURDAN, Janine VITOU, Jean Louis. Mes remerciements vont aussi aux enseignants du Programme Petit et Moyen Industriels–IPB, SupAgro Montpellier et AgroCampus-Ouest Angers, qui ont transmis des connaissances et des conseils aux étudiants.

Je remercie Romain PALIX, qui m'a aidé à comprendre toutes les questions de notre étude et son aide, ainsi que Emilie DELETRE. Je tiens à saluer tous les étudiants Indonésiens et les familles franco-Indonésienne à Montpellier, pour leur amitié.

(12)

SOMMAIRE

2.1. Les mouches blanches : Bemisia tabaci(Gennadius, 1889)... 5

2.2. Protection intégrée contre les ravageurs et utilisation des filets anti-insectes... 8

3.5. Test de sensibilité à la cyperméthrine... 16

3.6. Test au champ ... 17

3.7. Analyses statistiques ... 18

IV. RÉSULTATS... 19

4.1. Tests Toxicologiques (Sensibilité de B. tabacià la cyperméthrine).. 19

4.2. Effet des filets sur Bemisia tabaci... 21

4.2.1. Test en tube sans choix... 21

4.2.1.1. Effet répulsif... 21

4.2.1.2. Sensibilité de B. tabaciau filet traité à l’alphacyperméthrine... 22

(13)

4.2.2.1. Test sur les adultes de Bemisia tabaci... 23

4.2.2.2. Test sur les parasitoïdes Encarsia formosa... 26

4.2.3. Test en cage avec choix... 27

4.3. Test au champ ... 29

4.3.1. Plutella xylostella... 29

4.3.2. Pucerons verts ... 30

4.3.3. Brevicoryne brassicae... 30

4.3.4. Parasitoïdes de pucerons... 31

4.3.5. Rendement ... 32

4.3.6. Conditions de température et d’humidité... 33

V. DISCUSSION ... 35

VI. CONCLUSION... 39

VII. RÉFÉRENCES BIBLIOGRAPHIQUES... 41

(14)

LISTE DES TABLEAUX

Page

1 Preparation des solution mère de l’insecticide avec différent

doses ... 16

2 Les réponses comparative des B. tabacide la population

Montpellierain testées contre l’alphacyperméthrine... 20

3 Pourcentage de B. tabaci adultes (+ erreur standard) qui ont traversé les filets traité (AgroNet 0.9 α) et non traités (AgroNet 0.9 NT et AgroNet 0.4 NT) à échéance de 2h, 4h, et 6h ... 22

4 Pourcentage des adultes B. tabaci qui ont traversé les filets traité (AgroNet 0.9 α) et non traités (AgroNet 0.9 NT et AgroNet 0.4 NT) au bout de 4h. Et pourcentage de mortalité totale dans chaque tube test des adultes de B. tabaci(+ erreur standard)... 22

5 Pourcentage de B. tabaci adultes (+ erreur standard) qui ont traversé les filets traité (AgroNet 0.9 α) et non traités (AgroNet 0.9 NT) dans le tube 2 à échéance de 2h, 4h, 6h en comparaison avec l’absence de choix dans les tubes 1 et 3 ... 23

6 Pourcentage de B. tabaci adultes (+ erreur standard) qui ont traversé les filets non traité AgroNet 0.85 NT ou AgroNet 0.9 NT dans le tube 2 à échéance de 2h, 4h, et 6h en comparaison avec l’absence de choix dans les tubes 1 et 3 ... 24

7 Pourcentage de B. tabaci adultes (+ erreur standard) qui ont traversé les filets non traité AgroNet 2.0 NT ou AgroNet 0.9 NT dans le tube 2 à échéance de 2h, 4h, et 6h en comparaison avec l’absence de choix dans les tubes 1 et 3 ... 25

8 Pourcentage de B. tabaci adultes (+ erreur standard) qui ont traversé les filets non traité AgroNet 1.0 NT ou AgroNet 0.9 NT dans le tube 2 à échéance de 2h, 4h, et 6h en comparaison avec l’absence de choix dans les tubes 1 et 3 ... 25

9 Pourcentage de E. formosa adultes (+ erreur standard) qui ont traversé les filets traité (AgroNet 0.9 α) et non traités (AgroNet 0.9 NT) dans le tube 2 à échéance de 2h, 4h, 6h en comparaison avec l’absence de choix dans les tubes 1 et 3 ... 26

(15)
(16)

LISTE DES PHOTOS

Page

1 Quelques étapes de la vie des mouches blanches B. tabaci... 6

2 Filets en fibre de polyéthylène tricotés (multifilament blanc), avec un maillage finale de 0.9 mm (a. AgroNet 0.9 NT et AgroNet 0.9 α), 0.4 mm (b. AgroNet 0.4 NT), 0.85 x 0.85 mm (c. AgroNet 0.85 NT), 2 x 0.5 mm (d. AgroNet 2.0 NT) et 1 x 0.85 mm (e. AgroNet 1.0 NT)... 12

3 Les deux tubes en série dans le test sans choix. (a) avant la couverture de tube droit par un carton noir. (b) les adultes de B. tabaci placées dans la partie sombre (S) ont été attirés par la lumière dans la partie claire (C)... 13

4 Les adultes de B. tabaci après 4 heures de la partie sombre (S) et la partie claire (C) ont été placés pendant 24 heures sur des feuilles de tomate ... 14

5 Test en tubes à 2 filets. Les adultes ont été placés dans la partie centrale obscure (S) et ont été attiré par la lumière dans les parties claires (C1 et C2)... 15

6 Test en cage à 2 filets. Les adultes ont été placés dans la partie centrale obscure (S) et ont été attiré par la lumière dans les parties claires... 16

7 Blocs du campus de Baillarguet où les essais au champ ont été effectués... 17

8 Test toxicologique par trempage des feuilles de tomate dans des solutions insecticides. Après séchage les adultes de B. tabaci son placés dans des boites de Pétri contenant les feuilles sur gel

(17)

LISTE DES FIGURES

Page

1 Procédé breveté par Sumitomo d’inclusion de l’insecticide dans les moustiqaires Olyset permettant le maintien de l’efficacité même après lavage ... 10

2 Schéma du dispositif de l’essai au champ ... 18

3 Sensibilité de contact par trempage de feuille des adultes de B. tabaci de la souche Csiro à la cyperméthrine. Droite de régression dose/mortalité précisant les valeurs des DL10, DL50, et DL 90 en mg m.a./litre et leur intervalles de confiance à 95%... 20

4 Evolution en fonction du temps du taux de passage de B. tabaci adulte à travers les filets traité (AgroNet 0.9 α) et non traités (AgroNet 0.9 NT et AgroNet 0.4 NT) ... 21

5 Pourcentage de B. tabaci adultes qui ont traversé les filets traité (AgroNet 0.9 α) ou non traités (AgroNet 0.9 NT) dans le tube 2 à échéance de 6h en comparaison avec l’absence de choix dans les tubes 1 et 3... 24

6 Evolution du pourcentage de B. tabaciadultes qui ont traversé les filets non traités AgroNet 0.85 NT, AgroNet 2.0 NT et AgroNet 1.0 NT en choix avec le filet AgroNet 0.9 NT ... 26

7 Evolution du pourcentage de E. formosaadultes qui ont traversé les 2 filets non traités AgroNet 0.9 NT (tube 1), les 2 filets traités AgroNet 0.9 α (tube 3), et les 2 filets traités et non traités mis en opposition (tube 2)... 27

8 Evolution du pourcentage moyen de choux infestés pas Plutella xylostella(A) et du nombre de larves de P. xylostella(n/21 plants) (B) qui ont été observés chaque semaine sous les filets non traités (AgroNet 0.9 NT, AgroNet 0.4 NT) et traité (AgroNet 0.9 α) en comparaison avec un témoin non protégé ... 29

(18)

10 Evolution du pourcentage moyen de choux infestés pas le puceron noir Brevicoryne brassicae (A) et du nombre de puceron noir B. brassicae (n/21 plants) (B) qui ont été observés chaque semaine sous les filets non traités (AgroNet 0.9 NT, AgroNet 0.4 NT) et traité (AgroNet 0.9 α) en comparaison avec un témoin non

protégé ... 31

11 Evolution du nombre de pucerons parasités (n/21 plants) (B) qui ont été observés chaque semaine sous les filets non traités (AgroNet 0.9 NT, AgroNet 0.4 NT) et traité (AgroNet 0.9 α) en comparaison avec un témoin non protégé ... 31

12 Poids moyen (en Kg) d’un chou pommé (A) et nombre moyen de choux pommés (n/21 plants) récoltés par parcelle (B) selon les différentes modalités comparées : Témoin non protégé, AgroNet 0.9 NT, AgroNet 0.4 NT et AgroNet 0.9 α... 32

13 Evolution journalière de l’humidité relative (%) sous les filet AgroNet 0.9 NT et AgroNet 0.4 NT... 53

14 Evolution journalière de l’humidité relative (%) et de la température sur une parcelle non protégée ... 53

(19)

LISTE DES ANNEXES

Page

1 Résultat des tests des parasitoïdes (en situation de choix) avec

Test de Mann-Whitney (P<0.05)... 48

2 Résultat des tests de l’échantillon 1 (en situation de choix) avec Test de Mann-Whitney (P<0.05)... 49

3 Résultat des tests de l’échantillon 2 (en situation de choix) avec Test de Mann-Whitney (P<0.05)... 50

4 Résultat des tests de l’échantillon 3 (en situation de choix) avec Test de Mann-Whitney (P<0.05)... 51

5 Résultat de test choix des filets traitées en cages avec Test T pour données appariées et IC 95%... 52

(20)

I. INTRODUCTION

Depuis plus de 15 ans, le tomato leaf curl virus (TYLCV) est un grave problème dans la production de tomates dans plusieurs parties du monde. Le virus a été signalé en Israël il y a 40 ans (Cohen et Nitzani 1966) et il y a un peu plus de 10 ans Floride (Polston et al. 1997). Le TYLCV est transmis en continu par les adultes du complexe d’espèces de la mouche blanche Bemisia tabaci (Hemiptera: Aleyrodidae) (Polston et Lapidot 2007). Elle transmet le virus pendant les 15-30 minutes de la première période d’alimentation (Cohen et Nitzani 1966). Les pertes de récoltes causées par ce virus ont fait de B. tabaci un des ravageurs redoutés dans les systèmes maraîchers en particulier dans la région méditerranéenne, l'Italie et le Sud de France, sur les cultures tomates et d'ornement (Traboulsi 1994 et Ioannou 1997).

La présence de ravageurs B. tabaci en France ont été signalés depuis autour de l'année 1988 (Reynaud 2000), et en 2003 une crise dans les mesures culture de la tomate dans la région sud, parce que les variétés utilisées sont très sensibles au virus qui se propage par le ravageur. Ces insectes sont très polyfag, qui ont d'abord été découvert en Israël fin 1930, et l'impact de nouveaux dégâts vu dans le début des années 1960 (Moriones et Navas-Castillo 2000). En attendant, Callejas et Ochando (2005) a rapporté que la présence de B. tabaci en Espagne s'est produite en 1943, mais les dommages d'impact de la culture intensive de nouvelles apparaît autour de 1980.

(21)

Selon Gerling (1996), en fait, maintenant, B. tabacine causent pas de dommage économique qui est utilisé pour tester certains des facteurs impliqués, y compris les ennemis naturels, des méthodes de techniques agricoles, l'influence du traitement à l'insecticide, et l'état de la plante.

Cependant, dans la culture de légumes à l'extérieur ou dans un domaine traditionnellement, Avidov (1956) ont signalé que certains cucurbitacées, surtout les melons et les concombres, le plus souvent attaqués par la mouche blanche et de grandes populations de B. tabaciqui causent des dommages directs à la fois et de produire beaucoup de miellat. Et Gerling (1996) ont également rapporté que certains des problèmes causés par la présence de B. tabaci dans des conditions à effet de serre qui se rapportent à des maladies causées par des virus, avec des effets phytotoxiques, ou avec des facteurs esthétiques qui peuvent survenir suite à l'alimentation à partir de seulement quelques individus tels ravageurs.

La nécessité de réduire l'utilisation des pesticides et la demande des consommateurs pour des produits exempts de résidus a rendu impérative le développement des stratégies telles que les systèmes de gestion intégrée des ravageurs. L'utilisation de filets anti-insectes est une technique qui est efficace et peu impactante pour l’environnement, combinée avec un programme de gestion intégrée des ravageurs, elle réduit considérablement le recours à la lutte chimique. D’après Berlinger et al. (1990) les techniques d'exclusion des mouches blanches en utilisant des filets anti-insectes se sont avérées économiquement rentables. Les filets anti-insectes placés sur les ouvrants des serres ou en couverture des tunnels sont devenus un élément classique des stratégies de lutte contre les ravageurs des fuits et des légumes en Israël (Berlinger et al. 1996) et cette technologie a été adoptée ailleurs (Bethke et al. 1994 ; Arsenioet al. 1999). Leur combinaison avec des moyens chimiques et des techniques culturales ont pu réduire le nombre de vecteurs et minimiser ou même éliminer la source d'inoculum de TYLCV (Polston et Lapidot 2007).

(22)

répulsif pourrait sans doute permettre de contourner ce problème (Martin et al.

2006). Ce concept appliqué dans les moustiquaires imprégnées de pyrétrinoide à longue durée d’action est recommandé par l’OMS pour protéger les dormeurs contre les piqures des moustiques vecteurs du paludisme (Hill et al. 2006 ; Fegan

et al. 2007 ; Hougard et Martin 2008). Martin et al.(2006) ont montré au Bénin que ces filets anti-insectes imprégnés de deltaméthrine avec une maille de 2.5 mm pouvaient être très efficaces pour protéger des cultures de choux contre les attaques du puceron Lipaphis erysimi contrairement aux mêmes filets non traités qui ne faisaient que retarder l’infestation comparés à un témoin non protégé.

1.1. Objectifs

Cette étude a été menée pour étudier au laboratoire le comportement des mouches blanches B. tabaci à l’égard d’un filet imprégné d'alphacyperméthrine. Un essai au champ a également été mis en place pour évaluer l’efficacité de ce filet à protéger une culture de choux contre les attaques d’insectes en comparaison avec des filets non traités et un témoin non protégé. Cette étude qui a duré cinq mois a été réalisée dans le laboratoire d’entomologie du Cirad UR Hortsys situé au Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) de Montpellier.

1.2. Hypothèse

(23)
(24)

II. REVUE DE LITTÉRATURE

2.1. Les mouches blanches: Bemisia tabaci(Gennadius, 1889) Général

Bemisia tabaci (Insecta: Hemiptera: Sternorrhyncha: Aleyrodidae) est un insecte polyphage qui vit principalement sur les herbacées. C’est un ravageur majeur des plantes ornementale, des légumes, des légumineuses à graines et du coton. Il provoque des dégâts directement sur la plante par prélèvelemnt de sève et indirectement par la transmission de begomovirus pathogènes des plantes (De Barro et al. 2011). B. tabaciest une espèce composée de deux espèces cryptiques,

B. tabaci etB. argentifoliiet plusieurs biotypes (Perring 2001). Cette espèce a été découverte en 1889 sur les cultures du tabac en Grèce et a été nomméeAleyrodes tabaci(Gennadius 1889).

Dans la fin des années 1920 jusqu'au début des années 1930, les populations de ce ravageur se sont d’abord multipliées sur les cultures de coton en Inde, puis ont dans les années 1962 - 1981 ont commencé à attaquer d’autres cultures au Soudan, au Salvador, au Mexique, au Brésil, en Turquie, en Israël, en Thaïlande, en Arizona et en Californie (Horowitz 1986). Selon De Barro et al. (2011), l'origine de B. tabacia été ouverte à la discussion, l'Asie (Mound 1963 ; Mound 1983), l'Inde (Fishpool et Burban 1994), l’Afrique (Hidalgo et al. 1975), et le Nouveau du Monde (Gill 1992) ont tous été proposés. L’espèce B. tabaciest composé de plusieurs cluster majeurs à travers desquels il n'y a pas de hiérarchie ancestrale évidente. Le cluster Afrique-Moyen-Orient-Asie mineure se divise à partir d'un grand cluster contenant l’Asie, l’Afrique subsaharienne, et l’Amérique. Le biotype Q de B. tabaci a d’abord été observé dans le bassin Méditerranéen et en Afrique du Nord. Il a été récemment reconnu comme une espèce potentiellement envahissante pour les légumes et les plantes ornementales (Guirao

et al. 1997 ; Horowitz et al. 2003).

(25)

suivi par le biotype Q qui s'est propagé d’abord dans les pays du bassin méditerranéen (Algérie, en Crète, Croatie, Egypte, France, Grèce, Israël, Italie, Maroc, Portugal, Espagne, Soudan, Syrie, Turquie) puis à travers le monde (Canada, Chine, Guatemala, Japon, Mexique, Pays-Bas, Nouvelle-Zélande, la Corée du Sud, Uruguay, Royaume- États-Unis) (Legg et al. 1994 ; Sseruwagi et al. 2005).

Cycle de vie

Les stades de l’aleurode sont les suivants: œuf, quatre stades larvaires, une nymphe et l'adulte. Les adultes commencent à pondre des œufs environ un jour après l'émergence. L'œuf de forme ovale est déposé isolément ou en groupes. Les œufs éclosent au bout de six à dix jours. La phase larvaire prend 11 à 15 jours jusqu'à la phase de chrysalide. B. tabaci et T. vaporariorum (œufs, nymphes et adultes) se trouvent généralement sur la face inférieure des feuilles. L'adulte émerge de la coque de nymphose travers une scission en forme de T. Il se nourrit pendant 12 heures avant l'accouplement. Le cycle de vie des aleurodes varie de 2,5 à 3 semaines jusqu'à 2 mois sous des conditions plus fraîches. Les femelles déposent entre 50 et 400 œufs, selon la température (Perring 2005). Des températures plus élevées et des conditions environnementales favorables peuvent donner lieu à très forte pullulations d'aleurodes, après quelques générations.

(26)

Dommages et des stratégies de gestion

Selon Berlinger (1986), il y a trois types de dommages causés par B. tabaci: 1) les dommages directs, 2) les dommages indirects, et 3) la transmission de virus. Les dommages causés directement par l'alimentation sont dus aux larves et aux adultes qui en perçant les feuilles pour aspirer la sève affaiblissent les plantes hôtes, entrainant des retards de croissance et une diminution de la productivité. Sur les tomates, ces attaques peuvent ralentir le temps de maturation des fruits. Les dommages indirects causés par des attaques de B. tabaci, peuvent être dus à l'accumulation de miellat excrétés par les adultes. Sur ce miellat peuvent se développer des champignons tels queCladosporium spp. et Alternaria

spp., sur la face supérieure des feuilles de cotonnier mais surtout sur les fibres provoquant des point de collage. Berlinger (1986) et Hoelmer et al. (1994) ont rapporté que ce champignon pouvait inhiber le processus de photosynthèse, et affecter la production et la qualité de la fibre de coton.

(27)

2.2. Protection intégrée contre les ravageurs et utilisation des filets anti-insectes

La protection intégrée contre les ravageurs des cultures ou Integrated Pest Management (IPM) est définie comme l'utilisation d'une combinaison d’outils de lutte dans un environnement écologiquement rationnel pour maintenir la ou les populations de ravageurs en dessous du seuil de nuisibilité économique. Les stratégies de lutte utilisées dans les programmes IPM sont généralement physiques, chimiques, mécaniques et culturales. La lutte biologique peut renforcer cet arsenal par le biais de lâchers d'ennemis naturels, la perturbation du comportement des ravageurs avec des phéromones mais aussi par l'utilisation de produits naturels insecticides ou répulsifs (Powell 1998).

Selon Alston (1996), les termes de lutte contre les ravageurs sont apparus dans les années 1960, et ont ensuite évolué en gestion intégrée des ravageurs (IPM). Toutefois, les nombreuses techniques de l’IPM ont été pratiquées depuis que les plantes sont cultivées. Le mécontentement d'une lutte purement chimique et ses limites (pollution, résistance) a entrainé le développement d'autres moyens pour contrôler les ravageurs. La protection intégrée des ravageurs (IPM), est une approche globale qui combine plusieurs techniques pour réduire les populations de ravageurs à des niveaux tolérables pour assurer une production de qualité tout en préservant de l’environnement. Le contrôle intégré des ravageurs suppose de favoriser au maximum le contrôle biologique naturel par les insectes utiles (parasitoïdes et prédateurs) et cela ayant recours le moins possible aux produits chimiques qui peuvent occasionner des dégâts collatéraux.

(28)

Le BioNet est un nouveau concept en matière de protection des plantes, il contrôle l’activité des insectes à l’aide d’un double mécanisme combinant des effets physiques et photo-sélectifs. Les ombrières BioNet de 50 mesh ont considérablement réduit la pénétration de mouches blanches (Bemisia argentifolii

Bellows) dans les tunnels ainsi que la propagation du virus du TYLCV (Cohen et Antignus 1994). Les filets imprégnés d'insecticide sont devenus l'un des outils majeurs en santé public pour protéger les dormeurs des piqures des moustiques vecteurs du paludisme. Ces moustiquaires imprégnées de pyréthrinoïde on pu réduire le nombre d'épisodes du paludisme clinique d'environ 50% et d'améliorer de 20% le taux de survie des enfants de moins de 5 ans (Lengeler 2000). L'utilisation de filets traités à l'alpha-cyperméthrine s’est révélé efficace à repousser et à tuer les moustiques Culex quiquefaciatus et Anopheles gambiae

femelles comparé à d’autres pyréthrinoides (Jawara et al. 1998 ; Asidi et al. 2004).

(29)
(30)

III. MATÉRIELS ET MÉTHODES

3.1. Les Insectes

Les mouches blanches de B. tabaci biotype Q ont été élevées sur tomate (variété Octydia HF1) au laboratoire du Cirad au CSIRO de Baillarguet à une température de 23-25°C et une humidité relative 40-60 %. Dans cette étude, seuls les adultes de B. tabaciont été utilisés.

3.2. Les filets

Les filets ont été fabriqués et fournis par la société Tanzanienne A to Z Textile Mills. Les filets étaient en fibre de polyéthylène tricotés (multifilament blanc), avec un maillage finale de 0,9 mm (AgroNet 0.9 NT) et 0,4 mm (AgroNet 0.4 NT) (Photo 2 a et b). Une partie des filets 0,9 mm a été traité en usine avec un pyréthrinoïde, de l’alphacyperméthrine à 1% (AgroNet 0.9 α), suivant le procédé Olyset® breveté par la société Sumitomo Chemical

(http://www.olyset.net/pdf/olyset-technical-brochure-2010.pdf). Ces trois filets ont été testés au laboratoire mais aussi au champ. D'autres filets en polyéthylène avec des tailles de mailles et des structures différentes ont été fournis par la société A to Z pour compléter les résultats de laboratoire. Il s’agissait des filets AgroNet 0.85 NT (0,85 mm x 0,85 mm), AgroNet 2.0 NT (2 mm x 0,5 mm), et AgroNet 1.0 NT (1 mm x 0,85 mm) (Photo 2 c, d et e).

(31)

c. AgroNet 0.85 NT d. AgroNet 2.0 NT

e. AgroNet 1.0 NT

Photo 2.Filets en fibre de polyéthylène tricotés (multifilament blanc), avec un maillage finale de 0,9 mm (a. AgroNet 0.9 NT et AgroNet 0.9 α), 0,4 mm (b. AgroNet 0.4 NT), 0.85 x 0.85 mm (c. AgroNet 0.85 NT), 2 x 0.5 mm (d. AgroNet 2.0 NT) et 1 x 0.85 mm (AgroNet 1.0 NT).

3.3. Test en tubes

(32)

3.3.1. Test en tube à 1 filet

Dans la première étape, le dispositif utilisé était composé de deux tubes transparents emboités et séparés par le filet étudié (Photo 3 a et b). Un filet à maille très fine, que les mouches blanches ne peuvent pas traverser, a été placé à chaque extrémité du dispositif. Des adultes mâles et femelles de B. tabaci(20 x 5 répétitions) endormis pendant quelques minutes au froid, ont été placés dans la partie sombre (S) recouverte de carton noir. Le nombre de B. tabaci adultes, attirés par la lumière, qui a traversé les filets a été compté à différente période : 1h, 2h, 4h et 6h.

2(a) 2(b)

Photo 3.Les deux tubes en série dans le test sans choix. (a) avant la couverture du tube

droit par un carton noir. (b) les adultes de B. tabaciplacés dans la partie sombre

(S) ont été attirés par la lumière dans la partie claire (C).

Dans une seconde étape, les adultes de B. tabaci ayant traversé les filets au bout de 4 h ont été placés sur feuille de tomate dans des boites de Pétri contenant un gel d'agar-agar (Photo 4). Le pourcentage de mortalité a été observé après 24h.

(33)

Photo 4.Les adultes de B. tabaciaprès 4 heures de la partie sombre (S) et la partie claire (C) ont été placés pendant 24 heures sur des feuilles de tomate.

3.3.2. Test en tubes à 2 filets

Nous avons utilisé trois tubes emboités en série et séparés par des filets identiques ou différents (Photo 5). Trois combinaisons ont été testées avec 8 répétitions : 1) AgroNet 0.9 α vs AgroNet 0.9 α; 2) AgroNet 0.9 α vs 0.9 NT ; 3) AgroNet 0.9 NT vs AgroNet 0.9 NT. Un filet à maille très fine, que les mouches blanches ne peuvent pas traverser, a été placé à chaque extrémité du dispositif. Des adultes mâles et femelles de B. tabaci (20 x 5 répétitions) endormis pendant quelques minutes au froid, ont été placés dans la partie sombre (S) recouverte de carton noir. Le nombre de B. tabaci adultes, attirés par la lumière, qui a traversé les filets a été compté à différente période : 2h, 4h et 6h.

C1 filet 1 S filet 2 C2

(34)

Des tests sur parasitoïdes ont été effectués en complément des tests en tubes à 2 filets. Le principe est similaire au test en tubes à savoir étudier le comportement d’E. formosa, parasitoïde de B. tabaci, vis-à-vis des filets en les plaçant en conditions de choix. Nous avons utilisé trois tubes emboités en série et séparés par des filets identiques ou différents (Photo 5). Trois combinaisons ont été testées avec 3 répétitions : 1) AgroNet 0.9 α vs AgroNet 0.9 α; 2) AgroNet 0.9 α vs 0.9 NT ; 3) AgroNet 0.9 NT vs AgroNet 0.9 NT. Un filet à maille très fine, que les parasitoïdes ne peuvent pas traverser, a été placé à chaque extrémité du dispositif. Des adultes mâles et femelles d’E. formosa (20 x 6 répétitions) endormis pendant quelques minutes au froid, ont été placés dans la partie sombre (S) recouverte de carton noir. Le nombre de Encarsia formosaadultes, attirés par la lumière, qui a traversé les filets a été compté à différente période : 2h, 4h et 6h.

Avec ce dispositif, nous avons aussi évalué le comportement de passage de

B. tabaci à travers trois autres filets non traités : AgroNet 0.85 NT, AgroNet 2.0 NT et AgroNet 1.0 NT. Ces filets ont été comparés avec le filet AgroNet 0.9 NT, en utilisant 6 répétitions de 40 adultes de B. tabacipar répétition. Les comptages ont été effectués à 2h, 4h et 6h.

3.4. Test en cages

Des tests en cages ont été effectués en complément des tests en tubes de manière à recréer des conditions plus proches de l’environnement naturel des ailés leur permettant de voler avec des plantes dans chaque cage. Le principe est similaire au test en tubes à savoir étudier le comportement des B. tabacivis-à-vis des filets en les plaçant en conditions de choix. Les insectes ont été placés dans la cage centrale du dispositif (photo 6) masquée par un carton afin que les B. tabaci

(35)

Photo 6.Test en cage à 2 filets. Les adultes ont été placés dans la partie centrale obscure et ont été attiré par la lumière dans les parties claires.

3.5. Test de sensibilité à la cyperméthrine

Une formulation de cyperméthrine à 100 g /L (Cyperfor S) a été utilisée pour les tests de trempage. L'insecticide a été dilué dans de l'eau distillée pour produire 11 dilutions en série : 0.5 mg/L ; 1 mg/L ; 2.5 mg/L ; 5 mg/L ; 12.5 mg/L ; 25 mg/L ; 62.5 mg/L ; 125 mg/L ; 312.5 mg/L ; 625 mg/L ; 1000 mg/L) avec 2 témoins non traités et 3 répétitions par traitement.

Tableau 1 :Preparation des solution mere de l’insecticide avec différent doses

Doses à tester

(mg/L) Volume à preparer (mL) SM à prélever (mL)

Volume d’eau distillée à ajouter

(mL)

0.5 100 0.05 99.95

1 100 0,1 99,90

2.5 100 0.25 99.75

5 100 0,5 99,50

12.5 100 1.25 98.75

25 100 2,5 97,50

62.5 100 6.25 93.75

125 100 12,5 87,50

312.5 100 31.25 69.75

625 100 62,5 37,50

(36)

Les morceaux des feuilles de tomate (longueur 5-7 cm) ont été coupés et plongés dans ces dilutions d'insecticides pendant 60 secondes. Après de séchage, les feuilles ont été placées individuellement sur une couche d'agar à 3% en boîtes de Petri (diamètre 8,5 cm). Des feuilles trempées dans l'eau distillée ont été utilisées comme témoin. 20 adultes de B. tabaci adultes préalablement endormis au froid ont été placés sur chaque feuille. Tous les tests ont été maintenus à 25 °C, et la mortalité a été enregistrée après 24 heures. Les résultats ont été analysés avec le logiciel Windows Lethal Dose 50 version 2.0 (logiciel CIRAD-CA).

3.6. Tests au champ

L’essai au champ a été réalisé dans deux blocs voisins (Photo 7) afin d’observer l’évolution d’une infestation naturelle de différents ravageurs du chou. Dans un premier temps, 900 graines de choux cabus tête de pierre (Hybride F1) ont été semées dans des plaques alvéolées, puis ont été placées dans des conditions contrôlées (40% RH, 20°C, L : D = 16h : 8h).

Photo 7. Blocs du campus de Baillarguet où les essais au champ ont été effectués.

(37)

Quatre modalités ont été testées au champ : Parcelles témoin non protégées / Parcelles protégées par un filet AgroNet 0.4 NT/ Parcelles protégées par un filet AgroNet 0.9 NT/ Parcelles protégées par un filet AgroNet 0.9 α. Les parcelles ont été placées au hasard, et chaque modalité a été répétée quatre fois. Deux parcelles centrales ont servi de réservoir biologique afin de pouvoir éventuellement récupérer pour le laboratoire des espèces présentent sur les choux (Figure 2 ci-dessous : plan des parcelles).

Figure 2. Schéma du dispositif de l’essai au champs

Un comptage hebdomadaire a été effectué sur une période de 10 semaines (du 4 Mai au 6 Juillet) dès que les premiers pucerons ont été observés afin d’étudier l’évolution de l’infestation, et l’efficacité des différentes modalités. Le comptage au champ a regroupé les espèces suivantes : Pucerons verts (Myzus persicae et Lipaphis erysimi), Brevicoryne brassicae, Plutella xylostella

(Linneaus, 1758) ainsi que les momies de pucerons.

3.7. Analyses statistiques

Les analyses statistiques ont été réalisées grâce au logiciel Minitab 12.2, avec des tests statistiques de type ANOVA, test T, et Mann-Withney. Les DL50 de l’étude ont été réalisées via le logiciel WinDL 2.0 (CIRAD).

(38)

IV. RÉSULTATS

4.1. Tests toxicologiques (Sensibilité de B. tabacià la cyperméthrine)

Les tests par trempage de feuilles de tomate dans des solutions de concentrations différentes ont montré la toxicité par contact de la cyperméthrine (mélange d’isomères dont l’alphacyperméthrine) sur les adultes de B. tabacide la souche Csiro élevée au laboratoire. Les adultes ont été placés sur des feuilles de tomate imprégnées de différentes doses de cyperméthrine pendant 24h (Photo 8).

Photo 8. Test toxicologique par trempage des feuilles de tomate dans des solutions

insecticides. Après séchage les adultes de B. tabacison placés dans des boites

de Pétri contenant les feuilles sur gel d’agar.

(39)

Tableau 2. Les réponses comparative des B. tabaci de la population Montpellierain testées contre l’alphacyperméthrine

Souche N LC50*

(mg litre -1)

I.C 95% Pente Références

SUD-S1 619 5.23 a 2.50–6.87 1.9 El Kady & J. Devine

(2003)

SUD-S2 575 7.0 ab 5.7–10.1 2.0+0.4 Kranthi et al. (2002)

SUD-S3 598 1.61 a 1.05–2.47 0.79 Roditakis et al. (2005)

SUD-S4 258 0.55 a 0.02–2.11 0.69 Ma et al. (2007)

MPL-S 660 23.36 b 9.39–43.13 0.97

*des lettres différentes montrent le non-chevauchement des limites de confiance (P<0.05)

(40)

4.2. Effet des filets sur Bemisia tabaci 4.2.1. Test en tube sans choix

4.2.1.1. Effet répulsif

L’évolution du taux de passage des adultes de B. tabaci à travers les filets traité (AgroNet 0,9 α) et non traités (AgroNet 0,9 NT et AgroNet 0,4 NT) a été suivi de 0 à 6h (Figure 4). Les adultes de B. tabaci ont commencé à traverser les filets au bout d’une heure. Le taux de passage a travers les 3 filets a augmenté progressivement jusqu’à 6h. Le test a été arrêté au bout de 6 heures quand la mortalité des adultes a été observée.

Figure 4. Evolution en fonction du temps du taux de passage de B. tabaci adulte à travers les filets traité (AgroNet 0.9 α) et non traités (AgroNet 0.9 NT et AgroNet 0.4 NT).

(41)

Tableau 3. Pourcentage de B. tabaciadultes (± erreur standard) qui ont traversé les filets traité (AgroNet 0,9 α) et non traités (AgroNet 0,9 NT et AgroNet 0,4 NT) à échéance de 2h, 4h et 6h.

* Les modalités qui ont une lettre minuscule différente sont statistiquement différentes (Test de Mann-Whitney)

4.2.1.2. Sensibilité de B. tabaciau filet traité à l’alphacyperméthrine

Après 4h dans le tube test, avant l’observation d’une mortalité naturelle ou non dans les tubes, les B. tabaci ayant ou non traversés les filets ont été endormis au froid et placés pendant 24h dans des boites de Pétri sur des feuilles de tomate sur gel d’agar. La mortalité des B. tabacidans le tube test contenant le filet traité AgroNet 0.9 α a été de 50% en moyenne (Tableau 4). Elle a été significativement supérieure (x2) à celle des B. tabaci placés dans les tubes tests avec les filets non traités AgroNet 0.9 NT et AgroNet 0.4 NT. Il n’y a pas eu de différence significative de la mortalité entre ces deux filets. L’effet toxique du filet traité a donc été confirmé.

Tableau 4. Pourcentage des adultes B. tabaci qui ont traversé les filets traité (AgroNet 0.9 α) et non traités (AgroNet 0.9 NT et AgroNet 0.4 NT) au bout de 4h. Et

pourcentage de mortalité totale dans chaque tube test des adultes de B. tabaci

(± erreur standard)

(42)

4.2.2. Test en tube avec choix

4.2.2.1. Test sur les adultes de Bemisia tabaci

Dans ce test en tube, les adultes de B. tabaciavaient le choix entre un filet traité AgroNet 0.9 α ou un filet non traité AgroNet 0.9 NT en comparaison avec deux filets non traités ou deux filets traités de part et d’autre du tube central obscure. Le taux de passage des B. tabaci a été suivi au cours du temps et des comptages ont été réalisés à 2h, 4h et 6h (Tableau 5). Après 4h et 6h de test des différences significatives ont été observées entre les filets traités et non traités. Les taux de passage à travers les filets traités ont été inférieurs à ceux des filets non traités.

Tableau 5. Pourcentage de B. tabaciadultes (± erreur standard) qui ont traversé les filets traité (AgroNet 0,9 α) ou non traités (AgroNet 0,9 NT) dans le tube 2 à échéance de 2h, 4h et 6h en comparaison avec l’absence de choix dans les tubes 1 et 3

Traitement Tubes n 2 heures B.tabaci4 heures*(%) 6 heures*

AgroNet 0.9 α 1 280 0.0 + 0.00 1.8 + 0.10 a 5.7 + 0.27 a

* Les modalités qui ont une lettre minuscule différente sont statistiquement différentes (Test de Mann-Whitney)

(43)

Figure 5. Pourcentage de B. tabaciadultes qui ont traversé les filets traité (AgroNet 0,9 α) ou non traités (AgroNet 0,9 NT) dans le tube 2 à échéance de 6h en comparaison avec l’absence de choix dans les tubes 1 et 3.

Ce test a été utilisé pour comparer des filets non traités avec des tailles de maille différentes (AgroNet 0.85 NT, AgroNet 2.0 NT, AgroNet 1.0 NT) par rapport au filet de référence non traité AgroNet 0.9 NT. Les taux de passage des

B. tabaciont été suivi au cours du temps et des comptages ont été réalisés à 2h, 4h et 6h (Tableaux 6, 7 et 8). Au bout de 6h et en situation de choix (Tableau 6) le taux de passage a été significativement plus important à travers le filet de maille 0.85 (39.8%) qu’à travers le filet de maille 0.9 (22.9%).

Tableau 6. Pourcentage de B. tabaciadultes (± erreur standard) qui ont traversé les filets non traités AgroNet 0.85 NT ou AgroNet 0.9 NT dans le tube 2 à échéance de 2h, 4h et 6h en comparaison avec l’absence de choix dans les tubes 1 et 3

Traitement Tubes n 2 heures B. tabaci4 heures*(%) 6 heures*

(44)

Au bout de 4h, une différence faible mais significative entre les filets de maille 2.0 et 0.9 a été observée mais cette différence n’a pas été confirmée à 6h (Tableau 7).

Tableau 7. Pourcentage de B. tabaciadultes (± erreur standard) qui ont traversé les filets non traités AgroNet 2.0 NT ou AgroNet 0.9 NT dans le tube 2 à échéance de 2h, 4h et 6h en comparaison avec l’absence de choix dans les tubes 1 et 3

Filet Tubes n 2 heures B. tabaci4 heures*(%) 6 heures

* Les modalités qui ont une lettre minuscule différente sont statistiquement différentes (Test de Mann-Whitney)

Au bout de 4h, une différence significative entre les filets de maille 1.0 et 0.9 a été observée avec un taux de passage plus important à travers le filet de maille 1.0 comparé au filet de maille 0.9 mais cette différence n’a pas été confirmée à 6h (Tableau 8).

Tableau 8. Pourcentage de B. tabaciadultes (± erreur standard) qui ont traversé les filets non traités AgroNet 1.0 NT ou AgroNet 0.9 NT dans le tube 2 à échéance de 2h, 4h et 6h en comparaison avec l’absence de choix dans les tubes 1 et 3

Traitement Tubes n 2 heures B. tabaci4 heures*(%) 6 heures

* Les modalités qui ont une lettre minuscule différente sont statistiquement différentes (Test de Mann-Whitney)

(45)

Figure 6. Evolution du pourcentage de B. tabaci adultes qui ont traversé les filets non AgroNet 0.85 NT, AgroNet 2.0 NT et AgroNet 1.0 NT en choix avec le filet AgroNet 0,9 NT.

4.2.2.2. Test sur les parasitoïdesEncarsia formosa

Dans ce test en tube, les adultes de E. formosa, parasitoïde de B. tabaci, avaient le choix entre traverser un filet traité AgroNet 0.9 α ou un filet non traité AgroNet 0.9 NT en comparaison avec deux filets non traités ou deux filets traités de part et d’autre du tube central obscure. Le taux de passage des E. formosaa été suivi au cours du temps et des comptages ont été réalisés à 2h, 4h et 6h (Tableau 9). Le test n’a pas montré de différence significative entre les taux de passage à travers les filets traités et non traités mis en situation de choix.

Tableau 9. Pourcentage de E. formosa adultes (± erreur standard) qui ont traversé les filets traité (AgroNet 0,9 α) ou non traités (AgroNet 0,9 NT) dans le tube 2 à échéance de 2h, 4h et 6h en comparaison avec l’absence de choix dans les tubes 1 et 3

Traitement Tubes n 2 heures Encarsia formosa4 heures (%) 6 heures

AgroNet 0.9 NT

(46)

Par contre en regroupant les résultats des taux de passage de chaque tube, des différences ont été observées avec un taux de passage à travers 2 filets non traités (tube 1) significativement supérieur (P<0.01) au taux de passage à travers les 2 filets traité et non traité (tube 2) lui-même supérieur au taux de passage à travers 2 filets traités (tube 3) (Tableau 9, Figure 7). C’est comme si les parasitoïdes en présence d’un filet traité et d’un filet non traité avaient considéré ces 2 filets comme un seul et même filet. Les tests en tubes ont donc permis de mettre en évidence l’effet répulsif du filet traité à l’égard des parasitoïdes. Aucune mortalité n’a été observée au bout de 6h.

Figure 7. Evolution du pourcentage de B. tabaciadultes qui ont traversé les 2 filets non traités AgroNet 0.9 NT (tube 1), les 2 filets traités AgroNet 0.9 α (tube 3) et les 2 filets traités et non traités mis en opposition (tube 2).

4.2.3. Test en cage avec choix

(47)

Tableau 10. Nombre d’adultes de B. tabacisur un plan de tomate en cage qui sont passés chaque jour à travers les filets traité (AgroNet 0,9 α) ou non traité (AgroNet 0,9 NT) dans les cages mitoyennes

En raison du faible taux de passage à travers l’un ou l’autre filet, la même expérience a été refaite en plaçant un carton noir sur la cage centrale afin que les

B. tabaci soient attirés par la lumière. Les taux de passage à travers les filets traités ou non traités (29.5 et 48.5%) ont été très supérieurs par rapport à l’expérience précédente (Tableau 11). Une différence significative (T=3.47, P=0.011) a été observée avec un taux de passage à travers le filet non traité 1.6x plus important qu’avec le filet traité.

Tableau 11. Nombre d’adultes de B. tabaci sur un plan de tomate en cage recouverte d’un carton noir, qui sont passés chaque jour à travers les filets traité (AgroNet 0,9 α) ou non traité (AgroNet 0,9 NT) dans les cages mitoyennes Date de

récupération 27/05 30/05 31/05 01/06 06/06 07/06 08/06 09/06 10/06

(48)

4.3. Test au champs

Cet essais a permis de comparer en conditions naturelles l’effet biologique de 3 filets (AgroNet 0.4 NT ; AgroNet 0.9 NT et AgroNet 0.9 α) à un control non protégé. Pour chacun des ravageurs observés y compris les momies de pucerons, une analyse de variance à un facteur contrôlé (ANOVA) a été réalisée. Les données ont été transformées en log(x+1) ou x était le nombre moyen d’insectes observés sur chacune des parcelles.

4.3.1.Plutella xylostella

Des larves de la teigne du chou P. xylostella n’ont été observées que sur les parcelles témoins non protégées, avec un pic moyen de 7 larves/21 plants observées le 22 Juin (Figure 8). L’ANOVA (F=32.68, P<0.001) a montré une différence significative entre les parcelles témoins et celles protégées par un filet AgroNet. Les trois filets se sont donc révélés très efficaces pour protéger les choux des attaques de P. xylostella.

A B

Figure 8. Evolution du pourcentage moyen de choux infestés pas Plutella xylostella(A)

et du nombre de larves de P. xylostella(n/21plants) (B) qui ont été observés

(49)

4.3.2.Pucerons verts

Deux semaines après le repiquage, l’infestation des pucerons verts s’est étendue rapidement à l’ensemble des parcelles à l’exception des parcelles protégées par un filet traité (AgroNet 0.9 α). Aucun puceron vert n’a été observé sur les choux dans les parcelles protégées par ces filets. L’infestation de pucerons verts a été significativement plus forte sur les parcelles protégées par les filets non traités que sur celles non protégées et ce quelle que soit la taille de maille des filets (0.4 mm et 0.9 mm) (Figure 9). L’ANOVA (F=10.26, P=0.001) a montré une différence significative du niveau d’infestation entre les filets non traités, AgroNet 0.4 NT et AgroNet 0.9 NT et le filet traité AgroNet 0.9 α.

A B

Figure 9. Evolution du pourcentage moyen de choux infestés pas les pucerons verts

Myzus persicae et Lipaphis erysimi (A) et du nombre de pucerons verts M. persicae et L. erysimi (n/21plants) (B) qui ont été observés chaque semaine sous les filets non traités (AgroNet 0.9 NT, AgroNet 0.4NT) et traité (AgroNet 0.9 α) en comparaison avec un témoin non protégé.

4.3.3. Brevicoryne brassicae

Les pucerons cendrés du chou B. brassicae n’ont été observés que sur les parcelles témoin sans protection avec un pic d’infestation moyen proche de 300 individus/21 plants le 1er Juin (Figure 10). L’ensemble des filets traités ou non, et

(50)

A B

Figure 10. Evolution du pourcentage moyen de choux infestés pas le puceron noir

Brevicoryne brassicae (A) et évolution du nombre de puceron noir B. brassicae (n/21plants) (B) qui ont été observés chaque semaine sous les filets non traités (AgroNet 0.9 NT, AgroNet 0.4 NT) et traité (AgroNet 0.9 α) en comparaison avec un témoin non protégé.

4.3.4.Parasitoïdes de pucerons

Le comptage du nombre de momies de pucerons présents sur les feuilles de chou a permis d’évaluer l’activité des parasitoïdes selon le type de filet utilisé en comparaison avec l’absence de filet (Figure 11). Les parcelles non protégées ont été celles où le plus grand nombre de momies de pucerons a été observé (Jusqu’à 130/21 plants le 29 Juin), contre un peu plus de 80 sous les filets AgroNet 0.9 NT (le 22 Juin) mais la différence n’a pas été significative. Par contre l’ANOVA (F=9.53, P=0.002) a montré une différence significative entre les parcelles non protégées et celles recouvertes des filets AgroNet 0.4 NT et AgroNet 0.9 α.

(51)

L’analyse statistique du pourcentage de pucerons momifiés a montré une différence significative entre le taux observé sur les parcelles non protégées et celui observé sur les parcelles protégées par des filets mais pas entre les différents filets (F=9.82 ; P=0.001). Le taux moyen de pucerons momifiés a été de 8.4±2.3% pour les choux non protégés, contre 1.9±1.0% avec les filets AgroNet 0.9 NT, 0.04±0.02% avec les filets AgroNet 0.4 NT et 0% avec les filets AgroNet 0.9 α.

4.3.5.Rendement

Les choux pommés ont été récoltés par parcelle le 24 juin puis on été dénombrés et pesés individuellement. L’ANOVA (F=2.09, P=0.155) du poids moyen d’un chou pommé n’a pas montré de différence significative entre les modalités comparées (Figure 12).

A B

Figure 12. Poids moyen (en Kg) d’un chou pommé (A) et nombre moyen de choux pommés (n/21 plants) récoltés par parcelle (B) selon les différentes modalités comparées : Témoin non protégé, AgroNet 0.9 NT, AgroNet 0.4 NT et AgroNet 0.9 α.

(52)

4.3.6. Conditions de température et d’humidité

Un capteur/enregistreur de température et d’humidité a été disposé au centre d’une parcelle de chacune des 4 modalités. La température et le taux d’humidité relative ont été enregistrés toutes les 30 minutes du 14 Mai au 6 Juillet (Annexe 6). Ces capteurs ont permis d’enregistrer les épisodes pluvieux caractérisés par une baisse de la température et une augmentation de l’humidité relative. Une ANOVA (F=2.79, P=0.04) a montré une différence significative entre la température moyenne sous les filets AgroNet 0.9 NT (21.7°C) et la parcelle témoin non protégée (23.5°C).

(53)
(54)

V. DISCUSSION

Les tests en laboratoire ont montré un effet répulsif du filet AgroNet 0.9 α imprégné d’alphacyperméthrine sur les adultes de B. tabaci contrairement aux filets non traités AgroNet 0.9 NT et AgroNet 0.4 NT qui ne constituaient pas une barrière physique pour ces insectes. D’ailleurs le filet AgroNet 0.9 NT s’est révélé aussi efficace voire plus efficace que d’autres filets non traités avec des structures et des tailles de maille différentes tels que AgroNet 2.0 NT, AgroNet 1.0 NT et AgroNet 0.85 NT. L’effet répulsif n’a jamais été total dans les tests au laboratoire mais il a toujours été significatif (x2 / filet non traité) quelque soit le dispositif utilisé.

Cependant les tests en cage avec des B. tabaci en présence d’un plant de tomate et en situation de choix ont montré que le taux de passage à travers le filet non traité AgroNet 0.9 NT était extrêmement limité (6%) par rapport aux taux de passage lorsque la cage était placée à l’obscurité (17%) ou lors des tests en tube sans support alimentaire (46%). Cet effet répulsif du filet traité AgroNet 0.9 α a également été montré à l’égard des parasitoïdes E. formosa. Mais contrairement aux B. tabaci, il semblerait que les parasitoïdes de E. formosaen présence de deux filets traité et non traité aient considérés ces deux filets comme identiques. Ce résultat suggère une sorte d’apprentissage de la part de ces parasitoïdes qui après un premier contact avec un filet répulsif considéraient l’autre filet non traité comme également répulsif.

(55)

Car en effet, en Chine pour les 2 biotypes (B et Q), le niveau de résistance à l'alphacyperméthrine a augmenté de 22 à 610 fois (Wang et al. 2010). Roditakis et al.(2005) ont montré en Crète des niveaux de résistance élevés de B. tabacià tous les insecticides dont 23 fois pour la bifenthrine et 80 fois pour alphacyperméthrine.

L’expérimentation de terrains a confirmé l’efficacité des filets non traités AgroNet 0.9 NT et AgroNet 0.4 NT à protéger totalement les choux contre la teigne P. xylostella. Par contre elle a montré l’excellente efficacité du filet traité AgroNet 0.9 α à protéger les choux des attaques des pucerons M. persicae et L. erysimi en comparaison avec les filet non traités avec lesquels d’ailleurs l’infestation a été bien supérieure au témoin non protégé. L’étude faite en parallèle au laboratoire sur pucerons (Romain Palix, communication personnelle) a aussi montré l’effet répulsif mais non total du filet traité AgroNet 0.9 α sur M. persicae, résistant également aux pyréthrinoïdes. Il est donc probable qu’en situation de plein champ l’incidence de l’effet répulsif du filet traité sur le taux de passage des

B. tabacisoit encore plus important.

(56)

L’utilisation d’écrans anti-insectes (Insect Exclusion Screen, IES) est une barrière physique entre les ravageurs et les cultures. Son utilisation a été développée en particulier contre mouche blancheB. tabaci(Gennadius) car depuis la fin des années 1970B. tabaciest devenue le facteur limitant dans la production de tomates fraîches en Israël (Berlinger et al. 1996). En général, l'utilisation de filets est une technique qui s’est révélée fiable et écologique, associé avec un programme de gestion intégrée des ravageurs, elle a permis de réduire considérablement le recours à la lutte chimique devenue peu efficace en raison de la sélection de populations résistantes (Berlinger et al. 1987 ; Moriones et Navas-Castillo 2000).

La combinaison d’une protection physique avec des traitements chimiques a permis de réduire le nombre de mouches blanches sur les cultures et de minimiser ou même éliminer la source d'inoculum du TYLCV (Polston et Lapidot 2007). Mais le problème posé par l’utilisation des filets est lié à la taille et à la forme des mailles différentes pour chaque insecte. Certes, une petite taille de maille est plus efficace pour éviter l’infection des insectes, mais la circulation de l’air sous l’abri est limitée, entrainant une augmentation de la température et de l’humidité relative (Bartzanaset al. 2008). Inversement, des filets à grande maille n’empêchera pas les attaques des petits insectes.

(57)
(58)

VI. CONCLUSION

L’effet répulsif du filet traité d’alphacyperméthrine (AgroNet 0.9 α) a été confirmé et a toujours été significatif (x2 / filet non traité) quelque soit le dispositif utilisé, bien qu’il n’a jamais été total dans les test au laboratoire sur

Bemisia tabaci. De même à l’égard des parasitoïdes Encarsia formosa, mais il sembrait qu’en présence de deux filets traité et non traité aient considérés ces deux filets comme identiques. Ces résultats suggèrent que l’utilisation de filet traité d’alphacyperméthrine pourrait de reduire le nombre de vecteurs de TYLCV et etait important dans la protection intégré.

Les résultats de l’expérimentation au champ ont confirmé l’effet barrière physique des filets non traités sur la teigne du chou (Plutella xylostella) et le puceron Brevicoryne brassicae. Ils ont montré l’efficacité totale du filet traité AgroNet 0.9 α pour protéger les choux des attaques des pucerons verts Myzus persicae et Lipaphis erysimi. Ce résultat suggère une efficacité similaire de ce type de filet répulsif pour protéger en plein champ les plantes contre les piqûres de

(59)
(60)

VII. RÉFÉRENCES BIBLIOGRAPHIQUES

Alston DG. 1996. The Integrated Pest Management (IPM) Concept. Cooperative Extension, Utah State University.

Arsenio AF et al. 1999. The use of nets and insecticide treatments in the control on Bemisia tabaci Genn. populations and tomato yellow leaf curl virus spread in protected tomato crops. Proceedings of the Eighth International Plant Virus Epidemiology Symposium, Aquadulce, Spain. Abstract 86.

Asidi AN et al. 2004. Experimental hut comparisons of nets treated with carbamate or pyrethroid insecticides, washed or unwashed, against pyrethroid-resistant mosquitoes. Med Vet Entomol18: 134–140.

Avidov Z. 1956. Bionomics of the tobacco whitefly Bemisia tabaci (Genn.) in Israel. Ktavim(English Edition) 7(1): 25-41.

Bartzanas T, Fidaros D, Baxevanou C, Katsoulas N, and Kittas C. 2008. Improving the efficiency of insect screens in greenhouses. Proceedings International Symposium on Strategies Towards Sustainability of Protected Cultivation in Mild Winter Climate. 8 p.

Berlinger MJ. 1986. Host plant resistance to Bemisia tabaci. Agric Ecosys Environ17: 69-82.

Berlinger MJ, Dahan R, and Mordechi S. 1987. Has the tobacco whitefly, Bemisia tabaci, developed resistance to synthetic pyrethroids?. Pytoparasitica 15: 264.

Berlinger MJ, Mordechi S, and Leeper A. 1990. Application of screens to prevent whitefly penetration into greenhouses in the Mediterranean Basin.

IOBC/WPRS Bul14: 105-110.

Berlinger MJ and Lebiush-Mordechi S. 1995. Physical methods for the control of Bemisia. In: Gerling D (Ed). Bemisia 1995: Taxonomy, Biology, Damage Control and Management. Andover: Intercept 617-634.

Berlinger MJ, Lebiush-Mordechi S, and Rosenfeld J. 1996. State of the art and the future of IPM in greenhouse vegetables in Israel. IOBC/WPRS Bul19: 11-14.

Berlinger MJ, Taylor RAJ, Lebiush-Mordechi S, Shalhevet S, and Spharim I. 2002. Efficiency of insect exclusion screens for preventing whitefly transmission of tomato yellow leaf curl virus of tomatoes in Israel. Bul Entomol Res92: 367-373.

Gambar

Figure 1. Procédé breveté par Sumitomo d’inclusion de l’insecticide dans les
Tableau 1 : Preparation des solution mere de l’insecticide avec différent doses
Figure 2. Schéma du dispositif de l’essai au champs
Figure 4. Evolution en fonction du temps du taux de passage de B. tabaci adulte à travers
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepada peserta lelang yang keberatan dengan Pengumuman ini diberikan kesempatan untuk menyampaikan sanggahan melalui aplikasi SPSE kepada Pokja I Unit Layanan

Panitia akan melakukan verifikasi dalam rangka pembuktian kualifikasi terhadap calon-calon pemenang yang telah ditetapkan dan akan diusulkan kepada Pengguna Jasa untuk

PANITIA PENGADAAN PEMBANGUNAN JALAN, JEMBATAN DAN GEDUNG NILAI DIATAS 200 JUTA RUPIAH. DINAS BINA MARGA DAN TATA RUANG

Sebaran geographic tongue pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada bervariasi, rasio penderita geographic tongue lebih banyak ditemukan

Seleksi Umum Prakualifikasi Pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan Konstruksi Renovasi Gedung/ Bangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Tahun

Dapat disimpulkan bahwa formula emulsi oral minyak kelapa murni dengan penampilan dan stabilita fisik yang paling baik adalah formula menggunakan emulgator PGA 20%.. Kata kunci:

Fadilah.net sebesar 34.70% Dengan angka rasio harga pokok penjualan terhadap penjualan yang tinggi selain menjadi indikator kerawanan terhadap perubahan harga, juga akan

Berdasarkan Berita Acara Evaluasi Dokumen Penawaran Nomor 185/ PDLKS.PPBJ/ PL.01/ 4/ 2016 tanggal 5 April 2016 Pekerjaan Pengadaan Konsumsi Diklat Operator Program Keluarga